Makalah Teori Keagenan - Copy

33
21 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Saat ini kebutuhan akan informasi akuntansi terus berkembang. Tidak hanya dibutuhkan oleh pihak internal, seperti manajer, tetapi juga oleh pihak eksternal, seperti investor, kreditur, dan pemerintah. Informasi yang mereka butuhkan tentunya bukan merupakan informasi yang asal- asalan, tetapi informasi yang menunjukkan kondisi sebenarnya dari suatu perusahaan yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Hal ini menyebabkan timbulnya usaha-usaha untuk merumuskan teori-teori akuntansi yang lebih fleksibel dan relevan dengan perkembangan zaman dan pola pikir masyarakat yang terus meningkat, serta mengembangkan disiplin akuntansi sehingga menjadi lebih bermanfaat bagi perusahaan dan masyarakat. Usaha ini dilakukan salah satunya dengan mengadakan penelitian-penelitian. Penelitian di bidang akuntansi ini terus-menerus dilakukan oleh para peneliti akuntansi dan telah memberikan sumbangan yang besar terhadap perkembangan Teori Akuntansi pada khususnya dan profesi akuntansi pada umumnya. Salah satu bidang akuntansi yang diteliti adalah Teori Keagenan (Agency Theory). Teori ini merupakan salah satu teori yang muncul dalam perkembangan riset akuntansi yang merupakan modifikasi dari perkembangan model akuntansi keuangan dengan menambahkan aspek perilaku manusia dalam model ekonomi.

description

semoga bermanfaat

Transcript of Makalah Teori Keagenan - Copy

Page 1: Makalah Teori Keagenan - Copy

21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Saat ini kebutuhan akan informasi akuntansi terus berkembang. Tidak hanya

dibutuhkan oleh pihak internal, seperti manajer, tetapi juga oleh pihak eksternal,

seperti investor, kreditur, dan pemerintah. Informasi yang mereka butuhkan tentunya

bukan merupakan informasi yang asal-asalan, tetapi informasi yang menunjukkan

kondisi sebenarnya dari suatu perusahaan yang bermanfaat dalam pengambilan

keputusan. Hal ini menyebabkan timbulnya usaha-usaha untuk merumuskan teori-teori

akuntansi yang lebih fleksibel dan relevan dengan perkembangan zaman dan pola pikir

masyarakat yang terus meningkat, serta mengembangkan disiplin akuntansi sehingga

menjadi lebih bermanfaat bagi perusahaan dan masyarakat.

Usaha ini dilakukan salah satunya dengan mengadakan penelitian-penelitian.

Penelitian di bidang akuntansi ini terus-menerus dilakukan oleh para peneliti akuntansi

dan telah memberikan sumbangan yang besar terhadap perkembangan Teori Akuntansi

pada khususnya dan profesi akuntansi pada umumnya. Salah satu bidang akuntansi

yang diteliti adalah Teori Keagenan (Agency Theory). Teori ini merupakan salah satu

teori yang muncul dalam perkembangan riset akuntansi yang merupakan modifikasi

dari perkembangan model akuntansi keuangan dengan menambahkan aspek perilaku

manusia dalam model ekonomi.

Teori keagenan merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis

perusahaan yang dipakai selama ini. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya

hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang yakni investor dengan pihak

yang menerima wewenang (agensi) yaitu manager. Menurut teori ini, hubungan antara

pemilik dan manajer pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya kepentingan yang

saling bertentangan (Conflict of Interest). Pertentangan dan tarik-menarik kepentingan

antara prinsipal dan agen dapat menimbulkan permasalahan yang dalam Agency

Theory dikenal sebagai Asymmetric Information (AI).

Adanya AI dan Conflict of Interest pada manager/agen, memungkinkan mereka

untuk mengambil keputusaan dan kebijakan yang kurang bermanfaat bagi perusahaan.

Adanya kondisi ini menimbulkan tata kelola perusahaan yang kurang sehat karena

Page 2: Makalah Teori Keagenan - Copy

21

tidak adanya keterbukaan dari manajemen untuk mengungkapkan hasil kinerjanya

kepada prinsipal sebagai pemilik perusahaan. Agency Theory menganalisis dan

mencari solusi atas dua permasalahan yang muncul dalam hubungan antara para

prinsipal (pemilik/pemegang saham) dan agen (manajemen).

1.2. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang sudah dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan

beberapa masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Teori Keagenan (Agency Theory)?

2. Bagaimana konsep dalam Teori Keagenan (Agency Theory)?

3. Bagaimana Teori Keagenan (Agency Theory) dalam praktik akuntansi dan

aplikasinya pada pengelolaan perusahaan?

4. Apakah jenis dari masalah keagenan (agency problems) serta dampak yang

ditimbulkan dari masalah tersebut?

5. Bagaimana cara mengahadapi masalah keagenan?

1.3. TUJUAN

Dari rumusan masalah yang telah disebutkan diatas, maka tujuan dari

penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Teori Keagenan (Agency

Theory).

2. Untuk mengetahui bagaimana konsep Teori Keagenan (Agency Theory).

3. Untuk mengetahui bagaimana Teori Keagenan (Agency Theory) dalam praktik

akuntansi dan aplikasinya pada pengelolaan perusahaan.

4. Untuk mengetahui jenis dari masalah keagenan serta dampak dari masalah

keagenan.

5. Untuk mengetahui bagaimana cara mengahadapi masalah keagenan.

Page 3: Makalah Teori Keagenan - Copy

21

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Agency Theory

Agency Theory merupakan bidang yang populer akhir-akhir ini. Pemisahan pemilik

dan manajemen di dalam literatur akuntansi disebut dengan Agency Theory (teori

keagenan). Teori ini merupakan salah satu teori yang muncul dalam perkembangan riset

akuntansi yang merupakan modifikasi dari perkembangan model akuntansi keuangan

dengan menambahkan aspek perilaku manusia dalam model ekonomi. Teori agensi

mendasarkan hubungan kontrak antara pemegang saham/pemilik dan manajemen/manajer.

Menurut teori ini hubungan antara pemilik dan manajer pada hakekatnya sukar tercipta

karena adanya kepentingan yang saling bertentangan.

Salah satu hipotesis dalam teori keagenan ini adalah bahwa manajemen akan

mencoba memaksimalkan kesejahteraannya sendiri dengan cara meminimalisir berbagai

biaya keagenan (agency cost). Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan agency

cost sebagai jumlah dari biaya yang dikeluarkan prinsipal untuk melakukan pengawasan

terhadap agen. Hipotesis ini tidak sama artinya dengan hipotesis yang menyebutkan bahwa

manajemen mencoba memaksimalkan nilai perusahaan (value of the firm). Oleh karena

itu, manajemen diasumsikan akan memilih prinsip akuntansi yang sesuai dengan

tujuannya memaksimalkan kepentingannya, bukan untuk memaksimalkan nilai

perusahaan.

Menurut Anthony dan Govindrajan (2005) teori agensi adalah hubungan atau

kontrak antara principal dan agent. Teori agensi memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu

semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik

kepentingan antara principal dan agent.

Sedangkan Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan:

“agency relationship as a contract under which one or more person (the principals)

engage another person (the agent) to perform some service on their behalf which involves

delegating some decision making authority to the agent”.

Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang

(prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal

serta memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal.

Page 4: Makalah Teori Keagenan - Copy

21

Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan

nilai perusahaan, maka diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan

kepentingan prinsipal.

Teori keagenan (Agency Theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik

bisnis perusahaan yang digunakan selama ini. Teori ini berakar dari sinergi teori ekonomi,

teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya

hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (principal) yaitu investor dengan

pihak yang menerima wewenang (agen) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama

yang disebut “nexus of contract.”.

Teori keagenan/agency theory mengasumsikan bahwa semua individu bertindak

atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai principal diasumsikan hanya

tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau peningkatan investasi di perusahaan,

sedangkan para agen diasumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan

syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut.

Karena perbedaan kepentingan ini, masing-masing pihak berusaha untuk

memperbesar keuntungan bagi diri sendiri. Principal menginginkan pengembalian yang

semaksimal mungkin dan secepatnya atas investasi yang salah satunya dicerminkan

dengan kenaikan porsi dividen dari tiap saham yang dimiliki. Agen menginginkan

kepentingannya diakomodir dengan pemberian kompensasi/bonus/insentif/remunerasi

yang “memadai”. Principal menilai prestasi agen berdasarkan kemampuannya

memperbesar laba untuk dialokasikan pada pembagian dividen. Makin tinggi laba, harga

saham dan dividen, maka agen dianggap berhasil atau memiliki kinerja yang baik

sehingga layak mendapat insentif yang tinggi.

Sebaliknya Agen pun memenuhi tuntutan Principal agar mendapatkan kompensasi

yang tinggi. Sehingga bila tidak ada pengawasan yang memadai maka Agen dapat

memainkan beberapa kondisi perusahan agar seolah-olah target tercapai. Permainan

tersebut bisa atas prakarsa dari Principal ataupun inisiatif Agent sendiri. Maka terjadilah

Creative Accounting yang menyalahi aturan, misalnya piutang yang tidak mungkin

tertagih yang tidak dihapuskan dan pengakuan penjualan yang tidak semestinya, yang

berdampak pada besarnya nilai aktiva dalam Neraca yang “mempercantik” laporan

keuangan walaupun bukan nilai yang sebenarnya. Atau bisa juga dengan melakukan

income smoothing (membagi keuntungan ke periode lain) agar setiap tahun kelihatan

Page 5: Makalah Teori Keagenan - Copy

21

perusahaan meraih keuntungan, padahal kenyataannya perusahaan mengalami kerugian

atau laba turun.

2.2. Konsep Teori Keagenan

Konsep agency theory mendasarkan pada hubungan antara principal sebagai

pemilik atau pemegang saham, sedangkan manajemen sebagai agen. Principal merupakan

pihak yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas nama principal,

sedangkan agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh principal untuk menjalankan

perusahaan. Agen berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah

diamanahkan oleh principal kepadanya.

Aplikasi agency theory dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan mengatur

proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan tetap memperhitungkan

kemanfaatan secara keseluruhan. Kontrak kerja merupakan seperangkat aturan yang

mengatur mengenai mekanisme bagi hasil, baik yang berupa keuntungan, return maupun

resiko-resiko yang disetujui oleh prinsipal dan agen. Kontrak kerja akan menjadi optimal

bila kontrak dapat fairness (mencapai keadilan) yaitu mampu menyeimbangkan antara

principal dan agen yang secara sistematis memperlihatkan pelaksanaan kewajiban yang

optimal oleh agen dan pemberian insentif imbalan khusus yang memuaskan dari principal

ke agen. Inti dari agency theory adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk

menyelaraskan kepentingan principal dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan

(Scott, 2005).

Menurut Eisenhard (1989), teori keagenan dilandasi oleh 3 buah asumsi yaitu:

(a) Asumsi tentang sifat manusia            

Asumsi tentang sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk

mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas

(bounded rationality), dan tidak menyukai resiko (risk aversion).

(b) Asumsi tentang keorganisasian            

Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi

sebagai kriteria produktivitas, dan adanya Asymmetric Information (AI) antara

prinsipal dan agen.

(c) Asumsi tentang informasi.            

Asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang sebagai barang

komoditi yang bisa diperjualbelikan.            

Page 6: Makalah Teori Keagenan - Copy

21

Baik prinsipal maupun agen, keduanya mempunyai bargaining position. Principal

sebagai pemilik modal mempunyai hak akses pada informasi internal perusahaan,

sedangkan agen yang menjalankan operasional perusahaan mempunyai informasi tentang

operasi dan kinerja perusahaan secara riil dan menyeluruh, namun agen tidak mempunyai

wewenang mutlak dalam pengambilan keputusan, apalagi keputusan yang bersifat

strategis, jangka panjang dan global. Hal ini disebabkan untuk keputusan-keputusan

tersebut tetap menjadi wewenang dari principal selaku pemilik perusahaan.

Adanya posisi, fungsi, kepentingan dan latar belakang principal dan agen yang

saling bertolak belakang namun saling membutuhkan ini, mau tidak mau dalam praktiknya

akan menimbulkan pertentangan dengan saling tarik-menarik pengaruh dan kepentingan

antara satu sama lain. Apabila agen (yang berperan sebagai penyedia informasi bagi

principal dalam pengambilan keputusan) melakukan upaya sistematis yang dapat

menghambat principal dalam pengambilan keputusan strategis melalui penyediaan

informasi yang tidak transparan, sedang di lain pihak principal selaku pemilik modal

bertindak semaunya atau sewenang-wenang karena ia merasa sebagai pihak yang paling

berkuasa dan penentu keputusan dengan wewenang yang tak terbatas, maka kemudian

yang terjadi adalah pertentangan yang semakin tajam yang akan menyebabkan konflik

yang berkepanjangan yang pada akhirnya merugikan semua pihak. Baik prinsipal maupun

agen diasumsikan sebagai orang ekonomi (homo economicsus) yang berperilaku ingin

memaksimalkan kepentingannya masing-masing.

2.3. Agency Theory dalam Praktik Akuntansi dan Aplikasinya pada Pengelolaan

Perusahaan

Teori keagenan memberikan peranan penting bagi akuntansi terutama dalam

menyediakan informasi setelah suatu kejadian yang disebut sebagai peranan pasca

keputusan. Peranan ini sering diasosiasikan dengan peran pengurusan (stewardship)

akuntansi, dimana seorang agen melapor kepada prinsipal tentang kejadian-kejadian di

masa lalu. Inilah yang memberi akuntansi nilai umpan baliknya selain nilai prediktifnya.

Dimana nilai umpan balik menjelaskan bahwa informasi juga mempunyai peran penting

dalam menguatkan atau mengoreksi harapan-harapan sebelumnya. Informasi mengenai

hasil dari suatu keputusan seringkali merupakan masukan kunci dalam pengambilan

keputusan berikutnya. Akuntansi idealnya menyediakan jasa yang sama bagi investor,

Page 7: Makalah Teori Keagenan - Copy

21

dengan memungkinkan mereka untuk menyesuaikan strategi investasi mereka sepanjang

waktu.

Dari model ini dan perluasannya dapat diambil beberapa pengertian. Perluasan ini

sebagian besar berhubungan dengan cara kedua belah pihak tersebut berbagi risiko dan

informasi. Misalnya, para pemilik yang menghindari risiko diasumsikan menanggung

risiko bisnis, sementara para manajer bertindak sebagai agen-agen yang netral terhadap

risiko yang dimaksud. Dengan menggunakan teori keagenan yang sama, jika manajemen

bersikap tidak membedakan terhadap risiko sedangkan pemilik menghindari risiko, maka

manajemenlah dan bukan pemilik yang akan menanggung risiko tersebut. Ini merupakan

keadaan saling mempengaruhi penghindaran risiko relatif antara manajer dan pemilik

perusahaan yang menciptakan sebagian dari masalah-masalah yang paling menarik dalam

teori keagenan untuk para akuntan. Informasi yang dimaksud merupakan salah satu cara

untuk mengurangi ketidakpastian, sehingga memberi akuntan peran penting dalam

pembagian risiko antara manajer dan pemilik perusahaan.

Asimetri informasi merupakan pembahasan dalam bidang teori keagenan yang

memfokuskan pada masalah-masalah yang ditimbulkan oleh informasi yang tidak lengkap,

yaitu ketika tidak semua keadaan diketahui oleh kedua belah pihak dan sebagai akibatnya,

ketika konsekuensi-konsekuensi tertentu tidak dipertimbangkan oleh masing-masing pihak

yang bersangkutan. Misalnya, pihak pemilik perusahaan mungkin tidak mengetahui

preferensi manajer perusahaan sehingga tidak sulit bagi keduanya untuk melakukan

kepentingan perhitungan yang telah disebutkan sebelumnya.

Satu contoh kasus yang menyangkut informasi yang tidak lengkap dalam teori

keagenan, dapat terjadi apabila pihak pemilik perusahaan tidak dapat mengamati semua

aksi pihak manajer perusahaan. Aksi-aksi yang dimaksud mungkin berbeda dari aksi yang

lebih disukai pihak pemilik perusahaan, entah karena manajer perusahaan mempunyai

perangkat efisiensi yang berbeda atau data pula karena pihak manajer tersebut sengaja

mencoba untuk melalaikan tugasnya sebagai manajer perusahaan atau biasa juga

melakukan penipuan terhadap pemilik perusahaan.

Situasi ini tentunya dapat menciptakan apa yang dikenal dengan istilah moral

hazard. Salah satu solusi yang mungkin dapat dilakukan yaitu dengan cara pihak pemilik

perusahaan menugaskan seorang auditor untuk melakukan pemeriksaan mengenai apa

yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan tersebut. Sedangkan solusi yang

Page 8: Makalah Teori Keagenan - Copy

21

lainnya dapat dilakukan dengan cara memberikan pihak manajemen perusahaan suatu

insentif, seperti misalnya, saham yang ada di perusahaan, untuk menyelesaikan preferensi

manajemen perusahaan dengan preferensi pihak pemilik perusahaan.

Konsep pemisahan antara kepemilikan (ownership) para pemegang saham dan

pengelolaan (management) para agen atau manajer dalam perusahaan telah menjadi kajian

sejak tahun 1930-an. Manajemen perusahaan publik yang besar biasanya bukan pemilik.

Bahkan sebagaian besar manajemen puncak (top mangement) hanya memiliki saham

nominal dalam perusahaan yang mereka kelola.

Jensen dan Meckling dalam Isnanta (2008),  menyatakan bahwa teori keagenan

mendeskripsikan pemegang saham sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen.

Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi

kepentingan pemegang saham. Untuk itu manajemen diberikan sebagian kekuasaan untuk

membuat keputusan bagi kepentingan terbaik pemegang saham. Oleh karena itu,

manajemen wajib mempertanggungjawabkan semua upayanya kepada pemegang saham.

Karena unit analisis dalam teori keagenan adalah kontrak yang melandasi hubungan antara

prinsipal dan agen, maka fokus dari teori ini adalah pada penentuan kontrak yang paling

efisien yang mendasari hubungan antara prinsipal dan agen.

Untuk memotivasi agen maka prinsipal merancang suatu kontrak agar dapat

mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak keagenan. Kontrak 

yang efisien adalah kontrak yang memenuhi dua faktor, yaitu :

1. Agen dan pinsipal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen maupun

majikan memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga tidak terdapat

informasi tersembunyi yang dapat digunakan untuk kepentingan pribadi.

2. Risiko yang dipikul agen berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil yang berarti

agen  mempunyai kepastian yang tinggi mengenai imbalan yang diterimanya.

Pada kenyataannya informasi asimetris itu tidak pernah terjadi, karena manajer

berada di dalam perusahaan sehingga manajer mempunyai banyak informasi mengenai

perusahaan, sedangkan prinsipal sangat jarang atau bahkan tidak pernah datang ke

perusahaan sehingga informasi yang diperoleh sangat sedikit. Hal ini menyebabkan

kontrak efisien tidak pernah terlaksana sehingga hubungan agen  dan prinsipal selalu

dilandasi oleh asimetri informasi. Agen sebagai pengendali perusahaan pasti memiliki

informasi yang lebih baik dan lebih banyak dibandingkan dengan prinsipal. Di samping

Page 9: Makalah Teori Keagenan - Copy

21

itu, karena verifikasi sangat sulit dilakukan, maka tindakan agen pun sangat sulit untuk

diamati. Dengan demikian, membuka peluang agen untuk memaksimalkan

kepentingannya sendiri dengan melakukan tindakan yang tidak semestinya atau sering

disebut disfunctional behaviour, dimana tindakan ini dapat merugikan prinsipal, baik

memanfaatkan aset perusahaan untuk kepentingan pribadi, maupun perekayasaan kinerja

perusahaan.

Salah satu hipotesis dalam teori ini adalah bahwa manajemen dalam mengelola

perusahaan cenderung lebih mementingkan kepentingan pribadinya daripada

meningkatkan nilai perusahaan. Contoh nyata yang dominan terjadi dalam kegiatan

perusahaan dapat disebabkan karena pihak agensi memiliki informasi keuangan daripada

pihak prinsipal (keunggulan informasi), sedangkan dari pihak prinsipal boleh jadi

memanfaatkan kepentingan pribadi atau golongannya sendiri (self-interest) karena

memiliki keunggulan kekuasaan (discretionary power).

Contoh lain Agency theory sebenarnya juga dapat dipahami dalam lingkup

lembaga kemahasiswaan. Pengurus yang dipercayakan menjadi perpanjangan tangan

keluarga mahasiswa untuk mengelola organisasi menjadi agen yang idealnya mampu

mengakomodasi semua kepentingan keluarga. Namun, terkadang pengurus lembaga

kemahasiswaan tak mampu menjalankan ini dengan baik. Kecenderungan pengurus lebih

memilih melaksanakan kepengurusan sesuai dengan keinginannya. Kepentingan keluarga

menjadi terabaikan.

Dijelaskan dalam Jensen dan Meckling (1976), Jensen (1986), Weston dan

Brigham (1994), bahwa masalah keagenan dapat terjadi dalam 2 bentuk hubungan, yaitu:

1. Antara pemegang saham dan manajer

2. Antara pemegang saham dan kreditur.

Jika suatu perusahaan berbentuk perusahaan perorangan yang dikelola sendiri oleh

pemiliknya, maka dapat diasumsikan bahwa manajer-pemilik akan mengambil setiap

tindakan yang mungkin, untuk memperbaiki kesejahteraannya, terutama diukur dalam

bentuk peningkatan kekayaan perorangan dan juga dalam bentuk kesenangan dan fasilitas

eksekutif. Tetapi, jika manajer mempunyai porsi sebagai pemilik dan mereka mengurangi

hak kepemilikannya dengan membentuk perseroan dan menjual sebagian saham

perusahaan kepada pihak luar, maka pertentangan kepentingan bisa segera timbul.

Keadaan ini menjadikan manajer mungkin saja tidak sedemikian gigih lagi untuk

Page 10: Makalah Teori Keagenan - Copy

21

memaksimumkan kekayaan pemegang saham karena jatahnya atas kekayaan tersebut telah

berkurang sesuai dengan pengurangan kepemilikan mereka. Atau mungkin saja manajer

menetapkan gaji yang besar bagi dirinya atau menambah fasilitas eksekutif, karena

sebagian di antaranya akan menjadi beban pemegang saham lainnya.

Konflik antara pemegang saham dengan kreditur

Kreditur memiliki klaim atas sebagian dari arus kas perusahaan untuk pembayaran

bunga dan pokok utang. Mereka memiliki klaim atas aset perusahaan saat perusahaan

mengalami kebangkrutan. Pada saat perusahaan mengalami kebangkrutan, keputusan

harus segera diambil untuk mengatasi kondisi tersebut, yaitu apakah akan melikuidasi

perusahaan dengan menjual seluruh aset atau melakukan reorganisasi. Manajemen perlu

segera bertindak dan khususnya manajer memilih reorganisasi dengan tujuan

mempertahankan pekerjaannya. Keputusan manajer ini tentu saja berdampak pada

pemegang saham atau kreditur atau kedua belah pihak tersebut.

Kreditur pada umumnya menghendaki likuidasi perusahaan sehingga mereka dapat

segera menarik dananya dengan cepat. Di lain pihak, manajemen menginginkan

perusahaan tetap eksis sehingga mereka memilih mereorganisasi perusahaan. Pada saat

bersamaan, pemegang saham kemungkinan mencoba mencari pengganti manajer lama

yang mau dibayar lebih rendah meskipun proses tersebut membutuhkan waktu yang lama.

Selain itu, kreditur lebih memperhatikan kemampuan perusahaan untuk membayar

kembali utangnya, dan pemegang saham lebih memperhatikan kemampuan perusahaan

untuk memperoleh kembalian yang besar dengan melakukan investasi pada proyek-proyek

yang berisiko. Apabila pelaksanaan proyek yang berisiko itu berhasil maka kreditur tidak

dapat menikmati keberhasilan tersebut, tetapi apabila proyek mengalami kegagalan,

kreditur mungkin akan menderita kerugian akibat dari ketidakmampuan pemegang saham

untuk memenuhi kewajibannya. Untuk mengantisipasi kemungkinan rugi, maka kreditur

melakukan pembatasan penggunaan hutang oleh manajer. Salah satu bentuk

pembatasannya adalah dengan membatasi jumlah penggunaan hutang untuk investasi

dalam proyek baru.

Konflik antara pemegang saham dengan pihak manajemen

Dalam suatu perusahaan, konflik kepentingan antara prinsipal dengan agen salah

satunya dapat timbul karena adanya kelebihan aliran kas (excess cash flow). Kelebihan

arus kas cenderung diinvestasikan dalam hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan

Page 11: Makalah Teori Keagenan - Copy

21

utama perusahaan. Ini menyebabkan perbedaan kepentingan karena pemegang saham

lebih menyukai investasi yang berisiko tinggi yang juga menghasilkan return tinggi,

sementara manajemen lebih memilih investasi dengan risiko yang lebih rendah.

Agency Theory menimbulkan masalah mendasar dalam organisasi yaitu “perilaku

mementingkan diri sendiri.” Manajer sebuah perusahaan mungkin memiliki tujuan-tujuan

pribadi yang bertolak belakang dengan tujuan untuk memaksimalkan kekayaan pemilik

pemegang saham. Karena manajer pemegang saham memiliki hak untuk mengelola aset

perusahaan, sebuah potensi konflik kepentingan muncul antara dua kelompok. Tindakan

manajer yang opostunistik akan mempertinggi biaya perusahaan dan mengurangi

kemakmuran pemegang saham.

Agency Theory menunjukkan bahwa manajer akan berusaha untuk

memaksimalkan utilitas mereka sendiri dengan mengorbankan para pemegang saham

perusahaan. Agen memiliki kemampuan untuk beroperasi sendiri dan mementingkan

kepentingan pribadi daripada kepentingan perusahaan. Hal ini disebabkan oleh informasi

yang bersifat asimetris (misalnya, manajer tahu lebih baik dari pemegang saham apakah

mereka mampu memenuhi tujuan pemegang saham) dan ketidakpastian.

Potensi konflik keagenan muncul setiap kali manajer perusahaan memiliki kurang

dari 100 persen dari saham biasa perusahaan. Jika suatu perusahaan merupakan

kepemilikan tunggal yang dikelola oleh pemilik, manajer-pemilik akan melakukan

tindakan untuk memaksimalkan kesejahteraan sendiri. Manajer-pemilik mungkin akan

mengukur utilitas oleh kekayaan pribadi, tetapi mungkin memikirkan pertimbangan

lainnya terhadap kekayaan pribadi. Jika pemilik-manajer meninggalkan sebagian

kepemilikan-nya dengan menjual sebagian saham perusahaan kepada investor luar, maka

akan muncul potensi konflik kepentingan atau konflik keagenan.

Pada sebagian besar perusahaan publik berskala besar, konflik kepentingan

berpotensi cukup signifikan karena para manajer perusahaan sendiri umumnya hanya

sebagian kecil dari saham biasa. Manajer dapat didorong untuk melakukan tindakan

terbaik demi kepentingan pemegang saham melalui insentif, hambatan, dan hukuman.

Bagaimanapun juga metode ini efektif hanya jika pemegang saham dapat mengamati

semua tindakan yang diambil oleh manajer. Untuk mengurangi masalah moral, seperti

mengambil untung semata, dimana agen mengambil tindakan untuk kepentingan pribadi,

pemegang saham harus menanggung biaya agen.

Page 12: Makalah Teori Keagenan - Copy

21

2.4. Masalah Keagenan

Teori keagenan yang mulai berkembang mengacu kepada pemenuhan tujuan utama

dari manajemen keuangan yaitu memaksimalkan kekayaan pemegang saham.

Maksimalisasi kekayaan ini dilakukan oleh manajemen yang disebut agen.

Ketidakmampuan atau keengganan manajer untuk meningkatkan kekayaan pemegang

saham menimbulkan apa yang disebut masalah keagenan.

Masalah keagenan potensial terjadi apabila bagian kepemilikan manajer atas

saham perusahaan kurang dari seratus persen (Masdupi, 2005). Dengan proporsi

kepemilikan yang hanya sebagian dari perusahaan membuat manajer cenderung bertindak

untuk kepentingan pribadi dan bukan untuk memaksimumkan perusahaan. Inilah yang

nantinya akan menyebabkan biaya keagenan (agency cost). Hampir mustahil bagi

perusahaan untuk memiliki zero agency cost dalam rangka menjamin manajer akan

mengambil keputusan yang optimal dari pandangan shareholders karena adanya perbedaan

kepentingan yang besar diantara mereka. Bahkan untuk mencapai kepentingannya sendiri,

manajemen bisa bertindak menggunakan akuntansi sebagai alat untuk melakukan

rekayasa. Perbedaan kepentingan antara principal dan agen atau yang disebut Agency

Problem ini, salah satunya disebabkan oleh adanya Asimmetric Information.

Asimmetric Information (AI), yaitu informasi yang tidak seimbang yang

disebabkan karena adanya distribusi informasi yang tidak sama antara principal dan agen.

Dalam hal ini principal seharusnya memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam

mengukur tingkat hasil yang diperoleh dari usaha agen, namun ternyata informasi tentang

ukuran keberhasilan yang diperoleh oleh principal tidak seluruhnya disajikan oleh agen.

Akibatnya informasi yang diperoleh principal kurang lengkap sehingga tetap tidak dapat

menjelaskan kinerja agen yang sesungguhnya dalam mengelola kekayaan principal yang

dipercayakan kepada agen.

Akibatnya adanya informasi yang tidak seimbang (asimetri) ini, dapat

menimbulkan 2 (dua) permasalahan yang disebabkan adanya kesulitan principal untuk

memonitor dan melakukan kontrol terhadap tindakan-tindakan agen. Jensen dan Meckling

(1976) menyatakan permasalahan tersebut adalah :

Moral Hazard

Moral Hazard merupakan permasalahan yang muncul jika agen tidak

melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama dalam kontrak kerja.

Page 13: Makalah Teori Keagenan - Copy

21

Adverse Selection

Adverse Selection merupakan suatu keadaan dimana principal tidak dapat

mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen benar-benar

didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai sebuah

kelalaian dalam tugas.

Ditambahkan oleh Scott (2005) dalam bukunya Financial Accouting Theory

mengemukakan bahwa :

Adverse Selection adalah jenis asimetri informasi dimana satu atau lebih pihak

untuk transaksi bisnis, atau transaksi potensial lainnya, memiliki keuntungan

informasi lebih di pihak lain.

Moral hazard adalah jenis asimetri informasi dimana satu atau lebih pihak untuk

transaksi bisnis, atau transaksi potensial lainnya, dapat mengamati tindakan mereka

dalam pemenuhan transaksi tetapi pihak lain tidak bisa.

Adanya agency problem di atas, menimbulkan biaya keagenan (agency cost).

Biaya keagenan didefinisikan sebagai biaya yang ditanggung oleh pemegang saham untuk

mendorong manajer dalam memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham daripada

berperilaku mementingkan diri sendiri. Ada tiga jenis utama dari biaya keagenan, yaitu:

1. Pengeluaran untuk memantau kegiatan manajerial, seperti biaya audit.

2. Pengeluaran untuk struktur organisasi dengan cara membatasi perilaku manajerial

yang tidak diinginkan.

3. Biaya kesempatan yang dapat terjadi ketika pemegang saham dikenakan

pembatasan, seperti persyaratan untuk suara pemegang saham pada permasalahan

tertentu, membatasi kemampuan manajer untuk mengambil tindakan yang

meningkatkan kekayaan pemegang saham. 

Dengan tidak adanya upaya pemegang saham untuk mengubah perilaku

manajerial, biasanya akan ada kehilangan sebagian kekayaan pemegang saham karena

tindakan manajerial yang tidak pantas. Di sisi lain, biaya keagenan akan berlebihan jika

pemegang saham berusaha untuk memastikan bahwa setiap tindakan manajerial sesuai

dengan kepentingan pemegang saham. Oleh karena itu, jumlah optimal biaya keagenan

yang harus ditanggung oleh pemegang saham harus ditentukan.

Menurut Jensen dan Meckling (1976) biaya keagenan terdiri dari:

Page 14: Makalah Teori Keagenan - Copy

21

The monitoring expenditures by the principle

Biaya monitoring dikeluarkan oleh prinsipal untuk memonitor prilaku agen,

termasuk juga usaha untuk mengendalikan perilaku agen melalui budget

restriction, compensation policies.

The bonding expenditures by the agent

The bonding cost dikeluarkan oleh agen untuk menjamin bahwa agen tidak akan

menggunakan tindakan tertentu yang akan merugikan prinsipal atau untuk

menjamin bahwa prinsipal akan diberi kompensasi jika ia tidak mengambil banyak

tindakan.

The residual loss

Merupakan penurunan tingkat kesjahteraan prinsipal maupun agen setelah adanya

agency relationship.

2.5. Cara Menghadapi Masalah Keagenan

Ada dua posisi kunci untuk menghadapi konflik-konflik agency pemegang saham

dan manager. Pada keadaan ekstrim, manajer perusahaan bertindak sepenuhnya

berdasarkan perubahan harga saham. Dalam hal ini, biaya agen akan rendah karena

manajer memiliki insentif besar untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham,

hal tersebut tentu akan sangat sulit, oleh karena itu, dalam keadaan tersebut menyewa

manajer berbakat di bawah ikatan kontrak karena pendapatan perusahaan akan

dipengaruhi oleh peristiwa ekonomi yang tidak berada di bawah kendali manajerial. Pada

keadaan ekstrim lainnya, pemegang saham dapat memonitor setiap tindakan manajerial,

tapi ini akan sangat mahal dan tidak efisien. Solusi optimal terletak di antara ekstrim, di

mana kompensasi eksekutif terkait dengan kinerja, tetapi beberapa pemantauan juga

dilakukan.

Sebagian besar perusahaan publik kini memberlakukan kinerja saham, dimana

saham yang diberikan kepada eksekutif berdasarkan kinerja seperti yang didefinisikan

oleh tindakan keuangan seperti laba per saham, imbal hasil aset, imbal hasil ekuitas, dan

perubahan harga saham. Jika kinerja perusahaan berada di atas target kinerja, manajer

perusahaan mendapatkan lebih banyak saham. Jika kinerja di bawah target, mereka

menerima lebih sedikit dari 100 persen saham. Rencana kompensasi insentif berbasis

kinerja seperti saham, dirancang untuk memenuhi dua tujuan. Pertama, mereka

menawarkan insentif eksekutif untuk mengambil tindakan yang akan meningkatkan

Page 15: Makalah Teori Keagenan - Copy

21

kesejahteraan pemegang saham. Kedua, rencana ini membantu perusahaan menarik dan

mempertahankan manajer yang memiliki kepercayaan diri untuk risiko masa depan

keuangan mereka pada kemampuan mereka sendiri yang harus mengarah pada kinerja

yang lebih baik.

Dalam rangka memotivasi para manajer dan pemegang saham agar berperilaku

dalam sikap yang memajukan tujuan perusahaan, Burdett dapat memberikan rekomendasi

kepada dewan direksi, yaitu:

Penilaian terhadap kinerja manajer dibuat dengan kontrak yang jelas sehingga

memotivasi agen bekerja dengan kepentingan terbaik principal

Principal memberikan pilihan rencana insentif jangka pendek dan jangka panjang

dan agen diberikan keleluasan dengan batasan yang menguntungkan kepentingan

para pemegang saham

Untuk mencegah kemungkinan terjadinya konflik atau masalah keagenan, maka

ada beberapa hal yang harus dilakukan, diantaranya:

Penyusunan Standar yang jelas mengenai siapa saja yang pantas menjadi apa baik

untuk jabatan fungsional maupun struktural ataupun untuk posisi tertentu yang

dianggap strategis dan kritis. Hal ini harus diiringi dengan sosialisasi dan

implementasi tanpa ada pengecualian yang tidak masuk akal.

Diadakan tes kompetensi dan kemampuan untuk mencapai suatu jabatan tertentu

dengan adil dan terbuka. Siapapun yang telah memenuhi syarat mempunyai

kesempatan yang sama dan adil untuk “terpilih”. Terpilih artinya walaupun pejabat

lain diatasnya tidak “berkenan” dengan orang tersebut, tetapi karena ia yang terbaik

maka tidak ada alasan logis untuk menolaknya ataupun memilih yang lain. Disinilah

peran profesionalisme dikedepankan.

Akuntabilitas dan Transparansi setiap “proses bisnis” dalam organisasi agar

memungkinkan monitoring dari setiap pihak sehingga penyimpangan yang

dilakukan dapat diketahui dan diberikan sanksi tanpa kompromi. Pelaku

penyimpangan tersebut harus diumumkan pada publik dan melakukan kontrol agar

tidak terjadi “permainan” sehingga pelaku tersebut bisa lolos dari sanksi yang

sesuai. Pelaku yang terbukti bersalah diberikan hukuman sehingga dapat

menimbulkan efek jera dan bagi yang lain agar tidak berani melakukan hal yang

sama. Hal yang sama juga diperlakukan pada pegawai/pejabat yang berprestasi,

Page 16: Makalah Teori Keagenan - Copy

21

selain diberi penghargaan, juga diumumkan pada publik sehingga dapat menjadi

contoh bagi pegawai/pejabat yang lain.

Menurut Bathala et al, (1994) terdapat beberapa cara yang digunakan untuk

mengurangi konflik kepentingan, yaitu:

1) Meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen (insider ownership)

Menurut teori keagenan, konflik antara prinsipal dan agen dapat dikurangi dengan

mensejajarkan kepentingan antara prinsipal dan agen. Kehadiran kepemilikan saham

oleh manajerial (insider ownership) dapat digunakan untuk mengurangi agency

cost yang berpotensi timbul, karena dengan memiliki saham perusahaan diharapkan

manajer merasakan langsung manfaat dari setiap keputusan yang diambilnya. Proses

ini dinamakan dengan bonding mechanism, yaitu proses untuk menyamakan

kepentingan manajemen melalui program mengikat manajemen dalam modal

perusahaan.

2) Meningkatkan rasio dividen terhadap laba bersih (earning after tax)

3) Meningkatkan sumber pendanaan melalui utang

Adanya utang akan dapat mengendalikan penggunaan free cash flow secara

berlebihan oleh manajer karena perusahaan harus melakukan pembayaran atas bunga

dan pokok pinjaman secara periodik serta mematuhi ketentuan pada perjanjian

utang.

4) Kepemilikan saham oleh Institusi (Institutional holdings)

Adanya kepemilikan saham oleh investor institusional seperti perusahaan asuransi,

bank, perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi lain akan mendorong

peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen.

Sedangkan dalam penelitian Masdupi (2005) dikemukakan beberapa cara yang

dapat dilakukan dalam mengurangi masalah keagenan, yaitu:

1. Dengan meningkatkan insider ownership. Perusahaan meningkatkan bagian

kepemilikan manajemen untuk mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang

saham sehingga bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Dengan

meningkatkan persentase kepemilikan, manajer menjadi termotivasi untuk

meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab meningkatkan kemakmuran pemegang

saham.

2. Dengan pendekatan pengawasan eksternal yang dilakukan melalui penggunaan

hutang. Penambahan hutang dalam struktur modal dapat mengurangi penggunaan

Page 17: Makalah Teori Keagenan - Copy

21

saham sehingga meminimalisasi biaya keagenan ekuitas. Akan tetapi, perusahaan

memiliki kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan membayarkan beban

bunga secara periodik. Selain itu penggunaan hutang yang terlalu besar juga akan

menimbulkan konflik keagenan antara shareholders dengan debtholders sehingga

memunculkan biaya keagenan hutang.

3. Institutional investor sebagai monitoring agent. Moh’d et al, (1998) menyatakan

bahwa bentuk distribusi saham dari luar (outside shareholders) yaitu institutional

investor dan shareholders dispersion dapat mengurangi biaya keagenan ekuitas

(agency cost). Hal ini disebabkan karena kepemilikan merupakan sumber kekuasaan

yang dapat digunakan untuk mendukung atau menantang keberadaan manajemen,

maka konsentrasi atau penyebaran power menjadi suatu hal yang relevan dalam

perusahaan.

Arifin (2005) menambahkan mekanisme pengawasan yang dapat mengurangi

konflik keagenan, yaitu:

1. Kepemilikan terkonsentrasi

Mekanisme pengawasan ini agak mirip dengan mekanisme kepemilikan

institusional. Kepemilikan dikatakan terkonsentrasi jika untuk mencapai control

dominasi atau mayoritas dibutuhkan penggabungan lebih sedikit investor. Jika

control dipegang oleh sedikit invetor maka akan semakin mudah control tersebut

dijalankan. Kepemilikan terkonsentrasi memiliki kekuatan control yang lebih rendah

dibandingkan dengan kepemilikan institusional karena mereka tetap harus

melakukan koordinasi untuk menjalankan hak kontrolnya. Di sisi lain, mekanisme

kepemilikan terkonsentrasi juga memiliki kemungkinan lebih kecil untuk munculnya

peluang bagi kelompok investor yang terkonsentrasi untuk mengambil tindakan

yang merugikan investor yang lain.

2. Pasar Manajer

Arifin (2005) meyakinkan bahwa masalah keagenan akan berkurang dengan

sendirinya karena akan dicatat kerjanya oleh pasar manajer baik yang ada dalam

perusahaan sendiri maupun yang berasal dari luar perusahaan. Lapisan manajer atas

akan digantikan oleh manajer lapisan bawahnya jika kinerjanya kurang memuaskan.

Namun, mekanisme pasar manajer ini tidak dapat sepenuhnya berjalan karena pasar

manajer bukan merupakan pasar yang sempurna. Kelangkaan tenaga manajer dan

sikap perlawanan dari pihak manajer agar posisinya tidak diganti merupakan salah

Page 18: Makalah Teori Keagenan - Copy

21

satu faktor yang menghambat diciptakannya mekanisme pasar manajer untuk

mengurangi masalah keagenan.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Agency theory merupakan salah satu teori yang muncul dalam perkembangan riset

akuntansi yang merupakan modifikasi dari perkembangan model akuntansi keuangan

dengan menambahkan aspek perilaku manusia dalam model ekonomi. Dalam Agency

Theory mengenal adanya Asymmetric Information (AI) yaitu informasi yang tidak

seimbang yang disebabkan karena adanya distribusi informasi yang tidak sama antara

prinsipal dan agen.

Agency Theory mendasarkan hubungan kontrak antar anggota-anggota dalam

perusahaan dimana prinsipal dan agen sebagai pelaku utama. Prinsipal merupakan pihak

yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas nama prisipal, sedangkan

agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh prinsipal untuk menjalankan perusahaan.

Agen berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah diamanat oleh

prinsipal kepadanya.

Inti dari Agency Theory ( Teori Keagenan) adalah pendesainan kotrak yang tepat

untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen dalam hal terjadi konflik

kepentingan. Agency Theory memiliki 3 landasan asumsi :

1. Asumsi tentang sifat manusia

2. Asumsi tentang keorganisasian

3. Asumsi tentang informasi

Page 19: Makalah Teori Keagenan - Copy

21

Dalam Jensen dan Meckling (1976), Jensen (1986), Weston dan Brigham (1994),

dijelaskan bahwa masalah keagenan dapat terjadi dalam 2 bentuk hubungan, yaitu:

1. Antara pemegang saham dan manajer

2. Antara pemegang saham dan kreditur.

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan masalah keagenan terdiri dari:

Moral Hazard

Moral Hazard merupakan permasalahan yang muncul jika agen tidak melaksanakan

hal-hal yang telah disepakati bersama dalam kontrak kerja.

Adverse Selection

Adverse Selection merupakan suatu keadaan dimana principal tidak dapat mengetahui

apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen benar-benar didasarkan atas informasi

yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian dalam tugas.

Sedangkan dalam penelitian Masdupi (2005) dikemukakan beberapa cara yang

dapat dilakukan dalam mengurangi masalah keagenan, yaitu:

1. Dengan meningkatkan insider ownership. Perusahaan meningkatkan bagian

kepemilikan manajemen untuk mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang

saham sehingga bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Dengan

meningkatkan persentase kepemilikan, manajer menjadi termotivasi untuk

meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab meningkatkan kemakmuran pemegang

saham.

2. Dengan pendekatan pengawasan eksternal yang dilakukan melalui penggunaan

hutang. Penambahan hutang dalam struktur modal dapat mengurangi penggunaan

saham sehingga meminimalisasi biaya keagenan ekuitas. Akan tetapi, perusahaan

memiliki kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan membayarkan beban bunga

secara periodik. Selain itu penggunaan hutang yang terlalu besar juga akan

menimbulkan konflik keagenan antara shareholders dengan debtholders sehingga

memunculkan biaya keagenan hutang.

3. Institutional investor sebagai monitoring agent. Moh’d et al, (1998) menyatakan

bahwa bentuk distribusi saham dari luar (outside shareholders) yaitu institutional

investor dan shareholders dispersion dapat mengurangi biaya keagenan ekuitas

(agency cost). Hal ini disebabkan karena kepemilikan merupakan sumber kekuasaan

yang dapat digunakan untuk mendukung atau menantang keberadaan manajemen,

Page 20: Makalah Teori Keagenan - Copy

21

maka konsentrasi atau penyebaran power menjadi suatu hal yang relevan dalam

perusahaan.

Arifin (2005) menambahkan mekanisme pengawasan yang dapat mengurangi

konflik keagenan, yaitu:

1. Kepemilikan terkonsentrasi

Mekanisme pengawasan ini agak mirip dengan mekanisme kepemilikan institusional.

Kepemilikan dikatakan terkonsentrasi jika untuk mencapai control dominasi atau

mayoritas dibutuhkan penggabungan lebih sedikit investor. Jika control dipegang oleh

sedikit invetor maka akan semakin mudah control tersebut dijalankan. Kepemilikan

terkonsentrasi memiliki kekuatan control yang lebih rendah dibandingkan dengan

kepemilikan institusional karena mereka tetap harus melakukan koordinasi untuk

menjalankan hak kontrolnya. Di sisi lain, mekanisme kepemilikan terkonsentrasi juga

memiliki kemungkinan lebih kecil untuk munculnya peluang bagi kelompok investor

yang terkonsentrasi untuk mengambil tindakan yang merugikan investor yang lain.

2. Pasar Manajer

Arifin (2005) meyakinkan bahwa masalah keagenan akan berkurang dengan

sendirinya karena akan dicatat kerjanya oleh pasar manajer baik yang ada dalam

perusahaan sendiri maupun yang berasal dari luar perusahaan. Lapisan manajer atas

akan digantikan oleh manajer lapisan bawahnya jika kinerjanya kurang memuaskan.

Namun, mekanisme pasar manajer ini tidak dapat sepenuhnya berjalan karena pasar

manajer bukan merupakan pasar yang sempurna. Kelangkaan tenaga manajer dan

sikap perlawanan dari pihak manajer agar posisinya tidak diganti merupakan salah

satu faktor yang menghambat diciptakannya mekanisme pasar manajer untuk

mengurangi masalah keagenan.

Page 21: Makalah Teori Keagenan - Copy

21

DAFTAR PUSTAKA

http://taskseekers.blogspot.com/2013/12/teori-keagenan.html

https://elqorni.wordpress.com/2009/02/26/mengenal-teori-keagenan/

http://derryjie.blogspot.com/2013/07/makalah-akuntansi-agency-theory.html

http://anggyansyah.blogspot.com/

http://gdeeka01.blogspot.com/

https://bungrandhy.wordpress.com/2013/01/12/teori-keagenan-agency-theory/