Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

104
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berkurangnya jumlah gigi di dalam mulut dari jumlah yang seharusnya oleh karena berbagai faktor, sehingga fungsi gigi hilang. Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti lubang besar, traumatik, penyakit jaringan pendukung gigi. Kehilangan gigi dalam jangka waktu yang lama, akan menyebabkan perubahan susunan gigi, kontak gigi sehingga makanan akan sering nyangkut Gigi tiruan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gigi tiruan penuh dan gigi tiruan sebagian. Gigi tiruan penuh dibuat pada pasien yang sudah kehilangan seluruh gigi geliginya, umumnya terdiri dari elemen gigi tiruan dari akrilik yang dilekatkan ke basis resin akrilik (semacam plastik) yang berwarna merah muda menyerupai gusi. sedangkan gigi tiruan lepasan dibuat bila masih ada sebagian gigi yang tersisa. Gigi tiruan sebagian dapat dibagi lagi menjadi gigi tiruan lepasan (yang dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien) dan gigi tiruan cekat (yang disemenkan ke gigi pasien secara permanen). Tiruan dari gigi yang

Transcript of Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Page 1: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Berkurangnya jumlah gigi di dalam mulut dari jumlah yang seharusnya oleh

karena berbagai faktor, sehingga fungsi gigi hilang. Kehilangan gigi dapat disebabkan

oleh beberapa faktor seperti lubang besar, traumatik, penyakit jaringan pendukung

gigi. Kehilangan gigi dalam jangka waktu yang lama, akan menyebabkan perubahan

susunan gigi, kontak gigi sehingga makanan akan sering nyangkut

Gigi tiruan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gigi

tiruan penuh dan gigi tiruan sebagian. Gigi tiruan penuh dibuat pada pasien yang

sudah kehilangan seluruh gigi geliginya, umumnya terdiri dari elemen gigi tiruan

dari akrilik yang dilekatkan ke basis resin akrilik (semacam plastik) yang berwarna

merah muda menyerupai gusi.  sedangkan gigi tiruan lepasan dibuat bila masih ada

sebagian gigi yang tersisa. Gigi tiruan sebagian dapat dibagi lagi menjadi gigi tiruan

lepasan (yang dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien) dan gigi tiruan cekat (yang

disemenkan ke gigi pasien secara permanen). Tiruan dari gigi yang dibuat dari bahan

tertentu untuk menggantikan gigi asli yang telah hilang.

Gigi tiruan meningkatkan kemampuan dalam mengunyah, berbicara dan

memberikan dukungan untuk otot wajah. Meningkatkan penampilan wajah dan

senyum.

1.2 TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah menyelesaikan modul ini, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan

tentang macam gigitiruan yang dapat dibuat pada pasien lansia, diagnosis, dan

rencana perawatan GT lansia, perawatan bedah mulut dan preprostetik, perspektif

fisiologis penuaan kejiwaan serta penanganannya

Page 2: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

1.3 TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah menyelesaikan modul ini, mahasiswa diharapkan mampu :

1. Menyebutkan macam gigi tiruan yang dapat dibuat pada lansia, indikasi dan

kontraindikasinya.

2. Menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain GT bagi

lansia.

3. Menganalisa kasus dalam rongga mulut, mendiagnosis, dan menentukan jenis

perawatan prostetik.

4. Menentukan dan menjelaskan rencana perawatan.

5. Menjelaskan tentang prognosis perawatan

6. Menjelaskan persiapan perawatan bedah mulut.

7. Menjelaskan macam perawatan bedah preprostetik.

8. Menjelaskan perspektif fisiologis penuaan kejiwaan dan penanganannya.

Page 3: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SKENARIO

Pasien wanita 71 tahun, ingin buat gigitiruan yang nyaman dipakai, tidak

longgar, warna gigi yang putih dan sempurna, pernah pakai GT RB tapi lupa simpan

di mana, sisa akar 26, RB anodontia totalis. Ada pembengkakan di palatal RA tapi

tidak sakit, dan ada penonjolan pada RB kanan regio kaninus terasa sakit saat

ditekan/hyperemia.

2.2 KATA ATAU KALIMAT KUNCI

Berdasarkan diskusi, maka kelompok kami menyimpulkan kata/kalimat kunci

berikut :

1. Wanita, 71 tahun

2. Sisa akar 26

3. RB anodontia totalis

4. Pembengkakan di palatal RA, tidak sakit

5. Penonjolan RB kanan regio kaninus, terasa sakit ditekan/hyperemia

6. Ingin gigi tiruan yang nyaman dipakai, tidak longgar, sempurna, dan warna gigi

putih

7. Pernah pakai GT RB tetapi lupa simpan di mana

8. Jenis gigi tiruan

2.3 PERTANYAAN

1. Apa penyebab pembengkakan di palatal rahang atas, dan penyebab penonjolan di

RB regio kaninus yang terasa sakit? (Apa hubungannya dengan pemakaian

protesa?, apa penyebab anodontia totalis RB ?)

2. Jelaskan perubahan fisiologis dan patologis kejiwaan pada pasien yang

dihubungkan dengan penuaan dan bagaimana penanganannya?

Page 4: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

3. Bagaimana psikologis dari pasien mengingat pernah lupa simpan gigi tiruan RB

yang lama dan ingin dibuatkan gigi tiruan yang sempurna?

4. Bagaimana cara menegakkan diagnosis pada kasus (anamnesa, pemeriksaan

klinis, dan pemeriksaan penunjang), serta bagaimana diagnosis dan prognosis

pada kasus?

5. Perawatan apa yang dapat dilakukan pada sisa akar 26? (Dan apa kaitannya

dengan pembuatan protesa?)

6. Apakah perlu dilakukan bedah prostetik, bila perlu perawatan apa yang dilakukan

(dan bagaiman indikasi dan kontraindikasinya) ?

a. Pada rahang atas

b. Pada rahang bawah

7. Apa saja persiapan yang perlu dilakukan sebelum perawatan bedah preprostetik

dan hubungannya dengan usia dan jenis kelamin pada kasus?

8. Apa saja komplikasi post operatif setelah bedah preprostetik?

9. Apa saja jenis-jenis gigi tiruan yang dapat digunakan pada lansia? Bagaimana

indikasi dan kontraindikasi masing-masing gigi tiruan? Bagaimana kriteria gigi

tiruan yang baik dan gigi tiruan apada yang tepat digunakan untuk kasus?

10. Hal-hal apa yang perlu diperhatikan dalam mendesain gigi tiruan bagi lansia pada

kasus, serta kaitannya dengan usia dan jenis kelamin?

11. Bagaimana teknik komunikasi yang baik pada lansia?

12. Instruksi yang dapat diberikan pada lansia yang memakai gigi tiruan?

2.4 JAWABAN

PENYEBAB PEMBENGKAKAN PALATAL RAHANG ATAS

a. Eksotosis1

Torus palatinus

Eksotosis ini terlokalisasi pada bagian tengah palatum keras dan penyebab

utamanya masih belum diketahui. Secara klinis, tampak tonjolan tulang asimptomatik

Page 5: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

yang tutupi oleh mukosa oral. Ukuran dan bentuk bervariasi mulai dari eksotosis

tunggal yang mempunyai ciri tertentu, multiloculated, bosselated, sampai iregular

dalam bentuk. Umumnya tidak memerlukan terapi khusus, kecuali pada pasien

edentulous yang memerlukan rehabilitasi prostetik, dan pada kasus pasien terganggu

dengan adanya eksotosis tersebut.

b. Papillary hiperplasia pada palatum1

Merupakan kondisi patologis terlokalisasi paling umum pada palatum dan

jarang terjadi. Umunya teradi pada pasien edentulous yang menggunakan gigi tiruan

untuk waktu yang lama dan mungkin karena inflamasi hiperplasia mukosa karena

adanya iritasi lokal kronis. Lsi dapat juga terjadi pada pasien bergigi, dan mungkin

karena iritasi mekanis dan termal dari makanan, merokok, dan lain-lain. Secara klinis

berupa nodulus hiperpalastik multifocal pada mukosa palatum, diantara daerah

dimana makanan mungkin terakumulasi, sehingga memungkinkan reaksi inflamasi.

Perawatannya dengan bedah dan terdiri dari penghilangan lesi dengan scalpel atau

loop electrosurgical.

c. Tumor2

Osteoma

Osteoma merupakan tumor odontogenik jinak yang terdiri dari tulang matur,

kompak, dan cancellous dan paling umu ditemukan pada mandibula. Osteoma banyak

terjadi pada dewasa muda dan di antara dekade ke dua dan ke lima. Dapat terjadi

pada pria dan wanita.

Tanda klinis :

Osteooma dapat muncul pada permukaan tulang dari periosteum atau dari tulag

sendiri yang disebut peripheral osteomas.

Mereka mengandung antara tulang cancellous atau kompak.

Mereka terjadi dimanapun pada maksila (palatum keras dan sinus maksilari) dan

mandibula (umumnya pada sudut).

Page 6: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Mereka umumnya merupakan massa tulang keras yang berkembang lambat,

asimptomatik, yang menyebabkan asimetri dari tulang yang terkena ketika

mereka membesar sampai proporsi yang cukup.

Mereka umumnya ditemukan pada radiografik rutin karena umunya kecil dan

asimptomatik.

Mereka dapat menyebabkan ekspansi lokal rahang bila membesar.

d. Kista2

Median palatal cyst

Kista ini merupakan kista fissura yang jarang terjadi, yang secara teori

berkembang dari epitelium yang terperangkap sepanjang garis emrionik pada saat fusi

susunan lateral palatal dari maksila. Oleh karena itu sulit dibedakan dengan

nasopalatine duct cyst. Kista ini biasanya secara klinis tampak sebagai pembengkakan

yang keras atau fluktuan pada posterior palatum keras sampai ke pappila palatum.

Nasopalatine duct cyst

Kista ini merupakan kista nonodontogenik yang paling umum pada kavitas

oral. Umumnya gejala yang paling umum termasuk pembengkakan dari bagian

anterior palatum, rasa sakit dan drainase.

e. Hiperplasia palatal

Kondisi reaktif ini merupakan hasil dari pergerakan dan kehilangan kontak

dari dasar gigitiruan rahang atas pada epitelium palatal dan jaringan konektif yang

dasar. Tampak klinis dapat bervariasi antara projeksi papila kecil yang banyak,

tampak cobblestones, area permukaan hiperplasia dengan bentuk seperti potongan

bercelah diantara “blok-blok” dari mukosa hiperplastik. Bentuk yang terakhir tersebut

lebih sering terlihat dibawah gigitiruan sebagian. Tampak klinis ini mewakili

tipehiperplastik dari denture stomatitis (klasifikasi Newton tipe III) dan diinfeksi

oleh kandida, Jaringan mungkin secara signifikan berwarna merah dan ternflamasi.

Page 7: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

f. Leaf fibroma

Lesi ini seperti namanya, true neoplasm tetapi merupakan hasil dari iritasi

friksional kronik dari jaringan lunak palatal karena pergerakan atau tidak regularnya

dari coverage gigitiruan rahang atas. Apabila tidak ditutupi dengan gigitiruan maka

akan berkembang sebagai pembengkakan bulat eksofitik non-ulcerated tetapi karena

posisnya, maka bentuknya datar seperti bentuk daun. Ini merupakan perdunculated

lesion, yang berarti mempunyai perlekatan seperti tangkai, dan dapat memiliki ukuran

yang besar, terletak tidak kelihatan pada kubah dari palatal durum. Probing dengan

lembut sering dapat menyebabkan hilangnya perlekatan pada kubah dan kemudian

bergelantung pada perlekatannya yang tipis dan sangat nyata.

g. Flabby ridges

Etiologi dan tampak klinis :

Tepi kendur merupakan hasil dari penggantian fibrous dari tepi tulang. Hal ini

paling sering terlihat pada segment anterior rahang atas tempat gigitiruan penuh

rahang atas berlawanan dengan gigi alami rahang bawah tetapi dengan sadel free end

tidak diimbangi dengan gigitiruan sebagian rahang bawah. Hasil aksi tipping yang

disebabkan oleh aksi mengunyah protrusif menghasilkan resorpsi tulang dan

penggantian fibrous dari tepi. Tepi tersebut menjadi goyang dengan berlebihan

menggambarkan kurangnya dasar jaringan keras.

PENYEBAB PENONJOLAN PADA RAHANG BAWAH

a. Eksotosis1

Torus mandibularis

Merupakan eksotosis dengan penyebab yang tidak diketahui, terlokalisir pada

aspek lingual dari tubuh mandibula, baik pada satu sisi atauu lebih umu pada

kedua sisi, dan biasanya terjadi pada regio caninus dan premolar. Umumnya

merupakan tonjolan tulang asimptomatik yang tertutupi dengan mujosa oral.

Secara radiografi, tampak seperti radiopasitas yang meligkar pada daerah

Page 8: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

lokalisasi. Torus mandibula umumnya terjadi secara alami dan tidak

membutuhkan terapi, kecuali pada saat gigi tiruan lengkap akan dibuat.

Localized mandibular buccal exotosis

Merupakan tonjolan tulang asimptomatik, umunya terlokalisir pada permukaan

bukal dari maksila dan mandibula. Penyebabnya masih tidak diketahui. Tetapi

beberapa orang menganjurkan mungkin karena bruxism dan juga karena iritasi

kronis dari jaringan periodontal. Terapi umunya tidak dibutuhkan, kecuali pada

kasus dimana terdapat ekosotosis besar, gangguan estetik dan fungsional

tercipta.

Multiple exotosis

Kasus ini jarang, tergantung pada ukuran, menciptakan masalah esetik dan

fungsional pada pasien bergigi dan edentulous. Keberadaannya terutama pada

pasien edentulous yang mengganggu peletakkan gigi tiruan lengkap, dimana

penghilangan eksotosis diperlukan.

b. Denture-induced fibrous hyperplasia1

Biasanya terjadi karena trauma kronis pada mukosa mucolabial atau mucobuccal

fold, karena gigi tiruan sebagian atau lengkap yang tidak tepat. Sayap gigi tiruan

melukai daerah ini, karena mereka sangat tipis dan lebih panjang dari normal. Lesi

dapat muncul selama awal peletakkan gigi tiruan, atau setelah beberapa waktu, karena

resorpsi tulang alveolar, perubahan regio anatomi dan penyesuaian prosthetic

appliance tidak diperdulikan. Perawatan berupa bedah dan eksisi hiperplasia.

c. Undecut tulang3

Operasi diindikasikan pada morfologi tulang baik karena pertumbuhan berlebih

terlokalisir atau merupakan hasil dari resorpsi yang tidak biasa pada ridge, yang

memberikan rintangan dari konstruksi gigi tiruan.

Page 9: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

d. Tepi tulang yang tajam 3

Bila terdapat taji-taji tulang yang tajam pada puncak alveolar yang ditutupi oleh

mukosa yang tipis karena atrofi, akan timbul rasa nyeri bila tertekan oleh gigi tiruan.

Salah satu alasan terjadinya taji-taji yang tajam ini adalah kurang diperhatikannya

gigi ketika dicabut, misalnya soketnya lupa tidak ditekan-tekan dengan baik. Alasan

lain adalah resorpsi tulang secara tidak beraturan akibat adanya kelainan periodontal.

Taji-taji ini paling sering terlihat di rahang bawah bagian anterior

e. Akar gigi yang tersisa.

f. Tumor. 2

g. Kista. 2

KLASIFIKASI PSIKOLOGIK LANSIA4

Menurut M.M. House yang dikutip dari buku ajar ilmu geligi tiruan sebagian lepasan,

membagi orang dalam empat kelompok watak berikut ini:

Philosophical Mind

Sifat orang yang termasuk kelompok ini biasanya rasional, tenang dan

seimbang. Ia berkeyakinan penuh akan kemampuan dokter gigi. Prinsipnya adalah:

“buatkan untuk saya, dan saya akan memakainya!”. Prognosis untuk penderita

semacam ini baik dan hanya membutuhkan sedikit saja perlakuan khusus. Untunglah

bahwa sebagian besar pasien termasuk dalam kelompok ini.

Exacting Or Critical Mind

Hidup orang-orang dari kelompok ini serba teratur, terlalu hati-hati, ingin

segala sesuatu secara teratur dan kadang kesehatannya jelek. Untuk segi estetik dan

fungsi protesa yang akan dipakainya, golongan ini mengharap terlalu banyak. Mereka

sukar menerima pendapat atau nasehat, bahkan mungkin ingin turut mengatur

perawatan, tak nustahil pula ia minta suatu jaminan tertulis.

Page 10: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Untuk kelompok ini, prognosis bisa baik bila tendensi ingin sempurna dan

sikap kritisnya sepadan dengan pengertian dan kecerdasannya. Bagi pasien semacam

ini, dokter gigi harus mampu menunjukkan bahwa ia memang punya kemampuan

merawat dengan cermat dan tepat. Orang-orang kritis ini amat peka terhadap hal-hal

yang menurut keyakinannya tidak baik, bahkan untuk hal-hal yang sepele sekali pun.

Hysterical Mind

Sikap dan tingkah laku kelompok ketiga ini biasanya gugup, selain tidak

memperdulikan kesehatan mulutnya sendiri. Pada umumnya pengambilan

keputusannya relative meragukan. Selain tidak kooperatif, meraka juga sulit

menerima alas an. Dalam hal ini, sekali lagi pribadi dan kemampuan dokter gigi

dalam meyakinkan pasien yang dirawatnya amat berperan. Untuk kasus-kasus seperti

ini, sukses hanyalah sesuatu yang relative, karena penderita selalu cenderung

mengeluh dan mencari-cari kesalahan orang yang merawatnya.

Indifferent Mind

Penderita yang masuk kelompok ini tidak peduli dengan penampilan dirinya

dan tidak merasakan pentingnya masalah mastikasi. Meraka biasanya tidak ulet dan

biasanya tidak mau merepotkan dirinya sendiri dalam membiasakan pemakaian

protesa. Upaya dokter gigi yang merawatnya juga kurang dihargainya. Dietnya

biasanya buruk, mungkin peminum dan kalaupun ia mau berobat, sering kali karena

bujukan relasi atau kawannya. Prognosis perawatan biasanya tidak menguntungkan,

kecuali bila penerangan dan instruksi kepadanya berhasil baik.

PERUBAHAN PSIKLOGIS LANSIA PADA PROSES PENUAAN5

Lansia sangat berbeda dengan individu yang lebih muda pada berbagai hal

karena mereka telah hidup lebih lama dengan kemungkinan telah dipengaruhi oleh

lebih banyak segmen dari aliran peristiwa yang berlangsung.

Page 11: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Ketika orang mengalami proses penuaan, perbedaan individuan cenderung

meningkat karena adanya variabel psikologis yang luas, yang disebabkan oleh

sejumlah besar faktor.

Perkembangan intelektual merupakan salah satu hal yang dipertimbangkan

dalam proses penuaan, karena aktivitas sehari-hari bergantung pada fungsi intelektual

seperti kemampuan berbicara, pertimbangan, persepsi spasial, kemampuan numerik

dan memori. Dan juga karena, banyak pendapat yang mengatakan lansia disertai

dengan penurunan sumber daya mental.

Beberapa penelitian menunjukkan fungsi intelektual meningkat terus menerus

sampai fase sangat akhir dalam hidup. Umumnya kita cenderung terus meningkat

dalam kemampuan yang tergantung pada budaya, seperti pengetahuan mengenai

dunia dan kemampuan verbal. Kinerja yang lebih lambat seiring dengan peningkatan

usia terlihat pada proses informasi terutama ketika tugas tersebut kompleks atau

dikombinasikan dengan elemen yang mengganggu. Dalam kondisi demikian, lansia

memerlukan waktu yang lebih lama daripada individu muda.

Fenomena penuaan tersebut tidak bergantung pada jenis kelamin, tingkat

intelektual, status sosial, dan ras, dan dianggap merefleksikan mekanisem penuaan

biologis, yang umumnya berlokasi pada sistem saraf pusat.

Gangguan lain yang berhubungan dengan penuaan adalah masalah memori

atau daya ingat. Gangguan memori menghambat interaksi lansia dengan

lingkungannya. Selain itu, lansia jarang menyamai individu muda dalam percobaan

memory. Pembelajaran menjadi lebih lambat dengan bertambahnya usia, sehingga

kinerja memori yang buruk berkaitan dengan pembelajaran yang kurang. Sebagai

tambahan, lansia, dengan sejarah lebih panjang dan jumlah pengalaman yang lebih

banyak tersimpan, dapat lebih terekspos dengan fenomena psikologi umum yang

disebut inteferensi: pengalaman lama dan baru menjadi beracampur dalam memori

dan menyebabkan mudah lupa.

Penuaan juga dapat menyebabkan masalah untuk mendapat akses pada

informasi yang tersimpan – yang disebut pengambilan kembali pengetahuan. Dan

Page 12: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

juga, beberapa investigasi menunjukkan dewasa muda lebih fokus pada detail,

sedangkan lansia lebih okus pada unit yang lebih tinggi dari pemahaman.

Beberapa lansia juga menunjukkan tanda kerusakan otak dan perubahan

fungsi mental. Kemampuan intelektual dan memori mereka memburuk, beberapa

menjadi terganggu dalam bersikap, dan reaksi emosional mereka dapat berubah

secara drastis. Kondisi tersebut disebut dementia. Dan pada beberapa kasus dapat

berujung pada ketergantungan parah.

Pada lansia, tugas dalam perkembangannya adalah untuk mencapai intergritas

ego; untuk mencapai penerimaan mengenai sifat alami yang unik, berakhir dengan

perasaan telah mempunyai hidup yang bermakna sebagai hasil dari perbuatannya.

Kegagalan mencapai kondisi ini dapat meproduksi keputusasaan pada lansia.

Ada dua sudut pandang mengenai kemampuan lansia dalam mengatasi stress,

yang pertama mengatakan seiring dengan bertambahnya usia maka mekanisme untuk

mengatasi stress semakin bertambah dewasa, dan yang kedua mengatakan dengan

bertambahnya usia maka kemampuan mengatasi stress mengalami penurunan.

Namun, lebih banyak bukti yang mendukung, pendapat yang pertama.

Demensia6

Demensia merupakan gangguan kognitif, yang biasanya disebut sebagai

organic brain syndrome. Selain itu pada lansia juga sering terjadi gangguan mental

seperti, gangguan perkembangan, depresi atau psikosis, dan dapat mempengaruhi

perawatan kesehatan oral yang optimal. Namun, gangguan mental yang paling umum

pada lansia di atas 70 tahun yaitu demensia yaitu demensia/dementia yang berkaitan

dengan penyakit Alzheimer’s (demensia senile (pikun) dari tipe Alzheimer), multi-

infarct dementia, dan beberapa penyakit lainnya Demensia diartikan sebagai

kehilangan kapasitas intelektual pada orang dewasa yang parah untuk mempengaruhi

fungsi sosial atau pekerjaan.

Beberapa kriteria diagnositik untuk demensia :

a. Gangguan pada memori jangka pendek dan panjang

Page 13: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

b. Paling sedikit satu dari beberapa hal di bawah ini;

Gangguan berpikir abstrak

Gangguan pertimbangan

Perubahan personalitas

Gangguan kortikal lainnya (agnosia, aphasia, apraxia, gangguan visuospatial)

c. Gangguan pada poin a dan b secara signifikan mengganggu fungsi kerja atau sosial

d. Tidak terjadi secara khusus selama kasus/tahap delirium.

e. Gangguan berkaintan dengan :

Berhubugan dengan faktor organik tertentu

Tidak dihitung untuk gangguan mental nonorganic

Penangangan klinik pada tahap demensia :

Pendekatan Tahap penyakit demensia

Dini Pertengahan Lanjut dan terminal

Pertimbangan

umum

Perubahan minimal Sedasi mungkin

diperlukan, dan

konrol rutin lebih

frekuen

Sedasi mungkin

diperlukan, dan

konrol rutin lebih

frekuen

Spesifik Mendesain rencana

perawatan untuk

mengatasi penurunan

Mendesain

rencana perawatan

dengan perubahan

minimal (gigi

tiruan di-reline

daripada dibuat

ulang bila

mungkin)

Perawatan

emergensi/darurat

Mengembalikan

fungsi secepat

mungkin,

Pencegahan

agresif,

penggunaan

Perawatan dan

pemeliharan dentisi

atau gigi-geligi.

Page 14: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

pencegahan dengan

agresif.

fluoride topikal,

perawatan

kebershan mulut

sehari-hari, DHE

PENEGAKAN DIAGNOSIS

Evaluasi atau pemeriksaan pada lansia memerlukan beberapa modifikasi dan

penambahan pemeriksaan klinis yang dilakukan pada pasien muda. Komponen dari

riwayat pasien dan pemeriksaan klinis dan juga lingkungan fisik dan kemampuan

komunikasi penting.7

Anamnesa8

a. Keluhan utama

Penting untuk menentukan keluhan utama pasien atau masalah yang mendorong

pasien berkunjung ke dokter gigi. Pasien harus diarahkan untuk mendiskusikan

semua aspek dari masalah saat ini, meliputi permulaan, durasi, gejala, dan faktor

yang berhubungan, sehingga dapat ditentukan test diagnostik apa yang perlu untuk

menentukan penyebab dan perawatan untuk keluhan.

b. Review medis

Melalui riwayat medis ini dokter gigi diharapkan dapat mengidentifikasi : (1)

penyakit menular yang memerlukan perhatian khusus, pencegahan, prosedur, atau

konsul; (2) alergi atau medikasi yang dapat mengkontraindikasikan penggunaan

obat-obatan tertentu; (3) penyakit sistemik dan abnormalitas jantung yang

memerlukan prosedur yang kurang berat atau penggunaan antibiotik profilaksis;

dan (4) perubahan fisologis yang berhubungan dengan penuaan yang dapat

mengubah tampak klinis dan mempengaruhi perawatan. Dokter juga dapat

mengidentifikasi kebutuhan untuk konsultasi medis atau konsul ke dokter lain

sebelum melakukan perawatan dental.

Page 15: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

c. Review sosiologis dan psikologis

Dalam kunjungan awal dokter harus memastikan sikap pasien, prioritas, harapan,

dan motivasi pada perawatan dental. Informasi tambahan harus dikombinasikan

dengan apresiasi pasien terhadap dental, pendidikan, kebiasaan, riwayat keluarga,

pekerjaan, situasi finansial yng dapat mengidikasikan komitmen pasien terhadap

perawatn dental.

d. Riwayat dental

Meliputi menilai pengalaman dental terdahulu, dan masalah dental sekarang.

Beberapa hal yang perlu dinilai seperti masalah dan perawatan dental terdahulu,

frekuensi perawatan dental dan presepsi perawatan yang dapat mengindikasikan

perilaku pasien yang akan datang. Sekaligus untuk mengetahui apakah pasien

mampu menorelansi perawatan dental, ada masalah dengan perawatan dental,

indetifikasi maslah lainnya.

e. Penilaian resiko

Kebanyakan penyakit berhubungan dengan beberapa kebiasaan/sosiodemografik,

fisik/lingkugan, mikrobiologi atau faktor host.

Pemeriksaan medis7

Penampilan fisik pasien, status nutrisi, gaya berjalan, postur tubuh, sikap dan

perilaku dapat memberikan petunjuk penting selama proses pemeriksaan dan

diagnosis. Dalam pemeriksaan ini harus mendapat informasi penting mengenai

riwayat medis, kondisi atau penyakit sistemik yang diderita, dan informasi medis

yang penting lainnya. Beberapa diantaranya yaitu :

Apakah sekarang pasien berada dalam perawatan dokter atau petugas medis

Riwayat rawat inap terdahulu

Medikasi sekarang

Alergi

Page 16: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Penyakit jantung, murmur jantung, tekanan darah tinggi atau riwayat demam

reumatik

Diabetes

Tuberkolosis atau penyakit paru lainnya

Hepatitis atau penyakit hati lainnya

Penyakit ginjal, dan

Kelainan perdarahan atau kelainan darah.

Selain itu dilakukan pula pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital misalnya,

tekanan darah, denyut jantung, respirasi, temperatur tubuh, dan lain-lain. Status

mental juga dicatat dan diperhatikan. Kelainan mental afektif dan organik sering

terjadi pada lansia.

Pemeriksaan kesehatan mulut7

Keluhan pasien dan sejarah dental

Perhatian yang hati-hati harus diberikan agar dapat mengerti kebutuhan pasien

dan prioritas perawatan. Beberapa komplain kesehatan umum yang tidak dilaporkan

harus diperhatikan dan didapatkan dalam strategi interview yang “close ended”.

Pertanyaan harus diarahkan ke alasan spesifik dari kunjungan dental, sejarah

terdahulu dari perawatan dental, alasan kunjungan terdahulu, apakah mereka

mempunyai X-ray atau rekaman dental terdahulu, dan apakah ada hambatan untuk

menerima perawatan kesehatan oral yang komperhensif (seperti keuangan,

ketakutan,dan kegelisahan, dan lain lain)

Juga harus diperhatikan kebiasaan menjaga kesehatan oralnya sehari-hari

seperti sikat gigi, flossing, pasta gigi berfluoride, dan lain-lain.

Pemeriksaan ekstraoral7

Bentuk wajah, meliputi: simetri dan ukuran mata, hidung, mulut dan telinga; profil

wajah dari maksila dan mandibula; warna kulit; pembengkakakn (unilateral atau

bilateral)

Page 17: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Kulit, meliputi: pigmentasi; warna; tekstur; elastisitas; keberadaaan edema;

nodula; ulserasi; bekas luka; atau kelainan permukaan lainnya.

Rambut, meliputi: warna; tekstur; dan distribusi

Mata, meliputi: sclera; lensa; ukuran dan karateristik mata da dan kelopak mata;

konjuktiva.

Telinga, meliputi anatomi dan palpasi.

Limfe nodus, meliputi ukuran, kelunakan, dan mobilitas.

TMJ atau otot mastikasi, meliputi: kelunakan, suara sendi, jarak pembukaan

maksimum, pergerakan rahang.

Glandula parotid: anatomi dan karakteristik permukaan.

Sinus: palpasi dan tes perkusi.

Leher: pemeriksaan visual dan palpasi.

Nafas: pemeriksaan halitosis.

Pemeriksaan jaringan lunak perioral dan oral harus meliputi inspeksi dan palpasi

bidigital dan bimanual. Yang diperksa meliputi :9

a) Bagian atas dan bawah bibir dan mukosa labial

b) Komisura kanan (sudut mulut)

c) Mukosa bukal kanan

d) Komisura kiri, dan mukosa bukal kiri

e) Mukosa vestibular bukal kanan maksila, mukosa alveolar dan gingiva

f) Mukosa vestibular bukal anterior maksila, mukosa alveolar dan gingiva

g) Mukosa vestibular bukal kiri maksila, mukosa alveolar dan gingiva

h) Mukosa vestibular bukal kiri mandibula, mukosa alveolar dan gingiva

i) Mukosa vestibular bukal anterior mandibula, mukosa alveolar dan gingiva

j) Mukosa vestibular bukal kanan mandibula, mukosa alveolar dan gingiva

k) Dorsum lidah, lateral kanan, dan bagian pinggir posterolateral lidah, lateral kiri,

dan bagian posterolateral lidah

l) Dasar mulut

m) Permukaan ventral lidah

Page 18: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Hasil pemeriksaan jaringan lunak ini harus meliputi abnormalitas dalam warna,

ukuran konsistensi, tekstur, pigementasi, dan adanya keberadaan pembengkakan,

ulserasi, vesikel, bullae, coating, atau abnormalitas permukaan. Adanya abnormalitas

digambarkan secara standar termasuk dengan ukuran dan lokasinya.

Pemeriksaan periodonsium1

Beberapa hal yang harus diperiksa meliputi lokasi dan tingkat pendarahan dan

inflamasi gingiva, dan penumpukan plak lunak yang berhubugan serta kalkulus keras,

posisi berlawanan dan proksimal gigi yang relatif dan juga kontrak proksimal serta

hubungan marginal ridge. Periodontal probing juga sebaiknya dilakukan untuk

mengetahui poket dan resesi. Pemeriksaan kehilangan tulang harus dilakukan

terutama pada gigi dengan banyak akar. Radiografi periapikal dan bitewing dapat

digunakan untuk menentukan tingkat dukungan tulang.

Pemerikaan alveolar ridge8

Dokter gigi harus menentukan karakteristik alveolar ridge, meliputi bentuk, ukuran,

integritas mukosa oral, tuberositas, jarak antar rahang, dan tingkat resorpsi tulang

yang berhubugan dengan kehilangan gigi.

Oklusi7

Beberapa hal yang harus diperiksa yaitu, deviasi dan defleksi yang berkaitan dengan

garis tengah maksila dan mandibula selama membuka dan menutup mulut; kelainan

oklusi; keluhan yang berkaitan dengan TMJ, periodonsium, atau gigi, keausan

oklusal, dan migrasi atau kegoyangan gigi; hubungan gigi ke rahang. Pembuatan

cetakan diagnostik dapat dilakukan untuk memantu mempelajari bentuk, ukuran, dan

posisi gigi, sisi oklusal, dan struktur jaringan pendukung pad alansia.

Bantuan diagnostik

Evaluasi radiografik diperlukan untuk mengidentifikasi karies, lesi periapikal,

penyakit periodontal dan lesi intraosseous, yang disesuaikan dengan pemeriksaan

klinis dan riwayat kasus. Radiografik juga dapat membantu mengevaluasi sinus,

pertimbangan preprostetik, identiikasi trauma dan deteksi abnormalitas lainnya. 7

Page 19: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Indikasi radiografik pada situasi klinis :8

Adanya terapi periodontal atau saluran akar terdahulu

Riwayat rasa sakit atau trauma

Riwayat genteik dari anomali dental

Bukti klinis penyakit periodontal

Restorasi dalam atau besar

Lesi karies dalam

Gigi yang malposisi atau impaksi secara klinis

Pembengkakan

Malposisi gigi

Inffeksi fistula atau traktus sinus

Abnormalitas perkembangan

Keterlibatan oral pada penyakit sistemik yang diketahui atau dicuragai

Bukti adanya benda asing

Gigi abutment pada protesa sebagian cekat atau lepasan

Pendarahan yang tidak dapat dijelaskan

Sensitivitas gigi yag tidak dapat dijelaskan

Morfologi, kalsifikasi, atau warna yang tidk umum pada gigi

Gigi yang hilang karena alasan yang tidak diketahui

Beberapa rekomendasi untuk pemeriksaan radiografi yang efektif. Radiografi

tidak dapat menggantikan pemeriksaan klinis, termasuk anamnesa riwayat pasien.

Pemeriksaan radiografi didasarkan pada kriteria terapi periodontal dan endodotik

terdahulu, adanya implant, bukti klinis adanya penyakit periodontal atau lesi karies

dalam, riwayat rasa sakit atau trauma, pembengkakan, mobilitas gigi dan restorasi

yang dalam atau besar. Ketika dokter gigi memeriksa restorasi, keperluan periodontal

dan endodontik, radiografi panoramik kurang efektif dibanding film intraoral. Karena

itu, penting untuk men-screening kondisi patologis sebelum pembuatan gigi tiruan

lengkap. Untuk pasien bergigi, pemeriksaan awal biasanya memerlukan posterior

bite-wing dan radiografi periapikal tertentu, tetapi, radiografi intraoral seluruh muut

Page 20: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

atau radiografi panoramik biasanya diindikasikan untuk pasien tidak bergigi. Pada

kontrol rutin pasien dengan resiko karies rendah sebaiknya dengan posterior bite-

wing pada interval 2-3 tahun, dan pasien dengan resiko karies tinggi memerlukannyas

setiap tahun sampai setiap 18 bulan. Pada daerah di mana terdapat tanda penyakit

periodontal, pasien harus melakukan pemeriksaan individual dengan menggunakan

periapikal dan/atau bite-wing.7

Tes pulpa penting ketika pasien mengeluhkan sakit, ketika radiografi menunjukkan

radiolusensi periapikal dan ketika terdapat pembengkakan jaringan lunak atau fistula.

Juga penting ketika terdapat perubahan warna gigi dan sebelum preparasi mahkota

atau mendesain abutment dari gigi tiruan lepasan atau cekat. Selain itu dapat pula

dilakukan tes termal panas dan dingin atau tes pulpa elektik. Namun pada lansia,

karena ruang pulpa mungkin telah mengalami sklerosis, lansia mungkin mempunyai

gigi vital yang berespon negatif. 7

Tes laboratorium merupakan metode tambahan untuk memeriksa lansia. Termasuk :

tes mikrobiologi, tes darah (meliputi serologi, hematologi, kimia darah dan

imunohematologi), analisis urin (untuk penyakit ginjal, diabetes melitus, dan

hipertiroidism), tes kontak alergi, sitologi ekfoliasi oral, dan biopsi oral, eksisi dan

insisi dengan biopsi. 7

Evaluasi Prostetik7

Prostetik yang ada harus dievaluasi dengan baik. Cara bicara pasien harus dicatat.

Begitu pula dengan tampilan estetik pasien. Ketika protesa dilepas, harus dinilai : 1)

defek akibat gigi tiruan (retakan, gigi yang hilang, gigi yang aus, atau dasar gigi

tiruan), 2) penggunaan bahan adesif untuk gigi tiruan, 3) identifikasi gigi tiruan.

Ketika protesa dipakai kembali, dinilai : 1) stabilitas, 2) retensi), 3) dimensi vertikal

oklusi, 4) kontak oklusal, 5) perpanjangan batasan periferal, dan 6) posisi relatif dari

protesa maksila dan/atau mandibula.

Selain itu tanggapan dan keluhan pasien mengenai gigi tiruannya juga penting dicatat.

Page 21: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Menurut buku “Studervant’s art and science of operative dentistry 4th

edition”, fase perawatannya yaitu :

1. Fase darurat. Fase ini dimulai dengan penilaian kondisi medis dan riwayat pasien.

Pasien yang memperlihatkan pembengkakan, rasa sakit, pendarahan dan infeksi

harus ditangani secepat mungkin, sebelum dimulainya fase berikutnya atau

bertambah parah.

2. Fase kontrol. Perawatan pada fase konrol meliputi: (1) mengeleminasi penyakit

aktif seperti karies dan inflamasi, (2) menghilangan kondisi yang mencegah

pemeliharaan, (3) mengeleminasi penyebab potensial penyakit, dan (4) memulai

aktivitas kedokteran gigi pencegahan. Contoh perawatan pada fase ini meliputi :

pencabutan gigi, perawatan saluran akar, debridemen periodontal dan skeling,

occlusal adjustment sesuai keperluan, penghilangan karies, mengganti atau

memperbaiki restorasi yang defektif, melakukn kontrol karies.

3. Fase reevaluasi. Merupakan fase diantara fase kontrol dan definitif yang

memberikan waktu untuk meredanya inflamasi dan waktu untuk penyembuha.

Kebiasaan perawatan di rumah dianjurkan, motavasi untuk perawatan berikutnya

juga diberikan, dan perawatan awal serta respon pulpa juga direevaluasi sebelum

perawatan definitif.

4. Fase definitif. Merupakan fase koretif atau definitif meliputi perawatan

endodontik, periodontik, orthodontik, bedeah mulut, dan prosedur operatif

sebelum perawatan prostodontik cekatan atau lepasa.

5. Fase pemeliharaan. Meliputi pemeriksaan periodik regular (kontrol rutin) yang

perlu untuk (1) menentukan perlunya penyesuaian untuk mencegah kerusakan

yang lebih jauh, dan (2) menyediakan kesempatan untuk melakukan perawatan di

rumah yang optimal. Frekuensi reevaluasi perawatan selama fase pemeliharaan

tergantung resiko pasien untuk terkena penyaki dental. Pasien yang memiliki

kesehatan periodontal stabil dan riwayat terbaru tanpa karies dapat mempunyai

interval yang lenih lama dalam kontrol rutin (misalnya 9 sampai 12 bulan atau

Page 22: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

lebih lama). Sedangkan, mereka dengan resiko karies yang tinggi dan/atau

kerusakan periodontal harus diperiksa lebih sering (misalnya 3 sampai 4 bulan).

PEMERIKSAAN SEBELUM BEDAH PREPROSTETIK2

Evaluasi Pasien

Evaluasi pasien sangat penting sebelum memulai pembedahan untuk

menerima protesa. Riwayat lengkap harus diambil dan pemeriksaan fisik harus

dilakukan :

Keluhan utama pasien

Tujuan estetik dan fungsional pasien didata, dan dokter gigi harus menentukan

apakah kebetuhan tersebut dapat dicapai.

Kemampuan adapatasi psikologis pasien akan membantu untuk menentukan

penggunaan gigi tiruan dengan efektif.

Evaluasi pengalaman terdahulu dengan gigi tiruannya, untuk memantu mendata

kemampuan pasien untuk beradaptasi dengan perawatan protesa.

Status kesehatan umum, medikasi yang diambil, dan resiko harus dievaluasi.

Pemeriksaan jaringan lunak intraoral

Kuantitas dan kualitas jaringan di atasnya harus ditentukan. Mukosa harus

kuat/keras dan berkeratin dan tidak lemah/flabby.

Vestibula harus dipalpasi secara manual dan harus bebas dari semua inflamasi,

ulserasi atau pertumbuhan.

Perlekatan otot dan perlekatan frenulum dengan crest alveolar harus didata karena

hal tersebut sering bertanggung jawab untuk kehilangan peripheral seal selama

mastikasi dan berbicar. Kedalaman vestibula lingual dan perlekatan otor

mylohyoid pada aspek lingual mandibula harus dievaluasi karena umunya

dihubungkan dengan pergerakan lidah dan bertanggung jawab pada perpindahan

gigi tiruan rahang bawah.

Page 23: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Jaringan lunak dan patologi tulang bila terdapat harus diperhatikan.

Pemeriksaan lengkap pada palatum keras dan palatum lunak untuk refleks muntah

harus dilakukan.

Pemeriksaan struktur tulang intraoral

Semua daerah maksila dan mandibula harus diperiksa, dipalpasi dan diperiksa

secara radiografik dan model, harus dilakukan. Ridge tulang maksila dan mandibula

harus dievaluasi untuk keberadaan penyimpangan kasar seperti eksotosis, undercut,

torus, ridge mylohyid yang tajam, bony prominence (tonjolan tulang), harus

dievaluasi. Perlekatan frenulum dan otot pada alveolar crest harus dievaluasi. Ridge

harus memiliki kontur, tinggi, lebar, dan bentuk yang baik. Hubungan antar rahang

maksila dan mandibula pada tiga bidang /plane harus ditentukan. Jarak antar rahang

terutama pada regio tuberositas maksila harus diperiksa untuk adanya kelebihan

vertikal dari tuberositas.

Evaluasi Radiografi

Pemeriksaan radiografi membantu untuk mendeteksi adanya apeks akar yang

tertanam dan impaksi gigi. Keberadaan kista dan tumor harus dievaluasi. Posisi

foramen mental dan ketebalan/densitas tulang maksila dan mandibula harus diperiksa.

Pemeriksaan radiografi sebaiknya termasuk :

Orthopantomograph (OPG)

Cepahlogram lateral

3D CT Scan

DIAGNOSIS

Menurut kesepakatan kelompok kami, maka :

1. Pembengkakan pada rahang atas merupakan : TORUS PALATINUS atau

TORUS MAKSILA10

Tori (berarti tonjolan atau gumpalan dalam bahasa Latin) merupakan

eksostosis yang terbentuk oleh tulang kortikal padat dan sumsum tulang yang

Page 24: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

terbatas, dan tertutupi oleh mukosa tipis dengan vaskularisasi yang buruk. Tori

biasanya terletak pada ridge longitudinal pertengahan palatum, pada pertemuan

apofisis palatum maksila atau pada sisi internal cabang horizontal rahang, di atas

garis mylohyoid pada level area premolar, dan area kaninus, menunjukkan sebuah

pertumbuhan yang sangat lambat dan progresif dan dapat terhenti secara spontan.

Castro Reino et al mendefinisikannya sebagai sebuah protuberansia tulang

kongenital dengan karakteristik jinak, menyebabkan kerja berlebihan dari osteoblast

dan tulang yang akan didepostikan sepanjang garis fusi palatum atau pada corpus

hemimandibular.

Etiologi

Penyebab tori yang sebenarnya masih belum jelas. Teori yang diterima secara

luas adalah genetik, tetapi belum selalu dapat menunjukkan sifat dominan autosomal.

Pada tiga kasus yang dianalisis oleh Curran et al, seorang anak perempuan, ibu, dan

nenek memiliki osteosklerosis dominan autosomal, tori mandibular (TM) dan tori

palatum (TP) ditemukan terdapat pada ketiga perempuan tersebut. Pada penelitian

oleh Eggen, penelitian ini hanya mampu memperkirakan sifat genetik TM pada

29.5% kasus; sisanya, sekitar 70% dihubungkan pada faktor lingkungan, utamanya

tekanan oklusal. Dalam penelitian Reichart et al, mereka menemukan sebuah korelasi

signifikan antara insidensi torus dan kejadian gigi abrasi pada orang Thailand, tetapi

tidak pada orang Jerman. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sirirungrojying et al,

Page 25: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Clifford et al, Kerdpon et al, mereka menemukan sebuah hubungan antara TM dan

kebiasaan parafungsional, tetapi mereka tidak menemukan hubungan dengan TP.

Peneliti lain menyebutkan kebiasaan makan, kondisi defisiensi vitamin atau

suplemen kaya akan kalsium, dan juga diet berhubungan dengan prevalensi TM dan

TP. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Eggen et al dan Al-Bayaty et al, mereka

mengasosiasikan konsumsi ikan dengan kejadian tori karena ikan mengandung Ω3

unsaturated fatty acid dan vitamin D, meningkatkan pertumbuhan tulang.

Sasaki et al mencoba untuk menggambarkan sebuah hubungan antara kejadian

tori dan penggunaan fenitoin berkepanjangan, tetapi tidak mampu untuk

menyimpulkan penyebab terjadinya tori. Namun demikian, mereka

mendeterminasikan tori merupakan sebuah faktor yang menyebabkan sebuah

peningkatan ukuran karena fenitoin menginduksi sebuah peningkatan homeostasis

kalsium yang berfungsi sebagai agen osteogenik.

Jenis Kelamin

TP sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki, dan diyakini bahwa

kemungkinan terdapat sebuah tipe dominan yang terpaut kromosom X. Pada seluruh

penelitian yang dibahas, terdapat sebuah kejadian TP yang lebih tinggi pada

perempuan daripada laki-laki walaupun tidak seluruh penelitian mengamati

perbedaan ini menjadi signifikan.

Sama halnya dengan TM, beberapa peneliti tidak menemukan perbedaan

signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam penelitian mereka walaupun pada

seluruh penelitian, TM lebih umum pada laki-laki.

Page 26: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Ukuran

Pertumbuhan tori terjadi secara bertahap, menjadi semakin besar pada dekade

kedua dan ketiga. Di antara seluruh penelitian yang dibahas, tidak terdapat konsensus

mengenai bagaimana mengklasifikasikan pertumbuhan tori; tiap penelitian

mengklasifikasikan pertumbuhan secara berbeda.

Haugen dan Eggen et al mengklasifikasikan pertumbuhan tori pada ukuran

kecil, sedang, dan besar, kurang dari 2 mm, 2 sampai dengan 4 mm, dan lebih dari 4

mm, secara berurutan. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Haugen,

mayoritas TP berukuran kecil, dengan 69,85% (322) TP ditemukan pada 6.44%

individu. Pertumbuhan untuk TM juga kecil, dan ditemukan pada 60,11% TM atau

4,40% individu. Kadang karena eksostosis tersebut sangat kecil, peneliti tersebut

tidak menyadari keberadaan tori akibat tertutupi oleh lapisan mukosa. Pada penelitian

yang dilakukan oleh Eggen, TM berukuran kecil poaling banyak terjadi, pada kedua

kelompok penelitian, sebanyak 59.5% (72), pada kelompok kontrol 66.7% (68);

untuk TP juga lebih banyak terdapat TP berukuran kecil, sebanyak 91% (689).

Klasifikasi yang dibuat oleh Reichart et al, mengklasifikasikan tori pada grade

1, berukuran kecil sampai dengan 3 mm; grade 2, berukuran sedang sampai dengan 6

mm; dan grade 3, berukuran besar di atas 6 mm.

Diagnosis

Pada kebanyakan kasus, penemuan tori biasanya secara incidental dan diamati

selama pemeriksana klinis pada tempat praktik dokter gigi. Kondisi ini terjadi karena

Page 27: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

tori bersifat asimptomatik, dan mereka yang memiliki torus tidak menyadarinya.

Beberapa pasien mungkin mengalami gangguan fonetik, keterbatasan mekanisme

mastikasi, ulserasi mukosa, deposit makanan, ketidakstabilan prostetik, dan

beberapoa pasien mungkin mengalami cancerophobia.

Tori didiagnosis dengan melakukan pemeriksaan klinis:

Torus palatina dapat berbentuk unilobular, polylobulated, rata, dan berbentuk spindle,

terletak pada garis median palatum durum.

Torus mandibula biasanya simetris dan bilateral, tetapi dapat juga unilateral,

terletak pada sisi lingual mandibula, di atas garis mylohyoid dan apda area premolar.

Sinar-X yang digunakan menunjukkan pencitraan radiodense dengan sebuah

densitas yang agak lebih tinggi dari tulang sekeliling. Penggunaan sinar-X

(periapikal, oklusal, dan panoramik) tidak begitu berguna karena tori dapat dengan

mudah didiagnosis selama pemeriksaan klinis.

Pemeriksaan histopatologis menunjukkan tori memiliki struktur yang sama

dengan strutur kompak dari tulang normal, memberikan sebuah struktur agak serupa

sponge dengan ruang sumsum.

Komplikasi Pembedahan Tori

Torus Palatinus Torus Mandibula Post-Operatif

1. Perforasi kavitas nasal;

2. Anestesi sekunder akibat

kerusakan nervus

palatina;

3. Nekrosis tulang akibat

1. Fraktur mandibula;

2. Hipoestesia akibat teknik

tronkular bawah yang

buruk;

3. Injeksi anestesi ke dalam

1. Hematoma;

2. Edema;

3. Suture yang terbuka;

4. Infeksi;

5. Nekrosis tulang dan

Page 28: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

prosedur pendinginan

akibat pengeboran dalam

pembedahan;

4. Hemorrhage akibat

cedera arteri palatina;

5. Dilaserasi mukosa

palatina;

6. Fraktur tulang palatina.

pembuluh darah;

4. Fragmen tulang yang

tertelan atau terhirup;

5. Devitalisasi gigi

tetangga;

6. Cedera duktus saliva;

7. Cedera nervus lingual;

8. Laserasi mukosa;

9. Adaptasi flap yang

buruk.

mukosa;

6. Neuralgia;

7. Bekas luka yang

buruk.

Sumber: García-García AS, Martínez-González JM, Gómez-Font R, Soto-Rivadeneira A, Oviedo-Roldán L. Current status of the torus palatines and torus mandibularis. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2010. Mar 1; 15(2): 359.

Differensial diagnosis :

Tumor

Kista

2. Penonjolan pada rahang bawah merupakan : TULANG/LINGIR TAJAM

Differensial diagnosis :

Torus mandibularis

Localized mandibular buccal exotosis

Multiple exotosis

Denture-induced fibrous hyperplasia

Tumor

Kista

PROGNOSIS7

Faktor yang mempengaruhi penentuan prognosis

Menentukan prognosis memerlukan estimasi akurat dari :

Penyakit yang terjadi bersamaan

Page 29: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Keparahan masalah

Sikap pasien

Reaksi sebelumnya yang merugikan

Kemampuan untuk mematuhi dan berkeja sama

Besarnya keutungan melawan biaya dan resiko yang ditimbulkan

Beberapa hal yang memepangaruhi prognosis :

Bedah Mulut

Keadaan penyakit sistemik (meliputi kemampuan untuk bertahan mengatasi

tekanan bedah, perhatian terhadap bakteremia, status koagulasi, imunosupresi),

ankilosis, gigi yang dirawat endodontik, kelebaran jaringan ridge yang

terkeratinisasi, kontur ridge, potensi ridge maksila dan mandibula untuk fraktur,

dan lain-lain.

Protesa cekat

Karies, kebersihan muut, penyakit periodontal, plane oklusal, kebiasaan

parafungsional, dukungan tulang, keadaan gigi penyangga, status endodontik,

dentisi/gigi-gigi yang berlawanan, jumlah dan posisi gigi yang akan digantikan,

dan lain-lain.

Gigi tiruan lepasan sebagian

Dimensi vertikal (vertikal space), karies, penyakit periodontal, bruxism,

konfigurasi dan integritas abutment, ketangkasan pasien, kebersihan mulut, saliva,

dan lain-lain.

Gigi tiruap lengkap

Persepsi kebutuhan pasien, dimensi vertikal, bentuk dan ukuran rahang, hubungan

rahang, status neuromotorik, refleks muntah, torus, dan lain-lain.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN DALAM PERAWATAN

PROSTODONTIK4

Faktor Psikologik

Page 30: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Menurut penelitian, ternyata faktor psikilogik amat berperan dalam

penerimaan seseorang terhadap protesa yang akan dipakainya. Salah satu aspek

penting dalam hal ini adalah hubungan timbale balik antara dokter dengan

pasiennya. Sebuah restorasi yang secara teknis dibuat dengan sangat baik, bisa saja

gagal karena faktor manusianya. Sebaliknya, protesa yang secara teknis sebetulnya

kurang, bahkan tidak memenuhi syarat, tetapi tidak sampai mengganggu toleransi

fisiologik jaringan mulut, dapat juga diterima pasien karena adanya hubungan yang

baik dengan dokternya. Mengingat hal ini, mengenal dan memanfaatkan potensi

yang berkaitan dengan tingkah laku ini menjadi penting bagi seorang dokter gigi.

Faktor kesehatan umum

Kecuali dalam hal-hal luar biasa, seorang penderita yang kesehatannya buruk,

sebaiknya dihindarkan dari suatu perawatan yang makan waktu panjang serta

melelahkan. Kebijaksanaan seperti ini sebetulnya mungkin bertentangan dengan

perawatan ekstensif, yang kadang-kadang justru merupakan perawatan ideal.

Faktor jenis kelamin

Pada umumnya wanita cenderung lebih memperhatikan estetik dari pada

seorang pria.

Faktor sosial ekonomi

Sering kali perawatan yang tepat dianggap perawatan yang ideal pula.

Padahal, secara praktis harus dilihat juga kemampuan pembiayaan perawatan

penderita.

Geligi tiruan lengkap umpamanya, mungkin membutuhkan biaya terrendah

baik dari segi pembuatan maupun untuk pemeliharaannnya. Sebaliknya, geligi tiruan

sebagian lepasan biasanya memerlukan biaya pembuatan dan pemeliharaan lebih

tinggi dibanding protesa lengkap. Bila geligi tiruan sebagian lepasan yang jadi

pilihan, kadang-kadang perlu dibuat satu atau lebih restorasi, seperti mahkota atau

inlay, perawatan saluran akar. Belum lagi bila harus dilakukan perawatan periodontal.

Faktor kedudukan

Page 31: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Kedudukan seseorang merupakan faktor penting pula dalam penentuan

perawatan prostodontik mana yang sebaiknya diberikan kepadanya. Orang-orang

professional mungkin membetuhkan perawatan immidiat, sedangkan untuk pekerja

kasar, perawatan konvensional akan lebih cocok.

Faktor keinginan dan sikap

Sebelum penentuan pilihan perawatan, sikap dan keinginan penderita

mengenai gigi aslinya yang masih tinggal, tak boleh diabaikan. Sikap dan keinginan

mereka bisa bervariasi dan berbeda satu sama lainnya.

Faktor waktu

Geligi tiruan yang seharusnya bisa menjadi perawatan ideal, tidak selalu dapat

dilaksanakan, keran kendala waktu pelaksanaan

PERTIMBANGAN BERKAITAN DENGAN SISA AKAR11

Pertimbangan sebelum mencabut gigi asli, dimana meliputi satu atau lebih dari

keadaan-keadaan berikut yaitu :

Kelainan periodontal lanjut disertai kerusakan tulang yang berat di sekeliling

gigi.

Mahkota klinisnya rusak berat (sampai daerah subgingival), yang tidak mungkin

lagi direstorasi, akar yang patah.

Abses periapikal atau lateral yang tidak dapat dirawat dengan baik.

Gigi yang sangat miring sehingga menimbulkan kesulitan jika digunakan sebagai

pegangan bagi gigi tiruan cekat atau gigi tiruan sebagian lepas.

Gigi yang terlalu jauh keluar dari soketnya (ekstrusi) dan mirnig, yang

mengganggu penempatan bidang oklusal.

Selain itu diperhatikan pula :

Kesehatan umum pasien

Ini menentukan luas dan tahapan tindakan bedah yang dilakukan. Dalam banyak

hal mungkin akan lebih baik bagi pasien jika gigi yang goyang atau patah

Page 32: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

dipertahankan daripada dicabut. Bagi pasien lain, mungkin kesehatannya akan

membaik jika gigi-gigi yang meradang dicabut.

Umur pasien

Umur dapat ikut menentukan apakah gigi sisa perlu dibuang. Jika pasien telah tua

dan lemah, barangkali lebih baik untuk mempertahankan gigi sisa yang hanya

tinggal beberpa buah. Tetapi bila orang tua ini mempunyai gigi yang telah

goyang dengan ekstrusi yang hebat, yang akan membahayakan kesehatannya,

gigi tersebut lebih baik dibuang.

Kegoyangan gigi

Gigi sudah sangat goyang dan sudah terlalu panjang keluar dari soketnya, serta

gigi yang secara radiografis telihat ada infeksi di ujung akar atau di sekitar sisi

akar, lebih baik dicabut.

PERAWATAN SISA AKAR 2612

Mahkota Pasak

Indikasi Mahkota Pasak

Indikasi Macam gigi Perawatan

Perubahan warna dan

kemungkinan gigi fraktur

setelah perawatan

endodontik

- Gigi anterior

- Gigi posterior

- Mahkota jaket atau

mahkota berlapis

porselen di atas

inti dan pasak

- Mahkota berlapis

porselen di atas inti

dan pasak

Gigi vital dimana retensi

untuk mahkota tidak

cukup

Gigi anterior dan posterior Mahkota porselen di atas

inti dan pasak setelah

devitalisasi dan perawatan

saluran akar (gigi-gigi

Page 33: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

molar dapat dirawat

dengan cara yang sama

tetapi biasanya cukup

memuaskan bila dilakukan

restorasi dengan inti

amalgam dan pasak, jadi

menghindari perawatan

endodontik yang sulit

Perubahan diperlukan

dalam posisi aksial lebih

dari 1 mm

Gigi anterior yang

mengalami pergeseran dan

tidak sesuai untuk

perawatan ortodonti

karena usia atau kerja

sama pasien yang buruk

Mahkota porselen atau

mahkota berlapis porselen

di atas inti dan pasak cor

setelah devitalisasi dan

perawatan saluran akar

Hilangnya mahkota asli

pada gigi yang telah

dirawat saluran akar

- Gigi anterior

- Gigi posterior

- Mahkota jaket

porselen atau

mahkota berlapis

porselen di atas inti

dan pasak

- Mahkota berlapis

porselen di atas inti

dan pasak

Gigi yang telah dirawat

saluran akar yang akan

digunakan sebagai

penyangga jembatan

Gigi anterior dan posterior Mahkota berlapis porselen

di atas inti emas cord an

pasak, dengan diafragma

dan bevel

Kontraindikasi Mahkota Pasak

Page 34: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Kontraindikasi Perawatan lain atau pendahuluan

Kelainan periapikal yang menetap

Pengisian saluran akar yang kurang

sempurna (pendek, terlalu berlebih,

kondensasi yang tidak cukup)

Keluarkan bahan pengisi saluran akar

yang lama. Bersihkan dan perbaiki

saluran, masukkan bahan pengisi saluran

akar yang baru sampai kira-kira 1 mm dari

apeks. Mahkota pasak dapat dibuat pada

saat ini.

Kebersihan mulut yang buruk.

Motivasi yang buruk

Pencabuan gigi dan pembuatan geligi

tiruan

Dukungan gigi posterior yang kurang

mantap

Buat geligi tiruan sebagian dahulu.

Apabila geligi tiruan telah memuaskan,

buat mahkota pasak

Mahkota translusen sangat tipis, sulit

disesuaikan dengan gigi-gigi sebelahnya

Bleaching

Mahkota asli masih mempunyai estetik

yang cukup baik dengan hanya sedikit

struktur gigi yang hilang

Penguatan pasak dari baja tahan karat

(stainless steel) atau chrome cobalt (kawat

Wiptam) mungkin cukup sebagai tindakan

sementara

PERAWATAN BEDAH PROSTETIK

Bedah Preprostetik adalah suatu operasi yang bertujuan untuk mengeliminasi

lesi atau abnormalitas tertentu dari jaringan keras dan lunak dari rahang, sehingga

peletakan piranti prostetik dapat berhasil, misalnya alveoloplasti, pembedahan

exostoses, frenektomi, dan lain-lain.1

Tujuan dilakukannya bedah pra-prostodontik :2

1. Memperbaiki kondisi yang menghambat fungsi prostodontik yang optimal

Page 35: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Jaringan hiperplastik menyeluruh atau setempat di atas tulang alveolar yang

telah mengalaami resorpsi berat

Epulis fisuratum

Papilomatosis

Lokasi perlekatan frenulum yang kurang baik

Tuberositas maksilar yang besar dan menggantung

Tonjolan tulang, ceruk dan puncak alveolar yang tajam

Ukuran rahang yang tidak seimbang

Tekanan berat pada foramen mentale

2. Pembesaran dari daerah pendukung gigi tiruan

Vestibuloplasti

Cangkok alveolar

3. Pemasangan pengganti akar gigi dengan implan dental yang terintegrasi dengan

tulang

4. Menyediakan ridge yang adekuat yang dapat mendukung serta menjadi retensi

bagi gigitiruan

5. Memperbaiki fungsi fonetik

6. Memberikan penampilan yang baik terhadap pasien

7. Membuang kelainan yang ada pada jaringan lunak dan keras serta undercut

8. Mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan dadri tekanan gigitiruan pada ridge

alveolar yang sempit/dangkal dan tidak terdukung.

Indikasi bedah preprostetik2

1. Edentolous sebagian atau penuh yang baru saja mengalami kehilangan gigi

2. Terjadi reduksi natural dari residual bony ridge

- Artrofi rahang

- Artrofi mukosa

- Perubahan interarch (vertikal, antero/posterior, transverse)

Page 36: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

- Terjadi reduksi dibawah area gigitiruan

- Muscle hypotonia

- Perubahan pada facial

3. Nyeri

- Mukositis (rasa terbakar pada membran mukosa)

- Neuropathy (mengubah sensasi dari bibir )

- Ulserasi lokal yang berulang

- Nyeri TMJ

- Akar gigi atau gigi tidak erupsi

4. Disfungsi

- Mastikasi

- Fonetik

5. Pertumbuhan dari rahang atau tulang fasial yang tidak proporsional yang

dapat menyebabkan kesulitan melakukan mastikasi dan sulit untuk

mendapatakan retensi pada GT. Kelainan bentuk tulang mungkin dapat

berupa:

- Class II atau relative mandibular retrusion/maksila protrusi

- Class III atau relative mandibular proturion/ maksila returi

6. Kelainan pada craniofacial yang merupakan hasil dari pertumbuhan abnormal

dari tengkorak dan tulang facial

7. Dapat memberikan refleks muntah- pasien yang memiliki rasa sangat sensitif

terhadap palatum molle

8. Oligodontia, anodontia- proses natural yang terjadi akibat kegagalan

perkembangan benih gigi.

PERTIMBANGAN SEBELUM PROSEDUR BEDAH PROSTETIK13

Evaluasi medis

Page 37: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Pada lansia harus diperhatikan terutama pada penyakit pada sistem kardiovaskuler

dan pulmonari, karena insiden penyakit kardiopulmonary meningkat seiring

dengan usia. Data mengenai beberapa obat yang dikosumsi juga penting. Pada

pasien yang akan menjalan pembedahan, pertanyaan mengenai intake aspirin dan

medikasi lain yang dapt mempengaruhi mekanisme pembekuan darah

diindikasikan. Selain itu pada kelompok lansia, evaluasi asupan nurtrisi juga

penting karena insidensi infeksi dan penyembuhan yang buruk lebih banyak pada

pasien yang terganggu asupan nutrisinya. Penyakit yang berkaitan dengan

gangguan sistem imun jarang pada kelompok lansia, tetapi pertanyaan umum

mengenai sistem imun dapat diterima.

Beberapa penyakit yang umum pada lansia :

Penyakit kardiovaskuler

Gangguan kardiovaskuler dapat bermanifestasi pada beberapa cara :

penyempitan arteri koroner, kelainan katup, hipertensi, dan gagal jantung

kongestif merupakan penyakit yang paling umum.

Penyakit pulmonari

Yang paling umum adalah chronic obstructive pulmonary disease (COPD),

yang terbagai menjadi dua komponen yang paling umum yaitu bronchitis dan

emphysema.

Seizure disorder (kejang-kejang)

Kelainan mental

Penyakit endokrin

Penyakit ginjal

Penggunaan anastesi

Lidokain 2% dengan epinefrin 1/100.000 akan menyediakan anastesi yang

cukup untuk 60-90 menit. Untuk prosedur yang lebih lama atau untuk kontrol rasa

sakit setelah operasi, bupivakain 0,5% dengan epinefrin 1/200.000 atau etidocaine

1% dengan epinefrin 1/200.000 menyediakan anastesi lokal sampai dengan 7 jam.

Untuk pasien dengan gangguan kardiak, maksimum 0,4 mg epinefrin, yang

Page 38: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

ditemukan dalam pengenceran dua catridge 1/100.000 atau empat catridge

1/200.000, sebaiknya digunakan. Bila epinefrin harus dihindari (sebagai contoh,

pasien mengkonsumsi monoamine oxidase inhibitor atau antidepresan trisiklik),

kemudian mepivacaine 3% atau prilocaine 4% dapat digunakan, menyediakan

anastesia untuk 45-60 menit.

Untuk sedasi, maka benzodiazepine dapat cukup berguna karena mereka

memiliki efek cardiorespiratory depressant yang minimal. Dosis pada lansia

umumnya satu-setengah dosis untuk dewasa muda. Flurazepam (Dalmane), 15 mg

secara oral pada saat akan tidur, mengatasi insomnia yang berkaitan dengan

kegelisahan untuk banyak pasien. Diazepam (Valium), 2,5-5 mg secara oral 1 jam

sebelum pembedahan, secara umum efektif ketika premedikasi oral diindikasikan.

Sedasi dengan inhalasi menggunakan nitrous oxide dengan menggunakan

nasal mask paling tepat untuk sedasi intraoperatif untuk lansia, karena onset dan

penyembuhannya cepat (5-10 menit). Fungsi cardiorespiratory tidak tertekan pada

konsentrasi standar yaitu 30-40%. Selain itu nitrous oxide memiliki kandungan

analgesik. Kemudian mengikuti penyelesaian sedasi nitrous oxide, oksigen 100%

harus diberikan untuk 5-10 menit untuk menghindari difusi hipoksia.

Sedasi intravenous secara sadar diindikasikan utnuk prosedur yang panjang

untuk pasien yang cemas. Diazepam mungkin merupakan agen yang paling aman,

tetapi dosisnya harus dikurangi, karena pasien lansia terkadang agak sensitif pada

efeknya. Dua sampai lima mg diberikan perlahan (1 mg per 30 detik) biasanya

efektif untuk kelompok ini. Midazolam mempunyai keuntungan untuk kerjanya

lebih pendek (waktu paruhnya sekitar 3 jam) dan tidak menunjukkan reaksi

sekunder pada peningkatan konstrasi plasma dan menghasikan kembalinya

perasaan mengantuk 6-8 jam kemudian seperti yang terlihat pada diazepam. Tetapi

pada lansia harus digunakan dengan hati-hati pada lansia, karena tiga kali lebih

poten daripada diazepam. Flumazenil tersedia pada kasus oversedasi.

Barbiturates dapat juga digunakan untuk sedasi intravena tetapi dapat

menekan baik sistem kardiak dan respirasi. Penggunaan narkotik intravena

Page 39: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

(meperidine 25 mg) dapat berguna sebagai agen tambahan tetapi juga mempunyai

resiko yang signifikan untuk penekanan cardiorespiratori. Narkotik harus dihindari

pada pasien dengan gangguan paru-paru dan juga pada yang mengkonsumsi

trisiklik, phenothiazine dan monoamine oxidase inhibitors.

Kebanyakan pasien lansia sebaiknya menerima anastesi lokal atau sedasi

dalam keadaan sadar pada klinik gigi, dengan pemesanan general anastesi untuk

prosedur mayor pada ruang operasi rumah sakit.

PERAWATAN PADA KASUS YANG DAPAT DILAKUKAN

Lingir yang tajam dapat dilakukan alveoloktomi dan alveoloplasti

Alveoloktomi :14

Indikasi dari prosedur ini jarang tetapi mungkin berharga ketika projeksi

anterior yang luas dari tepi pada area premaksila rahang atas mungkin merupakan

masalah untuk estetik gigitiruan kedepannya atau stabilitasnya. Maloklusi Klas II

divisi I paling mungkin diuntungkan dari operasi ini.

Manajemen alveoloktomi:

Alveolektomi termasuk reduksi pada tinggi dan lebar dari ridge dan umumnya

disempurnakan dengan reduksi dari labial plate. Mukoperiosteum paling

bagus diangkat dengan insisi bentuk ‘U’ untuk memberikan akses. Bone

rongeur atau bur akrilik yang lebih besar dapat digunakan untuk mereduksi

ketinggian labial plate dan juga interdental septae. Tepi tulang kemudian

dihaluskan dengan file dan luka ditutup dengan jahitan.

Transeptal atau interseptal alveolektomi mengurangi ketinggian labial tetapi

memelihara tinggi ridge. Ekstraksi sebelumnya dari gigi insisivus dan

kaninus, septum interdentalnya sudah dihilangkan diantara tiap soket dan

labial plate kemudian dipatahkan kedalam dengan tekanan kuat dengan jari.

Potongan vertikal mungkin diperlukan diatas prominen kaninus pada labial

untuk mematahkan.

Page 40: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Alveoloplasti : 2

Lingir yang halus/licin perlu untuk pembuatan gigi tiruan dengan baik. Selama

meng-kontour lingir, perlu diingat semakin besar eksisi tulang, maka akan semakin

besar resorpsi. Prosedur meng-kontour harus dibatasi pada eksisi dari lingkir tajam

yang iregular dan undercut yang tidak disukai yang tidak sesuai untuk konstruksi

gigi tiruan. Alveoloplasti adalah menghaluskan dan menghilangkan tulang alveolar

labiobukal tulag bersaja dengan beberapa tulang interdental dan interradikular, dan

biasanya dikerjakan pada saat pencabutan gigi.

Indikasi alveoloplasti :

Pasien dengan tulang alvolar menonjol dan padat yang menjalani pencabutan

gigi.

Dilakukan sebagai prosedur sebelum konstruksi gigi tiruan immediate.

Tujuan alveoloplasti :

Untuk menyediakan kontur lingir yang optimal dengan cepat

Alveolar ridge harus ditinggal seluas mungkin untuk distribusi maksimum dari

tekanan mastikasi.

Lingir tidak perlu terlalu halus/licin tetapi semua bagian yang irregular dan

tajam harus dihilangkan, dan semua sudut harus membulat.

Mukosa yang menutupi tulang sebaiknya mempunyai ketebalan, densitas, dan

kemampuan kompresibilitas yang seragam untuk transmisi tekanan mastikasi

pada tulang di bawahnya.

Pada pasien muda, jumlah tulang yang dihilangkan lebih sedikit karena resorpsi

yang terjadi lebih untuk lebih banyak tahun daripada pada pasien tua.

Torus dapat dibedah atau dapat dibiarkan saja.

Torus maksila :2,15

Indikasi operasi torus maksila:

Trauma terus-menerus

Page 41: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Ketika diinginkan postdam seal yang baik atau memiliki undercut yang besar

yang interfere dengan teknik impresi

Halangan berbicara

Fobia psikological atau pasien takut adanya keganasan

Torus yang halus/licin dapat dibiarkan tetapi ketika dia iregular, besar, dan

meluas sampai di belakang pertemuan palatum keras dan lunak dan

menggangu postdam dan seal maka harus dihilangkan.

Evaluasi radiografi sebaiknya dilakukan untuk menentukan kedekatan dengan

kavitas nasal dan sinus maksila. Radiografi lateral akan memberikan informasi

secara umum. Satu kemungkinan komplikasi dari prosedur ini adalah terbukanya

kavitas nasal, menghasilkan komunikasi oronasal.

Manajemen pembedahan torus maksila :

Untuk menghilangkan lesi secara operasi, sebuah insisi dibuat sepanjang garis

tengah palatal, yang terdiri dari dua insisi oblique pada anterio dan posterior.

Insisinya didesain untuk menghindari dari melukai cabang dari arteri palatal, tetapi

juga untuk mendapatkan visualisasi yang adekuat dan akses ke area operasi tanpa

tegangan dan manipulasi luka selama prosedur. Setelah reflesi, kemudian flap

ditahan menggunakan bantuan jahitan atau periosteal elevator yang lebar. Setelah

lesi berhasil dibuka, kemudian dibagi dengan dissure bur dan kemudian bagian-

bagiannya dihilangkan dengan menggunakan monobevel chisel. Lebih spesifiknya,

chisel diposisikan pada dasar dari eksostosis dengan bevel berkontak dengan

tulang palatal dan setelah itu setiap bagian dari lesi dihilangkan setelah sedikit

pukulan dengan mallet. Setelah penghalusan permukaan tulang, jaringan lunak

yang berlebih dipotong dan setelah irigasidengan larutan saline, flap dikembalikan

posisinya dan dijahit dengan jahitan interrupted.

Apabila torus palatinus kecil ukurannya, insisi flap dibuat sepanjang garis

tengah, tetapi hanya dengan insisi oblique anterior. Prosedurnya kemudian

dilakukan persis seperti yang telah disebutkan.

Torus mandibula :2

Page 42: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Indikasi penghilangan torus mandibula

Harus dihilangkan bila gigi tiruan rahang bawah akan dibuat.

Harus dihilangkan bila ada iritas kronis

Jarang dihilangkan ketika pasien takut keganasan.

Perawatan torus mandibula dilakukan dengan pembedahan.

Tumor dan keganasan2

Pertama-tama dilakukan penentuan tahap dari tumor sebelum melakukan

perawatan. Tumor dan keganasan dapat dirawatan dengan pembedahan, radiasi,

kemoterapi, atau kombinasi perawatan tersebut. Umumnya, bila lesi dapat eksisi

dengan lengkap tanpa memutilasi pasien, hal ini yang paling diharapkan. Bila

diperkirakan menyebar sampai ke limfe nodus, maka radiasi dapat dilakukan

sebelum atau setelah pembedahan untuk membantu menghilangkan foci kecil atau

sel keganasan pada daerah yang berdekata. Bila terjadi metastase sistemik yang

menyebar luas, atau tumor kemosensitif, maka kemoterapi dapat digunakan

dengan atau tanpa pembedahan dan radiasi.

Kista2

Kista didiagnosa dengan bantuan pemeriksaan klinis, pemeriksaan radiografi,

aspirasi dan biopsi. Perawatannya dapat dilakukan dengan marsupialiasasi dan

enukleasi.

Flabby ridges14

Manajemen :

Operasi jarang diindikasikan, kebanyakan prostodontis akan lebih memilih lebih

dari pada kurangnya jaringan ini yang diberikan pada saat kehilangan tulang. Pada

situasi yang paling “grossest” dapat ‘dirapatkan’ dengan pemotongan seperti pada

reduksi fibrous tuberositas.

Page 43: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Leaf fibroma14

Manajemen :

Biopsi eksisi dibawah lokal anastesi sangat sederhana. Perdarahan dapat menjadi

masalah dari arteriole pembantunya yang perlu dikauterisasi.

Setelah penghilangan dari irisan jaringan ini, tepinya perlu dikurangi dengan

pemotongan lebih jauh dan ‘filleting’ pada tiap sisi dari pemotongan semula untuk

memberikan tepi untuk diperkirakan dan dijahit tanpa tegangan yang tidak

semestinya.

Hiperplasia palatal14

Manajemen :

Perawatan dari infeksi kandida termasuk:

Pelepasan gigtiruan selama tidur

Penyikatan dengan teliti pada permukaan yang berkontak dengan mukosa

Meninggalkan gigitiruan pada larutan Milton (sodium hipokloride) atau pada

kasus gigitiruan metal, pada larutan klorheksidin pada malam hari.

Menyikat palatal dengan sikat gigi pada pagi dan malam hari.

Menggunakan antifungal sistemik seperti fluconazole.

Gigi tiruan sebaiknya dilapisi dengan kondisioner jaringan pada waktu

penggunaan.

Resolusi total dengan penghilangan dari jaringan hiperplastik baik dengan

diathermy loop atau laser mungkin dibutuhkan. Permukaan kasar yang dihasilkan

dari operasi paling baik dilapisi dengan pelapis gigitiruan dengan zinc oxide-based

periodontal pack.

Denture hiperplasia14

Manajemen :

Pada pengguna gigitiruan, gulungan jaringan biasanya terdiri dari jaringan

konektif yang sangat matang, sehingga meskipun tepi gigitiruan telah dipotong,

tidak akan menyusut dengan cukup dan berubah. Bagaimanapun, pemotongan dari

Page 44: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

tepi gigi tiruan dengan atau tanpa penggunaan tissue-conditioning lining untuk

memaksimalkan retensi dari gigitiruan. Operasi pemotongan jaringan yang

berlebih hampir selalu dibutuhkan dan hal ini biasanya dilakukan dibawah anastesi

lokal. Dengan operasi dapat memanipulasi gulungan jaringan lebih baik dengan

melewatkan jahitan melalui lesi tersebut, menghasilkan insisi yang akurat

sepanjang tepinya. Ketika insisi pada aspek luar dan dalam jaringan selesai,

dasarnya sering kali dapat dengan mudah diangkat dan dipisahkan dengan scapel.

Pemotongan pada jaringan yang lebih dalam tidak diinginkan, karena dapat

menyebabkan bekas pada penyembuhan. Ketika dasar dari luka sampai kedalam

bibir atau pipi, jahitan superficial yang melekatkan dapat digunakan setelah

pengurangan tepi dengan hati-hati, tetapi pada beberapa kasus dasarnya dibiarkan

terbuka dan dilapisi dengan pack operasi, atau gigitiruan lama yang sebelumnya

telah dipotong membatasi luka dnengan gutta percha atau zinc oxide-based

periodontal pack.

JENIS-JENIS GIGI TIRUAN

Gigi Tiruan Penuh16

Indikasi pembuatan Gigitiruan Penuh antara lain:

a. Individu yang seluruh giginya tanggal atau dicabut (edentulous)

b. Individu yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut karena kerusakan

gigi yang masih ada tidak mungkin diperbaiki

c. Bila dibuatkan Gigitiruan Sebagian, gigi yang masih ada akan mengganggu

keberhasilannya

d. Keadaan umum dan kondisi mulut pasien sehat

e. Pasien menolak rekomendasi perawatan alternatif

f. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya, dan prognosis yang diperoleh

Page 45: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Kontra indikasi Gititiruan Penuh:

a. Tidak ada perawatan alternative

b. Pasien belum siap secara fisik dan mental, misalnya tidak mau memakai gigitiruan

penuh

c. Pasien alergi terhadap material gigitiruan penuh

d. Pasien tidak tertarik mengganti gigi yang hilang

Overdenture

Overdenture merupakan protesa dental yang lepasan yang menutupi dan

bertumpu pada satu atau lebih gigi alami yang tersisa, akar dari gigi alami, dan/atau

dental implants. Implant atau gigi alami yang dimodifikasi memberikan tambahan

dukunga, stabilitas, dan retensi pada overdenture yang pada rahang endetulous tidak

dapat disediakan. Hal ini umunya baik dilakukan pada rahang mandibula, dimana

rahang endentulous dapat resorbsi empat kali lebih hebat daripada pada rahang

maksila.17

a. Keuntungan18

Overnture dengan dukungan kombinasi antara periodontal dan mukosa

mempunyai sejumlah keuntungan yang berarti dibandingkan dengan gigi tiruan

lengkap.yang paling penting adalah:

Fungsi stabilitas yang lebih besar untk menjaga bentuk lingir tersisa

yang dekat dengan gigi sandaran (dengan atau tidak menggunkan

kaitan).

Retensi yang lebih baik,khusunya bila kaitan digunakan pada protesa

di rahang bawah.

Peningkatan efisiensi pengunyahan karena stabilitas dan retensi yang

lebih baik.

Tekanan pada mukosa berkurang.

Page 46: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Mudah beradaptasi

Merupakan latihan bagi pengguanaan gigi tiruan lengkap di kemudan

hari dengan menyiapkan lintasan pola refleksi yang tepat.

b. Kerugian17

Biaya yang lebih besar,hal ini berhubungan langsung dengan luasnya

perawatan sebelum pembuatan protesa,penggunaan kaitan retentif dan

usaha stetlah pemasangan.Penghematan mungkin dilakukan dengan

dengan mengunakan elemen perlekatan yang dipasang secara langsung

atau menyalurkan semuanya ke perlekatan-perlekatan.

Dibutuhkan usaha yang lebih besar dari pasien dan dokter giginya

untuk merawat protesa

c. Indikasi untuk Perawatan Overrdenture18

1. Bila hanya tertinggal beberapa gigi asli saja, yang sangat miring, atau mempunyai

bentuk tidak sesuai untuk digunakan sebagai pendukung geligi tiruan sebagian

yang normal.

2. Bila prognosa dari gigi-gigi yang tinggal buruk, overdenture seringkali dapat

berfungsi sebagai geligi tiruan transisional sebelum seluruh gigi akhirnya tanggal.

3. Bila diperkirakan bahwa pasien akan sulit beradaptasi terhadap geligi tiruan

lengkap, terutama pasien lanjut usia yang belum pernah memakai geligi tiruan.

4. Bila mobilitas gigi-gigi pendukung sebagian lepasan meingkat akibat rasio

mahkota/akar yang kurang menguntungkan. Perawatan endodontic harus

dilakukan dan tinggi mahkota dikurangi, serta dibuatkan overdenture untuk

menutup gigi-gigi pendukung yaitu dengan mengurangi rasio mahkota/akar.

5. Bila pasien mempunyai gigi-gigi degan atrisi yang parah.

Implant 19

Page 47: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Walaupun fakta ilmiah yang jelas bagi kebanyakan rekomendasi yang diajukan masih

kurang, pengalaman klinis telah memberikan dasar untuk sebuah aturan perawatan:

1. Hanya pasien kooperatif dan termotivasi harus dipertimbangkan untuk terapi

implan;

2. Pasien kompromisasi medis bukan merupakan kandidat yang bagus untuk

implantasi;

3. Gangguan mental mungkin dipertimbangkan sebagai kontraindikasi;

4. Diagnosis dan rencana perawatan secara hati-hati harus menjadi pertimbangan

pemasangan implan. Informasi cukup untuk evaluasi volume tulang lokal yang

tersedia harus didapatkan. Lokasi akurat implan harus direncanakan persyaratan

prostetik dan topografi tulang secara lokal;

5. Infeksi oral yang persisten seperti penyakit periodontal merupakan sebuah

kontraindikasi yang penting. Kurangnya kemampuan atau keinginan untuk

melakukan oral hygiene yang adekuat mungkin harus dijadikan sebagai

kontraindikasi. Karena penolakan oral hygiene merepresentasikan sebuah risiko

tinggi untuk infeksi implan, terapi yang berhubungan dengan penyebab (terapi

inisial atau fase higienis) harus dilakukan sebelum intervensi pembedahan pada

seluruh orang yang sedang menjalani terapi implan;

6. Implantasi tidak boleh dilakukan pada region dengan volume tulang yang tidak

adekuat, kecuali dilakukan oleh pendekatan terapi lain (regeneratif);

7. Tidak terdapat batasan dasar untuk penggunaan implan gigi, pasien lansia

mungkin sangat diuntungkan oleh perawatan ini, dengan kondisi sistemik dan

lokal memuaskan.

Indikasi

Terdapat tiga tujuan utama untuk terapi implan:

1. Untuk meningkatkan kenyamanan pengunyahan pasien;

2. Untuk mempertahankan substansi gigi alami atau rekonstruksi yang ada;

3. Untuk menggantikan penyangga strategis yang penting

Page 48: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Gigi Tiruan Jembatan 20

Indikasi dan kontraindikasinya adalah sebagai berikut:

a. Sikap penderita

Hal ini berkaitan dengan kekooperatifan pasien. Pasien yang kooperatif

diindikasikan untuk pembuatan GTJ, namun untuk penderita yang kurang

koopertif menjadi kontraindikasi.

b. Kebersihan mulut

Seperti halnya gigi asli, untuk menjaga kelangsungan GTJ dalam rongga mulut

maka diperlukan OH yang baik. Frekuensi karies yang tinggi mengindikasikan

bahwa pasien memiliki OH yang buruk, sehingga menjadi kontraindikasi

perawatan GTJ.

c. Keuangan penderita

GTJ merupakan suatu gigi artificial yang memerlukan bahan, waktu dan tenaga

dalam pembuatannya. Biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkannya relative

lebih mahal, sehingga keungan penderita menjadi salah satu hal yang perlu

dipertimbangkan. Apabila pasien tidak mampu untuk membiayai pembuatan GTJ,

maka hal ini menjadi kontraindikasi pembuatan GTJ.

d. Penyakit sistemik

Preparasi merupakan salah satu tahapan dalam pembuatan GTJ. Gigi asli yang

menjadi gigi penyanggah (abutment) biasanya adalah gigi yang vital. Oleh karena

itu, pada saat gigi tersebut dipreparasi maka diperlukan anastesi untuk

pengurangan rasa sakit. Salah satu penyakit sistemik yang perlu diperhatikan pada

saat menganastesi adalah jantung, alcoholism dll.

e. Kondisi jaringan periodonsium

GTJ juga memerlukan dukungan dari jaringan, baik jaringan lunak ataupun keras.

Apabila kondisi jaringan tidak memungkinkan dibuatkan GTJ (misal: ada

peradangan), maka hal ini menjadi kontraindikasi.

f. Oklusi gigi

Page 49: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Apabila terdapat kontak premature pada gigi yang ada, maka hal ini menjadi

kontraindikasi pembuatan GTJ.

PERTMBANGAN DALAM MENETUKAN DISAIN GIGI TIRUAN

Motivasi3

Umumnya pasien yang minta dibuatkan gigi tiruan untuk pertama kali disebabkan

oleh alasan penampilan dan tidak dapat megunyah dengan efisien. Motivasi semacam

ini sangat kuat dan cenderung meningkatkan kemampuan beradaptasi. Pasien-pasien

yang minta gigi tiruan pengganti umumnya juga dengan alasan fungsi dan

penampilan. Fungsi meliputi kecekatan dan kenyamanan gigi tiruan serta kemampuan

untuk makan secara efektif. Bila gigi tiruan yang baru telah memenuhi persyaratan

fungsional, mungkin pasien baru akan memperhatikan penampilannya. Namun, bila

mereka kurang menyukai pada yang mereka lihat, kadang-kadang mereka enggan

untuk langsung mengeluh. Sebagai gantinya, pasien akan mengeluh secara tidak

langung tentang fungsi hanya untuk menarik perhatian dokter gigi pada masalah yang

sebenarnya, yaitu penampilannya. Keluhan fungsi yang tidak mempunyai penyebab

yang logis harus selalu diperhatikan dari segi penampilan ini. Selain itu, biasanya

pada pasien yang terpakasa dirawatan atas anjuran keluarganya motivasinya kurang

sheingga terkadang menghasilkan penampilan yang buruk. Namun pada kasus, pasien

mempunyai banyak permintaan mengenai gigi tiruan barunya sehingga dapat

dikatakan motivasinya cukup baik.

Pengalaman dengan gigi tiruan sebelumnya

Umumnya gambaran tentang reaksi pasien terhadap gigi tiruan yang lama

sangat berharga. Riwayat kegagalan yang berulang-ulang merupakan peringatan bagi

dokter gigi bahwa pasien tidak dapat atau tidak mau menerima gigi tiruan lengkap.

Beberapa alasannya seperti penyakit sitemik atau mungkin ketika memeriksa,

kesalahan terdapat pada gigi tiruannya yang lama, yang terlihat jelas terdapat

kesalahan dalam desain dan konstruksinya. Bila pasien beberapa kali menerima

Page 50: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

perawatan yang salah dan dikatakan kesalahan terdapat pada diri pasien, kepercayaan

terhadap perawatan prostodontik akan hildang dengan cepat dan akan terbentuk

hambatan mental terhadap gigi tiruan. Berbagai masalah toleransi juga dapat timbul

karena kurangnya komunikasi antara dokter gigi dan pasien. Pada kasus-kasus yang

hasil pemeriksaan jaringan pendukung gigi tiruannya menunjukkan prognosis

kestabilan yang kurang baik, dokter gigi perlu menjelaskan lebih dahulu kepada

pasien tentang kesulitan yang dihadapi dan menerangkan tahap-tahap apa saja yang

akan dilakukan untuk memperkecil masalah-masalah tersebut. Jika pasien tidak

diberitahu tentang kerbertasan prognosis pada satu keadaan tertentu, setiap

kekurangan dalam kinerja akan ditimpakan pada gigi tiruannya, dan pasien dengan

cepat akan kehilangan kepercayaannya. Banyak pasien menggunakan pengalaman

temannya sebagai tolak ukur harapannya. Dengan memperhatikan hal-hal yang

dikatakan oleh pasien, dokter gigi hendaknya berusahan untuk mengubah pandangan

tersebut dan mendorong pasien untuk percaya bahwa tidak ada dua mulut yang

mempunyai derajat kesulitan yang sama. Jika dokter gigi telah megambil langkah-

langkah untuk membekali pasien dengan informasi lengkap tentang masalah dan

metode apa yang akan dilakukan, kemungkinan besar pasien akan dapat menerima

keterbatasan itu dan dapat bekerja sama dengan baik.

Oleh karena itu pada kasus sebaiknya dikatakan kepada pasien bagaimana

prognosisnya, mengingat pasien mengharapkan banyak hal terhadap gigi tiruannya

yang baru. Dan juga, pengalaman pasien yang pernah lupa menyimpan gigi tiruannya

yang lama, mungkin disebabkan oleh ketidaknyamanan pada saat memakai gigi

tiruannya yang lama tersebut, sehingga jarang digunakan dan akhirnya lupa disimpan

di mana.

Bentuk Gigi Artifisial11

Ukuran gigi-gigi anterior

Page 51: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Ukuran gigi anterior harus seimbang dengan ukuran wajah dan kepala.

Biasanya orang yang lebih besar mempunyai gigi-gigi yang lebih besar pula. Akan

tetapi, ada pula variasi, yaitu orang yang besar mempunyai gigi-gigi kecil dengan

jarak antara gigi-gigi tersebut, atau orang kecil dapat pula mempunyai gigi besar

dengan susunan yang tidak beraturan. Dengan mengajukan pertanyaa yang bijaksana

kepada pasien dan melihat fotonya, informasi ini dapat diperoleh.

Pertumbuhan tulang alveolar memerlukan kehadiran dan erupsi gigi-gigi. Jadi

ukuran model mempunyai hubungan dengan ukuran gigi anterior. Akan tetapi, jika

diupayakan untuk menentukan besar gigi-gigi tiruan dengan mengukur model rahang

tak bergigi, hasilnya akan salah. Gigi-giginya akan terlalu kecil karena adanya

resorpsi alveolar. Jika lebar gigi anterior akan ditentukan dengan pengukuran,

galengan gigit harus dibentuk sesuai dengan kebutuhan estetika, dan pengukuran

harus dilakukan mengelilingi lengkung labial galengan gigit. Lokasi kira-kira dari

permukaan distal kaninus atas dapat ditandai pada gelngan gigit kira-kira di sudut

mulut. Kemudian jarak antara tanda-tanda itu diukur mengelilingi permukaan labial

gelengan gigit dan gigi-gigi anterior dengan ukuran ini disusun sesuai dengan tanda

pada galengan gigit.

Cara lain untuk memilih ukuran gigi anterior.11

Perkiraan kedudukan apeks kaninus asli atas dapat ditemukan dengan

memperpanjang garis sejajar dari permukaan lateral cuping hidung (ala nasi) ke

permukaan labial galengan gigit, tetapi ini idak cukup sahih untuk digunakan dalam

pemilihan akhir. Pengukuran pada galengan gigit akan memberikan petunjuk tentang

lebar gigi-gigi anterior atas.

Pengukuran antropometrik dapat membantu dalam pemilihan gigi-gigi tiruan.

Penelitian terhadap 555 tengkorak menunjukka bahwa lebar bizigomatik palin besar

dibagi 16 memberikan lebar kira-kira dari gigi insisif satu atas, dan jika jarak

bizigomatik dibagi 3,3 menghasilkan lebar keenan gigi anterior atas. Untuk

Page 52: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

menetukan lebar bizigomatik dapat digunakan busur wajah. Perbandingan antara

keliling kepala dan lebar gigi-gigi anterior atas ditemukan 10:1 pada lebih dari 90%

dari 509 subyek yang diteliti. Sebagai petunjuk umum, gigi anterior, yang lebar

keseluruhannya termasuk kelompok kurang dari 48 mm pada kartu pemilihan gigi,

dikatakan berukuran relative kecil. Yang termasuk kelompok lebih besar dari 52 mm

adalah relative besar.

Bentuk gigi anterior

Bentuk gigi-gigi anterior tiruan harus serasu dengan bentuk wajah pasien.

Bentuk secara garis besar ditentukan dengan melihat wajah pasien dari depan dan dari

permukaan labial gigi insisif satu atas. Secara garis besar bentuk wajah

dikelompokkan menjadi tiga bentuk dasar: persegi, segitiga, dan ovoid. Kelompok ini

dibagi lagi berdasarkan kombinasi dari ciri-ciri ketiga kelompk. Variasi lain timbul

dalam perbandingan antara panjang dan lebar wajah.

Variasi yang sama dalam bentuk gigi juga disediakan oleh pabrik yang

membuat gigi tiruan. Masalahnya ialah memilih bentuk gigi yang serasi dengan

bentuk wajah tiap individu. Untuk ini dokter gigi harus mempelajari wajah manusia

dan bentuk gigi-giginya masing-masing. Gigi-gigi yang serasi dengan bentuk luar

wajah akan terlihat indah. Gigi yang tidak serasi akan terlihat kurang indah.

Pengamatan seperti ini dapat membantu dokter gigi melihat keserasian dan ketidak

serasian bentuk saat mereka berhadapan dengan pasien mereka.

Gigi-gigi yang dipilih itu sendiri harus terlihat indah. Beberapa cetakan gigi

mempunyai bentuk yang bagus, sedang lainnya terlihat mekanis. Gigi yang terlihat

bagus lebih mudah disusun dalam komposisi yang menyenangkan daripada gigi yang

secara individual tidak mempunyai nilai estetik. Bentuk permukaan labialnya lebih

penting daripada bentuk luarnya, yang dapat diubah dengan mengasah insisalnya.

Pengasahan ini sebaiknya dilakukan pada hamper semua gigi anterior untuk

disesuaikan dengan usia pasien.

Page 53: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Permukaan labial gigi dilihat dari mesial harus menunjukkan kontur yang

sama dengan bentuk profil. Ketiga tipe umu dari profil ialah cembung, lurus, dan

cekung. Permukaan labial gigi dilihat dari insisial harus menunjukkan kecembungan

atau kedataran yang sama dengan wajah jika dilihat dari bawah dagu atau dari atas

kepala.

Ciri permukaan labial gigi anterior harus alamiah. Untuk ini dokter gigi

tergantung pada pabrik. Permukaan yang cembung dan cekung membias atau

memantulkan cahaya dan tampak lebih kecil daripada permukaan datar. Mata dapat

mengukr permukaan yang lurus, tetapi ilusi optic akan terjadi pada permukaan yang

melengkung. Bentuk gigi akan terlihat lebih palsu jika tidak mempunyai

kelengkungan yang wajar.

Kelengkunga gigi anterior dapat dilihat jika diamati dari permukaan mesial,

distal, insisal, dan labial. Dapat pula ada lengkung yang terbalik, dalam bentuk

ketidakteraturan kecil-kecil. Pengamatan yang dilakukan pada gigi asli dengan

pembesaran menunjukkan bahwa permukaannya tidak licin mengkilat, karena itu

penting untuk meniru ketidakberaturan kecil pada gigi tiruan agar tampak alami.

Daerah atau permukaan kontak gigi-gigi anterior harus menunjukkan keausan

seperti yang terjadi pada gigi asli sepanjang hidup. Daerah kontak yang melebar

tampak lebih alami karena lebih cocok dengan usia yang telah dijalani.

Gigi yang tebal dalam arah labiolingual dapat diputar dan direnggangkan

untuk member kedalaman tiga dimensi yang diperlukan bagi estetika; karenanya

perlu dipilah-pilah menurut kebutuhannya.

Memilih warna-warna gigi-geligi tiruan.11

Pengamatan terhadap pemandu warna gigi harus dilakukan dalam 3 posisi: (1)

di luar mulut di samping hidung, (2) di balik bibir dengan hanya tepi insisal yang

kelihatan, dan (3) di balik bibr dengan hanya bagian servikal yang tertutup dan mulut

terbuka. Langkah pertama akan menetukan corak warna (hue) dasar, kecermelangan,

Page 54: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

dan saturasi; yang kedua akan menunjukkan pengaruh warna gigi-geligi bila mulut

pasien relaks; yang ketiga menirukan penampilan gigi-geligi saat tersenyum.

Pertimbangan dasar ialah keserasian warna gigi dengan warna wajah psien

serta gigi-gigi tidak boleh tampak mencolok. Warna yang dipilih tidak boleh terlalu

mencolok sehingga perhatian orang tidak langsung tertuju kepada gigi-gigi itu. Bila

mungkin warna gigi-gigi harus ditentukan di hari yang cerah, dengan mendudukkan

pasien dekat dengan cahaya alamiah. Gigi-gigi juga harus diamati dalam keadaan ada

sinar lampu, karena pasien pemakai gigi tiruan sering tampil dalam lingkungan

demikian.

Pemilihan gigi posterior11

Pemilihan gigi-gigi posterior meliputi warna, lebar bukolingual, lebar total

mesiodistal, panjang, dan tipe berdasarkan kemiringan tonjol serta bahannya.

Pemilihan juga harus dikaitkan dengan ukuran serta bentuk bubungan alveolar

mandibula.

Semua gigi posterior bukan benar-benar reproduksi dari gigi-gigi asli. Gigi

tiruan lengkap memerlukan “pegangan” dan dukungan yang berbeda dari gigi-gigi

asli, dank arena itu permukaan oklusal gigi-gigi tiruan harus dimodifikasi. Efisiensi

pengunyahan hanya salah satu pertimbangan dalam pemilihan bentuk gigi posterior.

Kenyamanan, estetika, serta pemeliharaan struktur tulang dan jaringan lunak di

bawahnya juga penting.

Gigi-gigi posterior tiruan umumnya diklasifikasikan ke dalam dua tipe:

anatomic dan non-anatomik. Pada hakikatnya semua gigi tiruan didesain secara

geometric, tetapi istilah anatomic digunakan bagi gigi-gigi posterior tiruan yang lebih

mirip gigi-gigi asli. Gigi tiruan dengan bentuk buatan pabrik hanya dapat dianggap

sebagai awal pembentukan oklusi. Dokter gigi harus memodifikasi bentuk permukaan

oklusal dan menyusunnya sesuai dengan oklusi yang direncanakan.

Lebar bukolingual gigi-gigi posterior

Page 55: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Lebar bukolingula gigi-gigi tiruan harus jauh lebih kecil dari lebar gigi-gigi

asli yang digantikannya. Gigi-gigi posterior tiruan yang sempit dalam arah

bukolingual memudahkan pembuatan bentuk permukaan poles gigi tiruan secara

benar dengan membuat permukaan bukal dan lingual sayap gigi tiruan landai dari

permukaan oklusalnya. Bentuk oklusal seperti ini memungkinkan tekanan dari pipi

serta lidah membantu mempertahankan gigi tiruan di atas bubungan alveolarnya.

Permukaan oklusal yang sempit dengan lintasan yang baik bagi keluarnya makanan

juga mengurangi jumlah tekanan ke jaringan pendukung selama mengunyah.

Sebaliknya, permukaan oklusal gigi-gigi posterior harus cukup lebar untuk berfungsi

sebagai meja yang di atasnya digunakan untuk menggiling makanan.

Panjang mesiodistal gigi-gigi posterior

Panjang bubungan alveolar mandibula dari bagian distal kaninus ke

permulaan retromolar pad biasanya tersedia untuk gigi-gigi posterior tiruan. Gigi-gigi

posterior tiruan dibuat oleh pabrik dengan lebar mesiodistal yang berbeda-beda.

Setelah enam gigi anterior bawah dipasang pada posisi akhirnya, dibuat tanda

titik pada puncak alveolar bawah di tepi anterior retromolar pad. Ini merupakan batas

maksimum ke posterior yang masih dapat ditempati oleh gigi tiruan pada puncak

alveolar bawah. Tetapi bila bubungan alveolar di sebelah anterior titik ini miring ke

atas, harus digunakan gigi-gigi yang lebih kecil atau dikurangi jumlahnya agar tidak

ada gigi yang diletakkan pada lereng di ujung distal bubungan alveolar. Meja oklusal

yang diperpendek ini sering kali dapat mencegah bergesernya gigi tiruan bawah ke

depan bila ada tekanan yang jatuh pada gigi molar.

Penggaris dapat digunakan untu mengukur jarak dari permukaan distal

kaninus bawah ke titik yang dibuat pada ujung ruangan yang tersedia. Lebar total

empat gigi posterior dalam arah mesiodistal dalam millimeter digunakan untuk

menyatakan nomor ukuran bentuk gigi. Misalnya, ukuran bentuk 32L dari Dentist’s

Supply Company menunjukkan empat gigi posterior mempunyai jumlah ukuran

mesiodistal 32 mm dan ukuran oklusoservikal yang panjang.

Page 56: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Gigi-gigi posterior tidak boleh ditempatkan terlalu dekat dengan tepi posterior

gigi tiruan atas karena dapat menimbulkan kebiasaan pipi tergigit. Meskipun demkia,

bila gigi-gigi posterior tidak disusun cukup jauh ke posterior, tekanan kunyah akan

menjatuhkan beban yang lebih berat pada bagian anterior bubungan alveolar. Bila

ujung distal bubungan alveolar bawah melandai dengan tajam ke atas, gigi-gigi

posterior tidak disusun cukup jauh ke posterior, tekanan kunyah akan menjatuhjan

beban yang lebih berat pada bagian anterior bubungan alveolar. Bila ujung distal

bubungan alveolar bawah melandai dengan tajam ke atas, gigi-gigi posterior jangan

ditempatkan di atas lereng ini. Tindakan demikian akan menyebabkan gigi tiruan

bawah bergeser ke depan bila tekanan jatuh pada gigi-gigi posterior di atas daerah

yang landai.

Gigi –gigi posterior tidak disusun di atas retromolar pad karena retromolar

pad sangat luna dan sangat mudah berubah tempat. Menempatkan gigi-gigi di atasnya

akan membuat gigi tiruan terangkat saat mengunyah. Karena itu pada kebanyakan

pasien hanya tiga gigi posterior yang digunakan pada masing-masing sisi gigi tiruan.

Gigi Tiruan Sebagian Lepasan21

- Desain harus sesederhana mungkin, konektor mayor dan minor harus terhindar

dari kontak dengan free gingival serta kontak dengan ridge alveolar atau palatum

kira-kira 3mm dari permukaan gigi untuk mengurangi efek negative pada OH

- Sadel harus didukung oleh gigi, jika mungkin, pada perpanjangan distal GTSL,

oklusal rest harus kaku agar dapat menahan dan mendistribusikan tekanan

oklusal

- GT harus didesain dengan retensi yang cukup yang dicapai dengan dua klamer

retentive. Pada perpanjangan distal, retensi dapat ditingkatkan dengan

menempatkan indirect retainer berlawanan dengan garis fulcrum

- GT sebaiknya memiliki kontak oklusal yang bilateral dan bersamaan antara gigi

alami dan gigi tiruan pada oklusi sentrik pada DV yang dapat diterima. Oklusi

sentrik dicatat untuk menentukan tempat gigi artificial pada posisi di mana

Page 57: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

tingkat kestabilan kontak oklusal paling maksimal, dan tidak ada tanda-tanda

disfungis TMJ

- Pada orang lanjut usia yang menunjukkan OH buruk, perawatan dengan GTSL

dapat mempercepat kerusakan gigi alami.

Bahan basis dari gigi tiruan, terbagi menjadi :22

Akrilik

Gigi tiruan akrilik walaupun terdapat banyak kerugiannya, ada juga

kelebihannya terutama faktor biaya.

Keuntungan menggunakan bahan akrilik ialah :

Biaya pembuatan yang murah dan memungkinkan diadakannya perluasan dan

penyesuaian protesa secara sederhana Dengan tidak adanya lengan cekram maka

protesa ini dinilai positif ditinjau dari estetiknya.

Kerugian menggunakan bahan akrilik ialah :

Dengan cara bersandarnya pada elemen-elemen serta menutupi gingival palatinal

dan lingal maka bila kebersihan mulut tidak optimal akan terdapat retensi

makanan, pembentukan plak, gingivitis marginalis dan karies. Kebersihan mulut

yag baik dan disesuaikan dapat membatasi pengaruh buruk tersebut.

Penunjang menyeluruh secara mukosal akan mengakibatakan protesa tertekan ke

dalam mukosa oleh pengaruh gaya kunyah. Oleh karena itu paradonsium dari

elemen yang masih ada, mudah terkena trauma. Pengaruh merugikan ini dikenal

dengan istilah gumstripper. Dengan membuat tepi protesa yang tidak menekan

tepi gingiva kerusakan ini dapat diatasi.

Bagian rahang yang tidak bergigi yang tertutup oleh sadel – terutama jika terdapat

elemen yang asli sebagai antagonis – akan menerima beban yang berat. Setelah

selang beberapa waktu, pembebanan ini akan menyebabkan resorpsi yang

meningkat pada tulang yang terletak di bawahnya, apalagi bila terdapat hubungan

yang abnormal antara daya menunjang dan gaya yang bekerja pada pelat.

Page 58: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

Indikasi :

Sebagai alat untuk menyelesaikan masalah estetik dan fonetik jika penyelesaian

lain tidak sesuai. Ini biasanya berkaitan dengan keadaan sisa gigi yang tidak baik,

motivasi pasien sedang, serta alasan keuangan, sehingga tidak dapat dilakukan

perawatan yang lebih kuat untuk mempertahankan gigi. Pada umumnya, gigi

tiruan basis akrilik yang dibaut pada pasien tersebut lama-kelamaan akan

diperluas menjadi protesa lengkap (overdenture), sheingga dapat dianggap

sebagai suatu alat yang dipakai pada perombaka yang lama dari gigi-geligi.

Sebagai alat sementara selama perawatan pendahuluan untuk mengadakan

perbaikan secara ortodontik atau bila diperlukan suatu penyusunan percobaan

untuk menguji perubahan gigitan secara klinis.

Dalam rangka mengadakan perawatan secara bertahap karena alasan keuangan

dan perawatan berfase dengan alasan pengobatan gigi. Jika dikemudian hari akan

dibuat jembatan atau protesa kerangaka logam, gigi tiruan basis akrilik ini dapat

dipakai sebagai alat sementara untuk keadaan dimana estetik memegang peranan

penting.

Kerangka Logam

Gigi tiruan kerangka logam adalah suatu GT yang terdiri dari rangka logam

tuang dan bagian sadel dari akrilik serta elemen gigi tiruan. Pada rangka logam dapat

dibedakan cengkram, satu atau lebih kisi-kisi untuk sadel, penghubung untuk bagian

kiri-kanan (major konektor) dan beberapa elemen penghubung (minor konektor) yang

menghubungkan cengkram dengan major konektor atau sadel.

Keuntungan dan kerugian :

Perawatan geligi yang rusak dengan GT ini merupakan perawatan untuk

mempertahankan gigi-geligi tersebut, bertetangan dengan GT basis akrilik yang

pada jangka waktu lama tidak mendukung stabilitas dari sisa gigi-geligi.

GT ini lebih banyak membantu mempertahankan dan memulihkan oklusi dan

artikulasi dibandingkan dengan protesa plat sebagian dari akrilik. Cengkramnya

Page 59: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

menjamin suatu stabilitas yang lebih besar sehingga GT ini kurang terbenam

dalam mukosa. Dengan adanya penunjang oleh gigi geligi maka beban pada

mukosa juga akan menjadi lebih ringan, sheingga diharapkan bahwa resorpsi

prosesus alveolaris juga berkurang.

Keuntungannya dengan GT ini dapat dilakukan penggantian sejumlah besar

elemen yang tersebar sebagai beberapa daerah yang tak bergigi dalam lengkung

gigi. Juga lengkung gigi yang memendek dapat diperpanjang dengan GT ini.

Pada GT ini terdapat kemungkinan koreksi reparasi dan perluasan Namun dibatasi

oleh jumlah elemen penyangga yang potensial, pelaksanaan teknis dan biaya.

Biaya GT ini lebih tinggi bila dibandingkan GT basis akrilik.

Kerugian GT ini adalah kemungkinan terlihatnya bagian cengkram yang oleh

banyak pasien dianggap mengganggu estetik.

Indikasi :

Kehilangan elemen gigi dapat merupakan indikasi pembuatan GT ini.

Faktor yang perlu dipertimbangkan faktor-faktor berikut ini :

Panjang diastem

Jumlah diastem serta keharusan untuk memperpanjang lengkung gigi

Resorpsi prosesus alveolaris

Kondisi sisa gigi

Keutuhan gigi penyangga

Keinginan pasien

Usia pasien

Kesehatan umum

Biaya yang tersedia

Bahan Basis Logam23

Termasuk dalam golongan ini adalah :

a. Logam campur emas kuning

Page 60: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

b. Logam campur emas putih

c. Logam baja tahan karat

d. Logam campur kobalt kromium

Ada beberapa bahan basis logam yang sering digunakan yaitu Kobalt Kromium.

Selain itu tersedia juga dalam bentuk kawat jadi (wrought wire), dan dalam bentuk

logam cor atau cast alloy. Emas dan kobalt kromium dapat diperoleh dalam kedua

bentuk tersebut, sedangakan bahan baja tahan karat (Stainless steel) biasa diadapat

dalam bentuk kawat jadi saja. Selain itu ada juga campuran logam dengan bahan

dasar Nikel.

Bahan bagis logam memiliki beberapa sifat yang perlu dipertimbangkan :

Berat Jenis

Kekerasan

Kekerasan bahan harus ditinjau dari faktor berikut :

Tahan terhadap goresan

Pengaruh terhadap gigi penyangga

Pengaruh terhadap permukaan gigitan atau gaya olusal

Penghalusan dan pemolesan

Tensile strength

Propotional limit/Elastic Limit

Modulus Elastisitas

Pemanjangan

Korosi

Penghantar Listrik Galvanis

Perlakuan Panas

Pemilihan Jenis aloi

Bahan Basis Bukan Logam

Yang termasuk golongan ini :

a. Resin akrilik

Page 61: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

b. Keramik

Beberapa jenis plastik yang dianjurkan pemakaiannya sebagai bahan basis gigi tiruan

yaitu :

Polimetil-metakrilat

Polivinil akrilik

Polistiren

Bahan Elemen (Gigi Tiruan)

Elemen Tiruan yang banyak dipasarkan biasanya terbuat dari resin atau porselen.

Gigi resin lebih banyak digunakan dibanding gigi porselen.

Sifat-sifat Gigi Resin :

a. Tidak mudah patah

b. Dapat menyerap sebagian gaya kunyah, karena itu lingir sisa jadi lebih awet

c. Biasanya melekat dengan basis secara kimiawi, sehingga tak ada perembesan

cairan antara basis dengan elemen. Dengan demikian, tidak ada perubahan

warna di daerah servikal gigi.

d. Karena merupakan hubungan kimiawi, hubungan elemen dengan basis lebih

kuat dan tahan lama, bila hubungan tersebut homogen.

e. Lebih ringan, dan hal ini merupakan suatu kelebihan untuk protesa rahang

atas.

f. Karena proses mastikasi dan penyiktan terlalu keras, mudah terjadi abrasi

pada permukaan oklusalnya Sehingga mutu estetik lambat laun menurun.

g. Prosedur penggantian basis (rebasing) lebih sulit dilakukan pada pemakaian

elemen resin dibanding elemen proselen. Sebabnya, pada pemakaian resin,

elemen menyatu dengan basis secara kimiawi, sehingga sulit dipisahkan.

h. Proses penyelesaian dan pemolesan gigi tiruan relatif lebih sulit. Gigi resin

mudah mengalami perubahan bantuk bila kena api atau cara pemolesan yang

tak baik atau terallau menekan.

i. Dalam keadaan tertentu mudah menyerap kotoran.

Page 62: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

j. Tidak menimbulkan bunyi saat mastikasi

k. Bila pada waktu pemasangan geligi tiruan, perlu pengasahan elemen, bagian

yang sudah diasah ini dapat dengan mudah dipoles kembali.

l. Tidak mudah retak atau patah, teruata untuk bahan Cross Linked Polymer atau

High Impact Resin.

Sifat-sifat Elemen Porselen :

a. Rapuh dan mudah patah

b. Tahan terhadap gaya mastikasi sehingga tidak mudah aus

c. Kemampuan memotong dan menggiling lebih baik dibanding gigi resin

d. Karena permukaan labial gigi porselen tidak mudah aus, bentuk jadi lebih

awet dan bentuk dapat dipertahankan lebih lama.

e. Karena hubungan gigi porselen dengan basis merupakan hubungan mekanis,

pada bagian sambungan gigi dengan basis ini sering terjadi rembesan cairan.

f. Selama proses mastikasi pada pasien dengan kontrol neuromuskular buruk,

sering timbul bunyi keletukan.

g. Karena kerasnya, gigi porselen dapat menyebabkan trauma pada jaringan

lingir sisa, sehingga terjadi resorpsi berlebih.

h. Bila harus diasah, permukaan gigi porselen jadi tidak mengkilat lagi dan sulit

dipoles kembali.

i. Bila harus dilakukan penggantian basis, hal ini mudah dilakukan. Dengan

semprotan api, gigi porselen dengan mudah lepas dari basis protesa.

KOMUNIKASI PADA LANSIA DENGAN PENURUNAN DAYA INGAT24

Lansia yang mengalami penurunan daya ingat atau dimensia atau kepikunan

mengalami kesulitan untuk mengerti apa yang dikatakan orang lain.

Komunikasi yang harus dilakukan pada lansia yang mengalami penurunan daya ingat:

Page 63: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

- Hindari sikap mengharapkan lansia ingat karena adanya penurunan daya ingat

membuat lansia tidak akan mengingat banyak hal.

- Bila pasien menjadi gelisah mereka menunjukkan perilaku yang sulit. Alihkan

perhatiannya dengan kegiatan yang lain.

- Ciptakan kegiatan dan komunikasi yang sederhana. Kegiatannya hendaknya

dibuat menjadi lebih sederhana dan bertahap.

- Beri penentraman hati dengan pujian yang akan meningkatkan harga diri daan

memperkuat perilakunya.

- Hindari berdebat dengan pasien demensia.

- Libatkan oranglain/keluarga untuk membantu pasien mengingatkan menjaga

oral hygienenya.

INSTRUKSI PADA LANSIA YANG MENGGUNAKAN GIGI TIRUAN24

Instruksi paska perawatan yang dapat diberikan kepada pasien tentang gigi tiruannya

adalah Kebersihan mulut dan gigi harus tetap dijaga dengan menyikat gigi dan

kumur-kumur secara teratur, meskipun sudah ompong, bagi yang masih aktif dan

masih mempunyai gigi agak lengkap dapat menyikat giginya sendiri sekurang-

kurangnya 2 kali dalam sehari, pagi bangun tidur dan malam sebelum tidur. Bagi

lanjut usia yang menggunakan gigi palsu (protesa) dapat dipelihara, caranya sebagai

berikut:

1. Gigi palsu dapat dilepas, dikeluarkan dari mulut dengan menggunakan kain

kasa atau sapu tangan yang bersih, bila kesulitan dapat dibantu oleh

keluarga/perawat.

2. Gigi palsu kemudian disikat perlahan-lahan di bawah air mengalir sampai

bersih. Bila perlu dapat digunakan pasta gigi.

3. Pada waktu tidur, gigi palsu tidak dipakai dan direndam dengan air bersih di

dalam gelas. Tidak boleh direndam dalam air panas atau dijemur. Bagi mereka

Page 64: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

yang sudah tidak mempunyai gigi lagi atau tidak memakai gigi palsu, setiap

kali habis makan harus melakukan kumur-kumur untuk mengeluarkan sisa

makanan yang melekat di antara gigi. Bagi yang masih mempunyai gigi tetapi

karena kondisinya lemah atau lumpuh, usaha untuk mebersihkan gigi dan

mulut perlu mendapat bantuan dari keluarga atau jika tinggal dip anti bisa

dibantu perawat atau petugas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Fragiskos FD. Oral surgery. Berlin : Springer-Verlag Berlin Heidelberg; 2007. p.

253-75.

2. Balaji SM. Textbook of oral and maxillofacial surgery. New Delhi : Elseveir;

2007. p. 355-6, 382. 260-2, 344-5. 364, 256-7.

3. Basker RM, Davenport JC, Tomlin HR. Perawatan prostodontik bagi pasien tak

bergigi. Alih bahasa : Soebekti TS, Arsil H. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

EGC; 1996. p.24-5..

4. Gunadi HA, Margo A, Suryatenggara LKBF, Setiabudi I. Buku ajar ilmu geligi

tiruan sebagian lepasan. Jilid 1. Editor: Haryanto AG, Setiabudi I. Pertimbangan-

pertimbangan dalam perawatan prostodontik. Hipokrates. Jakarta; Hal. 45-6

5. Fromholt P. Aging from a psychological perspective. In : Holm-Pedersen P, Loe

H, editors. Textbook of geriatric dentistry. Second edition. Copenhagen :

Munksgaard; 1996. p. 129-38.

6. Niessen LC, Wetle T, Wirthman GP. Clinical management of the cognitively

impaired older adult. In : Holm-Pedersen P, Loe H, editors. Textbook of geriatric

dentistry. Second edition. Copenhagen : Munksgaard; 1996. p. 248-9, 256.

Page 65: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

7. Berkey DB, Besdine RW. Clinical assement of the elderly patient. In : Holm-

Pedersen P, Loe H, editors. Textbook of geriatric dentistry. Second edition.

Copenhagen : Munksgaard; 1996. p. 169-85, 327-8

8. Shugars DA, Shugars DC. Patient assessment, examination and diagosis, and

treatment planning. In : Roberson TM, Heymann Ho, Swift EJ, editors.

Studervant’s art and science of operative dentistry. 4th edition. Missouri :

Mosby; 2002. p. 389-401, 413, -422-3.

9. Saunders MJ. Oral health and disease. In : Evans JG, Williams F, ed. Oxford

textbook of geriatric medicine. 2nd edition. New York : Oxford University Press;

2000. p. 249-51.

10. García-García AS, Martínez-González JM, Gómez-Font R, Soto-Rivadeneira A,

Oviedo-Roldán L. Current status of the torus palatines and torus mandibularis.

Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2010. Mar 1; 15(2): 353; 354; 356-7; 359.

11. Zarb, G. A. Et al. Buku Ajar Prostodonti untuk Pasien Tak Bergigi Menurut

Boucher. Edisi 10. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1994. p. 55, 283-

289

12. Allan DN, Foreman PC. Petunjuk bergambar mahkota & jembatan. Alih bahasa:

Djaya A. Jakarta: Hipokrates; 1994. hal. 12-3

13. Piecuch JF. Oral and maxillofacial surgery for the geriatric patient. In : Holm-

Pedersen P, Loe H, editors. Textbook of geriatric dentistry. Second edition.

Copenhagen : Munksgaard; 1996. p.

14. Wray D, Stenhouse D, Lee D, Clark AJE. Textbook of general and oral surgery.

Philadelphia : Elsevier Science Limeted; 2003. p. 243-8.

15. Koerner KR, editor. Manual of minor oral surgery for the general dentist. Iowa :

Blackwell Munksgaard; 2006. p.87.

16. Elsevier Science. Chapter 52 Removable Prosthodontics [online]. USA : Elsevier

Science, 2003. Available from :

http://www.csi.edu/facultyAndStaff_/webTools/sites/Bowcut58/courses/552/

ch52.ppt

Page 66: Makalah Kelompok 4 Modul2 - Copy

17. Kierman D, Plummer KD. Overview of single denture, overdenture, and

immidiate denture. In: Rahn AO, Ivanhoe JR, Plummer KD. Textbook of

complete denture. Connecticut : People’s Medical Publishing House; 2009. p.

268-70.

18. Damayanti,Lisda.Overdenture untuk menunjang perawatan

prostetik.Bandung:Universitas Padjajaran.2009.p.1

19. Niklaus PL. Oral impants in elderly patiens.. In: Pedersen PH, Loe H. Textbook

of geriatric dentistry. 2nd ed. Copenhagen : Munksgaard;1996.p. 491-2

20. Ilmu geligi tiruan jembatan pengetahuan dasar dan rancangan pembuatan.

Surabaya: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2002.p. 7-8

21. Pedersen PH, Loe H,editors. Textbook of geriatric dentistry. 2nd ed.

Copenhagen : Munksgaard; p.453.

22. Battistuzzi PGFCM, Kayser AF, Keltjens MAM, Plasmans PJJM. GIGI

TIRUAN SEBAGIAN Titik Tolak Pada Diagnosa Dan Perawatan dari Gigi

Geigi yang Rusak. Jakarta : Penerbit Widya Medika; 1996. p. 64-6; 75-7

23. Gunadi. H. A. Et al. Buku Ajar ILMU GELIGI TIRUAN SEBAGIAN

LEPASAN JILID II. Jakarta : Penerbit Hipokrates; 1994. p. 435-45

24. Nugroho H wahjudi, komunikasi dalam keperawatan gerontik. Jakarta : EGC,

2009. p. 104-5, 78-9