Copy of Makalah Bahasa Indonesia

76
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak permasalahan yang muncul dalam penguasaan tata bahasa Indonesia. Padahal, penggunaannya begitu lekat dengan kehidupan sehari-hari, terutama sebagai alat komunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Penggunaan bahasa yang tidak baku lebih dominan digunakan dalam masyarakat. Masalah ini pun menjadi masalah yang serius karena penggunaan EYD kurang begitu diperhatikan. Di dalam bahasa Indonesia sendiri memiliki aturan yang berlaku seperti berupa struktur, gramatikal, intonasi dll. Sebelum membuat suatu kalimat, diperlukan pemahaman tentang bagian-bagian dari kalimat serta dapat membedakan antara satu unsur dengan unsur lainnya, seperti kata, frasa dan klausa. 1

Transcript of Copy of Makalah Bahasa Indonesia

Page 1: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak permasalahan yang muncul dalam penguasaan tata bahasa

Indonesia. Padahal, penggunaannya begitu lekat dengan kehidupan sehari-

hari, terutama sebagai alat komunikasi baik secara lisan maupun tulisan.

Penggunaan bahasa yang tidak baku lebih dominan digunakan dalam

masyarakat. Masalah ini pun menjadi masalah yang serius karena

penggunaan EYD kurang begitu diperhatikan.

Di dalam bahasa Indonesia sendiri memiliki aturan yang berlaku seperti

berupa struktur, gramatikal, intonasi dll. Sebelum membuat suatu kalimat,

diperlukan pemahaman tentang bagian-bagian dari kalimat serta dapat

membedakan antara satu unsur dengan unsur lainnya, seperti kata, frasa dan

klausa.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penerapan kaidah ejaan?

2. Bagaimanakah perbedaan dari penerapan kaidah ejaan?

3. Apakah yang dimaksud dengan kata?

4. Apakah yang dimaksud dengan frasa?

5. Bagaimanakah pembagian kelas frasa?

6. Apakah yang dimaksud dengan klausa?

7. Bagamanakah pembagian kelas klausa dalam kalimat?

1

Page 2: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

C. Tujuan

1. Untuk memahami tentang penerapan kaidah ejaan dan pembagiannya.

2. Untuk memahami tentang kata, frasa dan klausa dalam kalimat.

3. Untuk mengetahuan penggunaan kaidah ejaan, kata, frasa, klausa dalam

kalimat dengan tepat.

2

Page 3: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

1. Penerapan Kaidah Ejaan

1.1 PENGERTIAN EJAAN

Yang dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan

bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana

antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan

penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis yang dimaksud

dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian

tanda baca.1

1.2 DARI EJAAN VAN OPHUIJSEN HINGGA EYD

1.2.1 Ejaan Van Ophuijsen

Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa Melayu dengan huruf latin

yang disebut Ejaan Van Ophuijsen. Van Ophuijsen merancang ejaan

itu yang dibantu oleh engku Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan

Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam

ejaan Van Ophuijsen adalah sebagai berikut.2

a. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang.

b. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.

1 E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: Akademika Pressindo, 2006) h.187

2 Ibid., h.187

3

Page 4: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

c. Tanda diakritik, seperti koma, ain, dan tanda trema, untuk menuliskan

kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamai’.

1.2.2 Ejaan Soewandi

Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi diresmikan

menggantikan ejaan Van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat

diberi julukan ejaan Republik. Hal-hal yang perlu diketahui.3

a. Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu

b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-

kata tak, pak, maklum, rakjat.

c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka-2, seperti anak2, berjalan2, ke-

barat2an.

d. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan

kata yang mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun,

disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang.

1.2.3 Ejaan Melindo

Pada akhir 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu

(Slametmulyana-Syeh Nasir bin Ismail, ketua) menghasilkan konsep

ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo

(Melayu-Indonesia). Perkembangan politik dari tahun-tahun

berikutnya mengurungkan peresmian ejaan itu.

1.2.4 Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

3 Ibid., h.188

4

Page 5: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

Pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia telah diresmikan pada tanggal 16

Agustus 1972 oleh Presiden Republik Indonesia. Selanjutnya pada

tanggal  12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa

Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku

"Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan"

dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas.p0-Setelah itu,

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Keputusan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 Nomor

0196/U/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan" dan "Pedoman Umum Pembentukan

Istilah".4

1) Perubahan huruf

Ejaan soewandi Ejaan yang Disempurnakan

dj djalan, djauh j jalan, jauh

j pajung, laju y payung, layu

nj njoja, bunji ny nyonya, bunyi

sj isjarat, masjarakat sy isyarat, masyarakat

tj tjukup, tjutji c cukup, cuci

ch tarich, achir kh tarikh, akhir

2) Huruf-huruf pinjaman abjad asing diresmikan pemakaiannya

f maaf

4 Ibid ., h.188

5

Page 6: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

v valuta

z zeni

3) Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap

dipakai.

a : b = p : q

Sinar-X

4) Penulisan awalan di- dan ke- ditulis serangkai, sedngkan di- dan ke-

sebagai kata depan ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.

di- (awalan) di- (kata depan)

ditulis di kampus

dibakar di rumah

dilempar di jalan

dipikirkan di sini

ketua ke kampus

kekasih ke luar negeri

kehendak ke atas

5) Kata ulang ditulis penuh sengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2.

Anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat.

Hal-hal yang berkaitan dengan ejaan:

1.2.4.1 Pemakaian Huruf

6

Page 7: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

Berikut ini disajikan pembahasan (1) nama-nama huruf, (2) lafal

singkatan dan kata, (3) persukuan, dan (4) penulisan nama diri.5

1) Nama-Nama Huruf

Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahsa Indonesia yang

Disempurnakan disebut bahwa abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa

Indonesia terdiri atas huruf-huruf yang berikut.

Huruf Nama Huruf Nama

A a N en

B be – bukan bi O o

C ce – bukan se P pe

D de Q ki bukan kyu

E e R er

F ef S es

G ge bukan ji T te bukan ti

H ha U u

I I V fe – bukan fi

J je W we

K ka X eks – bukan ek

L el Y ye – bukan ey

M em Z zet

Catatan:

5 Ibid., h.191

7

Page 8: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

Huruf e dapat dilafalkan menjadi e benar, seperti terdapat dalam kata-kata

lele, beres, materi, merah, dan kaget, dan dapat dilafalkan menjadi e lemah atau e

pepet, seperti beras, benar, dan cepat.

2) Lafal Singkatan dan Kata

Singkatan/Kata Lafal Tidak Baku Lafal Baku

AC [a se] [a ce]

TVRI [ti vi er i] [te ve er i]

MTQ [em te kyu] [em te ki]

makin [mangkin] [makin]

logis [lohis] [logis]

Akronim singkatan bahasa asing (singkatan yang dieja seperti kata).

Misalnya:

Kata Lafal Tidak Baku Lafal Baku

Unesco [u nes tjo] [yu nes ko]

Unicef [u ni tjef] [yu ni sef]

Sea Games [se a ga mes] [se ge ims]

3) Persukuan

Persukuan diperlukan pada saat kita harus memenggal sebuah kata

dalam tulisan. Apabila memenggal sebuah kata harus membubuhkan tanda

hubung (-) di antara suku-suku itu tanpa jarak

Beberapa kaidah persukuan

8

Page 9: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

1. Pemenggalan kata dasar dilakukan sebagai berikut.

a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu

dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.

Misalnya:

bu-at ru-ang ku-li-ah

b. Jika berbentuk diftong, pemenggalannya tidak pernah dipisahkan.

Misalnya:

au-la sau-da- ra am-boi

c. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf

konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan

sebelum huruf konsonan.

Misalnya:

ba-pak ba-rang mu-ta-khir

d. Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan,

pemenggalan dilakukan di antara dua konsonan itu. Gabungan huruf

konsonan tidak pernah dipisahkan.

Misalnya:

man-di swas-ta Ap-ril

e. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih,

pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf

konsonan yan kedua.

Misalya:

in-stru-men ul-tra bang-krut

9

Page 10: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami

perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata

dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.

Misalnya:

main-an mem-buat-kan buang-lah

3. Bentuk dasar pada kata turunan sedapat mungkin tidak dipenggal jika

pergantian baris.

Misalnya:

pergi-lah bukan per-gi-lah

me-rasa-kan bukan me-ra-sa-kan

4. Akhiran –i tidak dipenggal jika pergantian baris.

Misalnya:

cintai bukan cinta-i

tulisi bukan tulis-i

5. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu

dapat ber- gabung dengan unsur lain, pemenggalan itu dapat dilakukan (1)

di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu.

Misalnya:

bio-grafi atau bi-o-gra-fi

intro-speksi atau in-tro-spek-si

4) Penulisan Nama Diri

10

Page 11: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

Penulisan nama diri, nama sungai, gunung jalan dan sebgainya

disesuaikan dengan kaidah yang berlaku. Penulisan nama orang, badan

hukum, dan nama diri lain yang sudah lazim, disesuaikan dengan

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali apabila ada

pertimbangan khusus. Pertimangan khusus itu misalnya:

Universitas Padjadjaran

Dji Sam Soe

Widjojo Nitisastro

1.2.4.2 Penulisan Huruf

Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, dalam

penulisan huruf menyangkut dua masalah, yaitu (1) penulisan huruf

besar atau huruf kapital dan (2) penulisan huruf miring.6

1) Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital

Dalam penulisan huruf besar atau kapital, sering kali dijumpai di

berbagai media bacaan. Tidak jarang ditemukan kesalahan dalam

penulisan huruf besar atau kapital. Kaidah penulisan huruf kapital itu

adalah sebagai berikut:

a. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama kalimat

berupa petkan langsung.

Misalnya: 6 Ibid., h.199

11

Page 12: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

Dia bertanya, “ Kapan kita pulang.”

Archimedes berkata, “Setiap benda yang dimasukkan ke dalam zat

cair akan mendapat tekanan ke atas sehingga beratnya berkurang

seberat zat cair yang dipindahkannya.”

b. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama yang

berhubungan dengan hal-hal keagamaan. Kata-kata yang

menunjukkan nama jenis, seperti jin, iblis, surge, malaikat, mahsyar,

zakat, dan puasa- meskipun berhubungan dengan keagamaan-tidak

diawali dengan huruf kapital.

Misalnya:

Limpahkan rahmar-Mu, ya Allah.

Tuhan akan menolong hamba-Nya.

Semoga Engkau menerima arwah kedua orang tua saya.

Kata-kata keagamaan lainnya yang harus ditulis dengan huruf kapital

adalah nama agama dan kitab suci.

c. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama

gelar ,jabatan, dan pangkat yang diikuti nama orang.

Misalnya:

Pergerakan itu dipimpin oleh Haji Agus Salim.

Kepala Lembaga Administrasi Negara, Prof. Bintoro

Tjokroamidjojo, M.A. berpendapat bahwa peningkatan imbalan gaji

pegawai negeri harus diimbangi oleh kualitas pegawai negeri itu

sendiri.

12

Page 13: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

Jika tidak diikuti oleh nama orang atau nama wilayah, nama gelar,

jabatan dan pangkat itu harus dituliskan dengan huruf kecil.

Misalnya:

Calon jemaah haji DKI tahun ini berjumlah 525 orang.

Seorang presiden akan diperhatikan oleh rakyatnya.

Akan tetapi jika mengacu kepada orang tertentu nama orang, nama

gelar, jabatan dan pangkat itu harus dituliskan dengan huruf capital

Misalnya:

Pagi ini Menteri Perindustrian dan Perdagangan terbang ke Nusa

Penida.

Dalam seminar itu Presidan Susilo Bambang Yudhoyono

memberikan sambutan.

Catatan:

Kita harus menghilangkan perasaan ingin memberikan

penghargaan kepada kata-kata yang dianggap tinggi jika kata-kata itu

hanya menunjukkan suatu jenis, bukan suatu nama. Biasanya,

penghargaan itu dilakukan dengan cara menuliskan huruf kapital pada

huruf-huruf pertamanya. Kebiasaan ini merupakan kebiasaan yang

salah karena menyalahi kaidah ejaan yang berlaku. Kata-kata yang

biasa ingin kita hargai dengan menuliskan huruf pertamanya kapital,

antara lain, haji, presiden, nasional, perguruan tinggi, internasional,

panglima dan jenderal. Padahal, kata-kata tersebut tidak perlu ditulis

dengan kapital.

13

Page 14: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

d. Kata-kata van, den, da, de, di, bin, dan ibnu yang digunakan

sebagai nama orang tetap ditulis dengan huruf kecil, kecuali jika kata-

kata digunakan sebagai nama pertama atau terletak pada awal kalimat.

Misalnya:

Tanam Paksa di Indonesia diselenggarakan oleh van den Bosch

Harta yang melimpah milik Jufri ibnu Sulaiman sebagian besar

akan disumbangkan ke panti asuhan.

e. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama

bangsa, suku, dan bahasa.

Misalnya:

Dalam bahasa Sunda terdapat kata lahan.

Kami bangsa Indonesia, harus bertekad untuk menyukseskan

pembangunan.

Kehidupan suku Piliang sebagian besar bertani.

Akan tetapi, jika nama bangsa, suku, dan bahasa itu sudah diberi

awalan dan akhiran sekaligus, kata-kata itu harus ditulis dengan huruf

kecil.

Misalnya:

Kita harus bisa mengindonesiakan kata-kata asing.

Kita tidak perlu kebelanda-belandaan karena sekarang sudah

merdeka.

Demikian juga kalau tidak membawa nama suku nama itu harus

dituliskan dengan huruf kecil.

14

Page 15: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

Misalnya:

petai cina

jeruk bali

dodol garut

f. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama

tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.

Misalnya:

Tahun 1998 Masehi adalah tahun yang suram bagi perekonomian

kita.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 dikumandangkanlah Proklamasi

Kemerdekaan Republik Indonesia.

Dahulu pernah terjadi Perang Paregreg di tanah Sunda.

Setiap tanggal 1 Syawal umat Islam merayakan hari Lebaran.

Akan tetapi, perhatikan penulisan yang berikut.

Sukarno-Hatta memproklamasikan Kemerdekaan Republik Indonesia

pada tanggal 17 Agustus 1945.

g. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama

khas geografi.

Misalnya:

Tahun 1985 Provinsi Sumatra Barat mendapat anugerah Prasamnya

Purnakarya Nugraha.

Di Teluk Jakarta telah dibangun suatu proyek perikanan laut

Jika menunjukkan nama khas geografi ditulis dengan huruf kecil.

15

Page 16: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

Misalnya:

Nelayan itu berlayar sampai ke teluk.

h. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama

resmi badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama

dokumentasi resmi.

Misalnya:

Pemimpin Kerajaan Iran pada saat itu adalah Syah Reza Pahlevi.

Semua anggota PBB harus memahami isi oiagam Perserikatan

Bangsa-Bangsa.

Jika tidak menunjukkan badan resmi, ditulis dengan huruf kecil

Misalnya:

Iran dalah suatu negara yang berbentuk kerajaan.

i. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama

semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul

karangan, kecuali kata partikel seperti di, ke, dari, untuk, dan

yang, yang terletak pada posisi awal.

Misalnya :

Idrus mengarang buku dari Ave Maria ke Jalan lain ke Roma.

Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang

disempurnakan diterbitkan oleh balai pustaka.

Untuk mengetahui seluk-beluk pabrik kertas, Saudara dapat

membaca buku Nusa dan Bangsa yang Membangun.

16

Page 17: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

j. Huruf besat atau huruf kapital dipakai dalam singkatan nama gelar

dan sapaan, kecuali gelar dokter.

Misalnya :

Proyek itu dipimpin oleh Dra. Jasika Murni.

Hadi Nurzaman, M.A. diangkat menjadi pimpinan kegiatan itu.

Penyakit ayah saya sudah dua kali diperiksa oleh dr. Siswoyo.

Catatan :

Ada perbedaan antara gelar Dr. dan dr. (doctor dituliskan dengan D

kapital dan r kecil, jadi Dr., sedangkan dokter, yang memeriksa

penyakit dan mengobati orang sakit, singkatannya ditulis dengan d

dan r kecil, jadi dr.).

k. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata

penunjuk hubungn kekerabatan, sepert bapak, ibu, saudara, adik, dan

paman yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan. Singkatan pak, bu,

kak, dik, dan sebagainya hanya digunakan sebagai sapaan atau jika

diikuti oleh nama orang/nama jabatan. Kata Anda juga dawali huruf

kapital.

Misalnya :

Surat Saudara sudah saya terima.

Ibunya menjawab pertayaan Samsi, ‘Pagi tadi Ibu menjemput

pamanmu di pelabuhan,”

Kepala sekolah berkata kepada saya, “Tadi saya menerima berita

bahwa Ibu sri sakit keras di bandung,”

17

Page 18: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

Saya mengharap kehadiran Anda pada pertemuan yang akan

diselenggarakan besok pukul 8.00.

Akan tetapi, jika tidak dipakai sebagai kata ganti atau sapaan, kata

penunjuk hubungan kekerabatan itu dituls dengan huruf kecil.

Misalnya :

Kita harus menghormati ibu kita dan bapak kita.

Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

Semua camat dalam kabupaten itu hadir.

Ketika mengikuti kuliah di Jakarta, ia tinggal bersama pamannya di

Kalibata.

2) Penulisan Huruf Miring

a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskann nama

buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Dalam

tulisan tangan atau ketikan, kata yang harus ditulis dengan huruf

miring di tandai dengan ggaris bawah satu.

Misalnya :

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa menerbitkan majalah

Bahasa dan Kesusastraan.

Buku Negarakertagama dikarang olehh Mpu Prapanca.

Berita itu sudah say abaca dalam surat kabar Angkatan Bersenjata

dan republika.

Catatan

18

Page 19: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

Garis bawah satu, sebagai tanda kata yang diceta miring, harus

terputus-putus, kata demi kata.

b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau

mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.

Misalnya :

Kata daripada digunakan secara tepat dalam kalimat

penyelenggaraan pemilu 1999 lebih baik daripada pemilu-pemilu

sebelumnya.

Buatlah kalimat dengan kata dukacita.

Huruf pertama kata ubah ialah u. Jadi, jika kata ubah ditambah

awalan me-akan muncul mengubah, bukan merubah.

c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama-

nama ilmiah atau ungkapan bahasa asing atau bahasa daerah, kecuali

yang di sesuaikan ejaannya.

Misalnya :

Apakah tidak sebaiknya kita menggunakan kata penataran untuk

kata upgrading?

Nama ilmiah buah manggis ialah carcinia mangestana.

Weltanschauung diterjemahkan menjadi ‘ pandangan dunia ‘.

Catatan

Sebenarnya, banyak penulisan huruf miring yang lain ataupun

penandaan suatu maksud dengan memakai bentuk huruf tertentu

19

Page 20: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

(ditebalkan dan sebagainya). Akan tetapi, soal itu lebih menyangkut

masalah tipografi pencetakan.

1.2.4.3 Penulisan Kata

Kita mengenal bentuk kata dasar, kata turunan atau kata berimbuhan,

kata ulang, dan gabungan kata. Kata dasar ditulis sebagai satu satuan

yang berdiri sendiri, sedangkan pada kata turunan, imbuhan

(awalan,sisipan atau akhiran) dtuliskan serangkai dengan kata

dasarnya. Kalau gabungan kata, hanya mendapat awalan atau akhiran,

awalan atau akhiran itu dituliskan serangkai dengan kata yang

bersangkutan saja.7

Misalnya :

Bentuk Tidak baku Bentuk Baku

Di didik dididik

Di suruh disuruh

Di lebur dilebur

Ke sampingkan kesampingkan

Hancurleburkan hancur leburkan

Berterimakasih berterima kasih

Bertandatangan bertanda tangan

Beritahukan beri tahukan

Lipatgandakan lipat gandakan

Sebarluaskan sebar luaskan

7 Ibid., h.209

20

Page 21: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

Kalau gabungan katta sekaligus mendapat awalan dan akhiran, bentuk kata

turunannya itu harus dituliskan serangkai.

Misalnya :

Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

Menghancur leburkan menghancurleburkan

Pemberi tahuan pemberitahuan

Mempertanggung jawabkan mempertanggungjawabkan

Kesimpang siuran kesimpangsiuran

Ketidak adilan ketidakadilan

Dianak-tirikan dianaktirikan

a. Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.

Pemakaian angka dua untuk menyatakan bentuk perulangan,

hendaknya dibatasi pada tulisan cepat atau pencatatan saja. Pada

tulisan yag memerlukan keresmian, kata ulang ditulis secara lengkap.

Kata ulang, tidak hanya berupa pengulangan kata dasar dan sebagian

lagi kata turunan, mungkin pula pengulangan kata itu sekaligus

mendapat awalan dan akhiran. Kemungkinan yang lain, salah satu

bagiannya adalah bentuk yang dianggap berasal dari kata dasar yang

sama dengan ubahan bunyi. Mungkin pula, bagian itu sudah agak jauh

berbeda dari bentuk dasar (bentuk asal). Namun, apabila ditinjau dari

maknanya, keseluruhan itu menyatakan perulangan.

21

Page 22: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

Misalnya :

Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

Jalan2 jalan-jalan

Sayur mayur sayur--mayur

Bolak balik bolak-balik

Ramah tamah ramah-tamah

Porak poranda porak-poranda

Terus menerus terus-menerus

Berkejar kejaran berkerjar-kejaran

b. Gabungan kata termasuk yang lazim disebut majemuk bagian-

bagiannya dituliskan terpisah.

Misalnya :

Bentuk Tdak Baku Bentuk Baku

Dayaserap daya serap

Tatabahasa tata bahasa

Kerjasama kerja sama

Dutabesar duta besar

Mejatulis meja tulis

Orangtua orang tua

Gabungan kata yang sudah dianggap sbagai satukata dituliskan

serangkai.

22

Page 23: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

Misalnya :

Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

Mana kala manakala

Sekali gus sekaligus

Bila mana bilamana

Dari pada daripada

Apa bila apabila

Segi tiga segitiga

Pada hal padahal

Selain itu, kalau salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai

kata yang mengandung arti penuh, hanya muncul dalam kombinasi, unsur

itu harus dituliskan serangkai dengan unsur lainnya.

Misalnya :

Bentuk Tidak Baku bentuk Baku

a moral amoral

antar warga antarwarga

catur tunggal caturtunggal

dasa darma dasadarma

ekstra kurikuler ekstrakurikuler

Catatan :

1. Bila bentuk tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf besar,

di antara kedua unsure itu dituliskan tanda hubung (-).

Misalnya :

23

Page 24: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

Non-RRC

Non-Indonesia

Pan-Islamisme

Pan-Afrikanisme

2. Unsur maha dan peri dalam gabungan kata ditulis serangkai dengan

unsur berikutnya, yang berupa kata dasar. Akan tetapi, jika diikuti kata

berimbuhan, kata maha dan peri itu ditulis terpisah.

Ada ketentuan khusus, yaitu kata maha yang diikuti oleh esa ditulis

terpisah walaupun diikiti kata dasar.

Misalnya :

1. Semoga Yang MahaKuasa merahmati kita semua.

2. Jik Tuhan Yang Maha Esa mengizinkan, saya akan ujian sarjana

bulan. Depan.

3. Kita harus memperhatikan perilaku yang baik.

4. Marilah kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Penyayang.

c. Kata ganti ku dan kau- yang ada petaliannya dengan aku dan engkau –

ditulis serangkaidengan kata yang mengikutinya; kata ganti ku, mu,

dan nya – yang ada pertaliannya dengan aku, kamu, dan dia – ditulis

serangkai dengan yang mendahuluinya.

Misalnya :

1. Pikiranmu dan kata-katamu berguna untuk memajukan negeri ini.

2. Kalau mau, boleh kauambil buku itu.

3. Apa yang kulakukan boleh kaukritik.

24

Page 25: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

d. Kata depan, di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang

mengikutinya, kecuali jka berupa gabungan kata yang sudah dianggap

padu benar, seperti kepada dan daripada.

Misalnya :

1. Saya pergi ke beberapa daerah untuk mencarinya, tetapi belum

berhasil.

2. Ketika truk Belanda sudah bergerak ke timur, gerilyawan yang

bersembunyi di bawah kaki bukit lari ke arah barat.

e. Partikel pun dipisahkan dari kata yang mendahuluinya karena pun

sudah hampir seperti kata lepas

Misalnya:

1. Ia sudah sering ke desa ini, tetapi sekali pun ia belum pernah

singgah ke rumah saya.

2. Jika saya pergi, dia pun ingin pergi.

Ada kata yang sudah dianggap padu benar, sehingga ditulis serangkai.

Yaitu adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalupun,

kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun (yang berarti walaupun),

sungguhpun, dan walaupun.

Misalnya:

1. Walaupun tidak mempunyai uang, ia tetap gembira.

2. Biarpun banyak rintangan, ia berhasil menggondol gelar sarjana.

f. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari

bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.

25

Page 26: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

1. Harga kain iru Rp10.000,00 per meter

2. Semua orang yang diduga mengetahui peristiwa itu dipanggil satu per

satu.

g. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, dan isi,

(b) satuan waktu, dan (c) nilai uang. Selain itu, angka lazim juga

dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar

pada alamat dan digunakan untuk menomori karangan atau bagian-

bagiannya.

Misalnya:

1. Hotel Sahid Jaya, Kamar 125

2. 5 cm

3. 10 kg

4. 15 jam

h. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.

Misalnya:

1. dua ratus tiga puluh lima (235)

2. tiga dua pertiga (3 2/3)

i. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan tiga cara yang

berikut.

Misalnya:

1. Abad XX ini dikenal juga sebagai abad teknologi.

2. Abad ke dua puluh ini dikenal juga sebagai abad teknologi

26

Page 27: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

j. Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara

yang berikut.

1. Sutan Takdir Alisyahbana adala pujangga tahun 30-an.

2. Angkatan Balai Pustaka sering disebut Angkatan Tahun 20-an.

k. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata,

ditulis, dengan huruf, kecuali jka beberapa lambang dipakai secara

berurutan, seperti berikut.

1. Dia sudah memesan dua ratus bibit cengkeh.

2. Kendaraan yang beroperasi di DKI Jakarta terdiri atas 1000 bajai,

500 bemo, 200 oplet, 100 metro mini, dan 50 bus kota.

l. Lambang bilangan pada awal kalimat dituliis dengan huruf. Jika perlu,

susunan kalimat diubah sehingga yang tidak dapat dinyatakan dengan

satu atau dua kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat.

1. 12 orang menderita luka berat dalam kecelakaan itu.

2. 350 orang pegawai mendapat penghargaan dari pemerintah.

Penulisah angka yang benar seperti perbaikan berikut.

1. Dua belas orang menderita luka berat dalam kecelakaan itu.

2. Sebanyak 350 orang pegawai mendapat penghargaan dari

pemerintah.

m. Kecuali didalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan

tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.

27

Page 28: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

Bentuk Tidak baku

Jumlah pegawai di perusahaan itu 12 (dua belas) orang.

Bentuk baku

Jumlah pegawai di perusahaan itu 12 orang.

1.2.4.4 Pemakaian Tanda Baca

A. Tanda Titik (.)

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat bukan pertanyaan atau

seruan.8

Misalnya:

Ayahku tinggal di Solo.

Biarlah mereka duduk di sana.

2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu

bagan, ikhtisar, atau daftar.

Misalnya:

a. III. Departemen Dalam Negeri

A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa

B. Direktorat Jenderal Agraria

1. …

b. 1. Patokan Umum

1.1 Isi Karangan

1.2 Ilustrasi

1.2.1 Gambar Tangan

8 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, (Jakarta:Balai Pustaka,2005). h 53

28

Page 29: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

1.2.2 Tabel

1.2.3 Grafik

Catatan:

Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu

bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir

dalam deretan angka atau huruf.

3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik

yang menunjukan waktu.

Misalnya:

Pukul 1.35.20 ( pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik

yang menunjukan jangka waktu.

Misalnya:

1.35.20 jam ( 1 jam, 35 menit, 20 detik)

0.20.30 jam ( 20 menit, 30 detik)

5. Tanda titik dipakai diantara nama penulis, judul tulisan yang tidak

berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit

dalam daftar pustaka.

Misalnya:

Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden:

Balai Poestaka.

6a. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau

kelipatannya.

29

Page 30: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

Misalnya:

Desa itu berpenduduk 24.200 orang

6b. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan

atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.

Misalnya:

Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.

6. Tanda titik tidak di pakai pada akhir judul yang merupakan kepala

karangan atau kepada ilustrasi, table, dan sebagainya.

Misalnya :

Acara Kunjungan Adam Malik

Salah Asuhan

7. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan

tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.

Misalnya :

Jalan Diponogoro 82

Jakarta

1 April 1985

Tanda Koma (,)

1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau

pembilangan.

Misalnya:

Saya membeli kertas, pena, dan tinta.

30

Page 31: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari

kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau

melainkan.

Misalnya:

Saya ingin datang, tetapi hari hujan.

Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim

3. a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat

jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.

Misalnya:

Kalau hari hujan, saya tidak akan dating.

c. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari

induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk

kalimatnya.

Misalnya :

Saya tidak akan datang kalau hari hujan

Dia tau bahwa soal itu penting.

4. Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung

antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat.

Misalnya :

… Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.

… Jadi, soalnya tidak semudah itu.

5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh,

kasihan dari kata yang lain yang terdapat didalam kalimat.

31

Page 32: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

Misalnya :

O, begitu?

Wah, bukan main!

6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain

dalam kalimat.

Misalnya :

Kata Ibu, “Saya gembir sekali.”

7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian

alamat, (iii) tempat dan tanggal, (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri

yang ditulis berurutan.

Misalnya :

Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas

Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.

8. Tanda koma dipakai untuk menceritakan bagian nama yang dibalik

susunannya dalan daftar pustaka.

Misalnya :

Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden:

Balai Poestaka.

9. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang

mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga,

atau marga.

Misalnya :

Ny. Khadijah, M.A

32

Page 33: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

10. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.

Misalnya :

W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-

mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.

11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah

dan sen yang dinyatakan dengan angka.

Misalnya :

12,5 m

Rp.12,50

11. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya

tidak membatasi.

Misalnya :

Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.

12. Tanda koma dipakai-untuk menghindari salah baca-di belakang keterangan

yang terdapat pada awal kalimat.

misalnya :

dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan

sikap yang sungguh-sungguh.

13. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian

lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu brakhir

dengan tanda Tanya atau tanda seru.

Misalnya :

“Di mana Saudara tinggal?” Tanya Karim.

33

Page 34: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

Tanda titik koma (;)

1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat

yang sejenis dan setara.

Misalnya :

Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.

2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk

memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.

Misalnya :

Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sbuk bekerja di

dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya

sendiri asyik mendengarkan siaran “PIlihan Pendengar”

Tanda Titik Dua (:)

1. a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika

diikuti rangkaian atau pamerian.

Misalnya:

Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan

lemari.

b. tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan

pelengkap yang mengakhiri pernyataan.

Misalnya :

Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan

pemerian.

34

Page 35: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

Misalnya :

a. Ketua : Ahmad Wijaya

Sekretaris : S. Handayani

Bendahara : B. Hartawan

3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang

menunjukkan pelaku dalam percakapan.

Misalnya :

Ibu : “Kamu sedang apa Mir!”

Amir : “Sedang mengerjakan tugas Bu.”

4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di

antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul

suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam

karangan.

Misalnya :

Horison, XLIII, No. 8/2008: 8

Surah Yasin: 9

Dari Pemburu ke Terapeutik:Antologi Cerpen Nusantara

Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga.Jakarta: Pusat

Bahasa

Tanda Hubung (-)

1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh

pergantian baris.

35

Page 36: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

Misalnya :

Di samping cara-cara lama itu ada ju-

ga cara yang baru.

2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di

belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada

pergantian baris.

Misalnya :

Kini ada cara yang baru untuk meng-

Ukur panas.

3. Tanda hubung menyambung unsure-unsur kata ulang.

Misanya :

anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan

4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan

bagian-bagian tanggal.

Misalnya :

p-a-n-i-t-i-a

5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-

bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok

kata.

Misalnya :

Ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (20 x 5000), tanggung jawab-

dan kesetiakawanan-sosial

36

Page 37: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata

berikutnya yang dimulai dengan hufur capital, (ii) ke- dengan angka,

(iii) angka dengan –an (iv) singkatan berhuruf capital dengan imbuhan

atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.

Misalnya :

Se-Indonesia, se-Jawa Barat, Hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-

PHK-kan, Hari-H, Sinar-X; Menteri-Sekretaris Negara.

7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia

dengan unsur bahan asing.

Misalnya :

di-smash, pen-tackle-an

tanda pisah (_)

1. Tanda pisah membatas penyisipan kata atau kalimat yang member

penjelasan di luar bangun kalimat.

Misalnya :

Kemerdekaan bangsa itu-saya yakin akan tercapai-diperjuangkan

oleh bangsa itu sendiri.

2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan

yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.

Misalnya :

Rangkaian temuan ini-evolusi, teori kenisbian, dan kini juga

pembelahan atom-telah mengubah konsepsi kit tentang alam semesta.

37

Page 38: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan

arti’sampai ke’ atau’sampai dengan’.

Misalnya :

1910-1945

Tanggal 5-10 April 1970

Tanda ellipsis (…)

1. Tanda ellipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.

Misalnya :

Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak

2. Tanda ellipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah

ada bagian yang dihilangkan.

Misalnya :

Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.

Tanda Tanya (?)

1. Tanda Tanya dipakai pada akhir kalimat Tanya.

Misalnya :

Kapan ia berangkat?

Saudara tau, bukan?

2. Tanda Tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian

kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan

kebenarannya.

Misalnya :

Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?)

38

Page 39: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

Tanda Seru (!)

1. Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa

seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,

ketidkpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.

Misalnya :

Alangkah seramnya peristiwa itu!

Bersihkan kamar itu sekarang juga!

Tanda Kurung ((…))

1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

Misalnya :

Bagian perancanaan sudah selesai menyusun DIK (Dafrat Isian

Kegiatan) kantor itu.

2. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan yang

bukan bagian integral pokok pembicaraan.

Misalnya :

Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang

terkenal di Bali) di tulis pada tahun 1962.

3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam

teks dapat dihilangkan.

Misalnya :

Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi

kokain(a).

39

Page 40: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu ukuran

keterangan.

Misalnya :

Factor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja,

dan (c) modal.

Tanda kurung siku ( [ … ] )

1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai

koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis

orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan

itu memang terdapat di dalam naskah asli.

Misalnya :

Sang Purba men [ d] engar bunyi gemerisik.

2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang

sudah bertanda kurung.

Misalnya :

Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam

Bab II ( lihat halaman 35-38) perlu dibentangkan di sini.

Tanda Petik (“…”)

1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan

dan naskah atau bahan tertulis lain.

Misalnya :

“Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebebntar!” Pasal 36 UUd

1945 berbunyi, “Bahasa Negara ialah bahasa Indonesia.”

40

Page 41: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atatu bab buku yang

dipakai dalam kalimat.

Misalnya :

Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa,dari Suatu

Tempat.

3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata

yang mempunyai art khusus.

Misalnya :

Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.

4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan

langsung.

Misalnya :

Kata Tono, ‘ Saya juga minta satu.”

5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di

belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai

dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.

Misalnya :

Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “Si Hitam”.

Tanda Petik Tunggal (‘…’)

1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan

lain.

Misalnya :

Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”

41

Page 42: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahn, atau penjelasan kata

atau ungkapan asing.

Misalnya :

Feed-back ‘balikan’

Tanda Garis Miring

1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada

alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun

takwin.

Misalnya :

No. 7/Pk.1973

Jalan Kramat III/10

Tahun anggaran 1985/1986

2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.

Misalnya :

Dikirim lewat darat/laut ‘dikirim lewat darat atau

lewat laut’

Harganya Rp25,00/lembar ‘harganya rp25,00 tiap

lembar’

Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)

1. Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian

angka tahun.

Misalnya :

p Ali ‘ kan kusurati. (‘ kan = akan)

42

Page 43: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

1.2.4.5 Penulisan Unsur Serapan

Unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia, dapat di bagi atas dua

golongan besar.

Pertama, unsur yang belum terserap penuh ke dalam bahasa

Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, I’exploitation de I’homme

par I’homme, unsure-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa

Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.

Kedua, unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan

dengan kaidah bahasa Indonesia diusahakan agar ejaan asing hanya

diubah seperlunya hingga bentuk Indonesianya masih dapat

dibandingkan dengan bentuk asalnya.

Disamping itu, akhiran yang berasal dari bahasa asing diserap sebagai

bagian kata yang utuh. Kata seperti standardisasi, implementasi dan

objektif diserap secara utuh disamping kata standar, implemen, dan

objek.9

Kata asing yang diserap kedalam bahasa Indonesia adalah sebagai

berikut.

Kata Asing Penyerapan yang Penyerapan yang

Salah Benar

risk resiko risiko

system sistim system

November Nopember November

9 E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: Akademika Pressindo, 2006) h.221

43

Page 44: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

taxi taxi taksi

apotheek apotik apotek

1. Kata

1.1 Pengertian Kata

Kata adalah suatu bentuk terkecil dari kalimat yang dapat berdiri

sendiri sehingga memiliki makna. Kata terdiri atas beberapa fonem.

Kata terdiri atas beberapa kelas, yaitu nomina (kata benda), numeralia

(kata bilangan), verba (kata kerja), konjungsi (kata sambung),

adjektiva (kata sifat), artikel (kata sandang), pronomina (kata ganti),

interjeksi (kata seru), adverbia (kata keterangan) dan preposisi (kata

depan).

2. Frasa

2.1 Pengertian Frasa

Frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih

yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa.10 Frasa berpotensi

untuk menjadi kalimat namun belum sempurna. Frasa paling sedikit

harus terdiri dari dua kata dan tidak memiliki subjek-predikat.

Contohnya :

rumah baru itu, akan datang, tadi malam, dll.

2.2 Pembagian Kelas Frasa

10 Ida Bagus Putrayasa,Analisis Kalimat ,(PT. Refika Aditama. Bandung),2007, h.2

44

Page 45: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

2.2.1 Frasa Nominal

Frasa nominal adalah frasa yang terdiri dari nomina sebagai

induk atau sebagai pusat dan unsur lain sebagai modifikator

atau penjelasnya.11 Frasa nomina merupakan frasa yang

dibentuk dengan memperluas kata benda.

Contoh :

sosok lelaki terpandang, mobil yang baru saja dibeli, penari

lemah gemulai.

2.2.2 Frasa Pronominal

Frasa yang menggunakan pronomina sebagai induknya,

sedangkan unsur lainnya menjadi penjelas atau modifikator.

Contoh :

saudara sekalian, mereka itu, saya sendiri, kalian semua.

2.2.3 Frasa Verbal

Frasa verbal meupakan gabungan antara verba dan verba,

verba dengan adverbia atau yang lainnya.12 Dapat dikatakan,

verba menjadi induk dari frasa ini dan unsur lain merupakan

modifikator atau penjelasnya.

Contoh :

berangkat ke sekolah, naik jabatan, pergi tanpa tujuan.

2.2.4 Frasa Adjektiva

11 R. Kunjana Rahardi,Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi,(Erlangga. Jakarta),2009, h.68

12 Ibid., h.68

45

Page 46: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

Frasa yang merupakan antara unsur adjektival sebagai

unsur utamaya dan unsur lain sebagai penjelas atau

modifikatornya.

Contoh :

sangat indah, gelap gulita, riang gembira, amat megah.

2.2.5 Frasa Numeral

Dalam frasa ini, numeralialah yang menjadi unsur utama

sedangkan unsur lain sebagai penjelas atau modifikator.

Contoh :

kesempatan kedua, dua-tiga kali, lima orang saudara.

2.2.6 Frasa Interogativa

Frasa interogativa menggunakan unsur-unsur introgativa

sebagai unsur utamanya.

Contoh :

mengapa dan bagaimana, siapa dan kenapa, kapan dan dimana.

2.2.7 Frasa Demonstrativa

Frasa ini menggunakan demonstrativa sebagai induknya.

Contoh : sana dan sini, ini dan itu.

2.2.8 Frasa Preposisional

Frasa yang induknya berupa unsur preposisi.

Contoh : di depan, dari oleh dan untuk.

3. Klausa

3.1 Pengertian Klausa

46

Page 47: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

Klausa adalah kelompok kata satuan gramatikal berupa gabungan

kata, sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat.13 Dapat

juga dikatakan, bahwa klausa adalah kalimat atau kalimat-kalimat

yang menjadi bagian dari kalimat majemuk.14 Pada dasarnya, klausa

merupakan unsur dasar pembentuk kalimat. Penulisan klausa memiliki

suatu ciri khas, yakni tidak diawali dengan huruf besar melainkan

diawali dengan huruf kecil dan tidak diakhiri tanda baca seperti tanda

titik, tanda seru maupun tanda tanya.

3.2 Pembagian Klausa dalam Kalimat

3.2.1 Klausa pada kalimat majemuk setara

Klausa-klausa pada kalimat majemuk setara memiliki

kedudukan yang sama sehingga bersifat koordinatif dan tidak

saling menerangkan. Hubungan yang sifatnya koordinatif

demikian itu menghasilkan klausa-klausa yang sama

kedudukannya, tidak memiliki hierarki karena klausa yang satu

tidak lebih tinggi dari klausa lainnya.15 Konjungsi yang

terdapat diantara klausa-klausaa tersebut hanya berfungsi

sebagai penghubung untuk menyatukan klausa-klausa yang

ada.

Contoh :13 Ida Bagus Putrajasa. Op.Cit. ,Analisis Kalima. Bandung, 2007, h.2

14 Ibid., h.12

15 R. Kunjana Rahardi. Op.Cit .Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta, 2009, h.72

47

Page 48: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

Teman harus terus ditambah namun teman yang ada dilupakan

jangan.

Dosen sedang mengajar dan mahasiswa memperhatikan.

3.2.2 Klausa pada kalimat majemuk bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat yang dibangun secara

subordinatif oleh klausa yang berfungsi menerangkan klausa

lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungan

antarklausa bersifat hierarkis, yaitu klausa yang satu menjadi

induk sedangkan klausa lainnya menjadi klausa anak.

Contoh :

Dia tidak masuk kuliah hari ini karena dirawat di rumah sakit

Kecelakaan tersebut terjadi akibat pengemudi bus yang ugal-

ugalan.

5. Kalimat

5.1 Pengertian Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri

sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri atas klausa.16

Kalimat tidak ditentukan dari banyak sedikitnya kata yang menjadi

unsur pembentuknya, melainkan intonasinya. Kalimat diucapkan

dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda dan diakhiri

dengan intonasi akhir[8]. Secara fisik, kalimat ditulis dengan

menguunakan awalan huruf kapital dan diakhiri tanda baca seperti

tanda titik, tanda seru maupun tanda tanya. Pada umumnya, kalimat

16 Ida Bagus Putrajasa. Op.Cit. ,Analisis Kalima. Bandung, 2007, h.2

48

Page 49: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

dibangun atas beberapa unsur pembentuk, yaitu subjek, predikat,

objek, pelengkap dan keterangan.

5.2 Jenis Kalimat Berdasarkan Klausa

5.2.1 Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal, atau kalimat dasar, atau kalimat sederhana

adalah kalimat yang hanya memiliki satu subjek dan satu

predikat.17

Contoh :

Sekawanan burung sedang terbang.

5.2.2 Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat yang tediri atas dua klausa

atau lebih (Verhaar, 1996:275). Kalimat majemuk terdiri atas

kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat dan

kalimat majemuk campuran.

5.2.2.1 Kalimat Majemuk Setara

Kalimat majemuk setara adalah gabungan dari

beberapa kalimat tunggal yang unsur-unsurnya sama

atau kedudukannya setara.

Contoh :

Matahari terbit di ufuk timur dan para petani pergi

menuju ladang.

Ayah sedang membaca koran sedangkan adik

menyapu halaman.

17 R. Kunjana Rahardi. Op.Cit .Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta, 2009, h.87

49

Page 50: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

5.2.2.2 Kalimat Majemuk Bertingkat

Jenis kalimat majemuk kedua ialah kalimat majemuk

bertingkat atau kalimat maejum tak setara. Di dalam

kalimat majemuk bertingkat atau tidak setara itu

hubugan antara klausa yang satu dengan klausa

lainnya adalah sebagi induk dan anak.18

Contoh :

Saya akan pergi jika ia tidak datang.

Mahasiswa itu lulus dengan nilai baik karena ia

belajar keras.

5.2.2.3 Kalimat Majemuk Rapatan

Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat majemuk

yang terjadi dari penggabungan beberapa kalimat

tunggal yang unsur-unsurnya sama dirapatkan atau

dituliskan sekali saja.19

Contoh :

Benteng itu ditembaki, dibom bertubi-tubi, dan

diratakan dengan tanah.

18 Ibid., h.20

19 Ibid., h.5

50

Page 51: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri,

mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri atas klausa. Satuan kalimat terdiri

51

Page 52: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

atas kata, frasa dan klausa. Setiap unsur dalam kalimat memiliki perbedaan.

Kata merupakan suatu bentuk terkecil dari kalimat yang dapat berdiri sendiri

sehingga memiliki makna. Frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua

kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa. Sedangkan

klausa adalah kelompok kata satuan gramatikal berupa gabungan kata,

sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat.

2. Saran

Setelah membaca dan memahami isi dari makalah ini, diperlukan

pengkajian yang lebih dalam terhadap kata, frasa dan klausa dalam kalimat.

Sumber-sumber referensi lain yang mendukung pun diperlukan. Hal ini

semata-mata bertujuan untuk menyempurnakan pemahaman penuh terhadap

materi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Zaenal dan Tasai, S. Amran. Cermat Berbahasa Indonesia untuk

Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.

Dewabrata, A.M. Kalimat Jurnalistik Panduan Mencermati Penulisan Berita.

Jakarta : Kompas. 2004

52

Page 53: Copy of Makalah Bahasa Indonesia

Hs, Widjono. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di

Perguruan Tinggi. Jakarta : Grasindo. 2007.

Kridalaksana, Harimurta. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta :

Gramedia.1986

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Umum Ejaan

Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, Jakarta:Balai Pustaka.2005

Putrayasa, Ida Bagus. Analisis Kalimat. Bandung:PT Refika Aditama.2007.

Rahardi, Kunjana. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi.

Jakarta:Erlangga. 2009.

53