Copy of Hipertensi

66
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan angka kesakitan yang tinggi. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka kematian atau mortalitas. Hipertensi akan memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti otak (stroke), pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner), otot jantung (left ventricle hypertrophy) 1 Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer) karena termasuk yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Hipertensi adalah faktor risiko utama untuk terjadinya penyakit jantung koroner dan gangguan pembuluh darah otak yang dikenal dengan stroke. Bila tekanan darah semakin tinggi maka harapan hidup semakin turun. 1 Menurut WHO ( World Heath Organization ) tahun 2002 batas normal tekanan darah adalah 120–140 mmHg tekanan sistolik dan 80 – 90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya > 1

Transcript of Copy of Hipertensi

Page 1: Copy of Hipertensi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan angka

kesakitan yang tinggi. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang

mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka

kesakitan atau morbiditas dan angka kematian atau mortalitas. Hipertensi akan

memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti otak (stroke),

pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner), otot jantung (left ventricle

hypertrophy)1

Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer)

karena termasuk yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih

dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Hipertensi adalah faktor risiko utama

untuk terjadinya penyakit jantung koroner dan gangguan pembuluh darah otak

yang dikenal dengan stroke. Bila tekanan darah semakin tinggi maka harapan

hidup semakin turun.1

Menurut WHO ( World Heath Organization ) tahun 2002 batas normal

tekanan darah adalah 120–140 mmHg tekanan sistolik dan 80 – 90 mmHg tekanan

diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya >

140/90 mmHg. Sedangkan menurut JNC VII ( Joint National Comitte VII ) 2003

tekanan darah pada orang dewasa dengan usia diatas 18 tahun diklasifikasikan

menderita hipertensi stadium I apabila tekanan sistoliknya 140 – 159 mmHg dan

tekanan diastoliknya 90 – 99 mmHg. Diklasifikasikan menderita hipertensi

stadium II apabila tekanan sistoliknya lebih 160 mmHg dan diastoliknya lebih

dari 100 mmHg sedangakan hipertensi stadium III apabila tekanan sistoliknya

lebih dari 180 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari 116 mmHg. 2

Prevalensi hipertensi di seluruh dunia, diperkirakan sekitar 15-20%.

Hipertensi lebih banyak menyerang pada usia setengah baya pada golongan umur

55-64 tahun. Hipertensi di Asia diperkirakan sudah mencapai 8-18% pada tahun

1

Page 2: Copy of Hipertensi

1997, hipertensi dijumpai pada 4.400 per 10.000 penduduk. Hasil Survey

Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995, prevalensi hipertensi di Indonesia cukup

tinggi, 83 per 1.000 anggota rumah tangga, pada tahun 2000 sekitar 15-20%

masyarakat Indonesia menderita hipertensi. Diketahui bahwa 50% orang yang

menderita hipertensi di negara berkembang hanya 25% yang mendapat

pengobatan, dan 12,5% yang diobati secara baik. Prevalensi hipertensi di

Indonesia mengalami kenaikan dari tahun 1988–1993. Prevalensi hipertensi pada

laki-laki dari 134 (13,6%) naik menjadi 165 (16,5%), hipertensi pada perempuan

dari 174 (16,0%) naik menjadi 176 (17,6%). Penelitian yang membandingkan

hipertensi pada wanita dan pria oleh Sugiri di daerah kota Semarang diperoleh

prevalensi hipertensi 7,5% pada pria dan 10,9% pada wanita, sedangkan di daerah

kota Jakarta didapatkan 3 prevalensi hipertensi 14,6% pada pria dan 13,7% pada

wanita.1,2

Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi faktor

risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat

dikendalikan (minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) seperti

keturunan, jenis kelamin, ras dan umur. Sedangkan faktor risiko yang dapat

dikendalikan (minor) yaitu olahraga, makanan (kebiasaan makan garam), alkohol,

stres, kelebihan berat badan (obesitas), kehamilan dan penggunaan pil

kontrasepsi.1

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dan banyaknya

penderita hipertensi, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran

penderita hipertensi di poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Dokter

Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh, periode Agustus 2010.

2

Page 3: Copy of Hipertensi

1.2. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran riwayat keluarga menderita hipertensi dengan kejadian

hipertensi di poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh ?

2. Bagaimana gambaran usia dengan kejadian hipertensi di poliklinik Penyakit

Dalam Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh ?

3. Bagaimana gambaran jenis kelamin dengan kejadian hipertensi di poliklinik

Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh?

4. Bagaimana gambaran obesitas dengan kejadian hipertensi di poliklinik

Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh?

5. Bagaimana gambaran merokok dengan kejadian hipertensi di poliklinik

Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh?

6. Bagaimana gambaran konsumsi kopi dengan kejadian hipertensi di poliklinik

Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh?

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran penderita hipertensi di poliklinik Penyakit

Dalam Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh periode

Agustus 2010.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi antara riwayat keluarga menderita

hipertensi dengan kejadian hipertensi.

2 Untuk mengetahui distribusi frekuensi antara usia dengan kejadian hipertensi.

3 Untuk mengetahui distribusi frekuensi antara jenis kelamin dengan kejadian

hipertensi.

4 Untuk mengetahui distribusi frekuensi antara obesitas dengan kejadian

hipertensi.

3

Page 4: Copy of Hipertensi

5 Untuk mengetahui distribusi frekuensi antara merokok dengan kejadian

hipertensi.

6 Untuk mengetahui distribusi frekuensi antara konsumsi kopi dengan kejadian

hipertensi.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Peneliti

Menambah pengalaman dalam melaksanakan penelitian dan lebih

memperkaya wawasan dalam bidang ilmu kesehatan masyarakat dan kedokteran

komunitas.

1.5.2. Bagi Instansi Kesehatan

Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait untuk dapat menyusun

langkah dalam usaha sosialisasi lebih lanjut tentang faktor-faktor yang dapat

mencetuskan terjadinya hipertensi di wilayah kerjanya sehingga diharapkan dapat

menurunkan tingkat kejadian hipertensi di wilayah tersebut.

1.5.3. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang faktor-

faktor yang dapat mencetuskan terjadinya hipertensi sehingga masyarakat dapat

meminimalkan faktor-faktor tersebut.

1.5.4. Bagi Ilmu Pengetahuan

Memberi manfaat terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan bagi peneliti-

peneliti lainnya yang hendak meneliti masalah ini di masa yang akan datang.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah seluruh penderita hipertensi yang

berkunjung ke poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh Periode Agustus 2010.

4

Page 5: Copy of Hipertensi

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah Tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg sistole

( ≥ 140) dan/atau sama atau melebihi 90 mmHg diastole ( ≥ 90). Hipertensi sering

kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena termasuk penyakit

yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai

peringatan bagi korbannya1. Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang

mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka

kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Hipertensi merupakan

keadaan dimana tekanan darah menjadi naik dan bertahan pada tekanan tersebut

meskipun sudah relaks2. Hipertensi juga diartikan sebagai desakan darah yang

berlebihan dan hampir tidak konstan pada arteri. Tekanan dihasilkan oleh

kekuatan jantung ketika memompa darah3.

Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding-dinding arteri

ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah merupakan

gaya yang diberikan darah pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini bervariasi

sesuai pembuluh darah terkait dan denyut jantung. Tekanan darah pada arteri

besar bervariasi menurut denyutan jantung. Tekanan ini paling tinggi ketika

ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling rendah ketika ventrikel

berelaksasi (tekanan diastolik).1

Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa hipertensi

adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik karena gangguan pada

pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh

darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.

2.2 Kriteria dan Klasifikasi Hipertensi

Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi faktor

risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat

dikendalikan (minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) seperti

keturunan, jenis kelamin, ras dan umur. Sedangkan faktor risiko yang dapat

5

Page 6: Copy of Hipertensi

dikendalikan (minor) yaitu olahraga, makanan (kebiasaan makan garam), alkohol,

stres, kelebihan berat badan (obesitas), kehamilan dan penggunaan pil

kontrasepsi2.

Menurut WHO (World Health Organization) batas normal tekanan darah

adalah 120–140 mmHg sistolik dan 80–90 mmHg diastolik. Dan seseorang

dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya > 140 mmHg tekanan

sistolik dan 90 mmHg tekanan diastoliknya.3

Tabel 2.2.1 Klasifikasi hipertensi menurut WHO (World Heath Organization)

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normotensi

Hipertensi Ringan

Hipertensi perbatasan

Hipertensi sedang dan berat

Hipertensi sistolik terisolasi

Hipertensi sistolik perbatasan

<140

140-180

140-160

>180

>140

!40-160

<90

90-105

90-95

>105

<90

<90

Sumber : WHO (World Heath Organization), 2002

Peninggian tekanan sistolik tanpa diikuti oleh peninggian tekanan diastolik

disebut hipertensi sistolik terisolasi (isolated sytolic hypertension). Hipertensi

sistolik terisolasi umumnya dijumpai pada usia lanjut, jika keadaan ini dijumpai

pada masa dewasa muda lebih banyak dihubungkan sirkulasi hiperkinetik dan

diramalkan dikemudian hari tekanan diastoliknya juga ikut meningkat. Batasan ini

untuk individu dewasa diatas umur 18 tahun, tidak dalam keadaan sakit

mendadak. Dikatakan hipertensi jika pada dua kali atau lebih kunjungan yang

berbeda didapatkan tekanan darah rata-rata dari dua atau lebih pengukuran setiap

kunjungan, diastoliknya 90 mmHg atau lebih, atau sistoliknya 140 mmHg atau

lebih3.

Klasifikasi hipertensi menurut Mayo Clinic Internal Medicine adalah

sebagai berikut 4:

6

Page 7: Copy of Hipertensi

Table 2.2.2 Klasifikasi hipertensi

Sumber: Mayo Clinic Internal Medicine. 2008

Klasifikasi pengukuran tekanan darah orang dewasa dengan usia diatas 18

tahun menurut The Sixth Report Of The Joint National Committee On Prevention

Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure.5

Tabel 2.2.3 Klasifikasi pengukuran tekanan darah orang dewasa dengan usia diatas 18 tahun menurut The Sixth Report Of The Joint

National Committee On Prevention Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure5

Klasifikasi tekanan darah Tekanan Sistolik dan Diastolik (mmHg)

Normal

Prehipertensi

Hipertensi Stadium I

Hipertensi stadium II

Hipertensi stadium III

<120 dan <80

120-139 atau 80-89

140-159 atau 90-99

>160 atau >100

> 180 atau > 110

Sumber: Horng,dkk. 2001

Klasifikasi hipertensi menurut bentuknya ada dua yaitu hipertensi sistolik

dan hipertensi diastolik. Pertama yaitu hipertensi sistolik adalah jantung berdenyut

terlalu kuat sehingga dapat meningkatkan angka sistolik .Tekanan sistolik

berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi (denyut

jantung). Ini adalah tekanan maksimum dalam arteri pada suatu saat dan tercermin

pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih

besar.5

7

Page 8: Copy of Hipertensi

Kedua yaitu hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil

menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran

darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah

diastolik berkaitan dengan tekanan dalam arteri bila jantung berada dalam

keadaan relaksasi diantara dua denyutan. Faktor yang mempengaruhi prevalensi

hipertensi antara lain ras, umur, obesitas, asupan garam yang tinggi, adanya

riwayat hipertensi dalam keluarga1. Klasifikasi hipertensi menurut sebabnya

dibagi menjadi dua yaitu sekunder dan primer. Hipertensi sekunder merupakan

jenis yang penyebab spesifiknya dapat diketahui. Penderita hipertensi sekunder

ada 5%-10% kasus. Pada hipertensi penyebab dan patofisiologinya sudah

diketahui sehingga dapat dikendalikan dengan obat-obatan atau pembedahan.

Penyebab paling sering dari hipertensi sekunder adalah adanya kelainan dan

keadaan dari sistem organ lain seperti ginjal (gagal ginjal kronik, glomerolus

nefritis akut), kelainan endoktrin (tumor kelenjar adrenal, sindroma cushing) serta

bisa diakibatkan oleh penggunaan obat-obatan (kortikosteroid dan hormonal).5

Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu

hipertensi Benigna dan hipertensi Maligna. Hipertensi Benigna adalah keadaan

hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya ditemukan pada saat

penderita dicek up. Hipertensi Maligna adalah keadaan hipertensi yang

membahayakan biasanya disertai dengan keadaan kegawatan yang merupakan

akibat komplikasi organ-organ seperti otak, jantung dan ginjal.6

2.3 Patogenesis

Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan perifer.

Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer akan

mempengaruhi tekanan darah seperti asupan garam yang tinggi, faktor genetik,

stres, obesitas, faktor endotel. Selain curah jantung dan tahanan perifer sebenarnya

tekanan darah dipengaruhi juga oleh tebalnya atrium kanan, tetapi tidak

mempunyai banyak pengaruh. Dalam tubuh terdapat sistem yang berfungsi

mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan

sirkulasi yang berusaha untuk mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam

jangka panjang. Sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks.

8

Page 9: Copy of Hipertensi

Pengendalian dimulai dari system yang bereaksi dengan cepat misalnya reflek

kardiovaskuler melalui sistem saraf, reflek kemoreseptor, respon iskemia, susunan

saraf pusat yang berasal dari atrium, arteri pulmonalis otot polos. Dari sistem

pengendalian yang bereaksi sangat cepat diikuti oleh sistem pengendalian yang

bereaksi kurang cepat, misalnya perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan

rongga intertisial yang dikontrol hormon angiotensi dan vasopresin. Kemudian

dilanjutkan sistem yang poten dan berlangsung dalam jangka panjang misalnya

kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang

mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ.2,6

Peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer dipengaruhi oleh

beberapa faktor genetik yang menimbulkan perubahan pada ginjal dan membrane

sel, aktivitas saraf simpatis dan renin, angiotensin yang mempengaruhi keadaan

hemodinamik, asupan natrium dan metabolisme natrium dalam ginjal serta

obesitas dan faktor endotel. Akibat yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi

antara lain penyempitan arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak, hal ini

disebabkan karena jaringan otak kekurangan oksigen akibat penyumbatan atau

pecahnya pembuluh darah otak dan akan mengakibatkan kematian pada bagian

otak yang kemudian dapat menimbulkan stroke. Komplikasi lain yaitu rasa sakit

ketika berjalan kerusakan pada ginjal dan kerusakan pada organ mata yang dapat

mengakibatkan kebutaan. Menurut Lanny Sustrani gejala–gejala hipertensi antara

lain sakit kepala, Jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau

mengangkat beban kerja, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung

berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari telingga berdering

(tinnitus) dan dunia terasa berputar.7

2.4 Faktor-Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Hipertensi

2.4.1. Faktor Keturunan atau Gen

Kasus hipertensi esensial 70%-80% diturunkan dari orang tuanya. Apabila

riwayat hipertensi di dapat pada kedua orang tua maka dugaan hipertensi esensial

lebih besar bagi seseorang yang kedua orang tuanya menderita hipertensi ataupun

pada kembar monozygot (sel telur) dan salah satunya menderita hipertensi maka

orang tersebut kemungkinan besar menderita hipertensi. Penelitian yang

9

Page 10: Copy of Hipertensi

dilakukan pada orang kembar yang dibesarkan secara terpisah atau bersama dan

juga terdapat pada anak-anak bukan adopsi telah dapat mengungkapkan seberapa

besar tekanan darah dalam keluarga yang merupakan akibat kesamaan dalam gaya

hidup. Berdasarkan penelitian tersebut secara kasar, sekitar separuh tekanan darah

di antara orang-orang tersebut merupakan akibat dari faktor genetika dan

separuhnya lagi merupakan akibat dari faktor pola makan sejak masa awal kanak-

kanak.1,8

2.4.2. Faktor Usia

Tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia,

kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Pada umumnya

penderita hipertensi adalah orang-orang yang berusia 40 tahun namun saat ini

tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang berusia muda. Dari berbagai

penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa 1,8%-28,6%

penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi1. Pria yang

berusia < 45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan darah berbanding 130/90

mmHg atau lebih, sedangkan yang berusia > 45 tahun dinyatakan hipertensi jika

tekanan darah 145/95 mmHg atau lebih.6

Usia dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok usia yaitu bayi,

dewasa, dewasa muda, dan dewasa tua.5

Tabel 2.4.1. Kelompok usia

No. Kelompok Usia Interval (tahun)1 Dewasa 3-12

13-1920-29

2 Dewasa muda 30-3940-4950-59

3 Dewasa tua 60-6970-7980-8990-99

10

Page 11: Copy of Hipertensi

100-~Sumber : Horng, dkk (2001)

Berdasarkan Sidarta Ilyas, 2008 umur di kelompokkan menjadi6 :

Dewasa muda : 18-39 tahun

Dewasa Pertengahan : 40-60 tahun

Dewasa tua : > 60 tahun.

2.4.3. Faktor Jenis Kelamin (Gender)

Wanita penderita hipertensi diakui lebih banyak dari pada laki-laki. Tetapi

wanita lebih tahan dari pada laki-laki tanpa kerusakan jantung dan pembuluh

darah. Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada

wanita. Pada pria hipertensi lebih banyak disebabkan oleh pekerjaan, seperti

perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan. Sampai usia 55 tahun pria berisiko

lebih tinggi terkena hipertensi dibandingkan wanita. Seorang pria dewasa akan

mempunyai peluang lebih besar yakni 1 di antara 5 untuk mengidap hipertensi.1

2.4.4. Faktor Berat Badan (Obesitas)

Obesitas merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum

diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti

bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan

hipertensi lebih tinggi dari pada penderita hipertensi dengan berat badan normal.2

Pada orang yang terlalu gemuk, tekanan darahnya cenderung tinggi karena seluruh

organ tubuh dipacu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan energi yang lebih

besar jantungpun bekerja ekstra karena banyaknya timbunan lemak yang

menyebabkan kadar lemak darah juga tinggi, sehingga tekanan darah menjadi

tinggi.1,9

Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau tidak, dapat

dilakukan dengan mengukur berat badan dengan tinggi badan, yang kemudian

disebut dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus perhitungan IMT adalah

sebagai berikut:2

Berat Badan (kg)

11

Page 12: Copy of Hipertensi

IMT = ------------------------------------------------

Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah

sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih

tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita

hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih.2

Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia menurut Departemen

Kesehatan R adalah sebagai berikut :2

Tabel 2.4.2 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

  Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0

Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,5

Normal   >18,5-25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0-27,0

Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0

Sumber : Depkes RI, 2006

Obesitas diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi penimbunan

lemak yang berlebihan di jaringan lemak tubuh, dan dapat mengakibatkan

terjadinya beberapa penyakit. Parameter yang umum digunakan untuk

menentukan keadaan tersebut adalah indeks massa tubuh seseorang 25-29,9

kg/m2.2,9

Tabel 2.4.3 Klasifikasi dibawah ini untuk indeks massa tubuh (IMT) dewasa Asia.

Klasifikasi IMT (kg/m2) Risiko morbiditas

Underweight < 18.5 Rendah (dapat meningkatkan risiko masalah klinis lainnya)

Normal 18.5-22.9 Sedang

Overweight:Berisiko

≥ 2323-24.9 Meningkat

12

Page 13: Copy of Hipertensi

Obese IObese II

25-29.9≥ 30

Meningkat sedangberat

Sumber : Artikel gaya hidup sehat, 2008

Tabel 2.4.4. Klasifikasi Internasional dari Underweight, Overweight dan Obesitas

pada orang dewasa yang disepakati oleh organisasi kesehatan dunia, WHO

sebagai berikut :

Patogenesis hipertensi pada obesitas meskipun telah banyak penelitian

yang dilakukan, akan tetapi patogenesis hipertensi pada obesitas masih belum

jelas benar. Beberapa ahli berpendapat peranan faktor genetik sangat menentukan

kejadian hipertensi pada obesitas, tetapi yang lainnya berpendapat bahwa faktor

lingkungan mempunyai peranan yang lebih utama. Hal ini dapat dilihat dari

terjadinya peningkatan prevalensi obesitas dari tahun ke tahun tanpa adanya

perubahan genetik, selain itu pada beberapa populasi/ ras dengan genetik yang

sama mempunyai angka prevalensi yang sangat berbeda. Mereka berkesimpulan

walaupun faktor genetik berperan tetapi faktor lingkungan mempunyai andil yang

besar.9

13

Page 14: Copy of Hipertensi

Saat ini dugaan yang mendasari timbulnya hipertensi pada obesitas adalah

peningkatan volume plasma dan peningkatan curah jantung yang terjadi pada

obesitas berhubungan dengan hiperinsulinemia, dan resistensi insulin, akan tetapi

pada tahun-tahun terakhir ini terjadi pergeseran konsep, dimana diduga terjadi

perubahan neuro-hormonal yang mendasari kelainan ini. Hal ini mungkin

disebabkan karena kemajuan pengertian tentang obesitas yang berkembang pada

tahun-tahun terakhir ini dengan ditemukannya leptin. Leptin sendiri merupakan

asam amino yang disekresi terutama oleh jaringan adipose dan dihasilkan oleh gen

ob/ob. Fungsi utamanya adalah pengaturan nafsu makan dan pengeluaran energi

tubuh melalui pengaturan pada susunan saraf pusat, selain itu leptin juga berperan

pada perangsangan saraf simpatis, meningkatkan sensitifitas insulin, natriuresis,

diuresis dan angiogenesis. Normal leptin disekresi kedalam sirkulasi darah dalam

kadar yang rendah, akan tetapi pada obesitas umumnya didapatkan peningkatan

kadar leptin dan diduga peningkatan ini berhubungan dengan hiperinsulinemia

melalui aksis adipoinsular.9

Pada penelitian perbandingan kadar leptin pada orang gemuk (IMT > 27)

dan orang dengan berat badan normal (IMT < 127) didapatkan kadar leptin pada

orang gemuk adalah lebih tinggi dibandingkan orang dengan berat badan normal

(31,3 + 24,1 ng/ml versus 7,5 + 9,3 ng/ml). Hiperleptinemia ini mungkin terjadi

karena adanya resistensi leptin. Beberapa teori menjelaskan resistensi leptin ini

telah dikemukakan, diantaranya adalah karena adanya antibodi terhadap leptin,

peningkatan protein pengikat leptin sehingga leptin yang masuk ke otak

berkurang, adanya kegagalan mekanisme transport pada tingkat reseptor untuk

melewati sawar darah otak dan kegagalan mekanisme signal. Hal ini didukung

oleh penelitian Villareal dkk yang membandingkan efek leptin pada binatang

percobaan dengan berat badan normal, obesitas dan hipertensi. Dimana

didapatkan adanya kegagalan fungsi leptin pada obesitas dan hipertensi. Secara

klinis efek resistensi leptin ini tergantung dari lokasi dan derajat keparahan

resistensi tersebut. Resistensi pada ginjal akan menyebabkan gangguan diuresis

dan natriuresis, menimbulkan retensi natrium dan air serta berakibat

meningkatnya volume plasma dan cardiac output, selain itu adanya vasokonstriksi

14

Page 15: Copy of Hipertensi

pembuluh darah ginjal perangsangan saraf simpatis akan mengaktivasi jalur

RAAS dan menambah retensi natrium dan air. Pada obesitas cenderung terjadi hal

yang sama, adanya peningkatan volume plasma akan meningkatkan curah jantung

yang berakibat meningkatnya tekanan darah, sedangkan resistensi pembuluh darah

sistemik pada obesitas umumnya normal dan tidak berperan pada peningkatan

tekanan darah.9

2.4.5. Kebiasaan Merokok

Hasil analisis menunjukkan bahwa hasil prevalensi perokok secara

nasional sekitar 27,7%. Prevalensi perokok ini khususnya laki-laki mengalami

kenaikan menjadi 54,5%. Sedangkan pada perempuan sedikit menurun yaitu 2%

pada tahun 1995 menjadi 1,2% pada tahun 2001. Prevalensi kesehatan mantan

perokok relatif kecil baik secara keseluruhan (2,8%) maupun pada laki-laki dan

perempuan (5,3%) pada laki-laki dan 0,3% pada perempuan.1

Angka kekerapan merokok di Indonesia juga tinggi yaitu 60%-70% pada

laki – laki di perkotaan dan 80%-90 % pada laki-laki pedesaan. Berdasarkan data

WHO tahun 2002 di Indonesia menduduki urutan kelima terbanyak dalam

konsumsi 215 miliar batang rokok.2 Dari survai secara nasional juga ditemukan

bahwa laki-laki remaja banyak yang menjadi perokok dan hampir 2/3 dari

kelompok umur produktif adalah perokok. Pada pria prevalensi perokok tertinggi

adalah umur 25-29 tahun. Hal ini terjadi karena jumlah perokok pemula jauh lebih

banyak dari perokok yang berhasil berhenti merokok dalam satu rentan populasi

penduduk. Sebagian perokok mulai merokok pada umur < 20 tahun dan separuh

dari laki-laki umur 40 tahun ke atas telah merokok tiga puluh tahun atau lebih,

lebih dari perokok menghisap minimal 10 batang perhari, hampir 70% perokok di

Indonesia mulai merokok sebelum mereka berusia 19 tahun. Rata- rata merokok

yang dilakukan oleh kebanyakan laki-laki dipengaruhi oleh faktor psikologis

meliputi rangsangan sosial melalui mulut, ritual masyarakat, menunjukkan

kejantanan, mengalihkan diri dari kecemasan, kebanggaan diri. Selain faktor

psikologis juga dipengaruhi oleh faktor fisiologis yaitu adiksi tubuh terhadap

bahan yang dikandung rokok seperti nikotin atau juga disebut kecanduan terhadap

nikotin.1,6,11

15

Page 16: Copy of Hipertensi

Dengan menghisap sebatang rokok maka akan mempunyai pengaruh besar

terhadap kenaikan tekanan darah atau hipertensi. Hal ini dapat disebabkan karena

gas CO yang dihasilkan oleh asap rokok dapat menyebabkan pembuluh darah

kontriksi sehingga tekanan darah naik, dinding pembuluh darah menjadi robek.

Karbon monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung

peredaran oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO

menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen,

dan mempercepat arterosklerosis (pengapuran atau penebalan dinding pembuluh

darah). Dengan demikian CO menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan

viskositas darah sehingga mempermudah penggumpalan darah1.

Selain zat CO, asap rokok juga mengandung nikotin. Nikotin

mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatkan kebutuhan

oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga

merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan

darah dan kebutuhan oksigen jantung serta menyebabkan gangguan irama jantung.

Nikotin juga menggangu kerja otak, saraf dan bagian tubuh yang lain. Nikotin

mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi trombo

(penggumpalan) ke dinding pembuluh darah. Nikotin, CO dan bahan lainnya

dalam asap rokok terbukti merusak dinding endotel (dinding dalam pembuluh

darah), dan mempermudah penggumpalan darah. Akibat penggumpalan

(trombosi) akan merusak pembuluh darah perifer. Walaupun nikotin dan merokok

menaikkan tekanan darah diastole secara akut, namun tidak tampak lebih sering di

antara perokok, dan tekanan diastole sedikit berubah bila orang berhenti merokok.

Hal ini mungkin berhubungan dengan fakta bahwa perokok sekitar 10-20 pon

lebih ringan dari pada bukan perokok yang sama umurnya, tinggi badannya, jenis

kelaminnya. Bila mereka berhenti merokok, sering berat badan naik. Dua

kekuatan, turunnya tekanan diastole akibat adanya nikotin dan naiknya tekanan

diastole karena peningkatan berat badan, tampaknya mengimbangi satu sama lain

pada kebanyakan orang, sehingga tekanan diastole sedikit berubah bila mereka

berhenti merokok. Selain itu juga mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah

perifer maupun pembuluh darah di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan

16

Page 17: Copy of Hipertensi

darah. Merokok sebatang setiap hari akan mengakibatkan tekanan darah sistole

10-25 mgHg dan menambah detak jantung 5-20 kali persatu menit1.

Merokok dimulai sejak umur < 10 tahun atau lebih dari 10 tahun.

Semakin awal seseorang merokok makin sulit untuk berhenti merokok. Rokok

juga punya dose-response effect, artinya semakin muda usia merokok, akan

semakin besar pengaruhnya. Apabila perilaku merokok dimulai sejak usia remaja,

merokok sigaret dapat berhubungan dengan tingkat arterosclerosis. Risiko

kematian bertambah sehubungan dengan banyaknya merokok dan umur awal

merokok yang lebih dini. Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan

tekanan sistolik 10–25 mmHg dan menambah detak jantung 5–20 kali per menit.

Dampak rokok akan terasa setelah 10-20 tahun pasca digunakan . dampak rokok

bukan hanya untuk perok aktif tetapi juga perokok pasif . Walaupun dibutuhkan

waktu 10-20 tahun, tetapi terbukti merokok mengakibatkan 80% kanker paru dan

50% terjadinya serangan jantung, impotensi dan gangguan kesuburan1

Tipe perokok dapat dibagi :1,9

1. Perokok sangat berat bila mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang perhari.

2. Perokok berat merokok sekitar 21 sampai 30 batang sehari.

3. Perokok sedang menghabiskan rokok 11 – 20 batang sehari.

4. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar < 10 batang sehari.

2.4.6. Stres Pekerjaan

Hampir semua orang di dalam kehidupan mereka mengalami stress

berhubungan dengan pekerjaan mereka. Hal ini dapat dipengaruhi karena tuntutan

kerja yang terlalu banyak (bekerja terlalu keras dan sering kerja lembur) dan jenis

pekerjaan yang harus memberikan penilaian atas penampilan kerja bawahannya

atau pekerjaan yang menuntut tanggungjawab bagi manusia.Stres pada pekerjaan

cenderung menyebabkan hipertensi berat. Sumber stres dalam pekerjaan

(Stressor) meliputi beban kerja, fasilitas kerja yang tidak memadai, peran dalam

pekerjaan yang tidak jelas, tanggung jawab yang tidak jelas, masalah dalam

hubungan dengan orang lain, tuntutan kerja dan tuntutan keluarga.12

17

Page 18: Copy of Hipertensi

Beban kerja meliputi pembatasan jam kerja dan meminimalkan kerja shift

malam. Jam kerja yang diharuskan adalah 6-8 jam setiap harinya. Sisanya (16-18

jam setiap harinya) digunakan untuk keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur, dan

lain-lain. Dalam satu minggu seseorang bekerja dengan baik selama 40-50 jam,

lebih dari itu terlihat kecenderungan yang negatif seperti kelelahan kerja, penyakit

dan kecelakaan kerja. Stres dapat meningkatkan tekanan darah dalam waktu yang

pendek, tetapi kemungkinan bukan penyebab meningkatnya tekanan darah dalam

waktu yang panjang. Dalam suatu penelitian, stres yang muncul akibat

mengerjakan perhitungan aritmatika dalam suatu lingkungan yang bising, atau

bahkan ketika sedang menyortir benda berdasarkan perbedaan ukuran,

menyebabkan lonjakan peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba. Stres diduga

melalui aktivitas syaraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas).

Peningkatan aktivitas saraf simpatis mengakibatkan meningkatnya tekanan darah

secara intermitten (tidak menentu). Gangguan kepribadian yang bersifat sementara

dapat terjadi pada orang yang menghadapi keadaan yang menimbulkan stres berat.

Gangguan tersebut dapat berkembang secara tiba-tiba atau secara bertahap.9,12

2.4.7. Faktor Asupan Garam

WHO (World Heath Organization) tahun 1990 menganjurkan pembatasan

konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari (sama dengan 2400 mg Natrium).

Konsumsi garam memiliki efek langsung terhadap tekanan darah. Telah

ditunjukkan bahwa peningkatan tekanan darah ketika semakin tua, yang terjadi

pada semua masyarakat kota, merupakan akibat dari banyaknya garam yang di

makan. Masyarakat yang mengkonsumsi garam yang tinggi dalam pola makannya

juga adalah masyarakat dengan tekanan darah yang meningkat seiring

bertambahnya usia. Sebaliknya, masyarakat yang konsumsi garamnya rendah

menunjukkan hanya mengalami peningkatan tekanan darah yang sedikit, seiring

dengan bertambahnya usia. Terdapat bukti bahwa mereka yang memiliki

kecenderungan menderita hipertensi secara keturunan memiliki kemampuan yang

lebih rendah untuk mengeluarkan garam dari tubuhnya. Namun mereka

mengkonsumsi garam tidak lebih banyak dari orang lain, meskipun tubuh mereka

cenderung menimbun apa yang mereka makan.12,13 Natrium bersama klorida yang

18

Page 19: Copy of Hipertensi

terdapat dalam garam dapur dalam jumlah normal dapat membantu tubuh

mempertahankan keseimbangan cairan tubuh untuk mengatur tekanan darah.

Namun natrium dalam jumlah yang berlebih dapat menahan air (retensi), sehingga

meningkatkan volume darah. Akibatnya jantung harus bekerja lebih keras untuk

memompanya dan tekanan darah menjadi naik.6,7

2.4.8. Aktivitas Fisik (Olahraga)

Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena

olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tekanan darah. Kurangnya

melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika

asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi. Meskipun

tekanan darah meningkat secara tajam ketika sedang berolahraga, namun jika

berolahraga secara teratur akan lebih sehat dan memiliki tekanan darah lebih

rendah dari pada mereka yang melakukan olah raga. Olahraga yang teratur dalam

jumlah sedang lebih baik dari pada olahraga berat tetapi hanya sekali.5,9

2.4.9 Konsumsi kopi

Zat yang terkandung dalam kopi adalah kafein. Kafein merupakan

senyawa kimia alkaloid yang dikenal sebagai trimetilsantin dengan rumus

molekul C8H10N4O2. Jumlah kandungan kafein dalam kopi adalah 1-1,5%,

sedangkan pada teh 1-4,8%. Kafein bekerja dalam tubuh dengan mengambil alih

reseptor adenosine dalam sel syaraf yang akan memacu produksi hormon

adrenalin.14

Kopi adalah stimulan yang terkenal di dunia : 4 dari 5 orang Amerika

meminum kopi, menghabiskan lebih dari 400 juta cangkir sehari. Di Skandinavia

komsumsi kopinya lebih dari 12kg (26lb) per kapita. Dengan lebih dari 25 juta

orang yang dipekerjakan di industri ini, kopi menduduki peringkat kedua terbesar

dalam perdagangan dunia setelah minyak bumi.

Kafein ialah senyawa kimia yang dijumpai secara alami di dalam makanan

contohya biji kopi, teh, biji kelapa, buah kola (Cola nitida), guarana, dan maté. Ia

terkenal dengan rasanya yang pahit dan berlaku sebagai perangsang sistem saraf

19

Page 20: Copy of Hipertensi

pusat, jantung, dan pernafasan. Kafein juga bersifat diuretik (dapat dikeluarkan

melalui air kencing).1

Kafein memberikan efek antagonis terhadap reseptor adenosin,

meningkatkan tekanan darah dan homosistein, menstimulasi oksidasi lemak dan

pelepasan asam lemak bebas, serta menurunkan sensitivitas insulin.16

Walaupun masih kontrversial, beberapa penelitian menyebutkan bahwa

mengonsumsi kopi dalam jumlah berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah.

Dan ada juga beberapa penelitian lain yang menyebutkan bahwa mengkonsumsi

kopi tidak berhubungan dengan peningkatan tekanan darah. William Lavallo dari

Oklahoma Medical Center, Amerika, menyebutkan kafein dapat meningkatkan

kadar hormon kortisol, yang berhubungan dengan tekanan darah. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kopi dapat meningkatkan tekanan darah 5-15 mmHg,

tergantung pada kepekatan kopi dan sensitivitas individu. Namun kebanyakan

penelitian mengungkapkan bahwa minum 85-200 mg caffeine (sekitar 1 sampai 3

cangkir kopi sehari) tidak memberikan efek negatif pada kebanyakan orang sehat,

tetapi apabila mengkonsumsi kopi lebih banyak dari itu maka terjadi

kecendrungan peningkatan tekanan darah untuk jangka panjang14,15.

Kafein mengurung reseptor adenosin di otak. Adenosin ialah senyawa

nukleotida yang berfungsi mengurangi aktivitas sel saraf saat tertambat pada sel

tersebut. Seperti adenosin, molekul kafein juga tertambat pada reseptor yang

sama, tetapi akibatnya berbeda. Kafein tidak akan memperlambat aktivitas sel

saraf/otak sebaliknya menghalang adesonin untuk berfungsi. Dampaknya aktivitas

otak meningkat dan mengakibatkan hormon epinefrin dirembes. Hormon tersebut

akan menaikkan detak jantung, meninggikan tekanan darah, menambah

penyaluran darah ke otot-otot, mengurangi penyaluran darah ke kulit dan organ

dalam, dan mengeluarkan glukosa dari hati. Tambahan, kafein juga menaikkan

permukaan neurotransmitter dopamine di otak.15

Secangkir kopi mengandung 115 milligram kafein, secangkir espresso

(dan kopi tubruk/saring) mengandung sekitar 80 mg kafein, sedangkan kopi instan

mengandung sekitar 65 mg kafein.14 Secangkir kopi biasa, yang ampasnya

diendapkan, mengandung 25 miligram–30 miligram kafein. Adapun kopi instan

20

Page 21: Copy of Hipertensi

setiap cangkirnya mengandung kafein lebih tinggi, yaitu 60 miligram-80

miligram. Kandungan kafein paling tinggi ditemukan pada kopi biasa yang tidak

diendapkan, yakni 120 miligram per cangkirnya.15

Menurut Prof Dr Deddy Muchtadi, MS, Kepala Departemen Ilmu dan

Teknologi Pangan FATETA, IPB mengkonsumsi kafein yang tidak berlebihan

(batas konsumsi per hari 400 mg) tidak akan menyebabkan hipertensi kronis.

Mereka yang sensitif terhadap kafein mungkin akan mengalami peningkatan

tekanan darah selama beberapa saat saja14.

Konsumsi kafein disarankan tidak boleh melebihi 50 mg per satu kali

minum. Jika konsumsi kafein tidak sesuai anjuran, maka dalam jangka waktu 5-10

tahun peminumnya dapat terkena risiko penyakit jantung koroner, darah tinggi,

ginjal, hingga penyakit gula15.

Tim peneliti dari John Hopkins University, Baltimore, menyatakan minum

kopi lebih dari 6 cangkir sehari dapat meningkatkan kadar LDL (kolesterol jahat)

dan trigliserida penyebab penyakit jantung dan stroke. Hal ini juga ditegaskan

oleh Dr Rob Urgent dari Wageningen Centre for Food Sciences, Belanda, bahwa

banyak minum kopi meningkatkan kadar homosistein (senyawa hasil metabolisme

protein) dalam darah yang dapat meningkatkan penyakit jantung. Kadar

homosistein akan meningkat hingga 20% dengan minum 10-15 cangkir kopi tiap

hari dalam 2 minggu.15

Kafein berfungsi sebagai stimulan (perangsang). Jadi pada orang-orang

yang peka, kafein bisa menyebabkan palpitasi jantung (gangguan irama jantung)

atau peningkatan tekanan darah, biarpun cuma sedikit dan bersifat sementara.

Penderita tekanan darah tinggi dan gangguan jantung lainnya, harus konsultasi

dengan dokter bila ingin minum kopi.15

2.5 Gejala Klinis

Gejala yang sering dijumpai pada orang yang menderita hipertensi adalah:3

a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat

tekanan darah intrakranium.

b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.

21

Page 22: Copy of Hipertensi

c. Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf.

d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.

e. Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.

Peninggian tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala, terjadi

komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain adalah sakit kepala,

epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata

berkunang-kunang dan pusing.3

2.6 Kerangka Teoritis

22

Fisher, 2005

1 Usia2 Ras3 Jenis kelamin4 Merokok5 Konsumsi alkohol6 Kadar lemak tubuh7 Intoleransi glukosa8 Berat badan

Gray, 2002

1 Usia lanjut2 Peningkatan kolesterol

serum3 Penurunan kadar HDL4 Peningkatan glukosa serum5 Perokok6 Hipertropi ventrikel kiri

pada EKG

Schwartz, 2008

1 Penambahan usia2 Ras3 Riwayat Keluarga4 Overweight5 Gaya hidup kurang olah raga6 Diet tinggi natrium rendah kalium7 Konsumsi alkohol8 Obesitas9 KadarHDL <40mg/dL

(pria),<50mg/dL (wanita)10 Trigliserida ≥150mg/dl

Hipertensi

William Lavallo, 2008

Kafein > 200 mg kafein

Page 23: Copy of Hipertensi

BAB IIIKERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini difokuskan pada enam karakteristik

pasien hipertensi di poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh, yaitu : riwayat keluarga, umur, jenis kelamin,

obesitas, merokok, dan konsumsi kopi. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam

kerangka konsep berikut ini :

Variabel Independen Variabel Dependent

23

Umur

Riwayat Keluarga

Obesitas

Jenis kelamin Hipertensi

Merokok

Konsumsi kopi

Page 24: Copy of Hipertensi

3.2 Definisi Operasional

3.2.1 Variabel Dependent

No. Variabel Definisi operasional

Alat ukur Cara ukur

Hasil ukur

Skala ukur

1. Hipertensi Setiap pasien

yang didiagnosa

menderita

hipertensi oleh

dokter spesialis

penyakit dalam

berdasarkan

status pasien.

Pencatatan penderita

Check list

Ada

Tidak ada

Nominal

3.2.2. Variabel Independen

No Variabel Definisi

operasional

Alat ukur Cara ukur Hasil

ukur

Skala

ukur

1. Riwayat

Keluarga

Orang-orang

dengan keluarga

( ayah, Ibu,

kakek, nenek,

saudara

kandung)

mempunyai

penyakit darah

tinggi

Angket Wawancara Ada

Tidak ada

Nominal

24

Page 25: Copy of Hipertensi

2. Umur Umur adalah

usia responden

pada saat

diwawancara.

Angket Wawancara Dewasa

muda

Dewasa

pertengah-

an

Dewasa

tua

Ordinal

3. Jenis

kelamin

Jenis kelamin

dari responden

pada saat

pengumpulan

data.

Angket Wawancara Laki-laki

Perempuan

Nominal

4. Obesitas Index Massa

Tubuh > dari

30, 00.

IMT (Index

Massa

Tubuh)

Check list Obesitas

Bukan

obesitas

Nominal

5. Merokok Perokok adalah:

Seseorang yang

merokok dalam

waktu 15 tahun

atau lebih, atau

orang yang

sudah berhenti

merokok dalam

waktu kurang

dari 15 tahun

terakhir.

Angket Wawancara Perokok

sangat

berat

Perokok

berat

Perokok

sedang

Perokok

ringan

Ordinal

25

Page 26: Copy of Hipertensi

Bukan

perokok

6. Konsumsi

kopi

Adalah orang

yang

mengkonsumsi

kopi lebih dari 3

cangkir dalam

sehari, selama ≥

5 tahun

Angket Wawancara Ya

Tidak

Nominal

3.3 Cara Pengukuran Variabel

3.3.1. Variabel Dependent

Hipertensi

- ada : Setiap pasien yang didiagnosa hipertensi oleh dokter

spesialis penyakit dalam berdasarkan status pasien.

- tidak ada : Setiap pasien yang tidak didiagnosa hipertensi oleh

dokter spesialis penyakit dalam berdasarkan status pasien.

3.3.2. Variabel Independent

Riwayat Keluarga

- ada : memiliki riwayat keluarga ( ayah, Ibu, kakek, nenek,

saudara kandung) menderita hipertensi

- tidak ada : orang yang tidak memiliki riwayat keluarga ( ayah, Ibu,

kakek, nenek, saudara kandung) menderita hipertensi

Umur

Tiga kelompok umur yaitu:

-Dewasa Muda : ( usia 18-39 tahun )

-Dewasa Pertengahan : ( usia 40-60 tahun )

-Dewasa Tua : ( usia >60 tahun )

26

Page 27: Copy of Hipertensi

Jenis Kelamin

- Laki-laki

- Perempuan

Obesitas

- Ada : Index Massa Tubuh ≥ dari 30, 00.

- Tidak ada : Index Massa Tubuh < dari 30, 00.

Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:2

Berat Badan (kg)

IMT = ------------------------------------------------

Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Merokok

Klasifikasi perokok:

- Perokok sangat berat : merokok >31 batang perhari

- Perokok berat : merokok 21-30 batang perhari

- Perokok sedang : menghabiskan rokok 11 – 21 batang perhari

- Perokok ringan : menghabiskan rokok sekitar 10 batang perhari

- Bukan perokok :tidak pernah merokok atau

sudah berhenti merokok selama 15 tahun atau lebih

Konsumsi Kopi

-Ada : orang yang mengkonsumsi kopi lebih dari 3 cangkir

sehari selama ≥ 5 tahun

-Tidak ada : orang yang tidak mengkonsumsi kopi lebih dari 3 cangkir

sehari selama ≥ 5 tahun

BAB IV

27

Page 28: Copy of Hipertensi

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian deskriptive dengan

pendekatan cross sectional survey yaitu pengumpulan data variabel dependen dan

variabel-variabel independen penelitian dilakukan pada saat yang bersamaan17,

untuk mengetahui distribusi frekuensi riwayat keluarga, umur, jenis kelamin,

obesitas, merokok dan konsumsi kopi dengan angka kejadian penyakit hipertensi

pada pasien yang berobat di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum

Daerah Dokter Zainoel Abidin Banda Aceh.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum

Daerah Dokter Zainoel Abidin Banda Aceh dari tanggal 16 November 2009

sampai dengan tanggal 18 September 2010. Pengumpulan data dilakukan mulai

tanggal 06 September 2010 sampai tanggal 08 September 2010.

4.3 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh pasien yang berobat ke poliklinik

Penyakit Dalam di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

pada tanggal 06 September 2010 sampai 08 September 2010.

4.4 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah seluruh pasien Poliklinik Penyakit Dalam yang

didiagnosa hipertensi oleh dokter spesialis penyakit dalam yang bertugas

dipoliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh selama pengumpulan data berlangsung.

4.5 Cara Pengambilan Sampel

28

Page 29: Copy of Hipertensi

Pengambilan sampel dilakukan secara non probability sampling dengan

teknik accidental sampling berdasarkan sampel yang ada atau tersedia pada saat

pengumpulan data.17

4.6 Teknik Pengambilan Data

Data yang diambil adalah data primer dan sekunder. Data primer meliputi,

pengukuran berat badan, dan tinggi badan, wawancara mengenai riwayat

keluarga, merokok, dan konsumsi kopi. Data sekunder meliputi, umur, jenis

kelamin dan diagnosa pasien yang didiagnosa oleh dokter spesialis penyakit

dalam berdasarkan status pasien di poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit

Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

4.7 Manajemen Data

1. Koding : Pemberian kode untuk memudahkan pengolahan data.

2. Editing : Memeriksa kembali data untuk menghindari kesalahan data,

menjamin sudah lengkap dan benar.

3. Tabulating : Memasukkan data yang diperoleh ke dalam tabel. 17

4.8 Analisa Data

Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa univariat

untuk melihat distribusi frekuensi variabel dependen dan independen dengan

mengunakan tabel distribusi frekuensi yang kemudian disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi dan persentase. Data yang diperoleh merupakan data

sekunder yang diperoleh melalui pencatatan status pasien terhadap data-data yang

diperlukan dan data primer melalui hasi kuesioner.17

29

Page 30: Copy of Hipertensi

BAB V

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan data primer

dan data sekunder pada pasien hipertensi di poliklinik Penyakit dalam Rumah

Sakit Umun Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tanggal 06 September 2010

sampai 08 September 2010, maka diperoleh hasil sebagai berikut.

5.1 Hipertensi

Data diperoleh berdasarka hasil diagnose dokter spesialis penyakit dalam

di poliklinik Penyakit dalam Rumah Sakit Umun Daerah dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh sesuai dengan yang tercatat di status pasien yaitu sebagai berikut :

Tabel 5.1

Distribusi frekuensi penderita Hipertensi di poliklinik penyakit dalam Rumah

Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Hipertensi Frekuensi(n) Persentase(%)

Penderita hipertensi 79 53

Bukan penderita Hipertensi 70 47

Total 149 100,0

Sumber : Data primer (diolah, 2010)

5.2 Riwayat Keluarga

Penilaian terhadap riwayat keluarga menderita hipertensi dibagi menjadi

tiga kelompok yaitu penderita yang memiliki riwayat hipertensi di dalam

keluarganya, tidak memiliki riwayat hipertensi dalam keluarganya dan tidak

mengetahui ada atau tidak riwayat hipertensi dalam keluarganya.

30

Page 31: Copy of Hipertensi

Tabel 5.2

Distribusi frekuensi riwayat keluarga terhadap hipertensi di poliklinik penyakit

dalam Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Riwayat Keluarga Frekuensi (n) Persentase (%)

Memiliki riwayat hipertensi 49 62,0

Tidak memiliki riwayat hipertensi 18 22.8

Tidak Tahu 12 15,2

Jumlah 79 100,0

Sumber : Data primer (diolah, 2010)

5.3. Umur

Penilaian terhadap umur pasien yang mengalami hipertensi dibagi menjadi

tiga kelompok yaitu: Dewasa Muda (usia 18-39 tahun ), Dewasa Pertengahan

(usia 40-60 tahun) dan Dewasa Tua (usia >60 tahun)

Tabel 5.3

Distribusi frekuensi umur pada pasien Hipertensi di poliklinik penyakit dalam

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Kelompok Usia Interval (tahun) Frekuensi(n) Persentase(%)

Dewasa Muda 18-39 3 3,8

Dewasa pertengahan 40-60 35 44,3

Dewasa tua >60 41 51,9

Total 79 100,0

Sumber : Data primer (diolah, 2010)

5.4 Jenis Kelamin

Penilaian terhadap jenis kelamin pasien Hipertensi dibagi menjadi dua

kelompok yaitu pasien dengan jenis kelamin laki-laki dan pasien dengan jenis

kelamin perempuan.

Tabel 5.4

31

Page 32: Copy of Hipertensi

Distribusi frekuensi jenis kelamin pada pasien hipertensi di poliklinik penyakit

dalam Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki-laki 51 64,6

Perempuan 28 35,4

Jumlah 79 100,0

Sumber : Data primer (diolah, 2010)

5.5 Obesitas

Obesitas adalah responden yang memiliki nilai Index Massa Tubuh (IMT)

lebih besar atau sama dengan 30,00. Nilai Indek Massa Tubuh dihitung dengan

menggunakan rumus:

Berat Badan (kg)

IMT = ------------------------------------------------

Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Penilaian terhadap obesitas pada pasien Hipertensi dibagi menjadi dua

kelompok yaitu kelompok responden yang mengalami obesitas dan yang tidak

mengalami obesitas.

Tabel 5.5

Distribusi frekuensi obesitas pada pasien hipertensi di poliklinik penyakit dalam

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Obesitas Frekuensi(n) Persentase(%)

Obesitas 44 55,7

Bukan obesitas 35 44,3

Jumlah 79 100,0

Sumber : Data primer (diolah, 2010)

5.6 Merokok

32

Page 33: Copy of Hipertensi

Perokok dibagi menjadi lima kelompok yaitu perokok sangat berat

( merokok >31 batang perhari), merokok berat ( merokok 21-30 batang perhari),

merokok sedang ( merokok 11-10 batang perhari), merokok ringan ( merokok <

10 batang perhari) dan bukan perokok yaitu responden yang sama sekali tidak

pernah merokok atau responden yang telah berhenti merokok selama lebih atau

sama dengan 15 tahun.

Tabel 5.6

Distribusi frekuensi Merokok pada pasien hipertensi di poliklinik penyakit

dalam Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Merokok Frekuensi (n) Persentase (%)

Perokok sangat berat 7 8,9

Perokok berat 13 16,5

Perokok sedang 15 19,0

Perokok ringan 5 6,3

Bukan perokok 39 49,4

Jumlah 79 100,0

Sumber : Data primer (diolah, 2010)

5.7 Konsumsi kopi

Penilaian terhadap konsumsi kopi pada pasien Hipertensi di kelompokkan

menjadi dua kelompok yaitu kelompok responden yang mengkonsumsi kopi dan

yang tidak mengkonsumsi kopi.

Tabel 5.7

Distribusi frekuensi konsumsi kopi pada pasien hipertensi di poliklinik penyakit

dalam Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Konsumsi Kopi Frekuensi (n) Persentase (%)

Ada 36 46,5

Tidak 43 54,4

Jumlah 79 100,0

33

Page 34: Copy of Hipertensi

Sumber : Data primer (diolah, 2010)

BAB VI

34

Page 35: Copy of Hipertensi

PEMBAHASAN

6.1 Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg

systole ( ≥ 140) dan/atau sama atau melebihi 90 mmHg diastole ( ≥ 90)3.

Prevalensi hipertensi di seluruh dunia, diperkirakan sekitar 15-20%.

Hipertensi di Asia diperkirakan sudah mencapai 8-18% pada tahun 1997. Hasil

Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995, prevalensi hipertensi di Indonesia

cukup tinggi, 83 per 1.000 anggota rumah tangga. Pada tahun 2000 sekitar 15-

20% masyarakat Indonesia menderita hipertensi1,2.

Dari hasil penelitian terhadap 149 pasien yang berobat ke poliklinik

Penyakit Dalam selama tanggal 06 September 2010 sampai tanggal 08 September

2010 terdapat 79 pasien yang didiagnosa hipertensi oleh dokter spesialis Penyakit

Dalam di poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh. Jumlah ini adalah 53 % dari keseluruhan pasien yang berobat

ke poliklinik Penyakit Dalam. Angka ini jauh lebih tinggi dari pada angka

kejadian hipertensi di Indonesia berdasarkan Hasil Survey Kesehatan Rumah

Tangga yaitu sekitar 15-20% (data tahun 2000).

6.2 Riwayat Keluarga

Kasus hipertensi esensial 70%-80% diturunkan dari orang tuanya. Apabila

riwayat hipertensi terdapat pada kedua orang tua maka dugaan hipertensi esensial

lebih besar. 1,8

Dari penelitian ini diadapatkan sebanyak 49 orang (62,0%) responden

memiliki riwayat keluarga hipertensi, dan yang tidak memiliki riwayat keluarga

hipertensi yaitu 18 orang (22,8%) responden. Hal ini menunjukkan bahwa

hipertensi lebih cenderung terjadi pada orang-orang yang mempunyai riwayat

keluarga hipertensi. Hal ini sesuai dengan Sugiharto-aris dalam tulisannya yang

berjudul Faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat, Semarang, 2007

menyebutkan bahwa risiko hipertensi akan meningkat pada pasien-pasien yang

mempunyai riwayat keluarga hipertensi.

35

Page 36: Copy of Hipertensi

6.3 Umur

Tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Semakin

tua usia seseorang maka semakin besar risiko terserangnya hipertensi. Pada

umumnya pasien hipertensi adalah orang-orang yang berusia 40 tahun. Namun

tidak menutup kemungkinan hipertensi diderita oleh orang berusia muda.

Prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian

sekitar 50 % diatas umur 60 tahun.

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar pasien hipertensi

berusia dewasa tua ( kelompok usia diatas 60 tahun) yaitu sebanyak 41 orang

(51,9%) responden. Pada responden yang berusia dewasa pertengahan (kelompok

usia 40 sampai 60 tahun) sebanyak 35 orang (44,3%) responden, dan kelompok

dewasa muda (kelompok usia 18 sampai 40 tahun) sebanyak 3 orang (3,8%).

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tua usia seseorang

maka risiko menderita hipertensi semakin tinggi.

6.4 Jenis Kelamin

Wanita yang menderita hipertensi lebih banyak dari pada laki-laki. Tetapi

wanita lebih tahan dari pada laki-laki karena pada wanita jarang disertai

kerusakan jantung dan pembuluh darah. Sampai usia 55 tahun pria berisiko lebih

tinggi terkena hipertensi dibandingkan wanita.

Dari data hasil penelitian ini didapatkan 51 orang (64,6%) responden

berjenis kelamin laki-laki dan 28 orang (35,4%) merupakan responden berjenis

kelamin perempuan. Dari data ini terlihat bahwa hipertensi cenderung diderita

oleh laki-laki. Hal ini berbeda dari Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun

1995, yang menyatakan bahwa wanita lebih banyak menderita hipertensi di

bandingkan dengan laki-laki.

6.5 Obesitas

Obesitas merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum diketahui

secara pasti hubungan antara hipertensi dengan obesitas, namun terbukti bahwa

36

Page 37: Copy of Hipertensi

daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan

hipertensi lebih tinggi dari pada penderita hipertensi dengan berat badan normal.2

Pada orang dengan obesitas, tekanan darahnya cenderung tinggi karena seluruh

organ tubuh dipacu bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan energi yang

lebih besar. Jantungpun bekerja lebih keras karena banyaknya timbunan lemak

yang menyebabkan kadar lemak darah juga tinggi, sehingga tekanan darah

menjadi tinggi.2,3

Dari hasil penelitian ini didapatkan jumlah responden yang mengalami

obesitas adalah 44 orang (55,7%) dan jumlah responden yang tidak obesitas

sebanyak 35 orang (44,3%). Hal ini menunjukkan bahwa di Poliklinik Penyakit

Dalam Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, orang yang

mengalami obesitas lebih cenderung untuk mengalami hipertensi dibandingkan

dengan orang yang bukan obesitas.

6.6 Merokok

Dengan menghisap rokok maka akan berpengaruh terhadap kenaikan

tekanan darah atau hipertensi. Hal ini dapat disebabkan karena gas CO yang

dihasilkan oleh asap rokok dapat menyebabkan pembuluh darah kontriksi

sehingga tekanan darah naik. Karbon monoksida menimbulkan desaturasi

hemoglobin. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu

pelepasan oksigen, dan mempercepat arterosklerosis (pengapuran atau penebalan

dinding pembuluh darah).

Xianglan Zhang, Xiao Ou Shu , Gong Yang, et.al., dalam tulisannya yang

berjudul Association of Passive Smoking by Husbands with Prevalence of

Hypertension among Chinese Women on okers dalam jurnal JAMA tahun 2005

yang dikutip dari laporan hasil pemeriksaan faktor risiko penyakit tidak menular

dinyatakan bahwa selain dari lamanya merokok, risiko akibat merokok terbesar

tergantung pada jumlah rokok yang dihisap perhari. Seseorang yang menghisap

lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan dari pada mereka yang

tidak merokok.

37

Page 38: Copy of Hipertensi

Dari hasil penelitian ini didapatkan jumlah responden yang termasuk perokok

adalah sebanyak 40 orang (51,6%). Jumlah responden yang bukan perokok

sebanyak 39 orang (49.4%) dimana 7 orang (8,9%) merupakan perokok sangat

berat, 13 orang (16.5%) perokok berat, 15 orang (19,0%) perokok sedang, dan 5

orang (6,3%) pada perokok ringan. Dari data hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa hipertensi lebih banyak terjadi pada perokok dari pada yang bukan

perokok. Sedangkan distribusi frekuensi perokok sedang adalah yang paling besar

persentasenya di poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh . walaupun tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara distribusi frekuensi penderita hipertensi yang perokok dengan yang bukan

perokok. Hal ini dapat dikarenakan oleh faktor budaya masyarakat aceh yang

masih menganggap tabu wanita yang merokok.

6.7 Konsumsi Kopi

Walaupun masih kontroversial, beberapa penelitian menyebutkan bahwa

mengonsumsi kopi dalam jumlah berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah.

Dan ada juga beberapa penelitian lain yang menyebutkan bahwa mengkonsumsi

kopi tidak berhubungan dengan peningkatan tekanan darah. William Lavallo dari

Oklahoma Medical Center, Amerika, menyebutkan kafein dapat meningkatkan

kadar hormon kortisol, yang berhubungan dengan tekanan darah. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kopi dapat meningkatkan tekanan darah 5-15 mmHg,

tergantung pada kepekatan kopi dan sensitivitas individu. Namun kebanyakan

penelitian mengungkapkan bahwa minum 85-200 mg caffeine (sekitar 1 sampai 3

cangkir kopi sehari) tidak memberikan efek negatif pada kebanyakan orang sehat,

tetapi apabila mengkonsumsi kopi lebih banyak dari itu maka terjadi

kecendrungan peningkatan tekanan darah untuk jangka panjang.

Dari data hasil penelitian ini diperoleh data sebanyak 36 orang (45,6 %)

responden yang menderita hipertensi mengkonsumsi kopi, sedangkan yang tidak

mengkonsumsi kopi sebanyak 43 orang (54,4%). Hal ini menunjukkan bahwa

orang yang tidak mengkonsumsi kopi lebih banyak menderita hipertensi daripada

orang yang mengkonsumsi kopi di poliklinik Penyakit Dalam Rumah sakit Umum

38

Page 39: Copy of Hipertensi

Dokter Zainoel Abidin Banda Aceh. Ini dapat dikarenakan oleh banyaknya

responden yang meminum kopi tetapi tidak memenuhi kriteria sebagai peminum

kopi yang dapat meningkatkan risiko hipertensi, yaitu lebih dari 3 cangkir perhari

selama minimal 5 tahun.

BAB VII

PENUTUP

39

Page 40: Copy of Hipertensi

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian gambaran penderita hipertensi di poliklinik

Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada

tanggal 06 September 2010 sampai dengan 08 September 2010, didapatkan hasil

berupa :

Dari 149 orang pasien yang berobat ke poliklinik Penyakit Dalam Rumah

Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada tanggal 06

September 2010 sampai dengan 08 September 2010 didapatkan sebanyak

79 orang pasien yaitu 53,0 % dari seluruh populasi yang menderita

hipertensi.

Orang yang mempunyai riwayat keluarga menderita hipertensi lebih

banyak menderita hipertensi yaitu sebanyak 49 orang atau 62,0%

dibandingkan orang yang tidak mempunyai riwayat keluarga menderita

hipertensi yaitu sebanyak 18 orang ( 22,8%), dan 12 orang (15,2%)

koresponden tidak mengetahui ada atau tidak anggota keluarganya

menderita hipertensi.

Orang dengan usia dewasa tua (>60 tahun) mempunyai gambaran

distribusi frekuensi menderita hipertensi lebih banyak, yaitu 41 orang

(51,9%) yang disusul oleh usia dewasa pertengahan sebanyak 35 orang

(44,3%), dan yang paling rendah didapatkan pada dewasa muda sebanyak

3 orang (3,8 %).

Laki-laki lebih banyak menderita hipertensi yaitu sebanyak 51 orang

(64,6%) daripada perempuan yaitu sebanyak 28 orang (35,4%)

Orang yang obesitas lebih banyak menderita hipertensi yaitu sebanyak 44

orang (55,7%) dari pada orang yang tidak mengalami obesitas yaitu

sebanyak 35 orang (44,3%).

Dari penelitian didapatkan jumlah responden yang termasuk perokok

sebanyak 40 orang (51,6%). Jumlah responden bukan perokok sebanyak

39 orang (49.4%) dimana 7 orang (8,9%) adalah responden merupakan

40

Page 41: Copy of Hipertensi

perokok sangat berat, 13 orang (16.5%) perokok berat, 15 orang (19,0%)

perokok sedang, dan 5 orang (6,3%) pada perokok ringan.

Sebanyak 36 orang (45,6 %) koresponden yang menderita hipertensi

mengkonsumsi kopi, sedangkan yang tidak mengkonsumsi kopi sebanyak

43 orang (54,4%). Hal ini menunjukkan bahwa orang yang tidak

mengkonsumsi kopi lebih banyak menderita hipertensi daripada orang

yang mengkonsumsi kopi.

7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti menyarankan beberapa hal

sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan penyuluhan oleh instansi terkait untuk meningkatkan

pengetahuan masyarakat tentang hipertensi dan berbagai macam faktor

risiko untuk terjadi hipertensi.

2. Diharapkan kepada masyarakat, khususnya bagi penderita hipertensi agar

rutin melakukan pemeriksaan kesehatan dan melakukan pengobatan ke

tempat-tempat pelayanan kesehatan.

3. Perlu dilakukan peningkatan usaha-usaha untuk menambah pengetahuan

masyarakat tentang bahaya merokok disertai partisipasi aktif pihak terkait

dalam menurunkan angka perokok mengingat merokok masih merupakan

faktor yang sangat berhubungan dengan timbulnya hipertensi.

4. Kepada instansi kesehatan terkait untuk dapat memberikan informasi dan

edukasi kepada masyarakat tentang bahaya mengkonsumsi kopi.

5. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang

hipertensi untuk bisa lebih mengembangkan permasalahan yang timbul

serta pemecahannya lebih lanjut.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

41

Page 42: Copy of Hipertensi

1. Suheni, Y. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian

Hipertensi pada Laki-laki Usia 40 Tahun ke Atas di Badan Rumah Sakit

Daerah Cepu. Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu

Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. 2007

2. Anonymus, Departemen Kesehatan RI. warta Kesehatan Masyarakat.

Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta 2003

3. Pangabean, M.M.. Penyakit Jantung Hipertensi dalam Kardiologi dalam

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV.PB PABDI. Jakarta

2006: Hal 1630 – 1640

4. Schwartz, G.L.. Hypertension dalam Mayo Clinic Internal Medicine

Concise Text Book. Canada. Mayo Clinic Scientific Press and Informa

HealthCare USA, Inc. 2008: hal 429- 464

5. Horng, Wen-Bing., Lee, Cheng-Ping., dan Chen, Chun-Wen. 2001.

“Classification of Age Groups”. Tamkang Journal of Science. Vol. 4, No.

3, Hal 183-192

6. Yundini. Faktor Risiko Terjadinya Hipertensi. Dalam blog Sukasukamu.

Last Up Dated 29 Aug 2006 10:27 WIB. Diambil dari

http://sukasukamu.com/?p=007

7. Anonymus. Darah Tinggi/ Hipertensi. Dalam blog Gaya Hidup Sehat. Last

Up Dated Senin, 1 Desember 2008 11:30:45 WIB. Diambil dari

http://infohidupsehat.com/?p=91

8. Fisher, N.D.L.. Hypertensif Vascular Disease dalam Disorder of

Cardiovascular System dalam Harrison Principles of Internal Medicine.

16th Edition. New York. McGraw Hill. 2005: hal 1463-1480

9. Anonymus, Hipertensi dan Obesitas, Last Up Dates 07 Agustus 2008

Diambil dari http://www.jantunghipertensi.com/ index2. php?

option=com_content&do_ pdf=1&id=336

42

Page 43: Copy of Hipertensi

10. Anonymus. Cara mengukur Lingkar Pinggang dalam Gaya Hidup Sehat

dalam Senior Tabloid Gaya Hidup Sehat Last Up Dated 05 Mar 2008

pukul 14:45:00 WIB. Diambil dari http://www.ehow.com/how_4947978

11. Anonymus. Forum Kesehatan Indonesia. Last Up Dated Mon 16 Jun,

2008. Diambil dari http://www. Medisiana.com/printview. php?

t=10&start=0&sid=3f426f0512b8cc9ffdb08163702f32e

12. Gray, H. H.. Hipertensi dalam Lecture Notes Kardiologi. Edisi Keempat.

EMS. Jakarta. 2005: Hal57-69

13. Sulistiani, W. Analisis Faktor Risiko Yang Berkaitan Dengan Kejadian

Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I Kabupaten

Cilacap Tahun 2005. Skripsi S1. Universitas Diponegoro

Semarang 2005

14. Tjukria P.T, Dibalik Nikmatnya Kopi. Blog Estika. Last Up Dated 26 Jul

2007 18:33:46 WIB. Diambil dari http:// www.estika. Com/ info.

produk.php?id=4

15. Anonymus, Manfaat dibalik Nikmatnya Kopi, Last Up Dates Senin, 16

Mei 2005 dalam Lampung Post Diambil dari

http://www.lampungpost.com/=1&id=336

16. Nadesul, H. Sekilas Kopi. Last Up Dated 2009. Diambil dari

http://www.sahabatnestle.co.id/HOMEV2/main/SUI/SUI_SehatBugar. asp

/id=1167

17. Notoatmojo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

2002

43

Page 44: Copy of Hipertensi

44