Makalah Gaky Kelompok 10

download Makalah Gaky Kelompok 10

of 26

description

GAKY adalah suatu keadaan kekurangan yodium

Transcript of Makalah Gaky Kelompok 10

MAKALAH TELAAH KRITIS TERAPAN TENTANG PENANGGULANGAN GAKY DI INDONESIA

OLEH :KELOMPOK 101. CHANDRA BONITA2. FRESKIMA PRIVIKA3. TERESA ANGGRAINI4. EKA LUTFIANA ANGGRAINI5. INTAN NIMATUS SYAHIRA

DOSENPUSPITO ARUM, S.Gz, M,Gizi

POLITEKNIK NEGERI JEMBERJURUSAN KESEHATANGIZI KLINIK2014BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGMasalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup luas di dunia. DiIndonesia GAKY dewa-sa ini menjadi masalah nasional, karena berkaitan dengan penurunan kualitas sumber daya manusia, yang akhirnya akan menghambat tujuan pembangunan nasional. Diperkirakan 140 juta IQ point hilang akibat kekurangan yodium, karena 42 juta penduduk hidup di daerah endemik, 10 juta diantaranya menderita gondok, 3,5 juta menderita GAKY lain, dan terdapat 9000 bayi kretin di daerah-daerah tersebut. Tingkat endemisitas GAKY di Indo-nesia (1998) tersebut melibatkan 334 (8,4%) keca-matan termasuk dalam endemic berat, 278 (7,0%) kecamatan termasuk endemik sedang, 1.167 (29,9%) termasuk endemik riingan dan 2.184 (54,7%) termasuk pada daerah yang tergolong tidak endemik. Pada awalnya, masalah GAKY hanya ditanggapi sebagai masalah gondok yang terjadi di daerah en-demik (endemic goiter), yang kurang memberi te-kanan pada dampak lain yang sebenarnya justru sangat merisaukan. Hal ini dapat dilihat dari spek-trum yang luas seperti pada wanita hamil dapat menimbulkan abortus, sedangkan pada fetus dapat terjadi lahir mati, anomali kongenital, kematian angka perinatal dan bayi meningkat, terjadinya kretin neurologik, kretin miksedema, dan defek psikomotor. Dampak ini pada dasarnya melibatkan gangguan tumbuh kembang manusia sejak awal dalam perkembangan fisik maupun mental. Masa yang paling peka adalah masa pertumbuhan susun-an saraf, masa pertumbuhan somatik, masa per-tumbuhan linier yang terjadi pada masa kehamilan bagi seorang wanita.Dengan dampak yang luas tersebut, wajar bila pemerintah Indonesia memberikan perhatian yang cukup besar dan serius pada masalah GAKY, meng-ingat dampak negative yang ditimbulkan oleh masa-lah ini diketahui secara langsung mempengaruhi penurunan kualitas sumber daya manusia. Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah (Departemen Kesehatan dan Departemen yang terkait) dalam pen-cegahan kekurangan unsur yodium sudah lama di-lakukan, tetapi belum memberikan hasil yang me-muaskan, walaupun jumlah daerah endemik sudah sangat menurun, dan prevalensi yang semula 27,7% (1990) menjadi 9,8% (1998). Upaya yang dilakukan pemerintah di antaranya adalah upaya jangka pendek, jangka menengah dan jangka pan-jang. Program jangka pendek yang telah dikerjakan adalah penyuntikan larutan yodium dalam minyak (lipiodol) pada penduduk risiko tinggi di daerah gondok endemik sedang dan berat, yang dilakukan pada tahun 1974 sampai dengan tahun 1991. Ke-mudian dilanjutkan dengan distribusi kapsul mi-nyak beryodium yaitu kapsul lipiodol, sebagai pengganti suntikan lipiodol. Penggunaan kapsul lipiodol membutuhkan biaya mahal, mengingat kapsul tersebut buatan Perancis, sehingga dicari penggantinya yang dapat diproduksi dalam negeri (PT.Kimia Farma) yang selanjutnya disebut YODIOL. Sejak tahun 1992 kapsul tersebut didistribusikan kepada kelompok sasaran di daerah risiko tinggi. Kelompok sasaran yang dimaksud sekarang ini ada-lah wanita usia subur di daerah gondok endemic sedang dan berat, ibu hamil dan menyusui di dae-rah gondok endemik sedang dan berat dan anak sekolah dasar di daerah endemik berat. Upaya lain dalam menanggulangi masalah GAKY di masyarakat di samping melalui suplementasi langsung larutan minyak beryodium, dan juga secara tidak langsung melalui fortifikasi bahan makanan. Tujuan dari upayaupaya tersebut adalah untuk (1) menjamin nutrisi yodium yang cukup ba-gi seluruh penduduk, terutama bagi kelompok risi-ko tinggi, dan (2) mencegah gangguan retardasi mental dan fisik dan gangguan perkembangan lain yang ada hubungannya dengan GAKY. Berhasil tidaknya upaya penanggulangan masa-lah GAKY di masyarakat, di samping sistem pe-nanggulangan sendiri di tingkat program, tidak ka-lah pentingnya adalah masalah lingkungan dan so-sial budaya yang ada di masyarakat. Tulisan ini mencoba membahas aspek sosial-budaya masyara-kat yang berkaitan dengan GAKY tersebut.

1.2 TUJUAN1. Untuk mengetahui program pemerintah dalam menggulangi GAKY.2. Untuk mengethui cara penanggulangan penyakit GAKY.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian GAKYGangguan akibat kekurangan yodium adalah rangkaian efek kekurangan yodium pada tumbuh kembang manusia. Spektrum seluruhnya terdiri dari gondok dalam berbagai stadium, kretin endemik yang ditandai terutama oleh gangguan mental, gangguan pendengaran, gangguan pertumbuhan pada anak dan orang dewasa. (Supariasa, 2002).Adapun pengertian dari gondok, endemik dan kretin adalah :1. GondokGondok/goiter adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan pembesaran kelenjar thyroid (Djokomoeljanto, 1985).2. Gondok EndemikGondok endemik bukan penyakit melainkan suatu istilah kesehatan dalam konsep kesehatan masyarakat yaitu apabila dalam masyarakat terdapat prevalensi gondok / atau penderita gondok di masyarakat itu lebih dari 10 % dari jumlah penduduk setempat, maka daerah tersebut disebut daerah gondok endemik (Dir. Bina Gizi Masyarakat, 1992).3. Kretin EndemikSeseorang disebut kretin endemik apabila lahir di daerah gondok endemik. Kelainan kretin terjadi pada waktu bayi dalam usia kandungan atau tidak lama setelah dilahirkan dan terdiri atas kerusakan pada saraf pusat dan hipotiroidisme.Secara klinis kerusakan saraf pusat bermanifestasi dengan :1. Retardasi mental2. Gangguan pendengaran sampai bisu tuli.3. Gangguan neuromotor seperti gangguan bicara, cara berjalan yang aneh.4. Hipotiroidi dengan gejala :a. Miksedema pada hipotisodisme berat.b. Tinggi badan yang kurang, cebol (Stunted Growth) dan osifikasi yang terlambat.c. Pada pemeriksaan darah ditemukan kadar hormon tiroid yang rendah (Pudjiadi, 2000).

2.2 Etiologi GAKYKekurangan yodium merupakan penyebab utama gondok endemik dan terdapat di daerah-daerah dimana tanahnya tidak mengandung banyak yodium, hingga produk yang dihasilkannya juga miskin akan yodium. Kekurangan yodium menyebabkan hiperplasia tiroid sebagai adaptasi terhadap kekurangan tersebut. Zat goitrogen seperti yang ditemukan pada kubis dapat menyebabkan pembesaran kelenjar gondok, begitu pula dengan beberapa bahan makanan lain misalnya kacang tanah, kacang kedele, singkong, bawang merah, bawang putih. Flour dan kalsium menghambat penggunaan yodium oleh tiroid hingga merupakan goitrogen juga. Air minum yang kotor diduga terdapat zat goitrogen yang dapat dihilangkan jika dimasak. Faktor keturunan dapat mengurangi kapasitas fungsi tiroid atau gangguan pada reabsorbsi iodium oleh tubulus ginjal (Pudjiadi, 2002).

2.3 Pengerian Garam IodiumGaram beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan KIO3 yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan kecerdasan. Garam beryodium yang digunakan sebagai garam konsumsi harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) antara lain mengandung KIO3 sebesar 30 80 ppm. Konsumsi garam yang dianjurkan untuk setiap orang sekitar 6 gram atau satu sendok teh setiap hari. Dalam kondisi tertentu, dimana keringat keluar berlebihan dianjurkan untuk mengkonsumsi garam beryodium dua sendok teh sehari. Cara mengkonsumi garam biasanya digunakan sebagai garam meja dan penambahan dalam pemasakan, pengaruh pemasakan terhadap penurunan KIO3 membuktikan bahwa sayuran yang dimasak dengan cara dikukus, pembubuhan garam dilakukan saat sayuran matang dan wadah ditutup setelah diberi garam, maka kehilangan iod dengan cara tersebut disebabkan oleh panas mengingat salah satu sifat iod mudah rusak oleh panas ( Irawati, 1993 ).Garam beryodium yang baik dapat diketahui dengan cara membaca pada label kemasan garam beryodium. Garam beryodium dikemas dalam plastik, tertutup rapat, tidak bocor dan pada kemasan harus tertera tulisan garam beryodium. Cara penyimpanan garam beryodium dalam wadah yang tertutup rapat dan kering, diletakkan di tempat yang sejuk, jauh dari panas api dan sinar matahari langsung (Depkes RI, 1999).Mutu garam beryodium dapat diketahui dengan Yodina Test dan singkong parut.1. Yodina test, dengan cara :a. Siapkan garam yang bertuliskan garam beryodium.b. Siapkan cairan uji yodina.c. Ambil setengah sendok teh garam yang akan diuji dan letakkan dipiring.d. Teteskan cairan uji yodina sebanyak 2-3 tetes pada garam tersebut.e. Tunggu dan perhatikan apakah garamnya berubah warna, kalau garam tetap putih berarti garam tersebut tidak beryodium (0 ppm).f. Bila berwarna ungu berarti garam mengandung yodium sesuai persyaratan (30 ppm.

2. Singkong parut, dengan cara :

a. Kupas singkong yang masih segar, kemudian diparut.b. Tuangkan 1 sendok perasan singkong parut tanpa ditambah air kedalam tempat yang bersih.c. Tambahkan 4-6 sendok teh munjung garam yang akan diperiksa.d. Tambahkan 2 sendok teh cuka biang, aduk sampai rata, biarkan beberapa menit. Bila timbul warna biru keunguan, berarti garam tersebut mengandung yodium (Depkes RI, 1999).

2.4 Penyebab dan Dampak GAKY dan Dampak IodisasiDi Indonesia, prevalensi gondok endemic yang tinggi pada umumnya dijumpai di sekitar lereng gunung berapi atau di daerah pegunungan. Yo-dium, merupakan unsur gizimikro yang sangat vi-tal bagi kebutuhan manusia. Unsur ini demikian pentingnya, sehingga kecukupan setiap manusia akan unsure ini diupayakan oleh setiap negara de-ngan jalan memasukkan di dalam unsur makanan yang dikonsumsi setiap hari, yakni garam dapur. Apabila asupan yodium dalam makanan yang ma-suk dalam tubuh kurang memadai, maka pemben-tukan tiroksin akan terhambat. Tiroksin adalah hor-mon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, sehingga apabila tiroksin yang dihasilkan sangat kurang, ma-ka dampaknya adalah tidak ada hambatan pem-bentukan Thyroid Stimulating Hormone (TSH), se-hingga produksi TSH akan berlebihan. TSH ini akan memacu kelenjar tiroid untuk mensekresi tiroglo-bulin ke dalam folikel-folikel. Masukan yodium manusia berasal dari makanan dan minuman yang berasal dari alam sekitarnya. Kalau lahan di alam kurang tersedia yodium di tanah permukaan, maka semua tumbuhan dan air yang berada di daerah tersebut, kandungan yodi-um kurang. Sebagai contoh sumur di RS Dr Kariadi mengandung yodium 4,8-11 ug/L, air dari PDAM Semarang yang bersumber dari air gunung di Ungaran kadar yodiumnya 0,9 ug/L dan air dari ma-ta air desa-desa endemik berat di Sengi Magelang mengandung yodium 0,2 ug/L.1 Dampak GAKY pada dasarnya melibatkan gang-guan tumbuh kembang manusia mulai sejak awal perkembangan fisik maupun mental. Masa yang paling peka adalah masa pertumbuhan susunan sa-raf, masa pertumbuhan linier dan masa kehamilan bagi wanita.1 secara rinci menjelaskan bahwa dampak kekurangan yodium, di samping kretin ende-mik adalah (1) kemampuan mental dan psikomotor berkurang (2) angka kematian perinatal meningkat, demikian gangguan perkembangan fetal dan pasca lahir (3) hipotiroidisme neonatal banyak ditemukan di daerah dengan endemik berat (4) pada penduduk normal ditemukan hipotiroidisme klinis dan biokimiawi (5) di daerah gondok endemic kadar yo-dium air susu ibu lebih rendah dibandingkan de-ngan daerah non endemic (0,44 vs 10,02 ug/dl) (6) pada otak terlihat kalsifikasi ganglion basal, hipo-fisis membesar, tetapi arti klinik belum diketahui (7) terdapat minimal brain damage di daerah yang terkesan sudah iodine replete, dengan IQ point yang terlambat 10-15 point meskipun status tiroid sudah kembali normal (8) ada keterlambatan per-kembangan fisik anak, misalnya lambatnya meng-angkat kepala, tengkurep, berjalan, hiporefleksi, strabismus konvergen, hipotoni otot. Gondok yang merupakan pembesaran kelenjar tiroid yang terdapat dibagian depan leher merupa-kan reaksi atas kekurangan unsur yodium, walau-pun secara individual, gondok dapat juga disebab-kan karena penyakit lain seperti radang, tumor, kanker dan sebagainya. Hasil iodisasi dengan cara suntikan, pemberian oral dengan kapsul dan pemberian garam beryo-dium, bila dilakukan dengan baik, terutama sistem managemennya dan kesadaran serta penerimaan masyarakat cukup baik akan memberikan dampak yang menggembirakan, misalnya: (a) angka gon-dok menurun secara mencolok (b) gangguan abnormalitas metabolisme yodium membaik dan menjadi normal di daerah gondok endemik (c) pu-lihnya gambaran hipotiroidi, baik secara klinik mau-pun biokimiawi (kecuali bagi mereka yang menun-jukkan atrofi tiroid) pada kretin maupun non kretin (d) gambaran kelainan elektroensefalograf pada bayi tidak akan terjadi, bila ibu mendapat suntikan lipiodol sebelum kehamilan 16 minggu. (e) perkem-bangan fisik anak menjadi berbeda secara menco-lok, yaitu sebelum diberikan suplemenatsi minyak beryodium dengan suntikan, 17% anak belum da-pat berjalan sampai usia dua tahun, namun sete-lah diberikan intervensi suntikan angka tersebut menurun menjadi 2% (f) aktivitas komunitas anak-anak, seperti bermain juga sangat mencolok dan juga (g) tingkat pendidikan formal anak-anak me-ningkat dengan sangat nyata di daerah gondok endemik berat. Meskipun upaya telah dilakukan sebaik mungkin, tetapi gambaran gangguan biokimiawi ringan masih terlihat pada kelompok dengan risiko tinggi, di mana hampir sepertiga ibu hamil dan neonatus menunjukkan tanda hipotiroidi bio-kimiawi.Kekurangan yodium memang agak berbeda ma-salahnya dengan kekurangan gizi lainnya. Permasa-lahan utama yang timbul biasanya adalah ling-kungan yang miskin akan yodium, baik karena la-han tersebut kekurangan unsure yodium atau karena adanya gangguan lain yang berkompetisi dengan-nya, yaitu zat goitrogenik.

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Cara Penanggulangan GAKYMenurut beberapa literatur, termasuk diantaranya modul Peningkatan Konsumsi Garam Beryodium Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI 2004, di Indonesia terdapat beberapa strategi (baik jangka pendek maupun jangka panjang) sebagai upaya penanggulangan Dampak Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) sebagai berikut :A. Strategi jangka panjang, antara lain dengan melakukan tiga kegiatan berikut :1. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), merupakan sebuah strategi pemberdayakan masyarakat dan komponen terkait agar mempunyai visi dan misi yang sama untuk menanggulangi GAKY melalui kegiatan pemasyarakatan informasi, advokasi, pendidikan/penyuluhan tentang ancaman GAKY bagi kualitas sumber daya manusia. Juga terkait pentingnya mengkonsumsi garam beryodium, law enforcement dan social enforcement, hak memperoleh kapsul beryodium bagi daerah endemik dan penganekaragaman konsumsi pangan.2. Surveillans,merupakan kegiatan pemantauan yang dilakukan secara berkesinambungan terhadap beberapa indikator untuk dapat melakukan deteksi dini adanya masalah yang mungkin timbul agar dapat dilakukan tindakan/intervensi sehingga keadaan lebih buruk dapat dicegah. Kegunaan surveillans yaitu mengetahui luas dan beratnya masalah pada situasi terakhir, mengetahui daerah yang harus mendapat prioritas, memperkirakan kebutuhan sumber daya yang diperlukan untuk intervensi, mengetahui sasaran yang paling tepat dan mengevaluasi keberhasilan program.3. Iodisasi garam, merupakan kegiatan fortifikasi garam dengan Kalium Iodat (KOI3). Tujuan kegiatan ini agar semua garam yodium yang dikonsumsi masyarakat mengandung yodium minimal 30 ppm. Target program ini 90% masyarakat mengkonsumsi garam beryodium yang cukup (30 ppm).Sedangkan strategi jangka pendek sebagai upaya penanggulangan GAKY yaitu dengan melakukan kegiatan distribusi kapsul minyak beryodium. Program yang sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 1992 ini dilakukan untuk mempercepat perbaikan status yodium masyarakat bagi daerah endemik sedang dan berat pada kelompok rawan. Kapsul minyak beryodium 200mg diberikan pada Wanita Usia Subur (WUS) sebanya 2 kapsul/tahun, sedangkan untuk ibu hamil, ibu menyusui dan anak SD kelas 1-6 sebanyak 1 kapsul/tahun.

3.2 Program Pemerintah untuk Menanggulangi Penyakit GAKYUntuk mengetahui masalah kurang yodium, pemantauan besaran masalah dilakukan berdasarkan survei nasional. Pada tahun 1980, prevalensi (GAKY) pada anak usia sekolah adalah 27,7%, prevalensi ini menurun menjadi 9,8% pada tahun 1998. Walaupun terjadi perubahan yang berarti, GAKY masih dianggap masalah kesehatan masyarakat, karena secara umum prevalensi masih di atas 5%. Prevalensi tersebut bervariasi antar kecamatan dan masih dijumpai kecamatan dengan prevalensi GAKY di atas 30% (daerah endemik berat). Dilaporkan dalam hasil survai pemetaan gondok 1998 yang telah dipublikasikan WHO tahun 2000, bahwa 18,8% penduduk hidup di daerah endemik ringan, 4,2% penduduk hidup di daerah endemik sedang, dan 4,5% penduduk hidup di daerah endemik berat. Diperkirakan pula sekitar 18,2 juta penduduk hidup di wilayah endemik sedang dan berat; dan 39,2 juta penduduk hidup di wilayah endemik ringan. Menurut jumlah kabupaten di Indonesia, maka diklasifikasikan 40,2% kabupaten termasuk endemik ringan, 13,5% kabupaten endemik sedang, dan 5,1% kabupaten endemik berat. Tahun 2003 dilakukan lagi survei nasional, yang dibiayai melalui Proyek IP-GAKY, untuk mengetahui dampak dari intervensi program penanggulangan GAKY. Dari hasil survei ini diketahui secara umum bahwa TGR pada anak sekolah masih berkisar 11,1%. Survei nasional evaluasi IP GAKY ini menunjukkan bahwa 35,8% kabupaten adalah endemik ringan, 13,1% kabupaten endemik sedang, dan 8,2% kabupaten endemik berat.Berdasarkan status yodium dalam urin (Urinary Iodine Exrection atau UIE), hasil survei tahun 2003 menunjukkan bahwa nilai rata-rata nasional UIE adalah 229 g/l. Berdasarkan nilai median UIE ini tidak ada provinsi yang tergolong kekurangan yodium (suatu daerah dinyatakan kurang yodium jika rata-rata UIE < 100g/l 3). Nilai median UIE terendah (rata-rata 110 g/l) adalah provinsi NTB dan tertinggi (rata-rata 337 g/l) adalah Provinsi Bangka-Belitung.Perubahan yang terjadi antara kedua survei tersebut menunjukkan bahwa untuk beberapa daerah endemik berat dan sedang telah terjadi perbaikan, namun munculnya daerah-daerah endemik berat, sedang dan ringan yang baru memerlukan kajian yang lebih mendalam dan penanganan yang lebih serius di masa depan, terutama berkaitan dengan nilai rata-rata UIE yang cukup baik.

A. Program Pemerintah1. Pegaraman di IndonesiaBerbeda dengan situasi di beberapa negara lain, pegaraman di Indonesia meliputi usaha skala kecil (luas rata-rata kepemilikan lahan kurang dari 1 Ha per pegaram), kecuali ladang garam milik PT Garam di Madura. Potensi lahan pegaraman tersebar di seluruh Indonesia, terkonsentrasi di 6 propinsi: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Teknologi pegaraman umumnya masih sederhana/tradisional dengan system kristalisasi total yang menghasilkan kualitas garam rendah, dengan kadar NaCl < 88% dan kandungan Ca dan Mg yang tinggi dan produktifitas lahan hanya sekitar 40-60 ton/Ha/musim. Di beberapa tempat lain digunakan teknologi garam masak di mana proses kristalisasi dilakukan dengan pembakaran dalam tungku. Uji coba pembangunan demplot pegaraman dengan sistem kristalisasi bertingkat di 7 kabupaten pada kelompok pegaram telah berhasil meningkatkan produktifitas sekitar 25-75% dan kualitas garam dengan kandungan NaCl mencapai 92%. Demplot juga telah direplikasikan ke 17 kabupaten. Setiap tahun diperkirakan kebutuhan garam konsumsi sebesar 1.025.000 ton untuk seluruh Indonesia. Kebutuhan tersebut dipenuhi dari garam rakyat. Apabila masih dianggap kurang, pemerintah memberikan ijin impor garam untuk konsumsi dan untuk kebutuhan lain non-konsumsi, dengan syarat yang sama dengan garam rakyat, yakni kewajiban meyodisasi garam konsumsi sebelum memasuki pasar.2. Industri Garam BeryodiumGaram beryodium merupakan salah satu produk yang wajib menerapkan SNI, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 1991 tentang Standar Nasional Indonesia dan SK Menteri Perindustrian No. 29/M/SK/2/1995 tentang Pengesahan SNI dan Penggunaan Tanda SNI secara wajib terhadap 10 (sepuluh) macam produk industri. Syarat mutu garam konsumsi beryodium SNI 01-3556.2-1994/Rev 2000 adalah kandungan KIO3 minimal 30 ppm. Saat ini terdapat 366 perusahaan garam beryodium dengan 40 merek, namun hanya 236 perusahaan yang menerapkan sistem manajemen mutu/SNI, dimana 196 perusahaan dibina pada tahun 1999-2002. Produksi garam beyodium digunakan untuk konsumsi rumah tangga dan aneka pangan dengan total kebutuhan lebih kurang 1.025.000 ton/tahun dan 85% perusahaan memproduksi garam beryodium yang memenuhi syarat. Perusahaan yang belum menerapkan SNI pada umumnya adalah industri kecil yang berada di sentra produksi yang perlu dibina sistem manajemen mutu, pelatihan teknik produksi dan bantuan peralatan mesin yodisasi garam. Hingga saat ini telah diberikan bantuan mesin yodisasi garam ke 44 kabupaten daerah sentra produksi garam rakyat.3. Distribusi Garam BeryodiumDistribusi garam beryodium dari perusahaan ke masyarakat, tergantung dari kemampuan produksi dan pemasaran dalam suasana pasar bebas. Perusahaan yang besar mampu melakukan distribusi antar pulau dan antar propinsi, sedangkan perusahaan menengah dan kecil hanya mampu memasarkan produknya dalam satu propinsi atau bahkan satu kabupaten/kota saja. Pemasaran akhir umumnya melalui pengecer formal (pasar besar, supermarket, toko bahan pangan), sampai dengan pengecer kecil di daerah perkotaan dan pinggiran kota. Sedang untuk pasar desa di daerah-daerah terpencil umumnya sulit terjangkau oleh distributor garam beryodium. Secara tradisional kebutuhan mereka dipenuhi distributor informal yang memasarkan garam krosok non-yodium. Beberapa pemerintah kabupaten/kota telah mengembangkan sistem distribusi garam beryodium melalui berbagai alternatif yang melibatkan PKK, LSM dan swasta. Hal lain yang memerlukan perhatian ialah pemalsuan dan penipuan kandungan yodium dalam garam. Berbagai survei kecil di beberapa kota menunjukkan masih banyak kemasan garam yang mengklaim mengandung yodium, namun kandungan KIO3 kurang dari 30 ppm sebagaimana dipersyaratkan.4. Konsumsi Garam BeryodiumSejak tahun 1995 sampai 2003 dilakukan survei konsumsi garam beryodium pada masyarakat secara terus menerus oleh Badan Pusat Statistik. Penilaian konsumsi garam tingkat rumah tangga dilakukan dengan membedakan kandungan yodium dalam garam dengan pemeriksaan uji garam yodium cepat (iodine rapid test). Hasil penilaian memperlihatkan prosentase rumah-tangga yang mengkonsumsi garam dengan kandungan yodium cukup (>=30 ppm), kurang (=30 ppm KIO3) adalah >90% secara ratarata nasional.b. Median Urinary Iodine Excretion (UIE) secara rata-rata nasional ialah:proporsi yang 90%, untuk SEMUA kabupaten/kota di Indonesiab. Median UIE di SEMUA kabupaten/kota di Indonesia ialah:proporsi yang