Thalassemia - Makalah Kelompok
description
Transcript of Thalassemia - Makalah Kelompok
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh kita memiliki suatu system yang sangat penting yaitu antara lain adalah system
peredaran darah. Jika system peredaran tubuh mengalami gangguan otomatis tubuh akan
mengalami gangguan juga yang sangat menggangu metabolism tubuh. Seperti kita keahui
darah memperdarahi semua organ dalam tubuh kita. Penyakit gangguan darah dapat
mengenai semua orang, mulai bayi baru lahir sampai dengan orang dewasa, baik laki-laki
maupun perempuan. Bisa merupakan penyakit congenital atau herediter dan juga di
dapat. Salah satu gangguan darah yang merupakan kelainan herediter atau keturunan yaitu
thalasemia. Thalasemia adalah gangguan terjadi kelainan pada gen-gen yang mengatur
pembentukan dari rantai globin.
1.2 Rumusan Masalah
Skenario yang didapatkan adalah sebagai berikut:
Seorang anak usia 4 bulan dibawa ke dokter dengan keluhan utama pucat sejak 2 bulan
yang lalu. Riwayat demam dan perdarahan tidak ada. Dengan keterangan tambahan kakak
pasien mendapat transfusi darah setip bulan, sejak usia 4 bulan.
Dari skenario tersebut dapat dirumuskan bahwa rumusan masalahnya adalah anak 4
bulan dengan keluhan pucat sejak 2 bulan yang lalu.
1.3 Tujuan
Mampu mengetahui pertanyaan-pertanyaan apa saja yang dapat ditanyakan pada
pasien maupun orangtua pasien yang berhubungan dengan masalah (keluhan) yang
dialami pasien.
Mengetahui pemeriksaan apa saja yang perlu dilakukan yang berhubungan dengan
keluhan yang dialami pasien.
Mampu menegakkan diagnosis sesuai dengan anamnesis dan pemeriksaan yang
dilakukan, serta mampu menentukan diagnosis bandingnya.
1
Mengetahui etiologi dan epidemiologi dari kelainan Thalasemia .
Mengetahui dan memahami patofisiologi Thalasemia.
Mampu mengetahui gejala klinis Thalasemia pada anak.
Mengetahui penatalaksanaan yang tepat untuk kelainan Thalasemia.
Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada Thalasemia.
Mengetahui pencegahan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah memiliki anak
dengan Thalasemia
Mampu mengetahui prognosis dari kelainan Thalasemia.
1.4 Hipotesis
Anak 4 bulan dengan keluhan pucat tersebut menderita Thalasemia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anamnesis
Pada kasus skenario ini pasien masih anak-anak, maka dapat dilakukan alloanamnesis pada
orang tuanya, hal-hal yang penting yang dapat ditanyakan, antara lain : 1
a. Keluhan utama : Pucat sejak 2 bulan yang lalu
b. Riwayat penyakit sekarang
- Apakah pucat nya saat tertentu atau terus menerus?
- Keluhan timbul karena anemia: pucat, gangguan nafsu makan, gangguan tumbuh
kembang dan perut membesar karena pembesaran lien dan hati. Pada umumnya
keluh kesah ini mulai timbul pada usia 6 bulan.
c. Riwayat persalinan dan perkembangan bayi
- Bagaimana proses persalinan? Normal atau Caesar?
- Bagaimana berat badan bayi ketika lahir?
Premature : dapat menyebabkan anemia pada bayi karena kekurangan besi ketika
lahir
- Bagaimana asupan gizi bayi sejak 0-4 bulan? Apakah pemberian asi nya teratur?
Pemberian kolostrum : Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari
pertama, kental dan berwarna kekuning-kuningan. Kolostrum mengandung
zat-zat gizi dan zat kekebalan yang tinggi.
Pemberian ASI saja/ ASI Eksklusif : Kontak fisik dan hisapan bayi akan
merangsang produksi ASI terutama pada 30 menit pertama setelah lahir. Pada
periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi. Perlu diingat
bahwa ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk
bayi dan ibu. Dengan menyusui akan terbina hubungan kasih sayang antara
ibu dan anak.
d. Riwayat penyakit dahulu
- Apakah bayi usia 0-4 bulan pernah mengalami suatu penyakit? Infeksi?
e. Riwayat keluarga
- Apakah Ibu menderita anemia? Kelainan penyakit darah?
3
- Apakah bayi lahir kembar? Bayi kembar dapat menyebabkan terjadi nya anemia
- Apakah di keluarga ada yang mengalami kelainan yang berhubungan dengan
darah?
f. Riwayat pengobatan
- Apakah saja obat yang ibu minum ketika mengandung?
Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung (aspirin, obat anti
inflamasi,dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam penyerapan zat
besi dan vitamin (antacid, pil KB, obat anti arthritis)
- Apakah bayi sudah berobat atau baru pertama kali ?
2.2 Pemeriksaan
2.2.1 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisis yang dapat ditemukan pada pasien dengan kelainan thalasemia : 2
- Pucat
- Bentuk muka mongoloid (facies Cooley)
- Dapat ditemukan ikterus
- Gangguan pertumbuhan
- Splenomegali dan hepatomegali yang menyebabkan perut membesar
Sedangkan pada pemeriksaan fisik pada pasien dengan anemia defisiensi besi : 2
- Pucat pada muka,kuku,mukosa bibir,konjungtiva okular
- Papil lidah atrofi
- Splenomegali dan hepatomegali tidak membesar
2.2.2 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksan Penunjng yang dapat dilakukan, antara lain : 3
1. Darah tepi :
Hb rendah dapat sampai 2-3 g%
Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik hipokromik, sel target,
anisositosis berat dengan makroovalositosis, mikrosferosit, polikromasi,
basophilic stippling, benda Howell-Jolly, poikilositosis dan sel target.
Gambaran ini lebih kurang khas.
4
Retikulosit meningkat.
2. Sumsum tulang (tidak menentukan diagnosis) : 3
Hiperplasi sistem eritropoesis dengan normoblas terbanyak dari jenis
asidofil.
Granula Fe (dengan pengecatan Prussian biru) meningkat. Pada anemia
defisiensi besi tidak ditemukan Fe dalam sumsum tulang.
3. Pemeriksaan khusus : 3
Hb F meningkat : 20%-90% Hb total
Elektroforesis Hb : hemoglobinopati lain dan mengukur kadar Hb F.
Pemeriksaan pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia mayor
merupakan trait (carrier) dengan Hb A2 meningkat (> 3,5% dari Hb total).
Pemeriksaan lain (Radiologi) :
Foto Ro tulang kepala : gambaran hair on end, korteks menipis, diploe
melebar dengan trabekula tegak lurus pada korteks.
Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang : perluasan sumsum tulang
sehingga trabekula tampak jelas.
Membedakan thalasemia dan anemia defisiensi besi 4
Thalasemia : Serum Iron meningkat dan TIBC menurun sampai 0.
Defisiensi besi : Serum iron besi rendah, Total Iron Binding Capacity (TIBC)
meningkat.
Pemeriksaan TIBC dilakukan untuk mengetahui jumlah transferin yang berada
dalam sirkulasi darah.
2.3 Diagnosis
2.3.1 Diagnosis Kerja
Thalassemia adalah sekelompok heterogen anemia hipopkromik herediter dengan
berbagai derajat keparahan. Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan
(inherited) dan masuk ke dalam kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang
disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin akibat mutasi di dalam atau dekat gen
globin.5 Mutasi gen globin ini dapat menimbulkan dua perubahan rantai globin, yakni:
a. Perubahan struktur rangkaian asam amino (amino acid sequence) rantai globin
tertentu, disebut hemoglobinopati struktural, atau
5
b. Perubahan kecepatan sintesis (rate of synthesis) atau kemampuan produksi rantai
globin tertentu, disebut thalassemia. 5
Pendekatan Diagnosis
Riwayat penderita dan keluarga sangat penting dalam mendiagnosis thalassemia,
karena pada populasi dengan ras dan etnik tertentu terdapat frekuensi yang tinggi jenis
gen abnormal thalassemia yang spesifik. Pemeriksaan fisik mengarahkan ke diagnosis
thalassemia, bila dijumpai gejala dan tanda pucat yang menunjukkan anemia, ikterus
yang menunjukkan hemolitik, splenomegali yang menunjukkan adanya penumpukan
(pooling) sel abnormal, dan deformitas skeletal, terutama pada thalassemia- yang
menunjukkan ekpansi rongga sumsum tulang, pada thalassemia mayor. 2,5
Penderita sindrom talassemia umumnya menunjukkan anemia mikrositik
hipokrom. Kadar hemoglobin dan hematokrit menurun, tetapi hitung jenis eritrosit
biasanya secara disproporsi relatif tinggi terhadap derajat anemia, yang menyebabkan
MCV yang sangat rendah. MCHC biasanya sedikit menurun. Pada thalassemia mayor
yang tidak diobati, relative distribution width (RDW) meningkat karena anisosotosis
yang nyata. Namun, pada thalassemia minor RDW biasanya normal; hal ini
membedakannya dengan anemia defisiensi besi. Elektroforesis dengan selulosa asetat
pada pH basa penting untuk menapis diagnosis hemoglobin H, Bart’s, Constrant Spring,
Lepore, dan variasi lainnya. 2,5
2.3.2 Diagnosis Banding
1. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan masalah defisiensi gizi tersering pada
anak di seluruh dunia terutama di negara sedang berkembang, termasuk juga
Indonesia. Penyakit yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh
penderita, adalah salah satu masalah gizi yang menonjol di Indonesia selain
Kekurangan Kalori-Protein, Defisensi Yodium dan vitamin A. Kebutuhan zat
besi untuk anak dan balita dapat dilihat pada tabel 1. 6
Tabel 1. Kebutuhan zat besi anak & balita 6
Umur Kebutuhan
0 – 6 bulan 3 mg
6
7 – 12 bulan 5 mg
1 – 3 tahun 8 mg
4 – 6 tahun 9 mg
Anemia defisiensi besi pada bayi dan anak dapat disebabkan : 6
Pengadaan zat besi yang tidak cukup
Cadangan zat besi pada waktu lahir tidak cukup, karena berat lahir rendah,
lahir kurang bulan, lahir kembar, waktu ibu mengandung menderita anemia
kekurangan zat besi yang berat, dan fetus kehilangan darah pada saat atau
sebelum persalinan, seperti adanya sirkulasi fetus ibu dan perdarahan
retroplasesta
Absorbsi kurang, karena Diare menahun, Sindrom malabsorbsi, Kelainan
saluran pencernaan, Kebutuhan akan zat besi meningkat untuk pertumbuhan,
terutama pada lahir kurang bulan dan pada saat akil balik, Kehilangan darah
Perdarahan yang bersifat akut maupun menahun, misalnya pada poliposis
rektum, divertkel Meckel
Infestasi parasit, misalnya cacing tambang.
Gejala yang paling sering ditemukan pada anemia defisiensi besi pada anak
adalah pucat yang berlangsung lama (kronis) dan dapat ditemukan gejala
komplikasi seperti : lemas, tidak nafsu makan, rewel, mudah lelah, mudah infeksi
karena menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi, ketidakmampuan tubuh
untuk mempertahankan suhu tubuh normal, gangguan prestasi belajar dan
gangguan perilaku. 6
2.4 Etiologi
Sindrom talasemia akibat tidak adanya sintesis satu atau lebih rantai polipeptida
globin yang bergabung membentuk hemoglobin. Sindrom thalassemia-α biasanya
disebabkan oleh delesi satu gen globin atau lebih. Thalassemia- dapat juga karena
delesi gen, tetapi lebih lazim merupakan akibat kelainan pembacaan atau pemrosesan
DNA. Pada tingkat molekular, sekurang-kurangnya diketahui 100 mutasi yang
mengakibatkan kelainan ini. Mutasi ini dapat mengurangi produksi atau mengubah
pemrosesan mRNA. Cara lain pergeseran kerangka atau mutasi nonsense dapat
7
menggambarkan mRNA nonfungsional. Pada tingkat fenotip, tidak dibuat -globin
(thalassemia-0) atau pengurangan jumlah -globin. normal yang dihasilkan
(thalassemia-+). Hanya rantai globin normal yang dihasilkan pada kelainan ini, tetapi
ada bentuk thalassemia tidak biasa lain yang secara struktural disintesis rantai globulin
abnormal. 7
2.5 Epidemiologi
Gen thalassemia sangat luas tersebar, dan kelainan ini diyakini merupakan penyakit
genetik manusia yang paling prevalen. Distribusi utama meliputi daerah-daerah
perbatasan Laut Mediterania, sebagian besar Afrika, Timur Tengah, sub-benua India,
dan Asia Tenggara. Dari 3- 8% orang Amerika keturunan Itali atau Yunani dan 0,5%
dari kulit hitarn Amerika membawa gen untuk thalassemia. Di beberapa daerah Asia
Tenggara sebanyak 40% dari populasi mempunyai satu atau lebih gen thalassemia.
Daerah geografi di mana thalassemia merupakan prevalen yang sangat paralel dengan
daerah di mana Plasmodium falciparum dulunya merupakan endemik. Resistensi
terhadap infeksi malaria yang mematikan pada pembawa gen thalassemia agaknya
menggambarkan kekuatan selektif yang kuat yang menolong ketahanan hidupnya pada
daerah endemik penyakit ini.8
2.5 Patofisiologi dan Manifestasi Klinis
Pada thalassemia-β, dimana terdapat penurunan produksi rantai β, terjadi produksi
berlebihan rantai α. Produksi rantai globin α, di mana pasca kelahiran masih tetap
diproduksi rantai globin α2ã2 (HbF), tidka mencukupi untuk mengkompensasi defisiensi
α2β2 (HbA). Hal ini menunjukkan bahwa produksi rantai globin β dan rantai globin α
tidak pernah dapat mencukupi unutk mengikat rantai α yang berlebihan. Rantai α yang
berlebihan ini merupakan ciri khas pada patogenesis thalassemia-β. 5,7
Rantai α yang berlebihan, yang tidak dapat berikatan dengan rantai globin lainnya,
akan berpresipitasi pada prekursor sel darah merah dalam sumsum tulang dan dalam sel
progenitor dalam darah tepi. Presipitasi ini akan menimbulkan gangguan pematangan
prekursor eritroid dan eritropoiesis yang tidak efektif (inefektif), sehingga umur eritrosit
menjadi pendek. Akibatnya, timbul anemia. Anemia ini lebih lanjut lagi akan menjadi
pendorong (drive) proliferasi eritroid yang terus menerus (intens) dalam sumsum tulang
8
yang inefektif, sehingga terjadi ekspansi sumsum tulang. Hal ini kemudian akan
menyebabkan deformitas skeletal dan berbagai gangguan pertumbuhan dan
metabolisme. Anemia kemudian akan ditimbulkan lagi (exacerbated) dengan adanya
hemodilusi akibat adanya hubungan langsung (shunting) darah akibat sumsum tulang
yang berekspansi dan juga oleh adanya splenomegali. Pada limpa yang membesar makin
banyak sel darah merah abnormal yang terjebak, untuk kemudian akan dihancurkan oleh
sistem fagosit. Hiperplasia sumsum tulang kemudian akan meningkatkan absorpsi dan
muatan besi. Hal ini akan menyebabkan penimbunan besi yang progresif di jaringan
berbagai organ, yang akan diikuti kerusakan organ dan diakhiri dengan kematian, bila
besi ini tidak segera dikeluarkan. 5,7
Thalassemia
a. Thalassemia-0 Homozigot (Anemia Cooley, Thalassemia Mayor)
Manifestasi Klinis. Thalassemia-0 homozigot biasanya menjadi bergejala
sebagai anemia hemolitik kronis yang progresif selama 6 bulan kedua kehidupan.
Transfusi darah regular diperlukan pada penderita ini untuk mencegah kelemahan
yang amat sangat dan gagal jantung yang disebabkan oleh anemia. Tanpa transfusi
harapan hidup tidak lebih dari beberapa tahun. Pada kasus yang tidak diterapi atau
pada penderita yang jarang menerima transfusi pada waktu anemia berat, terjadi
hipertrofi jaringan eritropoetik di sumsum tulang maupun di luar sumsum tulang.
Tulang-tulang menjadi tipis dan fraktur patologis mungkin terjadi. Ekspansi masif
sumsum tulang di muka dan tengkorakmenghasilkan wajah yang khas. Pucat,
hemosiderosis, dan ikterus sklera biasanya ada, dan batu empedu bilirubin dapat
terbentuk pada remaja sebagai akibat hemolisis kronis dan hiperbilirubinemia. Limpa
dan hati membesar karena hematopoiesis ekstramedular dan hemosiderosis. 4,5
Temuan Laboratorium. Kelainan morfologi eritrosit pada penderita
thalassemia-0 homozigot yang tidak ditransfusi adalah ekstrem.Pemeriksaan darah
menunjukkan anemia hipokromik dan biasanya mikrositik. Timbul mikrosit yang
berubah bentuk, sel target, bintik basofilik dan kadang-kadang makrosit. Jumlah
retikulosit, walaupun meningkat, jarang melebihi 5%. Sejumlah besar eritrosit yang
berinti ada di darah tepi, terutama setelah splenektomi. Kadar Hb turun secara cepat
menjadi kurang dari 5 g/dL kecuali jika transfusi diberikan. Kadar bilirubin serum
tidak terkonjugasi meningkat. Kadar serum besi tinggi, dengan saturasi kapasitas
9
pengikat-besi. Gambaran biokimiawi yang nyata adalah adanya kadar HB F yang
sangat tinggi dalam eritrosit. 5,7
b. Thalassemia- Intermedia
Ekspresi gen homozigot thalassemia (+) menghasilkan sindrom mirip-anemia
Cooley yang kurang berat ("thalassemia intermedia"). Deformitas skelet dan
hepatosplenomegali timbul pada penderita ini, tetapi kadar Hb mereka biasanya
bertahan pada 6-8 g/dL tanpa transfusi. Bagaimanapun, mereka dapat berkembang
menderita hemosiderosis hebat, disebabkan karena absorpsi besi gastrointestinal yang
sangat meningkat. Namun kadang-kadang, perjalanan klinis dapat lebih ringan
daripada perjalanan klinis thalassemia- mayor, walaupun data genetik menunjukkan
bahwa penderita-mempunyai talasemia homozigot. 5,7
Beberapa Hb yang abnormal secara struktural menghasilkan perubahan
hematologis mirip-thalassemia- dan, bila ada dalam kombinasi dengan gen
thalassemia- juga menycbabkan sindrom thalassemia intermedia. 5,7
Kedua orang tua biasanya ditemukan menderita mikrositosis dan bukti adanya
ciri thalassemia- pada elektroforesis hemoglobin. Perjalanan klinis yang lebih ringan
pada penderita ini biasanya karena pewarisan homozigot gen talasemia yang lebih
ringan, seperti thalassemia-, atau karena pewarisan heterozigot ganda dari satu gen
talasemia berat dan satu yang ringan. Pewarisan homozigot dua gen talasemia berat
dapat dikurangi dengan pewarisan bersama gen tambahan untuk thalassemia-α;
walaupun sintesis rantai globin total lebih rendah daripada penderita dengan
thalassemia- homozigot, ketidakseimbangan lebih kecil antara produksi rantai α- dan
-globin dan karena itu, pembentukan benda-inklusi kurang dan hemolisis kurang. 5,7
c. Thalassemia- Heterozigot (Thalassemia Minor/Ciri Bawaan)
Sejumlah kelainan sintesis rantai -globin yang berbeda secara genetik dapat
menghasilkan gambaran klinis thalassemia minor. Derajat penekanan sintesis rantai -
globin normal dan jumlah sisa sintesis rantai-γ tampak merupakan penentu yang
penting terhadap keparahan heterozigot Harapan hidup pada talasemia- minor
normal. 5,7
Adanya thalassemia biasanya dapat dibedakan pada heterozigot dengan penentuan
hemoglobin A2 dan F kuantitatif, darah lengkap dengan indeks eritrosit dan
pewarnaan benda inklusi eritrosit. Tidak mungkin pemeriksaan sintesis in vitro untuk
membedakan ciri thalassemia-0, tidak adanya rantai-yang disintesis, dari ciri
thalassemia-+, dengan beberapa rantai-disintesis. Namun, kedua orang tua mungkin
10
mempunyai bentuk 0 ciri thalassemia jika keturunan homozigot secara total tidak
mampu mensintesis rantai-. Sebaliknya, jika gen thalassemia- diwariskan bersama
kelainan struktural rantai-, seperti hemoglobin sel sabit, setiap hemoglobin A yang
muncul harus berasal dari lokus gen -globin thalassemia dan menunjukkan
adanyathalassemia-+. Tidak adanya hemoglobin A pada kelompok ini sesuai dengan
thalasemia-0. 5,7
Pada penyakit ini ditemukan eritrosit adalah mikrositik hipokromik dengan
poikilositosis, ovalositosis, dan sering bintik-bintik basofil. Sel target mungkin juga
ada tetapi biasanya tidak mencolok dan tidak spesifik untuk thalassemia. MCV
rendah, kira-kira 65 fL, dan MCH juga rendah (<26 pg). Penurunan ringan pada
ketahanan hidup eritrosit juga dapat diperlihatkan, tetapi tanda hemolisis biasanya
tidak ada. Kadar besi serum normal atau meningkat.5,7
Individu dengan ciri (trait) thalassemia sering didiagnosis salah sebagai anemia
defisiensi besi dan mungkin diberi terapi yang tidak tepat dengan preparat besi selama
waktu yang panjang.1,11 Lebih dari 90% individu dengan trait thalassemia-
mempunyai peningkatan diagnosis Hb A2 yang berarti (3,4-7%). Kira-kira 50% dari
individu ini juga mempunyai sedikit kenaikan Hb F. sekitar 2-6%. 5,7
Pada satu kelompok kecil kasus yang benar-benar khas, dijumpai Hb A2normal
dengan kadar Hb F berkisar dari 5% sampai 15%, yang mewakili thalassemia tipe δ.
Bentuk "silent carrier" thalassemia- tidak menimbulkan kelainan yang dapat
diperlihatkan pada individu heterozigot, tetapi gen untuk keadaan ini, jika diwariskan
bersama-sama dengan gen untuk thalassemia-0, menghasilkan sindrom thalassemia
intermedia. 5,7
d. Sindrom Thalassemia- Lainnya
Tipe defek delesi yang langka, yang menyangkut gen globin-γ. globin-δ, dan
globin- menghasilkan gambaran klinis mirip dengan pada trait thalassemia δ pada
individu heterozigot. Namun, pada masa neonatus, defek ini nyata ditandai oleh
penyakit anemia hemolitik dengan mikrositosis, normo-blastemia, dan splenomegali.
Proses hemolitik sembuh sendiri (self limited), tetapi transfusi suportif mungkin
diperlukan. 5,7
Thalassemia-α
Delesi gen globin-α menyebabkan sebagian besar kelainan ini. Terdapat empat gen
globin-α pada individu normal, dan empat bentuk thalassemia-α yang berbeda telah
11
diketahui sesuai dengan delesi satu, dua, tiga, atau semua empat gen ini. Delesi gen
globin-α tunggal menghasilkan pengidap tenang fenotipe thalassemia-α (silent carrier).
Biasanya tidak ada abnormalitas hematologi yang nyata, kecuali mikrositosis ringan.
Individu yang kekurangan dua gen globin-α memperlihatkan gambaran pengemban
bakat thalassemia-α, dengan anemia mikrositik ringan. Pada bayi baru lahir yang
terkena, sejumlah kecil Hb Barts (γ4) dapat ditemukan pada elektroforesis Hb. Lewat
umur satu bulan, Hb Barts tidak lagi terlihat, dan kadar Hb A2 dan Hb F secara khas
normal. Delesi tiga dari empat gen globin-α terkait dengan sindrom mirip-thalassemia
intermedia, penyakit Hb H. Anemia mikrositik pada keadaan ini disertai dengan
morfologi eritrosit yang abnormal. 4,6
Bentuk thalassemia-α yang paling berat, disebabkan oleh delesi semua gen globin-α,
disertai dengan tidak ada sintesis rantai sama sekali. Karena Hb F, Hb A, dan Hb A2
semuanya mengandung rantai α, maka tidak satupun dari Hb ini terbentuk. Hb Barts (γ4)
merupakan sebagian besar dari Hb pada bayi yang menderita, dan karena γ4 mempunyai
afinitas oksigen yang tinggi, maka bayi-bayi itu mengalami hipoksia berat. Eritrositnya
juga mengandung sejumlah kecil Hb embrional normal (Hb Portland = ζ2γ2), yang
benungsi sebagai pengangkut oksigen. Kebanyakan dari bayi-bayi ini lahir mati dan
kebanyakan dari bayi yang lahir hidup meninggal dalam waktu beberapa jam. Tipe-tipe
gen thalassemia-α bervariasi antar populasi, dan perbedaan ini menentukan sindrom
thalassemla-α yang pre-dominan pada kelompok populasi tertentu. 4,6
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada anak dengan kelainan thalasemi, adalah :
1. Medikamentosa 6
Pemberian iron chelating agent (desferoxamine): diberikan setelah kadar feritin
serum sudah mencapai 1000 g/l atau saturasi transferin lebih 50%, atau sekitar
10-20 kali transfusi darah. Desferoxamine, dosis 25-50 mg/kg berat badan/hari
subkutan melalui pompa infus dalam waktu 8-12 jam dengan minimal selama 5
hari berturut setiap selesai transfusi darah.
Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi, untuk meningkatkan
efek kelasi besi.
Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat.
12
Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang umur
sel darah merah.
2. Bedah : Splenektomi, dengan indikasi: 6
limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan
peningkatan tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya ruptur
hipersplenisme ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfusi darah atau
kebutuhan suspensi eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg berat badan dalam satu
tahun.
3. Suportif
Transfusi darah : Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl. Dengan
kedaan ini akan memberikan supresi sumsum tualang yang adekuat, menurunkan
tingkat akumulasi besi, dan dapat mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan
penderita. Pemberian darah dalam bentuk PRC (packed red cell), 3 ml/kg BB untuk
setiap kenaikan Hb 1 g/dl. 4
2.8 Pencegahan
Tidak ada pengobatan definitif yang tersedia dengan luas untuk thalassemia,
penekanan utama telah ditempatkan pada penapisan populasi yang berisiko agar dapat
diberikan konseling genetik. Diagnosis prenatal dengan menggunakan cairan amnion,
biopsi vilikofionik, atau darah janin tersedia luas, dan bila digunakan, sangat mengurangi
insiden kasus baru thalassemia, terutama thalassemia- mayor. Penapisan pembawa sifat
thalassemia- lebih berdaya guna bila dikerjakan dengan penilaian indeks sel darah
merah. Individu dengan MCV dan MCH yang rendah dinilai konsentrasi HbA2-nya. 8
Di Indonesia program pencegahan thalassemia-mayor telah dikaji oleh Departemen
Kesehatan melalui program "health technology assesment" (HTA), di mana beberapa
butir rekomendasi, sebagai hasil kajian, diusulkan dalam program prevensi thalassemia,
termasuk tekhnik dan metoda uji saring laboratorium, strategi pelaksanaan dan aspek
medikolegal, psikososial, dan agama. 8
2.9 Prognosis
Thalasemia homozigot umumnya meninggal pada usia muda dan jarangmencapai usia
dekade ke-3, walaupun digunakan antibiotik untuk mencegah infeksidan pemberian
13
chaleting agents untuk mengurangi hemosderosis (harganya punsangat mahal, pada
umumnya tidak terjangkau oleh penduduk negara berkembang). Thalasemia minor (trait)
dan thalasemia beta HbE yang umumnya mempunyai prognosis baik dan dapat hidup
seperti biasa. 4
2.10 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada thalassemia intermedia dapat diakibatkan oleh proses
penyakitnya atau oleh pengobatannya. Pertumbuhan lambat terutama, akibat kegagalan
maturasi tulang, terutama selama tahun-tahun remaja. Maturasi seksual juga terlambat,
atau tidak ada dan hipogonadisme lazim pada anak laki-laki dan perempuan. Kelainan
pertumbuhan dan perkembangan ini diduga akibat hemosiderosis transfusi bukannya
talasemia. Namun pertumbuhan tinggi dan berat badan cukup normal selama umur 4-5
tahun pertama pada anak yang ditransfusi secara teratur dan perkembangan intelektual
normal. 8,9
Kematian pada sebagian besar penderita yang ditransfusi secara teratur dianggap
berasal dari kelebihan besi. Penyerapan besi saluran cerna meningkat sebagai akibat
anemia hemolitik kronis. Lagi pula, terjadi peningkatan beban besi tubuh yang progresif
sekitar 250 mg pada setiap unit darah yang ditransfusikan (besi tubuh total 3,5 g pada
laki-laki dewasa normal). Akumulasi besi menyebabkan penggelapan kulit karena
melanin dan besi diendapkan di dermis. Akumulasi besi pada jaringan lain, terutama
hati, pankreas, kelenjar endokrin, dan jantung, dapat mengakibatkan fibrosis dan
kerusakan organ permanen. Diabetes melitus, insufisiensi hati, dan gangguan kelenjar
endokrin dapat terjadi. Komplikasi yang paling serius adalah gagal jantung yang sering
mematikan yang mengikuti aritmia atrium dan ventrikel yang aneh pada beberapa remaja
dan dewasa muda. 8,9
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
14
Berdasarkan pembahasan diatas maka keluhan pucat yang dialami anak tersebut
disebabkan karena anak tersebut menderita kelainan Thalasemia. Hal itu dipertegas
karena adanya riwayat penderita lainnya didalam keluarga nya (kakaknya). Namun,
untuk menyimpulkan lagi thalassemia jenis apa, perlu pemeriksaan lanjutan yang
lebih lengkap dan terarah. Sehingga dengan begitu dapat ditentukan
penatalaksanaannya demi kebaikan pasien.
Daftar Pustaka
1. Hartono A. Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan Bates. Terjemahan.
Lynn SB. Bates’ guide to physical examination & history taking. Edisi ke-8. Jakarta:
EGC ; 2009.
15
2. Bradley J,Wayne D,Rubenstein D. Kedokteran klinis. Edisi Keenam. Jakarta :
Penerbit Erlangga ; 2008.
3. Permono B, Ugrasena IDG. Buku Ajar Hematologi Anak. Jakarta : Penerbit Sagung
Seto ; 2005.
4. Schwartz WM. Pedoman klinis pediatric. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC ;
2005.h.
5. Honig GR. Kelainan Hemoglobin dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Nelson;
editor Richard E. Behrnab, et all; Alih bahasa, A. Samik Wahab; editor bahasa
Indonesia, A. Samik Wahab, et all. Edisi ke-15. Volume ke-2. Jakarta: EGC, 2000. h.
402-20
6. Haws SP, Asuhan neonatus rujukan cepat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC ;
2003.
7. Mentzer WC. Talasemia dalam Buku Ajar Pediatrik Rudolf; editor, Abraham M.
Rudolph, et all; alih bahasa, A. Samik Wahab, Sugiarto; editor bahasa Indonesia,
Natalia Susi, et all. Ed.20 Vol.2. Jakarta: EGC, 2006. h. 1331-34
8. Mehta AB, Hoffbrand AV. Anemia dalam Buku At a Glance Hematologi; alih bahasa,
Rahmalia Annisa; editor, Safitri Amalia. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005. h.18-25
9. Hoffbrand AV, Pettit JE, Moss PAH. Kelainan Genetik pada Hemoglobin Dalam
Kapita Selekta Hematologi (Essentials of Hematology). Alih bahasa, Lyana Setiawan;
editor bahasa Indonesia, Dewi Asih Mahanani. Ed.4. Jakarta: EGC; 2005.h. 431-38.
16