Makalah Fraktur Lansia

34
MAKALAH MODUL GERONTOLOGI MEDIK Kelompok III Seorang Nenek Mengerang Kesakitan pada Panggul Kanannya 030.05.091 Fanny Febriani 030.06.134 Juliana Sie 030.06.230 Rudy Adiputra 030.07.010 Adri Dwi Anggayana 030.07.042 Bastian 030.07.065 Diba Anindhita Nandawardhani 030.07.090 Fauziah 030.07.127 Juliana 030.07.162 Mega Permata 030.07.184 Nidia Putri Cintami 030.07.206 Putri Inda 030.07.241 Shoffy Ursila Baihaqi 030.07.262 Victhoria A. Paragaye 030.07.284 Abd Hafeez AB bin ABD Moh R 030.07.304 Muhammad Afiq bin Mansor 030.07.324 Nur Hafizah binti Mansor 030.07.344 Ukim bin Antiko

description

Makalah Fraktur Lansia

Transcript of Makalah Fraktur Lansia

Page 1: Makalah Fraktur Lansia

MAKALAH MODUL GERONTOLOGI MEDIK

Kelompok III

Seorang Nenek Mengerang Kesakitan pada Panggul Kanannya

030.05.091 Fanny Febriani

030.06.134 Juliana Sie

030.06.230 Rudy Adiputra

030.07.010 Adri Dwi Anggayana

030.07.042 Bastian

030.07.065 Diba Anindhita Nandawardhani

030.07.090 Fauziah

030.07.127 Juliana

030.07.162 Mega Permata

030.07.184 Nidia Putri Cintami

030.07.206 Putri Inda

030.07.241 Shoffy Ursila Baihaqi

030.07.262 Victhoria A. Paragaye

030.07.284 Abd Hafeez AB bin ABD Moh R

030.07.304 Muhammad Afiq bin Mansor

030.07.324 Nur Hafizah binti Mansor

030.07.344 Ukim bin Antiko

FAKULTAS KEDOKTERAN TRISAKTI

Senin, 2 November 2009

Page 2: Makalah Fraktur Lansia

BAB I

PENDAHULUAN

Salam sejahtera dan rasa terima kasih kami ucapkan kepada seluruh dosen Fakultas atas

bimbingan yang telah diberikan kepada Mahasiswa dan Mahasiswi Fakultas Kedokteran

Universitas Trisakti.

Kami telah melaksanakan diskusi kasus dengan topik pembahasan nyeri panggul kanan

pada wanita lansia. diskusi telah dilaksanakan sebanyak 2 sesi. Sesi pertama dilaksanakan pada

hari Rabu 28 Oktober 2009 pukul 08.00 dan Sesi kedua dilaksanakan pada hari Kamis 29

Oktober 2009 pukul 10.00 dengan dosen pembimbing Dr. Anthony R. Widjaja, Sp.B. Diskusia

dipimpin Ukim bin Antiko sebagai ketua dan Nidia Putri sebagai sekretraris.

Diskusi berjalan cukup lancar, seluruh peserta diskusi aktif dan berpatisipasi dalam

menjawab dan member informasi yang berkaitan dengan topik diskusi. Dr. Anthony R. Widjaja,

Sp.B juga sangat membantu kami untuk berpikir sistematis dalam menghadapi pertanyaan

pertanyaan pada kasus diskusi.

.

Page 3: Makalah Fraktur Lansia

BAB II

LAPORAN KASUS

Seorang nenek mengerang kesakitan pada panggul kanannya, diantar oleh keluarganya ke

UGD dengan tandu ambulans posisi baring terlentang, sang nenek sering mengerang kesakitan

sambil memegangi panggul kanannya. Pasien diantar cucunya ( laki laki ), mahasiswa semester

satu.

Identitas Pasien :

Nama : Ny. Ratu Sanasini

Usia : 70 tahun

Status : Janda ( suami meninggal 10 tahun yang lalu )

Alamat : Jl. Rawabunga 234 Pluit Jakarta ( tinggal bersama cucu dan pembantu )

Riwayat Penyakit Sekarang

Kira kira 1 jam lalu mendengar nenek menjerit kesakitan akibat jatuh duduk saat

menuruni tangga rumah, kebiasaan nenek menyirami pot bunga di halaman.

Nenek tidak mampu berdiri dan tidak mau dibantu untuk berdiri. Malah merebahkan

badan, mengerang kesakitan yang ditunjukkan di panggul kanan.

Belakangan nampak bila berjalan tidak lincah lagi, langkahnya pendek pendek dan

badannya agak membungkuk

Sering mengeluh pusing dan pelupa, ini dimungkinkan karena tidurnya sangat kurang

Page 4: Makalah Fraktur Lansia

Riwayat Penyakit Dahulu

Setelah kakek meninggal, nenek sering berdiam diri dan banyak berbaring di kamar dan

Nampak murung, tidak melakukan aktivitas sehari hari seperti biasanya. Tak ada lagi

aktivitas sosial maupun olah raga.

Nenek mengalami kesulitan untuk makan, karena tidak mau memakai gigi palsunya.

Badannya makin kurus dan tampak cepat tua.

Sering minta dipanggilkan tukang urut karena badannya sering merasa pegal dan kaku,

punggung sakit, cepat lelah.

Nenek tidak mau meminum obat yang diberikan oleh dokter

Tidak pernah jatuh

Tidak pernah stroke maupun menderita penyakit yang berat.

Tidak merokok/ mengunyah tembakau

Tidak minum alcohol, obat obatan maupun jamu

Gemar makan seafood ( terutama kerang dan cumi cumi )

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Dalam posisi baring terlentang, tampak sangat menderita, sebentar sebentar

memegangi panggul kanannya, seraya mengaduh kesakitan dengan sikap

terpaksa tungkai kanannya sedikit fleksi dan sedikit eksorotasi.

Pernafasan : Adekuat 20 x/menit

Tekanan Darah : 160/90 mmHg ( hipertensi grade II )

Suhu : 36,8º C

Badan kurus, postur tubuh kifotik, kulit tampak keriput agak kering banyak pigmentasi.

Page 5: Makalah Fraktur Lansia

Rambut uban banyak rontok

Mata agak cekung, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, arkus senilis +/+, kaca

mata +/+

Gigi palsu tidak dipasang

Toraks tidak ada kelainan, batas jantung normal.

Paru vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Abdomen soepel, hepar/lien/buli tidak teraba. bising usus normal.

Perabaan tulang belakang dari bawah tak ditemukan deformitas (kecuali kifotik), tidak

jelas adanya nyeri lokal maupun aksial.

Ekstremitas atas : tidak ada kelainan

Ekstemitas bawah : tampak sikap terpaksa tungkai kanan agak fleksi dan sedikit

eksorotasi, tak ada gerakan aktif. Tungkai kiri posisi normal dengan gerak aktif normal.

Status Lokalis Panggul Kanan: paha sedikit fleksi dan eksorotasi, tak tampak

jejas/memar, tidak teraba pembengkakan/hematom. NT di inguinal dan gluteal teraba

lebih hangat, tak ada gerakan aktif sendi panggul (tak mampu mengangkat maupun fleksi

tungkai), tak ada tanda tanda gangguan vaskular maupun neurologis tungkai kanan.

Masalah yang di hadapi pasien

Sakit panggul kanan : hal ini menjadi alasan utama pasien datang ke UGD, pasien juga

mengerang kesakitan sambil memegang panggul kanannya.

Tidak dapat berjalan : hal ini terlihat dari kondisi pasien yang datang ke UGD dengan

tandu ambulans.

Page 6: Makalah Fraktur Lansia

Patofisiologi Kondisi Pasien

Faktor Resiko 1 : Postmenopause estrogen berkurang ( estrogen merupakan regulator

pertumbuhan dan homeostasis tulang ) gangguan absorpsi kalsium resorpsi tulang

meningkat osteoporosis tulang rapuh jatuh terduduk fraktur panggul kanan

nyeri panggul kanan

Faktor Resiko 2 : Depresi ( rasa sedih yang berkepanjangan akibat suaminya meninggal )

hilang gairah hidup kurang nafsu makan nutrisi tidak seimbang tubuh lemah

hilang konsentrasi/pusing jatuh terduduk fraktur panggul kanan nyeri

Kondisi Patologi Pencetus kondisi patologi yang ditemukan pada pasien

Trauma Pasien terjatuh duduk ketika hendak menuruni

tangga dirumahnya

Pasien merasa nyeri di panggul kananya

Degeneratif Pada wanita postmenopause kondisi tulang yang

lemah dapat menjadi penyebab mudah terjatuh

akibat osteoporosis

Imobilisasi Pasien sering berdiam diri, banyak berbaring di

kamar, tidak melakukan aktivitas sehari hari.

Sistem musculoskeletal yang lemah, sehingga

pasien tidak berdaya untuk banyak beraktivitas

Fraktur Vertebra Sering terjadi pada wanita postmenopause

Nyeri yang terus menerus (intermitten)

Postur tubuh kifosis torakal

Page 7: Makalah Fraktur Lansia

Informasi tambahan yang dibutuhkan :

Bagaimana kronologi sehingga terjadinya keadaan sakit panggul kanan pada pasien ?

Seperti apa sifat nyeri yang sedang dirasakan pasien? dan apa saja hal hal yang menjadi

pencetus terjadinya nyeri ?

Bagaimana asupan gizi pasien ?

( ini perlu ditanyakan, mengingat riwayat pasien yang susah untuk makan dan tidak mau

menggunakan gigi palsunya. dikhawatirkan pasien mengalami malnutrisi yang dapat

menyebabkan tubuh pasien lemas, mudah pusing sehingga mudah terjatuh. selain itu

malnutrisi juga dapat menjadi pencetus timbulnya penyakit akibat imunitas yang

menurun )

Bagaimana kondisi lingkungan pasien ?

( di khawatirkan kondisi lingkungan pasien dapat membahayakan, misalnya keadaan

ruangan yang gelap sedangkan kondisi pengelihatan lansia kurang baik, lantai licin yang

dapat menyebabkan mudah terpeleset, posisi tempat tidur, kondisi rumah tinggal )

Apakah mengkonsumsi obat sedatif ?

( obat sedatif dapat menekan sistem saraf pusat yang menyebabkan keadaan kantuk )

Bagaimana aktivitas pasien sehari hari ?

( untuk mengatahui apakah pasien termasuk orang yang aktif atau pasif, karena pada

orang yang aktif terjadi banyak pergerakan. sementara pada orang yang pasif terjadi

imobilisasi akibat sistem musculoskeletal yang jarang digunakan )

Page 8: Makalah Fraktur Lansia

Masalah utama pasien :

Masalah Faktor Pencetus Resiko

1. Jatuh duduk - kurang keseimbangan

- lingkungan tempat tinggal

- sist. musculoskeletal lemah

1. Fraktur collum femoris

2. Dislokasio acetabulum

2. Depresi - suami meninggal

- tidak bersosialisasi

1. Wajah tampak cepat tua

2. Kurang beraktivitas

(berakibat imobilitas)

3. Osteoporosis - wanita menopause

- kurang nutrisi

1. Postur kifotik

2. Mudah fraktur jika trauma

4. Malnutrisi - susah makan

- tidak mau pakai gigi palsu

- pola makan tidak sehat

(senang makan kerang, cumi)

1. Badan sangat kurus

2. Merasa pusing (kurang glukosa)

3. Lemah ( kurang energi )

4. Kolestrol

Hipotesis masalah

Hipotesis Alasan Pendukung Hipotesis

1. Fraktur collum femoris Nyeri panggul tidak dapat jalan

2. Dislokasio acetabulum Nyeri panggul tidak dapat jalan

3. Sindroma deconditioning Kurang aktivitasimobilisasisendi kaku

4. Malnutrisi Kurang makan hipoglikemipusing

Page 9: Makalah Fraktur Lansia

Informasi tambahan yang dibutuhkan :

Selain anamnesis, dibutuhkan juga informasi berupa kondisi general pasien. Untuk itu,

dapat dilakukan pemeriksaan penunjang yang dapat memberikan informasi tambahan kepada

tim medis. Pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan antara lain :

Pemeriksaan Lab :

Jenis Pemeriksaan Tujuan Indikasi pada pasien

Darah Lengkap

- hitung leukosit

- LED

- Hb

- Defferential cell

- mengetahui ada infeksi/tdk

-mengetahui ada anemia/tdk

- pasien sulit makan, sehingga

dikhawatirkan sistem imunnya

menurun dan mudah terjadi penyakit

misalnya: infeksi, anemia

- Imobilisasi

Cek Kolestrol - mengetahui apakah pasien

menderita kolestrol

- gemar menkonsumsi makanan tinggi

kolestrol ( kerang, cumi)

Tes fungsi ginjal - mengetahui apakah ada

kerusakan pada ginjal

- pasien menderita hipertensi.

Hipertensi merupakan faktor penyebab

kerusakan ginjal

Cek Elektrolit - Mengetahui apakah

terjadi dehidrasi/ tdk

- Pasien sulit untuk makan, di

khawatirkan juga sulit minum

Pemeriksaan X-Ray : untuk mengetahui pasti lokasi terjadinya fraktur

Bone Mineral Density (BMD) : untuk mengetahui penurunan massa tulang yang terjadi

pada kasus osteoporosis

Page 10: Makalah Fraktur Lansia

Hal yang menjadi prioritas utama pada pasien ini adalah keluhan rasa sakit pada panggul kanan

Tata Laksana

Untuk mengatasi nyeri : Analgesik

PRICE ( Protect, Rest, Ice, Dari kedua foto x-ray yang sudah diberikan, dapat dilihat adanya

beberapa kekurangan seperti:

Tidak ada foto panggul kiri yang dapat menjadi perbandingan untuk mendeteksi

perubahan-perubahan patologis pada panggul kanan.

Foto hanya mencakup 1 articulatio (articulatio coxae dextra). Harusnya foto juga

mencakup articulatio genu yang terdapat pada distal femur.

Hasil dari foto x-ray pasien masih kurang jelas, tapi kemungkinan besar terdapat fraktur collum

femoris dextra intrakapsular dilihat dari tanda-tanda yang ditemukan pada pasien seperti: tidak

adanya hematom, tidak ada perdarahan masif, dan sedikit eksorotasi pada kaki (pada fraktur

ekstrakapsular eksorotasi bisa mencapai 900.

Pada pasien ini masih diperlukan foto vertebra lumbosakral mengingat pada riwayat penyakit

pasien dikemukakan bahwa pasien jatuh terduduk dimana besar kemungkinan terjadi fraktur

kompresi.

Anatomi normal articulatio coxae

Articulatio coxae dibentuk oleh caput femoris yang berbentuk seperti hemispher dan acetabulum

yang berbentuk seperti mangkuk. Permukaan sendi acetabulum berbentuk tapal kuda dan di

bagian bawah membentuk takik yang disebut incisura acetabuli. Rongga acetabulum diperdalam

dengan adanya fibrocartilago di bagian pinggirnya yang disebut sebagai labrum acetabuli.

Labrum ini menghubungkan incisura acetabuli yang dikenal sebagai ligamentum transversum

acetabuli. Permukaan sendi diliputi oleh cartilago hyalin.

Page 11: Makalah Fraktur Lansia

Tipe dari articulatio coxae adalah sinovial ball and socket dimana persendian hampir bisa

bergerak ke segala arah.

Pada articulatio coxae juga terdapat struktur-struktur seperti:

1. Capsula

Capsula membungkus sendi dan melekat di medial pada labrum acetabuli. Di lateral, capsula ini

melekat di depan pada linea intertrochanterica femoris dan di belakang pada setengah aspek

posterior collum femoris. Pada perlekatannya di depan, yaitu pada linea intertrochanterica,

beberapa serabutnya diikuti oleh pembuluh darah, melipat ke atas sepanjang collum femoris

sebagai sebuah pita, yang disebut retinacula. Pembuluh darah ini memperdarahi caput dan

collum femoris.

2. Ligamentum

Ligamentum iliofemorale adalah sebuah ligamentum yang kuat dan berbentuk seperti Y

terbalik. Dasarnya, di sebelah atas melekat pada spina iliaca anterior inferior; di bawah, kedua

lengan Y melekat pada bagian atas dan bawah linea intertrochanterica femoris. Ligamentum

yang kuat ini mencegah ekstensi berlebihan selama berdiri.

Ligamentum pubofemorale berbentuk segitiga. Dasar ligamentum melekat pada ramus superior

ossis pubis, dan apex melekat di bawah pada bagian bawah linea intertrochanterica. Ligamentum

ini membatasi gerakan ekstensi dan abduksi.

Ligamentum ischiofemorale berbentuk spiral dan melekat pada corpus os ischium dekat margo

acetabuli. Serabut-serabut berjalan ke atas dan lateral dan melekat pada trochanter major.

Ligamentum ini membatasi ekstensi.

Ligamentum transversum acetabuli dibentuk oleh labrum acetabuli sewaktu menghubungkan

incisura acetabuli. Ligamentum ini mengubah incisura menjadi terowongan yang dilalui oleh

pembuluh darah dan saraf yang memasuki sendi.

Ligamentum teres femoris (ligamentum capitis femoris) berbentuk pipih dan segitiga.

Ligamentum ini melekat melalui puncaknya pada lubang yang ada di caput femoris (fovea

capitis) dan melalui dasarnya pada ligamentum transversum dan pinggir incisura acetabuli.

Ligamentum ini terletak di dalam sendi dan dibungkus oleh membrana sinovial.

3. Membrana sinovial

Page 12: Makalah Fraktur Lansia

Membrana ini melapisi capsula dan melekat pada margines facies articulares, dan meliputi

bagian collum femoris yang terletak di dalam simpai sendi. Membrana sinovial membungkus

ligamentum teres femoris dan meliputi bantalan lemak yang ada di dalam fossa acetabuli.

Kantung membrana sinovial sering menonjol keluar melalui celah yang ada pada dinding

anterior capsula, di antara ligamentum pubofemorale dan ligamentum iliofemorale, dan

membentuk bursa psoas di bawah tendo dari m. psoas.

4. Persarafan

Terdapat n. femoralis, n. obturatorius, n. ischiadicus, dan nervus yang akan mempersarafi m.

quadratus femoris.

Gerakan

Bila lutut difleksikan, fleksi dibatasi oleh permukaan anterior tungkai atas yang

berkontak dengan dinding anterior abdomen. Bila lutut diekstensi, fleksi dibatasi oleh

ketegangan otot-otot hamstring. Ekstensi, yaitu gerakan ke belakang kembali ke posisi anatomi,

dibatasi oleh tegangan ligamentum iliofemorale, ligamentum pubofemorale, dan ligamentum

ischiofemorale. Abduksi dibatasi oleh tegangan ligamentum pubofemorale, dan adduksi dibatasi

oleh kontak dengan tungkai di sisi yang berlawanan dan oleh tegangan ligamentum teres femoris.

Rotasi lateral dibatasi oleh tegangan ligamentum iliofemorale dan ligamentum pubofemorale,

dan rotasi medial dibatasi oleh ligamentum ischiofemorale.

Otot-otot yang berperan pada berbagai macam pergerakan articulatio coxae:

1. Fleksi

Dilakukan oleh m. iliopsoas, m. rectus femoris, m. sartorius, dan mm. adductores.

2. Ekstensi

Dilakukan oleh m. gluteus maximus dan otot-otot hamstring.

3. Abduksi

Dilakukan oleh m. gluteus medius dan m. gluteus minimus dibantu oleh m. sartorius, m.

tensor fasciae latae, dan m. piriformis.

4. Adduksi

Dilakukan oleh m. adductor longus dan m. adductor brevis serta serabut-serabut adductor

dari m. adductor magnus. Otot-otot ini dibantu oleh m. pectineus dan m. gracilis.

Page 13: Makalah Fraktur Lansia

5. Rotasi lateral

Dilakukan oleh m. piriformis, m. obturatorius internus, m. obturatorius externus, m.

gemellus superior, m. gemellus inferior, dan m. quadratus femoris dibantu oleh m.

gluteus maximus.

6. Rotasi medial

Dilakukan oleh serabut-serabut anterior dari m. gluteus medius, m. gluteus minimus, dan

m. tensor fasciae latae.

7. Sirkumdiksi

Merupakan kombinasi dari gerakan-gerakan di atas.

Akibat trauma yang terjadi pada pasien ini, dapat terjadi anatomi abnormal sendi panggul

berupa fraktur collum femoris intrakapsular yang dibagi menjadi 4 tipe dengan klasifikasi

garden:

Tingkat I : Fraktur inkomplet dimana fraktur tidak meliputi seluruh collum femoris.

Tingkat II : Disini sudah terjadi fraktur komplet dari collum femoris tapi tidak ada

pergeseran dari fragmen fraktur.

Tingkat III : Fraktur komplet dari collum femoris dengan pergeseran fragmen fraktur

(caput femoris).

Tingkat IV : Fraktur komplet dimana caput femoris sudah terpisah yang disebut fraktur

separasi.

Pada pemeriksaan lab didapatkan:

Hb 12 g/dL (N= 12-15 g/dL) Hb pasien dalam batas normal

Ht 40% (N= 36-47 %) Ht pasien dalam batas normal

LED 12mm/jam (N= <15 mm/jam) LED pasien mengalami penurunan

Eritrosit 4,5 juta (N= 4-5 juta) Eritrosit pasien dalam batas normal

Leukosit 6000/uL (N= 5000-10.000/uL) Leukosit pasien dalam batas normal

Trombosit 210.000/uL (N= 150.000-450.000/uL) Trombosit pasien dalam batas

normal

MCHC 32 g/dL

Page 14: Makalah Fraktur Lansia

SGPT 36 U/L (N= 5-41 u/l) SGPT pasien dalam batas normal

SGOT 34 U/L (N= 5-40 U/L) SGOT pasien dalam batas normal

Protein total 8 g/dL (N= 6,1-8,2 g/dL) Protein pasien dalam batas normal

Albumin 5,1 g/dL

Globulin 2,9 g/dL

Ureum 50 mg/dL (N=15-45 mg/dL) Ureum pasien mengalami kenaikan

Kreatinin 1,6 mg/dL (N= 0,5-1,5 mg/dL) Kreatinin pasien mengalami sedikit

peningkatan

Asam urat 8,2 mg/dL (N= 2,4-5,7 mg/dL) As. urat paisen mengalami kenaikan

GDS (Gula Darah Sewaktu) 140 mg/dL (N= <200mg/dL) GDS pasien dalam batas

nornal

Trigliserid 140 mg/dL (N= <150 mg/dL) Trigliserid pasien dalam batas normal

Kolesterol 250 mg/dL (N= <200 mg/dL) Kolestrol paisen mengalami kenaikan

HDL 40 mg/dL (N= >65 mg/dL) Pasien mengalami penurunan HDL

LDL 170 mg/dL (N= <150 mg/dL) LDL pasien mengalami peningkatan

Na 150mEq/L (N= 135-150 mEq/L) Na pasien dalam batas normal

K 4 mEq/L (N= 3,6-5,5 mEq/L) K pasien dalam batas normal

Cl 110 mEq/L (N=95-108 mEq/L) Cl pasien mengalami peningakatan

Urinalisa:

Kuning pucat, agak keruh

BJ 1.030

pH 5,6 (N= 5,0-8,0)

Protein ++ (N= -)

Glukosa -

Bilirubin -

Eritrosit 4-5/LPB (N= 0-1)

Leukosit 6-7-8/LPB (N= 0-3)

Torak -

Epitel ++ (N= +)

Kristal + (N= -)

Page 15: Makalah Fraktur Lansia

Bakteri + (N= -)

Dapat dilihat dari pemeriksaan lab bahwa terjadi perubahan di luar nilai normal pada beberapa

pemeriksaan. Berikut ini adalah masalah yang dapat disimpulkan berdasarkan perubahan nilai-

nilai di atas:

1. Asam urat tinggi

Didapati peningkatan kadar asam urat darah menjadi 8,2 mg/dL dimana nilai normal dari asam

urat darah adalah 2,4 – 5,7 mg/dL.

2. Infeksi saluran kemih

Peningkatan nilai asam urat darah dapat menyebabkan peningkatan pembentukan kristal asam

urat di dalam saluran kemih. Batu tersebut akan bergerak dan menggesek dinding saluran kemih

pada saat pasien berkemih sehingga epitel-epitel saluran kemih terkikis dan terjadi perdarahan

minor. Hal ini akan mengundang infeksi bakteri pada saluran kemih dan peningkatan aktivitas

leukosit sebagai respon dari infeksi saluran kemih.

3. Gangguan ginjal

Terdapatnya gangguan ginjal didukung oleh adanya peningkatan nilai ureum kreatinin darah.

Nilai ureum normal adalah 15 - 45 mg/dL sedangkan untuk kreatinin adalah 0,5 – 1,5 mg/dL.

Pada pasien ini terjadi peningkatan nilai ureum dan kreatini menjadi 50 mg/dL dan 1,6 mg/dL.

Ditemukan juga protein dengan nilai ++ (positif 2) yang pada orang tanpa gangguan ginjal

nilainya negatif. Gangguan ginjal ini mungkin merupakan suatu komplikasi dari infeksi saluran

kemih.

4. Dislipidemia

Terdapat peningkatan nilai kolesterol darah yaitu 250 mg/dL dimana nilai normalnya adalah

kurang dari 200 mg/dL. Ditemukan juga penurunan kadar HDL menjadi 40 mg/dL yang

seharusnya nilainya lebih dari 65 mg/dL. Penyebabnya kemungkinan besar adalah kesukaan

pasien pada seafood seperti kerang dan cumi-cumi yang tinggi kolesterol.

Page 16: Makalah Fraktur Lansia

Pemeriksaan tambahan yang perlu dilakukan pada pasien:

1. X-ray lumbosakral untuk mendeteksi adanya fraktur kompresi pada vertebra.

2. Pemeriksaan fungsi ginjal

3. BMD (Bone Mineral Density) untuk mengetahui sejauh mana proses osteoporosis

mempengaruhi pasien.

4. Pengukuran sudut panggul untuk mengetahui apakah ada dislokasi atau tidak.

Compress, Elevation )

Diagnosis

Fraktur collum femoris dextra intracapsular grade I

Penanganan

Konservatif

Bed rest 3-4 minggu

Fisioterapi : berjalan non weight bearing 8 minggu

Operatif

Pasang pin/pin dan plate screw,atau eksisi kaput(pasang prosthesis Austin Moore

atau Thompson)

Jika menolak operatif : traksi kulit 3 minggu;jalan pakai crutch

Analgesik : atasi nyeri

Heparin subkutan : cegah tromboemboli

Antibiotik : atasi infeksi saluran kemih

Diet rendah kolesterol dan protein

KIE pada keluarga

Page 17: Makalah Fraktur Lansia

Komplikasi yang mungkin terjadi

Komplikasi yang terjadi pada pasien, sebagian besar dikarenakan akibat imobilitas,

diantaranya :

Dekubitus

Pneumonia

Inkontinensia urin

Konfusi

Osteoatritis

Anemia

Dehidrasi

Heart Failure

Depresi

Mistreatment

Prognosis

Ad vitam : Bonam (kemungkinan mortalitas fraktur intracapsular rendah)

Ad fungsionam : Dubia ad malam (di khawatirkan terjadinya komplikasi)

Ad sanasionam : Dubia ad malam (khawatir terjatuh lagi)

BAB III

Page 18: Makalah Fraktur Lansia

PEMBAHASAN

Gangguan keseimbangan dan jatuh merupakan salah satu masalah yang sering terjadi

pada lansia akibat berbagai perubahan fungsi organ, penyakit dan faktor lingkungan. Akibat yang

ditimbulkan berupa cedera kepala, cedera jaringan lunak, sampai patah tulang. Jatuh merupakan

petanda kerapuhan,

Terdapat banyak faktor yang perperan pada terjadinya instabilitas dan jatuh pada lansia.

Faktor resiko diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :

Faktor Instrinsik : Faktor resiko yang terdapat dalam diri pasien

misalnya : osteoporosis, osteoarthritis, gangguan pendengaran,

gangguan pengelihatan, vertigo.

Faktor Ekstrinsik : Faktor resiko yang terdapat di lingkungan sekitar pasien

misalnya : kondisi tempat tinggal, penerangan, lantai licin, dll

Fraktur merupakan resiko yang sering dijumpai terutama pada lansia. Banyak faktor

predisposisi yang dapat menjadi penyebab terjadinya fraktur. Porositas tulang yang meningkat

daripada proses pembentukan tulang, menjadi penyebab utama fraktur pada lansia. Pada orang

dengan usia lanjut, sering ditemukan kondisi seperti gangguan pengelihatan, gangguan

keseimbangan, serta imobilisasi yang lama menjadi penyebab terjadinya jatuh pada lansia yang

akhirnya berakibat fraktur.

Fraktur yang biasa terjadi pada lansia misalnya, fraktur collum femoris, fraktur colles

(pergelangan tangan) dan fraktur collumna vertebralis. Fraktur juga dapat menjadi penyebab

kesakitan, kematian dan pengeluaran biaya untuk pelayanan kesehatan dan sosial pada lansia.

Page 19: Makalah Fraktur Lansia

Oleh karena fraktur merupakan kondisi yang berbahaya pada lansia, maka perlu

dilakukan hal hal yang berkaitan dengan pencegahan fraktur. Dalam kasus pada lansia, tim

tenaga medis tidak hanya perlu berkomunikasi dengan pasien, namun juga dengan keluarga

pasien atau perawat pasien agar mereka dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik pada

pasien (lansia) di rumah dan membantu untuk mencegah hal hal yang dapat menjadi faktor

pencetus terjadinya fraktur.

Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan riwayat jatuh adalah

mengkaji dan mengobati trauma fisik, mengobati penyakit yang mendasari, dan memberikan

terapi fisik serta penyuluhan berupa latihan cara berjalan, penguatan otot, dll. Perubahan

lingkungan sangat penting dilakukan untuk mencegah jatuh berulang.

Tujuan utama tatalaksana adalah mengembalikan pasien pada keadaan dan fungsi

sebelum menjadi fraktur. Hal ini dapat dicapai dengan operasi dan disertai mobilisasi dini.

Mobilisasi dini penting untuk menghindari komplikasi akibat tirah baring yang lama.

Pasien lansia yang mengalami fraktur diperlukan penilaian geriatri yang komprehensif.

Pasien lansia umumnya lemah, memiliki beberapa masalah medis, dan seringkali terdapat

demensia. Berdasarkan data yang dikumpulkan, dibuat pengkajian geriatri yang prinsipnya

mencakup penyakit dasar, penyakit penyerta, faktor resiko, prognosis dan kelayakan operasi.

Bila didapatkan penyakit penyerta pada pasien, maka dilakukan manajemen perioperatif hingga

penyakit penyerta dapat terkontrol.

Perlu pula dilakukan penapisan aktivitas hidup harian sebelum dan setelah fraktur,

maupun adanya gangguan fungsi kognitif dan depresi. Aktivitas hidup secara sederhana dapat

dinilai dengan indeks activity daily living (ADL) Barthel. Evaluasi fungsi kognitif dapat secara

Page 20: Makalah Fraktur Lansia

kuantitatif menggunakan abbreviated mental test (AMT) atau mini mental state examination

(MMSE). Adanya depresi dapat di cek dengan geriatric depression scale (GDS).

Osteoporosis dengan bertambahnya usia baik pada perempuan maupun laki-laki

menyebababkan meningkatnya risiko fraktur pada trauma minimal. Fraktur osteoporotik sering

terjadi pada lengan bawah, vertebrata, dan femur proksimal. Risiko fraktur selain berhubungan

dengan aktivitas fisik dan menungkatnya risikop jatuh juga dapat diperhitungkan dengan dentitas

massa tulang (bone mineral density, BMD). penyebab osteoporosis sekunder harus pula digali

seperti terapi kortikosteriod, hipertiroid, hiperparatiroid, dan hipogonadisme/

Kendati terapi osteoporosis menurunkan resopsi tulang dan meningkatkan dentitas

tulang, penurunan insidens fraktur sebagian berhubungan dengan mekanisme non skeletal.

Suplementasi 800 UI vitamin D3 dan 1,2 gram kalsium elemental setiap hari selama 3 tahun

menurunkan resiko fraktur panggul.

BAB IV

KESIMPULAN

Page 21: Makalah Fraktur Lansia

Gangguan keseimbangan, jatuh dan fraktur merupakan masalah besar pada usia lanjut.

Terdapat berbagai faktor resiko yang menyebabkan instabilitas dan jatuh pada lansia.

Dibutuhkan pengkajian lebih lanjut untuk mencegah jatuh dan fraktur. Diperlukan tatalaksana

secara holistik dan interdisiplin

Pada lansia, dibutuhkan dukungan berupa modifikasi lingkungan agar dapat memberikan

rasa aman dari resiko terjatuh karena kerapuhan pada tulang lansia sangat memudahkan lansia

mengalami fraktur yang penyembuhannya tidak sama dengan orang dewasa pada umumnya.

Untuk itu, dibutuhkan juga kerjasama tenaga medis dengan keluarga pasien agar turut menjaga

kondisi pasien agar aman dari bahaya terjatuh.

DAFTAR PUSTAKA

Page 22: Makalah Fraktur Lansia

1. Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : PT. Yasif Watampone ; 2007 .p.178-

84

2. Setiati S, Laksmi PW. Gangguan Keseimbangan Jatuh dan Fraktur. In : Sudoyo AW,

Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4 th ed.

Jakarta : FKUI ; 2007.p. 1378-88

3. Andayani R, Murti Y. Jatuh. In : Martono H, Pranarka K, eds. Buku Ajar Boedhi

Darmojo Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ). 4 th ed. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ;

2009.p.174-97

4. Carter MA. Fraktur dan Dislokasi. In : Price SA, Wilson LM. Patofisiologi : Konsep

Klinis Proses Proses Penyakit. 6th ed. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2006 .p.

1365-70