Makalah Fisiologi Hewan "Sistem Pencernaan Hewan"

download Makalah Fisiologi Hewan "Sistem Pencernaan Hewan"

of 20

description

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah fisiologi hewan.

Transcript of Makalah Fisiologi Hewan "Sistem Pencernaan Hewan"

  • i

    Makalah Fisiologi Hewan

    Sistem Pencernaan Hewan

    oleh:

    Kelompok 3

    Kelas C

    1. Marisanti (130210103003) 2. Syarifatul Laili (130210103063) 3. Nurulita Wilujeng (130210103003)

    UNIVERSITAS JEMBER

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

    2015

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur atas hadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan

    hidayahnya kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini yang berjudul

    Sistem Pencernaan Hewan. Makalah ini disusun sedemikian rupa untuk

    memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Hewan. Semoga Makalah ini dapat

    berguna sebagai sumber informasi bagi masyarakat luas terutama mahasiswa

    pendidikan biologi.

    Penyusun menyadari makalah ini tidak dibuat dengan sempurna. Oleh

    karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Akhir kata

    penyusun ucapkan terimakasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

    Jember, 15 September 2015

    Penyusun

  • iii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

    KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

    DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

    BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

    1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1

    1.3 Tujuan .......................................................................................................... 2

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 3

    2.1 Kebutuhan Nutrisi ....................................................................................... 3

    2.2 Jenis Makanan Dan Mekanisme Pengambilan Makanan ............................ 4

    2.3 Adaptasi Pengambilan Makanan Yang Beraneka Ragam Telah

    Dievolusikan Oleh Hewan ................................................................................... 5

    2.4 Empat Tahapan Utama Dalam Pengolahan Makanan Adalah Penelanan,

    Pencernaan, Penyerapan, Dan Pembuangan ........................................................ 7

    2.5 Pencernaan Terjadi Dalam Komparteen Khusus....................................... 12

    2.6 Sistem Pencernaan Mamalia ..................................................................... 14

    2.7 Adaptasi Evolusioner Pada Sistem Pencernaan Vertebrata ...................... 15

    BAB 3 PENUTUP ................................................................................................ 16

    3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 16

    3.2 Saran .......................................................................................................... 16

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17

  • 1

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Makanan seekor hewan harus menyediakan nutrien esensial dan kerangka

    karbon untuk biosintesis. Selain menyediakan bahan bakar seluler, makanan

    seekor hewan juga harus menyediakan semua bahan mentah yang diperlukan

    untuk biosintesis. Sebagai organisme heterotrof, hewan tidak dapat membuat

    molekul organik dari bahan mentah yang seluruhnya anorganik. Untuk

    mensintesis molekul yang diperlukan untuk tumbuh dan memulihkan dirinya

    sendiri, seekor hewan harus mendapatkan prekursor organik (kerangka karbon)

    dari makanannya. Dengan memperoleh suatu sumber karbon organik (seperti

    gula), dan suatu sumber nitrogen organik (seperti asam amino dari pemecahan

    protein), hewan itu dapat membuat berbagai ragam molekul organik, contoh : satu

    jenis asam amino dapat menyediakan nitrogen untuk sintesis beberapa jenis asam

    amino lain yang kemungkinan tidak ada dalam makanan yang dikonsumsi.

    Pemulaan dari saluran pencernaan makanan terdiri atas organ-organ dan alat

    untuk makan, menelan, dan menyerap nutrisi oleh tubuh termasuk di dalamnya

    adalah: bagian mulut, rongga mulut, faring, dan struktur-struktur yang

    berhubungan seperti paruh, gigi, lidah, dan kelenjar ludah. Organ-organ

    pencernaan akan membentuk saluran pencernaan, dari saluran pencernaan akan

    terbentuk sistem pencernaan. Saluran pencernaan tersebut terdiri atas Mulut (oris),

    Tekak (faring), Kerongkongan (esofagus), Lambung (ventrikulus), Usus halus,

    Usus besar (colon), Poros Anus (rektum) dan Anus. Dari penjelasan yang telah di

    uraikan di atas, kami sebagai mahasiswa pendidikan biologi wajib memperdalam

    pengetahuan kami mengenai organ-organ Pencernaan, saluran pencernaan dan

    memahami fisiologi sistem pencernaan pada hewan dan bagaimana hubungan

    Sistem pencernaan dengan sistem tubuh lainnya.

    1.2 Rumusan Masalah

    1.1.1 Bagaimanakah fungsi fisiologis organ-organ atau saluran pencernaan

    pada sistem pencernaan?

  • 2

    1.1.2 Bagaimanakah mekanisme yang terjadi pada sistem pencernaan hewan?

    1.3 Tujuan

    1.1.3 Memahami fungsi fisiologis organ-organ atau saluran pencernaan pada

    sistem pencernaan.

    1.1.4 Memahami mekanisme yang terjadi pada sistem pencernaan hewan.

  • 3

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kebutuhan Nutrisi

    Hewan adalah organisme heterotrof yang memerlukan makanan untuk

    bahan bakar, kerangka karbon, dan nutrien esensial : gambaran umum.

    Makanan yang secara nutrisi memadai harus memenuhi tiga kebutuhan : bahan

    bakar (energi kimia) untuk semua kerja seluler tubuh ; bahan mentah organik yang

    dipakai hewan dalam bio-sintesis (kerangka karbon untuk membuat banyak

    molekulnya sendiri); dan nutrien esensial, bahan-bahan yang tidak dapat dibuat

    oleh hewan itu sendiri dari bahan mentah apapun dan dengan demikian harus

    didapatkan dari makanan dalam bentuk siap pakai (Reece, dkk. 2000).

    Ketika seekor hewan mengambil lebih banyak kalori dibandingkan jumlah

    kalori yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energinya, tubuh cenderung

    akan menimbun kelebihan kalori itu. Pada manusia, misalnya, sel-sel hati dan otot

    menimbun energi dalam bentuk glikogen (suatu polimer yang tersusun dari

    banyak unit glukosa) (Reece, dkk. 2000).

    Makanan seekor hewan harus menyediakan nutrien esensial dan kerangka

    karbon untuk biosintesis. Selain menyediakan bahan bakar seluler, makanan

    seekor hewan juga harus menyediakan semua bahan mentah yang diperlukan

    untuk biosintesis. Sebagai organisme heterotrof, hewan tidak dapat membuat

    molekul organik dari bahan mentah yang seluruhnya anorganik. Untuk

    mensintesis molekul yang diperlukan untuk tumbuh dan memulihkan dirinya

    sendiri, seekor hewan harus mendapatkan prekursor organik (kerangka karbon)

    dari makanannya. Dengan memperoleh suatu sumber karbon organik (seperti

    gula), dan suatu sumber nitrogen organik (seperti asam amino dari pemecahan

    protein), hewan itu dapat membuat berbagai ragam molekul organik. Sebagai

    contoh, satu jenis asam amino dapat menyediakan nitrogen untuk sintesis

    beberapa jenis asam amino lain yang kemungkinan tidak ada dalam makanan

    yang dikonsumsi (Reece, dkk. 2000).

    Di samping sebagai sumber bahan bakar dan kerangka karbon, makanan

    seekor hewan juga harus menyediakan nutrien esensial (esential nutrient), bahan-

  • 4

    bahan yang harus diperoleh atau didapatkan dalam bentuk siap pakai karena sel-

    sel hewan tidak dapat membuatnya dari bahan mentah apapun. Suatu nutrien

    esensial untuk satu spesies hewan tidak harus diperlukan juga oleh hewan lain.

    Sebagai contoh, asam askorbat (vitamin C) adalah nutrien essensial bagi manusia,

    primata lain, marmut, dan beberapa burung serta ular, tetapi tidak diperlukan oleh

    sebagian besar hewan lain (Reece, dkk. 2000).

    Terdapat empat kelas nutrien esensial : asam amino essensial, asam lemak

    essensial, vitamin, dan mineral. Hewan memerlukan 20 asam amino untuk

    membentuk protein, dan sebagian besar spesies hewan dapat mensintesis sekitar

    separuh di antaranya, selama makanannya mengandung nitrogen organik. Asam

    amino sisanya, asam amino esensial (essential amino acid), harus diperoleh dari

    makanan dalam bentuk siap pakai (Reece, dkk. 2000).

    Percernaan terjadi di dalam tiga bagian utama tubuh : mulut, perut, dan usus

    halus. Sepanjang perjalanan itu, beberapa cairan yang berbeda diproduksi. Cairan-

    cairan di mulut bersifat basa. Air ludah, yang membantu membasahi makanan saat

    menguyah dan membuat lebih mudah di telan, mengandung sejenis enzim yang di

    kenal sebagai amilase yang menguraikan karbohidrat kompleks seperti roti, pasta,

    dan nasi (juga di kenal sebagai pati) menjadi komponen lebih sederhana yang siap

    untuk lebih di cerna jauh di bawah saluran pencernaan. Cairan-cairan perut

    bersifat asam. Sebagian besar cairan perut atau cairan lambung sangat berbeda

    dengan air ludah : cairan-cairan itu berkisar antara hampir netral (tidak bersifat

    basa maupun asam) sampai sangat asam. Bergantung pada makanan yang sedang

    dimakan (Marsden, 2005).

    2.2 Jenis Makanan Dan Mekanisme Pengambilan Makanan

    Sebagian besar hewan adalah pemakan yang oportunis, memakan organisme

    lain, mati atau hidup, utuh atau secara sepotong-sepotong. (Yang menyerap

  • 5

    molekul organik melalui permukaan tubuhnya). Secara umum, hewan

    digolongkan ke dalam salah satu dari tiga kategori berdasarkan makanannya.

    Herbivora, termasuk gorila, sapi, kelinci, dan banyak keong, memakan

    organisme autrotrof (tumbuhan, alga atau ganggang). Karnivora, seperti hiu,

    burung elang, laba-laba, dan ular, memakan hewan lain. Omnivora secara reguler

    mengkonsumsi hewan dan juga tumbuhan atau alga. Hewan omnivora meliputi

    kecoa, burung gagak, rakun, dan manusia, yang berkembang sebagai pemburu,

    pemakan bangkai, dan pengumpul makanan (Reece, dkk. 2000).

    2.3 Adaptasi Pengambilan Makanan Yang Beraneka Ragam Telah

    Dievolusikan Oleh Hewan

    Mekanisme hewan menelan makanan sangat beragam, tetapi semuanya

    digolongkan ke dalam empat kelompok utama. Banyak di antara hewan aquatik

    adalah pemakan suspensi (suspensionfeeder) yang menyaring partikel makanan

    kecil dari air. Remis dan tiram, misalnya, menggunakan insangnya untuk menjerat

    potongan-potongan kecil, yang kemudian disapu bersama-sama dengan suatu

    lapisan tipis mukus oleh silia yang berdenyut atau bergerak. Paus baleen, hewan

    terbesar di antara semua hewan yang pernah hidup, adalah juga pemakan

    suspensi. Meraka berenang dengan mulut ternganga, yang menapis jutaan hewan

    kecil dari volume air yang begitu besar, yang dipaksa masuk melalui lempengan

    serupa saringan yang bertaut dengan rahangnya (Reece, dkk. 2000).

    Bagian Memasukkan Makanan. Pemulaan dari saluran pencernaan makanan

    terdiri atas organ-organ dan alat untuk makan dan menelan, termasuk di dalamnya

    adalah: bagian mulut, rongga mulut, faring, dan struktur-struktur yang

    berhubungan seperti paruh, gigi, lidah, dan kelenjar ludah (Soewolo, 2000).

    Kelenjar ludah terdapat pada kebanyakan metazoa selain pemakan partikel-

    partikel kecil seperti Coelenterata, cacing pippih dan bunga karang. Fungsi utama

    ludah adalah melicinkan untuk membantu menelan. Pelumasan terutama

    disediakan oleh lendir, dimana penyusun utamanya adalah mukopolisakharida

    yang disebut musin. Ludah sering mengandung bahan-bahan tambahan antara lain

  • 6

    seperti enzim-enzim pencernaan, toksin, dan antikoagulan (pada hewan penghisap

    darah seperti vampir dan lintah) (Soewolo, 2000).

    Lidah, suatu kemajuan pada chordata, membantu dalam penelanan. Pada

    beberapa hewan lidah digunakan untuk mengambil makanan. Ada pula yang

    dilengkapi reseptor zat kimia, seperti gustatatori reseptor yang disebut kuncup-

    kuncup perasa. Ular menggunakan lidahnya yang bercabang untuk mengambil

    contoh bau dari udara dan substrat, menariknya kembali dan mengoleskan contoh

    bau ke organ Jacobson yang terdiri atas sepasang celah khemosensori yang kaya

    ujung saraf, terletak dalam langit-langit rongga mulutnya (Soewolo, 2000).

    Bagian penyaluran dan Penyimpanan. Esophagus chordata dan invertebrata

    berfungsi menyalurkan bolus (makanan yang telah dikunyah) dengan gerak

    peristaltik rongga mulut atau faring. Pada beberapa hewan, didaerah ini terdapat

    suatu bagian yang berbentuk kantung yang disebut tembolok (Crop), yang

    digunakan untuk menyimpan makanan sebelum dicerna. Keadaan ini umumnya

    berhubungan dengan cara makan yang sebanyak-banyaknya, memungkinkan

    jumlah makanan disimpan untuk penundaan pencernaan. Satu contoh hal ini

    nampak pada lintah yang mengambil darah sebanyak-banyaknya, menyimpan

    darah untuk beberapa minggu dan mencernanya dalam saat lintah tidak makan.

    Tembolok juga digunakan untuk tempat peragian supaya makanan lunak atau

    mencerna makanan untuk tujuan lain. Induk burung menyiapkan makanan dengan

    cara ini untuk menyuapi anaknya (Soewolo, 2000).

    Bagian pencernaan kebanyakan proses pencernaan pada vertebrata dan

    beberapa invertebrata terjadi didalam bagian saluran pencernaan makanan yang

    secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu lambung dan usus. Lambung

    menyediakan proses-proses permulaan pencernaan, yang sering memiliki

    lingkungan asam. Pada vertebrata dan beberapa invertebrata lambung juga terus

    mengaduk makanan. Usus melakukan proses pencernaan lebih lanjut yang telah

    dimulai di lambung dan melakukan penyerapan zat-zat makanan dan air

    (Soewolo, 2000).

  • 7

    2.4 Empat Tahapan Utama Dalam Pengolahan Makanan Adalah Penelanan,

    Pencernaan, Penyerapan, Dan Pembuangan

    Pada hewan sederhana, partikel-partikel makanan ditelan secara endositosis

    langsung ke dalam sel, dimana partikel makanan mengalami pencernaan secara

    intraseluler oleh asam dan enzim-enzim. Pada hewan yang lebih kompleks

    pencernaan makanan mengandalkan terutama pada pencernaan ekstraseluler yang

    mengambil tempat dalam suatu rongga saluran pencernaan yang terbentang dalam

    tubuh organisme. Lumen saluran pencernaan tersebut, secara topologik terletak di

    sebelah luar tubuh, meskipun sfingter dan alat-alat yang lain membatasi lumen

    dari dunia luar tubuh. Makanan akan mengalami berbagai macam proses kimia,

    mekanik, dan bakterial selama melewati saluran tersebut. Selama makanan

    dicerna, zat-zat makanan yang diperlukan tubuh diabsorbsi dan diangkut oleh

    sistem sirkulasi ke seluruh tubuh. Sementara itu zat yang tidak tercerna disimpan

    sementara sampai saatnya dikeluarkan sebagai feses melalui defekasi (Soewolo,

    2000).

    Perkembangan pencernaan ekstraseluler dalam pencernaan makanan

    merupakan suatu evolusi maju yang penting. Pencernaan ekstraseluler

    membebaskan banyak hewan dari makan terus menerus. Dengan adanya saluran

    pencernaan makanan, hewan dapat dengan cepat makan cukup banyak potongan-

    potongan makanan kasar. Keseluruhan organisasi tubuler dari saluran pencernaan

    makanan memberi kesempatan makanan berjalan satu arah melalui daerah-daerah

    pencernaan yang berbeda-beda struktur dan fungsinya. Fase asam atau basa terjadi

    di dalam alat pencernaan yang berbeda-beda. Semua fila di atas cacing pipih

    memilii organisasi alat pencernaan ini. Di bawah fila ini, misalnya coelenterata,

    memiliki rongga pencernaan yang buntu, yaitu coelenteron yang terbuka hanya

    pada mulut yang melayani juga pengeluaran sisa makanan (Soewolo, 2000).

    Secara umum saluran pencernaan mempunyai 4 bagian utama yang masing-

    masing memiliki fungsi: (1) menerima, (2) menyalurkan dan menyimpan, (3)

    mencerna dan mengabsorbsi zat makanan, dan (4) menyerap air dan defekasi

    (gambar 7.3) (Soewolo, 2000).

  • 8

    Penelanan (ingestion), tindakan memakan, adalah tahapan pertama

    pengolahan makanan. Pencernaan (digestion), tahapan kedua, adalah proses

    perombakan makanan menjadi molekul-molekul yang cukup kecil sehingga dapat

    diserap oleh tubuh. Sebagian besar bahan organik dalam makanan terdiri atas

    protein, lemak, dan karbohidrat dalam bentuk pati dan polisakarida lainnya.

    Meskipun semua makromolekul tersebut adalah bahan mentah yang sesuai, hewan

    tidak dapat menggunakan molekul-molekul itu secara langsung, dengan dua

    alasan. Pertama, makromolekul terlalu besar untuk dapat melewati membran dan

    memasuki sel hewan. Kedua, makromolekul yang menyusun hewan tidak identik

    dengan makromolekul yang menyusun makanannya. Akan tetapi, dalam

    pembuatan makromolekulnya semua organisme menggunakan monomer yang

    sama. Sebagai contoh, kacang kedelai, sapi, dan manusia semuanya merakit

    proteinnya dalam 20 asam amino yang sama. Pencernaan akan memotong-motong

    makromolekul menjadi monomer penyusunnya, yang kemudian digunakan oleh

    hewan untuk membuat molekulnya sendiri. Polisakarida dan disakarida dipecah

    menjadi gula sederhana, lemak dicerna menjadi gliserol dan asam lemak, protein

    dirombak menjadi asam amino-asam amino, dan asam nukleat diuraikan menjadi

    nukleotida (Reece, dkk. 2000).

    Dua tahapan terakhir pengolahan makanan terjadi setelah makanan itu

    ditelan. Pada tahapan ketiga, penyerapan (absorption), sel-sel hewan akan

    mengambil (menyerap) molekul kecil seperti asam amino dan gula sederhana dari

    kompartemen pencernaan. Akhirnya, pembuangan (eliminasi) terjadi, ketika

    bahan yang tidak tercerna keluar dari saluran pencernaan (Reece, dkk. 2000).

    Macam dari lambung antara lain :

    a. Lambung Monogastrik

    Pencernaaan makanan secara mekanik dilakukan dengan berbagai cara.

    Lambung monogastrik merupakan suatu kantung tunggal dari otot yang kuat,

    khas pada vertebrata carnivora, omnivora. Kantung muskular tunggal ini

    berkontraksi sehingga mengaduk isinya dengan cairan pencernaan. Lambung

    beberapa invertebrata, termasuk insecta yang memiliki kantung luar yang

    disebut Gastric-ceca (lambung buntu) yang memiliki dinding sel yang

  • 9

    dapat mensekresikan enzim-enzim dan sel-sel fagosit yang meneruskan

    proses pencernaan setelah makanan yang telah dicerna sebagian itu ditelan.

    Dalam sistem pencernaan ini proses-proses pencernaan dan absorbsi

    dilakukan dalam ceca, dan sisanya terutama dikaitkan dengan

    keseimbangan air, elektrolit dan ekskresi nitrogen (Soewolo, 2000).

    b. Lambung Digastrik

    Beberapa burung dan serangga memiliki lambung yang terdiri dari 2

    bagian, yaitu lambung kelenjar dan lambung urat daging yang berotot kuat

    (gizzard) lambung demikian disebut Lambung Digastrik. Burung sering

    mengisi lambung urat dagingnya dengan pasir, kerikir, atau yang memang

    sengaja ditelan untuk membantu menggiling biji-bijian yang dimakan.

    Proventrikulus serangga dan lambung udang-udangan Decapoda mengandung

    alat penggiling untuk mengunyah makanan yang ditelan (Soewolo, 2000).

    c. Lambung Poligastrik

    Lambung poligastrik merupakan lambung yang terdiri lebih dari 2 kamar,

    dijumpai pada mamalia subordo ruminansia (kijang, menjangan, jerapah,

    bison, biri-biri, dsb). Agak mirip dengan lambung poligastrik diluar subordo

    ini terdapat pada subordo tylopoda (Onta, lama, alpaca, dsb). Semua

    kelompok mamalia ini melakukan memamahbiak, suatu proses pencernaan

    makanan secara bertahap (sebagian-sebagian), yang dimulai dengan makanan

    ditelan tanpa dikunyah, dimuntahkan untuk dikunyah kembali setelah

    mengalami fermentasi oleh mikroorganisme dalam lambung bagian pertama.

    Cara makan demikian memungkinkan hewan pemamahbiak menelan

    makanannya secara langsung selama merumput dan kemudian mengunyahnya

    pelan-pelan pada saat istirahat setelah makanan yang dimuntahkan dikunyah,

    kemudian ditelan kembali. Pada saat ini makanan masuk kedalam bagian

    perut kedua untuk dicerna yang kedua, dimana terjadi proses hidrolisis,

    dibantu oleh enzim-enzim pencernaan yang disekresikan oleh dinding

    lambung (Soewolo, 2000).

    Lambung poligastrik Ruminansia memiliki 4 kamar, dipisahkan menjadi

    dua kelompok. Kelompok pertama terdiri dari lumen dan retikulum;

  • 10

    kelompok kedua terdiri dari omasum dan abomasum (lambung sebenarnya).

    Rumen dan retikulum bertindak sebagai ruang fermentasi terhadap makanan

    yang ditelan tanpa dikunyah selama merumput. Bakteria dan Protozoa dalam

    ruang ini berkembang dengan pesat, menyebabkan pencernaan yang ekstensif

    dari karbohidrat menjadi butirat, laktat, acetat dan propionat. Hasil fermentasi

    yang berupa peptida, asam amino, dan asam lemak rantai pendek diabsorbsi

    ke dalam aliran darah dari cairan rumen. Mikroorganisme simbiotik yang

    tumbuh dalam rumrn bersama-sama dengan partikel-partikel yang tidak

    dicerna, masuk ke dalam omasum (pada Tylopoda tidak ada), dan kemudian

    ke dalam abomasum (Soewolo, 2000).

    Fermentasi dalam lambung tidak terbatas pada hewan memamah biak

    saja, tetapi terdapat juga pada hewan-hewan lain yang perjalanan

    makanannya tertunda dalam lambung yang memungkinkan pertumbuhan

    mikroorganisme simbiotik. Misalnya terdapat pada lambung kengguru dan

    tembolok burung seperti ayam (Soewolo, 2000).

    d. Usus Halus

    Bila makanan telah dicerna dalam lambung, kemudian disalurkan ke

    dalam usus halus melalui sfingter pirolik, yang terbuka bila gerak peristaltik

    lambung memuntahkan isi yang bersifat asam ke dalam segmen pemulaan

    usus halus. Usus halus meneruskan pencernaan yang umumnya dalam

    lingkungan yang bersifat basa (Soewolo, 2000).

    Daerah usus halus berbeda-beda secara luas diantara kelompok hewan.

    Pada hewan yang mempunyai ceca yang luas dan mempunyai percabangan

    buntu seperti terdapat pada banyak invertebrata, usus tidak melakukan

    pencernaan. Di antara vertebrata, carnivora memiliki usus yang lebih pendek

    dan sederhana daripada Herbivora (Soewolo, 2000).

    Usus halus vertebrata berdasarkan ciri-cirinya, dibagi menjadi tiga bagian

    yang berbeda. Pertama, agak pendek disebut duodenum, dindingnya

    mensekresikan enzim pencernaan dan menerima sekresi dari hati dan

    pankreas. Berikut ini adalah jejunum, yang juga mensekresikan cairan

    pencernaan. Bagian paling belakang dari usus halus adalah ileum, berfungsi

  • 11

    terutama mengabsorbsi zat-zat makanan hasil pencernaan. Beberapa

    pencernaan dimulai dalam duodenum dan jejunum dan diteruskan dalam

    ileum (Soewolo, 2000).

    Kerja sekresi epitelium duodenum dibantu oleh sekresi yang diterima

    dari hati dan pankreas. Sel-sel inti menghasilkan garam empedu, yang

    disekresikan ke duodenum melalui saluran empedu. Cairan empedu sangat

    penting untuk mengemulsikan lemak dan menetralkan keasaman makanan

    dari lambung. Pankreas merupakan organ eksokrin yang penting,

    menghasilkan dan membebaskan cairan pankreas melalui saluran pankreas ke

    duodenum. Sekresi pankreas banyak mengandung protease, lipase, dan

    karbohidrase, yang esensial untuk pencernaan dalam usus halus pada

    vertebrata. Cairan pankreas juga penting dalam menetralkan asam lambung

    yang masuk ke dalam intestin (Soewolo, 2000).

    Usus halus beberapa hewan mengandung banyak bakteria, protozoa, dan

    fungi. Perkembangbiakannya menyambung secara enzimatik pada

    pencernaan, dan biasanya kemudian mencerna dirinya sendiri. Satu fungsi

    penting dari beberapa simbion usus halus adalah mensintesis vitamin-vitamin

    esensial (Soewolo, 2000).

    e. Epitelium Usus Halus

    Organisasi umum usus halus vertebrata dapat dilihat pada gambar 7.5. Di

    sekitar lapisan epitel adalah lapisan otot longitudinal dan sirkuler, dan lapis

    paling luas adalah serosa, yaitu jaringan yang melindungi organ-organ viseral

    abdomen. Lapisan epitelium melindungi vili yang berbentuk seperti jari-jari.

    Epitelium terdiri dari sel-sel goblet yang terletak di antara sel-sel absorptif

    kolumnar. Tingginya vili kira-kira 1 mm, dan setiap vili dikelilingi oleh

    crypt of liberkuhn. Di dalam setiap vilus terdapat suatu jaring-kerja

    pembuluh darah, yaitu kapiler-kapiler dan venula-venula, dan suatu jaring

    kerja pembuluh limfa, termasuk lakteal tengah (gambar 7.5) (Soewolo, 2000).

    Setiap sel absorbtif mengandung suatu struktur yang bergaris pada

    permukaan apikalnya. Ini adalah sikat pembatas, terbuat dari mikrovili yang

    tersusun secara rapat, dengan jumlah sekitar beberapa ribu per sel (2 x

  • 12

    per ); masing-masing tingginya 0,5-1,5 m, besarnya kurang lebih 0,1

    m. Mikrovili tersembunyi di dalam plasma membran dan terdiri atas filamen

    aktin yang berinteraksi dengan filamen miosin yang ada pada pangkal setiap

    mikrovili. Interaksi ini menghasilkan gerak ritmik dari mikrovili yang

    membantu mencampur khim usus (masa setengah cair dari makanan yang

    dicerna) dekat permukaan absortif (Soewolo, 2000).

    Permukaan mikrovili dilapisi oleh glikokaliks, suatu jaringan kerja yang

    tebalnya lebih dari 0,3 m terbuat dari asam mukopolisakharida dan

    glikoprotein. Di dalam glikokaliks, air dan lendir terperangkap dalam suatu

    lapisan tidak bergerak. Lendir disekresikan oleh sel-sel mukus atau sel goblet

    yang terletak di antara sel-sel absortif (Soewolo, 2000).

    f. Daerah Absorbsi Air dan Eliminasi

    Bagian akhir dari suatu saluran pencernaan makanan secara umum

    berkaitan dengan pemindahan kelebihan air dari usus, dan pengumpulan

    bahan makanan yang tidak tercerna sebelum dikeluarkan sebagai feses

    melalui anus. Pada invertebrata, fungsi ini dilakukan terutama oleh usus

    besar. Pada beberapa insekta, feses di dalam rektum idubah hampir kering

    melalui mekanisme khusus untuk memindahkan air dari isi rektum (Soewolo,

    2000).

    2.5 Pencernaan Terjadi Dalam Komparteen Khusus

    Pencernaan Intraseluler. Vakuola makanan, organel seluler di mana enzim

    hidrolitik merombak makanan tanpa mencerna sitoplasma sel sendiri, adalah

    kompartemen yang paling sederhana. Protista heterotrofik mencerna makanannya

    dalam vakuola makanan, umumnya setelah menelan makanan melalui fagositosis

    atau pinositosis. Vakuola makanan menyatu dengan lisosom, yang merupakan

    organel yang mengandung enzim hidrolitik. Keadaan ini akan memungkinkan

    makanan bercampur dengan enzim, sehingga pencernaan terjadi secara aman di

    dalam suatu kompartemen yang terbungkus oleh membran. Mekanisme

    pencernaan ini disebut pencernaan intraseluler (intracelluler digestion). Spons

    berbeda dengan hewan-hewan lain karena pencernaan makanannya (seperti halnya

  • 13

    protista) secara keseluruhan berlangsung melalui mekanisme intraseluler (Reece,

    dkk. 2000).

    Pencernaan Ektraseluler. Pada sebagian besar hewan, paling tidak beberapa

    hidrolisis terjadi melalui pencernaan ekstraseluler (extracellular disgestion),

    yaitu perombakan makanan di luar sel. Pencernaan ekstraseluler terjadi di dalam

    kompartemen yang bersambungan, melalui saluran-saluran, dengan badian luar

    tubuh hewan (Reece, dkk. 2000).

    Banyak hewan dengan bangun tubuh relatif sederhana memiliki kantung

    pencernaan dengan pembukaan tunggal. Kantung ini, yang disebut rongga

    gastrovaskuler (gastrovascular cavity), berfungsi dalam pencernaan dan

    distribusi nutrien ke seluruh tubuh (yang merupakan alasan mengapa ada kata

    vaskuler dalam istilah tersebut). Hidra yang termasuk hewan cnidaria, merupakan

    contoh yang baik mengenai bagaimana suatu rongga gastrovaskuler bekerja. Hidra

    adalah karnivora yang menyengat mangsa dengan organel khusus yang disebut

    nematosis dan kemudian menggunakan tentakel untuk memasukkan makanan

    melalui mulut ke dalam rongga gastrovaskuler. Dengan adanya makanan di dalam

    rongga itu, sel-sel khusus gastrodermis, lapisan jaringan yang melapisi rongga itu,

    mensekresikan enzim pencernaan yang merusak atau merombak jaringan lunak

    pada mangsanya menjadi potongan-potongan kecil. Sel-sel gastrodermal

    kemudian akan menelan partikel makanan, dan sebagian besar hidrolisis

    makromolekul yang sesungguhnya terjadi secara intraseluler seperti pada

    Paramecium dan spons. Setelah hidra selesai mencerna makanannya, bahan-bahan

    yang tidak tercerna yang masih tetap berada di dalam rongga gastrovaskuler,

    seperti eksoskeleton krustase kecil, dikeluarkan melalui sebuah pembukaan

    tunggal, yang berfungsi ganda sebagai mulut sekaligus anus (Reece, dkk. 2000).

    Sama dengan hidra, banyak di antara cacing pipih memiliki rongga

    gastrovaskuler dengan pembukaan tunggal. Juga seperti hidra, pencernaan dimulai

    dalam rongga dan diselesaikan secara intraseluler. Memiliki rongga ekstraseluler

    untuk pencernaan merupakan suatu adaptasi yang memungkinkan seekor hewan

    melahap mangsa yang lebih besar dari yang dapat difagositosis dan yang dapat

    dicerna secara intraseluler (Reece, dkk. 2000).

  • 14

    Berlawanan dengan hewan cnidaria dan cacing pipih, sebagian besar hewan-

    termasuk nematoda, anelida, moluska, antropoda, ekinodermata, dan kordata-

    memiliki pipa atau tabung pencernaan yang memanjang antara dua pembukaan ,

    mulut dan anus. Pipa atau tabung ini disebut saluran pencernaan lengkap

    (complete digestive tract) atau saluran pencernaan (alimentary canal). Karena

    makanan bergerak sepanjang saluran itu dalma satu arah, pipa itu dapat

    diorganisasikan menjadi daerah terspesialisasi yang melaksanakan pencernaan dan

    penyerapan nutrien secara bertahap. Makanan yang ditelan melalui mulut dan

    faring akan lewat melalui esofagus yang menuju ke tembolok, rempela, atau

    lambung, bergantung pada spesies. Tembolok dan lambung adalah organ yang

    umumnya berfungsi untuk penyimpan dan penumpukan makanan, sementara

    rempela akan menggerusnya. Makanan kemudian akan memasuki usus halus di

    mana enzim-enzim pencernaan menghidrolisis molekul makanan, dan nutrien

    diserap melewati lapisan pipa pencernaan tersebut ke dalam darah. Bahan

    buangan yang tidak tercerna akan dikeluarkan melalui anus (Reece, dkk. 2000).

    2.6 Sistem Pencernaan Mamalia

    Sistem pencernaan mamalia terdiri atas saluran pencernaan dan berbagai

    kelenjar aksesoris yang mensekresikan getah pencernaan ke dalam saluran itu

    melalui duktus (saluran). Peristalsis, gelombang kontraksi berirama oleh otot

    polos pada dinding saluran pencernaan, akan mendorong makanan di sepanjang

    saluran tersebut. Pada beberapa persambungan antara segmen-segmen

    terspesialisai (khusus) pada pipa pencernaan, lapisan otot dimodifikasi menjadi

    katup berbentuk cincin yang disebut sfingter (sphincter), yang menutup pipa

    pencernaan tersebut seperti tali pengikat, dan mengatur aliran materi di antara

    ruangan-ruangan dalam saluran itu (Reece, dkk. 2000).

    Kelenjar aksesoris sistem pencernaan mamalia adalah tiga pasang kelenjar

    ludah (salivary gland), pankreas, hati (liver), dan organ penyimpanannya,

    kantung empedu (gallbladder). Dengan menggunakan manusia sebagai contoh,

    sekarang kita akan mengikuti makanan melalui saluran pencernaan (Reece, dkk.

    2000).

  • 15

    2.7 Adaptasi Evolusioner Pada Sistem Pencernaan Vertebrata

    Adaptasi struktural sistem pencernaan seringkali berkaitan dengan jenis

    makanan. Sistem pencernaan mamalia dan vertebrata lain merupakan variasi dari

    sebuah rancang bangun yang sama, tetapi terdapat banyak adaptasi yang sangat

    menarik, yang seringkali berkaitan dengan jenis makanan hewan itu (Reece, dkk.

    2000). Dentisi (pergigian), susunan geligi hewan, merupakan salah satu contoh

    variasi struktural yang mencerminkan jenis makanan.Vertebrata non-mamalia

    umumnya memiliki dentisi yang kurang terspesialisasi, namun terdapat

    pengecualian yang sangat menarik. Sebagai contoh, ular berbisa, seperti rattle-

    snale (ular derik), memiliki gigi taring , yaitu gigi termodifikasi yang

    menyuntikkan bisa ke dalam tubuh mangsanya. Beberapa gigi taring itu

    berlubang, seperti alat suntik, sementara yang lain meneteskan racunnya di

    sepanjang lekukan pada permukaan gigi itu. Ular secara umum memiliki adaptasi

    anatomis penting lain yang dikaitkan dengan pengambilan makanan. Rahang

    bawah bertaut secara longgar dengan tengkorak melalui ligamen elastis yang

    memungkinkan mulut dan kerongkongan membuka sangat lebar untuk menelan

    mangsa yang besar (Reece, dkk. 2000).

    Pada sistem pencernaan vertebrata juga berkorelasi dengan jenis makanan.

    Secara umum, herbivora dan omnivora memiliki saluran pencernaan yang lebih

    besar, relatif terhadap ukuran tubuhnya, dibandingkan dengan karnivora. Vegetasi

    (tumbuhan) lebih sulit dicerna di bandingkan dengan daging karena mengandung

    dinding sel. Saluran pencernaan yang lebih panjang akan menyediakan lebih

    banyak waktu untuk pencernaan dan lebih banyak luas permukaan untuk

    penyerapan nutrien. Satu model kasus adalah katak, yang mengubah jenis

    makanan yang di konsumsi setelah mengalami metamorfosis. Kecebong (larva

    katak) yang memakan alga memiliki usus melilit yang sangat panjang relatif

    terhadap ukuran tubuhnya. Selama metamorfosis, sisa tubuhnya tumbuh lebih

    cepat dibandingkan ususnya, sehingga katak dewasa karnivora memiliki usus

    yang lebih pendek relatif terhadap ukuran tubuhnya (Reece, dkk. 2000).

  • 16

    BAB 3 PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Terdapat beberapa kesimpulan dari rumusan masalah yang telah diuraikan

    antara lain sebagai berikut :

    3.1.1 Saluran pencernaan makanan terdiri atas organ-organ dan alat untuk

    makan dan menelan, termasuk di dalamnya adalah: bagian Mulut (oris),

    Tekak (faring), Kerongkongan (esofagus), Lambung (ventrikulus), Usus

    halus, Usus besar (colon), Poros Anus (rektum), Anus dan struktur-

    struktur yang berhubungan seperti paruh, gigi, lidah, dan kelenjar ludah.

    3.1.2 Mekanisme atau proses yang terjadi pada sistem pencernaan hewan

    yaitu : proses pengambilan nutrisi dari lingkungan menggunakan mulut

    (oris) terjadi proses pencernaan mekanik (gigi mengubah bentuk

    makanan besar menjadi kecil) dan kimiawi (enzim mengubah molekul

    kompleks-sederhana.

    3.1.3 Pada kerongkongan hanya terjadi gerak peristaltik (gerakan meremas-

    remas sehingga mendorong makanan dari rongga mulut masuk ke

    lambung. Proses pencernaan kimiawi terjadi pada mulut, lambung dan

    usus. Makanan yang masuk ke lambung dicerna oleh otot lambung dan

    enzim sehingga menjadi lebih lembut seperti bubur (khim).

    3.2 Saran

    Semoga makalah ini bermanfaat, sehingga seluruh pembaca mampu

    memahami sistem pencernaan hewan, makalah ini jauh dari sempurna apabila ada

    kritik dan saran mohon di sampaikan.

  • 17

    DAFTAR PUSTAKA

    Champbell, Neil A, dkk. 2000. Biologi Edisi kelima Jilid 3. Jakarta : Erlangga.

    Marsden, Kathryn. 2005. Food Combining. London : PT Mizan Pustaka.

    Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Departemen Pendidikan Nasional:

    Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah IBRD Loan No.3979.