BUKU KERJA PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN ... dari praktikum ini adalah untuk mengenali dan menjelaskan...
Transcript of BUKU KERJA PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN ... dari praktikum ini adalah untuk mengenali dan menjelaskan...
BUKU KERJA PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AKUAKULTUR
SISTEM PENCERNAAN
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
NAMA ASISTEN :
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pencernaan sama pentingnya dengan makanan untuk bertahan hidup
pada hewan. Karakteristik anatomi dari sistem pencernaan ini tergantung pada
makanan. Karakteristik anatomi juga bergantung pada habitat dan kandungan
nutrisi pada organisme. Morfologi saluran pencernaan ikan menjelaskan
bagaimana makanan diperoleh dan dicerna oleh ikan. Secara umum terdapat
saluran pencernaan pada ikan yaitu lubang mulut, esophagus, perut, serta usus
(Nawulawa, et al., 2013).
Pencernaan adalah proses yang terjadi di dalam saluran pencernaan dengan
memecah belah pakan menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana. Pemecahan
senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana agar dapat diabsorpsi melalui
dinding saluran pencernaan. Pecahan senyawa ini kemudian masuk ke dalam
darah dan diedarkan keseluruh tubuh (Hartono, et al., 2015).
Pakan yang masuk akan disederhanakan melalui mekanisme fisik dan
kimiawi agar mudah diserap. Menurut Mahyuddin (2008), p roses pencernaan
makanan dipercepat oleh sekresi kelenjar pencernaan yang berasal dari hati,
kantong empedu, lambung, dan usus. Alat-alat pencernaan pada ikan secara
umum dari awal hingga akhir adalah: mulut, rongga mulut, pharynx, esophagus,
lambung, pylorus, usus dan anus.
Gerak peristaltik pada sistem pencernaan merupakan gaya pendorong
makanan pada saat menelan. Peristaltik adalah gerakan yang terjadi pada otot-
otot pada saluran pencernaan yang menimbulkan gerakan semacam gelombang,
sehingga menimbulkan efek mendorong atau menelan makanan yang masuk ke
dalam saluran pencernaan. Makanan tidak hanya turun menuju lambung, tetapi
didorong oleh kontraksi otot yang sangat kuat yang disebut peristaltik. Gerak
peristaltik merupakan pencernaan secara mekanis sedangkan secara kimia
dengan bantuan enzim (Toto dan Yulisma, 2017).
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum ini adalah untuk mengenali dan menjelaskan organ-
organ sistem pencernaan dan mengetahui sistem pencernaan, mengetahui daya
cerna ikan dan menghitung waktu pengosongan lambung.
Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan (mahasiswa) mengetahui
dan dapat menjelaskan mekanisme pencernaan, mengerti cara penentuan daya
cerna ikan tehadap makanan dan waktu pengosongan lambung dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum Fisiologi Hewan Akuakultur materi sistem pencernaan
dilaksanakan pada tanggal 15 September 2018 di Laboratorium Budidaya Ikan
Divisi Reproduksi Ikan dan Laboratorium Hidrobiologi Divisi Lingkungan dan
Bioteknologi Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Brawijaya Malang.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pencernaan
Menurut Burhanuddin (2014), mencerna makanan merupakan proses di
dalam tubuh organisme yang mengubah atau menyederhanakan bahan-bahan
makanan yang dapat diserap oleh dinding usus yang berguna bagi tubuh.
Pencernaan adalah proses pemecahan komponen makanan berupa (karbohidrat,
protein dan lemak) yang dikonsumsi oleh organisme dari bentuk kompleks
menjadi senyawa yang lebih sederhana. Pencernaan makanan dapat terjadi
secara mekanis dengan bantuan gigi atau penggantinya dan secara kimia
(dengan bantuan enzim pencernaan atau).
2.2 Fungsi Saluran Pencernaan
Menurut Burhanuddin (2014), beberapa fungsi saluran pencernaan
diantaranya yaitu:
Mendoron atau mengaduk isi dari gastrointestin,
mensekresi cairan cairan pencernaan,
mencerna makanan,
mengabsorbsi makanan
2.3 Urutan Saluran Pencernaan Ikan
Menurut Burhanuddin (2014), saluran pencernaan ikan masing-masing
mempunyai fungsi yaitu sebagai berikut :
1. Mulut sebagai alat untuk mengambil dan menghisap makanan.
2. Rongga mulut berfungsi untuk mempermudah jalannya makanan ke
saluran pencernaan berikutnya, penerima rasa dan penyeleksi
makanan.
3. Faring, lapisan permukaan faring hampir sama dengan rongga mulut,
masih ditemukan organ pengecap (paringeal). Pada ikan herbivora
berfungsi sebagai penyaring plankton. Pada ikan karnivora dan
omnivora berfungsi sebagai penghalus makanan karena terdapat gigi
faring.
4. Esofagus sebagai alat untuk menelan makanan dan penyerapan garam
melalui difusi (ikan air laut).
5. Lambung, lambung ditutupi oleh sel mukus yang mengandung
mukopolisakarida yang agak asam sebagai pelindung dinding lambung
dari kerja asam klorida. Lambung berfungsi sebagai penampung
makanan dan mencerna makanan secara kimiawi. Pada ikan-ikan
herbivora terdapat gizard (lambung khusus) berfungsi untuk menggerus
makanan (pencernaan secara fisik).
6. Pilorus sebagai pengatur pengeluaran makanan dari lambung menuju
usus (tidak semua ikan memiliki pyloric caeca).
7. Usus sebagai tempat penyerapan sari-sari makanan.
8. Rectum sebagai penyerapan air dan ion-ion sehingga feses ikan lebih
padat.
9. Kloaka sebagai tempat bermuaranya saluran pencernaan dan saluran
urogenital. Ikan bertulang sejati tidak memiliki kloaka, sedangkan ikan
bertulang rawan memiliki organ tersebut.
10. Anus merupakan ujung saluran pencernaan, sebagai tempat pengeluran
feses.
2.4 Organ Pencernaan
Organ pencernaan merupakan yang menghasilkan enzim untuk proses
pencernaan, yang meliputi antara lain sebagai berikut:
1. Lambung
Menurut Suranto (2011), lambung memiliki beberapa enzim:
HCl : untuk memecah jaringan (makanan), mempertahankan
osmolaritas lambung, mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin,
menurunkan pH sesuai dgn aktivitas enzim pepsin dan mencegah
pertumbuhan bakteri
Enzim pepsin: menguraikan ikatan peptida
2. Hati dan Kantung Empedu
Menurut Jaya, et al. (2017), usus berwarna merah kecoklatan, letaknya
di bagian depan rongga badan dan meluas mengelilingi usus. Hati
kanan dan kiri tidak bersatu dan masing-masing mempunyai saluran
empedu yang menuju ke dalam kantong empedu. Hati: sebagai tempat
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak serta memproduksi cairan
empedu. Kantung empedu: menampung cairan empedu yang
disekresikan oleh organ hati.
3. Pankreas
Menurut Baert, et al. (1999), pankreas memiliki beberapa enzim:
Enzim proteolytic: melanjutkan menguraikan protein yang dimulai
dari lambung oleh pepsin.
Enzim amlolytic: menguraikan ikatan polysakarida
Enzim lipolytic: menguraikan 2 ikatan triasilgliserol menjadi 2 asam
lemak bebas dan 1 monogliserol. Enzim lipolytic dibagi menjadi 3
Enzim tripsin: menguraikan ikatan peptida
Enzim amilase: menguraikan ikatan polisakarida
Enzim lipase: menguraikan ikatan ester
4. Usus
Munurut Driskell (2008), enzim-enzim didalam usus terdiri atas:
Enzim phosphatase alkaline: melepas fosfat dari komponen organik
seperti protein
Enzim tri peptidase: menguraikan ikatan peptida
Enzim sellulase, amilase: menguraikan dekstrin (polisakarida)
2.5 Prinsip Pencernaan
Menurut Mahyuddin (2008), prinsip penceernaan terdiri atas:
Pencernaan mekanik
Pencernaan bahan makanan secara fisik atau mekanik dimulai dari
bagian rongga mulut, yaitu dengan berperannya gigi dalam proses
pemotongan dan penggerusan makanan.
Pencernaan kimiawi
Proses pencernaan dipercepat oleh sekresi kelenjar pencernaan, seperti
lambung dan usus. Kelenjar pencernaan ini menghasilkan enzim
pencerna yang berguna dalam membantu proses penghancuran
makanan.
2.6 Proses Pencernaan
Menurut Marks, et al. (1996), proses pencenaan terdiri atas 3 yakni meliputi:
Pencernaan Karbohidrat
Saat di dalam mulut, makanan bercampur dengan amilase yang
mengubah pati menjadi dekstrin. Kemudian dari lambung makanan masuk
ke usus. Amilase pada pankreas memecah pati menjadi disakarida.
Enzim laktase dalam usus (mengubah disakarida menjadi galaktosa dan
fruktosa). Galaktosa dan fruktosa pada dinding usus diubah menjadi
glukosa. Terdapat pula enzim sellulase (mengubah sellulosa menjadi
sellobiose), kemudian oleh enzim sellobiase (sellobiose dihidrolisis
menjadi glukosa). Pada bentuk glukosa karbohidrat dapat diserap oleh
sel dinding usus (entrocyte).
Pencernaan Protein
Pencernaan protein dimulai di lambung adanya enzim pepsin (protein
menjadi peptida) dan enzim-enzim proteolitik (tripsin) yang bekerja di
lumen usus. Di segmen usus peptid dihidrolisis menjadi oligopeptida oleh
enzim tripsin, selanjutnya oligopeptida dihidrolisis oleh enzim peptidase
menjadi asam amino.
Pencernaan Lemak
Pencernaan lemak dimulai dari lambung, triasilgliserol dalam makanan
mengalami emulsifikasi di usus. Lipase pankreas mengubah triasilgliserol
dalam usus menjadi 2 asam lemak dan 1 monoasilgliserol.
2.7 Digestibility
Menurut Geremew, et al. (2015), digestibility merupakan banyaknya nutrisi
pakan yang mampu dicerna di dalam pencernaan. Daya cerna makanan yang
semakin tinggi menunjukan semakin banyak nutrisi yang diserap. Pengetahuan
tentang gizi bagi daya cerna sangat penting karena dapat mengetahui potensi
bahan yang dapat digunakan sebagai bahan makanan.
2.8 Faktor yang Mempengaruhi Digestibility
Menurut Silva dan Anderson (1995), faktor yang mempengaruhi digestibility
yaitu:
Internal: kondisi fisiologis ikan, stadia, umur, jenis kelamin dan jenis ikan
(herbivora, karnivora, omnivora).
Eksternal: kondisi lingkungan, komposisi pakan, waktu dan frekuensi
pemberian pakan dan padat tebar.
2.9 Gastric Evacuation Time (GET)
Menurut Rogge dan Taft (2010), GET adalah waktu yang dibutuhkan perut
atau lambung untuk mengosongkan pencernaan hingga dikeluarkannya feses
pertama kali. Waktu pengosongan lambung pada ikan berhubungan dengan
frekuensi pemberian pakan. Frekuensi pakan dan komposisi pakan merupakan
hal yang berpengaruh pada GET
2.10 Faktor yang Mempengaruhi Gastric Evacuation Time (GET)
Menurut Rogge dan Taft (2010), faktor yang mempengaruhi GET terdiri atas
2 faktor yaitu:
1. Faktor internal: faktor internal yang mempengaruhi adalah umur ikan,
organ pencernaan, digestibility, kondisi fisiologi ikan, ukuran ikan
2. Faktor eksternal: faktor yang mempengaruhi adalah jenis pakan, waktu
pemberian pakan, suhu.
2.11 Hubungan Gastric Evacuation Time (GET) dan Digestibility
Proses pencernaan termasuk sebuah fase dimana sebagian besar
makanan dicerna dan kemudian sisa makanan dikeluarkan secara perlahan
sebagai feses. Hubungan Gastric Evacuation Time dan Digestibility adalah ketika
digestibility tinggi, maka GET akan semakin cepat. Begitupun ketika digestibility
rendah maka GET akan semakin lama.
2.12 Jenis pakan
Pakan terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu pakan alami, pakan buatan,
dan pakan tambahan.
Pakan alami: pakan yang berasal dari alam. Contoh: fitoplankton dan
zooplankton (Tiana dan Murhananto, 2004).
Pakan buatan: pakan yang sengaja dibuat, misal oleh pabrik tertentu yang
kadar nutrisinya sudah ditentukan contohnya pelet (Tiana dan
Murhananto, 2004).
Pakan tambahan: pakan ini hanya diberikan sebagai alternative atau
tambahan nutrisi Contoh: baby fish, keong mas, bekicot, daun pepaya
(Roy, 2013).
3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat dan Fungsinya
a. Digestibility
Alat yang digunakan pada praktikum Fisiologi Hewan Akuakultur materi
Sistem pencernaan digestibility adalah :
Toples Kapasitas 5L :
Timbangan digital :
Freezer :
Stopwatch :
Seser :
Kaca arloji :
Aerator :
Sectio set :
Kamera digital :
Akuarium :
Nampan :
Lap :
Desikator :
Gunting :
Kalkulator :
Oven :
Selang sifon :
Saringan :
T aerator :
Selang aerator :
Batu aerasi :
Loyang :
Beaker glass :
Kabel rol :
Cutter :
b. Gastric Evacuation Time (GET)
Alat yang digunakan pada praktikum Fisiologi Hewan Akuakultur materi
Sistem pencernaan Gastric Evacuation Time (GET) adalah :
Toples Kapasitas 5L :
Seser :
Bak :
Stopwatch :
Timbangan digital :
Kaca arloji :
Lap :
Akuarium :
Aerator :
Sectio set :
Kamera digital :
Nampan :
Kabel rol :
Freezer :
T aerator :
Selang aerator :
Batu aerasi :
3.1.2 Bahan dan Fungsinya
a. Digestibility
Bahan yang digunakan pada praktikum Fisiologi Hewan Akuakultur materi
Sistem pencernaan Digestibility adalah :
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) :
Lumut jarring (Chaetomorfa sp.) :
Mata lele (Azolla pinnata) :
Cacing sutra (Tubifex sp.) :
Cacing darah (Chironomous sp.) :
Trash Bag :
Pelet :
Kertas label :
Tisu :
Kain saring (15 cm x 15 cm) :
Kertas buram :
Air :
b. Gastric Evacuation Time (GET)
Bahan yang digunakan pada praktikum Fisiologi Hewan Akuakultur materi
Sistem pencernaan Gastric Evacuation Time (GET) adalah :
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) :
Lumut jaring (Chaetomorfa sp.) :
Mata lele (Azolla pinnata) :
Cacing sutra (Tubifex sp.) :
Cacing darah (Chironomous sp.) :
Trash Bag :
Pelet :
Kertas label :
Tisu :
Kertas buram :
Air :
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Daya Cerna (Digestibility)
Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
-Dipuasakan selama >24 jam
Toples
-Diisi air ¾ bagian -Diberi aerasi -Ditimbang ikan nila -Dimasukkan ke toples
Pakan
-Ditimbang 5% dari berat tubuh ikan Perlakuan jenis pakan: 1 = lumut jaring (Chaertomorfa sp.)
2 = cacing darah (Chironomous sp.) 3 = pellet 4 = mata lele (Azolla pinnata) 5 = cacing sutra (Tubifex sp.)
-Diberi pada ikan secara terus menerus hingga kenyang (adlibitum) -Ditunggu dengan lama waktu 3 jam
Kain 15 x 15 cm
-Dioven dengan suhu 100oC selama 15 menit -Didesikator selama 15 menit -Kain ditimbang -Kain diletakkan dalam saringan -Diambil sisa pakan dan sisa feses dengan saring berbeda -Dioven sisa pakan dan feses kemudian ditimbang -Dihitung Digestibility dengan rumus:
Digestibility:
BTM = Berat Total Makanan (gram) = Total pakan diberikan–(sisa
pakan kering+sisa pakan di perairan) BTF = Berat total feses (gram)
BTM-BTF x 100% BTM
Hasil
3.2.2. Waktu Pengosongan Lambung (Gastric Evacuation Time)
Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
-Dipuasakan selama >24 jam
Toples
-Diisi air ¾ bagian -Diberi aerasi -Diambil 4 ekor ikan nila, ditimbang ikan nila -Dimasukkan ke toples
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) 1, sebagai ikan kontrol
- Ditimbang berat tubuh - Dibedah - Ditimbang berat lambung
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) 2, 3, 4 sebagai ikan uji
- Ditimbang berat tubuh - Diberi pakan 5 % dari berat tubuh ikan
Perlakuan:
➢1 = lumut jaring (Chaetomorfa sp.)
➢2 = cacing sutra (Tubifex)
➢3 = cacing darah (Chironomous sp.)
➢4 = Pellet
➢5 = Mata lele (Azolla pinnata)
- Ikan 2 diamati sebagai GET 0 - Ikan 3 diamati sebagai GET 1 - Ikan 4 diamati sebagai GET 2
- Dibedah masing-masing sesuai perlakuan - Diambil lambung dan ditimbang
Hasil
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Hasil
4.1.1 Diggestibility
4.1.2 Gastric Evacuation Time (GET)
4.2 Analisis Grafik
4.2.1 Digestibility
4.2.2 Gastric Evacuation Time (GET)
4.3 Hubungan Digestibility dengan Gastric Evacuation Time (GET)
4.4 Faktor Koreksi 4.5 Manfaat di Bidang Perikanan
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Baert, A. L., G. Delormeand and L. Van Hoe. 1999. Radiology of the pancreas. Medicl Radioloy. New York. 308 page
. Burhanuddin, A. I. 2014. Ikhtiologi, Ikan dan Segala Aspek Kehidupannya.
Deepublish. Yogyakarta. 430 hlm De Silva, S. S and T. A Anderson. 1995. Fish Nutrition in Aquaculture. Chapman
and Hall. London. 320 page.
Driskell, J. A. 2008. Nutrition and exercise concerns of middle age. CRC Press. New York. 278 page.
Geremew, A. 2015. Digestibility of soybean cake, niger seed cake and linseed
cake in juvenile nile tilapia, Oreochromis niloticus L. Aquaculture Research and Development. 6(5): 1-5.
Hartono, R., Y. Fenita dan E. Sulistyowati. 2015. Uji in vitro kecernaan bahan
kering, bahan organikdan produksin-nh3 pada kulit buah durian (Durio zibethinus) yang difermentasi jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) dengan perbedaan waktu inkubasi. Jurnal Sains Perternakan Indonesia. 10(2): 87-94.
Jaya, R. A. K., Aini dan I. Halid. 2017. Pengaruh paparan pestisida terhadap
kadar sgpt (serum glutamic piruvat transaminase) pada petani di desa sembung kecamatan narmada kabupaten Lombok Barat. Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan. 3(2): 120-125.
Mahyuddin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya.
Jakarta. 168 hlm. Marks, D. B., A. D. Marks and C. M. Smith. 1996. Basic Medical Biochemistry: A
Clinical Approach. Maryland: Williams & Wilkins. 1024 page. Namulawa, V. T., C. D. Kato, E. Nyaita, J. Rutaisire and P. Britz. 2013. Scanning
electron microscopy of the gastrointestinal tract of nile perch (Lates niloticus, Linneaus, 1758). Int. J. Morrphol. 31(3):1068-1075.
Rogge, C. M. and D. R. Taft. 2010. Preclinical Drug Development. USA: CRC
Press. 376 page. Roy, R. 2013. Budi Daya Sidat. Agro Media Pustaka. Jakarta Selatan. 70 hlm. Suranto, A. 2011. Terapi Enzim. Penebar Plus. Jakarta. 153 hlm. Tiana, O. A. dan Murhananto. 2004. Membedah Rahasia Sukses Memelihara
Ikan Koi. Agro Media Pustaka. Depok. H39 hlm
Toto dan L. Yulisma. 2017. Analisis aplikasi gaya dalam fisika yang berkaitan dengan bidang biologi. Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika. 4(3): 63-72.