Makalah Blok 15 Rescky

download Makalah Blok 15 Rescky

of 14

Transcript of Makalah Blok 15 Rescky

  • 8/10/2019 Makalah Blok 15 Rescky

    1/14

    1

    Melepuh Setelah Minum Obat

    Rescky Felsario Rona

    Fakultas Kedokteran

    Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) 2012

    Jl.Arjuna Utara no.6

    Jakarta 11510

    [email protected]

    Pendahuluan

    Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dengan bagian

    luar lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m 2dengan berat kira-kira 15 %

    berat badan. Kulit juga merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat

    kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga

    bergantung pada lokasi tubuh.1

    Warna kulit juga berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang (fair skin), pirang dan

    hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi, serta warna hitam kecoklatan

    pada genitalia orang dewasa. Kulit pula bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya, kulit

    yang elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan

    tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, yang

    lembut pada leher dan badan, dan yang berambut kasar terdapat pada kepala.1

    PembahasanKulit yang merupakan organ terbesar pada tubuh manusia, membungkus otot-otot dan

    organ-organ dalam. Kulit merupakan jalinan jaringan tidak berujung pembuluh darah, saraf,

    dan kelenjar, semuanya mempunyai potensi untuk terserang penyakit. Penyakit kulit yang

    paling sering yaitu jerawat dan penyakit-penyakit lain seperti ekzema, yang dapat diturunkan

    atau disebabkan oleh alergen.2

    Anatomi kulit secara histopatologik, tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu:1

    1.

    Lapisan epidermis atau kutikel, terdiri dari:

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]
  • 8/10/2019 Makalah Blok 15 Rescky

    2/14

    2

    - Stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan

    stratum basale.

    2. Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin), lapisan di bawah epidermis yang jauh

    lebih tebal, terdiri dari lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular

    dan folikel rambut. Ada 2 bagian:

    - Pars papilare, bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan

    pembuluh darah.

    - Pars retikulare, bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan, terdiri dari

    serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar

    matriks dari lapisan ini terdiri dari cairan kental asam hialuronat dan kondroitin

    sulfat juga terdapat fibroblas. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas,

    membentuk ikatan yang mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin.

    3. Lapisan subkutis, merupakan kelanjutan dermis yang terdiri dari jaringan ikat longgar

    berisi sel-sel lemak di dalamnya. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa

    yang berfungsi sebagai cadangan makanan.

    Gambar 1. Penampang kulit. Diunduh darihttp://ardra.biz/kesehatan/kesehatan-kulit-

    dan-wajah

    Fungsi kulit:2

    Kulit melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan terhadap

    infeksi bakteri, virus dan jamur. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur melalui

    vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah kulit dan sekresi kelenjar keringat. Setelah

    kehilangan seluruh kulit, maka cairan tubuh yang penting akan menguap dan elektrolit-

    elektrolit akan hilang dalam beberapa jam saja. Bau yang sedap atau tidak sedap dari kulit

    berfungsi sebagai pertanda penerimaan atau penolakan sosial dan seksual. Organ-organ

    adneksa kulit seperti kuku dan rambut telah diketahui mempunyai nilai-nilai kosmetik. Kulit

    http://ardra.biz/kesehatan/kesehatan-kulit-dan-wajahhttp://ardra.biz/kesehatan/kesehatan-kulit-dan-wajahhttp://ardra.biz/kesehatan/kesehatan-kulit-dan-wajahhttp://ardra.biz/kesehatan/kesehatan-kulit-dan-wajahhttp://ardra.biz/kesehatan/kesehatan-kulit-dan-wajahhttp://ardra.biz/kesehatan/kesehatan-kulit-dan-wajah
  • 8/10/2019 Makalah Blok 15 Rescky

    3/14

    3

    juga merupakan tempat sensasi raba, tekan, suhu, nyeri dan nikmat, karena jalinan ujung-

    ujung saraf yang saling bertautan.

    Dari skenario, didapatkan kasus seorang anak laki-laki yang dirawat di rumah sakit

    karena keluhan melepuh pada kedua lengan, badan atas, bokong, dan kedua paha setelah

    minum obat sejak 2 hari lalu.

    Different diagnosis yang dapat dipakai adalah sindrom steven johnson, nekrosis epidermis

    toksis, dan erupsi obat alergik. Untuk menegakkan diagnosis, hal pertama yang harus

    dilakukan adalah anamnesis, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik, setelah itu

    menentukan working diagnosisserta pengobatan dan edukasi yang tepat bagi penderita untuk

    proses penyembuhannya.

    Anamnesis

    Anamnesis merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien/

    keluarganya/ orang yang mempunyai hubungan dekat dengan pasien dengan memperhatikan

    petunjuk-petunjuk verbal dan non-verbal mengenai riwayat penyakit pasien.

    Tujuan dari anamnesis adalah mendapatkan informasi menyeluruh dari pasien yang

    bersangkutan. Dari kasus ini, anamnesis yang dapat digunakan adalah jenis aloanamnesis di

    mana di sini seorang dokter bisa mendapatkan informasi tentang pasien bersangkutan dari

    keluarganya atau orang yang mempunyai hubungan dekat dengan pasien. Informasi yang

    dimaksud adalah data medis organobiologis, psikososial, dan lingkungan pasien, selain itu

    tujuan yang tidak kalah penting adalah membina hubungan dokter-pasien yang profesional

    dan optimal.

    Data anamnesis terdiri atas beberapa kelompok data penting:

    1. Identitas pasien,

    2. Keluhan utama,

    3. Keluhan penyerta,

    4. Riwayat penyakit sekarang,

    5. Riwayat penyakit dahulu,

    6. Riwayat kesehatan keluarga,

    7. Riwayat pribadi, sosial-ekonomi-budaya.

    Karena pasien khawatir untuk memperlihatkan ruamnya, hal yang bijaksana bagi

    dokter adalah memerhatikan ruam tersebut dengan cepat, kemudian menanyakan

    riwayatnya dan terakhir kembali memeriksa ruam tersebut dengan teliti. Pertanyaan-

    pertanyaan yang ditujukan kepada pasien dengan lesi kulit antara lain:

  • 8/10/2019 Makalah Blok 15 Rescky

    4/14

    4

    - Tempat lesi tersebut mulai timbul?

    - Apakah lesi tersebut terasa gatal?

    - Apakah lesi tersebut terasa nyeri?

    - Pola penyebaran (baik secara anatomis maupun perjalanan penyakitnya)

    - Perkembangan lesi tersebut

    - Respons terhadap pengobatan yang diberikan

    - Adanya pencetus, antara lain obat yang digunakan

    - Adanya gejala yang menunjukkan penyakit yang mendasari

    Untuk memeriksa kulit, suatu kaca pembesar mungkin diperlukan. Kulit sebaiknya

    dipalpasi dengan hati-hati untuk menilai tekstur dan kepucatannya. Pasien mungkin

    diharuskan untuk tidak berpakaian dengan tujuan untuk menentukan luas dan

    tampilan beberapa ruam. Selain itu, yang harus diperiksa juga adalah mulut, kuku,

    rambut dan genitalia.3

    Pemeriksaan

    Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan kulit terdiri atas:

    - Inpeksi

    -

    Palpasi

    Pasien dan pemeriksa harus merasa nyaman selama pemeriksaan kulit. Pencahayaan

    harus disesuaikan agar diperoleh penerangan yang optimal. Meskipun tidak ada keluahn

    tentang kulit, pengamatan cermat terhadap kulit harus dikerjakan pada semua pasien karena

    kulit dapat memberi petunjuk tersembunyi tentang penyakit sistemik yang mendasarinya. Jika

    ada kemungkinan terdapat penyakit menular, hendaknya memakai sarung tangan. Yang perlu

    dilihat juga adalah apakah ada perubahan warna kulit yang terjadi karena hiperpigmentasi

    atau sebaliknya. Pada pemeriksaan kuku, harus dilihat apakah kuku terlihat bersih atau kotor,

    panjang atau pendek, lalu dilihat juga warna kuku, permukaannya halus atau rata, ada

    lekukan (pitting) atau tidak, mudah patah atau tidak, ada tanda-tanda radang atau tidak, juga

    dilakukan pemeriksaan dasar kuku dan jari-jari tangan.

    Pada pemeriksaan rambut, yang harus dilihat adalah apakah ada lesi pada kulit kepala,

    rambut terlihat kusam atau tidak, batang rambut teraba kasar atau halus, apakah bercabang

    dan mudah rontok, lalu apakah terdapat ketombe atau telur kutu.4

  • 8/10/2019 Makalah Blok 15 Rescky

    5/14

    5

    Pemeriksaan penunjang

    Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan salah satunya adalah pemeriksaan

    laboratorium. Tetapi hasil pemeriksaan laboratorium biasanya tidak khas. Jika terdapat

    leukositosis, penyebabnya kemungkinan karena infeksi bakterial, tetapi jika terdapat

    eosinofilia kemungkinan karena alergi. Jika disangka penyebabnya karena infeksi, dapat

    dilakukan kultur darah.1

    Differential Diagnosis

    1. Nekrolisis Epidermal Toksik

    Nekrolisis epidermal toksik adalah penyakit berat, gejala kulit yang terpenting

    ialah epidermiolisis generelisata, dapat disertai kelainan pada selaput lendir di

    orifisium dan mata. Dibandingkan dengan sindrom steven-johnson, penyakit ini lebih

    jarang. Umumnya pada orang dewasa dan dengan sindrom steven-johnson. Penyebab

    utama karena alergi obat yang berjumlah 80-95%, seperti karena penicilin (24%),

    parasetamol (17%), dan karbamazepin (14%). Penyebab lain ialah analgetik

    /antipiretik, kotrimoksasol, dilantin, klorokuin, seftriakson, jamu dan aditif.1

    Nekrolisis epidermal toksik ialah bentuk parah sindrom steven-johnson.

    Tentang imunopatogenesis sama dengan S.S.J yaitu merupakan reaksi tipe II

    (sitolitik) menurut Coomb dan Gel. Jadi gambaran klinisnya bergantung pada sel

    sasaran (target cell). Gejala utama pada N.E.T adalah epidermiolisis karena sel

    sasarannya adalah epidermis. Gejala atau tanda yang lain dapat menyertai N.E.T

    bergantung pada sel sasaran yang dikenai.1

    Gejala Klinis

    Nekrolis Epidermal Toksik merupakan penyakit yang berat dan sering

    menyebabkan kematian karena gangguan keseimbangan cairan/elektrolit atau karena

    sepsis. Penyakit mulai secara akut dengan gejala prodromal. Pasien tampak sakit berat

    dengan demam tinggi, kesadaran menurun (soporo-komatosa), kelainan kulit dimulai

    dengan eritema generalisata kemudian timbul banyak vesikel dan bula, dapat pula

    disertai purpura. Lesi pada kulit dapat disertai lesi pada bibir dan selaput lendir mulut

    berupa erosi, ekskoriasi, dan perdarahan sehingga terbentuk krusta berwarna merah

    hitam pada bibir. Kelainan macam ini dapat pula terjadi di orifisium genitalia eksterna

    juga kelainan pada mata.

  • 8/10/2019 Makalah Blok 15 Rescky

    6/14

    6

    Pada N.E.T, yang penting ialah terjadinya epidermiolisis, yaitu epidermis terlepas

    dari dasarnya yang kemudian menyeluruh dan gambaran klinisnya berupa kombusio.

    Adanya epidermiolisis menyebabkan tanda Nikolskiy positif pada kulit yang

    eritematosa, yaitu jika kulit ditekan dan digeser, maka kulit akan mudah terkelupas.

    Epidermiolisis mudah dilihat pada tempat yang sering terkena tekanan, yaitu pada

    punggung dan bokong karena biasa berbaring. Pada sebagian pasien, kelainan kulit

    hanya berupa epidermiolisis dan purpura, tanpa disertai erosi, vesikel dan bula. Kuku

    dapat terlepas (onikolisis) kadang jiga terdapat perdarahan di traktus gastrointestinal.1

    Komplikasi

    Komplikasi pada ginjal berupa nekrosis tubular akut akibat terjadinya

    ketidakseimbangan cairan bersama-sama dengan glomerulonefritis.1

    Penatalaksanaan

    Yang paling utama adalah penanganan infeksi dan mempertahankan

    keseimbangan cairan elektrolit.

    - Kortikosteroid

    Deksametason :20-30 mg/hari, i.v dan dibagi 3-4 kali/hari.

    Pada lesi baru, dosis diturunkan secara cepat dengan laju 4x0,5 mg/hari atau

    dengan prednison 4-5 mg/hari.

    - Antibiotik

    Sefotaksim : 3x1 gr/hari, i.v (maks. 12 gr/hari) diberikan 3-4 kali/hari.

    Gentamisin : 2x60 mg/hari, i.v.

    Netilmisin sulfat : BB > 50 kg ; 2x150 mg/hari, i.m.

    BB

  • 8/10/2019 Makalah Blok 15 Rescky

    7/14

    7

    Prognosis

    Jika penyebabnya infeksi, maka prognosisnya lebih baik daripada jika disebabkan

    alergi terhadap obat. Kalau kelainan kulit luas, meliputi 50-70% permukaan kulit,

    prognosisnya buruk.1

    2. Erupsi Obat Alergik

    Erupsi obat alergik ialah reaksi alergik pada kulit atau daerah mukokutan yang

    terjadi sebagai akibat pemberian obat yang biasanya sistemik.

    Reaksi kulit terhadap obat dapat terjadi melalui mekanisme imunologik atau non-

    imunologik. Erupsi obat alergi terjadi pada pemberian obat kepada penderita yang

    sudah mempunyai hipersensitivitas terhadap obat tersebut. Biasanya obat itu berperan

    pada mulanya sebagai antigen yang tidak lengkap atau hapten disebabkan oleh berat

    molekulnya yang rendah.

    Terjadinya reaksi hipersensitivitas karena obat harus di metabolisme terlebih dahulu

    menjadi produk yang secara kimia sifatnya reaktif, terdapat 2 langkah:

    - Reaksi fase I : reaksi oksidasi reduksi

    - Reaksi fase II : reaksi konjugasi

    Reaksi oksidasi-reduksi umumnya melibatkan enzim sitokin P450, prostaglandinsintetase dan peroksidase jaringan. Reaksi fase II diperantarai oleh enzim, misalnya

    hidrolase, glutation-S-transferase (GST) dan N-asetyl-transferase (NAT). Untuk dapat

    menimbulkan reaksi imunologik hapten harus bergabung dahulu dengan protein

    pembawa (carrier) yang ada dalam sirkulasi atau protein jaringan hospes. Carrier

    diperlukan oleh obat atau metabolitnya untuk merangsang sel limfosit T agar

    merangsang sel limfosit B membentuk antibodi terhadap obat atau metabolitnya.1

    Gambaran Klinis

    1. Erupsi makulapapular atau morbiliformis

    Disebut juga eksantematosa dapat diinduksi oleh oleh hampir semua obat.

    Sering kali terdapat erupsi generalisata dan simetris terdiri atas eritema, selalu ada

    gejala pruritus, kadang terjadi demam, malaise dan nyeri sendi. Lesi biasanya

    timbul dalam 1-2 minggu setelah dimulainya terapi. Erupsi jenis ini sering

    disebabkan oleh ampisilin, NSAID, sulfonamid, dan tetrasiklin.

  • 8/10/2019 Makalah Blok 15 Rescky

    8/14

    8

    2. Urtikaria dan angioedema

    Urtikaria menunjukkan kelainan kulit berupa urtika, kadang dapat disertai

    angioedema. Pada angioedema yang berbahaya adalah terjadi asfiksia, bila

    menyerang glotis. Keluhan umum biasanya gatal dan panas tempat lesi. Biasanya

    timbul mendadak dan hilang perlahan-lahan dalam 24 jam. Urtikaria dapat disertai

    demam dan gejala-gejala umum seperti malaise, nyeri kepala dan vertigo.

    Angioedema biasanya terjadi di daerah bibir, kelopak mata, genitalia eksterna,

    tangan dan kaki. Kasus-kasus angioedema pada lidah dan laring harus mendapat

    pertolongan segera. Penyebab tersering adalah penisilin, asam asetilsalisilat dan

    NSAID.

    3. Fixed drug eruption (FDE)

    FDE disebabkan khusus obat atau bahan kimia dan paling sering dijumpai.

    Kelainan ini umumnya berupa eritema dan vesikel berbentuk bulat atau lonjong

    dan biasanya numular. Kemudian meninggalkan bercak hiperpigmentasi yang

    hilangnya lama bahkan sering menetap. Kelainan akan timbul berkali-kali pada

    tempat yang sama. Predileksinya di sekitar mulut, di daerah bibir dan darah penis

    sehingga sering disangka penyakit kelamin karena berupa erosi, kadang-kadang

    cukup luas disertai eritema dan rasa panas setempat. Penyebab yang sering ialah

    sulfonamid, barbiturat, trimetoprim, dan analgesik.

    4. Eritroderma (dermatitis eksfoliativa)

    Eritroderma adalah terdapatnya eritema universal yang biasanya disertai

    skuama. Disebabkan oleh bermacam-macam penyakit lain di samping alergi

    karena obat, misalnya psoriasis. Pada eritroderma karena alergi obat terlihat

    eritema tanpa skuama dan skuama baru timbul saat stadium penyembuhan.

    Penyebabnya adalah sulfonamid, penisilin dan fenilbutazon.

    5. Purpura

    Purpura adalah perdarahan di dalam kulit berupa kemerahan yang tidak

    hilang bila ditekan. Erupsi purpura dapat terjadi sebagai ekspresi tunggal alergi

    obat. Biasanya simetris serta muncul di sekitar kaki, termasuk pergelangan kaki

    atau tungkai bawah. Erupsi berupa bercak sirkumskrip berwarna merah kecoklatan

    dan disertai rasa gatal.

    6. Vaskulitis

    Vaskulitis adalah radang pembuluh darah dan kelainan kulitnya dapat

    berupa palpable purpura yang mengenai kapiler. Distribusinya simetris pada

  • 8/10/2019 Makalah Blok 15 Rescky

    9/14

    9

    ekstremitas bawah dan daerah sakrum juga disertai demam, mialgia, dan

    anoreksia. Obat penyebabnya adalah penisilin, sulfonamid, NSAID, antidepresan,

    dan antiaritmia.

    7. Reaksi fotoalergik

    Gambaran klinis reaksi fotoalergik sama dengan dermatitis kontak alergik,

    lokasinya pada tempat yang terpajan sinar matahari. Kelainan dapat meluas ka

    daerah yang tidak terpajan matahari. Penyebabnya adalah fenotiazin, sulfonamida,

    NSAID, dan griseofulvin.

    8. Pustulosis eksantematosa generalisata akut

    Penyakit ini jarang terjadi, tetapi diduga disebabkan karena alergi obat,

    infeksi akut oleh enterovirus, hipersensitivitas terhadap merkuri, dan dermatitis

    kontak. Kelainan kulitnya berupa pustul-pustul miliar nonfolikular yang timbul

    pada kulit yang eritematosa dapat disertai purpura dan lesi menyerupai lesi target.

    Kelainan kulit timbul pada saat demam tinggi (>38O), dan pustul-pustul tersebut

    cepat menghilang sebelum 7 hari lalu diikuti oleh deskuamasi selama beberapa

    hari.1

    Penatalaksanaan

    1.

    SistemikKortikosteroid

    Yang biasa digunakan adalah Prednison tablet 5 mg. Pada urtikaria, eritema,

    dermatitis medikamentosa, purpura, eritema nodosum, eksantema fikstum, dan

    pustulosis eksantematosa generalisata akut karena alergi obat, dosis standar

    untuk orang dewasa ialah 3x10 mg prednison sehari. Pada eritrodermia

    dosisnya adalah 3-4x10 mg/hari.

    Antihistamin

    Diberikan jika terdapat rasa gatal, kecuali pada urtikaria efeknya kurang jika

    dibandingkan dengan kortikosteroid.

    2. Topikal

    Pengobatan topikal bergantung pada keadaan kelainan kulit, apakah kering

    atau basah. Jika keadaan kering seperti pada eritema dan urtikaria, dapat diberikan

    bedak seperti bedak salisilat 2% ditambah dengan obat antipruritus, misalnya

    mentol 0,5-1% untuk mengurangi rasa gatal. Jika keadaan basah seperti pada

  • 8/10/2019 Makalah Blok 15 Rescky

    10/14

    10

    dermatitis medikamentosa, perlu digunakan kompres, misalnya kompres larutan

    asam salisilat 1:1000.

    Pada bentuk purpura dan eritema nodosum tidak diperlukan pengobatan

    topikal. Pada eksantema fikstum, jika kelainan membasah dapat dikompres dan

    jika kering dapat diberi krim kortikosteroid, misalnya krim hidrokortison 1% atau

    2,5%. Pada eritroderma dengan kelainan berupa eritema yang menyeluruh dan

    skuamasi, dapat diberi salap Ianolin 10% yang dioleskan sebagian-sebagian.1

    Prognosis

    Pada dasarnya erupsi kulit karena obat akan menyembuh bila obat

    penyebabnya dapat diketahui dan segera disingkirkan. Akan tetapi pada beberapa

    bentuk, misalnya eritroderma dan kelainan-kelainan berupa sindrom Lyell dan

    sindrom Steven-Johnson, prognosis dapat menjadi buruk bergantung pada luas kulit

    yang terkena.1

    Working Diagnosis

    Sindrom Stevens-Johnson

    Sindrom Steven-Johnson (SSJ) merupakan sindrom yang mengenai kulit,

    selaput lendir di orifisium, dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringansampai berat, kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura.

    Sindrom steven-johnson merupakan gangguan sistemik yang serius yang paling

    sedikit melibatkan dua membran mukosa dan kulit. Konjungtivitis purulen dan uveitis

    biasanya terjadi dan lesi kulit cenderung pecah, meninggalkan kulit yang terkelupas

    yang dapat mengakibatkan kehilangan cairan cukup banyak.1,5

    Epidemiologi

    Insidens SSJ dan nekrolisis epidermal toksik (NET) diperkirakan 2-3% per

    juta populasi setiap tahun di Eropa dan Amerika Serikat dan umumnya terdapat pada

    dewasa.1

    Etiologi

    Penyebab utama ialah alergi obat, lebih dari 50%. Sebagian kecil karena

    infeksi, vaksinasi, penyakitgraft-versus-host, neoplasma, dan radiasi. Pada penelitian

    Adhi Djuanda selama 5 tahun (1998-2002) SSJ yang diduga alergi obat tersering ialah

  • 8/10/2019 Makalah Blok 15 Rescky

    11/14

    11

    analgetik/antipiretik (45%), disusul karbamazepin (20%) dan jamu (13,3%). Kausa

    yang lain adalah amoksisilin, kotrimoksasol, dilantin, klorokuin, seftriakson, ddan

    aditif.1

    Patogenesis

    Menurut klasifikasi Coomb dan gel, SSJ sama dengan NET disebabkan karena

    reaksi hipersensitivitas tipe II (sitolitik). Gambaran klinis atau gejala reaksi tersebut

    bergantung kepada sel sasaran (target cell).

    Sasaran utama SSJ dan NET ialah pada kulit berupa destruksi keratinosit. Pada alergi

    obat akan terjadi aktivitas sel T, termasuk CD4 dan CD8. IL-5 meningkat, juga

    sitokin-sitokin yang lain. CD4 terutama terdapat di dermis, sedangkan CD8 pada

    epidermis. Keratinosit epidermal mengekspresi ICAM-1, ICAM-2, dan MHC II. Sel

    langerhans tidak ada atau sedikit dan TNF di epidermis meningkat.1

    Gejala Klinis

    Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun kebawah karena imunitas belum

    begitu berkembang. Keadaan umumnya bervariasi dari ringan sampai berat. Pada

    yang berat, kesadarannya menurun, pasien dapat soporous sampai koma. Mulainyapenyakit akut dapat disertai gejala prodromal berupa demam tinggi, malaise, nyeri

    kepala, batuk, pilek, dan nyeri tenggorok. Dapat terlihat trias kelainan, yaitu:

    - Kelainan kulit

    Terdiri atas eritema, vesikel, dan bula. Vesikel dan bula kemudian memecah

    sehingga terjadi erosi yang luas. Di samping itu, dapat juga terjadi purpura dan

    pada keadaan berat, kelainannya generalisata.

    - Kelainan selaput lendir di orifisium

    Kelainan selaput lendir tersering ialah pada mukosa mulut (100%), kemudian

    disusul oleh kelainan di lubang alat genital (50%), sedangkan di lubang hidung

    dan anus jarang.

    Kelainannya berupa vesikel dan bula yang dapat cepat memecah hingga

    menjadi erosi dan ekskoriasi dan krusta kehitaman. Di mukosa mulut juga dapat

    terbentuk pseudomembran. Di bibir, kelainan yang sering tampak ialah krusta

    berwarna hitam dan tebal. Lesi di mukosa mulut dapat juga terdapat di faring,

  • 8/10/2019 Makalah Blok 15 Rescky

    12/14

    12

    traktus respiratorius bagian atas, dan esofagus. Stomatitis dapat menyebabkan

    pasien sukar/tidak dapat menelan dan jika adanya pseudomembran di faring

    menyebabkan keluhan sukar bernafas.

    - Kelainan mata

    Yang tersering adalah konjungtivitis kataralis, selain itu juga dapat berupa

    konjungtivitis purulen, perdarahan, simblefaron, ulkus kornea, iritis, dan

    iridosikitis.1

    Gambar 2. Sindrom steven-johnson. Diunduh dari

    http://www.rightdiagnosis.com/phil/html/stevens-johnson-syndrome/4653.html

    Komplikasi

    Komplikasi tersering ialah bronkopneumonia, yang didapati sekitar 16% di

    antara seluruh kasus yang datang berobat. Komplikasi yang lain ialah kehilangan

    cairan/darah, gangguan keseimbangan elektrolit dan syok, pada mata dapat terjadi

    kebutaan karena gangguan lakrimasi.1

    Penatalaksanaan

    - Kortikosteroid

    Pemberian pengobatan dengan kortikosteroid merupakan suatu tindakan life-

    saving. Jenis kortikosteroid yang biasa digunakan adalah deksametason dengan

    dosis 20-30mg/hari secara intravena. Dosis ini diberikan sampai tidak muncul lesi

    baru. Penurunan dosis dilakukan secara cepat yaitu 5 mg/hari. Setelah dosis

    mencapai 5 mg/hari, maka pengobatan dilanjutkan dengan pemberian prednisone

    20 mg/hari secara oral. Setelah itu dosis prednison diturunkan secara bertahap lalu

    dihentikan.

    - Antibiotika

    Tujuan pemberian antibiotika adalah mencegah terjadinya infeksi sekunderseperti bronkopneumonia. Hal ini terjadi karena imunitas pasien yang menurun

    http://www.rightdiagnosis.com/phil/html/stevens-johnson-syndrome/4653.htmlhttp://www.rightdiagnosis.com/phil/html/stevens-johnson-syndrome/4653.htmlhttp://www.rightdiagnosis.com/phil/html/stevens-johnson-syndrome/4653.html
  • 8/10/2019 Makalah Blok 15 Rescky

    13/14

    13

    akibat pemberian kortikosteroid dosis tinggi. Antibiotika yang digunakan adalah

    yang tidak menimbulkan alergi, berspektrum luas dan bersifat bakterisidal.

    Gentamisin : 2x60 mg/hari, secara i.m atau i.v.

    Sefotaksim : 3x1 gr/hari secara i.v, dibagi dalam 3-4 kali pemberian.

    - Infus dengan cairan dekstrosa 5%, Nacl 0,9%, dan ringer laktat dengan

    perbandingan 1:1:1, dengan tujuan mengatur dan mempertahankan keseimbangan

    cairan elektrolit serta pemberian nutrisi dan obat.

    - Pengobatan topikal dengan larutan permanganas kalikus 1:10.000, lesi pada bibir

    dioleskan dengan kanalog in orabase.

    - Konsultasi ke disiplin ilmu lain seperti THT, mata, penyakit dalam, gigi, mulut,

    dan lain-lain.

    - Pemberian KCL 3x500 mg/hari secara oral guna mencegah terjadinya

    hipokalemia.

    - Obat anabolik.

    - Diet tinggi protein dan rendah garam.

    - Bila perlu diberikan transfusi darah.1

    Prognosis

    Kalau bertindak cepat dan tepat, prognosis cukup memuaskan. Bila terdapatpurpura yang luas dan leukopenia prognosisnya lebih buruk. Pada keadaan umum

    yang buruk dan terdapat bronkopneumonia, penyakit ini dapat mendatangkan

    kematian.1

    Kesimpulan

    Dari skenario dikatakan bahwa pasien mengeluh adanya lepuh pada kedua lengan,

    badan atas, bokong dan kedua paha setelah makan obat sulfa sejak 2 hari lalu. Setelah

    dibahas beberapa diagnosis banding yang sesuai untuk kasus ini, dapat dikatakan bahwa

    penderita menderita Steven-Johnson Syndrome.

  • 8/10/2019 Makalah Blok 15 Rescky

    14/14

    14

    Daftar Pustaka

    1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi keenam. Jakarta:

    Badan Penerbit FKUI; 2013.p.3-4, 164, 154-7, 162-8

    2.

    Price SA, Wilson LM. Patofisiologi. Edisi keenam. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;2006.p.1416

    3. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;

    2010.p.182

    4. Swartz MH. Buku ajar diagnostik fisik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2006.p.60

    5. Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson: ilmu kesehatan anak. Edisi ke 15. Jakarta: Buku

    Kedokteran EGC;p.2252