MAKALAH autisme

13
BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autis adalah penyakit gangguan perkembangan yang mempunyai karakteristik gangguan interaksi sosial dan perkembangan bahasa yang serius (King, 2009). Autis termasuk ke dalam pervasive developmental disorder, jenis penyakit yang lain diantaranya adalah Asperger disorder, childhood disintegrative disorder, dan Rett disorder. Rasio prevalensi dari seluruh pervasive developmental disorder adalah 58,7 per 10.000 anak- anak. Termasuk penyakit Autis (22/10.000), Asperger Syndrome (11/10.000), tidak specified (24.8/10.000) dan child disintegrative disorder (0,9/10.000) (Nelson,2007). Di dunia, pada tahun 1987 diperkirakan penyandang autis mencapai 1:5000 kelahiran. Pada tahun 1997 penyandang autis mencapai 1:500 kelahiran dan pada tahun 2000 mencapai 1:250. Sedangkan pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 1:100 kelahiran. Penyebab dari peningkatan ini masih belum dapat diketahui (King, 2009). Prevalensi autis kini lebih banyak daripada anak-anak penderita Down syndrome. Di Indonesia, penderita autis mencapai 7000 orang (Depkes, 2004). Di kota Medan 1

Transcript of MAKALAH autisme

Page 1: MAKALAH autisme

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Autis adalah penyakit gangguan perkembangan yang mempunyai karakteristik

gangguan interaksi sosial dan perkembangan bahasa yang serius (King, 2009).

Autis termasuk ke dalam pervasive developmental disorder, jenis penyakit

yang lain diantaranya adalah Asperger disorder, childhood disintegrative

disorder, dan Rett disorder. Rasio prevalensi dari seluruh pervasive

developmental disorder adalah 58,7 per 10.000 anak-anak. Termasuk penyakit

Autis (22/10.000), Asperger Syndrome (11/10.000), tidak specified

(24.8/10.000) dan child disintegrative disorder (0,9/10.000) (Nelson,2007). Di

dunia, pada tahun 1987 diperkirakan penyandang autis mencapai 1:5000

kelahiran. Pada tahun 1997 penyandang autis mencapai 1:500 kelahiran dan

pada tahun 2000 mencapai 1:250. Sedangkan pada tahun 2010 diperkirakan

mencapai 1:100 kelahiran. Penyebab dari peningkatan ini masih belum dapat

diketahui (King, 2009). Prevalensi autis kini lebih banyak daripada anak-anak

penderita Down syndrome. Di Indonesia, penderita autis mencapai 7000 orang

(Depkes, 2004). Di kota Medan diperkirakan jumlah anak autis yang lahir

mencapai 250 orang pertahun dan akan terus bertambah dari tahun ke tahun.

Masalah ini telah meningkat jumlahnya secara dramatis dalam dua dekade

belakangan ini dari perkiraan 4 menjadi 40 kasus per 10000 kelahiran

(King,2009). Salah satu faktor resiko penyebab penyakit ini adalah usia

maternal dan paternal sewaktu mengandung anak dengan penyakit Autistik. 5

dari 11 studi-studi telah mengamati faktor resiko penyakit Autistik

dihubungkan dengan usia maternal dilaporkan telah mengalami peningkatan

apabila dibandingkan dengan faktor-faktor resiko lainnya. Jika dihubungkan

dengan usia maternal diatas 40 tahun, maka resiko anak untuk menderita

Autistik adalah 1, 84 kali lebih besar. Selain usia maternal, usia Universitas

Sumatera Utara paternal juga dihubungkan dengan penyakit Autistik. 4 dari 7

studi telah menemukan hubungan faktor resiko usia paternal dengan penyakit

1

Page 2: MAKALAH autisme

Autistik.(King,2009). Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukaan

diatas, saya ingin meneliti umur maternal dan paternal sebagai faktor resiko

penyebab Autistik pada anak di Kota Medan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi, dan etiologi pada pasien dengan kasus Autisme?

2. Bagaimana WOC pada pasien dengan kasus Autisme?

3. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan kasus Autisme?

4. Bagaimana penatalaksanaan terapi pada pasien dengan kasus Autisme?

5. Bagaimana pengkajian yang didapatkan pada pasien dengan kasus

Autisme?

6. Bagaimana diagnosa keperawatan pada pasien dengan kasus Autisme?

7. Bagaimana intervensi dan rasional pada pasien dengan kasus Autisme?

C. Tujuan Masalah

1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, dan etiologi pada pasien dengan

kasus Autisme.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan WOC pada pasien dengan kasus Autisme.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan diagnostik pada pasien

dengan kasus Autisme.

4. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan terapi pada pasien

dengan kasus Autisme.

5. Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian yang didapatkan pada pasien

dengan kasus Autisme.

6. Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosa keperawatan pada pasien

dengan kasus Autisme.

7. Mahasiswa mampu menjelaskan intervensi dan rasional pada pasien

dengan kasus Autisme.

C. Manfaat

2

Page 3: MAKALAH autisme

Mahasiswa mampu memahami konsep teori tentang Autisme,

sehingga mampu menyusun konsep asuahan keperawatan

pada pasien Autisme.

BAB II

KONSEP PENYAKIT

A. Definisi Autisme

Istilah autisme berasal dari “autos” yang berarti diri sendiri dan isme yang

berarti aliran. Autism bearti suatu faham yang tertarik hanya pada dunianya

sendiri. Ada pula yang menyebutkan bahwa autisme adalah gangguan

perkembangan yang mencakup bidang komunikasi, interaksi, dan perilaku.

Gejalanya mulai tampak pada anak sebelum mencapai usia 3 tahun.

Menurut Dr. Hardiono, gangguan autistic ditandai tiga gejala utama yaitu

gangguan interaksi sosial, gangguan komunikasi, dan perilaku yang stereotipik.

Diantara ketiga hal tersebut, yang paling penting diperbaiki terlebih dahulu

adalah interaksi sosial. Apabila interaksi membaik seringkali gangguan

komunikasi dan perilaku akan membaik secara otomatis. Banyak orang tua

yang mengharapkan anaknya segera bicara. Tanpa interaksi yang baik, bicara

yang keluar sering kali berupa ekolalia, mengulang sesuatu yang didengarnya.

Komunikasi juga tidak selalu identik dengan bicara. Bisa berkomunikasi non

verbal jauh lebih baik dibandingkan bicara yang tidak dapat di mengerti

artinya.

Sementara itu, menurut Mujito, autism ialah anak yang mengalami

gangguan komunikasi dan berinteraksi sosial serta mengalami gangguan

sensoris, pola bermain, dan emosi. Penyebabnya karena antar jaringan dan

fungsi otak tidak sinkron. Ada yang maju pesat, sedangkan yang lainnya biasa-

biasa saja. Survei menunjukkan, anak-anak autis lahir dari ibu-ibu kalangan

ekonomi menengah keatas. Ketika dikandung, asupan gizi ke ibunya tak

seimbang.

B. Etiologi Autisme

3

Page 4: MAKALAH autisme

Penyebab terjadinya belum diketahui secara pasti, hanya diperkirakan mungkin

adanya kelainan dari system saraf (neurologi) dalam berbagai derajat beratnya

ringan penyakit.(faisal,2003).

Penyebab wabah autisme menurut buku (bony,2003) adalah:

1. Gangguan susunan saraf pusat

Ditemukan kelainan neuranotomi (anatomi susunan saraf pusat) pada

beberapa tempat didalam otak anak autis. Selain itu, ditemukan kelainan

struktur pada pusat emosi didalam otak sehingga emosi anak autis sering

terganggu. Penemuan ini membantu dokter menentukan obat yang lebih

tepat. Obat-obatan yang sering dipakai adalah dari jenis psikotropika, yang

bekerja pada susunan saraf pusat.

2. Gangguan sistem pencernaan

Ada hubungan antara gangguan sistem pencernaan dengan gejala autis.

Tahun 1997, seorang pasien autis, Parker Beck, mengeluhkan gangguan

pencernaan yang sangat buruk. Ternyata, ia kekurangan enzim sekretin.

Setelah mendapat suntikan sekretin, Beck sembuh dan mengalami kemajuan

luar biasa. Kasus ini memicu penelitian-penelitian yang mengaruh pada

gangguan metabolisme pencernaan.

3. Peradangan dinding usus

Berdasarkan pemeriksaan endoskopi atau peneropongan usus pada sejumlah

anak autis yang memiliki pencernaan buruk ditemukan adanya peradangan

usus pada sebagian besar anak. Dr. Andrew Wakefiled ahli pencernaan asal

inggris, menduga peradangan tersebut disebabkan virus, mungkin virus

campak. Itu sebabnya, banyak orangtua yang kemudian menolak imunisasi

MMR (measles, mumps, rubella) karena diduga menjadi biang keladi autis

pada anak.

4. Faktor genetika

Ditemukan 20 gen yang terkait dengan autisme. Namun, gejala autisme baru

bisa muncul jika terjadi kombinasi banyak gen. bisa saja autisme tidak

muncul, meski anak membawa gen autisme. Jadi perlu faktor pemicu lain.

5. Keracunan logam berat

4

Page 5: MAKALAH autisme

Berdasarkan tes laboratorium yang dilakukan pada rambut dan darah

ditemukan kandungan logam berat dan beracun pada banyak anak autis.

Didugakemampuan sekresi logam berat dari tubuh terganggu secara genetik.

C. Manifestasi Klinis

Karakteristik anak autis

Anak yang mengalami autis sedikitnya memiliki enam karakter, yakni sebagai

berikut:

1. Masalah di bidang komunikasi

a. Kata yang digunakan terkadang tidak sesuai artinya

b. Mengoceh tanpa arti secara berulang-ulang

c. Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi

d. Senang meniru kata-kata atau lagu tanpa mengetahui artinya

e. Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang dia

inginkan

f. Sebagian anak autistik tidak berbicara atau sedikit berbicara

g. Perkembangan bahasanya lambat/sama sekali tidak ada, tampak seperti

tuli atau sedikit berbicara

2. Masalah di bidang interaksi sosial

a. Suka menyendiri

b. Menghindari kontak mata

c. Tidak tertarik untuk bermain bersama

d. Menolak atau menjauh bila di ajak bermain

3. Masalah di bidang sensoris

a. Tidak peka terhadap sentuhan

b. Tidak peka terhadap rasa sakit

c. Lansung menutup telinga bila mendengar suara keras

d. Senang mencium/menjilat benda-benda di sekitarnya

4. Masalah di bidang pola bermain

a. Tidak bermain seperti anak lain pada umumnya

b. Tidak bermain sesuai fungsi mainan

c. Sangat melekat dengan benda-benda tertentu

5

Page 6: MAKALAH autisme

d. Senang terhadap benda-benda berputar

e. Tidak memiliki kreatifitas dan imajinasi

f. Tidak suka bermain dengan teman sebayanya

5. Masalah di bidang perilaku

a. Dapat berperilaku berlebihan atau terlalu aktif, atau sebaliknya

b. Melakukan gerakan yang berulang-ulang

c. Tidak suka pada perubahan

d. Merangsang diri

e. Duduk bengong dengan tatapan kosong

6. Masalah di bidang emosi

a. Sering marah, menangis, dan tertawa tanpa alasan

b. Kadang-kadang agresif dan mudah merusak

c. Kadang menyakiti diri sendiri

d. Dapat mengamuk tak terkendali

e. Tidak memiliki empati

D. Patofisiologi

Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk mengalirkan

impulslistrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls listrik (dendrit). Sel

saraf terdapat dilapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks). Akson

dibungkus selaput bernamamielin, terletak di bagian otak berwarna putih. Sel

saraf berhubungan satu sama lain lewatsinaps.Sel saraf terbentuk saat usia

kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada trimesterketiga, pembentukan sel

saraf berhenti dan dimulai pembentukan akson, dendrit, dansinaps yang

berlanjut sampai anak berusia sekitar dua tahun.

Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak berupa

bertambahdan berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps. Proses ini

dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai

brain growth faktor dan prosesbelajar anak. Makin banyak sinaps terbentuk,

anak makin cerdas. Pembentukan akson, dendrit, dan sinaps sangat tergantung

pada stimulasi dari lingkungan. Bagian otak yang digunakan dalam belajar

6

Page 7: MAKALAH autisme

menunjukkan pertambahan akson, dendrit, dan sinaps. Sedangkan bagian otak

yang tak digunakan menunjukkan kematian sel, berkurangnya akson, dendrit,

dansinaps. Kelainan genetis, keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak

adekuat dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada proses-proses tersebut.

Sehingga akan menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf. Pada

pemeriksaan darah bayi-bayi yang baru lahir, diketahui pertumbuhan abnormal

pada penderita autis dipicu oleh berlebihnya neurotropin dan neuropeptida

otak (brain-derived neurotrophic factor, neurotrophin-4, vasoactive intestinal

peptide,calcitonin-related gene peptide) yang merupakan zat kimia otak yang

bertanggung jawab untuk mengatur penambahan sel saraf, migrasi,

diferensiasi, pertumbuhan, dan perkembangan jalinan sel saraf. Brain growth

faktor ini penting bagi pertumbuhan otak. Peningkatan neurokimia otak secara

abnormal menyebabkan pertumbuhan abnormal pada daerah tertentu. Pada

gangguan autisme terjadi kondisi growth with out guidance, di mana bagian-

bagian otak tumbuh dan mati secara tak beraturan. Pertumbuhan abnormal

bagian otak tertentu menekan pertumbuhan sel saraf lain. Hampir semua

peneliti melaporkan berkurangnya sel Purkinye (sel saraf tempat keluar hasil

pemrosesan indera dan impuls saraf) di otak kecil pada autisme. Berkurangnya

sel Purkinye diduga merangsang pertumbuhan akson, glia (jaringan penunjang

pada sistemsaraf pusat), dan mielin sehingga terjadi pertumbuhan otak secara

abnormal atausebaliknya, pertumbuhan akson secara abnormal mematikan sel

Purkinye. Yang jelas,peningkatan brain derived neurotrophic faktor dan

neurotrophin-4 menyebabkan kematiansel Purkinye.

Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau sekunder.

Bilaautisme disebabkan faktor genetik, gangguan sel Purkinye merupakan

gangguan primeryang terjadi sejak awal masa kehamilan karena ibu

mengkomsumsi makanan yang mengandung logam berat. Degenerasi sekunder

terjadi bila sel Purkinye sudah berkembang, kemudian terjadi gangguan yang

menyebabkan kerusakan sel Purkinye. Kerusakan terjadi jika dalam

masakehamilan ibu minum alkohol berlebihan atau obat seperti thalidomide.

Penelitian dengan MRI menunjukkan, otak kecil anak normal mengalami

7

Page 8: MAKALAH autisme

aktivasi selama melakukan gerakan motorik, belajar sensori-motorik, atensi,

proses mengingat, serta kegiatan bahasa. Gangguan pada otak kecil

menyebabkan reaksi atensi lebih lambat, kesulitan memproses persepsi atau

membedakan target, overselektivitas, dan kegagalan mengeksplorasi

lingkungan. Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada otak besar

bagian depan yang dikenal sebagai lobus frontalis. Menurut kemper dan

Bauman menemukan berkurangnya ukuran sel neuron di hipokampus (bagian

depan otak besar yang berperan dalam fungsi luhur dan proses memori) dan

amigdala (bagian samping depan otak besar yang berperandalam proses

memori). Faktor lingkungan yang menentukan perkembangan otak antara lain

kecukupan Voksigen, protein, energi, serta zat gizi mikro seperti zat besi, seng,

yodium, hormon tiroid,asam lemak esensial, serta asam folat. Adapun hal yang

merusak atau mengganggu perkembangan otak antara lainalkohol, keracunan

timah hitam, aluminium serta metilmerkuri, infeksi yang diderita ibu pada masa

kehamilan.

8