56984790 laporan-pendahuluan-autisme

20
LAPORAN PENDAHULUAN AUTISME PADA ANAK A. KONSEP DASAR AUTISME 1. Pengertian Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Autism hingga saat ini masih belum jelas penyebabnya. Dari berbagai penelitian klinis hingga saat ini masih belum terungkap dengan pasti penyebab autisme. Secara ilmiah telah dibuktikan bahwa Autisme adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh muktifaktorial dengan banyak ditemukan kelainan pada tubuh penderita. Beberapa ahli menyebutkan autisme disebabkan karena terdapat gangguan biokimia, ahli lain berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh gangguan psikiatri/jiwa. Terdapat juga pendapat seorang ahli bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah laku dan fisik termasuk autisme. Tetapi beberapa penelitian menunjukkan keluhan autism dipengaruhi dan diperberat oleh banyak hal, salah satunya karena manifestasi alergi. Renzoni A dkk tahun 1995 melaporkan autism berkaitan erat dengan alergi. Menage P tahun 1992 mengemukakan bahwa didapatkan kaitan IgE dengan penderita Autism. Obanion dkk 1987 melaporkan setelah melakukan eliminasi makanan beberapa gfejala autisme tampak membaik secara bermakna. Hal ini dapat juga dibuktikan dalam beberapa penelitian yang menunjukkan adanya perbaikan gejala pada anak autism yang menderita alergi, setelah dilakukan penanganan elimnasi diet alergi. Beberapa laporan lain mengatakan bahwa gejala autism semakin buruk bila manifestasi alergi itu timbul. 1

Transcript of 56984790 laporan-pendahuluan-autisme

Page 1: 56984790 laporan-pendahuluan-autisme

LAPORAN PENDAHULUAN

AUTISME PADA ANAK

A. KONSEP DASAR AUTISME

1. Pengertian

Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang

ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif,

bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Autism hingga saat ini

masih belum jelas penyebabnya. Dari berbagai penelitian klinis hingga saat ini

masih belum terungkap dengan pasti penyebab autisme. Secara ilmiah telah

dibuktikan bahwa Autisme adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh

muktifaktorial dengan banyak ditemukan kelainan pada tubuh penderita.

Beberapa ahli menyebutkan autisme disebabkan karena terdapat gangguan

biokimia, ahli lain berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh gangguan

psikiatri/jiwa. Terdapat juga pendapat seorang ahli bahwa autisme disebabkan

oleh karena kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang

terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada usus

besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah laku dan fisik termasuk

autisme.

Tetapi beberapa penelitian menunjukkan keluhan autism dipengaruhi

dan diperberat oleh banyak hal, salah satunya karena manifestasi alergi.

Renzoni A dkk tahun 1995 melaporkan autism berkaitan erat dengan alergi.

Menage P tahun 1992 mengemukakan bahwa didapatkan kaitan IgE dengan

penderita Autism.

Obanion dkk 1987 melaporkan setelah melakukan eliminasi makanan

beberapa gfejala autisme tampak membaik secara bermakna. Hal ini dapat

juga dibuktikan dalam beberapa penelitian yang menunjukkan adanya

perbaikan gejala pada anak autism yang menderita alergi, setelah dilakukan

penanganan elimnasi diet alergi. Beberapa laporan lain mengatakan bahwa

gejala autism semakin buruk bila manifestasi alergi itu timbul.

1

Page 2: 56984790 laporan-pendahuluan-autisme

a. Menurut Pendapat Lain Autisme Berasal Dari Kata Auto Yang Berarti

Sendiri.

1) Autisme diartikan oleh Lei Kanner dalam penelitiannya pada tahun

1943 adalah suatu gangguan metabolisme tubuh yang dapat

menyebabkan kelainan pada seseorang sehingga secara tidak langsung

individu tersebut dapat dikatakan “ hidup dalam dalam dunianya

sendiri” (Dr. Melly Budhiman, 2002)

2) Autisme infatil adalah salah satu kelainan psikosis (istilah umu yang

dipakai untuk menjelasakan suatu perilaku aneh dan tak dapat

diprediksi berlanjut) yang berarti penarikan diri dan kehilangan kontak

dengan realitas atau orang lain yang terjadi pada masa usia anak-anak

(M.Sacharin, 1993).

3) Autisme adalah ketidakmampuan anak untuk mengerti perilaku, apa

yang mereka lihat, dengan yang mengakibatkan masalah yang cukup

berat dalam hubungan sosialnya.

4) Autisme merupakan istilah untuk sekumpulan gejal / masalah

gangguan perkembangan pervasif pada 3 tahun pertama kehidupan

karena adanya abnormalitas pada pusat otak, sehingga terjadi

gangguan dalam interaksi sosialgangguan komunikasi dan gangguan

perilaku.

5) Autisme merupakan anak yang mengalami gangguan perkembangan

pervasif yang ditandai dengan gangguan kualitatif dalam interaksi

sosial, komunikasi dan adanya suatu pola yang dipertahankan dan

diulang-ulang dalam perilaku minatdan kegiatan yang terjadi pada

anak sebelum umur 3 tahun.

6) Autisme bukanlah penyakit menular namun suatu gangguan

perkembangan yang luas yang ada pada anak. Bahkan ada seorang ahli

yang mengatakan bahwa autisme merupakan dasar dari manusia yang

berkepribadian ganda (scizhophren).

b. Jenis Kelainan Autisme :

1) Childhood autisme yaitu kelainan pertumbuhan anak sejak lahir sampai

usia 3 tahun.

2) Atypical autisme yaitu kelainan pertumbuhan pada anak sesudah usia 3

tahun.

2

Page 3: 56984790 laporan-pendahuluan-autisme

3) Reff’s syndrom yang umumnya pada anak perempuan.

4) Overach disorder associated with Mental Retardation and Stereotyped

Movement.

5) Childhood Disintegrative Disorders.

6) Asperges Syndrom.

7) Other persasive development Disorder.

2. Etiologi

Penyebab kelainan ini masih belum diketahui secara pasti dan masih dalam

tahap penelitian, tetapi dalam beberapa asumsi menyatakan bahwa penyebab

dan faktor pencetus autisme dapat berasal, dari (Dr. Melly Budhiman, 2002) :

a. Lingkungan yang terpapar oleh organisme atau bahan beracun

seperti virus, jamur, rubella, herpes toxoplasma dalam vaksin imunisasi

MMR (Mums, Measles, Rubella), zat aditif yaitu MSG, pewarna, ethil

mercury (Thimerosal) dalam pengawetmakanan, serta beberapa logam

berat seperti Arsen (As), Cadmium (Cd), Raksa (Hg), Timbal (Pb), alergi

berat, obat-obatan, jamu peluntur, muntah hebat, perdarahan berat.

b. Adanya gangguan pencernaan dan radang dinding usus karena

alergi sehingga terjadi ketidak sempurnaan pencernaan kasein dan gluten.

c. Kelainan otak organik, hal ini dimungkinkan karena adanya

kelainan SSP yaitu jumlah serat Purkinje Cerebellum yang diikuti oleh

dampak menurunnya jumlah serotonin sehingga jumlah rangsang

informasi antar otak menurun. Pada struktur sistem limbik otak yang

mengatur emosi juga mengalami kelainan.

d. Faktor genesis atau keturunan (yang diperkirakan menjadi

penyebab utama) dan kelainan gen yang dapat menyebabkan gangguan

proses sekresi logam berat dari tubuh yang dapat berdampak pada

keracunan otak. Hal ini dapat menjadi pencetus autisme jika ada faktor

pemicu lain yang ikut berperan.

Faktor pemicu lain yang berperan dalam timbulnya gejala Autisme adalah :

a. Kelainan Otak Organik

Bagian otak yang mengalami kelainan adalah :

1) Lobus Parietalis otak, yang menyebabkan anak cuek terhadap

lingkungannya.

3

Page 4: 56984790 laporan-pendahuluan-autisme

2) Otak kecil (cerebellum) pada lobus VI dan VII yang

bertanggung jawab pada proses sensoris, daya ingat, berpikir, belajar

berbahasa dan proses atensi (perhatian). Juga didapatkan jumlah sel

purkinje di otak kecil yang sangat sedikit, sehingga terjadi gangguan

keseimbangan serotonin dan dopamin, lalu terjadi kekacauan impuls di

otak.

3) Sistem Limbik yang disebut hippocampus dan amygdala,

yang mengganggu fungsi kontrol terhadap agresi dan emosi. Amygdala

bertanggung jawab terhadap berbagai rangsang sensoris, Hippocampus

bertanggung jawab terhadap fungsi belajar dan daya ingat, sehingga

terjadilah kesulitan menyimpan informasi baru.

b. Faktor Genetika

Diperkirakan adanya kelainan kromosom pada anak autisme.

c. Gangguan Kehamilan dan Kelahiran

1) Gangguan pada ibu saat kehamilan semester pertama

Faktor pemicunya adalah : infeksi (toksoplasmosis, rubella, candida),

logam berat (Pb, Al, Hg, Cd), zat aditif (MSG, pengawet, pewarna),

alergi berat, obat-obatan, jamu peluntur, hiperemesis dan perdarahan

hebat.

2) Kelahiran yang lama (partus lama) dimana terjadi gangguan nutrisi dan

oksigenasi pada janin serta pemakaian forcep.

d. Lingkungan

Terjadi sesudah lahir yaitu infeksi ringan-berat pada bayi oleh karena

imunisasi MMR dan Hepatitis B (masih kontroversi), logam berat, zat

pewarna dan pengawet, protein susu sapi (kasein), protein tepung terigu

(gluten), infeksi jamur akibat pemakaian antibiotik yang berlebihan.

3. Gejala

Perilaku autisme dapat digolongkan dalam 2 jenis :

a. Eksesif (berlebihan) misalnya hiperaktif, tantrum, menjerit,

mengepak, menggigit, mencakar, memukul, sering terjadi self abuse.

b. Defisit (kekurangan) misalnya gangguan bicara, perilaku sosial

kurang sesuai, defisit sensori, emosi tidak tepat (tertawa tanpa sebab,

menangis tanpa sebab dan melamun).

4

Page 5: 56984790 laporan-pendahuluan-autisme

Umumnya penderita autis infantil memperlihatkan pertumbuhan fisik yang

wajar dan normal seperti pada tingkat kemampuan gerak (berjalan,

merangkak, berdiri), kemampuan bercakap-cakap, dan berinteraksi dengan

lingkungannya. Anak dengan autis juga dapat meniru beberapa lagu yang

didengarkannya atau dapat mengunakan panca indranya dengan normal dan

luas ketika mengeksploraesi lingkungannya. Walaupun terdapat kenormalan

pada proses pertumbuhannya, pada anak penderita autis didapati keterbatasan

dalam memfungsikan organnya.

Misalnya :

a. Sulit berbicara (Aphasia), pada pertumbuhan anak normal didapati

kelancaran bicara pada usia 12-14 bulan.

b. Sulit menggerakkan badan karena gangguan saraf motorik (Apraxia).

c. Sulit menggerakkan otot (Athaxia)

d. Tangan terus bergerak dan tak terkendali (Athetoid).

e. Mengalami kesulitan membaca(Dyslexia).

f. Mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata atau kalimat yang sulit dan

rumit (Dyphasia).

g. Sulit menggerakkan kaki dan tangan (Dyskinesia) karena kekakuan otot

kaki dan tangan (Spastic) atau kelemasan ototkaki dan tangan (hipotonic)

sehingga tak mampu untuk mengembangkan kemampun duduk, berdiri

dan berjalan secara mandiri, pada pertumbuhan anak normal didapati

kemampuan untuk berdiri sendiri dan berjalan pada usia 6-18 bulan.

h. Terdapat kegagalan untuk memberikan respon terhadap rangsang nyeri

sehingga anak sering terlihat menyakiti diri sendiri.

i. Mungkin didapatkan adanya kelainan bentuk jari tangan dan kaki yang

nantinya juga dapat mempengaruhi perkembangan mental, kejiwaan, dan

intelektual.

Anak autis dapat menunjukkan pertumbuhan fisik normal hingga sekitar usia 2

tahun setelah itu didapati penurunan kesehatan yang drastic, Kriteria DSM-IV

(Diagnostik dan Stastistikal Manual) autisme ,Harus ada sedikitnya 6 gejala

dari 1,2 dan 3

a. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal

2 gejala :

5

Page 6: 56984790 laporan-pendahuluan-autisme

1) Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai, kontak

mata kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak gerik kurang tertuju.

2) Tak bisa main dengan teman sebaya.

3) Tak dapat merasaka apa yang dirasa orang lain.

4) Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.

b. Gangguan kualitatif dalam komunikasi

1) Bicara terlambat / bahkan sama sekali tak berkembang (dan tak ad

usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara).

2) Bila bisa bicara tak dipakai untuk komunikasi.

3) Cara main kurang variatif, kurang imajinatif, kurang bisa meniru.

4) Menggunakan bahasa aneh dan diulang.

c. Suatu pola yang dipertahankan dan diulang dari perilaku, minat dan

kegiatan

1) Pertahankan 1 minat atau lebih dengan cara yang khas dan berlebih.

2) Terpaku suatu kegiatan ritualistik/ rutinitas tidak berguna, menolak

suatu perubahan.

3) Gerakan aneh yang khas dan diulang.

4) Sering terpukau pada bagian benda.

d. Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan / gangguan

dalam bidang :

1) Interaksi sosial

2) Bicara dan berbahasa

3) Cara bermain yang kurang variatif

e. Bukan disebabkan oleh Reff’s Syndrom.

4. Ciri Dan Mitos Autisme

Referensi baku yang dipakai untuk menjelaskan jenis autisme adalah

standar Amerika DSM revisi keempat (Diagnostic and Statistical Manual)

yang memuat kriteria yang harus dipenuhi dalam melakukan diagnosa

autisme. Diagnosa ini hanya dapat dilakukan oleh tim dokter / praktisi ahli

bersadarkan pengamatan seksama terhadap perilaku anak autisme dan disertai

konsultasi dengan orang tua anak.

Pada kenyataanya, sangat sulit untuk membagi kategory / jenis autisme

mengingat tidak ada / jarang ditemukan antara satu dan lain penyandang

autisme yang mempunyai gejala yang sama. Setiap penyandang autisme

6

Page 7: 56984790 laporan-pendahuluan-autisme

mempunyai ke-'khas'-annya sendiri sendiri. Dengan kata lain ada 1001 jenis

atau mungkin satu juta satu jenis autisme di dunia ini yang tidak dapat

diperinci satu persatu. Istilah yang lazim dipakai saat ini oleh para ahli adalah

'kelainan spektrum autisme' atau ASD (Autism Spectrum Disorder).

Anak yang telah didiagnosa dan masuk dalam kategori PDD

mempunyai persamaan dalam hal kekurang mampuan bersosialisasi dan

berkomunikasi akan tetapi tingkat kelainan-nya (spektrum-nya) berbeda satu

dengan lainnya.

Seperti dikatakan oleh Ibu Dra Dyah Puspita (psikolog) quote - karena

begitu banyaknya jenis / ciri penyandang autisme, sehingga lebih berupa

rangkaian dari kelabu muda sekali hingga kelabu tua sekali... (banyak nuansa-

nya) . Penggunaan istilah autisme berat/parah dan autisme ringan dapat

menyesatkan karena jika dikatakan berat/parah orang tua dapat merasa frustasi

dan berhenti berusaha karena merasa tidak ada gunanya lagi. Sebaliknya jika

dikatakan ringan/tidak parah maka orang tua merasa senang dan juga dapat

berhenti berusaha karena merasa anaknya akan sembuh sendiri. Pada

kenyataannya, baik ringan ataupun berat, tanpa penanganan terpadu dan

intensif, penyandang autisme sulit mandiri - unquote.

Agar dapat membantu melihat beberapa kelompok besar spektrum

autisme yang ada, dapat dilihat dari kategori utama dibawah ini:

a. Kelainan Autis

Ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan berkomunikasi. Sampai dengan

umur 3 tahun mempunyai daya imajinasi yang tinggi dalam bermain dan

mempunyai perilaku, minat dan aktifitas yang unik (aneh).

Dikategorikan sebagai ketidak mampuan dalam bersosialisasi dan

mempunyai minat dan aktifitas yang terbatas tanpa adanya keterlambatan

dalam kemampuan berbicara. Kecerdasannya berada pada tingkat normal

atau diatas normal.

b. PDD-NOS (Pervasive Developmental Disorder Not Otherwise

Specified)

Atau biasa disebut Autis yang tidak umum dimana diagnosis PDD-NOS

dapat dilakukan jika anak tidak memenuhi kriteria diagnosis yang ada

(DSM-IV) akan tetapi terdapat ketidakmampuan pada beberapa

perilakunya.

7

Page 8: 56984790 laporan-pendahuluan-autisme

c. Kelainan Rett

Ketidakmampuan yang semakin hari semakin parah (progresif). Sampai

saat ini diketahui hanya menimpa anak perempuan. Pertumbuhan normal

lalu diikuti dengan kehilangan keahlian yang sebelumnya telah dikuasai

dengan baik- khususnya kehilangan kemampuan menggunakan tangan

yang kemudian berganti menjadi pergerakan tangan yang berulang ulang

dimulai pada umur 1 hingga 4 tahun.

d. Kelainan Disintegrasi Masa Kanak-kanak

Pertumbuhan yang normal pada usia 1 sampai 2 tahun kemudian

kehilangan kemampuan yang sebelumnya telah dikuasai dengan baik.

e. Kutipan dari tulisan Dr. Hardiono D. Pusponegoro SpA(K)

"Klasifikasi autisme ditentukan berdasarkan kesepakatan para dokter dan

dituangkan dalam Diagnostic and Statistical Manual IV (DSM-IV) atau

International Classification of Diseases 9 dan 10 (ICD-9 dan ICD-10).

Dalam klasifikasi tersebut, diagnosis autisme harus memenuhi syarat

tertentu. Bila tidak memenuhi semua kriteria diagnosis, digolongkan dalam

PDD-NOS (Pervasive Developmental Disorders not otherwise specified).

Akhir-akhir ini, banyak ditemukan kasus-kasus yang masih sangat kecil

dengan gejala yang tidak khas. Khusus untuk kasus-kasus ini, kriteria

DSM-IV atau ICD-9-10 sulit diterapkan. Beberapa peneliti mencoba

membuat klasifikasi khusus untuk anak yang masih kecil dengan fokus

pada tahapan perkembangan anak, disebut sebagai Diagnostic

Classification: 0-3 (DC 0-3). Walaupun klasifikasi ini belum diterima

secara menyeluruh, ada baiknya kita mempelajarinya. Dalam DC 0-3, ada

beberapa klasifikasi untuk anak-anak yang menunjukkan gejala mirip

sekali dengan autisme misalnya Regulatory Disorder dan Disorders of

Relating and Communicating dengan MSDD (Multisystem Developmental

Disorder) sebagai salah satu contoh. Sebagian anak ini akan berkembang

menjadi autisme, namun banyak di antaranya yang sangat responsif

terhadap terapi dan berkembang menjadi anak yang normal. "

f. Pertanyaan seputar MSDD (Multisystem Developmental Disorder)

Dalam klasifikasi DSM IV tidak ada istilah MSDD. Hanya Gangguan

Autistik

8

Page 9: 56984790 laporan-pendahuluan-autisme

untuk yang memenuhi kriteria dan PDD NOS (Pervasive Developmental

Disorders Not Otherwise Specified) untuk yang tidak memenuhi kriteria.

g. Klasifikasi Yang Menyebut Tentang MSDD Dibuat Oleh Sekelompok

Peneliti Yangdisebut Sebagai Klasifikasi 0-3 (Diagnostic Classification:0-

3).

DC:0-3 berpendapat bahwa ada kasus-kasus dimana gangguan interaksi

dan komunikasi terjadi sekunder terhadap kesulitan pemrosesan input

sensoris, sehingga kasus-kasus ini lebih fleksibel dan memberi respons

yang baik terhadap intervensi dini. Gangguan prosesing menyebabkan

gangguan komprehensi/ pengertian, dan kesanggupan melakukan ekspresi

atau aksi. Istilah MSDD menggambarkan bahwa anak mengalami

gangguan sensoris multipel

dan interaksi sensori-motor.

Ada 3 pola MSDD:

1. Pola A: Anak tidak mempunyai tujuan dan tidak mengadakan

hubungan untuk sebagian besar waktunya. Mereka menunjukkan

kesulitan yang menonjol dalam perencanaan gerak, sehingga tidak

memperlihatkan suatu mimik yang sederhana sekalipun.

2. Pola B: Anak-anak ini memperlihatkan pola hubungan yang

intermiten. Merekadapat menunjukkan mimik yang sesuai sekali-

sekali.

3. Pola C: Anak-anak ini memperlihatkan hubungan yang lebih

konsisten.Jadi bila berpegang pada DSM-IV hanya ada Gangguan

Autistik dan PDD-NOS,

4. Kalau berpegang pada DC:0-3 ada MSDD dengan 3 pola, pola A

paling berat, B lebih ringan, C paling ringan.

8. Indikator Perilaku

a. Bahasa

1) Ekspresi wajah yang datar

2) Tidak menggunakan bahasa / isyarat tubuh

3) Jarang memulai komunikasi

4) Tidak meniru aksi dan suara

5) Bicara sedikit / tidak ada mungkin cukup verbal

6) Membeo kata / ekolia (bicara yang mengulang kata)

9

Page 10: 56984790 laporan-pendahuluan-autisme

7) Intonasi atau ritme vokal yang aneh

8) Tampak tidak mengerti arti kata

9) Mengerti dan menggunakan kata secar terbatas (Literally, letterlik)

b. Hubungan dengan orang

1) Tidak responsif

2) Tidak ada senyum sosial

3) Tidak komunikasi dengan mata

4) Kontak mata terbatas

5) Tampak asyik bila dibiarkan sendiri

6) Tidak melakukan permainan giliran

7) Menggunakan tangan dewasa sebagai alat

8) Menarik diri

c. Hubungan dengan lingkungan

1) Bermain repetitif / diulang

2) Marah atau tidak menghendaki perubahan

3) Berkembangnya rutinitas yang kaku

4) Memperlihatkan ketertarikan sangat dan tidak fleksibel

d. Respon terhadap rangsangan indra

1) Kadang seperti tuli

2) Panik / ketakutan terhadap suara tertentu yang akan mengarah anak

mangalami gangguan mental psikotik paranoid, schizonypal

(menyendiri), histionik (selalu ingin diperhatikan).

3) Sensitif terhadap suara

4) Main dengan cahaya dan pantulan

5) Memainkan jari didepan mata

6) Tidak suka terhadap pakaian dan makanan tertentu

7) Tertarik pola/ tekstur/ bentuk tertentu

8) Hiper/ inaktif

9) Memutar-mutar, membentur-benurkan kepala, menggigit pergelangan

10) Lompat-lompat/ mengepakkan tangan

11) Tahan / respon aneh terhadap nyeri

12) Sering mengedipkan mata

13) Wajah sering menyeringai

10

Page 11: 56984790 laporan-pendahuluan-autisme

9. Patofisiologi

Diperkirakan bahwa genetik merupakan penyebab utama dari autisme. Tapi

selain itu juga faktor lingkungan misal terinfeksi oleh bahan beracunyang akan

merusak struktur tubuh. Selain itu bahan-bahan kimia juga dapat

menyebabkan autisme.karena kita ketahui bahwa bila bahan tersebut masuk

dalam tubuh akan merusak pencernaan dan radang dinding usus karena alergi.

Bahan racun masuk melalui pembuluh darah yang bila tidak segera diatasi bisa

menuju ke otak kemudian bereaksi dengan endhorphin yang akan

mengakibatkan perubahan perilaku.

Anak dengan autisme mengalami gangguan pada otaknya yang terjadi karena

infeksi yang disebabkan oleh jamur, logam berat, zat aditif, alergi berat,obat-

obatan, kasein dan gluten. Infeksi tersebut terjadi pada saat bayi dalam

kandungan maupun setelah lahir. Kelainan yang dialami anak autisme terjadi

pada otak bagian lobus parietalis, otak kecil (cerebellum) dan pada bagian

sistem limbik. Kelainan ini menyebabkan anak mengalami gangguan dalam

berpikir, mengingat dan belajar berbahasa serta dalam proses atensi. Sehingga

anak dengan autisme kurang berespon terhadap berbagai rangsang sensoris

dan terjadilah kesulitan dalam menyimpan informasi baru.

10. Terapi dan Penatalaksanan

Terapi dan stimulasi mana yang diperlukan? Kita kembali kepada

kenyataan bahwa terapi bersifat individual dan harus disesuaikan dengan

umur, fase perkembangan dan gejala yang ditemukan. Tidak ada metode yang

100% paling baik untuk semua anak. Para terapis yang menggunakan berbagai

metode berlainan harus bekerjasama dengan baik. Bila kasus tidak mengalami

kemajuan dengan satu metode terapi, harus dilakukan terapi kombinasi atau

dicari cara terapi yang lain.

Apakah peran obat-obatan? Karena penyebab belum diketahui dengan

pasti, obat biasanya hanya ditujukan untuk menghilangkan gejala yang sangat

mengganggu. Contoh paling klasik adalah perilaku self-injurious yang sangat

berbahaya karena anak mencoba melakukan hal yang menyakiti atau merusak

diri sendiri misalnya membenturkan kepala ke tembok atau lantai, memukul

kepala dengan sangat keras, atau menggigit anggota tubuhnya. Dua puluh

11

Page 12: 56984790 laporan-pendahuluan-autisme

persen penyandang autisme mengalami kejang atau epilepsi. Hal ini juga harus

mendapat obat yang tepat. Ini berarti bahwa terapi obat untuk penyandang

autisme bersifat sangat individual. Bila dokter menganggap bahwa anak

memerlukan pengobatan khusus, sebaiknya hal tersebut didiskusikan dengan

orang tua. Orang tua harus mendapat penjelasan mengapa perlu diberikan,

bagaimana cara mengkonsumsi obat, efek samping yang mungkin terjadi dan

lain-lain. Dokter juga harus menghargai pendapat orang tua bila mereka tidak

menginginkan terapi obat-obatan.

Dalam bidang yang masih merupakan grey area, dokter dan orang tua

harus memahami bahwa tidak semua publikasi kedokteran atau publikasi lain

adalah benar atau sahih. Dokter harus mempelajari teknik menilai Evidence-

based medicine sehingga mereka dapat menentukan apakah suatu publikasi

memang benar atau kurang benar, dan mendiskusikan hal tersebut dengan

orang tua. Selanjutnya, karena ilmu kedokteran belum dapat memberi jawaban

yang pasti, muncul berbagai terapi komplementer dan alternatif. Bila terapi

komplementer dan alternatif ini memang merupakan hasil suatu penelitian

yang sahih, pasti akan di adopsi oleh dunia kedokteran sebagai terapi standar.

Dokter dan orang tua harus waspada terhadap laporan anekdotal, testimoni,

serta berbagai klaim berlebihan mengenai kesembuhan, terutama bila teknik

pengobatan tersebut memerlukan kepatuhan, waktu, enerji, dan biaya yang

berlebihan.

Bila keluarga sudah memutuskan untuk memberikan terapi

komplementer atau alternatif, lakukanlah diskusi dengan dokter anda.

Barangkali dokter dapat memberi bantuan mengenai bagaimana cara

mengevaluasi terapi, menentukan hasil yang harus diperoleh, menentukan

kemungkinan efek samping dan menentukan apakah terapi dapat diteruskan

karena bermanfaat atau dihentikan karena tidak bermanfaat atau ada efek

samping. Berilah kesempatan kepada dokter untuk mempelajari terapi

alternatif tersebut dan mendiskusikannya dengan anda.

Akhirnya, khusus dalam bidang autisme tidak ada yang dapat

mengklaim diri sebagai pakar, tidak ada juga yang dapat mengklaim bahwa

autisme milik suatu subspesialisasi tertentu. Kerjasama antara dokter, terapis

12

Page 13: 56984790 laporan-pendahuluan-autisme

dan orang tua sangat penting demi kemajuan anak, jangan saling merasa benar

sendiri atau saling menyalahkan.

Tetapi Menurut Beberapa Sumber Ada Terapi Yang Biasanya

Digunakan Yaitu :

a. Terapi perilaku misal dengan Tx. Okupasi, Tx. Wicara,

sosialisasi dengan menghilangkan perilaku yang tidak benar.

Terapi perilaku pada anak dengan autisme berguna untuk mengurangi

perilaku yang tidak lazim dan menggantinya dengan perilaku yang bisa

diterima oleh masyarakat.

1) Terapi Okupasi

Terapi okupasi pada anak dengan autisme bertujuan untuk membantu

menguatkan, memperbaiki koordinasi dan ketrampilan ototnya karena

kadang anak autisme juga mempunyai perkembangan motorik yang

kurang baik.

2) Terapi Wicara

Speech Therapy merupakan suatu keharusan karena semua

penyandang autisme mempunyai keterlambatan bicara dan kesulitan

berbahasa

3) Sosialisasi dengan menghilangkan perilaku yang tidak wajar

Terapi ini dimulai dari kepatuhan dan kontak mata, kemudian

diberikan pengenalan konsep atau kognitif melalui bahasa reseptif dan

ekspresif. Setelah itu barulah anak dapat diajarkan hal-hal yang

bersangkutan dengan tata krama.

b. Terapi Biomedik

Obat-obatan untuk autisme sifatnya sangat individual dan perlu berhati-

hati, sebaiknya dosis dan jenisnya diserahkan kepada dokter spesialis yang

memahami autisme.

Jenis obat, food suplement dan vitamin yang sering dipakai saat ini untuk

anak autisme adalah risperidone (Risperdal), ritalin, baloperidol,

pyridoksin (vit. B6), DMG (vit. B15), TMG, magnesium, omega-3 dan

omega- 6.

13

Page 14: 56984790 laporan-pendahuluan-autisme

c. Sosialisasi school regular

Anak dengan autisme yang telah mampu bersosialisasi dan berkomunikasi

dengan baik dapat dicoba untuk memasuki sekolah normal sesuai dengan

umurnya.

d. Sekolah Khusus.

Di dalam pendidikan khusus ini biasanya telah diramu terapi perilaku,

terapi wicara dan terapi okupasi dan bila perlu dapat ditambah dengan

terapi obat-obatan, vitamin dan nutrisi yang memadai.

Pada saat ini masih belum terdapat terapi medis maupun psikologis

yang dianggap efektif dalam proses penyembuhan autis ini. Tujuan umum

terapi pada autis ini menurut Sacharin (1995) ialah untuk membantu mengatasi

cacatnya dan mengembangkan ketrampilan sosialnya. Farmakoterapi pada

penderita auits hany a bermanfaat untuk menangani masalah penyimpangan

perilaku ( gelisah, selalu ribut, dan berusaha untuk melukai diri sendiri)yaitu

dengan Tionidazin dan Klorpromazin. Keadaan tidak bisa tidur dapat diatasi

dengan Sedatif(Kloralhidrat), konvulsi dapat diatasi dengan Antikonvulsant,

dan hiperkinesis dapat diatasi dengan diit bebas pengawet. Metode terapi non

farmakologis dapat berupa dukungan Reward-punishment yaitu pemberian

haida sebagai dorongan positif dan dorongan negatif berupa hukuman.

Sedangkan pada terapi yang diterapkan oleh Dr. Amdreas Rett

(Peduliautisme.org) didapatkan 3 buah langkah terapi yang disebut dengan

istilah Rehabilitasi :

1) Tahapan yang pertama adalah Rehabilitasi dasar, kegiatan ini ditujukan

untuk meningkatkan kemampuan anak untuk menggerakkan tangan dan

kaki, berbicara dan mengenali suara senormal mungkin.

2) Tahap kedua adalah tahap Rehabilitasi lanjutan atau tahap fungsiologis

yang nantinya diarahkan untuk memulihakan kelemahan yang tak dapat

diatasi pada tahap sebelumnya, berisikan kegiatan pelatihan fisik lanjutan,

pelatihan emosi kejiwaan, dan peningkatan intelektualitasdasar anak secara

padu dalam kelompok bermain.

3) Tahap ketiga adalah tahap Rehabilitasi antisipasi Plateu or Pseudo-

Stationery Stage, yang diarahkan pada terapis dan orang tua anak untuk

terus mengawasi anak dari tahapan makin sulit bergerrak ( Late Motor

Deterioration) walaupun pada tahap 1 dan 2 telah mengalami kemajuan.

14

Page 15: 56984790 laporan-pendahuluan-autisme

Bentuk lain dari terapi autis yang ada pada masa sekarang ini pelatihan

oleh sekolah autis yang bekerja sama dengan organisasi internasional

penanggulangan autis yang salah satu bentuk pengajarannya adalah dengan

melatih anak dengan berbicara sambil menatap wajah lawan bicara dan car

duduk yang tenang. Informasi dalam bidang terapi autis yang sedang trend

saat ini adalah Kasein (susu, keju, yogurth, krim), dan Glutein (terigu,

tepung vanir, bulgur, gandum dan oath).

Keduanya adalah semacam protein enzim yang tak dapat dipecah oleh

metabolisme tubuh penderita autis, kerusakan mukosa kecil akan

menyebabkan bahan masuk melalui pembuluh darah. Bahan beracun

dalam sawar darah terbawa ke otak dan kemudian beraksi dengan

endhorphin sehingga muncul gangguan perilaku. Terapi seperti ini disebut

terapi biomedis yang tujuannya adalah untuk memperbaiki sistem

pencernaan dan menurunkan jumlah alergen yang masuk. Prinsip dari

kelainan autis adalah kemunculannya disebabkan karena adanya daya

tahan tubuh anak yang menurun, sehingga prinsip pengobatan ialah untuk

meningkatkan kekebalan tubuh klien.

11. Lima Faktor Yang Mempengaruhi Kesembuhan :

a. Berat ringannya derajat

b. Usia anak pertama tidak ditangani secara benar dan teratur

c. Intensitas penanganan, metode menetapkan 40 jam

perminggu

d. IQ anak

e. Keutuhan pusat bahasa di otak

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Dalam mengkaji anak autis adalah :

a. Pola tingkah laku anak

b. Cara mereka berinteraksi / berhubungan dengan orang lain

c. Cara berkomunikasi secara verbal

d. Perkembangan mental

2. Diagnosa

15

Page 16: 56984790 laporan-pendahuluan-autisme

Sejauh ini tidak ditemukan tes klinis yang dapat mendiagnosa langsung

autisme. Diagnosa yang paling tepat adalah dengan cara seksama mengamati

perlilaku anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat

perkembangannya. Dikarenakan banyaknya perilaku autisme juga disebabkan

oleh adanya kelainan kelainan lain (bukan autisme) sehingga tes klinis dapat

pula dilakukan untuk memastikan kemungkinan adanya penyebab lain

tersebut.

Karena karakteristik dari penyandang autisme ini banyak sekali

ragamnya sehingga cara diagnosa yang paling ideal adalah dengan

memeriksakan anak pada beberapa tim dokter ahli seperti ahli neurologis, ahli

psikologi anak, ahli penyakit anak, ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan ahli

profesional lainnya dibidang autisme. Dokter ahli / praktisi profesional yang

hanya mempunyai sedikit pengetahuan / training mengenai autisme akan

mengalami kesulitan dalam men-diagnosa autisme. Kadang kadang dokter ahli

/ praktisi profesional keliru melakukan diagnosa dan tidak melibatkan orang

tua sewaktu melakukan diagnosa. Kesulitan dalam pemahaman autisme dapat

menjurus pada kesalahan dalam memberikan pelayanan kepada penyandang

autisme yang secara umum sangat memerlukan perhatian yang khusus dan

rumit.

Hasil pengamatan sesaat belumlah dapat disimpulkan sebagai hasil

mutlak dari kemampuan dan perilaku seorang anak. Masukkan dari orang tua

mengenai kronologi perkembangan anak adalah hal terpenting dalam

menentukan keakuratan hasil diagnosa. Secara sekilas, penyandang autisme

dapat terlihat seperti anak dengan keterbelakangan mental, kelainan perilaku,

gangguan pendengaran atau bahkan berperilaku aneh dan nyentrik. Yang lebih

menyulitkan lagi adalah semua gejala tersebut diatas dapat timbul secara

bersamaan.

Karenanya sangatlah penting untuk membedakan antara autisme

dengan yang lainnya sehingga diagnosa yang akurat dan penanganan sedini

mungkin dapat dilakukan untuk menentukan terapi yang tepat

Adapun Diagnosa Autis Yang Biasanya Terjadi Adalah :

a. Resiko terjadi trauma b/d keinginan untuk bunuh diri

b. Gangguan komunikasi verbal b/d keterlambatan dan gangguan Intelektual

c. Gangguan interaksi sosial b/d menarik diri

16

Page 17: 56984790 laporan-pendahuluan-autisme

3. Implementasi

1.) Tujuan :

Agar anak dapat menghindari benda-benda tajam atau benda-benda yang

membahayakan dirinya.

a. Bina hubungan saling percaya

b. Hindari benda yang berbahaya di sekitar klien

c. Observasi perilaku yang membahayakan klien

d. Berikan aktivitas yang positif untuk mengembangkan kemampuan

e. Dorong anak agar mau bermain dengan teman-temannya sebagai alat

untuk distraksi agar tidak menyendiri

f. Beri reinforcement bila anak dapat mengurangi perilaku yang

berbahaya

2.) Tujuan :

Anak dapat berkomunikasi dengan verbal sehingga ia dapat melakukan

hubungan sosial engan orang lain.

a. Bina hubungan saling percaya

b. Berikan stimuli untuk mengadakan interaksi dengan lingkungan misal

dengan alat permainan

c. Gunakan kata-kata / kalimat yang mudah dimengerti

d. Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan

e. Beri reinforcement bila anak berhasil

3.) Tujuan :

Anak mampu mengadakan interaksi sosial dengan lingkungan

a. Bina hibungan saling percaya

b. Seringlah berinteraksi dengan anak

c. Ajak anak untuk berinetraksi dengan teman sebayanya

d. Beri sentuhan lembut pada anak

4 Evaluasi

a. Memantau perilaku anak apakah masih melakukan tindakan yang

sekiranya membahayakan dirinya.

b. Mengobservasi kemampuan anak dalam berkomunikasi, apakah ada

hambatan.

17

Page 18: 56984790 laporan-pendahuluan-autisme

c. Mengobservasi anak dalam berinteraksi sosial dengan orang lain, apakah

anak sudah merasa senang dan nyaman.

REFERENSI :

Handojo. 2003. Auits. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer.

Soetjiningsih.1995. Tumbuh Kembang Anak..Jakarta : EGC

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1998. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :

Infomedika.

Ward, N I. Assessment of chemical factors in relation to child hyperactivity.

J.Nutr.& Env.Med. (ABINGDON) 7(4);1997:333-342.

http://www.microsoft.com/isapi/redir/Autismepenelitian.autisme/padaanak/.dll?

prd=ie&pver=6&ar=msnhome

http://www.manajemenqolbu.com/new/isi/autisme/anak.2004.kolom.php?

isi_id=303&produk_id=4

http://www.puterakembara.org/milis/journal/autisme5.shtml

htpp://www.allergycenter/allergy Hormone.

htpp://www.allergies/wkm/behaviour.

htpp://www.allergycenter/UCK/allergy.

18

Page 19: 56984790 laporan-pendahuluan-autisme

Disusun Guna Memenuhi Tugas Dari Mata Kuliah

Keperawatan Anak I (KJR 212)

Disusun Oleh :

(0201100002 / II.A)

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

MALANG

19

Page 20: 56984790 laporan-pendahuluan-autisme

2004

20