Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

48
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK PRASEKOLAH DENGAN GANGGUAN TUMBUH KEMBAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional serta individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman: 1998). Keluarga sebagai pranata social terkecil dalam masyarakat dan Negara selalu mencuri perhatian baik kalangan pimpinan atau tokoh informasi maupun pemerintah. Banyak kejadian merisaukan sekarang ini, seperti kenakalan remaja, kasus gizi kurang, selalu dikaitkan dengan makin kurang berfungsinya pranata keluarga, antara lain dalam memfasilitsi tumbuh kembang anak dan menanamkan nilai- nilai luhur seperti saling menghormati, cinta kasih, toleransi, dan empati. Anak merupakan bagian dari keluarga, sering dikatakan sebagai potret atau gambaran dari orang tuanya saat masih kecil. Namun tidaklah demikian karena anak merupakan individu tersendiri yang tumbuh dan berkembang secara unik dan tidak dapat diulang setelah usia bertambah.

description

Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

Transcript of Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

Page 1: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN

ANAK PRASEKOLAH DENGAN GANGGUAN

TUMBUH KEMBAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan

keterikatan aturan dan emosional serta individu mempunyai peran masing-masing yang

merupakan bagian dari keluarga (Friedman: 1998). Keluarga sebagai pranata social

terkecil dalam masyarakat dan Negara selalu mencuri perhatian baik kalangan pimpinan

atau tokoh informasi maupun pemerintah. Banyak kejadian merisaukan sekarang ini,

seperti kenakalan remaja, kasus gizi kurang, selalu dikaitkan dengan makin kurang

berfungsinya pranata keluarga, antara lain dalam memfasilitsi tumbuh kembang anak dan

menanamkan nilai-nilai luhur seperti saling menghormati, cinta kasih, toleransi, dan

empati.

Anak merupakan bagian dari keluarga, sering dikatakan sebagai potret atau

gambaran dari orang tuanya saat masih kecil. Namun tidaklah demikian karena anak

merupakan individu tersendiri yang tumbuh dan berkembang secara unik dan tidak dapat

diulang setelah usia bertambah.

Pada anak usia prasekolah, anak mengalami lompatan kemajuan yang

menakjubkan. Tidak hanya kemajuan fisik tetapi juga secara sosial dan emosional. Anak

usia prasekolah ini sedang dalamproses awal pencarian jati dirinya. Beberapa prilaku

yang tidak ada, sekarang muncul. Secara fisik dan psikis usia ini adalah usia yag rentan

berbagai penyakitbdan menimbulkan masalah yang dapat mempengaruhi tumbuh

kembang anak jika kondisi kesehatan anak tidak ditangani secara baik oleh praktisi

kesehatan dan juga usaha-usaha pencegahan adalah yang tetap paling baik dilakukan.

Page 2: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

Keperawatan keluarga berkaitan erat dengan upaya keluarga mempunyai

kemampuan dalam menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. Perawat dapat

menbantu keluarga dalam memecahkan masalah kesehatannya sehingga mencapai

keadaan keluarga yang optimal.

Suatu peran penting keluarga terkait dengan perawatan anak adalah peran

pengasuhan (parenting role), yang sama dalam menjalankan peran ini keluarga sangat

dipengaruhi oleh faktor usia orang tua, keterlibatan ayah atau suami dala pengasuhan

anak, latar belakang pendidikan orang tua, pengalaman sebelumnya dalam mengasuh

anak, stress yang dialami orang tua, dan hubungan suami istri. Berkaitan dengan

perawatan anak di rumah sakit, keluarga punya tugas adaptif, yaitu meneriama kondisi

anak, mengelola kondisi anak, memnuhi kebutuhan perkembangan anak, memenuhi

kebutuhan perkembangan keluarga, menghadapi stressor dengan positif, membatu

keluarga untuk mengelola perasaanyang ada,mendidik anggota keluarga yang lain tentang

kondisi anak yang sedang sakit, dan mengembangkan sisitem dukungan social keluarga

dengan anak prasekolah.

B. TUJUAN

1.Tujuan Intruksional Umum :

Mahasiswa mampu menerapkan konsep asuhan keperawatan

keluarga dengan anak prasekolah.

2.Tujuan Instruksional Khusus

Mahasiswa mampu menjelaskan definisi keluarga.

Mahasiswa mampu menjelaskan tahap tumbuh kembang anak usia prasekolah.

Mahasiswa mampu menjelaskan tugas perkembangan keluarga dengan anak prasekolah.

Mahasiswa mampu menjelaskan masalah-masalah pada anka usia prasekolah.

Mahasiswa mampu menjelaskan bimbingan selam fase prasekolah.

Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan keluarga dengan anak prasekolah

Page 3: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi keluarga

1.Friedman (1998)

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan

keterikatan aturan dan emosional serta individual memepunyai peran masing-masing

yang merupakan bagian dari keluarga.

2. ayekti (1994)

Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara

orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau

seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri

atau adopsi, dan tinggal dalamsebuah rumah tangga.

3.Kamus webster (1993)

A social unit consisting of parent and the children they rear.

A group of people related by ancestry of marriage.

Sumardjan (1993)

Keluarga adalah sekelompok manusia yang para warganya ter ikat dengan jalur

keturunan.

4.Peraturan Pemerintah no.21 tahun 1994 tentang penyelenggaraan pembangunan

keluarga sejahtera

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau

suami, istri dan anaknya, suami dan anaknya, atau istri dengan anaknya.

Page 4: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

5.Burgess dan Locke (1992)

Keluarga adalah unit sosial terkecil dari individu-individu yang diikat oleh

perkawinan (suami-istri), darah atau adopsi (orang tua-anak), dan dalam kasus keluarga

luas terlihat adanya nenek atau kakek dengan cucu.

B. Tahap tumbuh kembang anak usia prasekolah

1.Definisi tumbuh kembang pada anak

a.Pertumbuhan (Growth)

Berkembangan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi

tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (kg/gr) atau

ukuran panjang (meter/centimeter)(Soetjiningsih : 1998).Perubahan ukuran atau nilai-

nilai yang memberikan ukuran tertentu dalam kedewasaan

Menurut Whaley dan Wong, pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah atau

ukuran sel tubuh yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan ukuran dan berat seluruh

bagian tubuh (Supartini, Yupi : 2004).

b.Perkembangan (Development)

Menurut Whaley dan Wong, perkembangan manitik beratkan pada perubahan

yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi

dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran ( Supartini, Yupi: 2004).

Perkembangan adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang

lebih komleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses

pematangan ( Soetjiningsih : 1998).

Mencakup aspek-aspek lain dari deferensiasi bentuk termasuk perubahan emosi

atau sosial yang sangat ditentukan oleh interaksi dengan lingkungan

Page 5: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

c.Pertumbuhan dan perkembangan anak prasekolah

Pertumbuhan

Beberapa aspek pertumbuhan fisik terus menjadi stabil dalam tahun prasekolah.

Waktu rata-rata denyut jantung dan pernapasan menurun hanya sedikit mendekati

90x/menit dan pernapasan 22-24x/menit. TD meningkat sedikit ke nilai rata-rata

95/58mmH. Berat badan anak meningkat kira-kira 2,5 kg per tahun, berat rata-rata pada

usia 5 tahun adalah kira-kira 21 kg, hampir 6 kali berat badan lahir. Prasekolah bertumbuh

2-3 inci per tahun, panjang mereka menjadi dua kali lipat panjang lahir pada usia 4

tahun,dan berada pada tinggi rata-rata 43 inci pada ulang tahun kelima mereka.

Perpanjangan tungkai kaki menghasilkan penampilan yang lebih kurus. Kepala sudah

mencapai 90% dari ukuran orang dewasa pada ulang tahun ke enam. Perbedaan kecil

terjadi antara jenis kelamin, walaupun anak laki-laki sedikit lebih besar dengan lebih

banyak otot dan kurang jaringan lemak. Kekurangan nutrisi umunya terjadi pada anak-anak

berusia dibawah 6 tahun adalah kekurangan vitamin A dan C serta zat besi. Konsumsi

karbohidrat dan lemak dalam jumlah yang sangat besar dari makanan yang berlemak bisa

menimbulkan kegemukan dan menjadikan anak prasekolah dalm kondisi sangat lapar.

Orang tua dan penberi pelayanan perlu membuat asaha secara sadar untuk membantu anak

prasekolah mengembangkan kebiasaan makan yang sehat dan mencegah defisiensi dan

kelebihan.

Perkembangan

1. Rasa keingintahuan tentang hal-hal yang berada dilingkungan semakin besar dan

dapat mengembangkan pola sosialisasinya.

2. Anak sudah mulai mandiri dalam merawat diri sendiri, seperti mandi, makan,

minum, menggosok gigi, BAK, dan BAB.

3. Mulai memahami waktu.

4. Penggunaan tangan primer terbentuk.

Page 6: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

1.Perkembangan psikoseksual ( Sigmund Freud )

Fase berkembangan psikoseksual untuk anak usia sekolah masuk pada fase falik.

Selama fase ini, genitalia menjadi area yang menarik dan area tubuh yang sensitif. Anak

mulai mengetahui perbedaan jenis kelamin dengan mengetahui adanya perbedaan jenis

kelamin.

Negatif : Memegang genetalia

Oedipus complex

Positif : Egosentris: sosial interaksi

Mempertahankan keinginan             

2.Perkembangan psikososial ( Eric Ericson )

Fase perkembangan psikososial pada anak usia prasekolah adalah inisiatf vs rasa

bersalah. Perkembangan ini diperoleh dengan cara mengkaji lingkungan melalui

kemampuan bereksplorasi terhadap lingkungannya. Anak belajar mengendalikan diri dan

memanipulasi lingkungan. Inisiatif berkembang dengan teman sekelilingnya.

Kemampuan anak berbahasa meningkat. Anak mulai menuntut untuk melakukan tugas.

Hasil akhir yang diperoleh adalah menghasilkan suatu prestasinya.

Perasaan bersalah akan timbul pada anak jika anak tidak mampu berpretasi. Rasa

bersalah dapat menyebabkan anak kurang bersosialisasi, lebih marah, mengalami regresi,

yaitu kembali ke perkembangan sebelumnya, misalnya mengompol dan menghisap

jempol.

3.Perkembangan kognitif ( Jean Piaget )

Fase berkembangan kognitif anak usia prasekolah adalah fase praoperasional.

Karakteristik utama perkembangan intelektual tahap ini didasari sifat egosentris.

Pemikiran di dominasi oleh apa yang dilihat, dirasakan dan dengan pengalaman lainnya.

Fase ini dibagi menjadi 2 yaitu:

Page 7: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

1.Prokonseptual ( 2- 4 tahun )

Anak mengembangkan kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi dan

bermasyarakat. Anak mulai mengembangkan sebab-akibat, trial dan error dan

menginterpretasikan benda/kejadian. Anak mulai menggunakan sinbulkata-kata,

mengingat masa lalu, sekarang dan yang akan datang.

2.Intuitive thuoght ( 4-7 tahun )

Anak mampu bermasyarakat namun masih belum mampu berpikir timbal balik.

Anak biasanya banyak meniru perilaku orangdewasa tetapi sudah bisa memberi alasan

pada tindakan yang dilakukan.

3.Perkembangan Moral ( Kahlberg )

Fase perkembangan moral pada anak usia prasekolah memasuki fase

prekonvensional. Anak belajar baik dan buruk, benar dan salah melalui budaya sebagai

dasra peletakan nilai moral.

Fase ini terdiri dari 3 tahapan yaitu:

Didasari adanya rasa egosentris pada anak, yaitu kebaikan

Orientasi hukuman dan ketaatan

Baik dan buruk sebagai konsekuensi dari tindakan. Jika anka berbuat salah, orang

tua memberikan hukuman dan jika anak berbuat benar maka orang tua memberikan

hukuman

o Anak berfokus pad motif yang menyenangkan sebagai suatu kebaikan

o Anak menjalankan aturan sebagai sesuatu yang memuaskan mereka sendiri.

C. Tugas perkembangan anak usia prasekolah

1.Personal / sosial

o Upaya untuk menciptakan diri sendiri seperti orang tuanya, tetapi mandiri

Page 8: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

o Menggali lingkungan atas hasil prakarsanya

o Membanggakan, mempunyai perasaan yang tidak dapat dirusak

o Keluarga merupakan kelompok utama

o Kelompok meningkat kepentingannya

o Menerima peran sesuai jenis kelaminnya

o agrsif

2. Motorik

o Meningkatnya kemampuan bergerak dan koordinasi jadi lebih mudah

o Mengendarai sepeda dengan dua atau tiga

o Melempar bola, tetapi silit uintuk menangkapnya

o Bahasa dan kognitif

o Egosentrik

o Ketrampilan bahsa makin baik

o Mengajukan banyak pertanyaan; bagaimana, apa, dan mengapa?

o Pemecahan masalah sedarhana; menggunakan fantasi untuk memahami,

mengatasi masalah.

3.Ketakutan

o Pengrusakan diri

o Dikebiri

o Gelap

o Ketidaktahuan

o Objek bayangan, tak dikenal.

D. Tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah

o Membantu anak untuk bersosialis

Page 9: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

o Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak yang lain

(tua) juga harus dipenuhi

o Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam atau luar keluarga (keluarga

lain dan lingkungan sekitar)

o Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak

o Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

o Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan

perkembangan anak.

E. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang

Pola pertumbuhan dan perkembangan secara normal antara anak yang satu dengan

yang lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena dipengaruhi oleh interaksi banyak

faktor. Menurut Soetjiningsih (2002), faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang, yaitu:

1.Faktor dalam (internal):

2.Genetika

3. Perbedaan ras, etnis, atau bangsa

Tinggi badan orang Eropa akan berbeda dengan orang Indonesiaatau bangsa lainnya,

dengan demikian postur tubuh tiap bangsa berlainan.

4. Keluarga

Ada keluarga yang cenderung mempunyai tubuh gemuk atau perawakan pendek

5. Umur

Masa prenatal, masa bayi, dan masa remaja merupakan tahap yang mengalami

pertumbuhan cepat dibandingkan dengan masa lainnya.

6. Jenis kelamin

Page 10: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

Wanita akan mengalami pubertas lebih dahulu dibandingkan laki-laki

7.Kelainan kromosom

Dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan, misalnya sindrom down.

1.Pengaruh hormon

Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat janin berumur

empat bulan. Pada saat itu terjadi pertumbuhan yang cepat. Hormon yang berpengaruh

terutama adalah hormon pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar

pituitari. Selain itukelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna untuk

metabolisme serta maturasi tulang, gigi, dan otak.

2.Faktor lingkungan

Faktor kelompok yang dapat berpengaruh dikelompokkan menjadi tiga, yaitu

pranatal, kelahiran, dan pascanatal.

3.Faktor prenatal

o Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin, terutama selama

trimester akhir kehamilan

o Mekanis, posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat menyebabkan

kelainan conginetal, misalnya club foot

o Toksin, zat kimia, radiasi

o Kelainan endokrin

o Infeksi TORCH atau penyakit menular sesksual

o Kelainan imunologi

o Psikologis ibu

4.Faktor kelahiran

Page 11: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau forcep dapat menyebabkan

trauma kepala pada bayi sehingga beresiko terjadinya kerusakan jaringan otak.

5.Faktor pascanatal

Seperti lainnya pada masa prenatal, faktor yang berpengaruh terhadap

TUMBANG anak adalah gizi, penyakit kronis/ kelainan konginetal, lingkungan fisik dan

kimia, psikologis, endokrin, sosioekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi, dan obat-

obatan

E. Masalah-masalah pada anak usia prasekolah

1.Masalah kesehatan

Masalah kesehatan yang sering muncul pada anak prasekolah seperti; diare, cacar

air, difteri, dan campak.

No Masalah/ PenyakitManajemen Teraupetik Dan

Komplikasi

Pertimbangan

Keperawatan

1. Diare

(Gastroenterologi)

Agen pembuka:

bakteri dan virus. 

Sumber: makanan

basi, beracun, alergi

terhadap makanan.

Masa inkubasi: BAB

> 3 x 24 jam

MK: anak menangis,

gelisah, suhu tubuh

Komplikasi: 

o Dehidrasi

o Renjatan hipovolemik

o Hypocalanta

o Intoleransi laktosa sekunder

o Kejang

o Malnutrisi energi protein

Obat:

o Anti sekresi

o Anti spasmolitik

1.Memberikan

cairan 

2,Diatetik

(pemberian

makanan)

Page 12: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

meninggi, BAB cair

kadang disertai darah

dan lender

o Pengeras tinjs

o Antibiotik

2. Varicela (cacar air) 

Agen pembawa:

Variacell  Zooster

Sumber: sekresi

primer saluran

pernafasan dan organ

terinfeksi, pada

tingkatan lesi kulit

yang lebih rendah

Transmisi:

terkontaminasi oleh

objek penularan.

Masa inkubasi: 2-3

minggu/ 13-17 hari

Masa penularan:

biasanya 1 hari setelah

erupsi lesi (masa awal)

sampai 5 hari setelah

banyak muncul vesikel

ketika kerak kulit

terbentuk.

MK:

Tahap awal: demam

Kekhususan: biasanya tidak ada agen

anti viral (ecyclovir) untuk resiko

tinggi anak terinfeksi, Varicella

Zooster imonoglobin (VZIG) setelah

pembukaan pada anak yang beresiko

tinggi. 

Obat: Diphenhidramin, hydoklorida,

atau anti histamin untuk

menghilangkan gatal

Perawatan kulit untuk pencegahan

infeksi bakteri kedua.

Komplikasi:

o Infeksi pada tahap kedua

(bisu,  selulitis, pnemoni,

sepsis)

Encephalitis

Varicela pnemoni

Peredaran varicela

Kronik atau tranesien

trombositopenia

1.Lakukan isolasi

ketat di RS 

2.Isolasi anak di

rumah sampai

vasikel mengering

(biasanya 1

minggu setelah

terinfeksi) dan

isolasi anak yang

beresiko tinggi

infeksi

3.Beri perawatan

kulit: mandi dan

berganti pakaian

setisp hari, oleskan

lation .

4.Mengurangi

gatal-gatal

5.Hindari

mengupas kulit

kerak yang

menggosok dan

membuat iritasi.

Page 13: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

ringan, malaise,

anoreksia, pertama kali

ruam dan gatal,

muncul makula,

dengan cepat

berkembang menjadi

papula dan menjadi

vesikel (dikelilingi

oleh dasar

eritematosus menjadi

gelembung, mudah

pecah dan membentuk

kerak). Ketiga tahapan

(papula, vesikel, dan

kerak kulit) hadir

dalam tingkatan

berbeda dalam waktu

yang sama.

Distribusi: sentrifetal,

menyebar ke wajah

dan tubuh, tapi jarang

pada tungkai dan

lengan.

Gejala: elevasi suhu

dari limfade nopaty,

iritasi dari gatal-gatal.

3 Difhteria  Antitoksin (biasanya melalui

intravena diawali dengan test

kulit dan konjungtiva untuk

1.Lakukan isolasi

ketat di rumah

sakit 

Page 14: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

Manifestasi klinis:

Bervariasi menurut

lokasi anatomi

Pseudomembran

Nasal :

Menyerupai flu, nasal

mengeluarkan serosan

guineous mukous

purulent tanpa gejala-

gejala pokok: tampak

seperti epitaksis.

Tonsilar pharingeal :

Malaise, anorexia,

tenggorokan sakit,

sedikit demam, pulse

meningkat dari yang

diharapkan selama 24

jam, membran

melembut, putih atau

abu-abu; timbulnya

limfadenitis jika

penyakitnya parah

timbul toximea, septik

syok, dan meninggal

dalam 6-10 hari.

mengetes sensitifitas terhadap

serum)

Antibiotik (penisillin atau

erythromycin).

Bedrest total (pencegahan

miokarditis)

Tracheostomy untuk

penahambatan jalan udara.

Perawatan carrier dan kontak

terhadap orang yang terinfeksi.

Komplikasi :

Miokarditis (minggu ke 2) Neuritis

2.Berpartisipasi

pada test

sensitifitas; beri

epineprin jika ada

3. Beri antibiotik,

amati sensitifitas

terhadap penisilin

4.Gunakan suction

jika perlu

5.Beri perawatan

komplit untuk

memperoleh

bedrest

6.Atur kelembaban

untuk pencairan

optimum sekresi.

7.Amati respirasi

untuk tanda-tanda

penghambatan

Page 15: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

Lharyngeal :

Demam : serak, batuk,

tanpa ada tanda awal,

potensial

penghambatan jalan

udara, gelisah,

cyanosis, retraksi

dyspniec.

4. Rubeola (campak) 

Agen pembawa :

Virus

Sumber :

Sekresi saluran nafas,

darah dan urine dari

orang yang terinfeksi.

Transisi :

Kontak langsung

dengan orang yang

terinfeksi.

Masa inkubasi :

10-20 hari

Periode penularan :

Dari 4-5 hari setelah

Tidak ada perawatan lain yang perlu

kecuali antipiretik untuk demam dan

analgesik untuk nyeri. 

Komplikasi :

Jarang terjadi (arthritis, enchepalitis,

atau purpura); penyakit-panyakit

menular yang sering dijumpai pada

masa anak-anak; bahaya terbesar

adalah efek teratogenik pada janin.

1.Yakinkan

orangtua bahwa

vesikel-vesikel

adalah suatu proses

panyakit yang

alami pada anak-

anak yang

terinfeksi. 

2. Gunakan

sentuhan lembut

jika diperlukan.

3.Jauhkan anak

dari wanita hamil

Page 16: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

ruam-ruam muncul

tetapi terutama selama

tahapan awal

(catharal).

Manifestasi klinis :

Fase prodromal:

Tidak dijumpai pada

anak-anak, namun

dijumpai pada orang

remaja dan dewasa

yang ditandai dengan

demam ringan, sakit

kepala, malaise,

anorexia,

konjungtivitis ringan,

coryza, sakit

kerongkongan, batuk,

dan limfadenofaty.

Paling sedikit 1-5 hari,

menghilang 1 hari

setelah terjadinya

ruam.

Ruam :

Pertama kali muncul di

wajah dan dengan

segera menyebar ke

leher, lengan batang

Page 17: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

tubuh dan kaki.

diakhiri dari pertama

ditutupi dengan

bercak-bercak

kemerahan makulo

pupalar, biasanya

hilang pada hari ketiga

Tanda dan gejala :

Demam ringan yang

muncul kadang-

kadang, sakit kepala,

malaise dan

limfadenopaty.

1.Hubungan keluarga

Pada usia prasekolah biasanya anak merasa cemburu dengan kehadiran anggota

keluarga baru (adik). Anak merasa tidak diperhatikan lagi oleh orang tua sehingga anak

sering membuat olah untuk mendapatkan perhatian orang tua.

2.Bahaya fisik

a.Kecelakaan

Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang menghasilkan

ketrampilan tertentu. Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik namunkecelakaan

dianggap sebagai kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan berbahaya bagi

psikologisnya sehingga anak akan takut terhadap kegiatan fisik. Jika hal ini terjadi bisa

berkembang menjadi masa malu.

Page 18: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

b.Keracunan

Pada dasarnya usia prasekolah suka mencoba segala sesuatu yang dia lihat tanpa

mengetahui apakah itu berbahaya atau tidak.

3.Bahaya Psikologis

Perasaan bersalah akan timbul pada anak jika anak tidak mampu berprestasi. Rasa

bersalah dapat menyebabkan anak kurang bersosialisasi, lebih pemarah, mengalami regresi,

yaitu kembali ke perkembangan sebelumnya, misalnya mengompol dan menghisap jempol.

4.Gangguan tidur

Mimpi buruk adalah mimpi menakutkan yang terjadi selama tidur REM (rapid eye

movement). Seorang anak yang mengalami mimpi buruk biasanya akan benar-benar

terbangun dan dapat mengingat kembalimimpinya secara terperinci. Mimpi buruk yang

terjadi sewaktu-waktu adalah hal yang normal, dan satu-satunya tindakan yang perlu

dilakukan orang tua adalah menenangkan anak. Tetapi mimpi buruk yang sering terjadi

adalah abnormal dan bisa menunjukkan masalah psikis. Pengalamam yang menakutkan

(termasuk cerita menakutkan atau film tentang kekerasan di televisi) bisa menyebabkan

terjadinya mimpi buruk. Hal ini terutama sering ditemukan pada anak-anak yang berumur 3-

4 th, karena mereka belum bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan. Teror dimalam

hari adalah suatu keadaan dimana sesaat setelah tertidur anak setengah terbangun dengan

kecemasan yang luar biasa. Anak tidak dapat mengingat kembali apa yang atelah dialaminya.

Tidur sambil berjalan adalah suatu keadaan dimana dalam keadaan tertidur anak

bengkit dsari tempat tidurnya dan berjalan-jalan. Teror dimalam hari dan tidur sambil

berjalan biasanya berlangsung selama tidur dalam (Non REM) dan terjadi dalam 3 jam

pertama setelah anak tertidur. Tiap episode berlangsung dari beberapa detik sampai beberapa

menit. Teror dimalam hari sifatnya dramatis karena nak menjerit-jerit dan panik, keadaan ini

paling sering ditemukan pada anak yang berumur 3-8 th.

Untuk anak yang susah tidur bisa dilakukan beberapa tindakan berikut:

Page 19: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

1. Ajak anak kembali ketempat tidurnya.

2. Berikan cerita yang pendek.

3. Tawari untuk ditemani oleh boneka atau selimut kesayangannya.

4. Gunakan lampu redup.

5. Masalah Pelatihan Buang Air (Toileting)

Pelatihan buang air besar biasanya mulai dilakukan pada saat anak berumur 2-3

tahun, sedangkan pelatihan buang air kecil dilakukan pada umur 3-4 tahun. Pada umur 5

tahun, kebanyakan anak sudah dapat melakukan buang air sendiri; melepas pakaian

dalamnya sendiri, membersihkan dan mengeringkan penis, vulva maupun anusnya sendiri

serta kembali memakai pakaian dalamnya sendiri. Tetapi sekitar 30% anak berusia 4 th dan

10% anak berusia 6 th masih mengompol pada malam hari.

Cara terbaik untuk menghindari masalah pelatihan buang air (toilet training) adalah

denganm mengenali kesiapan anak. Adapun tanda dari kesiapan anak adalah:

1. Selama beberapa jam pakaian dalamnya masih kering.

2. Anak menginginkan pakaian dalamnya diganti jika basah.

3. Anak menunjukkan ketertarikannya untuk duduk di atas Potty Chair (pispot khusus untuk

anak-anak) atau diatas toilet (jamban, kakus).

4. Anak mampu mengikuti petunjuk atau aturan lesan yang sederhana.

Kesiapan anak biasanya terjadi pada usia 24-36 bln.

Metode toilet training yang banyak digunakan adalah metode timing. Anak yang

tampaknya sudah siap diperkenalkan kepada potty chair dan secara bertahap diminta untuk

duduk diatasnya sebentar saja dalam keadaan berpakaian lengkap. Kemudian anak diminta

untuk melepaskan pakaian dalamnya sendiri, lalu duduk di atas potty chair selama tidak lebih

dari 5-10 mnt. Hal itu dilakukan sambil ibu memberikan penjelasan bahwa swkarang sudah

saatnya anak untuk melakukan BAB/BAK ditempatnya (maksudnya pada potty chair/kloset)

Page 20: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

buka di pakaian dalam atau popok. Jika Anak sudah bisa melakukannya, ibu boleh

memberikan pujian ataupu hadiah. Tetapi jika anak belum bisa melakukannya, ibu sebaiknya

tidak memarahi ataupun  menghukum anak. Metode timing efektif untuk anak-anak yang

memiliki jadwal BAB/BAK yang teratur.

Metode toilet training lainnya menggunakan boneka sebagai alat bantu. Kepada anak

yang sudah siap diajarkan cara-cara toilet training dengan menggunakan boneka sebagai

model. Ibu memberikan pujian kepada boneka karena pakaian dalamnya kering dan telah

berhasil melewati setiap proses toilet training. Kemudian ibu meminta anak untuk menirukan

proses toliet training dengan bonekanya secara berulang-ulang, anak juga diajari untuk

memuji bunekanya. Selanjutnya anak menirukan apa yang telah dilakukan oleh bonekanya

dan ibu memberikan pujian kepada anak. Jika anak tetap bertahan duduk di toilet sebaiknya

diangkat dan toilet training dicoba kembali setelah anak makan. Tetepi jika hal ini

berlangsung selama beberapa hari sebaiknya tolet traing ditunda selama beberapa minggu.

Sangat penting untuk memberika pujian kepada anak yang telah berhasil melakukan

toilet training. Setelah pola BAB/BAK stabil secara perlahan pujian mulai dikurangi.

Memaksa anak untuk BAB/BAK di toilet dengan kekerasan tidak efektif dan bisa

menyebabkan ketegangan pada hubungan ibu-anak.

G. Bimbingan selama fase prasekolah

1.Usia 3 tahun

Persiapkan orang tua untuk peningkatan ketertarikan anak dalam hubungan yang lebih

luas.

Anjurkan orang tua untuk mendaftarkan anak ke play group atau TK.

Tekankan tentang pentingnya pengaturan waktu.

Anjurkan orang tua untuk menawarkan pilihan-pilihan ketika anak sedang ragu/bimbang.

Perubahan pada anak usia 3.5 th : anak akan menjadi kurang koordinasi, gelisah dan

menunjukkan perubahan tingkah laku, seperti bicara gagap.

Orang tua harus memberikan perhatioan yang ekstra sebagai refleksi dari kegelisahan

emosi anak dan rasa takut anak kehilangan kasih sayang orang tua.

Page 21: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

Ingatkan orang tua tentang keseimbangan yang telah dicapai pada usia 3 th akan berubah

menjadi tingkah laku yang agresif pada usia 4 th.

antisipasi tentang adanya perubahan nafsu makan, seleksi makanan anak.

Tekankan tentang perlunya perlindungan dan pendidikan untuk mencegah cedera.

Usia 4 tahun

Persiapkan pada tingkah laku anak yang lebih agresif, termasuk aktifitas motorik dan

penggunaan bahasa-bahasa yang mengejutkan.

Eksplorasi perasaan oreng tua berkenaan dengan tingkah laku anak.

Masukkan anak ke TK

Persiapkan untuk peningkatan keingintahuan anak tentang seks

Tekankan tentang pentingnya menanamkan disiplin pada anak

Anjurkan orang tua untuk melatih anak berenang jika belum dilakukan diusia sebelumnya

2.Usia 5 tahun

Masa tenang pada anak

Siapkan anak untuk memasuki lingkungan sekolah

Pastikan kelengkapan imunisasi lingkungan sekolah

H. Stimulasi bermain untuk tumbuh kembang anak

1.Definisi bermain

Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarelauntuk memperoleh

kesenangan/ kepuasan. Bermain merupakan cermin kemampuan fisik, intelektual, emosional,

dan sosial. Bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena bermain, anak akan

berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa

yang dapat dilakukannya, dan mengenalwaktu, jarak, serta suara. (Wong, 2000)

2.Fungsi permainan pada anak

Fungsi utama bermain adalah menstimulasi perkembangan anak, antara lain:

1. Perkembangan sensori-motorik

Page 22: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

2. Perkembangan intelektual

3. Perkembangan sosial

4. Perkembangan kreativitas

5. Perkembangan kreasi diri

6. Perkembangan moral

7. Bermain sebagai terapi

8. Tujuan bermain

Melalui fungsi yang terurai diatas pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai berikut:

Untuk melanjutkan tumbang yang normal pada saat sakit anak mengalami gangguan

dalam tumbang.

Mengekspresikan perasaan, keinginan dan fantasi serta idenya.

Mengembangkan kreatrifitas dan kemampuan menyelesaikan masalah. Permainan akan

menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya untuk menciptakan sesuatu seperti

yang ada dalam pikirannya pada saat melakukan permainan anak akan dihadapkan pada

masalah dalam konteks permainannya, semakin lama ia bermain dan semakin tertantang

untuk dapat menyelesaikannya dengan baik.

Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat di RS. Stress

yang dialami anak di RS tidak dapat dihindarkan sebagai mana juga yang dialami orang

tuanya untuk itu yang penting adalah bagaimana menyiapkan anak dan orang tua untuk

dapat beradaptasi denga stresor yang dialaminya di RS secara efektif.

3.Alat dan jenis permainan yang cocok untuk anak usia prasekolah (>3-6 th)

Sejalan denga tumbangnya anak prasekolah mempunyai kemampuan motorik kasar dan

halus yang lebih matang daripada anak usia toddler. Anak sudah lebih aktif, kreatif dan

imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara dan berhubungan sosial dengan temannya

semakin meningkat.

Page 23: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

Oleh karena itu jenis permainan yang sesuai adalah asosiatif play, dramatik play dan skill

play. Anak melakukan permainan bersama-sama dengan temannya denga komunikasi yang

sesuai dengan kemampuan bahasanya. Anak juga sudah mampu memainkan peran orang tertentu

yang diidentifikasikannya seperti ayah, ibu dan bapak atau ibu gurunya. Permainan yang

menggunakan kemampuan motorik (skill play) banyak dipilih anak prasekolah. Untuk itu jenis

alat pewrmainan yang diberikan pada anak, misal: sepeda, mobil-mobilan, alat olah raga,

berenang dan permainan balok-balok besar, dll.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A Pengkajian

1. Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga

Identitas

1.Nama pasien

Dimaksudkan agar dapat mengenali klien sehingga mengurangi kekeliruan

dengan pasien lain.

2.Umur

Mengetahui umur pasien sehingga dapat mengklarifikasi adanya faktor resiko

pada epilepsi karena faktor umur dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam

penatalaksanaan untuk epilepsi.

Page 24: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

3.Agama dan suku bangsa

Mengetahui kepercayaan dan adat istiadat pasien dan keluarga sehingga dapat

mempermudah dalam melaksanakan tindakan sesuai dengan agama dan kepercayaan dari

pasien dan keluarganya.

4.Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman dari anggota keluarga

terutama orang tua dalam memberi informasi perencanaan pulang bagi anak sekolah

dengan masalah kesehatan epilepsi.

5.Komposisi keluarga

Dimaksudkan untuk mengetahui silsilah dari beberapa generasi, apakah terdapat

anggota keluarga yang terkena penyakit yang serupa/penyakit turunan.

6.Tipe keluarga

Pengkajian tipe keluarga dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar perhatian

dan peraswatan yang diberikan pada anggota atau anak yang mengalami sakit.

7.Pekerjaan

Mengetahui tingkat ekonomi keluarga pasien. Hal ini perlu dikaji untuk

mengetahui kesanggupan keluarga untuk memodifikasi proses penyembuhan penyakit

pada anak dan pemanfaatan sarana kesehatan bagi anak yang sakit.

8.Alamat

Untuk megetahui pasien tinggal dimana dan untuk menghindari kekeliruan bila

ada dua orang pasien dengan nama yang sama serta untuk keperluan kunjungan rumah

bila diperlukan.

9.Aktivitas rekreasi keluarga

Page 25: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

Untuk mengetahui seberapa jauh keluarga memenfaatkan aktifitas rekreasi

keluarga yang digunakan untuk menghilangkan kepenatan dalam kehidupan sehari-

harinya.

Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.

3. Riwayat keluarga inti.

4. Riwayat keluarga sebelumnya.

Lingkungan

1. Karakteristik rumah.

2. Karakteristik lingkungan.

3. Mobilitas keluarga.

4. Hubungan keluarga dengan lingkungan.

5. Sistem sosisl yang mendukung.

Struktur keluarga

1. Pola komunikasi.

2. Pengambilan keputusan.

3. Peran anggota keluarga.

4. Nilai-nilai yang berlaku di keluarga.

5. Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah

Page 26: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

Identitas anak.

Riwayat kehamilan sampai kelahiran.

Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini.

Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari).

Tumbang saat ini (termasuk kemampuan yang dicapai).

Pemeriksaan fisik.

Pengkajian data fokus meliputi:

1. Bagaimana karakteristik teman bermain.

2. Bagaimana lingkungan bermain.

3. Berapa lama anak menghabiskan waktunya di sekolah.

4. Bagaimana stimulasi terhadap tumbang anak dan adakah sarana yang dimiliki.

5. Bagaimana temperamen anak saat ini.

6. Bagaimana pola anak jika menginginkan suatu barang.

7. Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak.

8. Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini.

9. Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah.

10. Sudahkah anak memperoleh imunisasi ulangan selain di sekolah.

11. Pernahkah mendapat kecelakaan selama di sekolah atau di rumah saat bermain.

12. Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini.

13. Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah, apa jenisnya.

14. Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luang.

15. Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarganya.

Page 27: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

KASUS

Seorang ibu membawa anaknya (An. T)  yang berusia 5 tahun ke puskesmas dengan

keluhan anak BAB encer dan buang air besar lebih dari 8 kali dalam 10 jam terakhir dan di sertai

gatal gatal anak lemas dan tidak mau makan dari hasil pemeriksaan di dapat TTV anak tidak

normal /kurang dari normal dan pada kulit anak di temukan bercak putih,jamur pada kulit

punggung .dari penuturan ibu,bahwa anaknya hipeeraktif dalam beraktivitas,dan lingukungan

rumah dari ibu berada dekat dengan sungai yaitu 50 meter sehingga sebagian besar aktifitas

warga di sekitar termasuk ibu penderita d lakukan di sungai tersebut seperti menycuci,mandi dll.

DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI

DO: BAB encer 

Buang air besar lebih dari 8

kali

DS: anak pucat

TTV kurang dari      normal

Gangguan

keseimbangan cairan

dan elektrolit

diare

DO: anak sering gatal gatal 

DS; jamur d kulit

Gangguan integritas

kulit

Gangguan konsep diri/citra

tubuh

DIAGNOSA

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada An. T b/d ketidakmampuan keluarga

dalam mengenal masalah diare

2. Gangguan tumbuh kembang pada An. T berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga

mengenal dampak  hospitalisas.

SKORING:

Page 28: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

DIAG NOSA

NO KRETRIA NILAI BOBOT

1 Sifat msalah: 

Sakala: tidak /kurang sehat

Ancaman kesehatan

Keadaan sejahtera

2

1

1

2 Kemungkinan masalah dapat di

ubah: 

Skala:   mudah

Sebagian

Tidak dapat

1

0

2

3

4

Kemungkinan masalah dapat di

cegah: 

Skala:    tnggi

Cukup

Rendah

Menonjolnya msalah:

Skala: Masalah berat harus

segera di tangani

Ada msalah tapi tidak perlu di

tangani.

2

1

2

1

0

1

Page 29: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

Msalah tidak di rasakan

Diagnosa I

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada anak b/d ketidakmampuan keluarga

dalam mengenal masalah diare.

1. Sifat masalah : 2/3×1=2/3

2. Kemungkinan msalah dapat di ubah: 2/2×2=2

3. Potensi msalah dapat di cegah : 3/3×1=1

4. Menonjolnya msalah : 2/2×1=1

TOTAL= 1+2+2/3+1=11/3=4.7

Diagnosa II

Gangguan tumbuh kembang pada An. T berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga

mengenal dampak  hospitalisasi

1. Sifat masalah : 3/3×1=1

2. Kemungkinan msalah dapat di ubah: 1/2×2=1

3. Potensi msalah dapat di cegah : 2/3×1=2/3

4. Menonjolnya msalah : 2/2×1=1

TOTAL= 1+1+2/3+1=11/3=3,1

INTERVENSI

Diagnosa Intervensi

Gangguan keseimbangan 1. Memberikan penjelasan tentang diare

Page 30: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

cairan dan elektrolit pada

anak b/d ketidakmampuan

keluarga dalam mengenal

masalah diare.

kepada keluarga

2. Membantu keluarga dalam mengenal

masalah diare

3. Membantu keluarga untuk mengambil

tindakan terhadap penanganan diare

4. Membantu keluarga dalam menciptakan

lingkungan yang dapat meningkatkan

kesehatan untuk mencegah diare

5. Membantu keluarga memanfaatkan fasilitas

kesehatan di lingkungan setempat untuk

pengobatan diare

Gangguan tumbuh kembang

pada An. T berhubungan

dengan ketidak mampuan

keluarga mengenal dampak 

hospitalisasi

1. Memberikan penjelasan tentang hospitalisasi

kepada keluarga

2. Membantu keluarga dalam mengenal

masalah hospitalisasi

3. Membantu keluarga untuk mengambil

tindakan terhadap penanganan hospitalisasi

4. Membantu keluarga dalam menciptakan

lingkungan yang dapat meningkatkan

kesehatan untuk mengatasi dampak

hospitalisasi

EVALUASI

Intervensi Evaluasi

Page 31: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

1.Memberikan penjelasan tentang

diare kepada keluarga

2.Membantu keluarga dalam

mengenal masalah diare

3.Membantu keluarga untuk

mengambil tindakan terhadap

penanganan diare

4.Membantu keluarga dalam

menciptakan lingkungan yang dapat

meningkatkan kesehatan untuk

mencegah diare

5.Membantu keluarga memanfaatkan

fasilitas kesehatan di lingkungan

setempat untuk pengobatan diare

Keluarga memahami tentang

diare

1.Keluarga mampu mengenal masalah diare

2.Keluarga mampu untuk mengambil tindakan

terhadap penanganan diare

3.Keluarga mampu dalam menciptakan lingkungan

yang dapat meningkatkan kesehatan untuk

mencegah diare

4.Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas

kesehatan di lingkungan setempat untuk pengobatan

diare

5. Memberikan penjelasan tentang hospitalisasi

kepada keluarga

6. Membantu keluarga dalam mengenal masalah

hospitalisasi

7.Membantu keluarga untuk mengambil tindakan

terhadap penanganan hospitalisasi

8.Membantu keluarga dalam menciptakan

lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan

untuk mengatasi dampak hospitalisasi

Keluarga memahami tentang hospitalisasi

Keluarga mampu mengenal masalah

hospitalisasi

Keluarga mampu mengambil tindakan

terhadap penanganan hospitalisasi

Keluarga mampu menciptakan lingkungan

yang dapat meningkatkan kesehatan untuk

Page 32: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

mengatasi dampak hospitalisasi

DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih (1994), Tumbuh Kembang Anak, Bagian Kesehatan Anak FK Udayana, Jakarta.

EGC,

Soetjiningsih. (1995). Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC.

Page 33: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

Supartini, Y. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

DOSEN PEMBIMBING : ABDURRAHMAN,S.Kep.Ns

MATA KULIAH : KEPERAWATAN KOMUNITAS

Page 34: Askep Keperawatan Anak Dengan Autisme

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK PRASEKOLAH DENGAN

GANGGUAN TUMBUH KEMBANG

DI SUSUN OLEH :

NPM / NAMA : 2009010068/ MUAMAR

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

YAHYA BIMA

2012/2013