makalah askep

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal (pinggang). Skolisis merupakan penyakit tulang belakang yang menjadi bengkok ke samping kiri atau kanan sehingga wujudnya merupakan bengkok benjolan yang dapat dilihat dengan jelas dari arah belakang. Penyakit ini juga sulit untuk dikenali kecuali setelah penderita meningkat menjadi dewasa (Mion, Rosmawati, 2007). Walaupun penyebab skoliosis idiopatik tidak diketahui, namun ada beberapa perbedaan teori yang menunjukkan penyebabnya seperti faktor genetik, hormonal, abnormalitas pertumbuhan, gangguan biomekanik dan neuromuskular tulang, otot dan jaringan fibrosa. Meskipun skoliosis tidak mendatangkan rasa sakit penderita perlu di rawat seawal mungkin. Tanpa perawatan, tulang belakang menjadi semakin bengkak dan menimbulkan berbagai komplikasi seperti kerusakan peru-paru dan jantung, serta sakit tulang belakang.

description

asuhan kesehatan

Transcript of makalah askep

Page 1: makalah askep

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah

samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada)

maupun lumbal (pinggang). Skolisis merupakan penyakit tulang belakang yang

menjadi bengkok ke samping kiri atau kanan sehingga wujudnya merupakan

bengkok benjolan yang dapat dilihat dengan jelas dari arah belakang. Penyakit

ini juga sulit untuk dikenali kecuali setelah penderita meningkat menjadi

dewasa (Mion, Rosmawati, 2007).

Walaupun penyebab skoliosis idiopatik tidak diketahui, namun ada beberapa

perbedaan teori yang menunjukkan penyebabnya seperti faktor genetik,

hormonal, abnormalitas pertumbuhan, gangguan biomekanik dan

neuromuskular tulang, otot dan jaringan fibrosa. Meskipun skoliosis tidak

mendatangkan rasa sakit penderita perlu di rawat seawal mungkin. Tanpa

perawatan, tulang belakang menjadi semakin bengkak dan menimbulkan

berbagai komplikasi seperti kerusakan peru-paru dan jantung, serta sakit tulang

belakang.

Sekitar 4% dari seluruh anak-anak yang berumur 10-14 tahun mengalami

skoliosis, 40-60% diantaranya ditemukan pada anak perempuan. Scoliosis

adalah kira-kira dua kali lebih umum pada anak-anak perempuan daripada

anak-anak lelaki. Bentuk ini dapat dilihat pada semua umur, namun lebih

umum pada mereka yang lebih dari 10 tahun umurnya.

Scoliosis adalah turunan atau warisan dimana orang-orang dengan scoliosis

adalah lebih mungkin mempunyai anak-anak dengan scoliosis.

Page 2: makalah askep

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian skoliosis?

2. Apa saja klasifikasi dari skoliosis?

3. Apa etiologi dari skoliosis?

4. Bagaimana patofisiologi skoliosis?

5. Bagaimana manifestasi klinik skoliosis?

6. Bagaimana prognosis skoliosis?

7. Apa komplikasi dari skoliosis?

8. Apa pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada skoliosis?

9. Bagaimana penatalaksanaan dari skoliosis?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian skoliosis.

2. Untuk mengetahui klasifikasi dari skoliosis.

3. Untuk mengetahui etiologi skoliosis.

4. Untuk mengetahui patofisiologi skoliosis.

5. Untuk mengetahui manifestasi klinik skoliosis.

6. Untuk mengetahui prognosis dari skoliosis.

7. Untuk mengetahui komplikasi dari skoliosis.

8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada

skoliosis.

9. Untuk mengetahui penatalaksanaan skoliosis.

Page 3: makalah askep

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung

arti kondisi patologik.

Skoliosis merupakan masalah ortopedik yang sering terjadi adalah

pelengkungan lateral dari medulla spinalis yang dapat terjadi di sepanjang

spinal tersebut. Pelengkungan pada area toraks merupakan scoliosis yang

paling sering terjadi, meskipun pelengkungan pada area servikal dan area

lumbal adalah scoliosis yang paling parah.

Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi

pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan. Kelainan

skoliosis ini sepintas terlihat sangat sederhana. Namun apabila diamati lebih

jauh sesungguhnya terjadi perubahan yang luar biasa pada tulang belakang

akibat perubahan bentuk tulang belakang secara tiga dimensi, yaitu perubahan

sturktur penyokong tulang belakang seperti jaringan lunak sekitarnya dan

struktur lainnya (Rahayussalim, 2007). Skoliosis ini biasanya membentuk

kurva “C” atau kurva “S”.

Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah

samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada)

maupun lumbal (pinggang).Skolisis merupakan penyakit tulang belakang yang

menjadi bengkok ke samping kiri atau kanan sehingga wujudnya merupakan

bengkok benjolan yang dapat dilihat dengan jelas dari arah belakang.Penyakit

ini juga sulit untuk dikenali kecuali setelah penderita meningkat menjadi

dewasa (Mion, Rosmawati, 2007).

Jadi, skoliosis merupakan kondisi patologik yaitu kelengkungan tulang

belakang yang abnormal ke arah samping (kiri atau kanan ).

Page 4: makalah askep

2.2 Klasifikasi

Secara umum skoliosis dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

2.2.1 Skoliosis Struktural

Skoliosis tipe ini bersifat irreversible ( tidak dapat di perbaiki ) dan

dengan rotasi dari tulang punggung. Komponen penting dari deformitas itu

adalah rotasi vertebra, processus spinosus memutar kearah konkavitas kurva.

Tiga bentuk skosiliosis struktural yaitu :

a. Skosiliosis Idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) adalah bentuk yang

paling umum terjadi dan diklasifikasikan menjadi 4 kelompok :

1) Bayi : dari lahir – 3 tahun

2) Anak-anak : 4 – 9 tahun

3) Remaja : 10 – 19 tahun (akhir masa pertumbuhan)

4) Dewasa : > 19 tahun

b. Skoliosis Osteopatik

1) Skoliosis Kongenital (didapat sejak lahir)

1. Terlokalisasi :

a. Kegagalan pembentukan tulang punggung (hemivertebrae)

b. Kegagalan segmentasi tulang punggung (unilateral bony bar)

2. General :

a. Osteogenesis imperfect

b. Arachnodactily

2) Skoliosis Didapat

a. Fraktur dislokasi dari tulang punggung, trauma

b. Rickets dan osteomalasia

c. Emfisema, thoracoplasty

c. Skoliosis Neuropatik

1) Kongenital

a. Spina bifida

b. Neurofibromatosis

Page 5: makalah askep

2) Didapat

a. Poliomielitis

b. Paraplegia

c. Cerebral palsy

d. Friedreich’s ataxia

e. Syringomielia

2.2.2 Skoliosis Struktural

Skoliosis tipe ini bersifat reversibel (dapat dikembalikan ke bentuk

semula), dan tanpa perputaran (rotasi) dari tulang punggung. Pada skoliosis

postural, deformitas bersifat sekunder atau sebagai kompensasi terhadap

beberapa keadaan diluar tulang belakang, misalnya dengan kaki yang pendek,

atau kemiringan pelvis akibat kontraktur pinggul, bila pasien duduk atau

dalam keadaan fleksi maka kurva tersebut menghilang.

Ada tiga tipe-tipe utama lain dari scoliosis :

1. Functional: Pada tipe scoliosis ini, spine adalah normal, namun suatu

lekukan abnormal berkembang karena suatu persoalan ditempat lain

didalam tubuh. Ini dapat disebabkan oleh satu kaki adalah lebih pendek

daripada yang lainnya atau oleh kekejangan-kekejangan di punggung.

2. Neuromuscular: Pada tipe scoliosis ini, ada suatu persoalan ketika tulang-

tulang dari spine terbentuk. Baik tulang-tulang dari spine gagal untuk

membentuk sepenuhnya, atau mereka gagal untuk berpisah satu dari

lainnya.Tipe scoliosis ini berkembang pada orang-orang dengan kelainn-

kelainan lain termasuk kerusakan-kerusakan kelahiran, penyakit otot

(muscular dystrophy), cerebral palsy, atau penyakit Marfan. Jika lekukan

hadir waktu dilahirkan, ia disebut congenital. Tipe scoliosis ini seringkali

adalah jauh lebih parah dan memerlukan perawatan yang lebih agresif

daripada bentuk-bentuk lain dari scoliosis.

3. Degenerative: Tidak seperti bentuk-bentuk lain dari scoliosis yang

ditemukan pada anak-anak dan remaja-remaja, degenerative scoliosis

terjadi pada dewasa-dewasa yang lebih tua. Ia disebabkan oleh

Page 6: makalah askep

perubahan-perubahan pada spine yang disebabkan oleh arthritis.

Pelemahan dari ligamen-ligamen dan jaringan-jaringan lunak lain yang

normal dari spine digabungkan dengan spur-spur tulang yang abnormal

dapat menjurus pada suatu lekukan dari spine yang abnormal.

2.3 Etiologi

Penyebab terjadinya skoliosis belum diketahui secara pasti, tapi dapat

diduga dipengaruhi oleh diantaranya kondisi osteopatik, seperti fraktur,

penyakit tulang, penyakit arthritis, dan infeksi.Scoliosis tidak hanya

disebabkan oleh sikap duduk yang salah.

Menurut penelitian di Amerika Serikat, memanggul beban yang berat seperti

tas punggung, bisa menjadi salah satu pemicu scoliosis.

Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis:

1) Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan

dalam pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatu.

2) Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau

kelumpuhan akibat penyakit berikut :

a. Cerebral palsy

b. Distrofi otot

c. Polio

d. Osteoporosis juvenile

3) Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui.

Faktor predisposisi

Faktor yang dapat menyebabkan masalah skoliosis bertambah buruk adalah

(Jamaluddin, 2007) :

1) Proses pertumbuhan

Dengan bertumbuh dan berkembangnya tubuh penderita maka derajat

kelengkungannya juga ikut berkembang dan menjadi semakin besar

2) Jenis Kelamin

Page 7: makalah askep

Masalah skoliosis biasanya lebih buruk di kalangan remaja perempuan

dibanding lelaki.

3) Umur

Lebih awal seseorang penderita mengalami skoliosis, kemungkinan untuk

penyakit tersebut menjadi buruk akan lebih besar. Walaupun secara

umumnya ini lebih banyak berlaku pada remaja, anak-anak juga dapat

mengalami masalah ini pada umur empat hingga delapan tahun.

4) Lokasi

Lengkungan pada bagian tengah atau bawah tulang belakang biasanya

jarang bertambah buruk. Masalah skoliosis hanya bertambah buruk jika ini

berlaku pada bagian atas tulang belakang, menyebabkan badan belakang

penderita menonjol keluar dan kelihatan bongkok.

5) Masalah tulang belakang ketika dilahirkan

Skoliosis pada anak-anak yang dilahirkan dengan penyakit ini berisiko

tinggi menjadi buruk dengan cepat. Oleh karena skoliosis tidak

menyebabkan kesakitan, masalah ini jarang diberi perhatian dan rawatan

hingga postur badan berubah

2.4 Patofisiologi

Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut scoliosis ini berawal dari

adanya syaraf – syaraf yang lemah atau bahkan lumpuh yang menarik ruas –

ruas tulang belakang. Tarikan ini berfungsi untuk menjaga ruas tulang

belakang berada pada garis yang normal yang bentuk nya seperti penggaris

atau lurus. Tetapi karena suatu hal, diantaranya kebiasaan duduk yang miring,

membuat sebagian syaraf yang bekerja menjadi lemah. Bila ini terus berulang

menjadi kebiasaan, maka syaraf itu bahkan akan mati. Ini berakibat pada

ketidakseimbangan tarikan pada ruas tulang belakang. Oleh karena itu, tulang

belakang yang menderita skoliosis itu bengkok atau seperti huruf S atau pun

huruf C.

Page 8: makalah askep

2.5 Manifestasi Klinik

Gejala yang ditimbulkan  berupa:

1. Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping

2. Bahu dan atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya

3. Nyeri punggung

4. Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama

5. Skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60 )

bisa menyebabkan gangguan pernafasan.

Kebanyakan pada punggung bagian atas, tulang belakang membengkok ke

kanan dan pada punggung bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri;

sehingga bahu kanan lebih tinggi dari bahu kiri. Pinggul kanan juga mungkin

lebih tinggi dari pinggul kiri.

Awalnya penderita mungkin tidak menyadari atau merasakan sakit pada

tubuhnya karena memang skoliosis tidak selalu memberikan gejala–gejala yang

mudah dikenali. Jika ada pun, gejala tersebut tidak terlalu dianggap serius

karena kebanyakan mereka hanya merasakan pegal–pegal di daerah punggung

dan pinggang mereka saja.

Menurut Dr Siow dalam artikel yang ditulis oleh Norlaila H. Jamaluddin

(Jamaluddin, 2007), skoliosis tidak menunjukkan gejala awal. Kesannya hanya

dapat dilihat apabila tulang belakang mulai bengkok. Jika keadaan bertambah

buruk, skoliosis menyebabkan tulang rusuk tertonjol keluar dan penderita

mungkin mengalami masalah sakit belakang serta sukar bernafas.

Dalam kebanyakan kondisi, skoliosis hanya diberi perhatian apabila

penderita mulai menitik beratkan soal penampilan diri. Walaupun skoliosis

tidak mendatangkan rasa sakit, rata-rata penderita merasa malu dan rendah diri.

Skoliosis pada masyarakat indonesia dapat dijumpai mulai dari derajat

yang sangat ringan sampai pada derajat yang sangat berat.

Derajat pembengkokan biasanya diukur dengan cara Cobb dan disebut

sudut Cobb. Dari besarnya sudut skoliosis dapat dibagi menjadi (Kawiyana

dalam Soetjiningsih, 2004) :

1. Skoliosis ringan : sudut Cobb kurang dari 20”

Page 9: makalah askep

2. Skoliosis sedang : sudut Cobb antara 21 – 40”

3. Skoliosis berat : sudut Cobb lebih dari 41”

4. Pada skoliosis derajat berat (lebih dari 40 derajat), hanya dapat diluruskan

melalui operasi.

2.6 Prognosis

Prognosis tergantung kepada penyebab, lokasi dan beratnya kelengkungan.

Semakin besar kelengkungan skoliosis, semakin tinggi resiko terjadinya

progresivitas sesudah masa pertumbuhan anak berlalu.

Skoliosis ringan yang hanya diatasi dengan brace memiliki prognosis yang

baik dan cenderung tidak menimbulkan masalah jangka panjang selain

kemungkinan timbulnya sakit punggung pada saat usia penderita semakin

bertambah.

Penderita skoliosis idiopatik yang menjalani pembedahan juga memiliki

prognosis yang baik dan bisa hidup secara aktif dan sehat.

Penderita skoliosis neuromuskuler selalu memiliki penyakit lainnya yang

serius (misalnya cerebral palsy atau distrofi otot). Karena itu tujuan dari

pembedahan biasanya adalah memungkinkan anak bisa duduk tegak pada

kursi roda.

Bayi yang menderita skoliosis kongenital memiliki sejumlah kelainan

bentuk yang mendasarinya, sehingga penanganannyapun tidak mudah dan

perlu dilakukan beberapa kali pembedahan.

2.7 Komplikasi

Walaupun skoliosis tidak mendatangkan rasa sakit, penderita perlu

dirawat seawal mungkin. Tanpa perawatan, tulang belakang menjadi semakin

bengkok dan menimbulkan berbagai komplikasi seperti :

1. Deformitas tulang jika tidak cepat ditangani

2. Penyakit sendi generatif

3. Gangguan keseimbangan (nyeri/cepat lelah)

4. Kerusakan paru-paru dan jantung

Page 10: makalah askep

Ini boleh berlaku jika tulang belakang membengkok melebihi 60 derajat.

Tulang rusuk akan menekan paru-paru dan jantung, menyebabkan

penderita sukar bernafas dan cepat capai. Justru, jantung juga akan

mengalami kesukaran memompa darah. Dalam keadaan ini, penderita

lebih mudah mengalami penyakit paru-paru dan pneumonia.

5. Sakit tulang belakang

Semua penderita, baik dewasa atau kanak-kanak, berisiko tinggi

mengalami masalah sakit tulang belakang kronik. Jika tidak dirawat,

penderita mungkin akan menghidap masalah sakit sendi. Tulang belakang

juga mengalami lebih banyak masalah apabila penderita berumur 50 atau

60 tahun.

2.8 Pemerksaan Penunjang

Pada pemeriksaan fisik penderita biasanya diminta untuk membungkuk

ke depan sehingga pemeriksa dapat menentukan kelengkungan yang terjadi.

Pemeriksaan neurologis (saraf) dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi

atau refleks.

Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:

1. Skoliometer

Skoliometer adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvaturai. Cara

pengukuran dengan skoliometer dilakukan pada pasien dengan posisi

membungkuk, kemudian atur posisi pasien karena posisi ini akan berubah-

ubah tergantung pada lokasi kurvatura, sebagai contoh kurva dibawah

vertebra lumbal akan membutuhkan posisi membungkuk lebih jauh dibanding

kurva pada thorakal. Kemudian letakkan skoliometer pada apeks kurva,

biarkan skoliometer tanpa ditekan, kemudian baca angka derajat kurva.

Pada screening, pengukuran ini signifikan apabila hasil yang diperoleh

lebih besar dari 50, hal ini biasanya menunjukkan derajat kurvatura > 200

pada pengukuran cobb’s angle pada radiologi sehingga memerlukan evaluasi

yang lanjut.

Page 11: makalah askep

2. Rontgen tulang belakang

Foto polos : Harus diambil dengan posterior dan lateral penuh terhadap

tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai

derajat kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan

metode Risser. Kurva structural akan memperlihatkan rotasi vertebra, pada

proyeksi posterior-anterior, vertebra yang mengarah ke puncak prosessus

spinosus menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan bawah kurva

diidentifikasi sewaktu tingkat simetri vertebra diperoleh kembali.

Cobb Angle diukur dengan menggambar garis tegak lurus dari batas

superior dari vertebra paling atas pada lengkungan dan garis tegak lurus

dari akhir inferior vertebra paling bawah.Perpotongan kedua garis ini

membentuk suatu sudut yang diukur.

Maturitas kerangka dinilai dengan beberapa cara, hal ini penting karena

kurva sering bertambah selama periode pertumbuhan dan pematangan

kerangka yang cepat. Apofisis iliaka mulai mengalami penulangan segera

setelah pubertas; ossifikasi meluas kemedial dan jika penulangan krista

iliaka selesai, pertambahan skoliosis hanya minimal. Menentukan

maturitas skeletal melalui tanda Risser, dimana ossifikasi pada apofisis

iliaka dimulai dari Spina iliaka anterior superior (SIAS) ke

posteriormedial.Tepi iliaka dibagi kedalam 4 kuadran dan ditentukan

kedalam grade 0 sampai 5. Derajat Risser adalah sebagai berikut :

Grade 0 : tidak ada ossifikasi,

grade 1 : penulangan mencapai 25%,

grade 2 : penulangan mencapai 26-50%,

grade 3 : penulangan mencapai 51-75%,

grade 4 : penulangan mencapai 76%

grade 5 : menunjukkan fusi tulang yang komplit.

3.    MRI ( jika di temukan kelainan saraf atau kelainan pada rontgen )

Page 12: makalah askep

2.9 Penatalaksanaan

Tujuan dilakukannya tatalaksana pada skoliosis meliputi 4 hal penting :

1. Mencegah progresifitas dan mempertahankan keseimbangan

2. Mempertahankan fungsi respirasi

3. Mengurangi nyeri dan memperbaiki status neurologis

4. Kosmetik

Adapun pilihan terapi yang dapat dipilih, dikenal sebagai “The three O’s”

adalah :

a. Observasi

Pemantauan dilakukan jika derajat skoliosis tidak begitu berat, yaitu <25 0

pada tulang yang masih tumbuh atau <500 pada tulang yang sudah berhenti

pertumbuhannya. Rata-rata tulang berhenti tumbuh pada saar usia 19

tahun. Pada pemantauan ini, dilakukan kontrol foto polos tulang punggung

pada waktu-waktu tertentu. Foto kontrol pertama dilakukan 3 bulan setelah

kunjungan pertama ke dokter. Lalu sekitar 6-9 bulan berikutnya bagi yang

derajat <200 dan 4-6 bulan bagi yang derajatnya >200.

b. Orthosis

Orthosis dalam hal ini adalah pemakaian alat penyangga yang dikenal

dengan nama brace. Biasanya indikasi pemakaian alat ini adalah :

1) Pada kunjungan pertama, ditemukan derajat pembengkokan sekitar 30-

40 derajat

2) Terdapat progresifitas peningkatan derajat sebanyak 25 derajat.

3) Jenis dari alat orthosis ini antara lain :

a) Milwaukee

b) Boston

c) Charleston bending brace

Alat ini dapat memberikan hasil yang cukup signifikan jika digunakan

secara teratur 23 jam dalam sehari hingga 2 tahun setelah menarche.

Page 13: makalah askep

Brace Milwaukee Brace Boston

c. Operasi

Jika kelengkungan mencapai 40% atau lebih, biasanya dilakukan

pembedahan. Pada pembedahan dilakukan perbaikan kelengkungan dan

peleburan tulang-tulang. tulang dipertahankan pada tempatnya dengan bantuan

1-2 alat logam yang terpasang sampai tulang pulih (kurang dari 20 tahun).

Sesudah dilakukan pembedahan mungkin perlu dipasang brace untuk

menstabilakn tulang belakang kadang diberikan perangsang elecktrospinal,

dimana otot tulang belakang dirangsang dengan arus listrik rendah untuk

meluruskan tulang belakang.

Page 14: makalah askep

Tidak semua skoliosis dilakukan operasi. Indikasi dilakukannya operasi

pada skoliosis adalah :

1) Terdapat derajat pembengkokan >50 derajat pada orang dewasa.

2) Terdapat progresifitas peningkatan derajat pembengkokan >40-45

derajat pada anak yang sedang tumbuh.

3) Terdapat kegagalan setelah dilakukan pemakaian alat orthosis.

Resiko operasi :

Operasi skoliosis adalah operasi besar dimana resiko tidak berhasil dan

komplikasi bisa diperhitungkan antara 50 % sampai 1%.

Komplikasi operasi yang dapat timbul adalah kehilangan darah, paru-paru

terluka, tulang- tulang iga patah, leher dan jantung terganggu, bahkan

terjadi kelumpuhan.

Page 15: makalah askep

ASUHAN KEPERAWATAN SKOLIOSIS

Contoh Kasus:

Tn. K berusia 45 tahun datang ke rumah sakit, ia mengeluh sesak bila beraktivitas

(bekerja). Tn. K merasa lemah dan susah bergerak, ia juga merasakan nyeri

dipunggungnya ketika beraktivitas (bekerja). Saat dilakukan pemeriksaan fisik

hasil palpasi pada vertebra teraba tulang belakang yang melengkung, dada kanan

posterior menonjol disertai scapula kanan tampak lebih tinggi dan menonjol, TD

120/80 mmHg, Nadi 70 x /menit, pernafasan 25x/menit, suhu 36,5 ºC. Klien

tampak murung, meringis kesakitan, lemah dan lesu dan merasa malu dengan

keadaannya.

3.1. PENGKAJIAN DATAIDENTITAS KLIENNama : Tn. K No. Reg : 0428

Umur : 45 Tahun Tgl. MRS : -

Jenis Kelamin : Laki-laki Diagnosa : Skoliosis

Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : SMA

Alamat : Jalan A.H Nasution, Jombang

RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)

A. Keluhan Utama : Klien mengeluh sesak

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien mengatakan kalau sering sesak saat beraktivitas, merasa lemah,

susah bergerak dan nyeri saat beraktivitas.

C. Riwayat Kesehatan Terdahulu

Tn. K mengatakan bahwa sekitar 1 tahun yang lalu pernah mengalami

arthritis.

D. Riwayat Kesehatan Keluarga

Page 16: makalah askep

Tn. K mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit

sepertinya.

E. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Lingkungan klien bersih, tidak terdapat pabrik disekitar tempat tinggal

klien, tidak terdapat paparan asbes, silica, maupun zat berbahaya lainnya.

PEMERIKSAAN FISIK

1.1 Keadaan Umum dan Vital Sign

Keadaan umum

Kehilangan BB    : 5 Kg

Kelemahan          : Sangat lemah

Perubahan mood  : murung

Vital sign             

TD          :  120/80 mmHg

N    :   70 x /menit

RR :   25 x / menit

Suhu     :   36,5 ºC

1.2 Pemeriksaan Per Sistem

a. Pernapasan

inspeksi     : pernafasan cepat

auskultasi : sonor

b. Kardiovaskuler dan limfe

inspeksi     : kesadaran baik, bentuk dada normal chest, wajah

nampak pucat, tidak ada udema pada  tangan, kaki dan sendi

palpasi      : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada nyeri

tekan

perkusi      : -

auskultasi : irama jantung  tidak teratur

c. Persyarafan

inspeksi     : masih sadarkan diri

d. Perkemihan dan eliminasi uri

Page 17: makalah askep

-

d. Sistem pencernaan

-

f. Sistem muskuloskeletel

inspeksi    : kekuatan otot berkurang, pola aktivitas terganggu

palpasi      : vertebra teraba tulang belakang melengkung, dada kanan

posterior menonjol disertai scapula kanan tampak lebih

tinggi dan menonjol

g. Sistem endokrin dan eksokrin

-

h. Sistem reproduksi

-

h. Persepsi sensori

Mata

Inspeksi : bentuk simetris kiri dan kanan, konjungtiva nampak

pucat, kelopak mata tidak udema

Palpasi : tidak ada nyeri dan tidak ada pembengkakan mata

Penciuman-(hidung)

Palpasi : tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri saat

palpasi fosa kanina

Perkusi : tidak ada reaksi hebat pada regio frontalis, sinus

frontalis dan fosa kanina

Pendengaran

Inspeksi     : simetris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran secret,

fungsi pendengaran baik

Palpasi      : tidak ada nyeri tekan

Page 18: makalah askep

3.2 Analisa data pasien NS.

DIAGNOSIS :(NANDA-I)

Ketidakefektifan pola nafas

DEFINITION: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak member ventilasi adekuat

DEFINING CHARACTER

ISTICS

Perubahan kedalaman

pernapasan

Perubahan ekskursi dada

Mengambil posisi tiga titik

Bradipnea

Penurunan tekanan ekspirasi

Penurunan tekanan inspirasi

Penurunan ventilasi semenit

Penurunan kapasitas vital

Dispnea

Peningkatan diameter anterior-

posterior

Pernapasan cuping hidung

Ortopnea

Fase ekspirasi memanjang

pernapasan bibir

Takipnea

Penggunaan otot aksesorius

untuk bernapas

RELATED FACTORS:

Ansietas

Posisi tubuh

Deformitas tulang

Deformitas dinding tulang

Keletihan

Hiperventilasi

Sindrom hipoventilasi

Gangguan musculoskeletal

Kerusakan neurologis

Imaturitas neurologis

Disfungsi neuromuscular

Obesitas

Nyeri

Keletihan otot pernapasan

Cedera medulla spinalis

Page 19: makalah askep

ASS

ESS

ME

NT

Subjective data entry

Klien mengeluh sesak bila

beraktivitas (bekerja)

Klien mengeluh nyeri di

punggungnya ketika beraktivitas

(bekerja)

Klien mengatakan lemah dan susah

bergerak

Klien merasa malu dengan

keadaannya

Objective data entry

Tanda – tanda vital :

Pernafasan : 25 x/menit Pada vertebra teraba tulang belakang

melengkung, dada kanan posterior

menonjol disertai scapula kanan tampak

lebih tinggi dan menonjol

Klien tampak meringis kesakitan

Klien tampak lemah dan lesu

Klien tampak susah bergerak

Aktifitas terbatas

Ekspresi wajah tampak murung

Klien tampak malu dengan kondisinya.

DIA

GN

OSI

S ClientDiagnosticStatement:

Ns. Diagnosis (Specify):Ketidakefektifan pola napas

Related to:Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal (penekanan paru).

3.3. Intervensi

Page 20: makalah askep

NIC NOC

INTERVENSI AKTIVITAS OUTCOME INDICATOR

Bantuan Ventilasi

Def :

Peningkatan pola

nafas spontan

optimal yang

memaksimalkan

pertukaran oksigen

dan karbondioksida

dalam paru-paru.

Pertahankan kepatenan

jalan nafas

Berikan pasien posisi yang

dapat meredakan dispnea

Berikan pasien posisi yang

dapat meringankan upaya

bernapas (misalnya atur

head up/semifowler)

Auskutasi dada untuk

mendengarkan bunyi napas

setiap dua jam

Hitung dan catat frekuensi

pernapasan

Amati tanda-tanda distress

pernapasan

Ajari pasien teknik napas

dalam

Kolaborasi pemberian

terapi oksigen

Kolaborasi pemberian

terapi farmokologi

Respiratory status :

Ventilation Respiratory status :

Airway Patency

Def :

Respiratoy status :

Ventilation

Movement of air in

and out of the

lungs

Respiratoy status :

Airway Patency

Open, clear

tracheobronchial

passages of for air

exchange

Respiratory status

: Ventilation

1. Respiratory rate = 5

2. Dyspnea with exertion = 5

Respiratory status

: Airway Patency

1. Respiratory rate

= 5

2. Anxiety = 5

3. Fear = 5

4. Dyspnea with

mild exertion = 5

Page 21: makalah askep

3.4. ImplementasiNo. diagnose

masalah kolaboratif

Tgl/jam Tindakan Paraf

06-04-2013/07.00

08.00

09.00

Mempertahankan kepatenan jalan

nafas

Memberikan pasien posisi yang

dapat meredakan dispnea

Memberikan pasien posisi yang

dapat meringankan upaya bernapas

(misalnya atur head

up/semifowler)

Melakukan auskutasi dada untuk

mendengarkan bunyi napas setiap

dua jam

Menghitung dan mencatat

frekuensi pernapasan

Mengamati tanda-tanda distress

pernapasan

Mengajari pasien teknik napas

dalam

Melakukan kolaborasi pemberian

terapi oksigen

Melakukan kolaborasi pemberian

terapi farmokologi

Page 22: makalah askep

3.5. EvaluasiMasalah kep/kolaboratif

Tgl/jam Catatan perkembangan Paraf

06-03-2014/08.00

09.00

10.0011.00

S :a. Pasien menunjukan

bunyi nafas normalb. Frekuensi dan irama

nafas teraturc. Pasien mengatakan

nyeri di punggungnya berkurang ketika beraktivitas

O :a. pernafasan noramal :

24x/menit

A : Ketidakefektifan pola nafas teratasiP : Ajurkan melakukan posisi head up / semifowler

Page 23: makalah askep

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

Page 24: makalah askep