Makalah Askep Gips 2

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gips pada dasarnya merupakan alat untuk menjamin ke akuratan dan kecocokan dalam membalut, biasanya dipergunakan untuk imobilisasi fraktur, koreksi kelainan bawaan, pencegahan deformitas, pencegahan kontraktur dan lain sebagainya. Dalam penggunaan gips harus diperhatikan sejumlah faktor utama, antara lain teknik pemasangan, personil, perlengkapan yang dibutuhkan dan perawatan. Pemasangan Gips dapat menimbulkan komplikasi berupa gangguan sirkulasi syaraf, pressure/cast sore, kekakuan sendi, reaksi alergi yang harus ditangani segera. Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang dicetak sesuai kontur dimana gips ini dipasang. Tujuan pemakaian gips adalah untuk mengimobilisasi bagian tubuh dalam posisi tertentu dan memberikan tekanan yang merata pada jaringan lunak yang terletak didalamnya. Dapat digunakan untuk mengimobilisasi fraktur yang telah direduksi, mengoreksi deformitas, memberikan tekanan merata pada jaringan lunak dibawahnya, atau memberikan dukungan dan stabilitas bagi sendi yang mengalami kelemahan. Secara umum, gips memungkinkan pasien sementara membatasi gerakan pada bagian tubuh tertentu. 1.2 Rumusan Masalah 1

description

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gips

Transcript of Makalah Askep Gips 2

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangGips pada dasarnya merupakan alat untuk menjamin ke akuratan dan kecocokan dalam membalut, biasanya dipergunakan untuk imobilisasi fraktur, koreksi kelainan bawaan, pencegahan deformitas, pencegahan kontraktur dan lain sebagainya. Dalam penggunaan gips harus diperhatikan sejumlah faktor utama, antara lain teknik pemasangan, personil, perlengkapan yang dibutuhkan dan perawatan. Pemasangan Gips dapat menimbulkan komplikasi berupa gangguan sirkulasi syaraf, pressure/cast sore, kekakuan sendi, reaksi alergi yang harus ditangani segera.

Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang dicetak sesuai kontur dimana gips ini dipasang. Tujuan pemakaian gips adalah untuk mengimobilisasi bagian tubuh dalam posisi tertentu dan memberikan tekanan yang merata pada jaringan lunak yang terletak didalamnya. Dapat digunakan untuk mengimobilisasi fraktur yang telah direduksi, mengoreksi deformitas, memberikan tekanan merata pada jaringan lunak dibawahnya, atau memberikan dukungan dan stabilitas bagi sendi yang mengalami kelemahan. Secara umum, gips memungkinkan pasien sementara membatasi gerakan pada bagian tubuh tertentu.1.2 Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut : 1.2.1 Apa definisi dari gips ?1.2.2 Apa tujuan dari pemasangan gips ?1.2.3 Apa jenis jenis dari gips ?1.2.4 Apa indikasi dari pemasangan gips ?1.2.5 Apa saja hal hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips ?

1.2.6 Apa saja bahan bahan gips ?

1.2.7 Apa saja persiapan alat untuk pemasangan gips ?

1.2.8 Bagaimana prosedur kerja dalam pemasangan gips ?

1.2.9 Bagaimana prosedur kerja dalam pelepasan gips ?

1.3 Tujuan Penulisan1.3.1 Mengetahui definisi dari gips.1.3.2 Mengetahui tujuan dari pemasangan gips.1.3.3 Mengetahui jenis jenis dari gips.

1.3.4 Mengetahui indikasi dari pemasangan gips.

1.3.5 Mengetahui hal hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips.1.3.6 Mengetahui bahan bahan gips.1.3.7 Mengetahui persiapan alat untuk pemasangan gips.1.3.8 Mengetahui prosedur kerja dalam pemasangan gips.1.3.9 Mengetahui prosedur kerja dalam pelepasan gips.1.4 Manfaat Penulisan1.4.1 Teori

Manfaat makalah ini untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi para mahasiswa/mahasiswi STIKES Eka Harap Palangka Raya agar lebih mengetahui dan memahami bagaimana penatalaksanaan pada pemasangan gips dan asuhan keperawatan pada klien dengan gips. 1.4.2 Praktis Manfaat yang kami harapkan dalam penulisan makalah ini, agar dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mahasiswa/mahasiswi dalam mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gips.BAB IIPEMBAHASAN2.1 Definisi Gips dalam bahasaa latin disebut kalkulus, dalam bahasa ingris disebut plaster of paris, dan dalam belanda disebut gips powder. Gips merupakan mineral yang terdapat di alam berupa batu putih tang mengandung unsur kalsium sulfat dan air. Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang di cetak sesuai dengan kontur tubuh tempat gips di pasang (Brunner & Suddarth, 2000). Gips adalah balutan ketat yang digunakan untuk imobilisasi bagian tubuh dengan mengunakan bahan gips tipe plester atau fiberglass (Barbara Engram, 1999). Jadi gips adalah alat imobilisasi eksternal yang terbuat dari bahan mineral yang terdapat di alam dengan formula khusus dengan tipe plester atau fiberglass. Indikasi pemasangaan gips adalah pasien dislokasi sendi , fraktur, penyakit tulang spondilitis TBC, pasca operasi, skliosis, spondilitis TBC, dll.Gips merupakan alat fiksasi untuk penyembuhan patah tulang. Gips memiliki sifat menyerap air dan bila itu terjadi akan timbul reaksi eksoterm dan gips akan menjadi keras. Sebelum menjadi keras, gips yang lembek dapat dibalutkan melingkari sepanjang ekstremitasdan dibentuk sesuai dengan bentuk ekstremitas. Gips yang dipasang melingkari ekstremitas disebut gipas sirkuler sedangkan jika gips dipasang pada salah satu sisi ekstremitas disebut gips bidai.

2.2 TujuanTujuan dari pemasangan gips adalah sebagai berikut :1. Imobilisasi kasus dislokasi sendi2. Fiksasi fraktur yang telah di reduksi3. Koreksi cacat tulang4. Imobilisasi pada kasus penyakit tulang setelah dilakukan operasi5. Mengoreksi 2.3 Jenis jenis GipsKondisi yang ditangani dengan gips menentukan jenis dan ketebalangips yang dipasang. Jenis-jenis gips sebagai berikut :1. Gips lengan pendek. Gips ini dipasang memanjang dari bawah siku sampai lipatan telapak tanga, dan melingkar erat didasar ibu jari.

2. Gips lengan panjang. Gips ini dipasang memanjang. Dari setinggi lipat ketiak sampai disebelah prosimal lipatan telapak tangan. Siku biasanya di imobilisasi dalam posisi tegak lurus.

3. Gips tungkai pendek. Gips ini dipasang memanjang dibawah lutut sampai dasar jari kaki, kaki dalam sudut tegak lurus pada posisi netral.4. Gips tungkai panjang, gips ini memanjang dari perbatasan sepertiga atas dan tengah paha sampai dasar jari kaki, lutut harus sedikit fleksi.

5. Gips berjalan. Gips tungkai panjang atau pendek yang dibuat lebih kuat dan dapat disertai telapak untuk berjalan.6. Gips tubuh. Gips ini melingkar di batang tubuh.7. Gips spika.gipsini melibatkan sebagian batang tubuh dan satu atau dua ekstremitas (gips spika tunggal atau ganda).8. Gips spika bahu. Jaket tubuh yang melingkari batang tubuh, bahu dan siku.9. Gips spika pinggul. Gips ini melingkari batang tubuh dan satu ekstremitas bawah (gips spika tunggal atau ganda).2.4 Indikasi1. Untuk pertolongan pertama pada fraktur 2. Immobilisasi dan penyangga fraktur

3. Stabilisasi dan istirahatkan

4. Koreksi deformitas

5. Mengurangi aktivitas pada pada daerah yang terinfeksi

6. Membuat cetakan tubuh orthotic2.5 Hal hal yang Diperhatikan Dalam Pemasangan Gips1. Gips yang pas tidak akan menyebabkan perlukaan2. Gips patah tidak bisa digunakan3. Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien4. Sebelum pemasangan perlu dicatat apabila ada luka5. Untuk mencegah masalah pada gips : jangan merusak atau menekan gips,jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips/menggaruk, danjangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama.2.6 Bahan bahan Gips

1. Plester.Gips pembalut dapat mengikuti kontur tubuh secara halus . gulungan krinolin diimregasi dengan serbuk kalsium sulfat anhidrus ( Kristal gypsum ). Jika basah terjadi reaksi kristalisasi dan mengeluarkan panas. Kristalisasi menghasilkan pembalut yang kaku. Kekuatan penuh baru tercapai setelah kering , memerlukan waktu 24-72 jam untuk mongering. Gips yang kering bewarna mengkilap , berdenting, tidak berbau,dan kaku, sedangkan gips yang basah berwarna abu-abu dan kusam, perkusinya pekak, terba lembab, dan berbau lembab.

2. Nonplester.Secara umum berarti gips fiberglass, bahan poliuretan yang di aktifasi air ini mempunyai sifat yang sama dengan gips dan mempunyai kelebihan karna lebih ringan dan lebih kuat, tahan air dan tidak mudah pecah.di buat dari bahan rajuutan terbuka, tidak menyerap, diimpregnasi dengan bahan pengeras yang dapat mencapai kekuatan kaku penuhnya hanya dalam beberapa menit. Gips nonplester berpori-pori, sehingga masalah kulit dapat di hindari . gips ini tidak menjadi lunak jika terkena air,sehingga memungkinkan hidro terapi. Jika basah dapat dikeringkan dengan pengering rambut.

2.7 Persiapan Alat - alat untuk Pemasangan Gips

1. Bahan gips dengan ukuran sesuai ekstremitas tubuh yang akan di gips2. Baskom berisi air biasa (untuk merendam gips)3. Baskom berisi air hangat4. Gunting perban5. Bengkok6. Perlak dan alasnya7. Waslap8. Pemotong gips9. Kasa dalam tempatnya10. Alat cukur11. Sabun dalam tempatnya12. Handuk13. Krim kulit14. Spons rubs ( terbuat dari bahan yang menyerap keringat)15. Padding (pembalut terbuat dari bahan kapas sintetis)2.8 Prosedur Kerja Pemasangan Gips1. Siapkan pasien dan jelaskan pada prosedur yang akan dikerjakan.

2. Siapkan alat-alat yang akandigunakan untuk pemasangan gips.

3. Daerah yang akan di pasang gips dicukur, dibersihkan,dan di cuci dengan sabun, kemudian dikeringkan dengan handuk dan di beri krim kulit.

4. Sokong ekstremitas atau bagian tubuh yang akan di gips.

5. Posisikan dan pertahankan bagian yang akan di gips dalam posisi yang di tentukan dokter selama prosedur.

6. Pasang spongs rubs (bahan yang menyerap keringat) pada bagian tubuh yang akan di pasang gips, pasang dengan cara yang halus dan tidak mengikat. Tambahkan bantalan di daerah tonjolan tulang dan pada jalur saraf.

7. Masukkan gips dalam baskom berisi air, rendam beberapa saat sampai gelembung-gelembung udara dari gips habis keluar. Selanjutnya, diperas untuk mengurangi air dalam gips.

8. Pasang gips secara merata pada bagian tubuh. Pembalutan gips secara melingkar mulai dari distal ke proksimal tidak terlalu kendor atau ketat. Pada waktu membalut, lakukan dengan gerakan bersinambungan agar terjaga ketumpangtidihan lapisan gips. Dianjurkan dalam jarak yang tetap(kira-kira 50% dari lebar gips) lakukan dengan gerakan yang bersinambungan agar terjaga kontak yang konstan dengan bagian tubuh.

9. Setelah pemasangan, haluskan tepinya, potong serta bentuk dengan pemotong gips.

10. Bersihkan partikel bahan gips dari kulit yang terpasang gips.

11. Sokong gips selama pergeseran dan pengeringan dengan telapak tangan. Jangan diletakkan pada permukaan keras atau pada tepi yang tajam dan hindari tekanan pada gips.2.9 Prosedur Kerja Pelepasan Gips1. Alat & bahan1) Gergaji listrik/pemotong gips2) Gergaji kecil manual3) Gunting besar4) Baskom berisi air hangat5) Gunting perban6) Bengkok dan plastic untuk tempat gips yang di buka7) Sabun dalam tempatnya8) Handuk9) Perlak dan alasnya10) Waslap11) Krim atau minyak2. Teknik pelepasan gips, antara lain :1) Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan2) Yakinkan pasien bahwa gergaji listrik atau pemotong gips tidak akan mengenai kulit3) Gips akan di belah dengan menggunakan gergaji listrik4) Gunakan pelindung mata pada pasien dan petugas pemotong gips5) Potong bantalan gips dengan gunting6) Sokong bagian tubuh ketika gips di lepas7) Cuci dan keringkan bagian yang habis di gips dengan lembut oleskan krim atau minyak8) Ajarkan pasien secara bertahap melakukan aktifitas tubuh sesuai program terapi9) Ajarkan pasien agar meninggikan ekstremitas atau mengunakan elastic perban jika perlu untuk mengontrol pembengkakan.

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN 3.1 PengkajianPengkajian secara umum perlu di lakukan sebelum pemasangan gips terhadap gejala dan tanda, status emosional,pemahaman tujuan pemasangan gips, dan kondisi bagian tubuh yang akan di pasang gips. Pengkajian fisik bagian tubuh yang akan di gips meliputi status neurovaskuler, lokasi pembengkakan, memar , dan adanya abrasi. Data yang perlu di kaji pasien setelah gips di pasang meliputi :1. Data subyektif : adanya rasa gatal atau nyeri ,keterbatasan gerak, dan rasa panas pada daerah yang di pasang gips.

2. Data obyektif : apakah ada luka di bagian yang akan digips. Misalnya luka operasi, luka akibat patah tulang; apakah ada sianosis;apakah ada pendarahan ;apakah ada iritasi kulit; apakah atau bau atau cairan yang keluar dari bagian dari bagian tubuh yang di gips.3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan terpasangnya gips, gangguan muskuloskeletal, iskemia jaringan.2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan pemasangan gips.3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya penekanan akibat pemasangan gips.4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan prosedur pemasangan gips.5. Kurangnya pengetahuan tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan berhubungan dengan kurangnya informasi yang akurat pada klien.6. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan ferifer berhubungan dengan respons fisiologis terhadap cederta atau gips restriksi.3.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa KeperawatanIntervensi Keperawatan

1. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan terpasangnya gips, gangguan muskuloskeletal, iskemia jaringan. Kaji ulang lokasi, intensitas dan tipe nyeri. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring. Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas hiburan. Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi. Dorong menggunakan teknik manajemen stress, contoh : relaksasi, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan. Tindak lanjuti nyeri yang tidak dapat dikontrol dengan peninggian, kompres dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pemberian analgetik sesuai indikasi.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan pemasangan gips.

Kaji derajat imobilitas dan perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi.

Tinggikan ekstrimitas yang sakit. Instruksikan klien/bantu dalam latian rentanng gerak pada ekstrimitas yang sakit dan tak sakit. Beri penyangga pada ekstrimit yang sakit diatas dandibawah fraktur ketika bergerak Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas Berikan dorongan dan bantuan sesuai kebutuhan. Ubah psisi secara periodik Kolaborasi : konsultasi dengan ahli terapi fisik atau spesialis rehabilitasi.

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya penekanan akibat pemasangan gips.

Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainage. Monitor suhu tubuh. Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang yang menonjol. Bersihkan kulit dengan seksama dan lakukan perawatan sesuai anjuran dokter, gunakan balutan steril. Lakukan alih posisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh. Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan. Observasi adanya tanda infeksi sistemik, dari bau gips, cairan purulent yang mengotori gips. Kolaborasi : dalam pemberian antibiotik.

4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan prosedur pemasangan gips.

Berikan dorongan terhadap tiap-tiap proses kehilangan status kesehatan yang timbul. Berikan privacy dan lingkungan yang nyaman. Batasi staf perawat/petugas kesehatan yang menangani pasien. Observasi bahasa non verbal dan bahasa verbal dari gejala-gejala kecemasan. Temani klien bila gejala-gejala kecemasan timbul. Berikan kesempatan bagi klien untuk mengekspresikan perasaannya. Hindari konfrontasi dengan klien. Berikan informasi tentang program pengobatan dan hal-hal lain yang mencemaskan klien. Lakukan intervensi keperawatan dengan hati-hati dan lakukan komunikasi terapeutik. Anjurkan klien istirahat sesuai dengan yang diprogramkan. Berikan dorongan pada klien bila sudah dapat merawat diri sendiri untuk meningkatkan harga dirinya sesuai dengan kondisi penyakit. Hargai setiap pendapat dan keputusan klien.

5. Kurangnya pengetahuan tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan berhubungan dengan kurangnya informasi yang akurat pada klien. Kaji tingkat pengetahuan Klien dan keluarga tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan. Berikan penjelasan terhadap klien setiap prosedur yang akan dilakukan misalnya tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan. Berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk mengekspresikan perasaannya dan mengajukan pertanyaan terhadap hal-hal yang belum dipahami.

6. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan ferifer berhubungan dengan respons fisiologis terhadap cederta atau gips restriksi. Observasi ada tidaknya kualitas nadi periver dan bandingkan dengan pulses normal. Observasi pengisian kapiler, warna kulit dan kehangatannya pada bagian distal daerah yang fraktur. Kaji adanya gangguan perubahan motorik/sensorik anjurkan klien untuk mengatakan lokasi adanya rasa sakit/tidak nyaman. Pertahankan daerah yang fraktur lebih tinggi kecuali bila ada kontra indikasi. Kaji bila ada edema dan pembengkakan ekstrimitas yang fraktur. Observasi adanya tanda-tanda ischemik daerah tungkai seperti : penurunan suhu, dingin dan peningkatan rasa sakit. Observasi tanda-tanda vital, catat dan laporkan bila ada gejala sianosis, dingin pada kulit dan gejala perubahan status mental. Berikan kompres es sekitar fraktur. Kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium, foto rontgen, pemberian cairan parenteral atau transfusi darah bila perlu dan persiapan operasi jika perlu.

3.4 Evaluasi

1. Melaporkan berkurangnya nyeri

Meninggikan ekstremitas yang digips

Meroposisi sendiri

Menggunakan analgetik oral k/p

2. Memperlihatkan peningkatan kemampuan mobilitas

Mempergunakan alat bantu yang aman

Berlatih untuk meningkatkan kekuatan

Mengubah posisi sesering mungkin

Melakukan latihan sesuai kisaran gerakan sendi yang tidak tertutup gips3. Pasien secara aktif berpartisipasi dalam program terapi

Meninggikan ekstremitas yang terkena

Berlatih sesuai instruksi

Menjaga gips tetap kering Melaporkan setiap masalah yang timbul Tetap melakukan tindak lanjut atau mengadakan perjanjian dengan dokter4. Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri

Melakukan aktivitas higiene dan kerapihan secara mandiri

Makan sendiri secara mandiri5. Memperlihatkan penyembuhan abrasi dan laserasi

Tidak memperlihatkan tanda dan gejala infeksi

Memperlihatkan kulit yang utuh saat gips dibuka

6. Terjaganya peredaran darah yang adekuat pada ekstremitas

Memperlihatkan warna kulit yang normal

Mengalami pembengkakan minimal

Mampu memperlihatkan pengisian kapiler yang adekuat

Memperlihatkan gerakan aktif jari tangan dan kaki

Melaporkan sensasi normal pada bagian yang digips

Melaporkan bahwa nyeri dapat dikontrol7. Tidak memperlihatkan adanya komplikasi

Tidak terjadi ulkus akibat tekanan

Memperlihatkan pengecilan otot minimal

BAB IVPENUTUP

4.1 KesimpulanGips merupakan alat fiksasi untuk penyembuhan patah tulang. Gips memiliki sifat menyerap air dan bila itu terjadi akan timbul reaksi eksoterm dan gips akan menjadi keras. Sebelum menjadi keras, gips yang lembek dapat dibalutkan melingkari sepanjang ekstremitasdan dibentuk sesuai dengan bentuk ekstremitas. Gips yang dipasang melingkari ekstremitas disebut gipas sirkuler sedangkan jika gips dipasang pada salah satu sisi ekstremitas disebut gips bidai. Gips yang ideal adalah dapat membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Penggunaan gips sesudah operasi lebih memungkinkan klien untuk mobilisasi dari pada pasien ditraksi. Gips diindikasikan untuk klien dengan immobilisasi dan penyangga fraktur, stabilisasi dan istirahatkan, koreksi deformitas, mengurangi aktivitas pada pada daerah yang terinfeksi serta untuk membuat cetakan tubuh orthotik.4.2 SaranSemoga dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca khususnya, mahasiswa keperawatan dapat mengerti dan memahami tentang konsep penatalaksaan pada klien dengan pemasangan gips dan asuhan keperawatan klien dengan pemasangan gips.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol. 3 . Jakarta : EGC.

Suratun, dkk (2008). Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal SAK. Jakarta : EGC.

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1959026-imobilisasi-gips/ diakses pada tanggal 29 Mei 2015, pukul 12.45 WIB.16