kmb makalah askep

download kmb makalah askep

of 48

Transcript of kmb makalah askep

KMB I GANGGUAN PERNAPASAN (EFUSI PLEURA)

Oleh: Angga Dian Vito Erlambang Reza Hidayati Irnawati Yunia Putut Pujianto Ristin Wahyuni Sita Nimatus Z Zahrotul Kamila (10.1.002) (10.1.010) (10.1.014) (10.1.016) (10.1.035) (10.1.042) (10.1.047) (10.1.059)

POLITEKNIK KESEHATAN RUMAH SAKIT dr. SOEPRAOEN MALANG

Kata PengantarSegala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah KMB ini yang berjudul Gangguan Pernapasan (Efusi Pleura) . Penulis mengucapkan terima kasih kepada : a. Allah SWTb. Orang tua kami yang sentiasa memberi dukungan c. Dosen pembimbing kami Riki Ristanto

Kami berharap agar setelah membaca karya tulis ilmiah ini, para pembaca ini dapat memahami dan mendapatkan pengetahuan yang lebih berguna, sebagaimana yang tertera dalam tujuan pembuatan makalah ini. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu kami membuka diri untuk menerima berbagai kritik dan salam demi perbaikan di masa mendatang.

Malang, September 2011

Penulis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan BAB II 2.1 Anatomi Fisiologi 2.2 Konsep Penyakit 2.2.1 Pengertian Efusi Pleura 2.2.2 Etiologi 2.2.3 Klasifikasi Efusi Pleura 2.2.4 Patofisiologi 2.2.5 Pemeriksaaan Fisik 2.2.6 Tanda dan Gejala 2.2.7 Pengobatan BAB III 3.1 ASKEP BAB IV 4.1 Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN1.1 LatarBelakang

Pleura adalah suatu lapisan ganda jaringan tipis yang terdiri dari : sel-sel mesoteliat, jaringan ikat, pembuluh-pembuluh darah kapiler, dan pembuluh-pembuluh getah bening. Seluruh jaringan tersebut memisahkan paru-paru dari dinding dada dan mediastinum. Efusi pleura sering dijumpai. Dalam keadaan normal pleura parietalis menghasilkan cairan yang direabsorpsi oleh pleura viseralis. Kelebihan produksi cairan (misalnya akibat inflamasi) atau gangguan reabsorpsi menyebabkan akumulasi cairan. Gejala sesak napas timbul pada efusi dengan jumlah yang agak banyak. Pleura mempunyai bentuk anatomi yang kompleks serta risiko kelainan patologi yang besar. Hal ini terlihat pada rongga pleura yang sewaktu-waktu dapat terkena keadaan patologis yang serius seperti efusi karena infeksi, neoplasma, hemotoraks, kilotoraks, empiema dan adanya udara karena pneumotoraks. Sedangkan tindakan peniadaan terhadap rongga pleura ini tidaklah memberikan akibat yang serius. Contoh keadaan ini dapat dilihat pada binatang gajah (mammalia), yang tidak mempunyai rongga pleura, sedangkan rongga yang potensial antara paru-paru dan dinding dada tugasnya digantikan oleh selapis jaringan yang elastis dan avaskular. Dalam masa embriologi membran pleura dibentuk dan mesenchim yang akan memisahkan paru dari mediastinum, diafragma dan dinding dada. Pada prinsipnya pleura dibentuk untuk mempermudah pergerakan paru-paru di rongga dada selama bernapas dan salah satu fungsi yang lain adalah mekanisme penghubung antara paru-paru dengan dinding dada. 1 Pleura terdiri atas pleura visceral yang membungkus permukaan paru dan pleura parietal yang melapisi bagian dalam dinding dada. Di antaranya terdapat rongga yang berisi sedikit cairan sebagai pelumas dalam pergerakan pernapasan. Dalam keadaan normal pada foto toraks tidak dapat diperlihatkan lapisan pleura 2,3 Pleura dan rongga pleura dapat menjadi tempat sejumlah gangguan yang dapat menghambat pengembangan paru-paru atau alveolus atau keduanya. Keadaan ini dapat

diakibatkan penekanan pada paru-paru salah satunya akibat penimbunan cairan dalam rongga pleura.

1.2 TUJUAN 1.2.1 Tujuan Umum Mengetahui masalah keperawatan pada efusi pleura. 1.2.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui penyebab efusi pleura. b. Mengetahui manifestasi klinis efusi pleura. c. Mengetahui perjalanan efusi pleura. d. Mengetahui penatalaksanaan medis efusi pleura e. Mengetahui diagnosa keperawatan efusi pleura. f. Mengetahui perencanaan asuhan keperawatan efusi pleura g. Mengetahui implementasi asuhan keperawatan efusi pleura h. Mengetahui evaluasi asuhan keperawatan efusi pleura

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Anatomi Fisiologi Paru-paru ada 2, merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri dan di tengah dipisahkan oleh jantung berserta pembuluh darah bersanya dan struktur lainnya yang terletak di dalam mediastinum. Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apex (puncak) di atas dan muncul sedikit lebih tinggi dari klavikula di dalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk di atas landai rongga thoraks di atas diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga-iga, permukaan dalam yang memuat tampuk paru-paru, sisi belakang yang menyentuh tulang belakang dan sisi depan yang menutupi sebagian sisi depan jantung. Paru-paru di bagi menjadi beberapa belahan atau lobus oleh fistula. Paru-paru kanan mempunyai 3 lobus dan paru-paru kiri 2 lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula. Sebuah pipa bronkhial kecil masuk ke dalam setiap lobula dan semakin ia bercarabang, semakin menjadi tipis dan akhirnya berakhir menjadi kantong kecil-kecil yang merupakan kantong udara paru-paru. Setiap paru-paru dilapisi oleh membran serosa rangkap dua, yaitu pleura. Pleura adalah membran tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura viseralis dan pleura parietalis. Kedua lapisan ini bersatu di daerah hilus arteri dan mengadakan penetrasi dengan cabang

utama bronkus, ateri dan vena bronkhialis, serabut saraf dan pembuluh limfe. Secara histologi, kedua lapisan ini terdiri dari sel mestotelial, jaringan ikat, pembuluh darah kapiler dan pembuluh getah bening. Pleura viseral dapat melapisi paru-paru, masuk ke dalam fisura dan dengan demikian memisahkan lobus satu dari yang lain. Membran ini kemudian dilipat kembali di sebelah tampak paru-paru dan membentuk pleura parietalis dan melapisi bagian dinding dada. Pleura yang melapisi iga-iga ialah pleura kostalis, bagian yang menutupi diafragma ialah Pleura diafragma dan bagian yang terletak di atas leher ialah Pleura serukalis. Pleura ini diperkuat oleh membran yang kuat bernama membran suprapleuralis (Fasia simbron) dan di atas membran ini terletak arteri subklavia. Di antara kedua lapisan pleura ini terdapat sedikit eksudat untuk meminyaki permukaannya dan menghindarkan gesekan-gesekan antara paru-paru dan dinding dada yang sewaktu bernapas bergerak. Dalam keadaan sehat, kedua lapisan ini satu dengan yang lain erat bersentuhan. Ruang atau rongga pleura itu hanya ruang yang tidak nyata, tetapi dalam keadaan tidak hormonal, velana atau caman memisahkan kedua pleura itu dan ruang diantaranya menjadi jelas.

2.2 Konsep Penyakit 2.2.1 Pengertian Efusi Pleura Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain.

Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus ( Baughman C Diane, 2000 ) Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002). Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam jumlah yang berlebihan di dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran cairan pleura. Dalam keadaan normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar 10-200 ml. Cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl.

2.2.2 Etiologi1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti

pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig ( tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior. 2. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis. Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar : 1. Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik 2. 3. Penurunan tekanan osmotic koloid darah Peningkatan tekanan negative intrapleural

4.

Adanya inflamasi atau neoplastik pleura Ada dua penyebab efusi pleura yaitu transudat dan eksudat.

a. Transudat Pada cairan transudat, selain memiliki serum protein yang rendah (< 0,5) juga memiliki LDH yang rendah (< 0,6). Penyebab utama terjadinya cairan transudat ini adalah: b. Eksudat Pada cairan eksudat kadar protein lebih tinggi dari 0,5 gram/100 cc cairan efusi dan kadar LDH lebih tinggi dari 0,6. Terjadinya eksudat antara lain disebabkan oleh: Infeksi paru akibat: pneumococcus, staphylococcus, haemophillus, tuberculosa dan kuman gram negatif yaitu psudomonas aeroginosa. Sindroma nefrotik Sirosis hepatis Sindroma Meigs Tumor

2.2.3 Klasifikasi Efusi Pleura A. Berdasarkan Jenis Cairan Kalau seorang pasien ditemukan menderita efusi pleura, kita harus berupaya untuk menemukan penyebabnya. Ada banyak macam penyebab terjadinya pengumpulan cairan pleura. Tahap yang pertama adalah menentukan apakah pasien menderita efusi pleura jenis transudat atau eksudat. Efusi pleura transudatif terjadi kalau faktor sistemik yang mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura mengalami perubahan. Efusi pleura eksudatif terjadi jika faktor lokal yang mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura mengalami perubahan. Efusi pleura tipe

transudatif dibedakan dengan eksudatif melalui pengukuran kadar Laktat Dehidrogenase (LDH) dan protein di dalam cairan, pleura. Efusi pleura eksudatif memenuhi paling tidak salah satu dari tiga kriteria berikut ini, sementara efusi pleura transudatif tidak memenuhi satu pun dari tiga kriteria ini : 1. Protein cairan pleura / protein serum > 0,5 2. LDH cairan pleura / cairan serum > 0,6 3. LDH cairan pleura melebihi dua per tiga dari batas atas nilai LDH yang normal di dalam serum. PARAMETER Warna BJ Jumlah set Jenis set Rivalta Glukosa Protein Rasio protein T-E/plasma LDH Rasio LDH T-E/plasma TRANSUDAT Jernih