makalah askep feokromositoma
-
Upload
anisah-muallifah -
Category
Documents
-
view
364 -
download
72
description
Transcript of makalah askep feokromositoma
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kelenjar adrenal dilaporkan keberadaannya pertama kali pada tahun
1563 oleh Eustachius. Sementara itu, Addison secara klinis melaporkan saat
otopsi pada tahun 1855. Kelenjar adrenal adalah kelenjar endokrin dengan
dua bagian utama, yaitu korteks dan medula. Hormon utama yang dihasilkan
oleh korteks adrenal adalah kortisol dan hormon utama yang dihasilkan oleh
medula adrenal adalah epinefrin.
Ketika tumor berkembang di kelenjar adrenal, mereka mengeluarkan
jumlah kelebihan hormon ini. Tumor yang timbul di korteks adrenal disebut
adenoma adrenocortical yang bersifat jinak dan karsinoma adrenocortical
yang bersifat ganas, dan dapat menghasilkan tekanan darah tinggi, berat
badan, rambut tubuh berlebih, melemahnya tulang dan diabetes. Sedangkan
tumor di medula adrenal disebut neuroblastoma dan pheochromocytoma, dan
dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, sakit kepala, jantung berdebar, dan
keringat berlebihan.
Tumor kelenjar adrenal jarang dijumpai. Kebanyakan tumor adrenal
diketahui secara kebetulan dan terdeteksi sebagai tumor jinak serta
merupakan penyebab kematian 0,02-0,2% karena kanker. Tetapi 40-70%
telah terjadi penyebaran waktu diagnosis. Bhargav dkk melaporkan telah
mendapatkan 59 kasus selama 14 tahun di India, jumlah itu terdiri dari kanker
korteks adrenal 7,5% , pheochromocytoma 43% , kista adrenal 13,2% ,
myelolipoma 11,3% , dan lesi radang 9,4%. Di Amerika Serikat, tumor
korteks adrenal pada anak di bawah usia 20 tahun sekitar 25 kasus per tahun.
Sedangkan di Brazil selatan terjadi 10 kali lipat lebih banyak. Terjadi lebih
banyak pada wanita daripada pria.
1
Radiologi diagostik mempunyai peran dalam mendeteksi kelainan
adrenal. Tujuan utama pencitraan adalah menentukan apakah suatu massa
jinak atau ganas. Pemeriksaan tertentu dapat digunakan oleh radiolog untuk
menegakkan diagnosis definitif pada sebagian besar massa adrenal (termasuk
kanker, infeksi, dan perdarahan) berdasar pencitraan saja (Zeiger, et al,
2009). Terdapat berbagai macam modalitas pencitraan termasuk CT, MRI,
USG, dan pencitraan nuklir dapat digunakan dalam mengevaluasi kelainan
kelenjar adrenal. Di antara keempatnya CT scan merupakan modalitas primer
untuk mendeteksi dan menilai massa adrenal (Zeiger, et al, 2009, Mayo-
Smith, 2001).
Kepentingan membedakan suatu lesi adalah jinak atau ganas adalah
karena hal tersebut sangat berpengaruh pada pilihan terapi dan prognosis.
Untuk membedakan adenoma dengan proses metastasis, modalitas dengan
spesifisitas tinggi diperlukan. Modalitas yang dapat digunakan untuk
membedakan lesi jinak dan ganas meliputi CT scan, MRI, PET, dan biopsi
adrenal. Jika suatu lesi pada pasien onkologi tidak dapat secara ditentukan
sebagai adenoma secara definitif setelah dilakukan CT scan, maka pasien
perlu diperiksa leih lanjut dengan modalitas lain seperti MRI atau biopsi
adrenal untuk mengkonfirmasi lesi tersebut jinak atau ganas.
Dengan demikian, radiologi diagnostik mempunyai peran yang sangat
penting dan akan sangat membantu dalam penatalaksanaan pasien dengan
tumor adrenal. Oleh karena itu, kami akan membahas mengenai tumor
adrenal dalam referat ini.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari Tumor Adrenal ?
2. Apa etiologi dari Tumor Adrenal ?
3. Bagaimana manifestasi klinik dari Tumor Adrenal ?
2
4. Bagaimana patofisiologi dari Tumor Adrenal ?
5. Bagaimana pathway dari Tumor Adrenal ?
6. Apa saja komplikasi dari Tumor Adrenal ?
7. Bagaimana prognosis dari Tumor Adrenal ?
1.3 TUJUAN
1. Mengerti apa definisi dari Tumor Adrenal
2. Mengetahui apa etiologi dari Tumor Adrenal
3. Mengetahui bagaimana manifestasi klinik dari Tumor Adrenal
4. Mengetahui bagaimana patofisiologi dari Tumor Adrenal
5. Mengetahui bagaimana pathway dari Tumor Adrenal
6. Mengetahui apa saja komplikasi dari Tumor Adrenal
7. Mengetahui bagaimana prognosis dari Tumor Adrenal
3
BAB 2
PEMBAHASAN
2. 1. Definisi
Feokromatisoma merupakan tumor yang berasal dari sel – sel
kromafin kelenjar adrenal yang menyebabkan pembentukan katekolamin
yang berlebihan. Dapat terjadi pada pria maupun wanita dan segala usia.
Namun, sering terjadi pada usia 30 – 60 tahun. Feokromositoma, disebabkan
oleh sekresi hormon epinefrin dan norepinefrin yang berlebihan. Adanya
tumor ini menyebabkan : jantung berdenyut cepat, kadar glukosa yang
tinggi pada urin dan darah, peningkatan Basal Metabolic Rate (BMR), muka
yang kemerah-merahan, berkurangnya rasa gugup, berkeringat, dan
penurunan motilitas gastrointestinal. Pengobatannya yaitu dengan tindakan
bedah pemindahan tumor.
Anatomi Fisiologi
Kelenjar Adrenal ( anak ginjal )
Terdapat 2 buah kelenjar adrenal pada manusia, dan masing-
masing kelenjar terletak diatas ginjal. Kelenjar adrenal terbagi menjadi 2
bagian, yaitu bagian medula adrenal ( bagian tengah kelenjar adrenal ) dan
korteks adrenal ( bagian luar kelenjar ).
4
Korteks adrenal memproduksi 3 kelompok hormon steroid, yaitu
glukokortikoid dengan prototipe hidrokortison, mineralokortikoid
khususnya aldosteron, dan hormon-hormon seks khususnya androgen.
1. Glukokortikoid berfungsi untuk mempengeruhi metabolisme glukosa,
peningkatan sekresi hidrokortison akan menaikan kadar glukossa
darah.
2. Mineralikortikoid bekerja meningkatkan absorbsi ion natrium dalam
prose pertukaran untuk mengekresikan ion kalium atau hidrogen.
3. Hormon seks adrenal ( androgen ) memberikan efek yang serupa
dengan efek hormon seks pria.
Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari saraf otonom. Selain itu
juga menghasilkan adrenalin da noradrenalin. Nor adrenalin menikan
tekanan darah denga jalan merangsang serabut otot di dalam dinding
pembuluh darah untuk berkontraksi, dan adrenalin membantu metabolisme
karbohidrat dengan jalan menambah pengeluaran glukosa dari hati.
Fungsi kelenjar adrenal korteks :
1. Mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garam
2. Mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang, dan protein
3. Mempengaruhi aktivitas jaringan limfoid
Fungsi kelenjar adrenal medula :
1. Vasokontriksi pembuuh darah perifer
2. Relaksasi bronkus
3. Kontraksi selaput lendir dan arteriole
5
2. 2. Etiologi
Etiologi penyakit Feokromatisoma yaitu :
a. Beberapa penderita memiliki penyakit keturunan yang disebut sindroma
endokrin multipel, yang menyebabkan mereka peka terhadap tumor dari
berbagai kelenjar endokrin.
b. Feokromositoma juga bisa terjadi pada penderita penyakit von Hippel-
Lindau, dimana pembuluh darah tumbuh secara abnormal dan
membentuk tumor jinak (hemangioma)
c. Pada penderita penyakit von Recklinghausen ( neurofinromatosis,
pertumbuhan tumor berdaging pada saraf ).
2. 3. Manifestasi Klinik
a. Gejala yang paling menonjol adalah tekanan darah tinggi, yang bisa
sangat berat. Pada sekitar 50% penderita, tekanan darah tinggi ini
bersifat menetap
b. Jantung berdebar-debar dan berdenyut lebih cepat
c. Berkeringat berlebihan
d. Pernapasan cepat
e. Kulit dingin dan lembab
f. Sakit kepala hebat
g. Nyeri dada dan perut
6
h. Mual dan muntah
i. Gangguan penglihatan
j. Jari tangan kesemutan
2. 4. Patofisiologi
Feokromositoma adalah neoplasma sel-sel kromafin medula adrenal
atau diluar medula. Tumor ini mengeluarkan epinefrin,neorepinefin, atau
keduanya (jarang dopamin) dalam jumlah besar. Sebagian besar
feokromositoma mengeluarkan norepinefrin dan menyebabkan hipertensi
yang umumnya menetap ( jarang episodik). Feokromositoma yang
mengeluaarkan epinefrin lebih jarang menyebabkan hipertensi, umumnya
tumor ini menyebabkan serangan-serangan hiper glikemia, glukosuria, dan
efek metabolik lain.
Tabel 12-2 meringkaskan gambaran klinis feokromositoma,
feokromositoma jarang dijimpai, mungkin terdapat pada kurang dari 0,1%
pasien dengan hipertensi dan pada sekitar orang per sejuta populasi
feokromositoma terjadi pada kedua jenis kelaamin dan semua kelompok
usia tetapi umumnya di diagnosis pada dekade kehidupan keempat atau
kelima, dibandingkan dengan orang dewasa, anak dengan feokromositoma
lebh besar kemungkinannya mengidap tumor multivokal dan ekstra-
adrenal, dan kemungkinann suatu sindrom familial sebagai penyebabnya
harus selalu perlu di singkirkan
Diagnosis penting di tegakkan karena pengeluaran mendadak
katekolamin dari tumor ini suatu pembedahan atau persalinan dapat
menyebabkan kematian, feokromositoma kadang-kadang dinamai “tumor
10%”karena 10% terjadi di paraganglia ekstra-adrenal, 10% diluar
abdomen, 10% multipel, 10% bilateral.
Tabel 12-2 gambaran klinis feokromositoma
7
Epidemiologi Dewasa ; kedua jenis kelamin; semua usia, khususnya usia 30 – 50 tahun
Perilaku bioligis 90% jinak; 10% ganas
Sekresi Taatekolamin kadar tinggi; sebagian besar mengeluarkan norepinefrin
Gambaran klinis Hipertensi menetap atau , yang lebih jarang, episodik, berkeringat, palpitasi, hiperglikemia, glikosuria kadang – kadang asimtomatik ( ditemukan secara tidak sengaja pada CT scan atau MRI)
Gabaran makroskopik Masa, sering hemoragik; 10% bilateral; 10% diluar adrenal
Gambaran mikroskopik
Sarang-sarang sel besar, stroma vaskular
Sekitar 10 % tidak berkaitan dengan hipertensi, 10 % terjadi pada anak, dan 10 % bersifat ganas, dahulu diduga bahwa sekitar 10 % terjadi sebagai bagian dari suatu sinddrom familial tetapi kini tampaknya sekitar 20-30 % kasus sebenarnya bersifat familial (Stephen J. McPhee, 2007).
2. 5. Pathway
8
Hiperpalsia sel C tiroid
Adenoma paratoroid
Mutasi gen NFI
Gen mutasi VHL
Sindrom multiple tipe II
Sindrom neurofibro
matosis tipe I
Sindroma von Hipple-
LindauGenetik
FEOKROMASITOMA
Katekolamin kadar tinggi
Mengeluarkan norepinefrin
Mengelurkan epinefrin
Desensitisasi sistem kardiovaskuler
Vasokontriksi Hiperglikemi Peningkatan metbolisme
Hipertensi
Nyeri kepala
Penurunan curah jantung
Intoleransi aktifitas
2.6 Komplikasi
1. Retinopati hipertensif
2. Nefropati hipertensif
9
3. Miokarditis
4. Peningkatkan agregasi trombosis
5. Gagal jantung kongestif dan vaskular
6. Aritmia
7. Syok ireversible
8. Gagal ginjal
2.7 Penatalaksanaan
1. Selama kejadian atau serangan hipertensi, takikardi, ansietas dan gejala feokromositoma lainnya, pasien dibaringkan di tempat tidur dengan bagian kepala ditinggikan untuk meningkatkan penurunan ortostatik tekanan darah.
2. Farmakoterapi3. Pembedahan untuk mengangkat tumor biasanya adrenalektomi4. Terapi penggantian kortikosteroid, diperlukan jika harus dilakukan
adrenalektomi bilateral.5. Perawatan pascaoperatif, dengan memantau kondisi pasien selama
beberapa hari dalam ruang perawatan intensif dengan memberikan perhatian khusus kepada perubahan elektrokardiografic, tekanan arterial, keseimbangan cairan dan elektrolit dan kadar glukosa darah.
2.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Tes darah dan urine2. CT Scan3. Radiosotope scan
2.9 Prognosis
Tingkat ketahanan hidup 5 tahun untuk Feokromositoma non-ganas
lebih dari 95%, tetapi untuk phaeochromocytomas ganas kurang dari 50%.
Risiko keganasan agak lebih tinggi bila pasien masih anak-anak.
Kebanyakan paraganglionomas timbul dari jaringan chromaffin, sepanjang
rantai simpatik para-aorta, atau dalam organ-organ Zuckerkandl pada asal
mesenterika arteri inferior, dinding kandung kemih dan rantai simpatis di
leher atau mediastinum. Mereka biasanya jinak dan penata laksanaanya
cukup dengan reseksi bedah.
10
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
11
3. 1. Pengkajian
3.1.1 Identitas
Nama : Usia : Feokromositoma dapat terjadi pada segala usia,
tetapi insiden
puncaknya terletak pada usia anatara 25 dan 50
tahun.
Jenis kelamin : Penyakit ini menyerang laki-laki dan perempuan
dengan imsiden yang sama,
Alamat :
Pendididkan :
Pekerjaan :
Suku/ras :
3.1.2 Keluhan utamaKeluhan yang paling dirasakan yaitu lemah dan nyeri kepala.
3.1.3 Riwayat kesehatan a. Riwayat penyakit sekarang
Klien biasanya mengeluhkan selain lemah dan nyeri kepala yaitu
pucat, muntah, sesak, nafas cepat, nadi meningkat dan tekanan
darah meningkat.
b. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien memiliki riwayat penyakit von hippel-lindau,
dimana pembuluh darah tumbuh secara abnormal dan membentuk
tumor jinak (hemangioma) dan pada penderita penyakit von
recklinghausen (neurofinromatosis, pertumbuhan tumor berdaging).
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah pasien dan keluarga yang memiliki penyakit keturunan
yang disebut sindroma endokrin multipel, yang menyebabkan
mereka peka terhadap tumor dari berbagai kelenjar Endokrin.
3.1.4 Pemeriksaan Fisik (Review of system)a. Brain (B1)
12
Pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, penurunan kekuatan
genggaman, insomnia, ansietas/gelisah, merasakan ancaman
kematian dan parestesia.
b. Blood (B2)Vasokontriksi menyebabkan kontraksi jantung meningkat dan
tekanan darah meningkat (hipertensi), takikardi, palpitasi,
kemerahan wajah dan diaforesis berlebihan.
c. Breath (B3)Takipnea
d. Bladder (B4)Penurunan haluaran urine
e. Bowel (B5)Hiperglikemia, mual muntah, penurunan berat badan dan kadang
disertai peningkatan berat badan.
f. Bone (B6)Kelemahan
3.1.5 Tanda-tanda vital (TTV)TD : meningkat (hipertensi)
RR : meningkat (takipnea)
N : meningkat (takikardia)
S : menurun
3.1.6 Pemeriksaan diagnostika. Peningkatan katekolamin serum
b. Peningkatan metanefrin urine dan asam vanilil mandelik
c. Kegagalan katekolamin serum untuk berespons terhadap supresi
setelah pemberian klonidin
d. Hiperglikemia
e. Scan CT abdomen memperlihatkan letak tumor.
3. 2. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
13
1
Ds : - Klien mengatakan
jantungnya berdebar-
debar
- Klien mengatakan sakit
pada dada kiri
Do :- Klien tampak pucat
- Kulit dan akral dingin
- Nadi klien 85 x/ menit
- Konjungtiva pada mata
klien tampak pucat
Vasokontriksi Penurunan curah jantung
2
Ds :
- Klien mengatakan terasa
nyeri pada daerah dada
dengan karakteristik
P : pada saat sesak
Q: terasa ditusuk- tusuk
R: pada dada daerah kiri
S: 4- 6 (sedang)
T: intermiten
Do :
- Klien tampak meringis
kesakitan
- Klien tampak memegang
dada kiri
Efek patologisNyeri akut
3
Ds :
- Klien mengatakan letih
pada saat setelah
Ketidak seimbangan suplay dan kebutuhan
Intoleransi aktivitas
14
beraktivitas
- Klien mengatakan ada
perasaan tidak nyaman
setelah beraktivitas
Do :
- Klien tampak lemah
- Klien tampak pucat
oksigen
3. 3. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokonstriksi
2. Nyeri yang berhubungan dengan efek patologis
3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai dengan kebutuhan oksigen
3. 4. Rencana Keperawatan
Tgl Diagnosa Tujuan dan KH perencanaan Rasional
15
keperawatan
Penurunan
curah jantung
berhubungan
dengan
vasokontriksi
Peningkatan curah
jantung setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama
3x 24 jam dengan
kh :
jantung klien
tidak berdebar-
debar
klien tidak
mengeluh sakit
dada
kulit dan akral
klien hangat
nadi dalam batas
normal 60- 80 x/
menit
konjungtiva
tidak tampak
pucat
pantau
frekuensi dan
irama jantung
auskultasi
bunyi jantung
anjurkan tirah
baring dalam
posisi semi
fowler
kolaborasi
pemberian
obat
hidralazin,
minoksidil,
loniren
mengetahui
intervensi
dini
memberikan
deteksi dini
dan
terjadinya
komplikasi
peningkatan
expansi paru
peningkatan
vasodilatasi
Nyeri yang
berhubungan
dengan efek
patologis
Nyeri hilang/
berkurang setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama
3 x 24 jam dengan
KH:
klien
mengatakan
nyeri
observasi
keluhan
nyeri, pantau
skla nyeri
menggunakan
angka 0 – 10
lakukan
memberikan
data dasar
untuk
mengevaluasi
kebutuhan
atau
keefektifan
intervensi
sebagai
16
berkurang
dengan
skala 1- 3
klien tidak
tampak
meringis
kesakitan
teknik
pengurangan
nyeri non
farmakologi
yang tepat
yaitu teknik
relaksasi atau
distraksi
beri
informasi
tentang
berbagai
strategi untuk
menambah
penurunan
rasa nyeri
kolaborasi
pemberian
obat- obatan
analgetik
analgetik
tambahan
agar pasien
dan keluarga
dapat
melakukanny
a sendiri
tanpa
bantuan
perawat
untuk
menghilangk
an atau
mengurangi
nyeri
Intoleransi
aktivitas yang
berhubungan
dengan
ketidakseimba
ngan suplai
dan
kebutuhan
oksigen
Toleransi aktivitas
setelah dilakukan
tindakan
keparawatan selama
3 x 24 jam dengan
KH:
klien tidak
mengeluh
letih pada
saat setelah
gunakan
teknik
penghematan
m energi
anjurkan
pasien untuk
menghentika
n aktivitas
bila nyeri
dada, nafas
mempengaru
hi pilihan
intervensi
mendorong
pasienm
melakukan
hal dengan
membatasi
penyimpanan
17
beraktivitas
klien tidak
terlihat
pucat
klien
tampak
rileks
klien tidak
terlihat
lemah
pendek,
kelemahan
atau pusing
terjadi
berikan
lingkungan
tenang, batasi
pengunjung
dan
pertahankan
tirah baring
jika
diindikasikan
energi dan
mencegah
kelemahan
tidak
memperparah
kondisi
patologis
agar klien
dapat
beristirahat
dan
menghemat
energi
BAB IV
PENUTUP
18
4.1 Kesimpulan
Feokromatisoma merupakan tumor yang berasal dari sel – sel
kromafin kelenjar adrenal yang menyebabkan pembentukan katekolamin
yang berlebihan. Dapat terjadi pada pria maupun wanita dan segala usia.
Namun, sering terjadi pada usia 30 – 60 tahun. Feokromositoma, disebabkan
oleh sekresi hormon epinefrin dan norepinefrin yang berlebihan.
Adanya tumor ini menyebabkan : jantung berdenyut cepat, kadar
glukosa yang tinggi pada urin dan darah, peningkatan Basal Metabolic Rate
(BMR), muka yang kemerah-merahan, berkurangnya rasa gugup, berkeringat,
dan penurunan motilitas gastrointestinal. Pengobatannya yaitu dengan
tindakan bedah pemindahan tumor.
Terdapat 2 buah kelenjar adrenal pada manusia, dan masing-masing
kelenjar terletak diatas ginjal. Kelenjar adrenal terbagi menjadi 2 bagian,
yaitu bagian medula adrenal ( bagian tengah kelenjar adrenal ) dan korteks
adrenal ( bagian luar kelenjar ).
Tingkat ketahanan hidup 5 tahun untuk Feokromositoma non-ganas
lebih dari 95%, tetapi untuk phaeochromocytomas ganas kurang dari 50%.
Risiko keganasan agak lebih tinggi bila pasien masih anak-anak. Kebanyakan
paraganglionomas timbul dari jaringan chromaffin, sepanjang rantai simpatik
para-aorta, atau dalam organ-organ Zuckerkandl pada asal mesenterika arteri
inferior, dinding kandung kemih dan rantai simpatis di leher atau
mediastinum. Mereka biasanya jinak dan penata laksanaanya cukup dengan
reseksi bedah.
4.2 Saran
a. Bagi Mahasiswa
19
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam
pembuatan makalah agar dapat membuat makalah yang baik dan benar.
b. Bagi Pendidikan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih
baik dalam pembuatan makalah selanjutnya.
c. Bagi Kesehatan
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk
mahasiswa keperawatan agar mengetahui bagaimana asuhan
keperawatan pada pasien dengan Tumor Adrenal.
DAFTAR PUSTAKA
20
Stephen J. McPhee, W. F. (2007). Patofisiologi Penyakit. Jakarta: EGC.
Suzzane C. Smeltzer, Brenda G. Bare. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Vol.1. Jakarta:EGC.
Soepaman, Sarwono Waspadji. (2001). Ilmu Penyakit dalam Jilid II Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
21