Makalah 6 Kimia Klinik Feses

download Makalah 6 Kimia Klinik Feses

of 17

Transcript of Makalah 6 Kimia Klinik Feses

  • 8/10/2019 Makalah 6 Kimia Klinik Feses

    1/17

    Page 1of 17

    Makalah Kimia Klinik I

    Pemeriksaan feses ( tinja )

    Disusun oleh

    Rahmania Azwarini

    Politeknik Kesehatan Kemenkes Banten

    Tahun Akademik 2014/2015

    Kelas 2B

  • 8/10/2019 Makalah 6 Kimia Klinik Feses

    2/17

  • 8/10/2019 Makalah 6 Kimia Klinik Feses

    3/17

    Page 3of 17

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium

    yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu

    penyakit. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium

    yang modern , dalam beberapa kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan

    tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai

    macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses , cara pengumpulan sampel

    yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan menentukan

    ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi.

    Hal yang melatar belakangi penulis menyusun sebuah makalah dengan

    judul pemeriksaan laboratorium pada feses sebagai pemeriksaan penunjang

    dalam penegakan diagnosa berbagai penyakit. Agar para tenaga teknis

    laboratorium patologi klinik serta para mahasiswa dari berbagai program studi

    kesehatan khususnya mahasiswa analis kesehatan dapat meningkatkan

    kemampuan dan mengerti bermacam-macam penyakit yang memerlukan sampel

    feses, memahami cara pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses secara

    benar. mampu melaksanakan pemeriksaan sampel feses dengan baik, dan pada

    akhirnya mampu membuat interpretasi hasil pemeriksaan feses dengan benar.

    B. Tujuan penulisan

    Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui:

    1. Pengertian

    2. Indikasi

    3. Manfaat

    4. Tabel pemeriksaan

    5. Feses normal

    6. Prosedur pemeriksaan

  • 8/10/2019 Makalah 6 Kimia Klinik Feses

    4/17

    Page 4of 17

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A.Pengertian

    1.Makroskopis

    Pemeriksaan tinja dengan melihat bentuk, konsistensi, warna, bau ada tidaknya

    darah samar, lendir, nanah, sisa sisa jaringan makanan atau parasit.

    2. Mikroskopis

    Pemeriksaan tinja yang lebih dalam dan lebih valid dari makroskopis dengan

    menggunakan bantuan alat dan metode yang mendetail dalam pemeriksaanya.

    B.Manfaat

    1.Mengetahui ada tidaknya masalah pada pencernaan

    2.Mengetahui apa saja kandungan yang terdapat pada feses

    C.Indikasi

    1. Adanya diare dan konstipasi

    2. Adanya darah dalam tinja

    3. Adanya lendir dalam tinja

    4. Adanya ikterus

    5. Adanya gangguan pencernaan

    6. Kecurigaan penyakit gastrointestinal

    D. Feses normal

    Orang dewasa normal mengeluarkan 100-300 g feses per hari dari jumlah

    tersebut 70% merupakan air dan separuh dari sisanya mungkin berupa kuman dan

    sisa sisa kuman. Selebihnya adalah sisa makanan berupa sisa sayur mayur sedikit

    lemak, sel sel epitel yang rusak dan unsur unsur lain. Konsistensi tinja normal

    (semi solid silinder) agak lunak, tidak cair seperti bubur maupun keras, berwarna

    coklat dan berbau khas. frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-

    minggu.

  • 8/10/2019 Makalah 6 Kimia Klinik Feses

    5/17

  • 8/10/2019 Makalah 6 Kimia Klinik Feses

    6/17

    Page 6of 17

    atau jaringan nekrotik

    Agak lunak, putih abu-abu

    sedikit

    lain, tumor nekrotik, parasit

    obtruksi saluran makan

    barium

    abnormal

    Tabel : gejala yang diagnostic pada pemeriksaan makroskopik tinja

    Warna Tidak patologis Patologis

    Coklat, coklat tua kuning

    coklat

    Coklat tua sekali

    Hitam

    Abu -abu

    Abu-abu muda sekali

    Hijau atau kuning hijau

    Merah

    Oksidasi normal dari

    pigmen empedu

    Dibiarkan lama di udara

    Makanan yang mengandung

    banyak daging

    Makan besi, bismut

    Makan kokoa

    Makanan mengandung

    banyak bahan susu barium

    Makanan yang mengandung

    banyak bayam, sayuranhijau lain. Pencahar yang

    barasal sayuran

    Makanan yang mengandung

    banyak lobak merah (biet)

    Perdarahan di saluran cerna

    bagian proksimal steatore

    (konsistensi seperti bubur

    dan berbuih)

    Obtruksi saluran empedu

    Makanan melalui usus

    dalam waktu cepat hinggapigmen empedu belum

    sempat teroksidasi

    Perdarahan yang berasal

    dari saluran cerna bagian

    distal

  • 8/10/2019 Makalah 6 Kimia Klinik Feses

    7/17

    Page 7of 17

    Tabel : keadaan yang mempengaruhi warna tinja

    Kategori Kondisi khusus Hal lain

    Osmotic Defisiensi disakaridase

    (intoleransi terhadap

    laktosa)

    Disakarida dalam buncis

    atau kacang-kacangan lain

    yang tidak dapat dicerna

    Pencahar berupa larutan

    garam

    Gejalan setelah makan

    makanan yang berasal dari

    susu

    Perut kembung, lazim

    dengan gas. Kadang-

    kadang diselingi konstipasi

    pencahar yang tidak benar

    Riwayat sakit dan gejala

    ulkus peptikum

    Dampak osmotic dariantasid

    Sekretorik Setelah makan bahan

    pemanis buatan yang tidak

    dapat dicernakan toksin

    berasal dari kuman (kolera,

    E.coli, keracunan makanan

    yang mengandung stafilokok

    Hormone yang enteroaktif

    (gastrin pada sindrom)

    Zollinger-Ellison; serotonin

    ? zat lain pada sindroma

    karsinoid

    Sindroma malabsorpsi

    lemak, protein

    Perangsangan oleh asam

    empedu

    Riwayat jenis makanan

    menentukan diagnose

    Epidemiologi lebih penting

    daripada biakan tinja

    Gejala sistemik lain lazim

    didapat.

    Bau busuk merupakan

    gejala yang umum dari

    malnutrisi oleh kalori atau

    protein

    Setelah reseksi dari usus

    halus

    Pertumbuhan bakteri yang

    berlebihan dalam usus halus

    Perubahan struktur atau

    fungsi

    Reseksi usus

    Fistel enterokolon

    Sindroma usus besar yang

    sensitive

    Dapat diduga dari riwayat

    penyakit. Komplikasi dari

    penyakit divertikulum atau

    penyakit inflamasi usus

    besar

    Patofisiologi masih belum

    jelas

  • 8/10/2019 Makalah 6 Kimia Klinik Feses

    8/17

    Page 8of 17

    Tabel : berbagai jenis diare

    F. Prosedur pemeriksaan

    1. Makroskopis

    syarat dalam pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses :

    Wadah sampel bersih, kedap, bebas dari urine.

    Harus diperiksa 30 40 menit sejak dikeluarkan jika ada penundaan simpan di

    almari es.

    Tidak boleh menelan barium, bismuth dan minyak 5 hari sebelum pemeriksaan

    Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan. misalnya bagian

    yang bercampur darah atai lendir.

    Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher sebagai pemeriksaan tinja

    sewaktu.

    Pasien konstipasi dapat diberikan saline cathartic terlebih dahulu.

    Pada Kasus Oxyuris dapat digunakan metode schoth tape & object glass.

    Untuk mengirim tinja, wadah yang baik ialah yang terbuat dari kaca atau sari

    bahan lain yang tidak dapat ditembus seperti plastic. Kalau konsistensi tinja

    keras,dos karton berlapis paraffin juga boleh dipakai. Wadah harus bermulut

    lebar.

    Oleh karena unsure-unsur patologik biasanya tidak dapat merata, maka hasil

    pemeriksaan mikroskopi tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat,

    cukup diberi tanda(negatif),(+),(++),(+++) saja

    Berikut adalah uraian tentang berbagai macam pemeriksaan secara makroskopis dengansampel feses.

    Kerusakan mukosa Penyakit inflamasi usus

    besar (sindroma crohn,

    colitis ulseratif)

    Kuman yang invasif

    (beberapa jenis shigella,

    salmonella, ameba

    kampilobakter) Kolitispseudo membranosa

    Perdarahan; rasa nyeri,

    berat badan mungkin

    menurun

    Biakan tinja berguna pada

    permulaan penyakit

    Sering didapat setelah

    penggunaan antibiotic yang

    mempunyai rentang

    spectrum lebar

    Dapat merupakan penyulit

    pada uremia, gagal jantung

    kongestif; iskemia intestinal

  • 8/10/2019 Makalah 6 Kimia Klinik Feses

    9/17

    Page 9of 17

    Pemeriksaan Jumlah

    Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250gram per hari.

    Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan sayur jumlah tinja

    meningkat.

    Pemeriksaan Warna1) Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua

    dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja

    dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan

    dan obat yang dimakan. Warna kuning juga dapat disebabkan karena

    susu,jagung, lemak dan obat santonin.

    2) Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung

    khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan

    porphyrin dalam mekonium.

    3) Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam

    saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut

    akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas

    seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak

    lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium

    setelah pemeriksaan radiologik.

    4) Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang

    segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.

    5) Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal

    saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain.

    Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia

    hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang

    mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.

    Pemeriksaan Bau

    Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk

    didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak

    oleh kuman.Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu.

    Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak

    dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam. Konsumsi

    makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-rempah yang tercerna

    menambah bau tinja.

  • 8/10/2019 Makalah 6 Kimia Klinik Feses

    10/17

    Page 10of 17

    Pemeriksaan Konsistensi

    Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan bebentuk. Pada diare konsistensi

    menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala

    didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang

    lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit

    hisprung. feses yang sangat besar dan berminyak menunjukkan alabsorpsi usus.

    Pemeriksaan Lendir

    Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya lendir

    yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus.

    1) Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada

    usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali

    iritasi terjadi pada usus halus.

    2) Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja.

    3) Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan spastik kolitis,

    mucous colitis pada anxietas.

    4) Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta peradangan

    rektal anal.

    5) Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya ulseratif

    kolitis, disentri basiler, divertikulitis ulceratif, intestinal tbc.

    6) Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous adenoma colon.

    Pemeriksaan Darah.

    Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu

    mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja.

    1) Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja

    dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau

    varices dalam oesophagus.

    2) Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar

    tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma

    rektum. Semakin proksimal sumber perdarahan semakin hitam warnanya.

    Pemeriksaan Nanah

  • 8/10/2019 Makalah 6 Kimia Klinik Feses

    11/17

    Page 11of 17

    Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat pada pada

    penyakit Kronik ulseratif Kolon , Fistula colon sigmoid, Lokal abses.Sedangkan pada

    penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah dalam jumlah yang banyak.

    Pemeriksaan Parasit

    Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing lainnya yangmungkin didapatkan dalam feses.

    Pemeriksaan adanya sisa makanan

    Hampir selalu dapat ditemukan sisa makana yang tidak tercerna, bukan

    keberadaannya yang mengindikasikan kelainan melainkan jumlahnya yang dalam

    keadaan tertentu dihubungkan dengan sesuatu hal yang abnormal.

    Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi

    makanan berasal dari hewan, seperti serta otot, serat elastic dan zat-zat lainnya.

    Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan Lugol maka

    pati (amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir biru atau merah.

    Penambahan larutan jenuh Sudan III atau Sudan IV dalam alkohol 70% menjadikan

    lemak netral terlihat sebagai tetes-tetes merah atau jingga.

    2. Mikroskopis

    Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit,eritosit, sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi. Dari semua pemeriksaan ini yang

    terpenting adalah pemeriksaan terhadap protozoa dan telur cacing.

    a. Protozoa

    Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan

    bentuk trofozoit.

    b. Telur cacing

    Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator

    americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan

    sebagainya.

    c. Leukosit

    Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan.

    Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah

    leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita

    dengan alergi saluran pencenaan.

    Untuk mempermudah pengamatan leukosit dapat ditambah 1 tetes asam acetat 10% pada

    1 tetes emulsi feces pada obyek glass.

  • 8/10/2019 Makalah 6 Kimia Klinik Feses

    12/17

    Page 12of 17

    d. Eritrosit

    Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan

    bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu

    berarti abnormal.

    e. Epitel

    Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang berasal daridinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat

    karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada

    perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.

    f. Kristal

    Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat

    kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium

    oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak

    didapatkan setelah banyak makan lemak.

    Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir

    amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran

    pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan

    mungkin didapatkan kristal hematoidin.

    g. Makrofag

    Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya sering dapat dilihat

    bakteri selain eritrosit, lekosit .Bentuknya menyerupai amuba tetapi tidak bergerak.

    h. Sel ragi

    Khusus Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya ialah

    supaya jangan dianggap kista amoeba

    i. Jamur

    1) Pemeriksaan KOH

    Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan tinja dengan menggunakan larutan KOH

    (kalium hidroksida) untuk mendeteksi adanya jamur, sedangkan pemeriksaan tinja rutin

    adalah pemeriksaan tinja yang biasa dilakukan dengan menggunakan lugol.

    Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan normal dengan Kandidiasis

    adalah pada kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari hasil pemeriksaan dapat

    ditemukan bentuk pseudohifa yang merupakan bentuk invasif dari Candida pada sediaan

    tinja.

    Timbulnya kandidiasis juga dapat dipermudah dengan adanya faktor risiko seperti

    diabetes melitus, AIDS, pengobatan antikanker, dan penggunaan antibiotika jangka

    panjang. Kalau memang positif kandidiasis dan terdapat gejala kandidiasis, maka

    biasanya dapat sembuh total dengan obat jamur seperti fluconazole, tetapi tentu saja bila

    ada faktor risiko juga harus diatasi.

  • 8/10/2019 Makalah 6 Kimia Klinik Feses

    13/17

    Page 13of 17

    Swap adalah mengusap mukosa atau selaput lendir atau pseudomembran kemudian

    hasil usapan diperiksa secara mikroskopik, sedangkan biopsi adalah pengambilan

    jaringan atau sel untuk dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik juga.

    3. Kimia

    a. Darah samar

    Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar.

    Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang

    tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik.

    Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan

    darah 0,52 ml / hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh

    kehilangan darah > 2 ml/ hari

    Macam-macam metode tes darah samar yang sering dilakukan adalah guajac tes,

    orthotoluidine, orthodinisidine, benzidin tes berdasarkan penentuan aktivitas peroksidase

    /oksiperoksidase dari eritrosit (Hb)

    1) Metode benzidine basa

    a) Buatlah emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira 10 ml

    dan panasilah hingga mendidih.

    b) Saringlah emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat sampai menjadi

    dingin kembali.

    c) Ke dalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa sebanyak sepucuk

    pisau.

    d) Tambahkan 3 ml asam acetat glacial, kocoklah sampai benzidine itu

    e) Bubuhilah 2ml filtrate emulsi tinja, campur.

    f) Berilah 1ml larutan hydrogen peroksida 3 %, campur.

    g) Hasil dibaca dalam waktu 5 menit ( jangan lebih lama )

    Catatan :

    Hasil dinilai dengan cara :

    Negative ( - ) tidak ada perubahan warna atau samar-samar hijau

    hijauPositif ( +)

    (2+) biru bercampur hijauPositif

    (3+) biruPositif

    Positif (4+) biru tua

    2) Metode Benzidine Dihidrochlorida

  • 8/10/2019 Makalah 6 Kimia Klinik Feses

    14/17

    Page 14of 17

    Jika hendak memakai benzidine dihirochlorida sebagai pengganti benzidine basa

    dengan maksud supaya test menjadi kurang peka dan mengurangi hasil positif palsu,

    maka caranya sama seperti diterangkan diatas.

    3) Cara Guajac

    Prosedur Kerja :

    a) Buatlah emulsi tinja sebanyak 5ml dalam tabung reaksi dan tambahkan 1ml

    asam acetat glacial, campur.

    b) Dalam tabung reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2ml

    alcohol 95 %, campur.

    c) Tuang hati-hati isi tabung kedua dalam tabung yang berisi emulsi tinja

    sehingga kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah.

    d) Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas kedua lapisan

    itu. Derajat kepositifan dinilai dari warna itu.

    Zat yang mengganggu pada pemeriksaan darah samar diantara lain adalah preparat

    Fe, chlorofil, extract daging, senyawa merkuri, Vitamin C dosis tinggi dan anti oxidant

    dapat menyebabkan hasil negatif (-) palsu, sedangkan Lekosit, formalin, cupri oksida,

    jodium dan asam nitrat dapat menyebabkan positif (+) palsu

    b. Urobilin

    Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada

    ikterus obstruktif, pada kasus obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja dengan warna

    kelabu disebut akholik.

    Prosedur kerja :

    1) Taruhlah beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campurlah dengan

    larutan mercurichlorida 10 % dengan volume sama dengan volume tinja

    2) Campurlah baik-baik dengan memakai alunya

    3) Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah menguap dan

    biarkan selama 6-24 jam

    4) Adanya urobilin dapat dilihat dengan timbulnya warna merah

    c. Urobilinogen

    Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik

    jika dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak

  • 8/10/2019 Makalah 6 Kimia Klinik Feses

    15/17

    Page 15of 17

    jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan

    seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif.

    Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu jarang

    dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi urobilin dapat

    dilakukan dengan melakukan pemeriksaan urobilin urin.

    d. Bilirubin

    Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin

    dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi

    menjadi urobilin.

    Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi

    perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan

    antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang

    menyelenggarakan perubahan tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan

    metode pemeriksaan Fouchet

  • 8/10/2019 Makalah 6 Kimia Klinik Feses

    16/17

    Page 16of 17

    BAB III

    PENUTUP

    A. Simpulan

    Pemeriksaan feses masih sering dilakukan pada laboratorium-laboratorium

    klinik maupun laboratorium di rumah sakit. Pemeriksaan feses adalah salah satu

    parameter yang digunakan untuk membantu dalam penegakan diagnosis suatu

    penyakit serta menyelidiki suatu penyakit secara lebih mendalam.

    Pemeriksaan feses dibagi menjadi 3 macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan

    makroskopis, mikroskopis dan kimia.

    1. Pemeriksaan makroskopis terdiri dari Pemeriksaan jumlah, pemeriksaan warna,

    pemeriksaan bau, pemeriksaan konsistensi, pemeriksaan lendir, pemeriksaan

    darah.pemeriksaan nanah, pemeriksaan parasit dan pemeriksaan adanya sisa

    makanan.

    2. Pemeriksaan mikroskopis feses terdiri dari pemeriksaan terhadap Protozoa,

    telur cacing, leukosit, eritrosit, epitel, kristal,makrofag,sel ragi, dan jamur.

    3. pemeriksaan kimia meliputi pemeriksaan Darah samar, urobilin, urobilinogen

    dan bilirubin.

    B. Saran

    Sebagai tenaga kesehatan yang professional dituntut mampu untuk

    mengerjakan segala sesuatunya dengan ilmu pengetahuan, bukan menerka,

    mengira ataupun asal asalan oleh karena itu kita harus selalu mengupdate ilmu

    dalam segala hal terutama dalam hal keperawatan.

  • 8/10/2019 Makalah 6 Kimia Klinik Feses

    17/17

    Page 17of 17

    DAFTAR PUSTAKA

    Gandasoebrata,R.1999.Penuntun Laboratorium Klinik.Jakarta: PT Dian Rakyat.

    (Halaman 180-185)

    Corwin, Elisabeth J.2001.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta:Penerbit Buku

    Kedokteran

    EGC.(Halaman 518-519)

    http://www.kalbe.co.id/consultation/14/apa-itu-pemeriksaan-tinja-dg-koh-dan-

    bedanya

    pemeriksaan-tinja-rutin.htm ( Diakses pada 28 Maret 2011, pukul 16.30 )

    http://health.detik.com/bila-feses-berwarna-hitam (Diakses 25 Maret 2011, pukul

    17.00)

    frances. K. widmann. 1994. Tinjauan klinis atas hasil pemeriksaan

    laboratorium. Jakarta: EGC