LP TYPOID.docx

18
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TYPOID DISUSUN OLEH: BAYU DIKA PRATAMA 1408017 PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA HUSADA SEMARANG 2014

Transcript of LP TYPOID.docx

LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TYPOID

DISUSUN OLEH:BAYU DIKA PRATAMA1408017

PROGRAM PROFESI NERSSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA HUSADA SEMARANG2014

A. PENGERTIANTyphoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman Salmonella. Demam typhoid atau Typhus abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan.

B. ETIOLOGIPenyebab dari typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun. Salmonella thypi, basil gram negatif, bergerak dengan bulu getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang-kurngnya 3 macam antigen yaitu antigen O (somatic terdiri dari zat komplek lipopolisakarida), antigen H (flagella) dan antigen Vi. Dalam serum penderita terdapat zat anti (glutanin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.

C. PATOFISIOLOGIPenularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.

D. TANDA DAN GEJALAGejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan yang terlama 30 hari jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodomal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersamangat kemudian menyusul gejala klinis sbb:1. DemamBerlangsung selama 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhu tidak terlalu tinggi. Selama minggu pertama duhu berangsur-angsur meningkat, biasanya turun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Pada minggu ke-2 penderita terus demam dan minggu ke-3 penderita demamnya berangsur-angsur normal.

2. Gangguan pada saluran pencernaanNafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah putih kotor (coated tongue) ujung dan tepi kemerahan, perut kembung, hati dan limpa membesar. disertai nyeri pada perabaan3. Gangguan kesadaranKesadaran menurun walaupun tidak berapa dalam yaitu apatis sampai samnolen. Disamping gejala-gejala tersebut ditemukan juga pada penungggungdan anggota gerak dapat ditemukan roseola yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Pemeriksaan darah tepi Dapat ditemukan leukopenia,limfositosis relatif, aneosinofilia, trombositopenia, anemia.2. Biakan empedu Basil salmonella typhii ditemukan dalam darah penderita biasanya dalam minggu pertama sakit.3. Pemeriksaan WIDALBila terjadi aglutinasi1/200- Diperlukan titer anti bodi terhadap antigeno yang bernilai4 kali antara masa akut dan konvalesene mengarah atau peningkatankepada demam typhoid.

F. KOMPLIKASI Komplikasi dapat dibagi menjadi:a. Komplikasi intestinal1. Perdarahan usus2. Perforasi usus3. Ileus paralitik

b. Komplikasi ekstra intestinal1. Kardiovaskulerkegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis) miokarditis, trombosis, dantromboflebitie.2. Darahanemia hemolitik,tromboritopenia, sindromuremiahemolitik3. Paru pneumonia,empiema,pleuritis.4. Hepar dan kandung empeduhipertitisdankolesistitis.5. Ginjal glomerulonefritis,pielonefritis, danperinefritis.6. Tulang oeteomielitis,periostitis,epondilitis, danarthritis.7. Neuropsikiatrik delirium,meningiemus,meningitie,polineuritie, perifer, sindrom Guillan-Barre, psikosis dan sindromkatatonia.Pada anak-anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang terjadi. Komplikasi sering terjadi pada keadaantokremiaberat dan kelemahan umum, terutama bila perawatan pasien kurang sempurna.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS1. PerawatanBertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Klien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan kondisi. Klien dengan kondisi kesadaran menurun perlu diubah posisinya setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus dan pneumonia hipostatik. Defekasi dan buang air kecil perlu perhatian karena kadang kadang terjadi obstipasi dan retensi urine.

2. Dieta. Cukup kalori dan tinggi proteinb. Pada keadaan akut klien diberikan bubur saring, setelah bebas panas dapat diberikan bubur kasar, dan akhirnya diberikan nasi sesuai tingkat kesembuhan. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan secara aman.c. Pada kasus perforasi intestinal dan renjatan septik diperlukan perawatan intensif dengan nutrisi parenteral total.3. Obata. Kloramphenikol : dosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500 mg, diberikan selama demam berkanjut sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 4 x 250 mg selama 5 hari kemudian.b. Ampisilin/Amoksisilin : dosis 50 15- mg/Kg/BB/hari, diberikan selama 2 minggu.c. Kotrimoksasol : 2 x 2 tablet (1 tablet mengandung 400 mg sulfametosazol-80 mg trimetropim), diberikan selama dua minggu.

H. PENCEGAHANCara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas.

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATANA. Pengkajian1. IdentitasDidalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no. Registerasi, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan.2. Keluhan Utamapada pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan kembung, nafsu makan menurun, panas dan demam.3. Riwayat Penyakit DahuluApakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Thypoid, apakah tidak pernah, apakah menderita penyakit lainnya.4. Riwayat Penyakit SekarangPada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam, anorexia, mual, muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemi), nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma.5. Riwayat Kesehatan KeluargaApakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Thypoid atau sakit yang lainnya.6. Riwayat PsikososialPsiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan timbul gejala-gejala yang dialami, apakah pasien dapat menerima pada apa yang dideritanya.7. Pola-Pola Fungsi Kesehatana. Pola pesepsi dan tatalaksana kesehatan Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.b. Pola nutrisi dan metabolismeAdanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi berubah.c. Pola aktifitas dan latihanPasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.d. Pola tidur dan aktifitasKebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur.e. Pola eliminasiKebiasaan dalam buang BAK akan terjadi refensi bila dehidrasi karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.f. Pola reproduksi dan sexualPada pola reproduksi dan sexual pada pasien yang telah atau sudah menikah akan terjadi perubahan.g. Pola persepsi dan pengetahuan Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.h. Pola persepsi dan konsep diriDi dalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.i. Pola penanggulangan stressStres timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.j. Pola hubungan interpersonilAdanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama sakit.k. Pola nilai dan kepercayaanTimbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu.8. Pemeriksaan Fisika. Keadaan umumBiasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, puccat, mual, perut tidak enak, anorexia.b. Kepala dan leherKepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.c. Dada dan abdomenDada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan.d. Sistem respirasiApa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping hidung.e. Sistem kardiovaskulerBiasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.f. Sistem integumenKulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.g. Sistem eliminasiPada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N -1 cc/kg BB/jam.h. Sistem muskuloskolesalApakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.i. Sistem endokrinApakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar toroid dan tonsil.j. Sistem persyarafanApakah kesadaran penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita penyakit thypoid.

B. Diagnosa Keperawatana. Hipertermi berhubungan dengan infeksivirus SalmonellaTyphiib. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan (diare/muntah).c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.d. Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan pada usus haluse. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/bedrest.

C. Intervensi 1. Hipertermi b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamusTujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan suhu kembali normal, dengan kriteria hasil: Suhu tubuh dalam batas normal Nadi dan RR dalam batas normal Warna kulit tidak kemerahanIntervensi:a. Pantau suhu klienb. Anjurkan klien untuk banyak minumc. Berikan kompres hangatd. Kolaborasi pemberian antipiretik

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan (diare/muntah).Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi, dengan kriteria hasil:TTV dalam batas normaltidak ada tanda-tanda dehidrasiIntervensi:a. Awasi masukan dan keluaran perkiraan kehilangan cairan yang tidak terlihat b. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa turgor kulit dan pengisian kapiler c. Anjurkan klien untuk banyak minum air putihd. Kolaborasi untuk pemberian cairan parenteral3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi, dengan kriteria hasil:BB meningkatnafsu makan meningkatIntervensi:a. Dorong tirah baringb. Anjurkan istirahat sebelum makan c. Berikan kebersihan orald. Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkane. Anjurkan klien untuk makan sedikt tapi sering f. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat g. Kolaborasi pemberian nutrisi, terapi IV sesuai indikasi4. Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan pada usus halusTujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri terkontrol, dengan kriteria hasil:skali nyeri 0-3klien tidak merintih kesakitanIntervensi:a. Kaji skala nyerib. Monitor TTVc. Berikan kompres air hangatd. Ajarkan manajemen nyerie. Kolaborasi pemberian analgetik5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/bedrest.Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan aktivitas kembali normal, dengan kriteria hasil:klien tidak lemasaktivitas meningkatIntervensi:a. Tingkatkan tirah baring dan berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung b. Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik c. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi DAFTAR PUSTAKADoengoes M.E (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III. EGC : JakartaNelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi XII. EGC : JakartaStaf Pengajar IKA (1995). Ilmu Kesehatan Anak. EGC : JakartaMansjoer. A (2000). Kapikta Selekta kedokteran. edisi IV. EGC: JakartaSarwana (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III. FKUI: Jakarta.Wilkinson, M. Judith, 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta