Lp Osteomyelitis

23
LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOMYELITIS Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah IV Oleh : JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG 2013

Transcript of Lp Osteomyelitis

Page 1: Lp Osteomyelitis

LAPORAN PENDAHULUAN

OSTEOMYELITIS

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah IV

Oleh :

JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

2013

Page 2: Lp Osteomyelitis

KONSEP DASAR TEORI OSTEOMYELITIS

A. PENGERTIANOsteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan atau korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogenous (infeksi masuk dari dalam tubuh). (Reeves, 2001)

Osteomyelitis adalah infeksi pada tulang dan sum-sum tulang yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau proses spesifik (m.tuberkulosa,jamur). (Arif mansjoer, 2002)

Osteomyelitis adalah infeksi jaringan tulang yang dapat bersifat akut maupun kronis. (Price and wilson, 2005). Osteomyelitis adalah infeksi tulang ( smeltzer 2002)

B. KLASIFIKASIMenurut Arif Mansjoer dkk (2002):Pembagian Osteomyelitis yang lazim dipakai adalah :1. Osteomyelitis primer yang disebabkan penyebaran kuman-kuman mencapai tulang

secara langsung melalui luka Osteomyelitis primer dapat dibagi menjadi Osteomyelitis akut dan kronik

2. Osteomyelitis sekunder atau Osteomyelitis yang disebabkan penyebaran kuman dari sekitarnya, seperti bisul dan luka.

Sedangkan osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas :

a. Steomyelitis akut Nyeri daerah lesi Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka Pembengkakan lokal Kemerahan Suhu raba hangat Gangguan fungsi Lab = anemia, leukositosis

b. Osteomyelitis kronis Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri Gejala-gejala umum tidak ada Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur Lab = LED meningkat

Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering :

Staphylococcus (orang dewasa)

Page 3: Lp Osteomyelitis

Streplococcus (anak-anak) Pneumococcus dan Gonococcus

C. ETIOLOGIMenurut Efendi (2007):

Osteomyelitis dapat disebabkan oleh karena bakteri, virus, jamur dan mikro organisme lain. Golongan atau jenis patogen yang sering adalah Staphylococcus aureus menyebabkan 70%-80% infeksi tulang, Pneumococcus, Typhus bacil, Proteus, Psedomonas, Echerchia coli, Tuberculose bacil dan Spirochaeta.

Luka tekanan, trauma jaringan lunak, nekrosis yang berhubungan dengan keganasan dan terapi radiasi serta luka bakar dapat menyebabkan atau memperparah proses infeksi tulang. Infeksi telinga dan sinus serta gigi yang berdarah merupakan akibat dari osteomyelitis pada rahang bawah dan tulang tengkorak. Faktur compound, prosedur operasi dan luka tusuk yang dapat melukai tulang pokok sering menyebabkan traumatik osteomyelitis. Osteomyelitis sering ditemukan pada orang yang lebih tua karena factor penyebabnya berhubungan dengan penuaan (Reeves, 2001:273).

Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara (Wikipedia, the free encyclopedia, 2000) yaitu:1.   Aliran darah

Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi). Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang.Pada anak-anak, infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan. Sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi pada tulang belakang dan panggul. Osteomyelitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma.2.   Penyebaran langsungOrganisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.

3.   Infeksi dari jaringan lunak di dekatnyaOsteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah (misalnya ulkus dekubitus yang terinfeksi).            Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik. Osteomyelitis kronis akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramuskular dapat menyebabkan osteomyelitis eksogen. Osteomyelitis akut biasanya disebabkan oleh bakteri, maupun virus, jamur, dan mikroorganisme lain.

Page 4: Lp Osteomyelitis

Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artritis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, menjalani  pembedahan ortopedi, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, juga beresiko mengalami osteomyelitis.

D. PATOFISIOLOGIMenurut Smletzher, 2002:Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organism patogenik lainnya yang sering dijumpai pada osteomilitis meliputi proteus, pseudomonas, dan escerechia coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobic.

Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama( akut fulminan stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi supervisial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.

Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, thrombosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peingkatan tekanan jaringan dan medulla. Inveksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan kebawah poriesteum dan dapat menyeber ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses inveksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses pada tulang.

Pada perjalan alamiahnya, abses dapat keluar secara spontan; namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum.jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang tetap ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

Page 5: Lp Osteomyelitis

Invasi mikroorganisme dari tempat lain melalui darah

Fraktur terbuka

Masuk ke juksta epifisis tulang panjang

Kerusakan pembuluh darah dan adanya port de entree

Invasi kuman ke tulang sendi

fagositosis

osteomilitis

Proses inflamasi

secara umum

Demam , malaise,

penurunan kemampuan tonus otot

Proses inflamasi : gang fungsi ,pembengkakan, pembentukan pus, kerusakan integritas jaringan

Keterbatasan pergerakan

Iskemia dan nekrosis tulang

Pembentukan abses tulang

Kerusakan integritas kulit

Involucrum, pengeluaran pus

dan luka

Deformitas, bau dari adanya luka

Peningkatan jaringan tulang dan medula

Factor predisposisi : virulensi kuman,riwayat trauma, usia, nutrisi

Tirah baring lama, penekanan lokal

Kelemahan fisik

Defisit perawatan diri

Ketidakseimbangan nutrisi :

kurang dari kebutuhan

Hambatan mobilitas fisik

Komplikasi infeksi

nyeri

Risiko osteomilitis

kronis

Kurang terpajan informasi dan pengetahuan

septikemia

Gg citra diri

Gangguan pertumbuhan

Defisiensi pengetahuan dan informasi

E. PATHWAY

Pembentukan pus, nekrosis jaringan

Penurunan kemampuan pergerakan

Penyebaran infeksi ke

organ penting

Kerusakan lempeng epifisis

Risiko tinggi trauma

Page 6: Lp Osteomyelitis

F. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Smeltzer (2002)

1. Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi dengan

manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan

malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala lokal secara

lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan

mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi

nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan

berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan

pus yang terkumpul.

2. Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi

langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi membengkak, hangat,

nyeri dan nyeri tekan.

3. Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar

dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan

pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada jaringan parut akibat

kurangnya asupan darah.

G. FAKTOR PREDISPOSISI

Menurut Arif muttaqin (2008)

1. Usia ( terutama mengenai bayi dan anak-anak)

2. Jenis kelamin (lebih sering pada pria daripada wanita dengan perbandingan 1:4)

3. Trauma( hematoma akibat trauma pada daerah metafisis merupakan salah satu faktor

predisposisi terjadinya osteomilitis)

4. Lokasi ( osteomilitis sering terjadi pada daerah metafisis)

5. Nutrisi, lingkungan dan imunitas yang buruk serta adanya fokus infeksi sebelumnya

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Arif mansjoer dkk (2002):

1. Pemeriksaan laboratarium: pada fase akut ditemukan CRP yang meninggi, laju endap

darah (LED ) yang meninggi dan leukositosis.

2. Pemeriksaan Radiologik: pada fase akut gambaran radiologik tidak menunjukkan

kelainan, pada fase kronik ditemukan suatu involukrum dan sekuester.

3. Rontgen

Page 7: Lp Osteomyelitis

Menunjukkan pembengkakan jaringan lunak sampai dua minggu kemudian tampak

bintik-bintik dekalsifikasi pada batang tulang, yang kemudian dapat meluas dan

diikuti oleh tanda-tanda pembentukan involukrom (Overdoff, 2002:572).

4. Scan tulang, biasanya sebelum rontgen (Overdoff, 2002:572).

5. Biopsi tulang, mengidentifikasi organisme penyebab.

I. PENATALAKSANAAN

Menurut Arif Mansjoer (2002):

a. Perawatan di rumah sakit

b. Pengobatan suportif dengan pemberian infuse

c. Pemeriksaan biakan darah

d. Antibiotic spectrum luas yang efektif terhadap gram positif maupun gram negative

diberikan langsung tanpa menunggu hasil biakan darah secara parenteral selama 3-6

minggu

e. Immobilisasi anggota gerak yang terkena

f. Tindakan pembedahan indikasi untuk melakukan pembedahan ialah :

a. Adanya abses

b. Rasa sakit yang hebat

c. Adanya sekuester

d. Bila mencurigakan adanya perubahan kearah keganasan (karsinoma epedermoid).

Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah bila infolukrum telah

cukup kuat untuk mencegah terjadinya fraktur peasca pembedahan.

J. KOMPLIKASI

Menurut Arif muttaqin (2008) :

1. Septikemia. Dengan makin tersedianya obat-obat antibiotik yang memadai,

kematian akibat septikemia pada saat ini jarang ditemukan

2. Infeksi yang bersifat metastatik. Infeksi dapat bermetastasis ke tulang sendi

lainnya ,otak dan paru-paru, dapat bersifat multifokal, dan biasanya terjadi pada

klien dengan gizi buruk

3. Artitis supuratif. Dapat terjadi pada bayi karena lempng epifisis bayi belum

berfungsi dengan baik

4. Gangguan pertumbuhan. Osteomilitis hematogen akut pada bayi dapat

menyebabkan kerusakan lempeng epifisis sehingga terjadi gangguan pertumbuhan,

tulang yang bersangkutan menjadi lebih pendek

Page 8: Lp Osteomyelitis

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN OSTEOMYLITIS

A. PENGKAJIAN

1. Pasien yang datang dengan awitan gejala akut (mis. Nyeri lokal, pembengkakan,

eritema, demam) atau kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri,

pembengkakan dan demam sedang.

2. Kaji adanya faktor risiko (mis. Lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka panjang)

dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.

3. Pasien selalu menghindar dari tekanan di daerah tersebut dan melakukan gerakan

perlindungan.

4. Pada osteomielitis akut, pasien akan mengalami kelemahan umum akibat reaksi

sistemik infeksi.

5. Pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata,

hangat yang nyeri tekan. Cairan purulen dapat terlihat. Pasien akan mengalami

kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi.

6. Pasien akan mengalami peningkatan suhu tubuh.

7. Pada osteomielitis kronik, peningkatan suhu mungkin minimal, yang terjadi pada sore

dan malam hari.

B. ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI PROBLEM

DO:

Wajah pasien tampak meringis,

menahan sakit, dan sering mengeluh

tentang sakitnya.

suhu tubuh pasien 390C.

terdapat bekas fraktur pada tungkai

bawah, scar tissue, sinua dengan

discharge, seropurulen, dan

ekskoriasi.

DS:

Inflamasi, infeksi,

bengkak, hipertermia,

nekrosis jaringan,

fraktur.

Gangguan rasa

nyaman: nyeri

Page 9: Lp Osteomyelitis

Pasien mengatakan bahwa;

P: nyeri terasa apabila dipegang atau

diraba.

Q: nyeri terasa panas, senut- senut

R: nyeri terasa pada bagian tungkai

bawah yang mengalami fraktur

S: skala nyeri pasien 7

T: nyeri sifatnya sering dan terus

menerus.

DO:

Terdapat penebalan periosteum, bone

resorption, sclerosis sekitar tulang.

Terdapat scar tissue dan bekas

fraktur pada tungkai bawah.

DS:

Pasien mengatakan nyeri, tidak

nyaman pada tungkai bagian bawah.

Nyeri, tidak nyaman,

kerusakan

muskuloskeletal, anjuran

imobilitas

Kerusakan

mobilitas fisik

DO:

Terdapat penebalan periosteum, bone

resorption, sclerosis sekitar tulang.

Terdapat scar tissue dan bekas

fraktur pada tungkai bawah.

DS:

Pasien mengatakan nyeri, tidak

nyaman pada tungkai bagian bawah.

Proses penyakit,

penyebaran infeksi

Risiko fraktur

patologi

DO:

Suhu tubuh pasien 390C.

Akral hangat

Terdapat rubor

Frekuensi napas meningkat: 22x/mnt

Proses infeksi,

peningkatan kecepatan

metabolik.

Hipertermia

Page 10: Lp Osteomyelitis

DS:

Pasien mengeluh badannya panas.

DO:

Pasien selalu mengeluh, gelisah, dan

selalu bertanya.

DS:

Pasien mengatakan bahwa dirinya

pernah datang ke dukun tulang untuk

mengobati penyakitnya.

Keterbatasan informasi,

interpretasi yang salah

terhadap informasi.

Defisit

pengetahuan

C. DIAGNOSA

Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa pada pasien dengan osteomielitis

keperawatan menurut wilknson (2006) /NANDA meliputi:

1. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.

2. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, tidak nyaman, kerusakan

muskuloskeletal, anjuran imobilitas.

3. Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan proses supurasi di tulang,

luka fraktur terbuka, sekunder akibat infeksi inflamasi tulang.

4. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, peningkatan kecepatan metabolik.

5. Defisit pengetahuan tentang pengobatan berhubungan dengan keterbatasan informasi,

interpretasi yang salah terhadap informasi.

D. INTERVENSI

1. Nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi dan pembengkakan

Tujuan: nyeri berkurang, hilang, atau teratasi.

Kriteria hasil: secara subyektif, klien melaporkan nyeri berkurang atau dapat diatasi,

mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau mengurangi nyeri. Klien tidak

gelisah. Skala nyeri 0-1 atau teratasi.

Intervensi Rasional

Mandiri

Page 11: Lp Osteomyelitis

a. Kaji nyeri dengan skala 0-4

b. Atur posisi imobilisasi pada

daerah nyeri sendi atau nyeri di

tulang yang mengalami infeksi.

c. Bantu klien dalam

mengidentifikasi factor pencetus.

d. Jelaskan dan bantu klien terkait

dengan tindakan peredaran nyeri

nonfarmakologi dan noninvasi.

e. Ajarkan relaksasi: teknik

mengurangi ketegangan otot

rangka yang dapat mengurangi

intensitas nyeri dan

meningkatkan relaksasi masase.

f. Ajarkan metode distraksi selama

nyeri akut.

g. Beri kesempatan waktu istirahat

bila terasa nyeri dan beri posisi

yang nyaman (misal: ketika

tidur, punggung klien diberi

bantal kecil).

h. Tingkatkan pengetahuan tentang

penyebab nyeri dan hubungan

dengan beberapa lama nyeri

akan berlangsung.

Kolaborasi

Pemberian analgesik

a. Nyeri merupakan respon subyaktif yang

dapat dikaji dengan menggunakan skala

nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya di

atas tingkat cidera.

b. Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi

nyeri pada daerah nyeri sendi atau nyeri di

tulang yang mengalami infeksi.

c. Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan ,

pergerakan sendi

d. Pendekatan dengan menggunakan relaksasi

dan tindakan nonfarmakologi lain

menunjukkan keefektifan dalam

mengurangi nyeri.

e. Teknik ini melancarkan peredaran darah

sehingga kebutuhan O2 pada jaringan

terpenuhi dan nyeri berkurang.

f. Mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri

ke hal-hal yang menyenangkan.

g. Istirahat merelaksasi semua jaringan

sehingga meningkatkan kenyamanan.

h. Pengetahuan tersebut membantu

mengurangi nyeri dan dapat membantu

meningkatkan kepatuhan klien terhadap

rencana terapeutik.

Analgesik memblok lintasan nyeri sehingga

akan berkurang.

Page 12: Lp Osteomyelitis

2. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, tidak nyaman,

kerusakan muskuloskeletal, anjuran imobilitas.

Tujuan: meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang

mungkin.

Kriteria Hasil: Pasien mampu :

a. mempertahankan posisi fungsional.

b. meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh.

c. menunjukkan teknik yang memampukan melakukan aktivitas

Intervensi Rasional

Mandiri:

a. Kaji derajat imobilitas yang

dihasilkan oleh

cedera/pengobatan dan perhatikan

persepsi pasien terhadap

imobilisasi

b. Dorong partisipasi pada aktivitas

terapeutik/rekreasi.

c. Instruksikan pasien untuk/bantu

dalam rentang gerak pasien

d. Dorong penggunaan latihan

isometrik mulai dengan tungkai

yang tak sakit.

e. Bantu/dorong perawatan

diri/kebersihan (contoh: mandi,

mencukur.

a. Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan

diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik

aktual, memerlukan informasi, intervensi

untuk meningkatkan kemajuan kesehatan.

b. Memberikan kesempatan untuk

mengeluarkan energi, memfokuskan kembali

perhatian, meningkatkan rasa kontrol

diri/harga diri dan membantu menurunkan

isolasi sosial.

c. Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang

untuk meningkatkan tonus otot,

mempertahankan gerak sendi, mencegah

kontraktur/atrofi, dan resorpsi kalsium karena

tidak digunakan.

d. Kontraksi otot isometrik tanpa menekuk

sendi atau menggerakkan tungkai dan

membantu mempertahankan kekuatan dan

masa otot.

e. Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi,

meningkatkan kontrol pasien dalam situasi,

dan meningkatkan kesehatan diri langsung.

Page 13: Lp Osteomyelitis

f. Berikan/bantu dalam movilizáis

dengan cursi roda, kruk, tongkat,

sesegera mungkin. Instruksikan

keamanan dalam menggunakan

alat mobilitas.

g. Awasi TD dengan melakukan

aktivitas. Perhatikan keluhan

pusing.

Kolaborasi:

Konsul dengan ahli terapi

fisik/okupasi dan/atau rehabilitasi

spesialis.

f. Mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah

baring (contoh: flebitis) dan meningkatkan

penyembuhan dan normalisasi fungsi organ.

Belajar memperbaiki cara menggunakan alat

penting untuk mempertahankan mobilisasi

optimal dan keamanan pasien.

g. Hipotensi postural adalah masalah umum

menyertai tirah baring lama dan memerlukan

intervensi khusus (contoh: kemiringan meja

dengan peninggian secara bertahap sampai

posisi tegak).

Kolaborasi:

Berguna dalam membuat aktivitas

individual/program latihan. Pasien dapat

memerlukan bantuan jangka panjang dengan

gerakan, kekuatan, aktivitas, yang

mengendalikan berat badan, juga penggunaan

alat.

6. Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan proses supurasi di

tulang, luka fraktur terbuka, sekunder akibat infeksi inflamasi tulang.

Tujuan: integritas jaringan membaik secara optimal

Kriteria hasil: pertumbuhan jaringan meningkat, keadaan luka membaik, pengeluaran

pus pada luka tidak ada lagi, luka menutup.

Intervensi Rasional

Mandiri

a. Kaji kerusakan jaringan lunak a. Menjadi data dasar untuk memberi

informasi tentang intervensi perawatan luka,

alat, dan jenis larutan apa yang akan

digunakan.

Page 14: Lp Osteomyelitis

b. Lakukan perawatan luka :

lakukan perawatan luka dengan

tehnik steril.

c. Kaji keadaan luka dengan tehnik

membuka balutan dan

mengurangi stimulus nyeri, bila

perban melekat kuat, perban

diguyur dengan NaCl.

d. Larutkan pembilasan luka dari

arah dalam keluar dengan larutan

NaCl.

e. Tutup luka dengan kasa steril

atau kompres dengan NaCl yang

dicampur dengan antibiotik.

f. Lakukan nekrotomi pada

jaringan yang sudah mati.

g. Rawat luka setiap hari atau

setiap kali bila pembalut basah

atau kotor.

h. Hindari pemakaian peralatan

perawatan luka yang sudah

kontak dengan klien

osteomielitis, jangan digunakan

lagi untuk melakukan perawatan

luka pada klien lain.

i. Gunakan perban elastis dan gips

pada luka yang disertai

kerusakan tulang atau

pembengkakan sendi.

b. Perawatan luka dengan tehnik steril dapat

mengurangi kontaminasi kuman langsung

ke area luka.

c. Manajemen membuka luka dengan

mengguyur larutan NaCl ke perban dapat

mengurangi stimulus nyeri dan dapat

menghindari terjadinya perdarahan pada

luka osteomielitis kronis akibat perban yang

kering oleh pus.

d. Tehnik membuang jaringan dan kuman

diarea luka sehingga keluar dari area luka.

e. NaCl merupakan larutan fisiologis yang

lebih mudah diabsorbsi oleh jaringan

daripada larutan antiseptik. NaCl yang

dicampur dengan antibiotik dapat

mempercepat penyembuhan luka akibat

infeksi osteomielitis.

f. Jaringan nekrotik dapat menghambat

penyembuhan luka.

g. Memberi rasa nyaman pada klien dan dapat

membantu meningkatkan pertumbuhan

jaringan luka.

h. Pengendalian infeksi nosokomial dengan

menghindari kontaminasi langsung dari

perawatan luka yang tidak steril.

i. Pada klien osteomielitis dengan kerusakan

tulang, stabilitas formasi tulang sangat labil.

Gips dan perban elastis dapat membantu

memfiksasi dan mengimobilisasi sehingga

Page 15: Lp Osteomyelitis

j. Evaluasi perban elastis terhadap

resolusi edema.

k. Evaluasi kerusakan jaringan dan

perkembangan pertumbuhan

jaringan dan lakukan perubahan

intervensi bila pada waktu yang

ditetapkan tidak ada

perkembangan pertumbuhan

jaringan yang optimal.

Kolaborasi

a. Kolaborasi dengan tim bedah

untuk bedah perbaikan pada

kerusakan jaringan agar tingkat

kesembuhan dapat dipercepat.

b. Pemeriksaan kultur jaringan

(pus) yang keluar dari luka

c. Pemberian

antibiotik/antimikroba

dapat mengurangi nyeri.

j. Pemasangan perban elastis yang terlalu kuat

dapat menyebabkan edema pada daerah

distal dan juga menambah nyeri pada klien.

k. Adanya batasan waktu selama 7x24 jam

dalam melakukan perawatan luka klien

osteomielitis menjadi tolok ukur

keberhasilan intervensi yang diberikan.

Apabila masih belum mencapai kriteria

hasil sebagainya kaji ulang faktor-faktor

yang menghambat pertumbuhan jaringan

luka.

a. Bedah perbaikan terutama pada klien

fraktur terbuka luas sehingga menjadi pintu

masuk kuman yang ideal. Bedah perbaikan

biasanya dilakukan setelah masalah infeksi

osteomielitis teratasi

b. Manajemen untuk menentukan antimikroba

yang sesuai dengan kuman yang sensitif

atau resisten terhadap beberapa jenis

antibiotik.

c. Antimikroba yang sesuai dengan hasil

kultur (reaksi sensitif) dapat membunuh

atau mematikan kuman yang menginvasi

jaringan tulang.

4. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, peningkatan kecepatan

metabolik.

Tujuan: Pasien akan menunjukkan termoregulasi, yaitu merupakan keseimbangan di

antara produksi panas, peningkatan panas, dan kehilangan panas.

Page 16: Lp Osteomyelitis

Kriteria Hasil: suhu kulit dalam rentang yang diharapkan, suhu tubuh dalam batas

normal, nadi dan pernapasan dalam rentang yang diharapakan, perubahan warna kulit

tidak ada, keletihan tidak tampak.

Intervensi Rasional

Mandiri:

a. Pantau terhadap tanda hipertermia

maligna (misalnya demam,

takipnea, aritmia, perubahan

tekanan darah, bercak pada kulit,

kekakuan, dan berkeringat

banyak).

b. Pantau suhu minimal setiap dua

jam, sesuai dengan kebutuhan.

Pantau warna kulit dan suhu

secara kontinu.

c. Pantau tanda vital

Kolaborasi:

a. Berikan obat antipiretik sesuai

dengan kebutuhan.

b. Gunakan matras dingin dan mandi

air hangat

a. kewaspadaan terhadap hipertermia malignan

dapat mencegah atau menurunkan respon

hipermetabolik terhadap obat-obatan

farmakologis yang digunakan selama

pembedahan.

b. Regulasi suhu dapat mencapai atau

mempertahankan suhu tubuh yang diinginkan

selama intraoperasi.

c. Pemantauan tanda vital seperti pengumpulan

dan analisis data kardiovaskuler, respirasi,

suhu tubuh untuk menentukan serta

mencegah komplikasi.

a. Obat antipiretik digunakan untuk

menurunkan suhu tubuh.

b. Matras dingin dan mandi air hangat

digunakan untuk mengatasi gangguan suhu

tubuh, sesuai dengan kebutuhan.

5. Defisit pengetahuan tentang pengobatan berhubungan dengan keterbatasan

informasi, interpretasi yang salah terhadap informasi.

Tujuan: pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.

Kriteria Hasil: melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari

suatu tindakan, memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam

regimen perawatan

Page 17: Lp Osteomyelitis

intervensi Rasional

a. kaji ulang patologi, prognosis dan

harapan yang akan datang

b. Memberikan dukung an cara-cara

mobilisasi dan ambulasi

sebagaimana yang dianjurkan

oleh bagi- an fisioterapi.

c. Memilah-milah aktif- itas yang

bisa mandiri dan yang harus

dibantu.

d. identifikasi tersedianya sumber

pelayanan di masyarakat , contoh

tim rehabilitasi, pelayanan

perawatan dirumah

e. Ajarkan cara teknik balutan

secara steril dan dan teknik

kompres hangat.

a. memberikan dasar pengetahuan dimana pasien

dapat membuat pilihan informasi.

b. Sebagian besar osteomilitis memerlukan

penopang selama proses pe- nyembuhan

sehingga keterlambatan pe- nyembuhan

disebab- kan oleh penggunaan alat bantu yang

kurang tepat.

c. Mengorganisasikan kegiatan yang diperlu kan

dan siapa yang perlu menolongnya. (apakah

fisioterapi, perawat atau ke- luarga).

d. Memberikan bantuan untuk memudahkan

perawatan diri dan mendukung kemandirian .

meningkatkan perawatan diri optimal dan

pemulihan

e. Memudahkan perawatan diri dan menjaga

terjadi infeksi secara mandri dan optimal

Page 18: Lp Osteomyelitis

DAFTAR PUSTAKA

Hinchliff,Sue. 2000. Kamus keperawatan.Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta

Donges Marilynn, E. 20000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Penerbit buku

kedokteran EGC: Jakarta

Price Sylvia, A 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 .

Edisi 4. Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta

Smeltzer Suzanne, C 2002. Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8.

Vol 3. Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. Penerbit

buku kedokteran EGC: Jakarta