LP RBD.docx

15
LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN RISIKO BUNUH DIRI A. DEFINISI 1. Menurut Clinton, bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka atau menyakiti diri sendiri (Yosep, 2011). 2. Upaya bunuh diri adalah suatu tindakan bunuh diri yang gagal dilakukan atau tidak berhasil dilakukan sampai selseai. Pada jenis yang terakhir, individu tidak menyelesaikan tindakan bunuh diri karena berhasil ditolong orang lain, atau tindakan bunuh diri selesai dilakukan, tetapi individu berhasil diselamatkan. Bunuh diri melibatkan ambivalensi antara keinginan untuk mati (Videbeck,S L., 2008). 3. Menurut Stuard dan Sundeen (1995) bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami risiko untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Bunuh diri ini adalah perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai suatu yang diinginkan. Ungkapan bunuh diri dapat dibedakan menjadi 3, yaitu : 1) suicide attemp atau upaya bunuh diri adalah dengan

Transcript of LP RBD.docx

LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN RISIKO BUNUH DIRI

A. DEFINISI1. Menurut Clinton, bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka atau menyakiti diri sendiri (Yosep, 2011).2. Upaya bunuh diri adalah suatu tindakan bunuh diri yang gagal dilakukan atau tidak berhasil dilakukan sampai selseai. Pada jenis yang terakhir, individu tidak menyelesaikan tindakan bunuh diri karena berhasil ditolong orang lain, atau tindakan bunuh diri selesai dilakukan, tetapi individu berhasil diselamatkan. Bunuh diri melibatkan ambivalensi antara keinginan untuk mati (Videbeck,S L., 2008).3. Menurut Stuard dan Sundeen (1995) bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami risiko untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Bunuh diri ini adalah perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai suatu yang diinginkan. Ungkapan bunuh diri dapat dibedakan menjadi 3, yaitu : 1) suicide attemp atau upaya bunuh diri adalah dengan sengaja melakukan kegiatan tersebut, bila dilakukan sampai tuntas akan menimbulkan kematian 2) suicide gesture atau isyarat bunuh diri adalah bunuh diri yang direncanakan untuk usaha mempengaruhi perilaku orang lain 3) suicide threat atau ancaman bunuh diri adalah suatu peringatan baik secara langsung atau tidak langsung, verbal atau tidak verbal bahwa seseorang sedang mengupayakan bunuh diri (Yosep, 2011).B. KLASIFIKASIPerilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori (Stuart, 2006):1. Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa seseorang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang ingin bunuh diri mungkin mengungkapkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mengomunikasikan secara non verbal. 2. Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.3. Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh diri akan terjadi jika tidak ditemukan tepat pada waktunya. Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh diri, meliputi:1. Bunuh diri anomik Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh faktor lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong seseorang untuk bunuh diri. 2. Bunuh diri altruistikBunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya. 3. Bunuh diri egoistikBunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor dalam diri seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.C. RENTANG RESPONRENTANG RESPON PROTEKTIF DIRI

Respon AdaptifRespon Maladaptif

Peningkatan diriBeresiko destruktifPerilaku destruktif diri tidak langsungPencederaan diriBunuh diri

Rentang respon protektif diri menurut Keliat (1999) : 1. Peningkatan diri Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh seseorang mempertahankam diri dari pendapatnya yang berbeda mengenal loyalitas terhadap pemimpin di tempat kerjanya.2. Beresiko destruktifSeseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat kerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal. 3. Perilaku destruktif diri tidak langsungSeseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladptive) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal. 4. Pencederaan diriSeseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.5. Bunuh diriSeseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang (Direja, 2011).D. ETIOLOGI1. Stressor pencetus secara umum Stressor pencetus bunuh diri sebagian besar adalah kejadian memalukan, masalah interpersonal, dipermalukan di depan umum, kehilangan pekerjaan, ancaman penjara dan yang paling penting adalah mengetahui cara-cara bunuh diri. Faktor resiko secara psikososial : putus asa, ras, jenis kelamin laki-laki, lansia, hidup sendiri, klien yang memiliki riwayat pernah mencoba bunuh diri, riwayat keluarga bunuh diri, riwayat keluarga adiksi obat, diagnostic : penyakit kronis, psikosis, penyalahgunaan zat. 2. Faktor yang mempengaruhi bunuh diria. Faktor PredisposisiBerbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor predisposisi, artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu :1) PsikologisKegagalan yang di alami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau saksi penganiayaan. 2) PerilakuReinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan dirumah atau di luar rumah. Semua aspek ini menstimulasi individu untuk mengadopsi perilaku kekerasan.3) Social budayaBudaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dari control social yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permissive)4) BioneurologisBanyak pendapat bahwa kerusakan lobus frontalis, lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter juga berperan dalam perilaku kekerasan. 5) Diagnostik psikiatrik Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tipe gangguan jiwa yang membuat individu beresiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, skizofrenia.6) Sifat kepribadianTiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri adalah antipasti, impulsive dan depresi7) Lingkungan psikososialFactor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan social, kejadian-kejadian negative dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan atau bahkan perceraian,kekuatan dukungan social sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah, respon seseorang dalam menghadapi masalah tersebut , dan lain-lain.8) Riwayat keluarga Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri9) Faktor biokimiaData menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti serotonin, adrenalin dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui rekam gelombang Electro Enchepalo (EEG) b. Faktor PresipitasiFaktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi yang yang rebut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang di cintai / pekerjaan dan kekerasan merupakan factor penyebab yang lain. Interaksi social yang provokatif dan konflik dapat memicu perilaku kekerasan. Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan. Factor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut bisa sangat rentan. c. Faktor faktor lain yang mempengaruhi bunuh diri 1) Faktor mood dan biokimiawi otakGhanshyam Pandey beserta timnya dari university of Illinois, Chicago, menemukan bahwa aktivitas enzim di dalam pikiran manusia bisa memperngaruhi mood yang memicu keinginan mengakhiri nyawanya sendiri. Pandey mengetahui fakta tersebut setelah melakukan eksperimen terhadap 34 remaja yang 17 diantaranya meninggal akibat bunuh diri. Ditemukan bahwa tingkat aktivitas protein kinase C ( PKC ) pada otak pelaku bunuh diri lebih rendah dibanding mereka yang meinggal bukan karena bunuh diri. Temuan yang dipublikasikan di Jurnal Achives of General Psychiatry menyatakan PKC merupakan komponen yang berperan dalam komunikasi sel, terhubung erat dengan gangguan mood seperti depresi masa lalu.Psikolog dari Benefit Strategic HRD Hj. Roswita mengatakan, depresi berat menjadi penyebab utama. Depresi timbul, karena pelaku tidak kuat menanggung beban permasalahan yang menimpa. Karena terus menerus mendapat tekanan, permasalahan klien menumpuk dan puncaknya memicu keinginan bunuh diri.2) Faktor riwayat gangguan mental Pandey dan timnya sangat tertarik untuk mengetahui kaitan lain antara PKC dengan kasus bunuh diri di kalangan remaja belasan tahun. Dari 17 remaja yang meninggal akibat bunuh diri, Sembilan di antaranya memiliki sejarah gangguan mental. Delapan yang lain tidak mempunyai riwayat gangguan psikis, namun dua diantaranya mempunyai sejarah kecanduan alcohol dan obat terlarang. 3) Faktor meniru, imitasi dan pembelajaranGangguan kejiwaan memang dipengaruhi pula oleh factor genetic. Tidak secara otomatis tetapi melalui proses yang berlangsung secara genetic yang mempengaruhi proses biologis juga. Dalam kasus bunuh diri, dikatakan ada proses pembelajaran. Para korban memiliki pengalaman dari salah satu keluarganya yang pernah melakukan percobaan bunuh diri atau meninggal karena bunuh diri. Tidak hanya itu bisa juga terjadi pembelajaran dari pengetahuan lainnya . 4) Faktor Isolasi social dan Human RelationsOrang memilih bunuh diri secara umum oleh stress dikarenakan kegagalan beradaptasi. Ini dapat terjadi di lingkungan, keluarga, sekolah, pergaulan dalam masyarakat,dan sebagainya. Demikian pula bila seseorang merasa terisolasi, kehilangan hubungan atau terputusnya hubungan dengan orang yang disayangi. Padahal hubungan interpersonal merupakan sifat alami manusia. Bahkan bunuh diri bisa dikarenakan karena perasaan bersalah. Suami membunuh istri, kemudian dilanjutkan dengan membunuh dirinya sendiri, bisa dijadikan contoh kasus 5) Faktor Hilangnya rasa aman dan ancaman kebutuhan dasarRasa tidak aman merupakan penyebab terjadinya banyak kasus bunuh diri di Jakarta dan sekitarnya akhir-akhir ini. Tidak adanya rasa aman untuk menjalankan usaha bagi warga serta ancaman terhadap tempat tinggal mereka berpotensi kuat memunculkan gangguan kejiwaan seseorang hingga tahap bunuh diri. 6) Faktor Religiusitas Bunuh diri merupakan sebagai gejala tipisnya iman atau kurang begitu memahami ilmu agama. Memperkuat keimanan dan pendalaman masalah keagamaan salah satu jalan keluarnya. Dengan alasan apapun dan di agama mana pun, bunuh diri di pandang dosa besar dan mengingkari kekuasaan Tuhan. Di Eropa, Swiss, Negara yang tergolong paling makmur itu, bunuh diri menempati urutan ketiga di banding kematian yang disebabkan oleh kanker. Ironisnya pelaku lebih banyak dari kalangan terdidik ketimbang awam. Secara global, jumlah angka bunuh diri terus meningkat. Kenyataan tingginya angka bunuh diri di Negara maju itu menyiratkan, dengan kehidupan spiritualis yang porak poranda, kasus bunuh diri sangat signifikan. Di jerman barat, kematian lewat bunuh diri mencapai 6000 orang tiap tahun. Begitulah nuansa kehidupan kalangan orang yang tidak mempercayai adanya Tuhan sebagai pengatur seluruh alam semesta dan hidup ini.E. MANIFESTASI KLINISMenurut Direja (2011) Tanda Gejala Resiko Bunuh Diri adalah sebagai berikut:1. Observasi Muka merah Pandangan tajam Otot tegang Nada suara tinggi Berdebat Sering pula tampak klien memaksakan kehendak (memukul jika tidak senang).2. Wawancara: Mempunyai ide untuk bunuh diri Mengungkapkan keinginan untuk mati, mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan, impulsive, dan memiliki riwayat percobaan bunuh diri Verbal terselubung (bebicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis mematikan) Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah, dan mengasingkan diri) Kesehatan mental (secara klinis klien terlihat sebagai orang depresi, psikosis, dan menyalahgunakan alkohol). Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal) Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam karier) Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan) Konflik interpersonal Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecilF. SKALA PENILAIAN BUNUH DIRI1. SAD PERSONS Sex (Jenis Kelamin)Pria memiliki angka bunuh diri tiga kali lebih tinggi karena mereka menggunakan cara yang lebih mematikan untuk bunuh diri Age (Usia)Remaja, usia pertengahan (45 tahun), dan lebih dari 65 tahun Depression (Depresi)25%-80% individu yang berudaha bunuh diri mengalami gangguan mood Previous attempts (upaya sebelumnya)50-80% individu yang berhasil bunuh diri pernah berusaha melakukan bunuh diri minimal satu kali sebelumnya Etoh20-90% bunuh diri yang berhasil dilakukan dikaitkan dengan penyalahgunaan obat atau alkohol berat Rational thought loss (kehilangan pikiran rasional)Psikosis meningkatkan risiko bunuh diri Social support,lack (tidak ada dukungan sosial)Tidak adanya dukungan dari kerabat, teman, praktik keagamaan, dan kepuasan pekerjaan meningkatkan risiko bunuh diri Organized plan (rencana terorganisasi)Metode,waktu, tanggal,tempat, fantasi tentang pemakaman dan duka cita orang terdekat No Significant other (tidak ada ruang terdekat)Individu yang masih sendiri, janda/duda, cerai dan berpisah memiliki risiko lebih tinggi untuk bunuh diri Sickness (penyakit)Penyakit terminal, penyakit yang menimbulkan nyeri, dan penyakit yang melemahkan meningkatkan risiko bunuh diriPoinPanduan

0-2Dapat tinggal di rumah dengan dukungan orang terdekat dan terapi rawat jalan

3 atau 4Dukungan orang terdekat dengan asuhan rawat jalan yang lebih intens;dapat mempertimbangkan hospitalisasi

5 atau 6Hospitalisasi sangat dipertimbangkan

>7Hospitalisasi direkomendasikan

(Videbeck,S L., 2008).G. PENATALAKSANAAN

H. POHON MASALAH

I. ASUHAN KEPERAWATAN1. PENGKAJIANData yang perlu dikumpulkan saat pengkajian :a. Riwayat masa lalu : Riwayat percobaan bunuh diri dan mutilasi diri Riwayat keluarga terhadap bunuh diri Riwayat gangguan mood, penyalahgunaan NAPZA dan skizofrenia Riwayat penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik. Klien yang memiliki riwayat gangguan kepribadian boderline, paranoid, antisosial Klien yang sedang mengalami kehilangan dan proses berdukab. Symptom yang menyertainyaApakah klien mengalami : Ide bunuh diri Ancaman bunh diri Percobaan bunuh diri Sindrome mencederai diri sendiri yang disengaja Derajat yang tinggi terhadap keputusasaan, ketidakberdayaan dan anhedonia dimana hal ini merupakan faktor krusial terkait dengan resiko bunuh diri.Bila individu menyatakan memiliki rencana bagaimana untuk membunuh diri mereka sendiri. Perlu dilakukan penkajian lebih mendalam lagi diantaranya : Cari tahu rencana apa yang sudah di rencanakan Menentukan seberapa jauh klien sudah melakukan aksinya atau perencanaan untuk melakukan aksinya yang sesuai dengan rencananya. Menentukan seberapa banyak waktu yang di pakai pasien untuk merencanakan dan mengagas akan suicide Menentukan bagaiamana metoda yang mematikan itu mampu diakses oleh klien.Hal hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan pengkajian tentang riwayat kesehatan mental klien yang mengalami resiko bunuh diri : Menciptakan hubungan saling percaya yang terapeutik Memilih tempat yang tenang dan menjaga privacy klien Mempertahankan ketenangan, suara yang tidak mengancam dan mendorong komunikasi terbuka. Menentukan keluhan utama klien dengan menggunakan kata-kata yang dimengerti klien Mendiskuiskan gangguan jiwa sebelumnya dan riwayat pengobatannya Mendaptakan data tentang demografi dan social ekonomi Mendiskusikan keyakinan budaya dan keagamaan Peroleh riwayat penyakit fisik klien2. 3. ..J. DAFTAR PUSTAKAKeliat B., A. 1999. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC.Stuart G., W., Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 thed.). St.Louis Mosby Year Book.Direja, A., H., Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama Videbeck, S., L. 2008.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.