Lp Pneumonia

49
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PNEUMONIA DI RUANG RAWAT INAP SAKURA RSD dr. SOEBANDI JEMBER disusun guna memenuhi tugas pada Program Pendidikan Profesi Ners (P3N) Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB) oleh Andriyani Dwi Wardani, S.Kep. NIM 092311101075

description

Tugas Keperawatan

Transcript of Lp Pneumonia

Page 1: Lp Pneumonia

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PNEUMONIA DI RUANG

RAWAT INAP SAKURA RSDdr. SOEBANDI JEMBER

disusun guna memenuhi tugas pada Program Pendidikan Profesi Ners (P3N) Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB)

olehAndriyani Dwi Wardani, S.Kep.

NIM 092311101075

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERSPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER2016

Page 2: Lp Pneumonia

1. Anatomi Paru

Paru manusia terbentuk setelah embrio mempunyai panjang 3 mm.

Pembentukan paru di mulai dari sebuah Groove yang berasal dari Foregut.

Selanjutnya pada Groove ini terbentuk dua kantung yang dilapisi oleh suatu

jaringan yang disebut Primary Lung Bud. Bagian proksimal foregut membagi diri

menjadi 2 yaitu esophagus dan trakea.

Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya

berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru

terbagi menjadi dua yaitu, paru kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai

tiga lobus sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus. Kelima lobus tersebut

dapat terlihat dengan jelas. Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa sub

bagian menjadi sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary

segments. Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut

mediastinum. Paru-paru dibungkus oleh selaput tipis yaitu pleura. Pleura terbagi

menjadi pleura viseralis dan pleura pariental. Pleura viseralis yaitu selaput yang

langsung membungkus paru, sedangkan pleura parietal yaitu selaput yang

menempel pada rongga dada. Diantara kedua pleura terdapat rongga yang disebut

kavum pleura (Guyton, 2007).

Gambar 1. Anatomi Paru

Page 3: Lp Pneumonia

Pada perkembangan selanjutnya trakea akan bergabung dengan primary lung

bud. Primary lung bud merupakan cikal bakal bronchi dan cabang-cabangnya.

Bronchial-tree terbentuk setelah embrio berumur 16 minggu, sedangkan alveoli

baru berkembang setelah bayi lahir dan jumlahnya terus meningkat hingga anak

berumur 8 tahun. Ukuran alveoli bertambah besar sesuai dengan perkembangan

dinding toraks. Jadi, pertumbuhan dan perkembangan paru berjalan terus menerus

tanpa terputus sampai pertumbuhan somatic berhenti.

Gambar 2. Anatomi Paru-paru

Saluran pernafasan terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, faring, laring,

trakea, dan paru. Laring membagi saluran pernafasan menjadi 2 bagian, yakni

saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah. Pada pernafasan melalui

paru-paru atau pernafasan external, oksigen dihirup melalui hidung dan mulut.

Pada waktu bernafas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke alveoli

dan dapat erat hubungan dengan darah didalam kapiler pulmunaris.

Hanya satu lapis membran yaitu membran alveoli, memisahkan oksigen dan

darah oksigen menembus membran ini dan diserap oleh hemoglobin sel darah

merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa didalam arteri kesemua bagian

Page 4: Lp Pneumonia

tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada

tingkat ini hemoglobinnya 95%. Di dalam paru-paru, karbon dioksida, merupakan

salah satu hasil buangan. Metabolisme menembus membran alveoli, kapiler dari

kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronchial, trakea, dinafaskan

keluar melalui hidung dan mulut.

2. Fisiologi Paru

Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan

normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga

paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan

antara paru-paru dan dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer (Guyton,

2007). Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan

atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi

jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon

dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan metabolisme

seseorang, tapi pernafasan harus tetap dapat memelihara kandungan oksigen dan

karbon dioksida tersebut. Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa

yang menyempit (bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-

paru utama (trachea). Pipa tersebut berakhir di gelembung gelembung paru-paru

(alveoli) yang merupakan kantong udara terakhir dimana oksigen dan

karbondioksida dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Ada lebih dari

300 juta alveoli di dalam paru-paru manusia bersifat elastis. Ruang udara

tersebut dipelihara dalam keadaan terbuka oleh bahan kimia surfaktan yang dapat

menetralkan kecenderungan alveoli untuk mengempis. Untuk melaksanakan

fungsi tersebut, pernafasan dapat dibagi menjadi empat mekanisme dasar

(Guyton, 2007), yaitu:

a. Ventilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya

udara antara alveoli dan atmosfer

b. Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah

Page 5: Lp Pneumonia

c. Transport dari oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh

ke dan dari sel

d. Pengaturan ventilasi

Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yang

terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Seperti yang

telah diketahui, dinding toraks berfungsi sebagai penembus. Selama inspirasi,

volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat

kontraksi beberapa otot yaitu sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke

atas dan otot seratus, skalenus dan interkostalis eksternus mengangkat iga-iga

(Price, 2004).

Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat

elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus

relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam

rongga toraks, menyebabkan volume toraks berkurang. Pengurangan volume

toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal.

Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga

udara mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi

sama kembali pada akhir ekspirasi (Price, 2004).

Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas

melintasi membrane alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 μm).

Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara

darah dan fase gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfir pada permukaan laut

besarnya sekitar 149 mmHg. Pada waktu oksigen diinspirasi dan sampai di

alveolus maka tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekiktar

103 mmHg. Penurunan tekanan parsial ini terjadi berdasarkan fakta bahwa udara

inspirasi tercampur dengan udara dalam ruangan sepi anatomic saluran udara dan

dengan uap air. Perbedaan tekanan karbondioksida antara darah dan alveolus

yang jauh lebih rendah menyebabkan karbondioksida berdifusi kedalam alveolus.

Karbondioksida ini kemudian dikeluarkan ke atmosfir (Price, 2004).

Page 6: Lp Pneumonia

Gambar 3. Gambar C menunjukkan Pertukaran Gas di Alveolus

Dalam keadaan beristirahat normal, difusi dan keseimbangan oksigen di

kapiler darah paru-paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari total

waktu kontak selama 0,75 detik. Hal ini menimbulkan kesan bahwa paru-paru

normal memiliki cukup cadangan waktu difusi. Pada beberapa penyakit misal;

fibosis paru, udara dapat menebal dan difusi melambat sehingga ekuilibrium

mungkin tidak lengkap, terutama sewaktu berolahraga dimana waktu kontak total

berkurang. Jadi, blok difusi dapat mendukung terjadinya hipoksemia, tetapi tidak

diakui sebagai faktor utama (Pearce, 2013).

3. Sistem Pertahanan Paru

Paru-paru mempunyai pertahanan khusus dalam mengatasi berbagai

kemungkinan terjadinya kontak dengan aerogen dalam mempertahankan tubuh.

Sebagaimana mekanisme tubuh pada umumnya, maka paru-paru mempunyai

pertahanan seluler dan humoral. Beberapa mekanisme pertahanan tubuh yang

penting pada paru-paru dibagi atas (Pearce, 2013) :

1. Filtrasi udara

Partikel debu yang masuk melalui organ hidung akan :

a) Yang berdiameter 5-7 μ akan tertahan di orofaring.

Page 7: Lp Pneumonia

b) Yang berdiameter 0,5-5 μ akan masuk sampai ke paru-paru

c) Yang berdiameter 0,5 μ dapat masuk sampai ke alveoli, akan tetapi dapat

pula di keluarkan bersama sekresi.

2. Mukosilia

Baik mucus maupun partikel yang terbungkus di dalam mucus akan

digerakkan oleh silia keluar menuju laring. Keberhasilan dalam mengeluarkan

mucus ini tergantung pada kekentalan mucus, luas permukaan bronkus dan

aktivitas silia yang mungkin terganggu oleh iritasi, baik oleh asap rokok,

hipoksemia maupun hiperkapnia.

3. Sekresi Humoral Lokal

zat-zat yang melapisi permukaan bronkus antara lain, terdiri dari :

a) Lisozim, dimana dapat melisis bakteri

b) Laktoferon, suatu zat yang dapat mengikat ferrum dan bersifat

bakteriostatik

c) Interferon, protein dengan berat molekul rendah mempunyai kemampuan

dalam membunuh virus.

d) Ig A yang dikeluarkan oleh sel plasma berperan dalam mencegah

terjadinya infeksi virus. Kekurangan Ig A akan memudahkan terjadinya

infeksi paru yang berulang.

4. Fagositosis

Sel fagositosis yang berperan dalam memfagositkan mikroorganisme dan

kemudian menghancurkannya. Makrofag yang mungkin sebagai derivate monosit

berperan sebagai fagositer. Untuk proses ini diperlukan opsonim dan komplemen.

Faktor yang mempengaruhi pembersihan mikroba di dalam alveoli adalah :

a) Gerakan mukosiliar.

b) Faktor humoral lokal.

c) Reaksi sel.

d) Virulensi dari kuman yang masuk.

e) Reaksi imunologis yang terjadi.

f) Berbagai faktor bahan-bahan kimia yang menurunkan daya tahan paru,

seperti alkohol, stress, udara dingin, kortekosteroid, dan sitostatik.

Page 8: Lp Pneumonia

4. Konsep pneumonia

a. Definisi

Pneumonia atau radang paru-paru ialah inflamasi paru-paru yang

disebabkan oleh bakteria, virus atau fungi (Mansjoer, 2000). Pneumonia adalah

suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian

rongga alveoli oleh eksudat sehingga pertukaran gas tidak dapat berlangsung

pada daerah ygang mengalami konsolidasi dan darah dialirkan ke sekitar alveoli

yang tidak berfungsi (Soemantri, 2007). Pneumonia disebabkan oleh bermacam-

macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur atau oleh benda asing Pneumonia

merupakan peradangan akut pada paru-paru dengan akumulasi eksudat di dalam

alveoli dan saluran pernafasan yang mengganggu proses pernafasan (Smeltzer,

2001). Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari

bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru

dan gangguan pertukaran gas setempat (Dahlan, 2007). Oleh karena itu,

berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pneumonia adalah

inflamasi paru-paru yang disebabkan oleh bakteria, virus atau fungi yang

mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus respiratorius dan alveoli, dimana

terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat

sehingga pertukaran gas tidak dapat berlangsung.

Gambar 2. Pneumonia

Page 9: Lp Pneumonia

b. Penyebab

Penyebab utama pneumonia adalah bakterial dan atipikal (Baughman,

2000). Pneumonia bakteri ditandai oleh eksudat intraalveolar supuratif disertai

konsolidasi, kebanyakan disebabkan oleh bakteri Pneumonia pneumococcus

(Soemanti, 2007). Menurut WHO (2014) penyebab pneumonia kedua setelah

Pneumonia pneumococcus adalah haemophilus influenzae tibe b (HIB),

kemudian pada bayi yang terinfeksi HIV penyebabnya adalah Pneumocystis

jiroveci.

Penyebab Pneumonia menurut Misnadiarly (2007):

a. Bakteri :

1) Gram positif: Streptococcus Pneumoniae (Pneumococcal

Pneumonia), Staphylococcus Aureus.

2) Gram negatif: Haemophilus Influenzae, Pseudomonas Aeruginosa,

Klebsiella Pneumoniae (Friedlender’s Bacillus).

3) Anaerobik: Anaerobic Streptococcus, Fusobacteria, Bacteroides

Species.

4) Atipikal: Legionella Pneumophila, Mycoplasma Pneumoniae

b. Virus : Influenza, Parainfluenza, Adenovirus.

c. Jamur : Candidiasis, Blastomycosis, Cryptococcosis, Histoplasmosis,

Coccidioidomycosis.

d. Aspirasi : Makanan, Cairan, Muntah.

e. Inhalasi : Racun atau bahan kimia (Polivinilpirolidin, Gumma

Arabikum, Berillium, Uap air raksa), rokok, debu dan gas.

Pada umumnya pneumonia termasuk kedalam penyakit menular yang

ditularkan melalui udara. Sumber penularan adalah penderita pneumonia yang

menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk atau bersin dalam bentuk droplet.

Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman penyebab pneumonia

kedalam saluran pernapasan yaitu bersama udara yang dihirup, di samping itu

Page 10: Lp Pneumonia

terdapat juga cara penularan langsung yaitu melalui percikan droplet yang

dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara kepada orang di

sekitar penderita, transmisi langsung dapat juga melalui ciuman, memegang dan

menggunakan benda yang telah terkena sekresi saluran pernapasan penderita

(WHO, 2014).

c. Klasifikasi

1) Berdasarkan umur

a. Kelompok umur < 2 bulan

1) Pneumonia berat

Bila disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti menyusu

(jika sebelumnya menyusu dengan baik), kejang, rasa kantuk yang tidak

wajar atau sulit bangun, stridor pada anak yang tenang, mengi, demam

(38ºC atau lebih) atau suhu tubuh yang rendah (di bawah 35,5 ºC),

pernapasan cepat 60 kali atau lebih per menit, penarikan dinding dada

berat, sianosis sentral (pada lidah), serangan apnea, distensi abdomen dan

abdomen tegang.

2) Bukan pneumonia

Jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per menit

dan tidak terdapat tanda pneumonia seperti di atas.

b. Kelompok umur 2 bulan sampai < 5 tahun

1) Pneumonia sangat berat

Batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis

sentral, tidak dapat minum, adanya penarikan dinding dada, anak kejang

dan sulit dibangunkan.

2) Pneumonia berat

Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada, tetapi

tidak disertai sianosis sentral dan dapat minum.

3) Pneumonia

Page 11: Lp Pneumonia

Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa

penarikan dinding dada.

4) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)

Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau

penarikan dinding dada.

5) Pneumonia persisten

Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah

diobati selama 10-14 hari dengan dosis antibiotik yang kuat dan antibiotik

yang sesuai, biasanya terdapat penarikan dinding dada, frekuensi

pernapasan yang tinggi, dan demam ringan.

2) Berdasarkan penyebab

Tabel 2.1. Klasifikasi Pneumonia Berdasarkan Etiologinya

Grup Penyebab Tipe PneumoniaBakteri Streptokokus pneumonia

Streptokokus piogenesisStafilokokus aureus

Klebsiela pneumoniaEserikia koli

Yersinia pestisLegionnaires bacillus

Pneumoni bakterialLegionnaires disease

Aktinomisetes Aktinomisetes IsraeliNokardia asteroides

Aktinomisetes pulmonalNokardia pulmonal

Fungi Kokidioides imitisHistoplasma kapsulatumBlastomises dermatitidis

AspergilusFikomisetes

KokidioidomikosisHistoplasmosisBlastomikosisAspergilosis

MukormikosisRiketsia Koksiela burneti Q feverKlamidia Chlamydia trachomatis Chlamydial PneumoniaMikoplasma Mikoplasma pneumonia Pneumonia mikoplasmalVirus Influenza virus, adeno

Virus respiratorySyncytial

Pneumonia virus

Pneumonia dapat diklasifiasikan menjadi 3, yaitu:

1. Berdasarkan klinis dan epidemologi :

Page 12: Lp Pneumonia

a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia), pneumonia

menular pada orang yang belum atau baru saja dirawat di rumah sakit

dapat disebabkan oleh bakteri,virus maupun jamur.

b. Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia atau

nosokomial pneumonia) adalah pneumonia diperoleh selama atau

setelah rawat inap untuk penyakit lain atau prosedur dengan onset

setidaknya 72 jam setelah masuk

c. Pneumonia aspirasi

2. Berdasarkan bakteri penyebab

a. Pneumonia backerial atau tipikal, beberapa bakteri misalnya

Klebsiella pada penderita alkoholik, Staphyllococcus pada penderita

pasca infeksi influenza.

b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan

Chlamydia

c. Pneumonia virus, disebabkan oleh virus influenza

d. Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi

terutama pada penderita dengan daya tahan lemah

(immunocompromised) disebabkan oleh Aspergillus Fumigatus

3.Berdasarkan predileksi infeksi

a. Pneumonia lobaris, seluruh lobus mengalami konsolidasi, eksudat

terutama terdapat intra alveolar. Pneumococcus dan Klebsiella

merupakan organism penyebab tersering.

b. Bronkopneumonia, ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada

lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus.

c. Pneumonia interstisial, melibatkan daerah di antara alveoli dan dapat

disebut "pneumonitis interstisial." Hal ini lebih cenderung disebabkan

oleh virus atau oleh bakteri atipikal

Page 13: Lp Pneumonia

d. Tanda dan gejala

a. Gejala

Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran

napas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil,

suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40 derajat celcius, sesak napas, nyeri

dada dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga

hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut,

kurang nafsu makan, dan sakit kepala (Misnadiarly, 2008).

b. Tanda

Menurut Misnadiarly (2008), tanda-tanda penyakit pneumonia pada balita

antara lain :

1) Batuk nonproduktif

2) Ingus (nasal discharge)

3) Suara napas lemah

4) Penggunaan otot bantu napas

5) Demam

6) Cyanosis (kebiru-biruan)

7) Thorax photo menujukkan infiltrasi melebar

8) Sakit kepala

9) Kekakuan dan nyeri otot

10) Sesak napas

11) Menggigil

12) Berkeringat

13) Lelah

14) Terkadang kulit menjadi lembab

15) Mual dan muntah

Page 14: Lp Pneumonia

e. Patofisiologi

Pneumonia atau radang paru-paru ialah inflamasi paru-paru yang

disebabkan oleh bakteria, virus atau fungi. Pneumonia dapat terjadi akibat

menghirup bibit penyakit di udara atau kuman di tenggorokan terisap masuk ke

paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka di tempat lain, misalnya

di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit penyakit) yang masuk akan

dilawan oleh berbagai sistem pertahanan tubuh manusia. Misalnya, dengan batuk-

batuk atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan lendir tenggorokan, hingga

gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk mengeluarkan mukus (lendir) tersebut

keluar pada saat itu terjadi proses peradangan. Lobus bagian bawah paru-paru

paling sering terkena karena efek gravitasi. Setelah mencapai alveoli, maka

pneumokokus menimbulkan respon yang khas terdiri dari empat tahap yang

berurutan (Price, 2005) :

a. Kongesti (24 jam pertama): Merupakan stadium pertama, eksudat yang kaya

protein keluar masuk ke dalam alveolar melalui pembuluh darah yang

berdilatasi dan bocor, disertai kongesti vena. Paru menjadi berat, edematosa

dan berwarna merah.

b. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya): Terjadi pada stadium kedua, yang

berakhir setelah beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masif dalam

ruang alveolar, bersama-sama dengan limfosit dan magkrofag. Banyak sel

darah merah juga dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang

menutupi diselimuti eksudat fibrinosa, paru-paru tampak berwarna

kemerahan, padat tanpa mengandung udara, disertai konsistensi mirip hati

yang masih segar dan bergranula (hepatisasi = seperti hepar).

c. Hepatisasi kelabu (3-8 hari): Pada stadium ketiga menunjukkan akumulasi

fibrin yang berlanjut disertai penghancuran sel darah putih dan sel darah

merah. Paru-paru tampak kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin

mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.

d. Resolusi (8-11 hari): Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis dan

direabsorbsi oleh makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi, dengan

Page 15: Lp Pneumonia

mempertahankan arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga jaringan

kembali pada strukturnya semula.

Akibat dari masuknya mukus ke dalam alveoli terjadi peningkatan

konsentrasi protein cairan alveoli sehingga menyebabkan tekanan hidrostatik

meningkat dan tekanan osmosis meningkat dan terjadi penurunan difusi sehingga

terjadi akumulasi cairan pada alveoli yang akan menekan saraf dan menyebabkan

timbulnya nyeri pleuritik. Akumulasi cairan pada alveoli akan menyebabkan

terjadinya gangguan pertukaran gas. Eksudat yang masuk ke dalam alveoli akan

menyebabkan konsolidasu di alveoli yang kemudian menyebabkan terjadi

comience paru menurun sehingga supai oksigen menurun yang menimbulkan

terjadinya gangguan pola nafas dan intoleransi aktivitas. Proses peradangan juga

akan menyebabkan peningkatan suhu sehingga muncul masalah keperawatan

hipertermi. Penumpukan sekret akan terakumulasi di jalan nafas sehingga timbul

masalah keperawatan bersihan jalan tidak efektif. Jika sputum masuk ke lambung

akan terjadi peningkatan asam basa yang dapat menimbulkan mual dan muntah.

f. Komplikasi

Menurut Betz dan Sowden (2002) komplikasi yang sering terjadi

menyertai pneumonia adalah:

a. abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang,

b. efusi pleural adalah terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura,

c. empiema adalah efusi pleura yang berisi nanah,

d. gagal nafas,

e. endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial,

f. meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak,

g. pneumonia interstitial menahun,

h. atelektasis adalah (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi

karena obstruksi bronkus oleh penumukan sekresi

Page 16: Lp Pneumonia

g. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah (Soemantri, 2007):

a. Chest X-ray, teridentifikasi penyebaran dan menunjukan multiple abses

atau infiltrate.

b. Pewarnaan gram dilakukan dengan melakukan biopsy dan biopsy paru

terbuka untuk mengeluarkan organisme penyebab

c. Tes serologi, membantu membedakan diagnosis padaorganisme secara

spesifik

d. Pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan leukositosis umumnya menandai

adanya infeksi bakteri

e. Analisa gas darah, dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan

kebutuhan oksigen

f. LED, terjadi peningkatan

g. Pemeriksaan fungsi paru dapat muncul volume mungkin menurun,

tekanan saluran udara meningkat dan kapasitas pemenuhan udara

menurun, hipoksemia

Gambar 3. Rontgen pneumonia pada paru-paru

Page 17: Lp Pneumonia

h. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis

a. Pemberian antibiotik

Penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bias diberikan antibiotik

per-oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah seperti penicillin,

cephalosporin. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak

nafas atau dengan penyakit jantung atau paru-paru lainnya, harus

dirawat dan antibiotic diberikan melalui infus. Mungkin perlu

diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas

mekanik.

b. Antibiotik misalnya ampisilin, kloramfenikol, sefatoksin, amkasin

c. Pemberian antipiretik, analgetik, bronchodilator

d. Pemberian O2

e. Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi

2. Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan untuk  pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai

yang ditentukan oleh pemeriksaan sputum mencakup :

a. Oksigenasi 1-2 L/menit.

b. Humidifikasi dengan nebulizer

c. Fisioterapi dada

d. Pengaturan cairan

e. Pendidikan kesehatan terkait pneumonia

Page 18: Lp Pneumonia

i. Pathways

Etiologi : jamur, bakteri ,virus protozoa dll

Terhirup/teraspirasi

Masuk ke paru-paru > alveoli

Proses peradangan

Kerja sel goblet me

Produksi sputum

Eksudat dan serous masuk kedalam alveoli

SDM dan leukosit mengisi alveoli

Konsolidasi di alveoli

Complience paru menurun

Suplai O2 menurun

peningkatan konsentrasi protein cairan alveoli

Tekanan hidrostatik , tekanan osmosis meningkat

Difusi

Akumulasi cairan di alveoli

Hipertermi

Akumulasi sputum dijalan napas

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Intolerasi aktivitas

Gangguan pertukaran gas

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

Gangguan pertukaran gas

Hipoksia Jaringan

Penurunan Saturasi O2

Gangguan pertukaran gas

InfeksiPeningkatan suhu tubuh

Cairan menekan saraf

Nyeri akut

Page 19: Lp Pneumonia

j. Asuhan keperawatan

1. Pengkajian Umum

a. Identitas klien

Nama: mengetahui identitas klien

Umur dan tanggal lahir: dapat terjadi pada semua usia meningkat pada usia

rentan yaitu bayi dan lansia.

Jenis kelamin: bisa terjadi pada laki-laki dan perempuan

Suku bangsa: dapat terjadi pada semua suku bangsa

Pekerjaan: pekerjaan yang meningkatkan pneumonia dapat memicu lebih

banyak terjadinya misalnya pekerjaan yang setiap hari terpapar dengan

AC, lingkungan udara yang kurang sehat.

Pendidikan: pendidikan menentukan pengetahuan dalam memahami proses

penyakit

Status menikah: dukungan dari istri/suami dapat mempercepat proses

penyembuhan dari pada klien yang hidup sendiri

Alamat: mengetahui identitas klien

Tanggal MRS: mengetahui identitas klien

Diagnosa medis: Pneumonia

b. Identitas penaggung jawab meliputi nama, umur, tanggal lahir, jenis

kelamin, alamat.

c. Alasan MRS dan Keluhan Utama: Tanyakan kepada pasien adanya

keluhan seperti sesak napas, demam tinggi, menggigil dan batuk. Adanya

keluhan nyeri dada, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, lemas,

dan kepala nyeri.

d. Riwayat penyakit sekarang: Informasi yang dapat diperoleh meliputi

informasi mengenai keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan tidak

berkurang setelah meminum obat batuk yang biasanya tersedia di pasaran.

Pada awalnya keluhan batuk yang tidak produktif, tapi selanjutnya akan

berkembang menjadi batuk produktif dengan mucus purulen kekuning-

kuningan, kehijau-hijauan, dan seringkali berbau busuk.

Page 20: Lp Pneumonia

e. Riwayat penyakit dahulu: penyakit kronik (misalnya ginjal, dan paru),

diabetes mellitus, imunosupresi (misalnya obat-obatan, HIV),

ketergantungan alkohol, aspirasi (misalnya epilepsi), penyakit virus yang

baru terjadi (misalnya influenza), malnutrisi, ventilasi mekanik,

pascaoperasi (Misnadirly, 2008).

f. Riwayat penyakit keluarga: tanyakan pada pasien apakah keluarga pasien

ada yang mengalami hal yang sama dengan pasien atau apakah keluarga

ada yang mengalami penyakit degeneratif.

g. Pola pemeliharaan kesehatan

Merupakan pola kesehatan yang sering dilakukan misalnya :

1. Kebiasaan minum alkohol

2. Kebiasaan merokok

3. Menggunakan obat-obatan

4. Aktifitas  atau olahraga

5. Stress 

h. Pengkajian Fisik (B1-B6)

Setelah melakukan anamnesa yang mengarah pada keluhan klien,

pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian

anamnesis. Pemeriksaan fisik dilakukan secara persistem (B1-B6) dengan

focus pada pemeriksaan B3 (brain) yang terarah dan dihubungkan dengan

keluhan-keluhan dari klien. Pemeriksaan fisik dimulai dengan memeriksa

TTV. Pada klien pneumonia biasanya didapatkan sesak nafas, peningkatan

suhu tubuh lebih dari normal yaitu 38-48 oC, kemerahan, panas, kulit kering,

dan berkeringat. Keadaan ini biasanya dihubungkan dengan proses inflamasi

dan iritasi alveoli yang sudah menggangu pusat pengatur suhu tubuh.

B1 (Breathing)

Inspeksi apakah terdapat batuk, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan

otot bantu nafas, dan peningkatan frekuensi pernafasan yang sering

didapatkan pada pasien pneumonia. Palpasi adanya ketidaksimetrisan

Page 21: Lp Pneumonia

pernapasan pada klien. Perkusi seluruh dada dan lapang paru untuk

menentukan letak gangguan di paru sebelah mana. Auskultasi bunyi napas

tambahan yaitu stridor maupun ronkhi pada pasien pneumonia untuk

menentukan pneumonia terletak pada lobus paru sebelah mana.

B2 (Blood)

Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokonstriksi, kualitas darah

menurun. Berhubungan dengan adanya agen asing yang masuk di dalam

tubuh.

B3 (Brain)

Pada klien dengan pneumonia pada fase akut dapat terjadi penurunan GCS,

refleks menurun atau normal, letargi. Terjadi karena virus atau bakteri di

dalam paru besirkulasi mengikuti aliran darah menuju sistem saraf pusat.

B4 (Bladder)

Pada pneumonia produksi dapat menurun atau normal. Observasi adanya

penurunan urin sebagai tanda terjadinya penurunan tekanan darah atau syok

hipovolemik.

B5 (Bowel)

Pneumonia kadang tidak mempengaruhi sistem pencernaan, feses normal atau

dapat terjadi mual dan muntah akibat terapi pengobatan dan anoreksia.

B6 (Bone)

Akibat gangguan pada ventilasi paru maka suplai O2ke jaringan juga

menurun mengakibatkan penurunan tonus otot dan nyeri otot. Kulit nampak

pucat, sianosis, banyak keingat, suhu kulit meningkat serta kemerahan.

Page 22: Lp Pneumonia

2. Diagnosis Keperawatan

1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan penurunan difusi O2

2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan nafas berhubungan dengan penumpukan

sekret pada bronkus

3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan penurunan

saturasi O2

4. Nyeri akut berhubungan dengan cedera jaringan alveoli

5. Hipertermia berhubungan dengan invasi organisme penginfeksi

6. Intolerasi Aktivitas berhubungan dengan peningkatan metabolisme

Page 23: Lp Pneumonia

3. Perencanaan keperawatan

No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional1 Gangguan Pertukaran Gas

berhubungan dengan

penurunan difusi O2

1. DS:

a. sakit kepala ketika

bangun

b. Dyspnoe

c. Gangguan penglihatan

2. DO:

a. Penurunan CO2

b. Takikardi

c. Hiperkapnia

d. Keletihan

e. Iritabilitas

f. Hypoxia

g. kebingungan

h. sianosis

i. warna kulit abnormal

(pucat, kehitaman)

j. Hipoksemia

k. hiperkarbia

l. AGD abnormal

m. pH arteri abnormal

NOC:

a. Status

pernafasan: pertukaran gas

b. Elektrolit dan

keseimbangan asam basa

c. Status

pernafasan: ventilasi

d. Status tanda

vitas

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1 x 24 jam

Gangguan pertukaran pasien

teratasi dengan kriteria hasi:

- Mendemonstrasikan

peningkatan ventilasi dan

oksigenasi yang adekuat

- Memelihara kebersihan paru

paru dan bebas dari tanda tanda

distress pernafasan

- Mendemonstrasikan batuk

efektif dan suara nafas yang

bersih, tidak ada sianosis dan

dyspneu (mampu mengeluarkan

NIC :

1. Posisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi

2. Pasang mayo bila perlu

3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu

4. Keluarkan sekret dengan batuk atau

suction

5. Auskultasi suara nafas, catat adanya

suara tambahan

6. Berikan bronkodilator ;

7. Barikan pelembab udara

8. Atur intake untuk cairan

mengoptimalkan keseimbangan.

9. Monitor respirasi dan status O2

10. Catat pergerakan dada,amati

kesimetrisan, penggunaan otot

tambahan, retraksi otot

supraclavicular dan intercostal

11. Monitor suara nafas, seperti dengkur

12. Monitor pola nafas : bradipena,

takipenia, kussmaul, hiperventilasi,

cheyne stokes, biot

13. Auskultasi suara nafas, catat area

1. Memaksimalkan

ventilasi

2. Membuka jalan nafas

3. Membantu

mengeluarkan sekret

4. Membantu

mengeluarkan sekret

5. Mnengetahui

keadaan paru-paru

6. Membuka jalan nafas

melebarkan bronkus

7. Melembapkan

saluran napas

8. mengoptimalkan

keseimbangan

9. memantau respirasi

dan status O2

10. melihat respon non

verbal

Page 24: Lp Pneumonia

3. frekuensi dan

kedalaman nafas

abnormal

sputum, mampu bernafas

dengan mudah, tidak ada

pursed lips)

- Tanda tanda vital dalam rentang

normal

- AGD dalam batas normal

- Status neurologis dalam batas

normal

penurunan / tidak adanya ventilasi dan

suara tambahan

14. Monitor TTV, AGD, elektrolit dan

ststus mental

15. Observasi sianosis khususnya

membran mukosa

16. Jelaskan pada pasien dan keluarga

tentang persiapan tindakan dan tujuan

penggunaan alat tambahan (O2,

Suction, Inhalasi)

17. Auskultasi bunyi jantung, jumlah,

irama dan denyut jantung

11. memantau adanya

obstruksi jalan nafas jatuhnya

napas

12. mengetahui frekuensi

nafas

13. mengetahui suara

nafas

14. mengetahui keadaan

fisiologis paru-paru tanda-tanda

adanya perubahan

15. tanda-tanda

kekurangan O2 jaringan

16. mengurangi

kecemasan pada keluarga

17. mengetahui keadaan

jantung

2. Ketidakefektifan Bersihan

Jalan nafas berhubungan

NOC:

- Status pernafasan: ventilasi

NIC:

1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal 1. Membebaskan jalan

Page 25: Lp Pneumonia

dengan penumpukan sekret

pada bronkus

DS:

- Dispneu

DO:

- Penurunan suara nafas

- Orthopneu

- Cyanosis

- Kelainan suara nafas

(rales, wheezing)

- Kesulitan berbicara

- Batuk, tidak efekotif atau

tidak ada

- Produksi sputum

- Gelisah

- Perubahan frekuensi dan

irama nafas

- Status pernafasan:

kepatenan jalan nafas

- Kontrol aspirasi

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1 x24

jampasien menunjukkan keefektifan

jalan nafas dibuktikan dengan

kriteria hasil :

a. Mendemonstrasikan batuk

efektif dan suara nafas yang

bersih, tidak ada sianosis dan

dyspneu (mampu mengeluarkan

sputum, bernafas dengan

mudah, tidak ada pursed lips)

b. Menunjukkan jalan nafas yang

paten (klien tidak merasa

tercekik, irama nafas, frekuensi

pernafasan dalam rentang

normal, tidak ada suara nafas

abnormal)

c. Mampu mengidentifikasikan

dan mencegah faktor yang

penyebab.

d. Saturasi O2 dalam batas normal

e. Foto thorak dalam batas normal

suctioning.

2. Berikan O2 ……l/mnt,

metode………

3. Anjurkan pasien untuk istirahat dan

napas dalam

4. Posisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi

5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu

6. Keluarkan sekret dengan batuk atau

suction

7. Auskultasi suara nafas, catat adanya

suara tambahan

8. Berikan bronkodilator :

9. Monitor status hemodinamik

10. Berikan pelembab udara Kassa basah

NaCl Lembab

11. Berikan antibiotik :

12. Atur intake untuk cairan

mengoptimalkan keseimbangan.

13. Monitor respirasi dan status O2

14. Pertahankan hidrasi yang adekuat

untuk mengencerkan sekret

15. Jelaskan pada pasien dan keluarga

tentang penggunaan peralatan : O2,

Suction, Inhalasi.

napas

2. Memperkuat

keadekuatan pernapasan

3. Mengurangi

kebutuhan energi dan

penggunaan O2

4. Mempertahankan

keadekuatan pernapasan

5. Membantu

mengeluarkan sekret yang

menumpuk

6. Membantu

mengeluarkan sekret yang

menumpuk

7. Mengetahui apakah

sekret sudah keluar

8. Melebarkan bronkus

9. Mengontrol keadaan

kardiopulmonal

10. Melembabkan udara

yang baik bagi penapasan

11. Membantu

membunuh invasi antigen dari

eksternal

Page 26: Lp Pneumonia

12. mengoptimalkan

keseimbangan

13. mengetahui status O2

14. mengencerkan sekret

15. mengurangi

kecemasan keluaga

3. Ketidakefektifan Perfusi

Jaringan Perifer

berhubungan dengan

penurunan saturasi O2

DS:

Klien sesak nafas

DO:

- Nadi lemah

- Perubahann

karakteristik kulit

(misal: warna,

elastisitas, kelembapan

rambut, kuku, sensasi,

temperatur)

- CRT > 3 detik

- Penurunan tekanan

darah pada ekstremitas

- Edema

- Nyeri ekstremitas

NOC:

- Status sirkulasi

- Manajemen cairan

- Tanda vital

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24

jampasien menunjukkan

keefektifan jalan nafas dibuktikan

dengan kriteria hasil :

a. Tekanan darah sistolik dbn

b. Tekanan darah diastolik dbn

c. Kekuatan nadi dbn

d. Rata-rata tekanan darah dbn

e. Nadi dbn

f. Tekanan vena sentral dbn

g. Tidak ada bunyi hipo jantung

abnormal

h. Tidak ada angina

i. AGD dbn

NIC:

Status sirkulasi

1. Kaji secara komprehensif sirkukasi

perifer (nadi perifer, edema, kapillary

refill, warna dan temperatur

ekstremitas)

2. Evaluasi nadi perifer dan edema

3. Inpseksi kulit adanya luka

4. Kaji tingkat nyeri

5. Elevasi anggota badan 20 derajat atau

lebih tinggi dari jantung untuk

meningkatkan venous return

6. Ubah posisi klien minimal setiap 2

jam sekali

7. Monitor status cairan masuk dan

keluar

8. Gunakan therapeutic bed

9. Dorong latihan ROM selama bedrest

10. Dorong pasien latihan sesuai

1. Men

getahui tanda-tanda gangguan

perifer

2. Men

getahui tanda-tanda gangguan

perifer

3. Agar

luka ditangani darin infeksi

karena beresiko mengalami delay

healing

4. Men

getahui tingkat nyeri klien

5. Meni

ngkatkan venous return

6. Mem

inimalkan dekubitus

7. Men

Page 27: Lp Pneumonia

- Parastesia

- Keterlambatan

penyembuhan luka

j. Kesimbangan intake dan output

24 jam

k. Perfusi jaringan perifer

l. Kekuatan pulsasi perifer

m. Tidak ada pelebaran vena

n. Tidak ada distensi vena

jugularis

o. Tidak ada edema perifer

p. Tidak ada asites

q. Pengisian kapiler

r. Warna kulit normal

s. Kekuatan fungsi otot

t. Kekuatan kulit

u. Suhu kulit hangat

v. Tidak ada nyeri ekstremitas

kemampuan

11. Jaga keadekuatan hidrasi untuk

mencegah peningkatan viskositas

darah

12. Kolaborasi pemberian antiplatelet atau

antikoagulan

13. Monitor laboratorium Hb, Hematokrit

Manajemen cairan

1. Catat intake dan output cairan

2. Monitor status hidrasi

3. Monitor tanda-tanda vital

4. Monitor status nutrisi

gontrol volume yang masuk ke

dalam jantung dan paru

8. Mem

udahkan mengatur posisi klien

9. Mem

inimalkan kelemahan ekstremitas

pasca bedrest

10. Mem

inimalkan kelemahan ekstremitas

pasca bedrest

11. men

cegah peningkatan viskositas

darah

12. men

cegah koagulasi darah

13. mem

antau keadaan darah

1.

2.

3.

4.

Page 28: Lp Pneumonia

4. Nyeri akut berhubungan

dengan cedera jaringan

alveoli

DS:

- Laporan secara verbal

DO:

- Posisi untuk menahan

nyeri

- Tingkah laku berhati-

hati

- Gangguan tidur (mata

sayu, tampak capek, sulit

atau gerakan kacau,

menyeringai)

- Terfokus pada diri

sendiri

- Fokus menyempit

(penurunan persepsi

waktu, kerusakan proses

berpikir, penurunan

interaksi dengan orang

dan lingkungan)

- Tingkah laku distraksi,

NOC :

- Tingkat nyeri

- Kontrol nyeri

- Tingkat kenyamanan

Setelah dilakukan tinfakan

keperawatan selama 2 x 24 jam

Pasien tidak mengalami nyeri,

dengan kriteria hasil:

a. Mampu

mengontrol nyeri (tahu

penyebab nyeri, mampu

menggunakan tehnik

nonfarmakologi untuk

mengurangi nyeri, mencari

bantuan)

b. Melaporkan

bahwa nyeri berkurang dengan

menggunakan manajemen nyeri

c. Mampu

mengenali nyeri (skala,

intensitas, frekuensi dan tanda

nyeri)

d. Menyatakan rasa

NIC:

Manajemen nyeri

1. Lakukan pengkajian nyeri secara

komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas dan faktor presipitasi

2. Observasi reaksi nonverbal dari

ketidaknyamanan

3. Bantu pasien dan keluarga untuk

mencari dan menemukan dukungan

4. Kontrol lingkungan yang dapat

mempengaruhi nyeri seperti suhu

ruangan, pencahayaan dan kebisingan

5. Kurangi faktor presipitasi nyeri

6. Kaji tipe dan sumber nyeri

7. Ajarkan tentang teknik non

farmakologi: napas dada, relaksasi,

distraksi, kompres hangat/ dingin

8. Berikan analgetik untuk mengurangi

nyeri: ……...

9. Tingkatkan istirahat

10. Berikan informasi tentang nyeri

1. Mengetahui gambaran klinis nyeri

yang dirasakan

2. Memvalidasi ketidaknyamanan

klien melalui subjektif dan

objektif

3. Dukungan untuk kesembuhan

klien

4. Memberikan kenyamanan klien

agar tidak fokus pada nyeri

5. Menghindari timbulnya nyeri

6. Untuk menentukan intervensi

7. Memberikan kenyamanan klien

agar tidak fokus pada nyeri

8. Bantuan farmakologis dasar

9. Mengurangi timbulnya nyeri

10. Meningkatkan koping diri klien

Page 29: Lp Pneumonia

contoh : jalan-jalan,

menemui orang lain

dan/atau aktivitas,

aktivitas berulang-ulang)

- Respon autonom (seperti

diaphoresis, perubahan

tekanan darah,

perubahan nafas, nadi

dan dilatasi pupil)

- Perubahan autonomic

dalam tonus otot

(mungkin dalam rentang

dari lemah ke kaku)

- Tingkah laku ekspresif

(contoh : gelisah,

merintih, menangis,

waspada, iritabel, nafas

panjang/berkeluh kesah)

- Perubahan dalam nafsu

makan dan minum

nyaman setelah nyeri berkurang

e. Tanda vital

dalam rentang normal

f. Tidak mengalami

gangguan tidur

seperti penyebab nyeri, berapa lama

nyeri akan berkurang dan antisipasi

ketidaknyamanan dari prosedur

5. Hipertermia

berhubungan dengan

invasi organisme

penginfeksi

NOC :

Termoregulasi

Setelah dilakukan tinfakan

keperawatan selama …. Pasien

tidak mengalami hipertermi,kriteria

NIC:

Pengaturan Suhu

1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam

2. Rencanakan monitoring suhu secara

kontinyu

1. Mengontrol status

suhu

Page 30: Lp Pneumonia

hasil :

a. Suhu tubuh dalam rentang

normal

b. Nadi dan RR dalam rentang

normal

c. Tidak ada perubahan warna

kulit, dan tidak ada pusing

3. Monitor TD, nadi, dan RR

4. Monitor warna dan suhu kulit

5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan

hipotermi

6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

7. Selimuti pasien untuk mencegah

hilangnya kehangatan tubuh

8. Ajarkan pada pasien cara mencegah

keletihan akibat panas

9. Diskusikan tentang pentingnya

pengaturan suhu dan kemungkinan

efek negatif dari kedinginan

10. Beritahukan tentang indikasi

terjadinya keletihan dan penanganan

emergency yang diperlukan

11. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan

penanganan yang diperlukan

12. Berikan anti piretik jika perlu

2. Mengontrol status

suhu

3. Mengetahui tanda

infeksi

4. Menngetahui

peningkatan suhu melalui warna

kulit

5. Mengontrol

perubahan suhu tubuh yang

ekstrim

6. Membantu

meningkatkan kekebalan tubuh

7. Selimut tipis

mengurangi evaporasi yang

berlebihan

8. Mencegah

berkurangnya energi

6. Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan

peningkatan

metabolisme

DS:

- Melaporkan

secara verbal adanya

NOC :

- Perawatan diri:

ADLs

- Konservasi

eneergi

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 8 x 24 jam

NIC :

1. Observasi adanya pembatasan klien

dalam melakukan aktivitas

2. Kaji adanya faktor yang

menyebabkan kelelahan

3. Monitor nutrisi dan sumber energi

yang adekuat

1. Mengurangi

pengeluaran energi yang tidak

perlu

2. Mengurangi

penyebab kelelahan

3. Meningkatkan energi

Page 31: Lp Pneumonia

kelelahan atau

kelemahan.

- Adanya dyspneu

atau ketidaknyamanan

saat beraktivitas.

DO :

- Respon abnormal

dari tekanan darah

atau nadi terhadap

aktifitas

- Perubahan ECG :

aritmia, iskemia

bertoleransi terhadap aktivitas

dengan

Kriteria Hasil :

a. Berpartisipasi

dalam aktivitas fisik tanpa

disertai peningkatan tekanan

darah, nadi dan RR

b. Mampu

melakukan aktivitas sehari hari

(ADLs) secara mandiri

c. Keseimbangan

aktivitas dan istirahat

4. Monitor pasien akan adanya

kelelahan fisik dan emosi secara

berlebihan

5. Monitor respon kardivaskuler

terhadap aktivitas (takikardi,

disritmia, sesak nafas, diaporesis,

pucat, perubahan hemodinamik)

6. Monitor pola tidur dan lamanya

tidur/istirahat pasien

7. Kolaborasikan dengan Tenaga

Rehabilitasi Medik dalam

merencanakan progran terapi yang

tepat.

8. Bantu klien untuk mengidentifikasi

aktivitas yang mampu dilakukan

9. Bantu untuk memilih aktivitas

konsisten yang sesuai dengan

kemampuan fisik, psikologi dan

sosial

10. Bantu untuk mengidentifikasi dan

mendapatkan sumber yang

diperlukan untuk aktivitas yang

diinginkan

11. Bantu untuk mendpatkan alat

bantuan aktivitas seperti kursi roda,

dengan cara meningkatkan nutrisi

4. Monitor respon

kardivaskuler terhadap aktivitas

(takikardi, disritmia, sesak nafas,

diaporesis, pucat, perubahan

hemodinamik)

5. Monitor pola tidur

dan lamanya tidur/istirahat pasien

6. Kolaborasikan

dengan Tenaga Rehabilitasi

Medik dalam merencanakan

progran terapi yang tepat.

7. Bantu klien untuk

mengidentifikasi aktivitas yang

mampu dilakukan

8. Bantu untuk memilih

aktivitas konsisten yang sesuai

dengan kemampuan fisik,

psikologi dan sosial

9. Bantu untuk

mengidentifikasi dan

mendapatkan sumber yang

diperlukan untuk aktivitas yang

diinginkan

10. Bantu untuk

Page 32: Lp Pneumonia

krek

12. Bantu untuk mengidentifikasi

aktivitas yang disukai

13. Bantu klien untuk membuat jadwal

latihan diwaktu luang

14. Bantu pasien/keluarga untuk

mengidentifikasi kekurangan dalam

beraktivitas

15. Sediakan penguatan positif bagi

yang aktif beraktivitas

16. Bantu pasien untuk mengembangkan

motivasi diri dan penguatan

17. Monitor respon fisik, emosi, sosial

dan spiritual

mendpatkan alat bantuan aktivitas

seperti kursi roda, krek

11. untuk

mengidentifikasi aktivitas yang

disukai

12. Bantu klien untuk

membuat jadwal latihan diwaktu

luang

13. Bantu pasien/

keluarga untuk mengidentifikasi

kekurangan dalam beraktivitas

14. Sediakan penguatan

positif bagi yang aktif

beraktivitas

15. Bantu pasien untuk

mengembangkan motivasi diri

dan penguatan

16. Monitor respon fisik,

emosi, sosial dan spiritual

Page 33: Lp Pneumonia

DAFTAR PUSTAKA

Betz, C. L., & Sowden, L. A .2002. Buku saku keperawatan pediatri. Jakarta: RGC.

Bulecked, G.M, et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). United Sates of America: Elsevier.

Dahlan, Zul. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 edisi 4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Guyton, A.C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

NANDA. 2014. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.

Mansjoer, A . 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : Medica Aesculpalus, FKUI.

Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluan Napas Pneumonia pada Anak, Orang Dewasa, Usia Lanjut, Penumonia Atipik & Pneumonia Atypik Mycobacterium. Jakarta: Pustaka Obor Populer.

Price, A & Wilson, L. 2004. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzan C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta.

Soemantri, I. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

WHO. 2014. Pneumonia. [serial online] 0 Juni 2016].