LP nyeri

16

Click here to load reader

Transcript of LP nyeri

Page 1: LP nyeri

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN NYERI

A. Konsep Dasar

1. Definisi

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat

subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau

tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi

rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2006, hlm.214).

Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat individual yang

tidak dapat di bagi dengan orang lain (Berman, hlm 414)

Nyeri adalah sesuatu yang tidak menyenangkan, bersifat subjektif dan

berhubungan dengan panca indera, serta merupakan suatu pengalaman emosional

yang dikaitkan dengan kerusakan jaringan baik actual maupun potensial, atau

digambarkan sebagai suatu kerusakaan/cedera (The International Association for the

Study of Pain dalam Potter & Perry, 2009, hlm.214)

2. Anatomi Fisiologi

3. Patofisiologi

Proses fisiologis terkait nyeri disebut nosisepsi. Proses tersebut terdiri atas empat fase

(Mubarak & Chayatin, 2007, hlm.204), yakni:

a. Transduksi

Pada fase transduksi, stimulus atau rangsangan yang membahayakan (misal bahan

kimia, suhu, listrik atau mekanis) memicu pelepasan mediator biokimia (misal

prostaglandin, bradikinin, histamine, substansi P) yang mensensitisasi nosiseptor

(ujung-ujung saraf perifer yang bebas dan tidak bermielin atau sedikit bermielin).

b. Transmisi

Fase transmisi nyeri terdiri atas 3 bagian. Pada bagian pertama, nyeri merambat

dari serabut saraf perifer ke medulla spinalis. Dua jenis serabut nosiseptor yang

terlibat dalam proses tersebut adalah serabut C, yang mentransmisikan nyeri

tumpul daan menyakitkan, serta serabut A-Delta yang mentransmisikan nyeri

yang tajam dan terlokalisasi. Bagian kedua adalah transmisi nyeri dari medulla

Page 2: LP nyeri

spinalis menuju batang otak dan thalamus melalui jaras spinotalamikus

[spinothalamic tract (STT)]. STT merupakan suatu sistem diskriminatif yang

membawa informasi mengenai sifat dan lokasi stimulus ke thalamus. Selanjutnya,

pada bagian ketiga, sinyal tersebut diteruskan ke korteks senserik somatic (tempat

nyeri dipersepsikan). Impuls yang ditransmisikan melalui STT mengaktifkan

respons otonom dan limbik.

c. Persepsi

Pada fase ini, individu mulai menyadari adanya nyeri. Tampaknya persepsi nyeri

tersebut terjadi di struktur korteks sehingga memungkinkan munculnya berbagai

strategi perilaku kognitif untuk mengurangi komponen sensorik dan afektif nyeri.

d. Modulasi

Fase ini disebut juga “system desenden”. Pada fase ini, neuron di batang otak

mengirimkan sinyal-sinyal kembali ke medulla spinalis. Serabut desenden

tersebut melepaskan substansi seperti opioid, serotonin, dan norepinefrin yang

akan menghambat impuls asenden yang membahayakan di bagian dorsal medulla

spinalis.

4. Etiologi

Factor-faktor yang mempengaruhi nyeri menurut Potter & Perry (2009, hlm.224)

adalah sebagai berikut:

a. Factor fisiologis

1) Usia

Usia dapat mempengaruhi nyeri, terutama pada bayi dan dewasa akhir.

Perbedaan tahap perkembangan yang di temukan da antara kelompok umur

tersebut mempengaruhi bagaimana anak-anak dan dewasa akhir berespon

terhadap nyeri. Anak-anak memiliki kesulitan dalam mengenal/memahami nyeri

dan prosedur-prosedur yang diberikan oleh perawat yang menyebabkan nyeri.

Anak-anak yang kemampuan kosakatanya belum berkembang memiliki kesulitan

dalam menggambarkan dan mengekspresikan nyeri secara verbal kepada orang

tuanya atau petugas kesehatan.

Page 3: LP nyeri

Kemampuan orang dewasa dalam menafsirkan nyeri yang dirasakan

sangat sukar. Mereka terkadang menderita banyak penyakit dengan gejala yang

samar-samar/tidak jelas yang terkadang mempengaruhi bagian-bagian tubuh yang

sama.

2) Kelemahan (fatigue)

Kelemahan meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan menurunkan

kemampuan untuk mengatasi masalah. Apabila kelemahan terjadi di

sepanjang waktu istirahat, persepsi terhadap nyeri akan lebih besar. Nyeri

terkadang jarang dialami setelah tidur/istirahat cukup.

3) Gen

Pembentukan sel-sel genetik kemungkinan dapat menentukan ambang nyeri

seseorang atau toleransi terhadap nyeri.

4) Fungsi Neurologis

Fungsi neurologis klien mempengaruhi pengalaman nyeri. Cedera medulla

spinalis, neuropatik perifer, atau penyakit-penyakit syaraf dapat

mempengaruhi kesadaran dan respon klien terhadap nyeri.

b. Factor social

1) Perhatian

Tingkatan di mana klien memfokuskan perhatiannya terhadap nyeri yang

dirasakan mempengaruhi persepsi nyeri.

2) Pengalaman sebelumnya

Setiap orang belajar dari pengalaman nyeri sebelumnya. Adanya pengalaman

sebelumnya bukan berarti seseorang tersebut akan lebih mudah menerima rasa

nyeri di masa yang akan datang.

3) Keluarga dan dukungan social

Orang dengan nyeri terkadang bergantung kepada anggota keluarga yang lain

atau teman dekat untuk dukungan, bantuan, atau perlindungan. Meski nyeri

masih terasa tetapi kehadiran keluarga ataupun teman terkadang dapat

membuat pengalaman nyeri yang menyebabkan nyeri sedikit berkurang.

c. Factor psikologis

1) Kecemasan

Page 4: LP nyeri

Kecemasan terkadang meningkatkan persepsi terhadap nyeri, tetapi nyeri juga

menyebabkan perasaan cemas.

2) Teknik koping

Teknik koping mempengaruhi kemampuan untuk mengatasi nyeri. Seseorang

yang memiliki kontrol terhadap situasi internal merasa bahwa mereka dapat

mengontrol kejadian-kejadian dan akibat yang terjadi dalam hidup mereka,

seperti nyeri.

d. Factor budaya

1) Arti dari nyeri

Sesuatu yang diartikan seseorang sebagai nyeri akan mempengaruhi

pengalaman nyeri dan bagaimana seseorang beradaptasi terhadap kondisi

tersebut.

2) Suku bangsa

Nilai-nilai dan kepercayaan terhadap budaya mempengaruhi bagaimana

seorang individu mangatasi rasa sakitnya.

5. Klasifikasi

Klasifikasi nyeri secara umum menurut Hidayat (2006, hlm.215) di bagi menjadi dua,

yaitu:

a. Nyeri akut

Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang,

yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot.

b. Nyeri kronis

Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya

berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan.

6. Manifestasi (Kozier, Erb, Berman, et.al, 2010, hlm.689;a. Nyeri akut

1) Peningkatan denyut nadi, frekuensi pernafasan, dan tekanan darah.2) Diaforesis3) Dilatasi pupil4) Umumnya tampak adanya cidera jaringan.5) Klien tampak gelisah dan cemas.

Page 5: LP nyeri

6) Klien melaporkan rasa nyeri.7) Klien menunjukkan perilaku yang mengindikasikan rasa nyeri misalnya

menangis, menggosok area nyeri, memegang area nyeri.

b. Nyeri kronik1) Umumnya tanda vital dalam batas normal.2) Kulit kering, hangat.3) Pupil bisa normal maupun dilatasi.4) Nyeri yang dirasakan terus berlanjut setelah penyembuhan.5) Klien tampak depresi dan menarik diri.6) Klien sering kali tidak menyebutkan rasa nyeri kecuali ditanya.7) Perilaku nyeri seringkali tidak muncul.

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan nyeri menurut Hidayat (2006, hlm.220) sebagai berikut:

a. Farmakologi

Pemberian obat analgesic, yang dilakukan guna mengganggu atau memblok

transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi

kortikal terhadap nyeri. Jenis analgesic yang digunakan adalah:

1) Jenis obat analgesic narkotika

Jenis obat ini digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan menimbulkan

depresi pada fungsi vital seperti respirasi. Jenis obat analgesic narkotika

diantaranya morphin sulfat, kodein sulfat, hydromorphone hydrochloride,

meperidine hydrochloride, methadone, pentazocine.

2) Jenis obat analgesic bukan narkotika

Golongan aspirin digunakan untuk memblok rangsangan pada sentral dan

perifer. Golongan asetaminofen dan jenis nonsteroid anti inflammatory drug

(NSAID), juga dapat menghambat prostaglandin dan dosis rendah dapat

berfungsi sebagai analgesic. Kelompok obat ini meliputi ibuprofen,

mefanamic acid, fenoprofen, naprofen, zomepirac.

b. Non farmakologi

1) Teknik latihan pengalihan

a) Menonton televisi

b) Berbincang-bincang dengan orang lain

Page 6: LP nyeri

c) Mendengarkan musik

2) Teknik relaksasi

Menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam

3) Stimulasi kulit

Menggosok dengan halus pada daerah nyeri

A. Konsep Askep

A. PengkajianPengkajian nyeri terdiri atas dua komponen utama, yaitu (Mubarak & Chayatin, 2005,

hlm.212-215):

1. Riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien, meliputi:a. Lokasi nyeri/region

Untuk menentukan lokasi nyeri yang apesifik, minta klien menunjukkan area

nyerinya. Apabila klien mengalami kesulitan, pengkajian bisa dilakukan dengan

menggunakan bagian tubuh dan klien bisa menandai bagian tubuh yang

mengalami nyeri.

b. Intensitas nyeri/severity/scaleSkala nyeri menurut McGill (McGill Scale) mengukur intensitas nyeri dengan

menggunakan lima angka, yaitu 0 = tidak nyeri, 1 = nyeri ringan, 2 = nyeri

sedang, 3 = nyeri berat, 4 = nyeri sangat berat, dan 5 = nyeri hebat.

Sedangkan skala nyeri menurut Hayward tertera dalam tabel di bawah ini.

Tabel II.A.1Skala Keterangan

01-34-67-9

10

Tidak nyeriNyeri ringanNyeri sedangSangat nyeri, tetapi masih bisa dikontrol dengan aktivitas yang biasa dilakukanNyeri tidak tertahankan

Selain kedua skala di atas, ada pula skala wajah, yakni Wong-Baker Faces rating

Scale yang ditujukan untuk klien yang tidak mampu menyatakan intensitas

Page 7: LP nyeri

nyerinya melalui angka. Ini termasuk anak-anak yang tidak mampu

berkomunikasi secara verbal dan lansia yang mengalami gangguan kognisi dan

komunikasi.

0 1 2 3 4 5 Tidak Sedikit Sedikit Lebih Sangat Paling

sakit sakit lebih sakit sakit sakit sakit

c. Kualitas nyeri/qualityTerkadang nyeri bisa dirasakan seperti “dipukul-pukul” atau “ditusuk-tusuk”.

Perawat perlu mencatat kata-kata yang digunakan klien untuk menggambarkan

nyerinya sebab informasi yang akurat dapat berpengaruh besar pada diagnosis dan

etiologi nyeri serta pilihan tindakan yang diambil.

d. Pola nyeriPola nyeri meliputi awitan, durasi, dan kekambuhan atau interval nyeri.

e. Faktor presipitasiPerawat mengkaji segala hal dari pasien yang dapat memicu timbulnya nyeri

(misal aktivitas/lingkungan).

f. Gejala ynag menyertaiMeliputi mual, muntah, pusing, dan diare. Gejala tersebut bisa disebabkan oleh

awitan nyeri atau oleh nyeri itu sendiri.

g. Pengaruh pada aktivitas sehari-hariPerawat mengkaji sejauh mana nyeri mempengaruhi aktivitas sehari-hari klien.

Terkait dengan hal tersebut, perawat dapat mengkaji beberapa aspek seperti tidur,

nafsu makan, konsentrasi, perkerjaan, hubungan interpersonal, hubungan

Page 8: LP nyeri

pernikahan, aktivitas di rumah, aktivitas di waktu senggang, serta status

emosional.

h. Sumber kopingPerawat mengkaji strategi koping yang digunakan untuk mengatasi nyeri secara

individual.

i. Respon afektifPerawat perlu mengkaji adanya perasaan ansietas, takut, lelah, depresi, atau

perasaan gagal pada diri klien.

2. Observasi respons perilaku dan fisiologisa. Respon non verbal: menutup mata rapat-rapat atau membukanya lebar-lebar,

menggigit bibir bawah, seringai wajah.b. Respon vokalisasi: erangan, menangis, berteriak.c. Imobilisasi bagian tubuh yang mengalami nyeri.d. Gerakan tubuh tanpa tujuan: menendang-nendang, membolak-balik tubuh di atas

kasur.e. Pada awal awitan nyeri akut: tekanan darah, nadi, dan frekuensi pernafasan

meningkat, diaforesis, dilatasi pupil akibat terstimulasinya sistem saraf simpatis. Jika nyeri telah berlangsung lama, dan sistem saraf simpatis telah beradaptasi, respon fisiologis tersebut mungkin akan berkurang bahkan tidak ada. Untuk itu, perawat juga perlu mengkaji lebih dari 1 respon fisiologis.

B. Diagnosa KeperawatanMenurut Herdman (2012, hlm.604) diagnosa keperawatan untuk klien yang mengalami

nyeri atau ketidaknyamanan adalah:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (missal, biologis, zat kimia, fisik, psikologis)

2. Nyeri Kronis berhubungan dengan ketunadayaan fisik kronis, ketunadayaan psikososial kronis

Page 9: LP nyeri

C. Intervensi1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (missal, biologis, zat kimia, fisik,

psikologis)Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan … × … jam, nyeri dapat berkurang

atau hilang.

Kriteria Hasil (Taylor, 2010, hlm.315):

a. Pasien mengidentifikasi karakteristik khusus nyeri

b. Pasien mengungkapkan pengurangan nyeri dalam jangka waktu yang ditetapkan

c. Pasien menggunakan teknik pengendalian nyeri alternatif

Rencana tindakan (Taylor, 2010, hlm.315):

a. Minta pasien untuk menggambarkan nyerinya dan kaji gejala-gejala fisiknya yang

mengidentifikasi nyeri

R: pengkajian kembali yang kontinyu memungkinkan modifikasi rencana

perawatan yang diperlukan

b. Berikan obat yang dianjurkan

R: untuk mengurangi nyeri

c. Rencanakan aktivitas untuk mendistraksi pasien, seperti membaca, menonton

televisi, dan kunjungan keluarga

R: untuk membantu menghindarkan pasien dari memfokuskan pada nyeri

d. Ajarkan pasien teknik pengendalian nyeri alternative, seperti hipnotis diri, umpan

balik biologis, dan relaksasi

R: untuk mengurangi ketergantungan terhadap analgesic

2. Nyeri kronis berhubungan dengan ketunadayaan fisik kronis, ketunadayaan psikososial kronisTujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan … × … jam, nyeri dapat berkurang.

Kriteria Hasil (Taylor, 2010, hlm.317):

a. Pasien mengungkapkan perasaan tentang nyeri

b. Pasien mengidentifikasi sumber-sumber nyeri

c. Pasien mengidentifikasi factor yang mempengaruhi kejadian atau keparahan nyeri

Rencana tindakan (Taylor, 2010, hlm.318):

Page 10: LP nyeri

a. Tentukan waktu khusus untuk berbicara dengan pasien tentang nyeri dan efek

psikologis dan emosinya

R: untuk menentukan hubungan saling percaya, saling mendukung, dan untuk

menumbuhkan komunikasi terbuka

b. Ajarkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi, music atau terapi dalam

mengurangi nyeri

R: untuk menimbulkan ketidaktergantungan pada obat

c. Berikan obat yang dianjurkan

R: untuk mengurangi nyeri

d. Rencanakan aktivitas untuk mendistraksi pasien, seperti membaca, menonton

televisi, dan kunjungan keluarga

R: untuk membantu menghindarkan pasien dari memfokuskan pada nyeri

Page 11: LP nyeri

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul, (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia: aplikasi konsep dan proses

keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Berman, Audrey; Snyder, Shirlee; Kozier, Barbara; Erb, Glenora. (2009). Buku ajar praktik

keperawatan klinis edisi 5. Jakarta: EGC.

Potter, Patricia A dan Perry, Anne G. (2009). Fundamental keperawatan edisi 7 buku 3. Jakarta:

Salemba Medika.

Mubarak, Wahit Iqbal dan Chayatin, Nurul. (2007). Buku ajar kebutuhan dasar manusia: teori

dan aplikasi dalam praktik. Jakarta: EGC.

Herdman, T. Heather. (2012). Diagnosa keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012-2014.

Jakarta: EGC

Taylor, Cynthia M. (2010). Diagnosa keperawatan: dengan rencana asuhan. Jakarta: EGC