LP KNF
-
Upload
riska-nurwati-khacije -
Category
Documents
-
view
21 -
download
0
description
Transcript of LP KNF
LAPORAN PENDAHULUAN
KARSINOMA NASOFARING
1. Pengertian
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di
daerah nasofaring dengan predileksi di fossa rossenmuller dan atap
nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala
dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia (Effiaty & Nurbaiti,
2001)
Di Indonesia, karsinoma nasofaring merupakan penyakit
keganasan yang paling sering ditemukan di bidang penyakit Telinga
Hidung Tenggorokan (THT). Dalam urutan 5 besar tumor ganas dengan
frekuensi tertinggi, ia menduduki tempat ke 4 setelah kanker mulut rahim,
payudar dan kulit. Namun penanggulangannya sampai saat ini masih
merupakan masalah. Yang sering menjadi masalah adalah keterlambatan
pasien untuk datang berobat, sebagian besar pasien datang berobat ketika
sudah dalam stadium yang lanjut dimana tumor sudah meluas ke jaringan
sekitarnya. Hal ini merupakan penyulit terbesar untuk mendapatkan hasil
pengobatan yang sempurna. Letak nasofaring yang tersembunyi serta
gejala dini yang tidak khas, inilah yang mengakibatkan diagnosis sering
terlambat yang menyebabkan tingginya angka kematian.
Seperti keganasan yang lain, penyebab penyakit ini belum dapat
dipastikan, sehingga pencegahannya sulit, yang perlu ditekankan adalah
usaha kearah diagnosis dini yaitu dengan meningkatkan kewaspadsaan
para dokter, serta memberikanb penyuluhan kepada masyarakatmengenai
penyakit ini supaya masyarakat mengetahui tanda-tanda stadium awal
penyakit dan kemana mereka harus pergi untuk mendapatkan pertolongan
yang tepat dan cepat. Gangguan pendengaran merupakan salah satu gejala
dini dari penyakit ini, disamping gejala dini yang lain seperti, yang berupa
hidung buntu atau hidung keluar darah, tetapi gejala tersebut sering tidak
terpikirkan oleh dokter pemeriksa bahwa penyebabnya adalah tumor ganas
1
di nasofaring, sehingga baru diketahui bila penyakit sudah dalam keadaan
lanjut. Gangguan pendengaran kadang-kadang disertai juga dengan
keluhan rasa penuh di telinga, telinga berbunyi atau rasa nyeri di telinga.
Banyak penulis mengatakan, bahwa lokasi permulaan tumbuh
tumor ganas nasofaring, tersering di fosa rosemuller, sebab daerah tersebut
merupakan daerah peralihan epitel. Dalam penyebarannya, tumor dapat
mendesak tuba eustachius serta mengganggu pergerakan otot levator
palatine, yang berfungsi membuka tuba, sehingga fungsi tuba terganggu
dan mengakibatkan gangguan pendengaran berupa menurunnya
pendengaran tipe konduksi yang bersifat reversible.
2. Epidemiologi & Etiologi
Urutan tertinggi penderita karsinoma nasofaring adalah suku
mongoloid yaitu 2500 kasus baru per tahun. Diduga disebabkan karena
mereka memakan makanan yang diawetkan dalam musim dingin dengan
menggunakan bahan pengawet nitrosamine (Efiaty & Nubaiti, 2001 hal
146)
Insidens karsinoma nasofaring yang tinggi ini dihubungkan dengan
kebiasaan makan, lingkungan dan virus Epstein-Barr (Sjamsuhidajat,
1997). Selain itu faktor geografis, rasial, jenis kelamin, genetik, pekerjaan,
kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, infeksi kuman atau parasit
juga sangat mempengaruhi kemungkinan timbulnya tumor ini. Tetapi
sudah hampir dapat dipastikan bahwa penyebab karsinoma nasofaring
adalah virus Epstein-barr, karena pada semua pasien nasofaring
didapatkan titer anti-virus EEB yang cukup tinggi (Efiaty & Nurbaiti,
2001).
Virus ini masuk ke dalam tubuh dan tetap tinggal di sana tanpa
menyebabkan suatu kelainan dalam jangka waktu lama. Untuk
mengaktifkan virus ini dibutuhkan uatu mediator, sebagai contoh,
kebiasaan untuk mengkonsumsi ikan asin secara terus menerus mulai dari
masa kana-kanak sehingga mengaktifkan mediator ini yang menyebabkan
2
karsinoma nasofaring. Mediator lain yang yang dianggap berpengaruh
untuk timbulnya karsinoma nasofaring ialah :
1. Zat nitrosamine
Dalam ikan asin terdapat nitrosamine yang ternyata merupakan
mediator penting. Nitrosamine juga ditemukan dalam makanan
yang diawetkan, juga pada daging kambing yang dikeringkan di
daerah Tunisia, dan sayuran yang difermentasi (asinan), serta taoco
di cina
2. Keadaan social ekonomi yang rendah, lingkungan dan kebiasaan
hidup
Dikatakan bahwa udara yang penuh asap di rumah-rumah yang
kurang baik ventilasinya dapat meningkatkatnya karsinomna
faring, di hongkong pembakaran dupa rumah-rumah juga dianggap
berperan dalam menimbulkan karsinoma faring
3. Sering kontak dengan zat yang dianggap bersifat karsinogen
Yaitu zat yang dapat menyebabkan kanker, antara lain
benzopirene, benzoathtracene (sejenis hidrokarbon dan arang
batubara), gas kimia, zat industri, asap kayu dan beberapa ekstrak
tumbu-tumbuhan.
4. Ras dan keturunan
Ras kulit putih jarang terkena penyakit ini. Di asia terbanyak
adalah bangsa Cina, baik yang Negara asalnya maupun yang
perantauan. Ras melayu yaitu Malaysia dan Indonesia termasuk
yang agak banyak kena.
5. Radang kronis di daerah nasofaring
Dianggap dengan adanya peradangan, mukosa nasofaring menjadi
lebih rentan terhadap karsinogen lingkungan
3. Histologi Nasofaring
Permukaan nasofaring berbenjol-benjol, karena dibawah epitel
terdapat banyak jaringa limfosid, sehingga berbentuk seperti lipatan atau
kripta. Hubungan antara epitel dan jaringan limfosid ini sangat erat,
3
sehingga sering disebut “limfoepitel” (bloom dan Fawcett, 1965) membegi
mukosa nasofaring atas 4 macam epitel :
1. Epitel selapis thorak bersilia “simple kolumnar cilated epithelium”
2. Epitel Thorak berlapis “stratified columnar epithelium”
3. Epitel torak berlapis bersilia “stratified columnar ciliated
epithelium”
4. epitel torak berlapis bersilia “pseudo-stratified columnar ciliated
epithelium
mengenai distribusi epitel ini, masih belum ada kesepakatan diantara para
ahli. 60% diantara mukosa nasofaring dilapisi oleh epitel berlapis gepeng,
dan 80% dari dinding lateral dan depan dilapisi oleh epitel transisional,
yang merupakan peralihan antar epitel berlapis gepeng dan torak bersilia.
Epitel berlapis gepeng ini umumnya dilapisi karatin, kecuali pada kripta
yang dalam, dipandang dari sudut embriologi, tempat pertemuan atau
peralihan dua macam epitel adalah tempat yang subur untuk tumbuhnya
suatu karsinoma.
4. Klasifikasi
Menurut WHO klasifikasi :
1. tipe 1 : karsinoma sel skuomosa dengan berkeratinisasi
2. tipe 2 : karsinoma sel skuomosa tanpa kreatinisasi
3. tipe 3 : karsinoma tanpa diferensiasi
Menurut Working Formulation
1. Karsinoma Tipe A : anplasia/plemorfy nyata derajat-keganasan
menengah
2. Karsinoma Tipe B : anaplasia/plemorfy ringan derajat keganasan
ringan, mempunyai titer antibody terhadap virus Epstein-Barr,
sedangkan jenis karsinoma sel skuomosa dengan berkretinisasi
tidak begitu radiosensitive dan tidak menunjukkan hubungan
dengan virus Epstein-Barr. Klasifikasi Working Formulation
digunakan untuk membendingkan respon radiasi pada karsinoma
nasofaring dengan metastasis ke kelenjer leher, respon radiasi
4
paling baik pada karsinoma nasofaring tipe B, kurang begitu baik
pada Tipe A dan paling kurang baik pada karsinoma sel skuomosa
berkreatinin.
5. Anatomi Nasofaring
Anatomi Nasofaring
Nasofaring disebut juga Epifaring, Rinofaring. Merupakan yang
terletak di rongga hidung, diatas palatum molle dibawah dasar tengkorak.
Bentuknya sebagai kotak yang tidak rata dan berdinding enam, dengan
ukuran melintang 4 sentimeter dan ukuran depan belakang 2-3 sentimeter
Batas-batasnya :
Dinding depan : koane
Dinding belakang : merupakan dinding melengkuns setinggi servikalis
1 dan 2
5
Dinding atas : permukaan atas palatum molle
Dinding samping : dibentuk oleh tulang maksila dan sphenoid
Dinding samping ini dihubungkan dengan ruang telinga tengah melalui
tuba eustachius, bagian tulang rawan dari tuba eustachius menonjol diatas
ostium tuba yang disebut tonus tubarius. Tepat dibelakang ostium tuba
terdapat cekungan kecil disebut Resesus faringeus atau lebih dikenal dengan
fossa rosenmuller : yang merupakan lokalisasi permulaan tumor ganas
nasofaring. Tepi atas dari tonus tubarius adalah tempat melekatnya otot
levator veli velatini, bila otot ini berkontraksi, maka sentium tuba meluasnya
tumor, sehingga fungsinya untuk membuka ostium tuba juga terganggu.
Dengan radiasi diharapkan tumor primer di nasofaring dapat kecil atau
menghilang. Dengan demikian pendengaran dapat menjadi lebih baik.
Sebaliknya dengan radiasi dosis tinggi dan jangka waktu lama, kemungkinan
akan memperburuk pendengaran oleh karena itu dapat terjadi proses
degenerasi dan atropi dari koklea yang bersifat menetap, sehingga secara
subjektif penderita masih mengeluh pendengaran tetap menurun.
6. Patofisiologi
Terbukti infeksi virus Epstein-Barr dapat menyebabkan karsinoma
nasofaring. Hal ini dapat dibuktikan dengan dijumpai adanya keberadaan
protein-protein laten pada penderita karsinoma nasofaring. Pada penderita
ini sel yang terinfeksi oleh EBV akan menghasilkan protein tertentu yang
berfungsi untuk proses proliferasi dan mempertahankan kelangsungan
virus di dalam sel host. Protein laten ini dapat dipakai sebagai petanda
(marker) dalam mendiagnosa karsinoma nasofaring, yaitu EBNA-1 dan
LMP-1, LMP- 2A dan LMP-2B. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya
pada 50% serum penderita karsinoma nasofaring LMP-1 sedangkan
EBNA-1 dijumpai di dalam serum semua pasien karsinoma nasofaring.
6
Selain itu, dibuktikan oleh hasil penelitian Khrisna dkk (2004)
dalam Rusdiana (2006) terhadap suku Indian asli bahwa EBV DNA di
dalam serum penderita karsinoma nasofaring dapat dipakai sebagai
biomarker pada karsinoma nasofaring primer. Hubungan antara karsinoma
nasofaring dan infeksi virus Epstein-Barr juga dinyatakan oleh berbagai
peneliti dari bagian yang berbeda di dunia ini . Pada pasien karsinoma
nasofaring dijumpai peninggian titer antibodi anti EBV (EBNA-1) di
dalam serum plasma. EBNA-1 adalah protein nuklear yang berperan
dalam mempertahankan genom virus. Huang dalam penelitiannya,
mengemukakan keberadaan EBV DNA dan EBNA di dalam sel penderita
karsinoma nasofaring.
7. Tanda dan Gejala
Gejala Dini
Karena karsinoma nasofaring bukanlah penyakit yang dapat
doisembuhkan, maka diagnosis dan pengobatan yang sedini mungkin
memegang peranan penting untuk mengetahui gejala dini karsinoma
nasofaring dimana tumor masih terbatas di rongga nasofaring.
Gejala telinga :
1. kataralis/sumbatan tuba eustachius
pasien mengeluh rasa penuh di telinga, rasa dengung kadang-
kadang disertai dengan gangguan pendengaran. Gejala ini
merupakan gejala yang sangat dini.
2. radang telinga tengah sampai pecahnya gendang telinga
keadaan ini merupakan kelainan lanjut yang terjadi akibat
penyumbatan muara tuba, dimana rongga telinga tengah akan terisi
cairan. Cairan yang diproduksi makin lama makin banyak, sehingg
akhirnya terjadi kebocoran gendang telinga dengan akibat
gangguan pendengaran
7
Gejala Hidung :
1. mimisan
dinding tumor biasanya rapuh sehingga oleh rangsangan dan
sentuhan dapat terjadi pendarahan hidung atau mimisan. Keluarnya
darah ini biasanya berulang-ulang, jumlahnya sedikit dan
seringkali bercampur dengan ingus, sehingga berwarna merah
jambu
2. sumbatan hidung
sumbatan hidung yang menetap terjadi akibat pertumbuhan tumor
kedalam rongga hidung dan menutupi koana. Gejala menyerupai
pilek kronis, kadang-kadang disertai dengan gangguan penciuman
dan adanya ingus kental.
3. Gangguan mata dan syaraf :Karena dekat dengan rongga tengkorak
maka terjadi penjalaran melalui foramen laserum yang akan
mengenai saraf otak ke III, IV, VI sehingga dijumpai diplopia,
juling, eksoftalmus dan saraf ke V berupa gangguan motorik dan
sensorik. Karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ke IX,
X, XI dan XII jika penjalaran melalui foramen jugulare yang sering
disebut sindrom Jackson. Jika seluruh saraf otak terkena disebut
sindrom unialteral.
4. Metastasis ke kelenjar leher, Yaitu dalam bentuk benjolan medial
terhadap muskulus sternokleidomastoid yang akhirnya membentuk
massa besar hingga kulit mengkilat.
Gejala telinga dan hidung ini bukan merupakan gejala yang
khas untuk penyakit ini, karena juga dijumpai pada infeksi biasa,
biasanya pilek kronis, sinusitis dan lain-lainnya. Mimisn juga sering
terjadi pada anak yang menderita radang.
Gejala Lanjut :
1. pembesaran kelenjer limfe leher
tidak semua benjolan leher menandakan penyakit ini, yang khas
jika timbulnya di daerah samping leher, 3-5 sentimeter dibawah
8
daun telinga dan tidak nyeri. Benjolan ini merupakan pembesaran
kelenjer limfe, sebagai pertahanan pertama sebelum sel tumor ke
bagian tubuh yang lebih jauh, benjolan ini tidak dirasakan nyeri,
karenanya sering diabaikan oleh pasien. Selanjutnya sel-sel kanker
dapat berkembang terus, menembus kelenjer dan mengenai otot
dibawahnya. Kelenjarnya menjadi lekat pada otot dan sulit
digerakkan. Keadaan ini merupakan gejala yang lebih lanjut lagi.
Pembesaran kelenjer limfe dan leher merupakan gejala utama yang
mendorong pasien datang ke dokter
2. gejala akibat perluasan tumor
tumor dapat meluas ke jaringan sekitar, perluasan ke atas kea rah
rongga tengkorak dan kebelakang melalui sela-sela otot dapat
mengenai saraf otak dan menyebabkan gejala akibat kelumpuhan
otkt saraf yang sering ditemukan ialah penglihatan dobel
(diplopia), rasa baal di daewrah wajah sampai akhirnya timbul
kelumpuhan lidah, bahu, leher dan gangguan pendengaran serta
gangguan penciuman. Keluhan lainnya dapat berupa sakit kepala
hebat akibat penekanan tumor ke selaput otak, rahang tidak dapat
dibuka akibat kekakuan otot-otot rahang yang terkena tumor.
Biasanya kelumpuhan hnya mengenai satu sisi tubuh saja, tetapi
pada beberapa kasus bisa ditemui keduanya.
3. gejala akibat metastasis
sel-sel kanker dapat ikut mengalir bersama aliran limfe atau darah,
mengenai organ tubuh yang letaknya jauh dari nasofaring, hal ini
yng disebut metastase jauh. Yang sering ialah pada tulang, hati,
dan paru. Jika ini terjadi, menandakan suatu stadium dengan
prognosis sangat buruk.
9
Penentuan stadium
TUMOR SIZE (T)T Tumor primerT0 Tidak tampak tumor T1 Tumor terbatas pada satu lokasi sajaT2 Tumor dterdapat pada dua lokalisasi atau lebih
tetapi masih terbatas pada rongga nasofaringT3 Tumor telah keluar dari rongga nasofaringT4 Tumor teah keluar dari nasofaring dan telah
kmerusak tulang tengkorak atau saraf-saraf otakTx Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan
tidak lengkapREGIONAL LIMFE NODES (N)
N0 Tidak ada pembesaranN1 Terdapat pembesarantetapi homolateral dan masih
bisa digerakkanN2 Terdapat pembesaran kontralateral/ bilateral dan
masih dapat digerakkanN3 Terdapat pembesaran, baik homolateral,
kontralateral maupun bilateral yang sudah melekat pada jaringan sekitar
METASTASE JAUH (M)M0 Tidak ada metastase jauhM1 Metastase jauh
stadium I ; T1 No dan Mo
stadium II ; T2 No dan Mo
stadium III ; T1/T2/T3 dan Mo atau T3 dan No dan Mo
stadium IV : T4 dan No/N1 dan Mo atau T1/T2/T3/T4
dan N2/N3 dan Mo atau T1/T2/T3/T4 dan M1
8. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiology konvisional foto tengkorak potongan anterior-
posterior lateral, dan posisi wayters tampak jaringan lunak di daerah
nasofaring. Pada foto dasar tengkorak ditemukan destruksi atau erosi
tulang daerah fosa serebia media
10
2. pemeriksaan tomografi merupakan pemeriksaan yang paling dipercaya
untuk menetapkan stadium tumor dan perluasan tumor. Pada stadium
dini terlihat asimetris dari saresus lateralis, tonus tubarius dan dinding
posterior nasofaring
3. scan tulang dan foto torak untuk mengetahui ada tidaknya metastasis
jauh
4. pemeriksaan serologi, merupakan pemeriksaan titer antibody terhadap
virus Estenn Barr (EBV) yaitu Ig A anti VCA dan Ig A anti EA
5. pemeriksaan aspirasi jarum halus, bila tumor primer di nasofaring
belum jelas dengan pembesaran kelenjer leher yang di duga metastase
karsinoma nasofaring
6. pemeriksaan darah tepi, fungsi hati, ginjal untuk mendeteksi adanya
metastase
9. Diagnosis
Persoalan diagnosis sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan CT-
scan daerah kepada dan leher, sehingga pada tumor primer yang
tersembunyi pun tidak akan terlalu sulit ditemukan. Pemeriksaan serologi
lg A anti EA dan lg A anti VCA untuk infeksi virus E-B telah
menunjukkan kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring.
Diagnosa pasti ditegakkan dengan melakukan Biopsi nasofaring. Biopsi
nasofaring dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu : dari hidung atau dari
mulut.
1. Biopsi melaui hidung dilakukan tanpa melihat jelas tumornya
( blind biopsy ). Cunam biopsi dimasukkan melalui ronga
hidung menyulusuri konka media de nasofaring kemudian
cunam di arahkan ke lateral dan dilakukan biopsy
2. .Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateter nelaton
yang dimasukkan melalui hidung dan ujung keteter yang
11
berada dalam mulut diterik keluar dan diklem bersama-sama
ujung keteter yang di hidung. Demikian juga dengan keteter
yang di hidung di sebelahnya, sehingga palatum mole tertarik
ke atas. Kemudian denan kaca laring di lihat daerah nasofaring.
Biopsi dilakukan dengan melihat tumoir melalui kaca tersebut
atau memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui
mulut, masa tumor akan terlihat lebih jelas. Biopsi tumor
nasofaring umumnya dilakukan dengan anestesi topikal dengan
Xylocain 10%. Bila dengan cara ini masih belum didapatkan
hasil yang memuaskan maka dilakukan pengerokan dengan
kuret daerah lateral nasofaring dalam narkosis.
10. Pengobatan
Sampai saaat ini pengobatan pilihan terhadap tumor ganas
nasofaring adalah radiasi, karena kebanyakan tumor ini tipe anaplastik
yang Bersifat radiosensitif. Radioterapi dilakukan dengan radiasi eksterna,
dapat menggunakan pesawat kobal (Co60 ) atau dengan akselerator linier (
linier Accelerator atau linac). Radiasi ini ditujukan pada kanker primer
didaerah nasofaring dan ruang parafaringeal serta pada daerah aliran getah
bening leher atas, bawah seerta klasikula. Radiasi daerah getah bening ini
tetap dilakukan sebagai tindakan preventif sekalipun tidak dijumpai
pembesaran kelenjer.
Metode brakhiterapi, yakni dengan memasukkan sumber radiasi
kedalam rongga nasofaring saat ini banyak digunakan guna memberikan
dosis maksimal pada tumor primer tetapi tidak menimbulkan cidera yang
seius pada jaringan sehat disekitarnya. Kombinasi ini diberikan pada
kasus-kasus yang telah memeperoleh dosis radiasi eksterna maksimum
tetapi masih dijumpai sisa jaringan kanker. Perkembangan teknologi pada
dasawarsa terakhir telah memungkinkan pemberian radiasi yang sangat
terbatas pada daerah nasofaring dengan menimbulkan efek samping
sesedikit mungkin. Metode yang disebut sebagai IMRT ( Intersified
Modulated Radiotion Therapy ) telah digunakan dibeberapa negara maju.
12
11. Prognosis
Secara keseluruhan, angka bertahan hidup 5 tahun adalah 45%, diperburuk
oleh beberapa factor, seperti :
a. Stadium yang lebih lanjut
b. Usia lebih dari 40 tahun
c. Laki-laki daripada perempuan
d. Ras cina dari pada ras kulit putih
e. Adanya pembesaran kelenjer leher
f. Adanya kelumpuhan saraf otak
g. Adanya kerusakan tulang tengkorak
h. Adanya metastase jauh
ASKEP KARSINOMA NASOFARING
A. Pengkajian
1. Faktor herediter atau riwayat kanker pada keluarga misal
ibu atau nenek dengan riwayat kanker payudara
2. Lingkungan yang berpengaruh seperti iritasi bahan kimia,
asap sejenis kayu tertentu.
3. Kebiasaan memasak dengan bahan atau bumbu masak
tertentu dan kebiasaan makan makanan yang terlalu panas
serta makanan yang diawetkan ( daging dan ikan).
4. Golongan sosial ekonomi yang rendah juga akan
menyangkut keadaan lingkungan dan kebiasaan hidup.
5. Tanda dan gejala
(1) Aktivitas
Kelemahan atau keletihan. Perubahan pada pola
istirahat; adanya faktor-faktor yangmempengaruhi
tidur seperti nyeri, ansietas.
(2) Sirkulasi
Akibat metastase tumor terdapat palpitasi, nyeri
13
dada, penurunan tekanan darah,
epistaksis/perdarahan hidung.
(3) Integritas ego, Faktor stres, masalah tentang perubahan
penampilan, menyangkal diagnosis, perasaan
tidak berdaya, kehilangan kontrol, depresi,
menarik diri, marah
(4) Eliminasi
Perubahan pola defekasi konstipasi atau diare,
perubahan eliminasi urin, perubahan bising usus,
distensi abdomen.
(5) Makanan/cairan
Kebiasaan diit buruk ( rendah serat, aditif,
bahanpengawet), anoreksia, mual/muntah, mulut
rasa kering, intoleransi makanan,perubahan berat
badan, kakeksia, perubahan kelembaban/turgor
kulit.
(6) Neurosensori
Sakit kepala, tinitus, tuli, diplopia, juling,
eksoftalmus
(7) Nyeri/kenyamanan
Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri
telinga (otalgia), rasa kaku di daerah leher karena
fibrosis jaringan akibat penyinaran
(8) Pernapasan
Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan
seseorang yang merokok), pemajanan
(9) Keamanan
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen,
pemajanan matahari lama / berlebihan, demam,
ruam kulit.
14
(10) Seksualitas
Masalah seksual misalnya dampak hubungan,
perubahan pada tingkat kepuasan.
(11) Interaksi social
Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung
B. Dx. Keperawatan
Dx. Keperawatan yang mungkin muncul
1. Gangguan persepsi panca indera : penglihatan, pendengaran,
dan penciuman berhubungan dengan penerimaan terhadap
panca indra yang terganggu
2. nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronik
4. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan radiasi
5. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan radiasi
6. hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
sensorik, penurunan integritas tulang
7. kurangnya pengetahuan berhubungan dengan tidak tahu dengan
sumber informasi
8. pembersihan jalan nafas yang tidak efektif berhubungan
dengan peningkatan batuk
9. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurangnya nafsu makan
10. resiko untuk aspirasi berhubunfgan dengan tekanan batuk,
perdarahan pada mulut
11. gangguan menelan berhubungan dengan batuk
12. kelemahan aktifitas berjalan berhubungan dengan kelemahan
neuromuskuler
C. Intervensi
1. nyeri berhubungan dengan proses pembedahan
NIC
kaji riwayat nyeri
15
berikan tindakan nyaman
lakukan tekni relaksasi
kontrol penghilangan nyeri
koaborasi pemberian analgetik
NOC
mengontrol nyeri
teknik relaksasi
nyeri berkurang
2. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
NIC
mengontrol BB
terapi nutrisi
memantau TTV
pengontrolan cairan
terapi IV
NOC
status nutrisi
mengontrol BB
status nutrisi : intake makanan dan cairan
3. resiko infeksi
NIC
peningkatan latihan fisik
perlindungan terhadap infeksi
manajemen cairan
menentukan pengobatan
pengelolaan nutrisi
NOC
status nutrisi
control resiko
16
status imun
control infeksi
4. kurang pengetahuan
NIC
pengetahuan tentang kesehatan
bimbingan sistim kesehatan
melindungi hak-hak pasien
mengajarkan : individu
NOC
kemampuan kognitif
pengetahuan : Ca. nasofaring
proses informasi
ingatan
17