LP Intranatal Ponek

16
LAPORAN PENDAHULUAN INTRANATAL A. KONSEP DASAR 1. Definisi Persalinan adalah proses membuka dan menutupnya servik uteri di sertai turunya janin dan plasenta kedalam jalan lahir sampai keluar secara lengkap (beserta selaput- selaputnya) yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37- 42 minggu) atau janin telah mencapai viabilitas dengan presentasi kepala, posisi presentasi ubun-ubun kecil/vertex, lahir spontan pervagina dengan kekuatan ibu sendiri tanpa melukai ibu dan bayi kecuali episiotomy, berlangsung selama kurang dari 24 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun bayinya. 2. Etiologi Penyebab pasti partus masih merupakan teori yang kompleks antara lain oleh factor hormonal ,pengaruh prostaglandin,struktur uterus ,sirkulasi uterus,pengaruh saraf dan nutrisi,perubahan biokimia antara lain penurunan kadar hormone estrogen dan progesterone. 3. Tahap-tahap persalinan Persalinan dibagi menjadi 4 kala yaitu: - Kala I: Tahap awal dimulainya periode intranatal yang dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dengan

Transcript of LP Intranatal Ponek

Page 1: LP Intranatal Ponek

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRANATAL

A. KONSEP DASAR

1. Definisi

Persalinan adalah proses membuka dan menutupnya servik uteri di sertai turunya

janin dan plasenta kedalam jalan lahir sampai keluar secara lengkap (beserta selaput-

selaputnya) yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) atau janin telah

mencapai viabilitas dengan presentasi kepala, posisi presentasi ubun-ubun

kecil/vertex, lahir spontan pervagina dengan kekuatan ibu sendiri tanpa melukai ibu

dan bayi kecuali episiotomy, berlangsung selama kurang dari 24 jam tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun bayinya.

2. Etiologi

Penyebab pasti partus masih merupakan teori yang kompleks antara lain oleh factor

hormonal ,pengaruh prostaglandin,struktur uterus ,sirkulasi uterus,pengaruh saraf dan

nutrisi,perubahan biokimia antara lain penurunan kadar hormone estrogen dan

progesterone.

3. Tahap-tahap persalinan

Persalinan dibagi menjadi 4 kala yaitu:

- Kala I:

Tahap awal dimulainya periode intranatal yang dimulai sejak terjadinya kontraksi

uterus yang teratur dengan diikuti proses pematangan dan delatasi serviks dan

diakhiri pembukaan lengkap serviks uteri.

1. Tanda dan gejala kala I:

a. Kontraksi uterus semakin lama semakin meningkat baik frekuensinya,

durasinya maupun intensitasnya.

b. Pengeluaran pervagina mula-mula lender kemudian diikuti lender yang

bercampur darah dan tidak lebih banyak dari darah haid dan semakin lama

semakin banyak.

c. Pada pemeriksaan awal porsio teraba lunak, menipis dan berdelatasi.

Page 2: LP Intranatal Ponek

d. Kala satu diakhiri dengan pembukaan lengkap dimana saat dilakukan

periksa dalam, bibir porsio/serviks tidak dapat diraba lagi dan selaput

ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I, selama kala I

pemantauan kemajuan persalinan, pemantauan kesejahteraan ibu dan bayi

dilakukan setiap 30 menit dan didokumentasikan didalam partograf.

e. Selama kala I maternal akan mengalami nyeri dan karakteristik nyeri kala

I nyeri akan hilang diantara dua kontraksi.

2. Pemeriksaan keadaan umum dan tanda-tanda vital ibu:

a. Dilakukan setiap 30 menit sekali atau sewaktu-waktu bila diperlukan.

3. Pemeriksaan kontraksi uterus.

4. Pemeriksaan dalam (VT).

5. Pemantauan pengeluaran pervagina (PPV).

6. Amniotomi:

a. Bila pembukaan telah lengkap dan ketuban belum pecahmaka segera

dilakukan amniotomi.

7. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kala I:

a. Ansietas : ringan, sedang, berat, panik berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan tentang prosedur pemeriksaan fisik, tidak mengikuti kelas

prenatal untuk persiapan menjadi orang tua.

Tujuan:

Dalam waktu 1 x 10 menit kecemasan ibu dapat diturunkan sampai

ambang batas toleransi dengan penjelasan tentang mekanisme dan

bagaimana ibu dan keluarga berpartisipasi dalam proses persalinan.

Dengan kriteria hasil sebagai berikut:

1. Ibu melaporkan bahwa kecemasan dapat diturunkan sampai batas

adaptif.

2. Dapat menggunakan relaksasi nafas dalam secara benar.

3. Ibu mau berjalan-jalan selama fase laten.

4. Ibu mengetahui apa yang harus dilakukan bila terjadi kontraksi his

pada fase laten.

Intervensi mandiri:

Page 3: LP Intranatal Ponek

1. Orientasikan klien pada lingkungan, staf.

2. Jelaskan proses perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang akan

terjadi pada masa internal dan efeknya terhadap maternal.

3. Pantau tanda-tanda vital setiap 30 menit dan dokumentasikan kedalam

partograf.

4. Lakukan pemeriksaan leupold dan jelaskan pada ibu tentang hasil

pemeriksaan meliputi: letak bayi, presentasi posisi presentasi dan

penurunan fetus.

5. Pantau kontraksi his: frekuensi, intensitas dan durasinya setiap 30

menit dan dokumentasikan kedalam partograf.

6. Lakukan pemeriksaan dalam setiap 4 jam sekali untuk mengetahui

kemajuan persalinan dokumentasikan hasil pemeriksaan kedalam

partograf.

b. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus, turunnya fetus kedalam

jalan lahir.

Tujuan:

Nyeri dapat dihilangkan atau diturunkan sampai ambang batas adaptif

dengan intervensi keperawatan selama 1 x 10 menit.

Dengan kriteria hasil sebagai berikut:

1. Klien dapat mengikuti semua anjuran terkait dengan proses persalinan.

2. Klien tampak lebih tenang.

3. Tanda-tanda vital dalam batas normal.

4. Klien mengatakan tidak perlu menggunakan obat-obat anti nyeri.

Intervensi mandiri:

1. Kaji ketidak nyamanan melalui isyarat verbal dan perhatian pengaruh

budaya pada respon nyeri.

2. Bantu klien dalam menggunakan teknik lamace, Bradikly untuk

mengatasi nyeri.

3. Bantu klien untuk mengatasi rasa nyeri dengan menekan lumbal 2-3

menggosok daerah punggung, memijat pada daerah kaki dll.

4. Gunakan prosedur counter pressure pada nyeri kala I.

Page 4: LP Intranatal Ponek

5. Dukung keputusan maternal untuk menggunakan atau tidak

menggunakan obat-obat analgesic selama proses persalinan.

6. Pantau kontraksi uterus: frekuensi, intensitas dan durasi setiap 30

menit.

7. Berikan tindakan pengamanan tempat tidur.

8. Kaji tampilan vagina, tonjolan perineum, hemoroid dan lakukan

periksa dalam untuk menentukan pembukaan, kondisi ketuban, posisi

presentasi dan penurunan kepala terhadap jalan lahir.

Kolaborasi:

1. Memberikan obat analgetik seperti Alfaprodin hidroklorida, meperidin

hidroklorida secara IV dan IM bila diindikasikan.

2. Melakukan blok pudendal bila pembukaan serviks 4-5 cm.

3. Berikan oksigen dan tingkatkan tetesan infuse bila tekanan sistolik

turun sampai dibawah 100 mmHg.

4. Pantau DJJ secara elektronik dan amati adanya akselerasi, tacikardi

atau bradikardi.

5. Berikan bolus IV 500-1000 ml larutan ringer laktat sebelum diberikan

blok pudendal.

c. Resiko gangguan pertukaran O2 pada janin sekunder terhadap

terganggunya sirkulasi feto maternal.

d. Defisit volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan,

hipermetabolik.

Tujuan:

Klien tidak terjadi kekurangan volume cairan selama dalam pemantauan

perawatan.

Dengan kriteria hasil sebagai berikut:

1. Intake dan output dapat terpantau secara akurat.

2. Membrane mukosa, kulit lembab, tidak ada tanda-tanda rasa haus.

3. Tidak ada demam dan tanda-tanda vital stabil dan dalam batas normal.

Intervensi mandiri:

1. Pantau intake dan output cairan.

Page 5: LP Intranatal Ponek

2. Berikan minum ibu dengan air the hangat.

3. Anjurkan klien untuk berkemih setiap 1,5-2 jam.

4. Pantau TTV Ibu dan DJJ setiap 30 menit atau bila ada indikasi.

5. Berikan cairan per parenteral bila ada indikasi.

e. Resiko terjadi trauma jalan lahir (ruptur perineum) berhubungan dengan

tekanan bagian presentasi terhadap perineum/gerakan defleksi

kepala/regangan jaringan perineum maksimal akibat udema.

- Kala II:

Peristiwa yang ditandai dan dimulai dengan membukanya serviks uteri secara

lengkap dan berakhir dengan lahirnya bayi, lama kala II pada primigravida + 1,5

jam, multipara + 0,5 jam.

1. Tanda dan gejala kala II:

a. Aktvitas uterus semakin meningkat baik frekuensi maupun

durasinya,frekuensi his 4-5 kali dalam 10 menit dengan durasi lebih dari

40 detik.

b. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai

dasar panggul.

c. Ibu ingin mengedan seca terus-menerus.

d. Perineum tampak menonjol, anus dan vagina membuka (hemoroid

fisiologik) dan ibu gemetar dan keluar keringat dingin.

2. Episiotomi dan lacerasi jalan lahir.

Dilakukan karena beberapa pertimbangan:

a. Mencegah robekan perineum yang tidak teratur.

b. Mengurangi regangan otot.

c. Mengurangi/mempercepat kala II.

d. Memperluas jalan lahir.

3. Lacerasi jalan lahir.

a. Lacerasi perineum.

b. Lacerasi vagina.

c. Cedera serviks.

4. Persiapan alat:

Page 6: LP Intranatal Ponek

a. Handuk besar 2.

b. Celemek 1.

c. Duk steril 2.

d. Waslap 2 psg.

e. Pakaian ibu 1 set.

f. Set pakaian bayi 1 set.

g. Partus set 1 set.

h. Tensimeter lengkap dengan stetoskop 1 set.

i. Vetoskop 1 buah.

j. Heacting set 1 set.

k. Baskom berisi cairan clorin 0,5 % 1

l. Kapas sublimat.

m. Spuit 1 buah.

n. Handscheon steril 4 psg.

o. Oxytocyn metergin 1 amp.

5. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kala II:

a. Nyeri berhubungan dengan tekanan bagian presentasi terhadap jalan lahir,

delatasi perineum.

Tujuan:

Ruptur perineum dapat dihindari dengan intervensi keperawatan 1 x 10-30

menit.

Dengan kriteria hasil:

1. Bayi lahir pervagina.

2. Perineum utuh/laserasi grade satu/ruptur akibat episiotomi.

3. Tidak ada perdarahan yang bersumber dari jalan lahir.

4. Tanda vital ibu dalam rentang normal.

Intervensi:

1. Atur posisi ibu sesuai dengan kenyamanan ibu.

2. Gunakan celemek dan sarung tangan.

3. Ajarkan ibu cara mengedan yang benar secara berulang-ulang.

4. Beri ibu motivasi/dukungan moril.

Page 7: LP Intranatal Ponek

b. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan ketidak mampuan

mengendalikan defekasi saat mengedan.

c. Resiko cedera pada ibu berhubungan dengan taksiran berat badan bayi

besar, fokalisasi pada saat meneran.

d. Resiko bayi lahir dengan aspiksia berhubungan dengan penggunaan

falsafah manufer yang terus menerus saat meneran, posisi tidur terlentang

secara terus menerus.

Tujuan:

Bayi lahir bebas dari aspiksia berat dengan intervensi keperawatan 1x15

menit.

Dengan criteria hasil:

1. Bayi lahir menangis keras dalam waktu kurang dari 30 detik.

2. Warna kulit seluruh badan dan ekstremitas pink (APGAR 7-10).

3. Bayi bergerak aktif, ekstremitas dalam posisi fleksi.

4. Nadi 120-160 x permenit.

5. Pernafasan 25-30 x/menit.

- Kala III

Peristiwa yang ditandai dan diawali dengan lahirnya bayi sampai dengan lahirnya

plasenta.

1. Tujuan dan teori lepasnya plasenta dari insersinya.

Tujuan penanganan tahap ke tiga persalinan adalah pelepasan dan ekspulsi

segera plasenta dengan cara yang paling mudah dan paling aman, dengan

lahirnya plasenta maka dapat menghindari perdarahan. Plasenta melekat pada

lapisan desidua basal tipis endometrium oleh banyak fili-fibrosa. Setelah janin

dilahirkan, dengan adanya kontraksi uterus yang kuat sisi plasenta akan jauh

lebih kecil sehingga tonjolan vilikorialis akan pecah dan plasenta akan

terlepas dari perlekatannya.

Menurut Schultze lepasnya plasenta dari insersinya dimulai dari tengah terjadi

hematom terlabih dahulu kemudian dengan kontraksi kuat dan berulang

plasenta lepas dari insersinya sehingga mengakibatkan perdarahan yang tiba-

tiba.

Page 8: LP Intranatal Ponek

Menurut Matthews-Duncan lepasnya plasenta dari tepi (marginal) sehingga

perdarahan terjadi sedikit-sedikit dan terus menerus setelah plasenta terlepas

dari insersinya maka perdarahan justru berhenti.

Dalam keadaan normal beberapa kontraksi kuat 5-7 menit setelah kelahiran

bayi plasenta akan lepas dari lapisan basal, sumber lain mengatakan bahwa

pelepasan plasenta dari insersinya normal dalam waktu 5-15 menit setelah

bayi lahir.

2. Tanda dan gejala lepasnya plasenta:

a. Fundus uteri berkontraksi kuat.

b. Perubahan bentuk uteri dari bentuk cakram menjadi oval bulat sewaktu

plasenta bergerak ke segmen bawah uterus.

c. Darah berwarna gelap keluar secara tiba-tiba dari introitus.

d. Tali pusat bertambah panjang dengan majunya plasenta mendekati

introitus.

e. Saat tali pusat di tegangkan dan dilepaskan tali pusat tidak tertarik

kedalam lagi.

3. Masalah potensial pada kala III:

a. Memantau tanda-tanda penurunan kesadaran atau perubahan pernafasan.

4. Diagnose keperawatan:

a. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan lepasnya plasenta dari

insersinya, plasenta lahir tidak lengkap, kontraksi uterus lemah dan ruptur

jalan lahir.

b. Nyeri akut berhubungan dengan ruptur jalan lahir.

c. Shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan, kurangnya asupan

cairan.

- Kala IV

Periode waktu dua jam setelah lahirnya plasenta secara lengkap. Periode ini

merupakan periode yang sangat kritis baik pada ibu dan bayinya, periode dua jam

setelah kelahiran plasenta sering dikenal dengan periode pemulihan.

1. Tanda masalah potensial IV:

a. Perdarahan postpartum.

Page 9: LP Intranatal Ponek

b. Komplikasi akibat hipertensi, infeksi, gangguan endokrin, gangguan

psikososial, dan kehilangan dan berduka.

2. Kontraksi uterus harus baik:

a. Untuk mengentikan perdarahan, karena pada saat uterus kontraksi

pembuluh darah yang keluar lewat celah otot uterus akan tercepit sehingga

perdarahan berhenti.

b. Membersihkan cavum uteri dari sisa-sisa selaput ketuban, bekuan darah,

vernikkasiosa, sisa cairan amnion dan mempercepat pulihnya kondisi

uterus seperti sebelum hamil.

3. Perdarahan pervagina atau alat genital lain.

4. Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap.

5. Kandung kencing harus kosong.

6. Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma.

7. Resume kaadaan umum bayi.

8. Resume proses persalinan dan keadaan umum ibu.

9. Diagnosa keperawatan:

a. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan inersia uteri

hypotonik/trauma jalan lahir/sisa-sisa plasenta.

b. Nyeri akut yang berhubungan dengan trauma jalan lahir.

c. Nyeri buang air kecil berhubungan trauma uretra.

d. Resiko perubahan peran orang tua berhubungan dengan nyeri atau

kelelahan atau kekecewaan terhadap jenis kelamin anak.

Page 10: LP Intranatal Ponek

DAFTAR PUSTAKA

1. Bobak Jensen, Zalar, 2005, Keperawatan Maternitas, Edisi 4, EGC, Jakarta, halaman

301-347

2. Doengoes, Marylin, (2001), Rencana Perawatan Maternal/Bayi, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta, halaman 260-319

3. Reeder, Saron J (1997) Maternity Nursing, JB. Lippincott Company-Philadelphia, New

York, halaman 522-529

4. Harry Oxorn, (1990) Fisiologi dan Patologi Persalinan, Yayasan Essentia Medika,

halaman 83-117

5. JHPIEGO, (2006) Pelayanan Kesehatan Maternal dan Noenatal, Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, halaman 100-119

6. Departermen Kesehatan Republik Indonesia (2004) Asuhan persalinan Normal, halaman

31-32

Page 11: LP Intranatal Ponek

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN INTRANATAL Di RUANG

PONEK RSUD Dr MOEWARDI

SURAKARTA

Disusun Oleh:

DAVID CAHYANTO

P.17420111006

Prodi DIII Keperawatan Semarang

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2013