Lp Hipertiroiid
-
Upload
rosriyana-dewwi -
Category
Documents
-
view
942 -
download
0
Transcript of Lp Hipertiroiid
PATHWAY
Gangguan fungsi kelenjar tiroid
metabolisme
tubuh
Produksi
hormon tiroid
Hormon TSH
Gangguan fungsi kelenjar hipofisis/
hipotalamus
Penurunan curah jantung
proses
glikogenesis
Keletihan fisik
suplay nutrisi
proses
pembakaran lemak
Berat badan
Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
AnsietasKurang
pengetahuan
HIPERTIROID
A. PengertianHipertiroid dalam hal prevalensi merupakan penyakit endokrin yang
menempati urutan kedua setelah Diabetes Mellitus, yang merupakan kesatuan
penyakit dengan batasan yang jelas, dan penyakit Graves menjadi penyebab
utamanya (Brunner dan Suddarth, 2002).
Hipertiroid dikenal juga sebagai tirotoksitosis, yang dapat di definisikan
sebagai respons jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid
yang berlebihan (Sylvia A. Price, 2006). Hipertiroid adalah suatu
ketidakseimbangan metabolik yang merupakan akibat dari produksi hormon
tiroid yang berlebihan (Dongoes E, Marilynn , 2000 hal 708).
Hipertiroid adalah respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh
metabolik hormon tiroid yang berlebihan. Bentuk yang umum dari masalah ini
adalah penyakit graves, sedangkan bentuk yang lain adalah toksik adenoma,
tumor kelenjar hipofisis yang menimbulkan sekresi TSH meningkat, tiroditis
subkutan dan berbagai bentuk kanker tiroid (Arief mansjoer, 1999).
Terdapat dua tipe hipertiroidisme yaitu penyakit graves dan goiter
nodular toksik, yaitu :
1. Penyakit Graves
Penyakit Graves adalah suatu gangguan autoimun di mana
terdapat suatu defek genatik dalam limfosit Ts dan sel Th merangsang
sel B untuk sintesis antibody terhadap antigen tiroid (Dorland, 2005).
Penyakit Graves merupakan penyebab tersering hipertiroidisme. Pada
penyakit ini ditandai oleh adanya proses autoimun disertai hyperplasia
(pembesaran kelenjar akibat peningkatan jumlah sel) kelenjar tiroid
secara difus.
2. Penyakit Goiter Nodular Toksik
Peningkatan ukuran kelenjar tiroid akibat peningkatan kebutuhan akan
hormon tiroid. Peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid terjadi selama
periode pertumbuhan atau kebutuhan metabolik yang tinggi misalnya
pubertas atau kehamilan (Elizabeth J. Corwin, 2009).
B. Anatomi Fisiologi
Mekanisme yang berjalan di
dalam tubuh manusia tersebut
diatur oleh dua sistem pengatur
utama, yaitu: sistem saraf dan
sistem hormonal atau sistem
endokrin (Guyton & Hall: 1159).
Pada umumnya, sistem saraf ini
mengatur aktivitas tubuh yang
cepat, misalnya kontraksi otot,
perubahan viseral yang
berlangsung dengan cepat, dan bahkan juga kecepatan sekresi beberapa
kelenjar endokrin (Guyton & Hall: 703).
Sedangkan, sistem hormonal terutama berkaitan dengan pengaturan
berbagai fungsi metabolisme tubuh, seperti pengaturan kecepatan rekasi kimia
di dalam sel atau pengangkutan bahan-bahan melewati membran sel atau
aspek lain dari metabolisme sel seperti pertumbuhan dan sekresi (Guyton &
Hall:1159). Hormon tersebut dikeluarkan oleh sistem kelenjar atau struktur
lain yang disebut sistem endokrin.
Salah satu kelenjar yang mensekresi hormon yang sangat berperan dalam
metabolisme tubuh manusia adalah kelenjar tiroid. Dalam pembentukan
hormon tiroid tersebut dibutuhkan persediaan unsur yodium yang cukup dan
berkesinambungan. Penurunan total sekresi tiroid biasanya menyebabkan
penurunan kecepatan metabolisme basal kira-kira 40 sampai 50 persen di
bawah normal, dan bila kelebihan sekresi hormon tiroid sangat hebat dapat
menyebabkan naiknya kecepatan metabolisme basal sampai setinggi 60
sampai 100 persen di atas normal (Guyton & Hall: 1187). Keadaan ini dapat
timbul secara spontan maupun sebagai akibat pemasukan hormon tiroid yang
berlebihan (Price & Wilson:337-338).
Tiroksin dan triiodotironin berfungsi meningkatkan kecepatan reaksi
kimia dalam hampir semua sel tubuh, jadi meningkatkan tingkat metabolisme
tubuh umum. Kalsitonin berfungsi memacu pengendapan kalsium di dalam
tulang sehingga menurunkan konsentrasi tingkat metabolisme tubuh umum.
Fungsi Hormon-hormon tiroid yang lain:
‐ Memegang peranan penting dalam peetumbuhan fetus khususnya
pertumbuhan saraf dan tulang
‐ Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin
‐ Efek kronotropik dan inotropik terhadap jantung yaitu menambah
kekuatan kontraksi otot dan menambah irama jantung
‐ Merangsang pembentukan sel darah merah
‐ Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernafasan sebagai kompensasi tubuh
terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolism.
‐ Bereaksi sebagai antagonis kalsium.
C. Etiologi
Penyakit Graves diketahui sebagai penyebab umum dari hipertiroid.
Pengeluaran hormone tiroid yang berlebihan diperkirakan terjadi akibat
stimulasi abnormal kelenjar tiroid oleh immunoglobulin dalam darah.
Stimulator tiroid kerja-panjang (LATS; Long-acting thyroid stimulator)
ditemukan dalam serum dengan konsentrasi yang bermakna pada banyak
penderita penyakit ini dan mungkin berhubungan dengan defek pada sistem
kekebalan tubuh. Penyebab lainnya adalah stress atau infeksi, tiroiditis, syok
emosional, asupan atau penggunaan hormon tiroid yang belebihan (Brunner
dan Suddarth, 2002).
D. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala pada penderita hipertiroid (Brunner dan Suddarth,
2000), antara lain:
1. Penderita sering secara emosional mudah terangsang (hipereksitabel),
iritabel dan terus merasa khawatir dan klien tidak dapat duduk diam,
kegelisahan.
2. Palpitasi, dan denyut nadi yang abnormal cepat yang ditemukan pada saat
istirahat dan beraktivitas; yang diakibatkan peningkatan dari serum T3 dan
T4 yang merangsang epinefrin dan mengakibatkan kinerja jantung
meningkat hingga mengakibatkan HR meningkat. Peningkatan denyut nadi
berkisar secara konstan antara 90 dan 160 kali per menit, tekanan darah
sistolik akan meningkat.
3. Tidak tahan panas dan berkeringat secara tidak lazim, banyak diakibatkan
karena peningkatan metabolisme tubuh yang meningkat maka akan
menghasilkan panas yang tinggi dari dalam tubuh sehingga apabila terkena
matahari lebih, klien tidak akan tahan akan panas.
4. Kulit penderita akan sering kemerahan (flusing) dengan warna ikan
salmon yang khas dan cenderung terasa hangat, lunak dan basah.
5. Adanya Tremor
6. Eksoftalmus yang diakibatkan dari penyakit graves, dimana penyakit ini
otot-otot yang menggerakkan mata tidak mampu berfungsi sebagaimana
mesti, sehingga sulit atau tidak mungkin menggerakkan mata secara
normal atau sulit mengkordinir gerakan mata akibatnya terjadi pandangan
ganda, kelopak mata tidak dapat menutup secara sempurna sehingga
menghasilkan ekspresi wajah seperti wajah terkejut.
7. Peningkatan selera makan namun mengalami penurunan berat badan yang
progresif dan mudah lelah.
8. Pada usia lanjut maka akan mempengaruhi kesehatan jantung.
E. Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter
toksika. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar
dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak
hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga
jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan
pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya
beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar dari pada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu
yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi
immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin),
yang berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor yang
mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel,
dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien
hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI
meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada
kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya
berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh
TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis
anterior. Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan
hormon hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-
sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering
berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid
yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas
normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang
penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan
sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme
ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15
kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal.
Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah satu efek
hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler. Eksofthalmos yang terjadi
merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan
periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar
(Price A, Sylvia, 1995).
F. Komplikasi
Menurut Smeltzer C. Suzanne (2002), komplikasi hipertiroidisme yang
dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat
berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi,
selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang
tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan Tiroid Hormon dalam jumlah
yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermi,
dan apabila tidak diobati dapat menyebabkan kematian.
Komplikasi lainnya adalah penyakit jantung hipertiroid, oftalmopati
Graves, dermopati Graves, infeksi karena agranulositosis pada pengobatan
dengan obat antitiroid. Hipertiroid yang terjadi pada anak-anak juga dapat
menyebabkan gangguan pertumbuhan. Komplikasi lainnya pada penderita
hipertiroid yaitu :
1. Gagal ginjal kronis
2. Fraktur
3. Krisis tiroid
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan (Doenges. E, Marilynn, 2000)
yaitu:
1. Tes ambilan RAI : meningkat pada penyakit graves dan toksik goiter
noduler, menurun pada tiroiditis.
2. T3 dan T4 serum : meningkat.
3. T3 dan T4 bebas serum : meningkat.
4. TSH : tertekan dan tidak berespon pada TRH ( tiroid releasing hormon).
5. Tiroglobulin : meningkat.
6. Stimulasi tiroid 131 : dikatakan hipertiroid jika TRH daritidak ada sampai
meningkat setelah pemberian TRH.
7. Ambilan tiroid 131 : meningkat Ikatan protein sodium : meningkat.
8. Gula darah : meningkat ( kerusakan adrenal).
9. Kortisol plasma : turun ( menurunnya pengeluaran oleh adrenal).
10. Pemerksaan fungsi hepar : abnormal.
11. Elektrolit : hiponatremi akibat respon adrenal atau efek delusi terapi
cairan, hipokalemia akibat dari deuresis dan kehilangan dari GI.
12. Katekolamin serum : menurun
13. kreatinin urin : meningkat
14. EKG : fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek kardiomegali
H. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon
tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau
merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).
1. Obat-obatan anti tiroid (OAT)
Obat antitiroid dianjurkan sebagai terapi awal untuk toksikosis pada
semua pasien dengan grave disease serta digunakan selama 1-2 tahun dan
kemudian dikurangi secara perlahan-lahan. Indikasi pemberian OAT
adalah :
‐ Sebagai terapi yang bertujuan memperpanjang remisi atau
mendapatkan remisi yang menetap, pada pasien – pasien muda dengan
struma ringan sampai sedang dan tirotoksikosis.
‐ Sebagai obat untuk kontrol tirotoksikosis pada fase sebelum
pengobatan, atau sesudah pengobatan pada pasien yang mendapat
yodium radioaktif.
‐ Sebagai persiapan untuk tiroidektomi.
‐ Untuk pengobatan pada pasien hamil.
‐ Pasien dengan krisis tiroid.
Adapun obat-obat yang temasuk obat antitiroid adalah Propiltiourasil,
Methimazole, Karbimazol.
a. Propiltiourasil (PTU)
Mekanisme Obat : menghambat sintesis hormon tiroid dengan
menghambat oksidasi dari iodin dan menghambat sintesis tiroksin dan
triodothyronin. (Lacy, et al, 2006)
b. Methimazole
c. Karbimazole
d. Tiamazole
2. Pengobatan dengan Yodium Radioaktif
Dianjurkan sebagai terapi definitif pada pasien usia lanjut. Indikasi :
‐ Pasien umur 35 tahun atau lebih
‐ Hipertiroidisme yang kambuh sesudah pemberian dioperasi
‐ Gagal mencapai remisi sesudah pemberian obat antitiroid
‐ Adenoma toksik, goiter multinodular toksik
3. Pembedahan Tiroidektomi
Tiroidektomi subtotal efektif untuk terapi hipertiroidisme tetapi
disertai dengan beberapa komplikasi potensial, termasuk cedera pada
nervus laringeus rekurens dan hipoparatiroidisme.
Indikasi :
‐ Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap
obat antitiroid.
‐ Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid
dosis besar
‐ Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium
radioaktif
‐ Adenoma toksik atau struma multinodular toksik
‐ Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
4. Obat-obatan lain (Antagonis adrenergik-beta)
Digunakan untuk mengendalikan tanda-tanda dan gejala
hipermetabolik (takikardi, tremor, palpitasi). Antagonis-beta yang paling
sering digunakan adalah propranolol, yang biasanya diberikan secara oral
dengan dosis 80-180 mg per hari dalam 3-4 dosis terbagi.
5. Non-Farmakologi
‐ Diet yang diberikan harus tinggi kalori 2600-3000 kalori perhari.
‐ Konsumsi protein yang tinggi yaitu 100-125 gr (2,5 gr/kgBB) per hari
seperti susu dan telur.
‐ Olahraga secara teratur.
‐ Mengurangi rokok, alcohol dan kafein yang dapat meningkatkan
metabolism (Brunner dan Suddarth, 2002).
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Konsep asuhan keperawatan pada klien hipertiroidisme yang dikutip dari
Doenges (2000):
1. Aktivitas atau istirahat
Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan
koordinasi, Kelelahan berat.
Tanda : Atrofi otot.
2. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina).
Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur,
peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia
saat istirahat. Sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis).
3. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria, nocturia), rasa nyeri /
terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), infeksi saluran kemih
berulang, nyeri tekan abdomen, diare, urine encer, pucat, kuning, poliuria
(dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia
berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), bising usus lemah dan
menurun, hiperaktif (diare).
4. Integritas ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial
yang berhubungan dengan kondisi.
Tanda : Ansietas peka rangsang.
5. Makanan / Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual atau muntah. Tidak mengikuti diet :
peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan
lebih dari periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik
(tiazid).
Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, pembesaran thyroid
(peningkatan kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah),
bau halitosis atau manis, bau buah (napas aseton).
6. Neurosensori
Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan
pada otot parasetia, gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, lethargi, stupor atau koma (tahap lanjut),
gangguan memori (baru masa lalu) kacau mental. Refleks tendon dalam
(RTD menurun; koma). Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang/berat), wajah meringis
dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
8. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi atau tidak).
Tanda : Sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen
(infeksi), frekuensi pernapasan meningkat.
9. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi,
menurunnya kekuatan umum/rentang gerak, parastesia atau paralysis otot
termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup
tajam).
10. Seksualitas
Gejala : Rabas wanita (cenderung infeksi), masalah impotent pada pria ;
kesulitan orgasme pada wanita.
Tanda : Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih. Aseton
plasma : positif secara menjolok. Asam lemak bebas : kadar lipid dengan
kolosterol meningkat.
B. Diagnosa
1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban
kerja jantung
2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan
kebutuhan energi
3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu
makan/pemasukan dengan penurunan berat badan)
4. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik.
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
C. Intervensi1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban
kerja jantung
Tujuan :Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai
dengan kebutuhan tubuh, dengan kriteria : 1) Nadi perifer dapat teraba
normal. 2) Vital sign dalam batas normal. 3) Pengisian kapiler normal
4)Tidak ada disritmia
Intervensi :
a) Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika
memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi
Rasional : Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat
dari vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume
sirkulasi.
b) Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan
pasien.
Rasional : Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen
oleh otot jantung atau iskemia.
c) Auskultasi suara nafas. Perhatikan adanya suara yang tidak normal
(seperti krekels)
Rasional : S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dengan curah
jantung meningkat pada keadaan hipermetabolik
d) Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membran kering,
nadi lemah, penurunan produksi urine dan hipotensi
Rasional : Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang akan menurunkan
volume sirkulasi dan menurunkan curah jantung
e) Catat masukan dan haluaran
Rasional : Kehilangan cairan yang terlalu banyak dapat menimbulkan
dehidrasi berat
2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan
kebutuhan energy.
Tujuan : Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan
tingkat energi
Intervensi :
a) Pantau tanda vital dan catat nadi baik istirahat maupun saat aktivitas.
Rasional : Nadi secara luas meningkat dan bahkan istirahat , takikardia
mungkin ditemukan
b) Ciptakan lingkungan yang tenang
Rasional : Menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat
menimbulkan agitasi, hiperaktif, dan imsomnia
c) Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas
Rasional : Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolism
d) Berikan tindakan yang membuat pasien merasa nyaman seperti
massage
Rasional : Meningkatkan relaksasi
3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu
makan/pemasukan dengan penurunan berat badan)
Tujuan : Klien akan menunjukkan berat badan stabil dengan kriteria :
Nafsu makan baik, Berat badan normal, Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Intervensi :
a) Catat adanya anoreksia, mual dan muntah
Rasional : Peningkatan aktivitas adrenergic dapat menyebabkan
gangguan sekresi insulin/terjadi resisten yang mengakibatkan
hiperglikemia
b) Pantau masukan makanan setiap hari, timbang berat badan setiap hari
Rasional : Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan
masukan kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap
terapi antitiroid
c) kolaborasi untuk pemberian diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan
vitamin
Rasional : Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan
zat-zat makanan yang adekuat dan mengidentifikasi makanan
pengganti yang sesuai
4. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik
Tujuan : Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat
diatasi dengan kriteria : Pasien tampak rileks
Intervensi :
a) Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas
Rasional : Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang
dan insomnia
b) Bicara singkat dengan kata yang sederhana
Rasional : Rentang perhatian mungkin menjadi pendek , konsentrasi
berkurang, yang membatasi kemampuan untuk mengasimilasi
informasi
c) Jelaskan prosedur tindakan
Rasional : Memberikan informasi yang akurat yang dapat menurunkan
kesalahan interpretasi
d) Kurangi stimulasi dari luar
Rasional : Menciptakan lingkungan yang terapeutik
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi
Tujuan : Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya dengan
criteria mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya
Intervensi :
a) Tinjau ulang proses penyakit dan harapan masa depan
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat
menentukan pilihan berdasarkana informasi
b) Berikan informasi yang tepat
Rasional : Berat ringannya keadaan, penyebab, usia dan komplikasi
yang muncul akan menentukan tindakan pengobatan
c) Identifikasi sumber stress
Rasional : Faktor psikogenik seringkali sangat penting dalam
memunculkan/eksaserbasi dari penyakit ini
d) Tekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat Rasional :
Mencegah munculnya kelelahan
e) Berikan informasi tanda dan gejala dari hipotiroid
Rasional : Pasien yang mendapat pengobatan hipertiroid besar
kemungkinan mengalami hipotiroid yang dapat terjadi segera setelah
pengobatan selama 5 tahun kedepan.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E, dkk. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, 3 th ed. Jakarta : EGC. (http://nu2in.blogspot.com/2012/05/askep-hipertiroid.html)
Price, Sylvia A, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed. 4. Jakarta : EGC. 1995.( http://nu2in.blogspot.com/2012/05/askep-
hipertiroid.html)
Smeltzer C. Suzanne, Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. ( http://nu2in.blogspot.com/2012/05/askep-hipertiroid.html)
Guyton, Arthur C. & John E. Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, Editor: Irawati Setiawan, EGC, Jakarta. (
http://kepacitan.wordpress.com/2011/03/27/asuhan-keperawatan-hipertiroid/)
Price,SA and wilson,LM.2005.Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit ,vol 2. Jakarta:EGC. ( http://kepacitan.wordpress.com/2011/03/27/asuhan-keperawatan- hipertiroid/)
LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIPERTIROID
Disusun Oleh:
Sartika Alvianita I
P 27220010 114
DIII BERLANJUT DIV KEPERAWATAN KRITIS
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
2012