Lp Dispepsiaaa

22
LAPORAN PENDAHULUAN DISPEPSIA KONSEP MEDIS 1. PENGERTIAN Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse berarti pencernaan. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2000 hal : 488). Dispepsia mengacu pada rasa kenyang yang tidak mengenyangkan sesudah makan, yang berhubungan dengan mual, sendawa, nyeri ulu hati dan mungkin kram dan begah perut. Sering kali diperberat oleh makanan yang berbumbu, berlemak atau makanan berserat tinggi, dan oleh asupan kafein yang berlebihan, dyspepsia tanpa kelainan lain menunjukkan adanya gangguan fungsi pencernaan (Williams & Wilkins, 2011). Batasan dispepsia a. Dyspepsia organic, bila telah diketahui adanya kelainan organic sebagai

description

true

Transcript of Lp Dispepsiaaa

Page 1: Lp Dispepsiaaa

LAPORAN PENDAHULUAN

DISPEPSIA

KONSEP MEDIS

1.   PENGERTIAN

Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse berarti

pencernaan. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa

tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan

keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan

regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2000

hal : 488).

Dispepsia mengacu pada rasa kenyang yang tidak mengenyangkan sesudah makan,

yang berhubungan dengan mual, sendawa, nyeri ulu hati dan mungkin kram dan begah

perut. Sering kali diperberat oleh makanan yang berbumbu, berlemak atau makanan

berserat tinggi, dan oleh asupan kafein yang berlebihan, dyspepsia tanpa kelainan lain

menunjukkan adanya gangguan fungsi pencernaan (Williams & Wilkins, 2011).

Batasan dispepsia

a. Dyspepsia organic, bila telah diketahui adanya kelainan organic sebagai

penyebabnya. Sindroma dyspepsia organik terdapat keluhan yang nyata terhadap

organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari, radang pancreas,

radang empedu, dan lain – lain.

b. Dyspepsia non-organik atau dyspepsia fungsional, atau dyspepsia non-ulkus

(DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dyspepsia fungsional tanpa disertai kelainan

atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium,

radiologi, endoskopi ( teropong saluran pencernaan).

Page 2: Lp Dispepsiaaa

2.   ETIOLOGI

Seringnya, dispep sia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux..

Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa perubahan yang terjadi pada saluran

cerna atas akibat proses penuaan, terutama pada ketahanan mukosa lambung (Wibawa,

2006). Kadar lambung lansia biasanya mengalami penurunan hingga 85%. Beberapa

obat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang

penyebab dispepsia belum dapat ditemukan.

Penyebab dispepsia secara rinci adalah:

a. Menelan udara (aerofagi)

b.  Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung

c. Iritasi lambung (gastritis)

d. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis

e. Kanker lambung

f. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)

g.  Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)

h.  Kelainan gerakan usus

i.   Stress psikologis, kecemasan, atau depresi

j.   Infeksi Helicobacter pylory

k. Perubahan pola makan

l. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu yang lama

m. Alkohol dan nikotin rokok

n. Stres

o. Tumor atau kanker saluran pencernaan

3.   MANIFESTASI KLINIK

a. nyeri perut (abdominal discomfort)

b. Rasa perih di ulu hati

c. Mual, kadang-kadang sampai muntah

d. Nafsu makan berkurang

e. Rasa lekas kenyang

Page 3: Lp Dispepsiaaa

f. Perut kembung

g. Rasa panas di dada dan perut

h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)

4.   PATOFISIOLOGI

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti

nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi

kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan

erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian

dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya

kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa

impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.

Page 4: Lp Dispepsiaaa

5. PATHWAYS

5.   PENATALAKSANAAN MEDIK

a. Penatalaksanaan non farmakologis

1) Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung

2) Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan

yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres

3) Atur pola makan

b. Penatalaksanaan farmakologis yaitu:

Page 5: Lp Dispepsiaaa

Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama

dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena pross

patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus DF

reponsif terhadap placebo.

Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung)

golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan prokinetik

(mencegah terjadinya muntah)

Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu :

1.   Antasid 20-150 ml/hari

Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir

sekresi asam lambung. Campuran yang biasanya terdapat dalam antasid antara

lain Na bikarbonat, AL (OH)3, Mg (OH)2 dan Mg trisilikat. Pemakaian obat ini

sebaiknya jangan diberikan terus-menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk

mengurangi rasa nyeri. Mg trisilikat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga

berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis

besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.

2.   Antikolinergik

Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak

selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat

menekan sekresi asam lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek

sitoprotektif.

3.   Antagonis reseptor H2

Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik

atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis

reseptor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin dan famotidin.

4.   Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)

Sesuai dengan namanya, golongan obat ini mengatur sekresi asam

lambung pada stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang

termasuk golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol dan pantoprazol.

Page 6: Lp Dispepsiaaa

5.   Sitoprotektif

Prostaglandin sintetik seperti misoprostol (PGE) dan enprestil (PGE2).

Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel

parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostaglandin endogen, yang

selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan

meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif

(sebagai site protective), yang senyawa dengan protein sekitar lesi mukosa

saluran cerna bagian atas (SCBA).

6.   Golongan prokinetik

Obat yang termasuk golongan prokinetik, yaitu sisaprid, dom peridon

dan metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia

fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki

bersihan asam lambung (acid clearance).

6.   DIAGNOSTIK

Pemeriksaan untuk penanganan dispepsia terbagi beberapa bagian, yaitu:

a. Pemeriksaan laboratorium

Biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap dan pemeriksaan darah dalam

tinja dan urine. Lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik

lainnya antara lain pankreatitis kronis, DM. Pada dyspepsia biasanya hasil

laboratorium dalam batas normal.

b.  Barium enema untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus halus dapat

dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan

berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita

makan (Mansjoer, 2007).

c.  Endoskopi

bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus kecil untuk

mendapatkan contoh jaringan untuk biopsy dari lapisan lambung. Contoh tersebut

Page 7: Lp Dispepsiaaa

kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui apakah lambung

terinfeksi oleh Helicobacter pylori. Endoskopi merupakan pemeriksaan batu emas,

selain sebagai diagnostic sekaligus terapeutik.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah:

o   CLO (rapid urea test)

o   Patologi anatomi (PA)

o   Kultur mikroorganisme (MO) jaringan

o   PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian

d.  Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi,

yatu OMD dengan kontras ganda, serologi Helicobacter pylori, dan urea breath

test (belum tersedia di Indonesia) (Mansjoer, 2007

e.  Kadang dilakukan pemeriksaan lain,

seperti pengukuran kontraksi kerongkongan atau respon kerongkongan terhadap

asam.

7.   KOMPLIKASI

Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya

komplikasi yang tidak ringan. Adapun komplikasi dari dispepsia antara lain:

a.  Perdarahan

b.  Kangker lambung

c.  Muntah darah

d.  Ulkus peptikum

Page 8: Lp Dispepsiaaa

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. DATA DASAR PENGKAJIAN

1. Identitas

Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, suku/ bangsa, agama,

pekerjaan, pendidikan, alamat.

Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin, agama,

pekerjaan, hubungan dengan pasien, alamat.

2. Pengkajian

1) Alasan utama datang ke rumah sakit.

2) Keluhan utama (saat pengkajian)

3) Riwayat kesehatan sekarang

4) Riwayat kesehatan dahulu

5) Riwayat kesehatan keluarga

6) Riwayat pengobatan dan alergi

3. keadaan fisik

a. Keadaan umum: sakit/nyeri, status gizi, sikap, personal hygiene dan lain-

lain.

b. Data sistemik

Sistem persepsi sensori: pendengaran, penglihatan,

pengecap/penghidu, peraba, dan lain-lain

Sistem penglihatan: nyeri tekan, lapang pandang, kesimetrisan mata,

alis, kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea, reflek, pupil, respon

cahaya, dan lain-lain.

Sistem pernapasan: frekuensi, batuk, bunyi napas, sumbatan jalan

napas, dan lain-lain.

Sistem kardiovaskular: tekanan darah, denyut nadi, bunyi jantung,

kekuatan, pengisian kapiler, edema, dan lain-lain.

Sistem saraf pusat: kesadaran, bicara, pupil, orientasi waktu,

orientasi tempat, orientasi orang, dan lain-lain.

Page 9: Lp Dispepsiaaa

Sistem gastrointestinal: nafsu makan, diet, porsi makan, keluhan,

bibir, mual dan tenggorokan, kemampuan mengunyah, kemampuan

menelan, perut, kolon dan rektum, rectal toucher, dan lain-lain.

Sistem muskuloskeletal: rentang gerak, keseimbangan dan cara jalan,

kemampuan memenuhi aktifitas sehari-hari, genggaman tangan, otot

kaki, akral, fraktur, dan lain-lain.

Sistem integumen: warna kulit, turgor, luka, memar, kemerahan, dan

lain-lain.

Sistem reproduksi: infertil, masalah menstruasi, skrotum, testis,

prostat, payudara, dan lain-lain.

Sistem perkemihan: urin (warna, jumlah, dan pancaran), BAK,

vesika urinaria.

c. Data penunjang

d. Terapi yang diberikan

e. Pengkajian masalah psiko-sosial-budaya-dan spiritual

Psikologi

Perasaan klien setelah mengalami masalah ini

Cara mengatasi perasaan tersebut

Rencana klien setelah masalahnya terselesaikan

Jika rencana ini tidak terselesaikan

Pengetahuan klien tentang masalah/penyakit yang ada

Sosial

Aktivitas atau peran klien di masyarakat

Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai

Cara mengatasinya

Pandangan klien tentang aktivitas sosial di lingkungannya

Budaya

Budaya yang diikuti oleh klien

  Aktivitas budaya tersebut

Keberatannya dalam mengikuti budaya tersebut

Page 10: Lp Dispepsiaaa

  Cara mengatasi keberatan tersebut

Spiritual

         Aktivitas ibadah yang biasa dilakukan sehari-hari

         Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan

         Aktivitas ibadah yang sekarang tidak dapat dilaksanakan

         Perasaaan klien akibat tidak dapat melaksanakan hal tersebut

         Upaya klien mengatasi perasaan tersebut

         Apa keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang dialami

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut Inayah (2004) bahwa diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada klien

dengan dispepsia.

a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan,

anoreksia.

c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual,

muntah

d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya

3. RENCANA KEPERAWATAN

Rencana keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk

menngulangi masalah keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan.

a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.

Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan kriteria klien

melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya ras nyeri

INTERVENSI RASIONAL

Page 11: Lp Dispepsiaaa

1. Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0 – 10)2.3. Berikan istirahat dengan posisi

semifowler

3. Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat meningkatkan kerja asam lambung

4. Anjurkan klien untuk tetap mengatur waktu makannya

Observasi TTV tiap 24 jam

Diskusikan dan ajarkan teknik relaksasi

7. Kolaborasi dengan pemberian obat analgesik

1. Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan

2. Dengan posisi semi-fowler dapat menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telentang

3. Dapat menghilangkan nyeri akut/hebat dan menurunkan aktivitas peristaltik

4. Mencegah terjadinya perih pada ulu hati/epigastrium

5. Sebagai indikator untuk melanjutkan intervensi berikutnya

6. Mengurangi rasa nyeri atau dapat terkontrol

7. Menghilangkan rasa nyeri dan mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi lain

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan,

anoreksia.

Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan

individu, dengan kriteria menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi

INTERVENSI RASIONAL

Page 12: Lp Dispepsiaaa

1. Pantau dan dokumentasikan dan haluaran tiap jam secara adekuat

2.3. Timbang BB klien

4. Berikan makanan sedikit tapi sering

5.

Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare.

6. Kaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai.

7. Monitor intake dan output secara periodik.

Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar (BAB).

Untuk mengidentifikasi indikasi/perkembangan dari hasil yang diharapkan

2. Membantu menentukan keseimbangan cairan yang tepat

Meminimalkan anoreksia, dan mengurangi iritasi gaster.

4. Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan

5.

Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet klien.

6. Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan

7. Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.

c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual,

muntah

Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu untuk

memperbaiki defisit cairan, dengan kriteria mempertahankan/menunjukkan

perubaan keseimbangan cairan, dibuktikan stabil, membran mukosa lembab, turgor

kulit baik.

INTERVENSI RASIONAL

Page 13: Lp Dispepsiaaa

1. Awasi tekanan darah dan nadi, pengisian kapiler, status membran mukosa, turgor kulit

2. Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran urine dengan akurat

3. Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan laksatif/diuretik

4.

Identifikasi rencana untuk meningkatkan/mempertahankan keseimbangan cairan optimal misalnya : jadwal masukan cairan

5. Berikan/awasi hiperalimentasi IV

1. Indikator keadekuatan volume sirkulasi perifer dan hidrasi seluler

2. Klien tidak mengkomsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit

3. Membantu klien menerima perasaan bahwa akibat muntah dan atau penggunaan laksatif/diuretik mencegah kehilangan cairan lanjut

4. Melibatkan klien dalam rencana untuk memperbaiki keseimbangan untuk berhasil

5. Tindakan daruat untuk memperbaiki ketidak seimbangan cairan elektrolit

d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya

Tujuan : Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan penurunan

kecemasan, dengan kriteria menyatakan pemahaman tentang penyakitnya.

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji tingkat kecemasan

2. Berikan dorongan dan berikan waktu untuk mengungkapkan pikiran dan dengarkan semua keluhannya

3.4. Jelaskan semua prosedur dan

pengobatan

4. Berikan dorongan spiritual

Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dirasakan oleh klien sehingga memudahkan dlam tindakan selanjutnya

2. Klien merasa ada yang memperhatikan sehingga klien merasa aman dalam segala hal tundakan yang diberikan

3. Klien memahami dan mengerti tentang prosedur sehingga mau bekejasama dalam perawatannya.

4. Bahwa segala tindakan yang diberikan untuk proses penyembuhan penyakitnya, masih ada yang berkuasa menyembuhkannya yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Page 14: Lp Dispepsiaaa

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2 Jakarta, EGC

Inayah Iin, 2004, Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem

pencernaan, edisi pertama, Jakarta, Salemba Medika.

Price & Wilson, 1994, Patofisiologi, edisi 4, Jakarta, EGC