LP Diare Anak Cangkol
-
Upload
ayu-listari -
Category
Documents
-
view
267 -
download
4
Transcript of LP Diare Anak Cangkol
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Definisi diare menurut World Health Organization (WHO) (2005)
adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih
dari tiga kali dalam satu hari disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi
cair), dengan atau tanpa darah dan atau lendir.
Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan
fungsi pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare disebabkan oleh
transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Gangguan diare
dapat melibatkan lambung dan usus (gastroenteritis), usus halus (enteritis),
kolon (kolitis), atau kolon dan usus (enterokolitis) (Wong L. Donna, 2008).
2.2 Klasifikasi Diare
A. Diare akut
Diare akut merupakan penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak
balita. Diare akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan
tiba-tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius
dalam traktus GI. Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran nafas (ISPA)
atau saluran kemih (ISK), terapi antibiotik atau pemberian obat pencahar
(laksatif). Diare akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14
hari) dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
Diare infeksius (gastroenteritis infeksiosa) dapat disebabkan oleh virus,
bakteri dan parasit yang pathogen.Diare yang membandel (intraktabel) pada
bayimerupakan sindrom yang terjadi pada bayi dalam usia beberapa minggu
pertama serta berlangsung lebih lama dari 2 minggu tanpa ditemukannya
mikroorganisme pathogen sebagai penyebabnya dan bersifat resisten atau
membandel terhadap terapi. Penyebabnya yang paling sering adalah diare
infeksius akut yang tidak dapat ditangani secara memadai (Wong L. Donna,
2008)
B. Diare kronis
Diare Kronis didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi
defekasi dan kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih
dari 14 hari. Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti
sindrom malabsorpsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi
makanan, intoleransi laktosa atau diare nonspesifik yang kronis, atau sebagai
akibat dari penatalaksanaan diare akut yang tidak memadai(Wong L. Donna,
2008)
C. Diare yang membandel (intraktabel)
Diare yang membandel (intraktabel) pada bayi merupakan sindrom
yang terjadi pada bayi dalam usia beberapa minggu pertama serta berlangsung
lebih lama dari 2 minggu tanpa ditemukannya mikroorganisme patogen
sebagai penyebabnya daan berssifat resisten atau membandel terhadap terapi.
Penyebabnya yang paling sering adalah diare infeksius akut yang tidak
ditangani secara memadai. (Wong L. Donna, 2008)
D. Diare kronis nonspesifik
Diare kronis nonspesifik yangjuga dikenal dengan istilah kolon iritabel
pada anak atau diare todler, merupakan penyebab diare kronis yang sering
dijumpai pada anak-anak yang berusia 6 hingga 54 minggu.Anak-anak ini
memperlihatkan feses yang lembek yang sering disertai partikel makanan
yang tidak tercerna, dan lamanya diare melebihi 2 minggu. Anak-anak akan
menderita diare kronis nonspesifik ini akan tumbuh secara normal dan pada
anak-anak ini tidak terdapat gejala malnutrisi, tidak ada darah dalam fesesnya
serta tidak tampak infeksi enteric (Huffman, 1999). Kesalahan makan dan
sensitivitas terhadap makanan pernah dikaitkan dengan diare kronis,
khususnya konsumsi jus dan pemanis buatan seperti sorbitol yang banyak
dijumpai dalam produk makanan serta minuman kemasan mungkin menjadi
factor pemicunya (Wong L. Donna, 2008).
2.3 Etiologi
1. Faktor infeksi :
Rotavirus merupakan agens paling penting yang menyebabkan penyakit
diare disertai dehidrasi pada anak-anak kecil diseluruh dunia.Gejalanya
dapat berkisar mulai dari gambaran klinik tanpa manifestasi gejala hingga
kematian akibat dehidrasi.Infeksi rotavirus menyebabkan sebagian besar
perawatan rumah sakit karena diare berat pada anak-anak kecil dan
merupakan infeksi nosokomial (infeksi yang didapat dalam rumah sakit)
yang signifikan oleh mikroorganisme pathogen.Salmonella, Shigella, dan
Campylobacter merupakan bakteri pathogen yang paling sering diisolasi.
Mikroorganisme Giardia lamblia dan Crytosporidium merupakan parasit
yang paling sering menimbulkan diare infeksi akut.
Organisme Patologi Karakteristik Keterangan
AGEN VIRUS
Rotavirus
Masa inkubasi 1-3
hari
Menginvasi epitel
mukosa usus
halus
Arsitektur
mukosa
mengalami
distorsi berat
dengan mukosa
yang atofik dan
perubahan
inflamatori yang
berat
Absorpsi garam
dan air menurun
Awitan mendadak
demam (38o c atau
lebih tinggi)
Nausea/vomitus
Nyeri abdomen
Disertai infeksi saluran
pernafasan atas
Diare dapat
berlangsung lebih dari
1 minggu
Infeksi lebih sering
terjadi di musim
dingin (90%) dengan
insidensi puncaknya
(60%) dari bulan
Desember hingga
April
Mengenai semua
kelompok usia (bayi
usia 6-12 bulan paling
rentan, sedangkan
anak dengan usia
lebih dari 3 tahun
kadang-kadang
menunjukkan gejala
jika penyakitnya
berat)
Mikroorganisme
mirip Norwalk
Masa inkubasi :1-3
hari
Mekanisme
timbulnya
penyakit tidak
diketahui
Terjadi
penumpukan vili
intestinalis dari
perubahan
inflamantori pada
lamina propria
Pengurangan
produksi enzim
Demam
Gangguan selera
makan
Nausea/vomitus
Nyeri abdomen
Diare
Malaise
Sumber infeksi : air
minum, air ditempat
rekreasi (kolam
renang, dll), makanan
(termasuk kerang-
kerangan)
AGENS BAKTERI
Escherichia coli
yang patogen
Masa inkubasi :
sangat bervariasi
bergantung pada
strainnya
Biasanya
disebabkan oleh
produksi
enterotoksin (usus
halus)
Mengurangi
absorpsi dalam
Awitan berangsur-
angsur atau mendadak
Manifestasi klinis
bervariasi
Kebanyakan-diare
berupa cairan yang
berwarna hijau dengan
Insidensi lebih tinggi
pada musim panas
Biasanya penularan
antar-individu tetapi
dapat pula ditularkan
lewat benda mati dan
daging yang kurang
usus dan
meningkatkan
sekresi serta
cairan elektrolit
darah atau mukus;
bersifat menyembur
Vomitus dapat terjadi
sejak awitan
Distensi abdomen
Diare
Demam, tampak toksik
matang, khususnya
daging sapi yang
dipotong-potong
Penyebab epidemi
pada panti asuhan
Dengan pengobatan
simtomatik saja,
penyakitnya bisa
berlangsung selama
beberapa minggu
Pemberian ASI
eksklusif memberikan
efek perlindungan
Gejala umumnya
mereda dalam waktu
3-7 hari
Angka kekambuhan
lebih-kurang 20%
Kelompok
Salmonella
(nontifoid)-kuman
gram negatif, tidak
berkapsul dan tidak
membentuk spora
Masa inkbasi : 6-72
jam untuk
gastroenteritis
(biasanya kurang
dari 24 jam); 3-60
hari untuk demam
enterik (biasanya 7-
14 hari)
Penetrasi pada
lamina propina
(usus halus dan
kolon)
Inflamasi lokal-
tidak terjadi
destruksi yang
luas
Stimulasi ekskresi
cairan intestinal
Invas lewat jalur
sistemik ke
bagian lain
Awitan cepat
Gejala bervariasi-
ringan hingga berat
Nausea/vomitus dan
nyeri abdomen yang
bersifat kolik serta
diikuti oleh diare yang
kadang-kadang
mengandung darah dan
lendir
Demam
Peristaltik hiperaktif
dan nyeri tekan ringan
pada abdomen
Gejala biasanya
mereda dalam waktu 5
hari
Dapat mengalami sakit
kepala dan manifestasi
Dua pertiga pasien
berusia kurang dari 20
tahun; insidensi
tertinggi pada anak
balita, khususnya bayi
Insidensi tertinggi
terjadi dari bulan Juli
hingga Oktober dan
terendah dari bulan
Januari hingga April
Penularan terutama
lewat makanan dan
minuman yang
terkontaminasi-
sebagian besar berasal
sumber binatang,
termasuk burung,
mamalia, reptilia serta
serebral (mis, perasaan
mau pingsan, konfusi,
meningismus,
serangan kejang)
Bayi dapat tidak
menunjukkan gejala
demam dan nontoksik
Dapat menyebabkan
meningitis dan
septikemia yang bisa
menimbulkan
kematian
Bervariasi pada bayi
insekta
Sumber yang paling
sering adalah daging
unggas dan telur
Pada anak-anak,
hewan peliharaan
(mis, anjing, kucing,
hamster dan tertama
kura-kura)
Bersifat menular
selama
mikroorganisme
tersebut diekskresikan
Dalam dasawarsa
terakhir ini terjadi
penurunan insidensi
Salmonella typhi Invasi cepat
kedalam aliran
darah dan tempat-
tempat inflamasi
yang kecil
Inflamasi yang
nyata dan
nekrosis pada
mukosa usus dan
jaringan limfatik
Anak yang besar-
demam yang tidak
beraturan, sakit kepala,
malaise letargi
Diare terjadi pada 50%
kasus dalam stadium
awal
Batuk-batuk sering
dijumpai
Dalam waktu beberapa
hari, panas tubuh
meningkat dan
konsisten; timbul
perasaan lemah, batuk,
nyeri abdomen,
anoreksia serta
penurunan berat badan,
diare mulai terjadi
Gejala akut dapat
bertahan selama satu
minggu atau lebih
Ditularkan lewat
makanan atau air
(sumber primer) yang
terkontaminasi, hewan
yang terinfeksi (mis,
kura-kura)
Kelompok Shigella-
baksil gram negatif,
nonmotil dan
Enterotoksin
Menstimulasi
kehilangan cairan
Awitan bervariasi
tetapi biasanya
mendadak
Insidensi puncak
terjadi pada anak-anak
yang usianya kurang
anaerob
Masa inkubasi: 1-7
hari, biasanya 2-4
hari
dan elektrolit
Menginvasi epitel
dengan ulserasi
superfisial
mukosa
S. dysenteriae
membentuk
eksotoksin
Pada mulanya timbl
demam dan nyeri perut
seperti kram
Demam-dapat
mencapai 40,5o C
Serangan kejang pada
sekitar 10% kasus-
biasanya berkaitan
dengan demam
Pasein tampak sakit
Sakit kepala, kaku
kuduk, delirium
Diare seperti air
dengan lendir dan pus
yang dimulai sekitar
12-48 jam sesudah
awitan
Defekasi didahului
dengan kram perut;
tenesmus ani dan rasa
ingin mengejan terjadi
kemudian
Gejala biasanya
mereda dalam waktu
5-10 hari
dari 9 tahun
sedangkan lebih dari
sepertiga kasus pada
anak-anak yang
berusia 1-4 tahun
Insidensi puncak
terjadi pada akhir
musim panas
Ditularkan secara
langsung atau tidak
langsng dari orang
yang terinfeksi dapat
menulari selama 1-4
minggu
Bersifat sembuh
sendiri
Pengobatan dengan
antibiotik
Dehidrasi yang berat
dan kolaps dapat
mengenai semua
pasien
Gejala akut dapat
bertahan selama satu
minggu atau lebih
Yersinia
enterocolitica
Masa inkubasi :
bergantung jumlah
kuman, 1-3 minggu
Diare-dapat berdarah
Demam (>38,7oC)
Nyeri abdomen pada
kuadran kanan bawah
Vomitus, diare
Terlihat lebih sering
pada musim dingin
Mayoritas kasus
ditemukan dalam usia
3 tahun pertama
Ditularkan lewat
makanan dan binatang
peliharaan
Dapat menyerupai
apendisitis
Dapat kambuh dan
berlangsung selama
berminggu-minggu
Campylobacter
jejuni
Masa inkubasi : 1-7
hari atau lebih lama
Mekanisme yang
tepat tidak
diketahui
Infeksi dapat
mengenai
jejunum, ileum
dan kolon
Ulserasi yang luas
dengan ileitis
hemoragik
Pelebaran dan
pendaratan
mukosa
Demam
Nyeri abdomen-sering
berat, bersifat kram
dan periumbilikal
Diare seperti air,
profus, berbau busuk
dengan adanya darah
Vomitus
Penularan antar-
individu
Dapat ditularkan
lewat binatang
peliharaan (mis,
kucing, anjing,
hamster)
Makanan (khususnya
ayam) dan penularan
lewat air
Terdapat
kemungkinan kambuh
Sebagian besar pasien
sembuh spontan
Antibiotik dapat
mempercepat
kesembuhan
Insidensi puncak
terjadi pada musim
panas
Kelompok Vibrio
cholerae (kolera)
Masa inkubasi :
biasanya 2-3 hari,
berkisar dari
beberapa jam hingga
5 hari
Enterotoksin
menyebabkan
peningkatan
sekresi klorida
dan kemungkinan
bikarbonat
Mukosa intestinal
mengalami
kongesti dengan
pelebaran folikel
limfe
Permukaan
mukosa utuh
Diare seperti air yang
awitannya mendadak
tanpa kram perut,
tenesmus, atau iritasi
anus kendati pasien
anak-anak depat
mengeluhkan kram
Defekasi mula-mula
bersifat intermiten,
kemudian hampir
berkesinambungan
Feses mengandung
darah dengan lendir
Jarang dijumpai pada
anak-anak yang
berusia kurang dari 1
tahun
Angka mortalitas
yang tinggi terjadi
pada bayi dan anak
kecil yang diobati
meupun yang tidak
diobati
Ditulatkan lewat
makanan dan air yang
terkontaminasi
Serangan infeksi
menghasilkan
kekebalan
Clostridium difficile Toksinnya
menstimulasi
sekresi kolon
dengan merusak
epitelium
Diare dengan darah
dalam feses
Nausea, vomitus
Dapat menyebabkan
kolitis
pseudomembranosa
Terjadi sesudah terapi
antibiotik
Ditularkan lewat
makanan yang
terkontaminasi
KERACUNAN
MAKANAN
Staphylococcus
Masa inkubasi : 4-6
jam
Menghasilkan
enterotoksin yang
stabil terhadap
panas
Kram abdomen yang
hebat
Diare yang profus
Syok dapat terjadi
pada kasus-kasus yang
berat
Dapat berupa demam
ringan
Makanan yang kurang
matang atau yang
disimpan di dalam
lemari es (mis,
puding, mayones,
makanan pencuci
mulut yang berlapis
krim)
Sembuh sendiri;
perbaikan terlihat
dalam wakt 24 jam
Pronosis sangat baik
Clostridium
perfingens
Masa inkubasi : 8-24
jam, biasanya 8-12
jam
Memproduksi
toksin yang
resisten dan
sensitif terhadap
panas
Nyeri midepigastrium
yang bersifat kram
dengan intensitas yang
sedag hingga berat
Bersifat sembuh
sendiri
Penularan lewat
produk makanan
komersial; yang
paling sering adalah
daging dan unggas
Clostridium
botulinum
Masa inkubasi : 12-
26 jam (berkisar 6
jam hingga 8 hari)
Neurotoksin yang
sangat poten
(mematikan)
Nausea, vomitus
Diare
Gejala sistem saraf
pusat dengan efek
mirip kurare
Mulut kering, disfagia
Ditularkan lewat
produk makanan yang
terkontaminasi
Intensitasnya
bervarias-gejala
ringan hingga yang
menimbulkan
kematian dengan
cepat dalam waktu
beberapa jam
Pemberian antitoksin
(Wong L. Donna, 2008).
2. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada
anak-anak).
3. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.
4. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas
2.4 Patofisiologi
Invasi mikroorganisme pathogen pada traktus GI menyebabkan diare
lewat (1) produksi enterotoksin yang menstimulasi sekresi air serta elektrolit,
(2) invasi serta destruksi langsung sel-sel epitel usus, dan (3) inflamasi lokal
serta invasi sistemik oleh mikroorganisme tersebut. Kendati demikian,
gangguan fisiologis paling serius dan segera terjadi terkait dengan penyakit
diare yang berat adalah (1) dehidrasi, (2) gangguan keseimbangan asam basa
dengan sidosis, dan (3) syok yang terjadi ketika keadaan dehidrasi berlanjut
hingga titik terjadinya gangguan yang serius pada status sirkulasi (Wong L.
Donna, 2008).
PATOFISIOLOGI
faktor infeksi F malabsorbsi F makanan F. PsikologiKH,Lemak,Protein
Masuk dan ber meningk. Tek osmo toksin tak dapat cemaskembang dlm tik diserap usus
Hipersekresi air pergeseran air dan hiperperistaltikdan elektrolit elektrolit ke rongga( isi rongga usus) usus menurunya kesempatan usus
menyerap makanan
D I A R E
Frek. BAB meningkat distensi abdomen
Kehilangan cairan & elekt integritas kulit berlebihan perianal
gg. kes. cairan & elekt As. Metabl mual, muntah
Resiko hipovolemi syok sesak nafsu makan
Gang. Oksigensi BB menurun
Gangg. Tumbang
2.5 Evaluasi Diagnostik
2.6 Penatalaksanaan Terapeutik
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan terhadap diare dimulai dengan mengamati
keadaan umum dan perilaku bayi atau anak.Pengkajian fisik meliputisemua
parameter yang dijelaskan untuk pengkajian dehidrasi seperti berkurangnya
haluaran urine, menurunnya berat badan, membrane mukosa yang kering,
turgor kulit yang jelek, ubun-ubun yang cekung dan kulit yang pucat, dingin
serta kering.Pada dehidrasi yang lebih berat, gejala meningkatnya frekuensi
nadi dan respirasi, menurunnya tekanan darah, dan waktu pengisian ulang
kapiler yang memanjang (>2 detik) dapat menunjukan syok yang mengancam
(Wong L. Donna, 2008)
Riwayat penyakit akan memberikan informasi penting mengenai
kemungkinan agens penyebab seperti pengenalan makanan yang baru, kontak
dengan agens yang menular, berwisata ke daerah dengan suseptibilitas tinggi,
kontak dengan makanan yang mungkin terkontaminasi dan kontak dengan
hewan yang mungkin diketahui sebagai sumber infeksi enterik. Riwayat
alergi, penggunaan obat dan makanan dapat menunjukkan kemungkinan alergi
terhadap makanan, penggunaan obat pencahar atau antibiotik atau konsumsi
makanan yang banyak mengandung sorbitol dan fruktosa (misal jus apel)
(Wong L. Donna, 2003)
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan
yang berlebihan dari traktus gastrointestinal ke dalam feses atau muntahan.
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
kehilangan cairan akibat diare dan asupan cairan yang adekuat.
Asuhan Keperawatan Anak Diare | 12
3. Risiko menularkan infeksi yang berhubungan dengan mikroorganisme
yang menginfasi traktus gastrointestinal
4. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan iritasi karena defekasi
yang sering dan feses yang cair
5. Perubahan proses keluarga yang behubungan dengan krisis situasi dan
kurangnya pengetahuan
Asuhan Keperawatan Anak Diare | 13
3.3 Rencana Intervensi Keperawatan
NO. DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Kekurangan volume cairan
yang berhubungan dengan
kehilangan cairan yang
berlebihan dari traktus
gastrointestinal ke dalam
feses atau muntahan.
Klien memperlihatkan
tanda rehidrasi dan
mempertahankan hidrasi
yang adekuat
1. Berikan larutan oralit
2. Berikan dan pantau
pemberian cairan infus
sesuai program.
3. Berikan preparat
antimikroba sesuai
program
1. Larutan oralit untuk
rehidrasi maupun
penggantian cairan
yang hilang lewat
feses.
2. Cairan Infus sesuai
program untuk
mengatasi dehidrasi
dan vomitus yang
berat.
3. Preparat antimikroba
sesuai program untuk
mengatasi
mokroorganisme
patogen spesifik yang
menyebabkan
kehilangan cairan
Asuhan Keperawatan Anak Diare | 14
4. Pertahankan catatan
asupan dan keluaran
cairan (urin, feses dan
muntahan)
5. Pantau berat jenis urine
setiap 8 jam.
6. Timbang berat badan
setiap hari.
7. Nilai tanda vital, turgor
kulit, membran mukosa,
dan status kesadaran
setiap 4 jam sekali.
8. Instruksikan untuk
menghindari konsumsi
cairan jernih seperti jus
buah, minuman bersoda
dan gelatin.
berlebihan lewat
traktus gastrointestinal.
4. Untuk mengevaluasi
keefektifan intervensi
5. Menilai status hidrasi
6. Menilai status hidrasi
7. Menilai status hidrasi
8. Menghindari
kandungan hidrat arang
dengan kadar elektrolit
yang rendah dan
osmolalitas yang tinggi.
2. Perubahan nutrisi : kurang Klien mengkonsumsi 1. Hindari diet BRAT 1. Diet ini memiliki
Asuhan Keperawatan Anak Diare | 15
dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan
kehilangan cairan akibat diare
dan asupan cairan yang
adekuat.
nutrien dalam jumlah yang
adekuat untuk
mempertahankan berat
badan yang tepat menurut
usianya.
(banana, rice, apple, dan
tea)
2. Amati dan catat respons
anak terhadap pemberian
makanan
3. Beritahu keluarga agar
menerapkan diet yang
tepat
4. Gali kekhawatiran dan
prioritas anggota
keluarga
kandungan energi dan
protein yang rendah,
kandungan hidrat
arang yang terlampau
tinggi serta kadar
elektrolit yang rendah.
2. Menilai toleransi anak
terhadap makanan.
3. Untuk menghasilkan
kepatuhan terhadap
program terapeutik
4. Meningkatkan
kepatuhan terhadap
program terapeutik
3 Risiko menularkan infeksi
yang berhubungan dengan
Klien (orang lain)
memperlihatkan tanda
1. Tingkatkan standar atau
praktik pengendalian
1. Mengurangi
resiko penyebaran
Asuhan Keperawatan Anak Diare | 16
mikroorganisme yang
menginfasi traktus
gastrointestinal
infeksi Gastrointestinal infeksi
2. Pertahankan kebiasaan
mencuci tangan yang
cermat
3. Pasang popok dengan
rapat
4. Gunakan popok yang
mempunyai daya serap
yang tinggi
5. Upayakan bayi/anak
kecill tidak meletakan
tangannya dan benda
apapun pada daerah
terkontaminasi
infeksi
2. Mengurangi
resiko penyebaran
infeksi
3. Mengurangi
kemungkinan
menyebarnya feses
4. Menahan feses
pada tempatnya dan
menghindari
kemungkinan
terjadinya dermatitis
popok
5. Menghindari
faktor penyebaran
infeksi
6. Mencegah
Asuhan Keperawatan Anak Diare | 17
6. Ajarkan tindakan
protektif pada anak-anak
ataupun keluarga
7. Beritahu anggota
keluarga dan pengunjung
mengenai praktik isolasi
khususnya kebiasaan
mencuci tangan
penyebaran infeksi
7. Mengurangi
resiko penyebaran
infeksi
4. Kerusakan integritas kulit
yang berhubungan dengan
iritasi karena defekasi yang
sering dan feses yang cair
Klien tidak
memperlihatkan gejala
rupture kulit
1. Ganti popok dengan
sering
2. Bersihkan bagian bokong
secara hati-hati dengan
sabun nonalkalis yang
lunak dan air atau
merendam anak dalam
bathtub
3. Oleskan salep seperti
zink oksida
1. Menjaga agar
kulit selalu bersih dan
kering
2. Feses pasien diare
bersifat sangat iritatif
pada kulit
3. Melindungi kulit
terhadap iritasi
Asuhan Keperawatan Anak Diare | 18
4. Biarkan kulit utuh yang
berwarna kemerahan
terkena udara
5. Hindari pemakaian tissue
pembersih komersial
yang mengandung
alkohol pada kulit yang
mengalami ekskoriasi
6. Amati bagian bokong dan
perineum
7. Oleskan preparat
antifungus yang tepat
4. Mempercepat
penyembuhan
5. Penggunaan
tissue ini
menimbulkan rasa
perih
6. Mendeteksi tanda
infeksi
7. Mengobati infeksi
jamur pada kulit
5. Perubahan proses keluarga
yang behubungan dengan
krisis situasi dan kurangnya
pengetahuan
Keluarga memahami sakit
anaknya serta
penanganannya dan
mampu melaksanakan
perawatan
1. Berikan informasi kepada
keluarga mengenai sakit
anaknya dan tindakan
terapeutiknya
2. Diskusikan dengan
keluarga mengenai
1. Mendorong
kepatuhan terhadap
program terapeutik
khususnya di rumah
2. Memenuhi kebutuhan
Asuhan Keperawatan Anak Diare | 19
perawatan anak
3. Beritahu keluarga
mengenai tindakan
penjagaan yang harus
diambil
4. Atur perawatan
kesehatan pasca
hospitalisasi
anak dan keluarga
3. Mencegah
penyebaran infeksi
4. Pengkajian dan
penanganan yang
berkesinambungan
Asuhan Keperawatan Anak Diare | 20
3.4 Implementasi
Penatalaksanaan sebagian besar kasus diare akut dapat dilaksanakan
dirumah dengan pemberian pendidikan yang benar kepada orang tua tentang
penyebab diare, komplikasi yang potensial, dan terapi yang tepat.Orang tua
diajarkan untuk memantau tanda-tanda dehidrasi, khususnya jumlah popok
yang basah atau frekuensi berkemih, memantau cairan yang masuk lewat mulut
dan menilai frekuensi defekasi serta jumlah cairan yang hilang lewat feses.
Pendidikan yang berhubungan dengan terapi rehidrasi oral, termasuk pemberian
cairan rumatan dan penggantian kehilangan cairan yang tengah berlangsung,
merupakan masalah yang penting.
Oralit harus diberikan sedikit demi sedikit tetapi sering.Vomitus bukan
kontaindikasi bagi pemberian oralit kecuali jika gejala vomitusnya sangat
berat.Informasi tentang pemberian terus makanan yang biasa dimakan
merupakan materi yang esensial. Orang tua perlu mengetahui bahwa pada
dasarnya jumlah feses akan sedikit lebih meningkat ketika kita meneruskan
pemberian cairan untuk menggantikan yang hilang lewat feses. Manfaat yang
berupa hasil akhir status gizi yang lebih baik dengan lebih sedikitnya
komplikasi dan lebih pendeknya lama (durasi) sakit lebih besar daripada
kerugian akibat peningkatan frekuensi defekasi yang potensail
terjadi.Kekhawatiran orang tua harus dieksplorasi agar timbul kepatuhan dalam
diri mereka untuk mengikuti rencana penangananya.
Jika anak diare akut dan dehidrasi dirawat di rumah sakit,
penimbangan berat badannya harus dikerjakan dengan akurat disamping
dilakukanya pemantauan asupan dan haluaran cairan yang cermat.Anak dapat
memperoleh terpai cairan parenteral tanpa pemberian apapun lewat mulut
(puasa) selama 12 hingga 48 jam. Pemantauan pemberian cairan infuse
merupakan fungsi primer keperawatan, dan perawat harus yakin bahwa cairan
serta elektrolit yang diberikan lewat infuse tersebut sudah memiliki konsentrasi
Asuhan Keperawatan Anak Diare | 21
yang benar, kecepatan tetesan harus diatur untuk memberikan cairan dengan
volume yang dikehendaki dalam periode tertentu dan lokasi pemberian infuse
harus dijaga.
Pencegahan tindakan terbaik untuk menghadapi diare pada bayi dan
anak adalah pencegahan.Karena sebagian besar infeksi yang menyebabkan
diare akut ditularkan lewat jalur fekal-oral, makaorang tua membutuhkan
informasi mengenai tindakan pencegahan seperti hygiene perorangan,
perlindungan suplai air terhadap kontaminasi, dan pengolahan makanan yang
hati-hati.
3.5 Evaluasi
Keefektifan intervensi keperawatan ditentukan oleh pengkajian ulang yang
terus-menerus menurut pedoman observasi berikut ini.
1. Memantau kehilangan cairan dengan mengukur asupan serta haluaran
cairan dengan cermat dan menimbang berat badan anak setiap hari
2. Memantau asupan makanan, khususnya jumlah kalori dari makanan
3. Mengamati tanda-tanda yang membuktikan adanya komplikasi dan
penyakit yang mendasari
4. Mengamati dan mewawancarai keluarga untuk menentukan derajat dan
keefektifan perawatan/asuhan
Asuhan Keperawatan Anak Diare | 22
DAFTAR PUSTAKA
Wong, Donna L. Eaton, Marilyn H. wilson, David. Winkelstein, Marilyn L.
Schwartz, Patricia, 2008. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik volume 2.
Jakarta: EGC
Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta
Asuhan Keperawatan Anak Diare | 23