referat diare
-
Upload
mathyasthanama -
Category
Documents
-
view
19 -
download
4
description
Transcript of referat diare
Pendahuluan
Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada dewasa. Diperkirakan pada orang
dewasa setiap tahunnya mengalami diare akut atau gastroenteritis akut sebanyak 99.000.000
kasus. Di Amerika Serikat, diperkirakan 8.000.000 pasien berobat ke dokter dan lebih dari
250.000 pasien dirawat di rumah sakit setiap tahun (1,5% merupakan pasien dewasa) yang
disebabkan karena diare atau gastroenteritis. Kematian yang terjadi, kebanyakan berhubungann
dengan kejadian diare pada anak-anak atau lanjut usia, dimana kesehatan pada usia pasien
tersebut rentan terhadap dehidrasi sedang-berat. Frekuensi kejadian diare pada negara-negara
berkembang termasuk Indonesia lebih banyak 2-3 kali dibandingkan negara maju.1
Lebih dari 90% kasus diare akut disebabkan karena infeksi, kasus ini umumnya disertai
dengan muntah, demam dan nyeri perut. 10% sisanya disebabkan oleh medikasi, toxic ingestion,
iskemi, dan penyebab lainnya.2
Definisi
Menurut definisi WHO, diare adalah pasase feses dengan konsentrasi lebih encer dan
frekuensi lebih sering (>2x dalam satu hari). Sedangkan menurut World Gastroenterology
Organization Global Guideline 2005, diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang
cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal.3
Sedangkan menurut definisi lain, diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam dan 10 mL/kg/hari pada bayi dan balita.1
Klasifikasi
Berdasarkan durasinya, diare diklasifasikan manjadi:
Diare yang berlangsung ≤ 14 hari disebut diare akut.
Diare yang berlangsung > 2 minggu disebut diare kronik3
REFERAT DIARE AKUTKEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM 2015
1
Patofisiologi / Patomekanisme
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme sebagai berikut:
1) Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotic; 2) sekresi cairan dan elektrolit
meninggi, disebut diare sekretorik; 3) malabsorpsi asam empedu, malabsorpsi lemak; 4) defek
system pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit; 5) motilitas dan waktu transit usus
abnormal; 6) gangguan permeabilitas usus; 7) inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik;
8) infeksi dinding usus, disebut diare infeksi.1,4
Diare osmotic
Jika bahan makanan tidak dapat diabsorpsi dengan baik di usus halus, maka tekanan
osmotic intralumen meningkat sehingga menarik cairan plasma ke lumen. Jumlah cairan
yang bertambah melebihi kemampuan reabsorpsi kolon menyebabkan terjadinya diare
yang cair. Diare akan berhenti bila pasien puasa. Penyebabnya bisa intoleransi laktosa,
konsumsi laksatif atau antasida yang mengandung magnesium. Diare osmotic ditegakkan
bila osmotic gap feses >125 mosmol/kg (normal <50 mosmol/kg). Osmotik gap dihitung
dengan cara Osmolaritas serum (290 mosmol/kg) – [2 x (konsentrasi natrium + kalium
feses)]3
Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus,
menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare
dengan volume tinja yang banyak sekali, cair, tidak nyeri dan tidak ada mucus maupun
darah. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum.
Penyebab dari diare tipe ini antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi Vibrio
cholerae atau Escherichia coli, penggunaan laksatif non-osmotik, reseksi usus, penyakit
mukosa usus, dan lainnya.3
Diare eksudatif / inflamatorik
Diare tipe ini disebabkan adanya kerusakan mukosa usus akibat proses inflamasi,
sehingga terjadi produksi mucus yang berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit ke dalam
lumen, gangguan absorpsi air-elektrolit. Diare dapat disertai malabsorpsi lemak, cairan
dan elektrolit serta hipersekresi dan hipermotilitas akibat pelepasan sitokin pro-inflamasi.
REFERAT DIARE AKUTKEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM 2015
2
Penyebabnya:
Infeksi bakteri yang bersifat invasive seperti Campylobacter jejuni, Shigella,
Salmonella Yersinia enterocolica, Enteroinvasive E.coli (EIEC),
Enterohemorrhagic E.coli (EHEC), Clostridium difficale atau infeksi amuba.
Non-infeksi, berupa gluten sensitive enterophaty, inflammatory bowel disease,
atau radiasi.
Karakteristik berupa feses dengan pus, mucus, atau darah karena kerusakan mukosa.
Analisis feses menunjukkan laukosit, fecal lactoferrin, dan calciprotein positif. Gejala
biasanya disertai tenesmus, nyeri dan demam.3
Diare dismotilitas
Disebabkan dismotilitas usus sehingga waktu transit di usus memendek dan absorpsi
berkurang, atau disebabkan neuromiopati yang menyebabkan stasis dan overgrowth
bakteri. Karakteristiknya mirip feses diare sekretorik, namun dapat disertai steatorrhea
ringan. Penyebab bisa hipertiroidisme, sindrom karsinoid, obat-obatan prokinetik,
diabetes mellitus, atau irritable bowel syndrome.3
Patogenesis
Yang berperan pada terjadinya diare akut terutama karena infeksi yaitu faktor kausal
(agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh untuk
mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri dari faktor-
faktor daya tangkis atau lingkungan internal saluran cerna antara lain: keasaaman lambung,
motilitas usus, imunitas dan juga lingkungan mikroflora usus. Faktor kausal yaitu daya penetrasi
yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi
cairan usus halus serta daya lekat kuman. Pathogenesis diare karena infeksi bakteri/ parasite
terdiri atas:1,4
Diare karena bakteri non-invasif (enterotoksigenik).
Bakteri yang tidak merusak mukosa misal V. cholera eltor, Enterotoxigenic E.coli
(ETEC) dan C.perfingens. V. cholera eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada
mukosa usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi vibrio. Enterotoksin ini menyebabkan
REFERAT DIARE AKUTKEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM 2015
3
kegiatan berlebihan nikotinamid adenine dinukleotid pada dinding sel usus, sehingga
meningkatkan kadar adenosine 3’, 5’-siklik monofosfat (siklik AMP) dalam sel yang
menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus yang diikuti oleh air, ion
bikarbonat, kation natrium dan kalium.
Diare karena bakteri/parasite invasive (enterovasif)
Bakteri yang merusak (invasive) antara lain Enteroinvasive E.coli (EIEC), Salmonella,
Shigella, Yersinia, C.perfingens tipe C. Diare disebabkan oleh kerusakan dinding usus
berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat
bercampur lendir dan darah. Walau demikian infeksi kuman-kuman ini dapat juga
bermanifestasi sebagai diare koleriformis. Kuman Salmonella yang sering menyebabkan
diare yaitu S.paratyphi B, styphimurium S enterriditis, S choleraesius. Penyebab parasite
yang sering yaitu E.histolitika dan G.lamblia.
Etiologi
Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, parasit, virus),
keracunan makanan, efek obat-obatan dan lain-lain.
Menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines 2008, etiologi diare
akut dibagi atas tiga penyebab: bakteri, virus, dan parasit1
Etiologi Karakteristik diare
Infeksi Bakteri:
Vibrio cholera, Enterotoxigenic E.coli, dan
Enteropathogenic E.coli
Campylobacter jejuni, Shigella sp,
Salmonella sp, Yersinia enterocolica,
Enteroinvasive E.coli, Enterohemoragic
E.coli, Clostridium difficale, dll.
Menginfeksi usus halus. Diare sangat cair,
tanpa disertai inflamasi maupun invasi ke
mukosa.
Menginfeksi kolon, biasanya terdapat invasi
mukosa, mucus dan darah pada diare
Virus:
Rotavirus, Norwalk virus, Adenovirus,
Calcivirus, Astraovirus.
Meninvasi vili-vili usus halus. Diare sering
disertai muntah, menggigil, demam dan
malaise sehingga disebut stomach flu.
Parasit: Menginfeksi usus halus.
REFERAT DIARE AKUTKEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM 2015
4
Giardia lambdia, Cryptosporodium
Entamoeba hystolitica
Diare cair, berbau busuk, disertai
malabsorpsi, nyeri perut, tanpa inflamasi
Menginfeksi kolon, menyebabkan diare
inflamatorik
Non-infeksi Irritable bowel syndrome (IBS) Diare dan konstipasi bergantian, gejala lain
bervariasi, berkaitan dengan stress. Gejala
berulang dalam waktu yang lama
Malabsorpsi (mis: intoleransi laktosa) Diare, kembung, flatulen, sendawa, nyeri
perut terutama bila mengkonsumsi makanan
tertentu
Fase akut Inflamatory bowel disease (IBD) Frekuensi BAB meningkat disertai mucus
dan darah pada feses, sudah berlangsung
dalam waktu yang lama, ada riwayat siklus
akut-remisi-kronik.
Kolitis iskemik Sering pada pasien >50 tahun. Diare disertai
nyeri perut hebat. Terutama pada pasien
lansia dan memiliki riwayat penyakit
vaskuler perifer.
Medikasi Konsumsi antibiotic jangka lama,
antihipertensif, kemo/radioterapi
Keracunan makanan Diare setelah konsumsi makanan tertentu,
terutama yang tidak dimasak dengan baik.
Tabel 1. Etiologi Diare dan Manifestasi Klinis
Pada penelitian diare akut pada 123 pasien di RS Persahabatan dari 1 November 1993 s.d
30 April 1994, Hendarwanto, Setiawan B dkk. mendapatkan etiologi infeksi seperti berikut:1
Etiologi Frekuensi (%)
E.coli 38,29
Vibrio cholera 18,29
Aeromonas sp 14,29
Shigella flexneri 6,29
Salmonella sp 5,71
Entamoeba histolytica 5,14
REFERAT DIARE AKUTKEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM 2015
5
Ascaris lumbricoides 3,43
Rotavirus 2,86
Candida sp 1,71
Vibrio NAG 1,14
Trichuris trichiura 1,14
Plesiomonas shigelloides 0,57
Ancylostoma duodenalis 0,57
Blastocytis hominis 0,57
Tabel 2. Etiologi Diare Akut di RS Persahabatan Jakarta
Epidemiologi
Diare merupakan penyakit yang umum terjadi pada hampir semua kelompok usia dan
merupakan penyakit kedua tersering setelah influenza (common cold). Penyakit diare juga
merupakan suatu masalah yang kerap kali terjadi di dalam kesehatan masyarakat dan di dalam
bagian pelayanan kegawatdaruratan, terutama untuk anak-anak dibawah usia lima tahun.
Diperkirakan terdapat 100 juta kasus diare akut setiap tahunnya di Amerika Serikat. Kasus-kasus
tersebut merupakan 5% dari keseluruhan kunjungan ke praktek pribadi dan 10% dari pasien-
pasien yang dirawat inap (Frye, 2005).1
Keadaan risiko dan kelompok risiko tinggi yang mungkin mengalami diare infeksi:
Travelers. sering terkena traveler’s diarrhea, yang umumnya disebabkan oleh
enterotoxigenic E.coli serta Campylobacter, Shigella, Aeromonas, Norovirus,
Coronavirus, and Salmonella.
Konsumsi makanan tertentu yang tidak biasa: makanan laut, terutama yang
mentah, restoran dan rumah makan cepat saji, dan piknik.
Orang dengan immunodeficiency. Individual dengan resiko diare termasuk
mereka dengan immunodeficiency primer (IgA deficiency, penyakit
granulomatous kronik, dll) maupun immunodeficiency sekunder (AIDS,
farmakologi suppression).
Pasien yang tinggal di rumah penampungan atau perawatan (Shigella, Giardia,
Cryptosporidium, Rotavirus).
REFERAT DIARE AKUTKEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM 2015
6
Nosokomial. Infeksi diare merupakan salah satu infeksi nosocomial tersering di
banyak rumah sakit. Pasien yang dirawat di rumah sakit dan menggunakan
antibiotic luas rentan terhadap infeksi oleh Clostridium difficale.3
Jenis Makanan Bakteri Kontaminan
Ayam Salmonella, Campylobacter, Shigella
Hamburger, daging yang tidak dimasak sampai matang Bacillus cereus
Seafood (terutama bila mentah) Vibrio, Salmonella, virus hepatitis A
Mayonais atau krim Staphylococcus aureus, Salmonella
Telur Salmonella
Keju, makanan yang tidak dimasak Listeria
Tabel 3. Bakteri kontaminan pada makanan
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis bergantung kepada lokasi anatomis dan agen penyebab. Infeksi di usus
halus biasanya tidak invasive, sementara infeksi di kolon bersifat invasive. Diare karena kelainan
usus halus biasanya banyak, cair, sering berhubungan dengan malabsorpsi, dan sering ditemukan
dehidrasi. Pemeriksaan penunjang mungkin menunjukkan pH <5,5 dengan substansi pereduksi
kemungkinan positif, leukosit serum normal, dan leukosit feses <5/lapang pandang kecil.
Di sisi lain, diare akibat kelainan kolon biasanya sedikit, frekuensinya sangat meningkat,
disertai mucus dan darah segar dan disertai nyeri perut dan sensasi ingin BAB. Pemeriksaan
penunjang akan menunjukkan pH >5,5, substansi pereduksi negative, leukosit serum sering
meningkat disertai leukosit feses >10/lapang pandang kecil.3
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Anamnesis
Tanyakan konsistensi, volume, dan frekuensi BAB, adakah steatorrhea,pus, mucus atau
darah segar pada feses, atau melena. Eksplorasi gejala penyerta seperti mual, muntah, nyeri
perut, demam, dan tenesmus. Muntah paling sering ditemukan pada infeksi virus, sementara
demam >38,5oC menunjukkan proses inflamasi yang dapat disebabkan bakteri invasive,
REFERAT DIARE AKUTKEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM 2015
7
sitotoksin, amuba, virus, colitis, diverticulitis atau IBD. Tiga penyebab terakhir biasanya disertai
nyeri perut yang dominan.1,2,3
Tanyakan pula mengenai awitan, durasi gejala dan apakah gejala seperti ini sering
berulang sebelumnya. Durasi lebih dari beberapa hari cenderung menyingkirkan infeksi virus,
karena infeksi virus biasanya berlangsung singkat. Nilai penurunan berat badan untuk
mengetahui derajat dehidrasi sekaligus adanya tanda bahaya. Indicator dehidrasi lain adalah rasa
haus, volume dan kapan terakhir kali buang air kecil, dan penurunan kesadaran. 1,2,3
Terakhir, tanyakan faktor resiko seperti konsumsi makanan yang tidak dimasak dengan
baik, riwayat bepergian ke daerah endemis, berenang di danau atau terminum airnya, keadaan
immunokompromis, penggunaan obat-obatan yang dapat memicu diare, riwayat kontak dengan
orang lain yang diare, serta tinggal di rumah penampungan atau perawatan di rumah sakit. 1,2,3
Pemeriksaan Fisik
Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisis sangat berguna dalam
menentukan beratnya diare daripada menentukan penyebab diare. Status volume dinilai dengan
memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperature tubuh dan tanda
toksisitas. Keberadaan bercak-bercak pada kulit, ulserasi mulut, pembesaran tiroid, mengi,
artritis, asites, massa abdomen, tenderness, dan defens muscular abdomen serta bising usus harus
dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan menilai adanya komplikasi. Pemeriksaan
abdomen yang seksama merupakan hal yang penting. Adanya dan kualitas bunyi usus dan ada
atau tidaknya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan clue bagi penentuan etiologi. Bila
tidak yakin mengenai adanya darah di feses atau diare berdarah pada pasien >50 tahun, dapat
dilakukan pemeriksaan colok dubur. 1,2,3
Pemeriksaan dehidrasi juga perlu dinilai. Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan
asupan oral terbatas karena nausea dan muntah, terutama pada anak kecil dan lanjut usia.
Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa haus yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air
kecil dengan warna urine gelap, tidak mampu berkeringat, dan perubahan ortostatik. Pada
keadaan berat, dapat mengarah ke gagal ginjal akut dan perubahan status jiwa seperti
kebingungan dan pusing kepala.
REFERAT DIARE AKUTKEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM 2015
8
Gejala Minimal
(BB turun < 3%)
Ringan-Sedang
(BB turun 3-9%)
Berat
(BB turun > 9%)
Status mental Baik, sadar penuh Normal, lemas atau
gelisah, iritabel
Apatis, letargik, tidak
sadar
Rasa haus Minum normal, mungkin
menolak minum
Sangat haus, sangat ingin
minum
Tidak dapat minum
Denyut jantung Normal Normal sampai meningkat Takikardia, pada kasus
berat bradikardia
Kualitas denyut nadi Normal Normal sampai menurun Lemah atau tidak teraba
Pernapasan Normal Normal atau cepat Cepat dan dalam
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Air mata Ada Menurun Tidak ada
Mukosa mulut dan lidah Basah Kering Pecah-pecah
Turgor kulit Baik < 2 detik > 2 detik
CRT Normal Memanjang Memanjang
Ekstremitas Hangat Dingin Dingin, sianosis
Output urin Normal sampai menurun Menurun Sangat minimal
Tabel 4. Derajat Dehidrasi
Pemeriksaan Penunjang
Untuk gastroenteritis akut dan colitis, mempertahankan volume intravaskular yang
adekuat dan koreksi gangguan cairan dan elektrolit lebih diprioritaskan dibandingkan identifikasi
agen penyebab.1,3
Analisis feses rutin pada setiap kasus bila sumber daya tersedia. Analisis feses pada diare
inflamatorik akan menunjukkan peningkatan jumlah laukosit feses, tes darah samar tinja positif,
laktoferin dan calciprotein positif. Pemeriksaan telur dan parasite diindikasikan pada diare >14
hari, refrakter terhadap terapi antibiotic, atau pasien immunokompramais. 1,3
Kultur feses perlu dilakukan pada pasien dengan dehidrasi, demam >38,5oC, diare
berdarah, nyeri abdomen pada pasien usia >50 tahun, pasien usia >70 tahun, immunodefisiensi,
atau setelah 3 hari pengobatan dengan antibiotic tidak terjadi perbaikan klinis. Pemeriksaan
terhadap shiga toxin harus dilakukan pada pasien dengan riwayat hospitalisasi dan penggunaan
antibiotic. 1,3
REFERAT DIARE AKUTKEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM 2015
9
Pasien dengan dehidrasi juga memerlukan pemeriksaan darah, urin, kimia darah seperti
ureum, kreatinin, elektrolit, gula darah, serum transaminase dan bila diperlukan analisa gas
darah. Anemia mungkin disebabkan perdarahan akut, kronis, atau malabsorpsi besi, folat atau
vitamin B12. Leukositosis merupakan tanda inflamasi. 1,3
Bila hasil analisis feses tidak berhasil mengidentifikasi mikroorganisme penyebab,
penyebab non-infeksi harus dipertimbangkan. Adanya tanda-tanda inflamasi seperti analisis feses
tanpa infeksi yang mendasari sugestif terhadap IBD. Kolonoskopi harus dilakukan pada pasien
dengan diare berdarah namun analisis dan kultur feses tidak berhasil menemukan penyebabnya
untuk evaluasi neoplasma atau colitis. 1,3
Komplikasi
Kebanyakan penderita diare sembuh tanpa mengalami komplikasi, tetapi sebagian kecil
mengalami komplikasi dan dehidrasi, kelainan elektrolit atau pengobatan yang diberikan.
Adapun komplikasi yang dapat terjadi yaitu hiponatremia dapat terjadi path penderita diare yang
minum cairan sedikit tidak mengandung natrium. Penderita gizi buruk mempunyai kecendrungan
mengalami hiponatremia. Sedangkan hipernatremia sering terjadi pada bayi barn lahir sampai
usia 1 tahun (khususnya bayi berumur kurang dan 6 bulan). Biasanya terjadi path diare yang
disertai muntah dengan intake cairanlmakanan kurang, atau cairan yang di minum mengandung
terlalu banyak natrium.
Hipokalsemia terjadi jika penggantian kalium selama dehidrasi ldak cukup, akan terjadi
kekurangan kalium yang ditandai dengan kelemahan path tUngkai, ileus, kerusakan path ginjal
dan aritmia jantung. Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnya basa
cairan ekstraseluler. Sebagai kompensasi terjadi alkalosis respiratorik, yang ditandai dengan
pemafasan yang dalam dan cepat.
Ileus paralitik merupakan komplikasi yang penting dan sering berakibat fatal, terutama
path anak kecil sebagai akibat penggunaan obat antimotilitas yang ditandai dengan distensi
abdomen, muntah, peristaltik usus berkurang atau tidak ada.
Penatalaksanaan
REFERAT DIARE AKUTKEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM 2015
10
Pasien dengan diare bisa saja memerlukan rawat inap bila memenuhi indikasi sebagai
berikut:3
Dehidrasi sedang-berat
Vomitus persisten
Diare yang progresif dan makin berat dalam 48 jam
Lansia dan geriatric
Pasien immunokompomais
Diare akut disertai komplikasi seperti: dehidrasi, gagal ginjal dengan/tanpa asidosis
metabolic, sepsis, ileus paralitik
Penatalaksanaan pada diare akut antara lain:
1. Rehidrasi
Bila pasien keadaan umum baik, tidak dehidrasi, asupan cairan yang adekuat
dapat dicapai dengan minuman ringan, dll. Bila pasien kehilangan cairan yang banyak
dan dehidrasi, penatalaksanaan yang agresif seperti cairan intravena atau rehidrasi oral
dengan cairan isotonic mengandung elektrolit dan gula harus diberikan. Cairan oral
antara lain pedialit, oralit, dll. Sedangkan cairan infus pada pasien yang terus-menerus
muntah dan tidak dapat mentoleransi pemberian cairan per oral, cairan diberikan secara
enteral menggunakan pipa nasogastric. Sedangkan parenteral diberikan pada diare akut
dengan dehidrasi sedang-berat, dapat diberikan cairan seperti ringer laktat dll. Cairan
diberikan 50-200 ml/kgBB/24 jam tergantung kebutuhan dan status rehidrasi.1,2,5
Untuk memberikan rehidrasi pada pasien perlu dinilai dulu derajat dehidrasi.
Dehidrasi terdiri dari dehidrasi ringan, sedang, dan berat. Ringan bila pasien mengalami
kekurangan cairan 2-5% dari berat badan. Sedang bila pasien kehilangan cairan 5-8%
dari berat badan. Berat bila pasien kehilangan cairan 8-10% dari berat badan. 1,2,5
Prinsip menentukan jumlah cairan yang akan diberikan yaitu sesuai dengan
jumlah cairan yang keluar dari tubuh. Macam-macam pemberian cairan:1
BJ plasma dengan rumus:
kebutuhan cairan= BJ plasma−1,0250,001
x berat badan x 4 ml
REFERAT DIARE AKUTKEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM 2015
11
Metode Pierce berdasarkan klinis:
Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% x berat badan (kg)
Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x berat badan (kg)
Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% x berat badan (kg)
Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis:
kebutuhan cairan= skor15
x10 % xkgBB x 1liter
Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan cairan peroral
(sebanyak mungkin sedikit demi sedikit). Bila skor lebih atau sama dengan 3
disertai syok diberikan cairan intravena.
Klinis Skor
Rasa haus / muntah 1
TD sistolik 60-90 mmHg 1
TD sistolik <60 mmHg 2
Nadi >120 kali/menit 1
Kesadaran apatis 1
Kesadaran somnolen, sopor, atau coma 2
Napas >30 kali/menit 1
Facies cholerica 2
Vax cholerica 2
Turgor kulit menurun 1
Washer woman’s hand 1
Ekstremitas dingin 1
Sianosis 2
Umur 50-60 tahun -1
Umur >60 tahun -2
Tabel 5. Skoring menurut Daldiyono
Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui oral, enteral melalui selang
nasogastric atau intravena. Bila rehidrasi sedang/berat sebaiknya pasien diberikan
cairan melalui infus. Sedangkan dehidrasi ringan/sedang pada pasien masih dapat
diberikan cairan per oral.
REFERAT DIARE AKUTKEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM 2015
12
Pemberian cairan rehidrasi terbagi atas:1
a. dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial): jumlah total kebutuhan cairan
menurut BJ plasma atau skor Daldiyono diberikan langsung dalam 2 jam.
Hal ini agar tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin.
b. satu jam berikut/jam ke-3 (tahap kedua) pemberian diberikan berdasarkan
kehilangan cairan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial
sebelumnya. Bila tidak ada syok atau skor Daldiyono kurang dari 3 dapat
diganti cairan per oral.
c. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan cairan
melalui tinja dan Insensible water loss (IWL).
2. Nutrisi
Pamberian makanan harus langusng dimulai 4 jam setelah rehidrasi. Makanan
diberikan dalam bentuk kecil dan sering, dibagi menjadi 6x makan sehari. Diet terdiri
dari menu tinggi kalori dan mikronutrien, seperti nasi, gandum, daging, buah dan sayur-
sayuran. Susu sapi, kafein, alcohol dan buah-buahan kaleng sebaiknya dihindari dulu
karena dapat memicu diare.3
3. Simtomatik
Antimotilitas
Loperamide paling disukai karena tidak adiktif dan memiliki efek samping paling
kecil. Dapat diberikan loperamid 4 mg dosis awal lalu dilanjutkan 2 mg tiap diare,
maksimal 16 mg/hari. Obat antimotilitas penggunaannya harus hati-hati pada
pasien disentri yang panas (termasuk infeksi Shigella) bila tanpa disertai anti
mikroba, karena dapat memperlama penyembuhan penyakit.1,2,5
Antisekretorik
Bismuth subsalisilat merupakan obat yang dapat digunakan tetapi kontraindikasi
pada pasien HIV karena dapat menimbulkan ensefalopati bismuth. Bismuth
subsalisilat dan agen terbaru Racecadotril aman digunakan pada anak-anak,
namun tidak menunjukkan manfaat pada dewasa dengan kolera. 1,2,5
Antispasmodic
REFERAT DIARE AKUTKEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM 2015
13
Dapat diberikan:
Hyoscien-n-butilbromid 10 mg, 2-3x sehari, maks 100 mg/hari
Ekstrak belladonna 5-10 mg, 3x sehari
Papaverin 30-60 mg, 3x sehari
Mebeverin 35-100 mg, 3x sehari
Antispasmodik tidak boleh digunakan pada ileus paralitik1,2,5
Pengeras feses
Atapulgit 2 tablet @630 mg tiap diare, maks 12 tablet/hari.
Smektit 9g/24 jam dibagi dalam 3 dosis
Kaolin-pektin 2,5 tablet @550mg/20 mg tiap diare, maks 15
tablet/24jam1,2,5
4. Terapi definitive
Sebagian besar kasus diare akut disebabkan oleh virus atau bakteri non-invasif
self-limited sehingga pemberian antibiotic tidak rutin diberikan.
Indikasi pemberian antibiotic adalah 1) Traveler’s diare 2) diare sekretorik
community acquired dengan pathogen yang telah diketahui 3) analisis feses menunjukkan
tanda-tanda inflamasi 4) sindrom disentri 5) pasien usia lanjut 6) imunokompromais 7)
sepsis 8) penggunaan prosthesis.
Lini pertama pada orang dewasa adalah kuinolon (misal siprofloksasin 2x500 mg
selama 5-7 hari), lini kedua kotrimoksazol 2x160/800 mg selama 5-7 hari. Bila curiga
infeksi parasite, terapi pilihan adalah metronidazole 3x250-500 mg selama 7-14 hari.
Untuk turis yang bepergian ke daerah resiko tinggi, dapat diberikan siprofloksasin
500 mg/hari sebagai profilaksis yang dapat memberikan perlindungan sekitar 90%. Obat
profilaksis lain termasuk trimethoprim, sulfametoksazol dan bismuth subsalisilat. 1,2,5
Pencegahan
Pencegahan diare merupakan salah satu upaya yang baik dilakukan untuk menghindari
gejala diare secara efektif. Cuci tangan terutama saat ingin makan atau aktivitas lain merupakan
upaya pencegahan diare yang penting. Untuk pencegahan diare yang disebabkan oleh makanan
yang tercemar dapat dilakukan beberapa cara, antara lain :
REFERAT DIARE AKUTKEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM 2015
14
Sajikan makanan dimasak atau dipanaskan. Jika belum diolah dinginkan makanan dalam
kulkas. Membiarkan makanan pada suhu kamar dapat mendorong pertumbuhan bakteri
sehingga dapat dilakukan pencegahan diare.
Cuci permukaan alat atau perkakas untuk menghindari penyebaran kuman dari satu
tempat ke tempat yang lain.
Banyak kasus diare tersebar dari orang-ke-orang. Tindakan pencegahan diare berikut
dapat membantu seorang individu menghindari diare dan infeksi virus atau bakteri lainnya:
1. merawat anak yang sakit atau orang dewasa dengan hati-hati, mencuci tangan setelah
mengganti popok bayi, membantu penggunaan individu kamar mandi, atau membantu
individu di sekitar rumah.
2. Anak-anak harus diinstruksikan untuk mencuci tangan mereka, terutama setelah
menggunakan kamar mandi dan ketika ingin makan.
3. Gunakan perawatan ketika mempersiapkan unggas mentah atau daging. Makanan harus
dimasak sampai suhu yang direkomendasikan.
4. Buah-buahan dan sayuran dikonsumsi mentah harus dibilas dengan air bersih.
5. Pasteurisasi (mentah) susu yang dapat terkontaminasi dengan bakteri dan selalu harus
dihindari. Jus atau sari buah yang tidak di pasteurisasi harus dihindari bahkan jika sumber
tersebut tidak diketahui karena buah mungkin telah datang dalam kontak dengan kotoran
hewan yang terkontaminasi di kebun.
6. Hati-hati saat bepergian, terutama ke luar negeri. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, selektiflah memilih makanan dan minuman guna pencegahan diare.
Jika Anda perhatikan dan laksanakan tindakan tindakan pencegahan diare diatas maka akan
meminimalkan anda terkontaminasi dengan bakteri atau virus penyebab diare.
Kesimpulan
Pada diare akut harus dilakukan anamnesis dan pemeriksaan klinis yang baik untuk
menentukan diagnosis penyebab diare akut dan ada/tidaknya dehidrasi. Penatalaksanaan diare
akut terdiri dari rehidrasi, diet, obat anti diare dan obat anti mikroba bila penyebabnya infeksi.
REFERAT DIARE AKUTKEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM 2015
15
Daftar Pustaka
1. Sudoyo AW, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Edisi 5. Jakarta: Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.h.308-12.
2. Longo DL, et al. Harrisons’s principles of internal medicine. Edisi 18. United States of
America: The McGraw-Hill Companies; 2012.h.1901-15.
3. Tanto C, et al. Kapita selekta kedokteran essentials medicine. Edisi 4. Jakarta: Media
Aesculapius; 2014.h.584-9.
4. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6.
Jakarta: EGC; 2005.
5. Syarif A, et al. Farmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta: Penerbit FKUI; 2012.
REFERAT DIARE AKUTKEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM 2015
16