Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

download Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

of 14

Transcript of Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

  • 8/20/2019 Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

    1/30

    LAPORAN PENDAHULUAN

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KASUS ATRIAL FIBRILASI

    DI RUANG ICCU

    RSUD Dr. MOHAMAD PROBOLINGGO

    Oleh : Izatun Fauziah Tamrin S.Kep

    NIM : 1401.14901.021

    PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAGAMA HUSADA

    MALANG

    2014

  • 8/20/2019 Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

    2/30

    LAPORAN PENDAHULUAN

    PADA KLIEN DENGAN KASUS ATRIAL FIBRILASI

    Oleh : Izatun Fauziah Tamrin S.Kep

    A. Tinjauan Teori

    1. Definisi

     Atrial fibrilasi (AF) adalah suatu gangguan pada jantung yang paling umum

    (ritme jantung abnormal) yang ditandai dengan irama denyut jantung iregular dan

    peningkatan frekuensi denyut jantung, yaitu sebesar 350-650 x/menit. Pada

    dasarnya atrial fibrilasi merupakan suatu takikardi supraventrikuler dengan aktivasi

    atrial yang tidak terkoordinasi sehingga terjadi gangguan fungsi mekanik atrium.

    Keadaan ini menyebabkan tidak efektifnya proses mekanik atau pompa darah jantung 1,2,3.

    Dari gambaran elektrokardiogram AF dapat dikenali dengan absennya

    gelombang P, yang diganti oleh fibrilasi atau oskilasi antara 400-700 permenit

    dengan berbagai bentuk, ukuran, jarak dan waktu timbulnya yang dihubungkan

    dengan respon ventrikel yang cepat dan tidak teratur bila konduksi AV masih utuh.

    Irama semacam ini sering disebutsebagai gelombang “f” 4.

    a. Anatomi Jantung

    Jantung adalah organ berotot dan berongga yang berfungsi

    memompa darah melalui pembuluh darah dengan frekuensi denyut yang

    ritmik. Jantung manusia dewasa mempunyai berat yang hampir sama antara

    satu orang dengan orang yang lain, yaitu kurang lebih sekitar 300-350 gr.

    Jantung secara normal terletak didalam rongga toraks, yang berada diantara

    sternum di sebelah anterior dan vertebra di sebelah posterior, sedangkan

    pada bagian inferior berbatasan dengan diafragma15,16.

     Anatomi jantung dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu anatomi

    eksternal dan anatomi internal13,15,16.

    1. Anatomi Eksternal

     Anatomi eksternal jantung dapat dikatakan sebagai bagian

    lapisan-lapisan pada jantung. Pada dasarnya terdapat tiga bagian lapisan

    pada jantung, yaitu pericardium, miokardium dan endokardium.

  • 8/20/2019 Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

    3/30

    Lapisan perikardium merupakan lapisan jantung bagian luar yang

    terbuat oleh jaringan ikat yang tebal. Lapisan ini terdiri dari 2 lapisan yaitu

    perikardium parietal yang berada dibagian luar dan perikardium visceral

    yang berada dibagian dalam. Ruangan diantara perikardium parietal danperikardium visceral dinamakan rongga perikardial yang berisi cairan

    perikardium encer. Fungsi rongga tersebut adalah sebagai ruang

    kompsensasi pergerakan jantung.

    Lapisan kedua adalah lapisan miokardium, yang merupakan

    lapisan paling tebal dan lapisan yang terdiri atas otot-otot jantung.

    Lapisan ini terdiri dari 3 macam otot, yaitu otot atrium, otot ventrikel dan

    otot serat khusus. Otot atrium mempunyai karakteristik otot yang lebih

    tipis dibandingkan dengan otot ventrikel, hal ini lebih banyak dipengaruhioleh fungsi kontraktilitas jantung berkaitan dengan fungsi pompa darah

    ke seluruh tubuh. Otot atrium dan otot ventrikel mempunyai kinerja

    kontraksi yang sama, sedangkan otot serat khusus lebih tergantung dari

    rangsang konduksi jantung.

    Lapisan yang terakhir adalah lapisan endokardium. Lapisan ini

    adalah suatu lapisan yang terdiri dari membran tipis di bagian luar yang

    membungkus jantung. Lapisan ini terdiri dari jaringan epitel (endotel) dan

    berhubungan langsung dengan jantung.

    2. Anatomi Internal

    Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu atrium kanan, atrium kiri,

    ventrikel kanan dan ventrikel kiri. Bagian kanan (atrium dan ventrikel

    kanan) dan kiri (atrium dan ventrikel kiri) jantung dipisahkan oleh suatu

    sekat yang dinamakan septum cordis. Disamping itu, jantung juga

    mempunyai 4 buah katup jantung, yang terdiri dari katup trikuspidalis,

    katup mitral/bikuspidalis, katup semilunar pulmonalis dan katup semilunar

    aorta.

    a. Atrium Kanan

     Atrium kanan merupakan ruang pada jantung yang berfungsi

    untuk menampung darah vena yang mengalir melalui vena kava

    inferior dan vena kava superior. Kedua vena kava bermuara pada

    tempat yang berbeda, vena kava superior bermuara pada dinding

  • 8/20/2019 Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

    4/30

    bagian supero-posterior atrium kanan, sedangkan vena kava inferior

    bermuara pada dinding bagian infero-latero-posterior atrium kanan.

    b. Ventrikel Kanan

    Ventrikel kanan merupakan ruangan setelah atrium kanan.Darah vena akan dialirkan dari atrium kanan ke ventrikel kanan, yang

    sebelumnya melewati katup atrio-ventrikular kanan atau triskupidalis.

    c. Atrium Kiri

     Atrium kiri merupakan ruangan yang menerima darah (bersih)

    yang berasal dari paru-paru. Atrium kiri menerima darah dari empat

    vena pulmonalis yang bermuara pada dinding postero-posterior atau

    postero-lateral.

    d. Ventrikel KiriVentikel kiri merupakan bagian ruangan pada jantung yang

    berfungsi memompa darah ke seluruh bagian organ tubuh. Ventrikel

    kiri mempunyai tebal lapisan sebesar 2-3 kali lipat dibandingkan

    dengan ventrikel kanan. Hal ini dipengaruhi oleh fungsi pompa darah

    ventrikel kanan dan kiri.

    e. Katup Semilunar

    Katup semilunar terdiri dari dua katup, yaitu katup semilunar

    pulmonalis dan katup semilunar aorta. Kedua katup ini mempunyai

    bentuk katup yang sama, tetapi secara antomis katup semilunar aorta

    lebih tebal dibandingkan dengan katup semilunar pulmonalis. Katup

    semilunar pulmonalis berfungsi sebagai sekat antara ventrikel kanan

    dengan paru-paru, sedangkan katup semilunar aorta berfungsi

    sebagai sekat antara ventrikel kiri dengan aorta. Setiap katup terdiri

    dari tiga daun katup, untuk katup semilunar pulmonalis terdiri dari

    daun katup anterior, dekstra dan sinistra. Sedangkan katup semilunar

    aorta terdiri dari daun katup koroner dekstra, koroner sinistra dan

    non-koroner.

    f. Katup Atrio-Ventrikuler

    Katup Atrio-ventrikuler terdiri dari dua katup, yaitu katup

    trikuspidalis dan katup bikuspidalis atau mitral. Katup trikuspidalis

    terdiri dari tiga daun katup yang berbeda ukuran pada setiap daun

  • 8/20/2019 Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

    5/30

    katup. Ketiga daun katup ini adalah katup anterior, septal dan katup

    posterior. Katup ini terletak sebagai sekat antara atrium kanan

    dengan ventrikel kanan. Sedangkan katup bikuspidalis (mitral)

    terletak sebagai sekat antara atrium kiri dengan ventrikel kiri. Katupbikuspidalis (mitral) mempunyai dua daun katup, yang terdiri dari

    daun katup mitral anterior dan posterior.

     Aliran darah yang melewati kedua katup tidak hanya diatur

    oleh kedua katub ini, tetapi lebih diatur oleh interaksi antara atrium,

    annulus fibrosus, daun katup, korda tandinea, otot papillaris dan otot

    ventrikel. Keenam komponen ini merupakan rangkaian unit fungsional

    dalam proses aliran darah, sehingga bila terjadi gangguan pada salah

    satu komponen akan mengakibatkan gangguan hemodinamik yangserius.

    Gambar 1. Anatomi Jantung

    b. Persarafan Jantung

    Jantung dipersarafi oleh sistem saraf otonom, yaitu serabut saraf

    simpatis dan serabut saraf parasimpatis. Serabut saraf simpatis

    mempersarafi daerah atrium, ventrikel dan pembuluh darah koroner.

    Sedangkan serabut saraf parasimpatis mempersarafi nodus sino-atrial, atrio-

    ventrikuler dan otot-otot atrium15,16.

  • 8/20/2019 Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

    6/30

    Persarafan simpatis eferen preganglionik berasal dari medulla

    spinalis torakal III-VI dan diperantarai oleh norepinefrin. Sedangkan

    persarafan parasimpatis berasal dari pusat nervus vagus di medulla

    oblongata dan diperantarai oleh asetilkolin. Secara fungsional, saraf simpatismempengaruhi kinerja dari otot ventrikel, sedangkan saraf parasimpatis lebih

    berperan dalam mengontrol irama dan menurunkan laju denyut jantung.

    c. Pembuluh Darah Jantung

    Pendarahan otot jantung berasal dari aorta melalui dua pembuluh

    koroner, yaitu arteri koroner kanan dan arteri koroner kiri. Kedua arteri ini,

    baik arteri koroner kanan atau arteri koroner kiri keluar dari sinus valsava

    aorta. Arteri koroner kiri akan bercabang menjadi arteri sirkumfleks kiri dan

    arteri desendens anterior kiri yang memperdarahi sebagian besar bagianproksimal RBB (right bundle branch), LBB (left bundle branch) dan fasikulus

    anterior LBB. Sedangkan arteri koroner kanan akan bercabang menjadi arteri

    atrium anterior kanan yang memperdarahi nodus sino-atrial dan arteri

    koroner desendens posterior yang memperdarahi nodus atrio-ventrikuler dan

    fasikulus posterior LBB. Pembuluh darah balik dari otot jantung adalah vena

    koroner. Vana koroner ini berjalan berdampingan dengan arteri koroner yang

    akan masuk atau bermuara ke dalam atrium kanan melalui sinus

    koronarius15,16,17.

    Gambar 2. Pembuluh Darah Jantung

    1. Fisiologi dan Sistem Konduksi Jantung

    a. Fisologi Jantung

    Jantung berkontraksi atau berdenyut dengan irama yang ritmik, akibat

    adanya potensial aksi (otoritmisitas). Terdapat dua jenis khusus sel otot

     jantung, yaitu 99% sel-sel kontraktil yang melakukan kerja mekanik

  • 8/20/2019 Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

    7/30

    (kontraksi), tetapi tidak menghasilkan potensial aksi dan 1 % sel-sel otoritmik

    yang tidak melakukan kerja mekanik (tidak berkontraksi), tetapi mempunyai

    fungsi dalam mencetuskan dan menghantarkan potensial aksi15,16,17.

     Aksi potensial otot jantung yang memicu suatu proses kontraksimekanik jantung dinamakan excitation contraction coupling . Kontraksi otot

     jantung dimulai dengan adanya aksi potensial pada sel-sel otoritmik.

    Potensial aksi dimulai dari proses dopalarisasi, proses  plateau dan proses

    repolarisasi. Ketiga proses ini merupakan rangkaian proses potensial aksi

    yang harus ada untuk memicu kontraksi otot jantung15.

    Potensial aksi dimulai dari proses depolarisasi, dimana terjadi

    pembukaan saluran Na+ secara cepat. Proses masuknya ion Na+

    menyebabkan perubahan potensial membran sel-sel otoritmik, mulai dari -70mv hingga +30 mv. Setelah mencapai ambang batas perubahan potensial,

    saluran Na+ akan segera menutup yang kemudian diikuti pembukaan saluran

    Ca2+. Pembukaan saluran Ca2+ terjadi secara lambat, yang menyebabkan

    proses plateau dan influks Ca2+ dari ekstraseluler ke dalam intraseluler atau

    sel-sel otoritmik. Setelah beberapa saat, saluran Ca2+ akan menutup dan

    terjadi pembukaan saluran K+. Pembukaan saluran K+  menyebabkan

    terjadinya proses repolarisasi, yang ditandai dengan keluarnya atau effluks

    K+ ke ekstraseluler 9,16,17.

    Gambar 3. Fisiologi Potensial Aksi Jantung

  • 8/20/2019 Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

    8/30

    Proses kontraktilitas otot jantung terjadi pada fase  plateau proses

    potensial aksi, dimana terjadi penutupan saluran Na2+ dan pembukaan

    saluran Ca2+ secara lambat. Proses kontraktilitas otot jantung ini terjadi akibat

    influks Ca

    2+

      atau kenaikan konsentrasi Ca

    2+

      bebas intraseluler. Padadasarnya terdapat dua mekanisme yang dapat menerangkan hal tersebut,

    yaitu Ca2+  ekstraseluler berdifusi kedalam intraseluler akibat pembukaan

    saluran Ca2+ selama fase plateu pada potensial aksi jantung dan Ca2+ yang

    dikeluarkan dari cadangan intraseluler (sarcoplamic reticulum) akibat

    rangsangan masuknya Ca2+ yang berasal dari ekstraseluler 9,17.

    Peningkatan Ca2+  dalam intraseluler mengakibatkan adanya ikatan

    Ca2+ dengan troponin. Ikatan antara Ca2+ dengan troponin, mengakibatkan

    kontraksi otot-otot jantung. Selama kontraksi otot jantung, filamen-filamentebal (miosin) dan tipis (aktin) akan saling menggeser untuk memperpendek

    tiap sarkomer. Berkurangnya ikatan antara Ca2+ dengan troponin akan

    menyebabkan stimulasi proses relaksasi otot jantung. Pada fase ini, Ca2+

    yang tidak berikatan dengan troponin akan disimpan kembali di dalam

    sarcoplamic reticulum  dan sebagian Ca2+  keluar ke ekstraseluler. Proses

    keluarnya Ca2+ ke ekstraseluler terjadi karena adanya pertukaran dengan ion

    Na2+  yang berada di ekstraseluler. Kemudian ion Na+ yang telah masuk

    kedalam intraseluler akan bertukaran secara aktif dengan ion K+ melalui

    proses Na+- K+-ATPase 9,17.

    Gambar 4. Fisiologi kontraksi dan Relaksasi Otot Jantung

  • 8/20/2019 Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

    9/30

    b. Sistem Konduksi Jantung 

    Pada dasarnya yang menyebabkan adanya potensial aksi hingga

    menimbulkan kontraktilitas otot jantung adalah adanya impuls atau

    rangsangan elektrik. Sistem konduksi jantung terdiri dari nodus sino-atrial,nodus atrio-ventrikuler, berkas his, berkas cabang kanan-kiri dan serabut

    purkinje. Rangsangan atau sinyal elektrik pertama jantung berawal di nodus

    sino-atrial (Nodus SA) yang berada di latero-superior atrium kanan.

    Terjadinya sinyal elektrik pada nodus SA menyebabkan kontraksi dari atrium,

    baik atrium kanan ataupun atrium kiri. Kontraksi yang bersamaan antara

    atrium kanan dan kiri dipengaruhi oleh penjalaran rangsangan elektrik

    melalui traktus inter-atrial yang merupakan cabang dari nodus SA. Nodus SA

    memiliki kemampuan mencetuskan potensial elektrik (pacemaker) tercepatbila dibandingkan dengan sistem konduksi jantung yang lain, yaitu sebesar

    60-100 potensial aksi/menit. Kemampuan ini menyebabkan nodus SA

    sebagai pengontrol utama rangsangan elektrik jantung (overdrive

     pacemaker ) dan mengendalikan sistem konduksi jantung6,8.

    Sistem penjalaran rangsangan elektrik harus terkoordinasi dengan

    baik untuk menimbulkan proses mekanik atau pemompaan yang efisien.

    Penjalaran sinyal elektrik harus memenuhi tiga kriteria, diantaranya adalah :

    a. Rangsangan dan kontraksi atrium harus sudah selesai sebelum kontraksi

    ventrikel dimulai

    b. Rangsangan otot-otot jantung dikoordinasi untuk memastikan setiap

    pasangan atrium dan pasangan ventrikel berkontraksi sebagai satu

    kesatuan

    c. Pasangan atrium dan ventrikel harus saling terkoordinasi sebagai satu

    sinsitium.

    Sinyal elektrik dari nodus SA kemudian akan diteruskan ke nodus

    atrio-ventrikuler (nodus AV). Rangsangan elektrik ini dihantarkan melalui

    traktus internodal (internodal anterior, posterior dan medial). Nodus AV

    merupakan satu-satunya penghubung sistem konduksi antara atrium dengan

    ventrikel. Disamping itu, nodus AV juga mempunyai kemampuan

    mencetuskan potensial elektrik (pacemaker) kedua tercepat, yaitu sebesar

    40-60 potensial aksi/menit. Hal ini memungkinkan nodus SA sebagai

  • 8/20/2019 Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

    10/30

    pengontrol dan pengendali sistem konduksi jantung apabila terjadi blok pada

    rangsangan elektrik nodus SA. Secara fisiologis, nodus AV sebenarnya

    memiliki keterlambatan penjalaran sinyal elektrik, yaitu sebesar 0,08-0,12

    detik. Keterlambatan ini sebenarnya mempunyai fungsi dalam memberikanwaktu atrium untuk berkontraksi sempurna dan memberikan waktu dalam

    proses mengosongkan voleme atrium ke dalam ventrikel (memberi waktu

    pengisian ventrikel), sebelum ventrikel terdepolarisasi dan berkontraksi813.

    Sistem konduksi setelah nodus AV adalah berkas his. Berkas his

    sebenarnya dapat dikatakan sebagai sekelompok serabut purkinje yang

    berasal dari nodus AV, yang berjalan sepanjang septum interventrikuler

    menuju ke ventrikel. Berkas his akan bercabang menjadi dua bagian, yaitu

    berkas cabang kanan dan berkas cabang kiri. Berkas cabang kanan(RBB/right bundle branch) merupakan percabangan dari berkas his. RBB

    bercabang sebagai struktur tunggal di lapisan subendokardium di sisi bagian

    kanan. Kemudian RBB akan terbagi menjadi tiga cabang, yaitu RBB cabang

    anterior, posterior dan lateral. Bagian RBB lateral akan berjalan menuju

    dinding lateral ventrikel kanan dan menuju bagian bawah septum

    interventrikuler, yang kemudian akan membentuk anyaman purkinje atau

    serabut purkinje. Berbeda dengan RBB, berkas cabang kiri (LBB/left bundle

    branch) mempunyai dua struktur percabangan. Kedua struktur percabangan

    LBB ini berjalan di subendokardium di sisi bagian kiri dan kemudian masing-

    masing percabangan akan membentuk suatu struktur bangunan seperti pada

    percabangan RBB, yaitu serabut purkinje. Penjalaran sinyal elektrik menuju

    ventrikel melewati berkas his dan serabut purkinje berjalan sangat cepat.

    Disamping itu, serabut purkinje juga mempunyai peran dalam menjaga

    keseimbangan koordinasi kontraktilitas (sinsitium) antara ventrikel kanan dan

    ventrikel kiri6,8,9.

  • 8/20/2019 Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

    11/30

     

    Gambar 5. Sistem Konduksi Jantung

    2. Etiologi

    Etiologi yang terkait dengan AF terbagi menjadi beberapa faktor-faktor,

    diantaranya adalah1,2 :

    a. Peningkatan tekanan/resistensi atrium

    1. Penyakit katup jantung

    2. Kelainan pengisian dan pengosongan ruang atrium

    3. Hipertrofi jantung

    4. Kardiomiopati

    5. Hipertensi pulmo (chronic obstructive pulmonary disease  dan cor pulmonal

    chronic )

    6. Tumor intracardiac

    b. Proses infiltratif dan inflamasi

    1. Pericarditis/myocarditis

    2. Amiloidosis dan sarcoidosis

  • 8/20/2019 Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

    12/30

    3. Faktor peningkatan usia

    c. Proses infeksi

    1. Demam dan segala macam infeksi

    d. Kelainan Endokrin1. Hipertiroid

    2. Feokromositoma

    e. Neurogenik

    1. Stroke

    2. Perdarahan subarachnoid

    f. Iskemik Atrium (Infark myocardial)

    g. Obat-obatan

    1. Alkohol2. Kafein

    h. Keturunan/genetik

    3. Klasifikasi

    Menurut AHA ( American Heart Association), klasifikasi dari atrial fibrilasi

    dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu3 : 

    1. AF deteksi pertama

    Semua pasien dengan AF selalu diawali dengan tahap AF deteksi pertama.

    Tahap ini merupakan tahapan dimana belum pernah terdeteksi AF sebelumnya

    dan baru pertama kali terdeteksi.

    2. Paroksismal AF

     AF yang berlangsung kurang dari 7 hari atau AF yang mempunyai episode

    pertama kali kurang dari 48 jam dinamakan dengan paroksismal AF. AF jenis ini

     juga mempunyai kecenderungan untuk sembuh sendiri dalam waktu kurang dari

    24 jam tanpa bantuan kardioversi .

    3. Persisten AF

     AF yang sifatnya menetap dan berlangsung lebih dari 48 jam tetapi kurang dari 7

    hari. Berbeda dengan paroksismal AF, persisten AF perlu penggunaan dari

    kardioversi  untuk mengembalikan irama sinus kembali normal.

    4. Kronik (permanen AF)

  • 8/20/2019 Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

    13/30

     AF yang sifatnya menetap dan berlangsung lebih dari 7 hari. Pada permanen AF,

    penggunaan kardioversi dinilai kurang berarti, karena dinilai cukup sulit untuk

    mengembalikan ke irama sinus yang normal.

    Disamping klasifikasi menurut AHA ( American Heart Association), AF jugasering diklasifikasikan menurut lama waktu berlangsungnya, yaitu AF akut dan AF

    kronik. AF akut dikategorikan menurut waktu berlangsungnya atau onset yang

    kurang dari 48 jam, sedangkan AF kronik sebaliknya, yaitu AF yang berlangsung

    lebih dari 48 jam. Berdasarkan ada tidaknya penyakit yang mendasari, AF dapat

    dibedakan menjadi 14 :

    1. AF primer terjadi bila tidak disertai penyakit jantung atau penyakit sistemik

    lainnya.

    2. AF sekunder disertai adanya penyakit jantung atau penyakit sistemik sepertigangguan tiroid. Berdasarkan bentuk gelombang P AF dibedakan atas:

      AF coarse (kasar)

      AF fine (halus)

    Interpretasi EKG fibrilasi atrium, sebgai berikut 12 :

    1. Frekuensi : frekuensi atrium 350 sampai 600 denyut per menit; respon ventrikuler

    biasanya 120 sampai 200 denyut per menit.

    2. Gelombang P : tidak terdapat gelombang P yang jelas; tampak undulasi yang

    ireguler, dinamakan gelombang fibrilasi atau gelombang f, interval PR tidak dapat

    diukur.

    3. Kompleks QRS : biasanya normal.

    4. Hantaran : biasanya normal melalui ventrikel. Ditandai oleh respon ventrikel

    ireguler, karena nodus AV tidak berespons terhadap frekuensi atrium yang cepat,

    maka impuls yang dihantarkan menyebabkan ventrikel berespons ireguler.

    5. Irama : ireguler dan biasanya cepat, kecuali bila terkontrol. Iregularitas irama

    diakibatkan oleh perbedaan hantaran pada nodus AV.

  • 8/20/2019 Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

    14/30

    4. Manifestasi Klinis

     AF dapat simptomatik dapat pula asimptomatik. Gejala-gejala AF sangat

    bervariasi tergantung dari kecepatan laju irama ventrikel, lamanya FA, penyakit yang

    mendasarinya. Fibrilasi atrium (AF) biasanya menyebabkan ventrikel berkontraksilebih cepat dari biasanya. Ketika ini terjadi, ventrikel tidak memiliki cukup waktu

    untuk mengisi sepenuhnya dengan darah untuk memompa ke paru-paru dan tubuh.

     Atrial fibrilasi sering tanpa disertai gejala, tapi kebanyakan penderita mengalami

    palpitasi (perasaan yang kuat dari denyut jantung yang cepat atau "berdebar" dalam

    dada), nyeri dada terutama saat beraktivitas, pusing atau pingsan, sesak napas,

    cepat lelah, laju denyut jantung meningkat, intoleransi terhadap olahraga, sinkop

    atau gejala tromboemboli, atau dapat disertai gejala-gejala gagal jantung (seperti

    rasa lemah, sakit kepala berat, dan sesak nafas), terutama jika denyut ventrikel yangsangat cepat (sering 140-160 denyutan/menit) 6,7,8.

    Pasien dapat juga disertai tanda dan gejala stroke akut atau kerusakan organ

    tubuh lainnya yang berkaitan dengan emboli systemic. AF dapat mencetuskan gejala

    iskemik pada AF dengan dasar penyakit jantung koroner. Fungsi kontraksi atrial

    yang sangat berkurang pada AF akan menurunkan curah jantung dan dapat

    menyebabkan terjadi gagal jantung kongestif pada pasien dengan disfungsi ventrikel

    kiri 5.

    5. Patofisiologi

    Mekanisme AF terdiri dari 2 proses, yaitu proses aktivasi lokal dan multiple

    wavelet reentry. Proses aktivasi lokal bisa melibatkan proses depolarisasi tunggal

    atau depolarisasi berulang. Pada proses aktivasi lokal, fokus ektopik yang dominan

    adalah berasal dari vena pulmonalis superior. Selain itu, fokus ektopik bisa juga

    berasal dari atrium kanan, vena cava superior dan sinus coronarius. Fokus ektopik

    ini menimbulkan sinyal elektrik yang mempengaruhi potensial aksi pada atrium dan

    menggangu potensial aksi yang dicetuskan oleh nodus SA 6,8,9. 

    Sedangkan multiple wavelet reentry, merupakan proses potensial aksi yang

    berulang dan melibatkan sirkuit/jalur depolarisasi. Mekanisme multiple wavelet

    reentry tidak tergantung pada adanya fokus ektopik seperti pada proses aktivasi

    lokal, tetapi lebih tergantung pada sedikit banyaknya sinyal elektrik yang

    mempengaruhi depolarisasi. Pada multiple wavelet reentry, sedikit banyaknya sinyal

  • 8/20/2019 Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

    15/30

    elektrik dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu periode refractory, besarnya ruang atrium

    dan kecepatan konduksi. Hal ini bisa dianalogikan, bahwa pada pembesaran atrium

    biasanya akan disertai dengan pemendekan periode refractory dan penurunan

    kecepatan konduksi. Ketiga faktor tersebutlah yang akan meningkatkan sinyalelektrik dan menimbulkan peningkatan depolarisasi serta mencetuskan terjadinya AF

    6,8,9.

     Aktivasi fokal fokus diawali biasanya dari daerah vena pulmonalis timbulnya

    gelombang yang menetap dari Multiple wavelet reentry depolarisasi atrial atau

    wavelets yang dipicu oleh depolarisasi atrial premature atau aktivitas aritmogenik

    dari fokus yang tercetus secara cepat. Mekanisme fibrilasi atrium identik dengan

    mekanisme fibrilasi ventrikel kecuali bila prosesnya ternyata hanya di massa otot

    atrium dan bukan di massa otot ventrikel. Penyebab yang sering menimbulkanfibrilasi atrium adalah pembesaran atrium akibat lesi katup jantung yang mencegah

    atrium mengosongkan isinya secara adekuat ke dalam ventrikel, atau akibat

    kegagalan ventrikel dengan pembendungan darah yang banyak di dalam atrium.

    Dinding atrium yang berdilatasi akan menyediakan kondisi yang tepat untuk sebuah

     jalur konduksi yang panjang demikian juga konduksi lambat, yang keduanya

    merupakan faktor predisposisi bagi fibrilasi atrium. Fibrilasi atrium dapat juga

    disebabkan oleh gangguan katup jantung pada demam reumatik, atau gangguan

    aliran darah seperti yang terjadi pada penderita aterosklerosis 10.

    Pada AF aktivitas sitolik pada atrium kiri tidak teratur, terjadi penurunan atrial

    flow velocities yang menyebabkan statis pada atrium kiri dan memudahkan

    terbentuknya trombus. Pada pemeriksaan TEE, trombus pada atrium kiri lebih

    banyak dijumpai pada pasien AF dengan stroke emboli dibandingkan dengan AF

    tanpa stroke emboli. 2/3 sampai ¾ stroke iskemik yang terjadi pada pasien dengan

     AF non valvular karena stroke emboli.Beberapa penelitian menghubungkan AF

    dengan gangguan hemostasis dan thrombosis. Kelainan tersebut mungkin akibat

    dari statis atrial tetapi mungkin juga sebagai kofaktor terjadinya tromboemboli pada

     AF 5.

    6. Komplikasi

    Dampak penyakit ini, selain berdebar-debar dan mudah sesak bila naik tangga

    atau berjalan cepat, juga dapat menyebabkan emboli, bekuan darah yang lepas,

  • 8/20/2019 Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

    16/30

    yang bisa menyumbat pembuluh darah di otak, menyebabkan stroke atau bekuan

    darah di bagian tubuh yang lain 11.

    Kelainan irama jantung (disritmia) jenis atrial fibrilasi seringkali menimbulkan

    masalah tambahan bagi yang mengidapnya, yaitu serangan gangguan sirkulasi otak(stroke). Ini terjadi karena atrium jantung yang berkontraksi tidak teratur

    menyebabkan banyak darah yang tertinggal dalam atrium akibat tak bisa masuk ke

    dalam ventrikel jantung dengan lancar. Hal ini memudahkan timbulnya gumpalan

    atau bekuan darah (trombi) akibat stagnasi dan turbulensi darah yang terjadi. Atrium

    dapat berdenyut lebih dari 300 kali per menit padahal biasanya tak lebih dari 100.

    Makin tinggi frekuensi denyut dan makin besar volume atrium, makin besar peluang

    terbentuknya gumpalan darah. Sebagian dari gumpalan inilah yang seringkali

    melanjutkan perjalanannya memasuki sirkulasi otak dan sewaktu-waktu menyumbatsehingga terjadi stroke 11.

    Pada penyakit katup jantung, terutama bila katup yang menghubungkan antara

    atrium dan ventrikel tak dapat membuka dengan sempurna, maka volume atrium

    akan bertambah, dindingnya akan membesar dan memudahkan timbulnya rangsang

    yang tidak teratur. Sekitar 20 persen kematian penderita katup jantung seperti ini

    disebabkan oleh sumbatan gumpalan darah dalam sirkulasi otak. Fibrilasi atrium

    (kontraksi otot atrium yang tidak terorganisasi dan tidak terkoordinasi) biasanya

    berhubungan dengan penyakit jantung aterosklerotik, penyakit katup jantung, gagal

     jantung kongestif, tirotoksikosis, cor pulmonale, atau penyakit jantung kongenital 12.

    7. Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis atrial fibrilasi, antara lain 5 :

    1. Anamnesis :

      Dapat diketahui tipe AF dengan mengetahui lama timbulnya (episode

    pertama, paroksismal, persisten, permanen)

      Menentukan beratnya gejala yang menyertai: berdebar-debar, lemah,

    sesak napas terutama saat aktivitas, pusing, gejala yang menunjukkan

    adanya iskemia atau gagal jantung kongestif

      Penyakit jantung yang mendasari, penyebab lain dari FA misalnya

    hipertiroid

    2. Pemeriksaan fisik :

  • 8/20/2019 Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

    17/30

      Tanda vital : denyut nadi berupa kecepatan dan regularitasnya, tekanan

    darah

      Tekanan vena jugularis

      Ronki pada paru menunjukkan kemungkinan terdapat gagal jantungkongestif

      Irama gallop s3 pada auskultasi jantung menunjukkan kemungkinan

    terdapat gagal jantung kongestif, terdapatnya bising pada auskultasi

    kemungkinan adanya penyakit katup jantung

      Hepatomegali : kemungkinan terdapat gagal jantung kanan

      Edema perifer : kemungkinanterdapat gagal jantung kongestif

    3. Laboratorium : hematokrit (anemia), TSH (penyakit gondok), enzim jantung

    bila dicurigai terdapat iskemia jantung4. Pemeriksaan EKG : dapat diketahui antara lain irama (verifikasi FA),

    hipertropi ventrikel kiri, pre-eksitasi ventrikel kiri, sindroma pre-eksitasi

    (sindroma WPW), identifikasi adanya iskemia)

    5. Foto rontgen toraks

    6. Ekokardiografi untuk melihat antara lain kelainan katup, ukuran dari atrium

    dan ventrikel, hipertrofi ventrikel kiri, fungsi ventrikel kiri, obstruksi outflow

    dan TEE (Trans Esopago Echocardiography ) untuk melihat thrombus di

    atrium kiri

    7. Pemeriksaan fungsi tiroid. Pada AF episode pertama bila laju irama ventrikel

    sulit dikontrol

    8. Uji latih : identifikasi iskemia jantung, menentukan adekuasi dari kontrol laju

    irama jantung.

    9. Pemeriksaa lain yang mungkin diperlukan adalah holter monitoring , studi

    elektrofisiologi.

    8. Penatalaksanaan

    Sasaran utama pada penatalaksanaan AF adalah mengontrol irama jantung

    yang tidak teratur, menurunkan peningkatan denyut jantung dan mencegah

    terjadinya komplikasi tromboembolisme. Kardioversi merupakan salah satu

    penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk AF. Menurut

    pengertiannya, kardioversi sendiri adalah suatu tata laksana yang

  • 8/20/2019 Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

    18/30

    berfungsi untuk mengontrol ketidakteraturan irama dan menurunkan denyut jantung.

    Pada dasarnya kardioversi dibagi menjadi 2, yaitu pengobatan farmakologi

    (Pharmacological Cardioversion) dan pengobatan elektrik (Electrical Cardioversion)

    7,13

    . a. Mencegah pembekuan darah (tromboembolisme)

    Pencegahan pembekuan darah merupakan pengobatan untuk mencegah

    adanya komplikasi dari AF.Pengobatan yang digunakan adalah jenis antikoagulan

    atau antitrombosis, hal ini dikarenakan obat ini berfungsi mengurangi resiko dari

    terbentuknya trombus dalam pembuluh darah serta cabang-cabang vaskularisasi.

    Pengobatan yang sering dipakai untuk mencegah pembekuan darah terdiri dari

    berbagai macam, diantaranya adalah :

      Warfarin

    Warfarin termasuk obat golongan antikoagulan yang berfungsi dalam proses

    pembentukan sumbatan fibrin untuk mengurangi atau mencegah koagulasi.

    Warfarin diberikan secara oral dan sangat cepat diserap hingga mencapai

    puncak konsentrasi plasma dalam waktu ± 1 jam dengan bioavailabilitas

    100%. Warfarin di metabolisme dengan cara oksidasi (bentuk L) dan reduksi

    (bentuk D), yang kemudian diikuti oleh konjugasi glukoronidasi dengan lama

    kerja ± 40 jam.

      Aspirin

     Aspirin secara irreversible menonaktifkan siklo-oksigenase dari trombosit

    (COX2) dengan cara asetilasi dari asam amino serin terminal. Efek dari

    COX2 ini adalah menghambat produksi endoperoksida dan tromboksan

    (TXA2) di dalam trombosit.Hal inilah yang menyebabkan tidak terbentuknya

    agregasi dari trombosit.Tetapi, penggunaan aspirin dalam waktu lama dapat

    menyebabkan pengurangan tingkat sirkulasi dari faktor-faktor pembekuan

    darah, terutama faktor II, VII, IX dan X.

    b. Mengurangi denyut jantung

    Terdapat 3 jenis obat yang dapat digunakan untuk menurunkan

    peningkatan denyut jantung, yaitu obat digitalis , β-blocker dan antagonis

    kalsium.Obat-obat tersebut bisa digunakan secara individual ataupun kombinasi.

  • 8/20/2019 Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

    19/30

      Digitalis

    Obat ini digunakan untuk meningkatkan kontraktilitas jantung dan

    menurunkan denyut jantung.Hal ini membuat kinerja jantung menjadi lebih

    efisien.Disamping itu, digitalis juga memperlambat sinyal elektrik yangabnormal dari atrium ke ventrikel.Hal ini mengakibatkan peningkatan

    pengisian ventrikel dari kontraksi atrium yang abnormal.

      β-blocker

    Obat β-blocker merupakan obat yang menghambat efek sistem saraf

    simpatis.Saraf simpatis pada jantung bekerja untuk meningkatkan denyut

     jantung dan kontraktilitas jantung. Efek ini akan berakibat dalam efisiensi

    kinerja jantung.

      Antagonis KalsiumObat antagonis kalsium menyebabkan penurunan kontraktilitas jantung

    akibat dihambatnya ion Ca2+ dari ekstraseluler ke dalam intraseluler

    melewati Ca2+ channel yang terdapat pada membran sel.

    c. Mengembalikan irama jantung

    Kardioversi merupakan salah satu penatalaksanaan yang dapat dilakukan

    untuk menteraturkan irama jantung. Menurut pengertiannya, kardioversi sendiri

    adalah suatu tata laksana yang berfungsi untuk mengontrol ketidakteraturan

    irama dan menurunkan denyut jantung.Pada dasarnya kardioversi dibagi menjadi

    2, yaitu pengobatan farmakologi (Pharmacological

    Cardioversion) dan pengobatan elektrik (Electrical Cardioversion).

    1. Pharmacological Cardioversion (Anti-aritmia)

      Amiodarone

      Dofetilide

      Flecainide

      Ibutilide

      Propafenone

      Quinidine

    2. Electrical Cardioversion

    Suatu teknik memberikan arus listrik ke jantung melalui dua pelat logam

    (bantalan) ditempatkan pada dada. Fungsi dari terapi listrik ini adalah

    mengembalikan irama jantung kembali normal atau sesuai dengan NSR

  • 8/20/2019 Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

    20/30

    (nodus sinus rhythm). Pasien AF hemodinamik yang tidak stabil akibat laju

    ventrikel yang cepat disertai tanda iskemia, hipotensi, sinkop peru segera

    dilakukan kardioversi elektrik. Kardioversi elektrik dimulai dengan 200

     joule.Bila tidak berhasil dapat dinaikkan menjadi 300 joule.Pasien dipuasakandan dilakukan anestesi dengan obat anestesi kerja pendek.

    3. Operatif

      Catheter ablation

    Prosedur ini menggunakan teknik pembedahan dengan membuatan

    sayatan pada daerah paha.Kemudian dimasukkan kateter kedalam

    pembuluh darah utma hingga masuk kedalam jantung.Pada bagian ujung

    kateter terdapat elektroda yang berfungsi menghancurkan fokus ektopikyang bertanggung jawab terhadap terjadinya AF.

      Maze operation

    Prosedur maze operation hampeir sama dengan catheter ablation, tetapi

    pada maze operation, akan mengahasilkan suatu “labirin” yang berfungsi

    untuk membantu menormalitaskan system konduksi sinus SA.

      Artificial pacemaker

     Artificial pacemaker merupakan alat pacu jantung yang ditempatkan di

     jantung, yang berfungsi mengontrol irama dan denyut jantung.

    9. Prognosis

    Penelitian epidemiologi telah menunjukan bahwa pasien dengan irama sinus

    hidup lebih lama dibandingkan dengan seseorang kelainan atrium. Penelitian juga

    menunjukkan penggunaan antikoagulan dan pengontrolan secara rutin bertuJuan

    untuk asimtomatik pada pasien usia lanjut. Hasil penelitian tersebut menunjukan

    bahwa terapi medis yang ditujukan untuk mengendalikan irama jantung tidak

    menghasilkan keuntungan keberhasilan dibandingkan dengan terapi kontrol rate dan

    antikoagulan 13.

    Terapi AF secara keseluruhan memberikan prognosis yang lebih baik pada

    kejadian tromboemboli terutama stroke. AF dapat mencetuskan takikardi

    cardiomiopati bila tidak terkontrol dengan baik. Terbentuknya AF dapat

    menyebabkan gagal jantung pada individu yang bergantung pada komponen atrium

  • 8/20/2019 Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

    21/30

    dari cardiac output dimana pasien dengan penyakit jantung hipertensi dan pada

    pasien dengan penyakit katup jantung termasuk dalam resiko tingi akan terjadinya

    gagal jantung saat terjadi AF 13.

  • 8/20/2019 Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

    22/30

    10. Pathway

    Faktor usia, obat-obatan

    (alkohol), keturunan/genetik

    Kardiomiopati,

    tumor intracardiac Pericarditis,miocarditis

    Kelainan katup atrium

    Resistensi atrium dextra

    Vol. Atrium meningkat

    Pengosongan atrium inadekuat

    Atrium fibrilasi (AF)

    Tachicardi supraventrikel dextra

    Pengisian darah ke paru-paru menurun

    Atrial flow velocities menurun

    Trombus atrium sinistra

    Disfungsi ventrikel sinistra

    Gagal jantung kongesti

    ADL menurun

    palpitasi

    Suplai O2 otak menurun

    Sinkop

    Suplai darah jaringan

    menurun

    Metabolisme anaerob

    Asidosis metabolik

    Penimbunan as. Laktat

    & ATP menurun

    fatigue

    Intoleransi aktivitas

    Sesak nafas

    Pola nafas tidak efektif

    Renal flow menurun

    RAA meningkat

    Aldosteron meningkat

    ADH meningkat

    Retensi Na+ + H2o

    Kelebihan vol. cairan

    Penurunan curah jantung

  • 8/20/2019 Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

    23/30

    B. Asu han Keperawatan

    1. Diagnose Keperawatan

    1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan ; Perubahan kontraktilitas

    miokardial/perubahan inotropik, Perubahan frekuensi, irama dan konduksilistrik, Perubahan structural.

    2) Aktivitas intoleran berhubungan dengan : Ketidakseimbangan antar suplai

    okigen. Kelemahan umum, Tirah baring lama/immobilisasi. Ditandai dengan :

    Kelemahan, kelelahan, Perubahan tanda vital, adanya disrirmia, Dispnea,

    pucat, berkeringat.

    3) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan : menurunnya laju filtrasi

    glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan

    retensi natrium/air. ditandai dengan : Ortopnea, bunyi jantung S3, Oliguria,edema, Peningkatan berat badan, hipertensi, Distres pernapasan, bunyi

     jantung abnormal.

    4) Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan

    menbran kapiler-alveolus.

    2. Intervensi Keperawatan

    1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ; Perubahan

    kontraktilitasmiokardial/perubahan inotropik, Perubahan frekuensi, irama dan

    konduksi listrik, Perubahan structural, ditandai dengan ;

      Peningkatan frekuensi jantung (takikardia) : disritmia, perubahan

    gambaran pola EKG

      Perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi).

      Bunyi ekstra (S3 & S4)

      Penurunan keluaran urine

      Nadi perifer tidak teraba

      Kulit dingin kusam

      Ortopnea,krakles, pembesaran hepar, edema dan nyeri dada.

    Tujuan

    Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia

    terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung, Melaporkan

  • 8/20/2019 Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

    24/30

    penurunan epiode dispnea, angina, Ikut serta dalam aktivitas yang

    mengurangi beban kerja jantung.

    Intervensi

    1. Auskultasi nadi apical ; kaji frekuensi, iram jantungRasional : Biasnya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat) untuk

    mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel.

    2. Catat bunyi jantung

    Rasional : S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa.

    Irama Gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah

    kesermbi yang disteni. Murmur dapat menunjukkan

    Inkompetensi/stenosis katup.

    3. Palpasi nadi periferRasional : Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya

    nadi radial, popliteal, dorsalis, pedis dan posttibial. Nadi mungkin cepat

    hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan pulse alternan.

    4. Pantau TD

    Rasional : Pada GJK dini, sedng atu kronis tekanan drah dapat

    meningkat. Pada HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi

    danhipotensi tidak dapat norml lagi.

    5. Kaji kulit terhadp pucat dan sianosis

    Rasional : Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer ekunder

    terhadap tidak dekutnya curh jantung; vasokontriksi dan anemia.

    Sianosis dapt terjadi sebagai refrakstori GJK.Area yang sakit sering

    berwarna biru atu belang karena peningkatan kongesti vena.

    6. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai

    indikasi (kolaborasi)

    Rasional : Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk

    melawan efek hipoksia/iskemia. Banyak obat dapat digunakan untuk

    meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan

    menurunkan kongesti.

    2. Aktivitas intoleran berhubungan dengan : Ketidak seimbangan antar suplai

    okigen. Kelemahan umum, Tirah baring lama/immobilisasi. Ditandai dengan :

  • 8/20/2019 Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

    25/30

    Kelemahan, kelelahan, Perubahan tanda vital, adanya disrirmia, Dispnea,

    pucat, berkeringat.

    Tujuan /kriteria evaluasi :

    Klien akan : Berpartisipasi pad ktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatandiri sendiri, Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur,

    dibuktikan oelh menurunnya kelemahan dan kelelahan.

    Intervensi

    1. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila

    klien menggunakan vasodilator,diuretic dan penyekat beta.

    Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek

    obat (vasodilasi), perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh fungsi

     jantung.2. Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, diritmia,

    dispnea berkeringat dan pucat

    Rasional : Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan

    volume sekuncup selama aktivitas dpat menyebabkan peningkatan

    segera frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga peningkatan

    kelelahan dan kelemahan.

    3. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.

    Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung

    daripada kelebihan aktivitas.

    4. Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi)

    Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja

     jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi

     jantung dibawah stress, bila fungsi jantung tidak dapat membaik kembali,

    3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan : menurunnya laju filtrasi

    glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan

    retensi natrium/air. ditandai dengan : Ortopnea, bunyi jantung S3, Oliguria,

    edema, Peningkatan berat badan, hipertensi, Distres pernapasan, bunyi

     jantung abnormal.

    Tujuan /kriteria evaluasi

  • 8/20/2019 Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

    26/30

    Klien akan : Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan

    masukan danpengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda vital dalam rentang

    yang dapat diterima, berat badan stabil dan tidak ada edema., Menyatakan

    pemahaman tentang pembatasan cairan individual.Intervensi :

    1. Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis

    terjadi.

    Rasional : Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena

    penurunan perfusi ginjal. Posisi terlentang membantu diuresis sehingga

    pengeluaran urine dapat ditingkatkan selama tirah baring.

    2. Pantau/hitung keseimbangan pemaukan dan pengeluaran selama 24

     jamRasional : Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-

    tiba/berlebihan (hipovolemia) meskipun edema/asites masih ada.

    3. Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama

    fase akut.

    Rasional : Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan

    produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis.

    4. Pantau TD dan CVP (bila ada)

    Rasional : Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan

    cairan dan dapat menunjukkan terjadinya peningkatan kongesti paru,

    gagal jantung.

    5. Kaji bising usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan

    konstipasi.

    Rasional : Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu

    fungsi gaster/intestinal.

    6. Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi) dan Konsul dengan ahli diet.

    Rasional : perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang

    memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.

    4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan

    menbran kapiler-alveolus.

    Tujuan /kriteria evaluasi,

  • 8/20/2019 Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

    27/30

    Klien akan : Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenisasi adekuat pada

     jaringan ditunjukkan oleh oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala

    distress pernapasan, Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam batas

    kemampuan/situasi.Intervensi :

    1. Pantau suara nafas dan catat suara nafas tambahan.

    Rasional : menyatakan adnya kongesti paru/pengumpulan secret

    menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut.

    2. Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, nafas dalam.

    Rasional : membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen.

    3. Dorong perubahan posisi.

    Rasional : Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.4. Kolaborasi dalam Pantau/gambarkan seri GDA, nadi oksimetri.

    Rasional : Hipoksemia dapat terjadi berat selama edema paru.

    5. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.

    Rasional : Meningkatkan jumlah O2 yang ada untuk pemakaian

    miokardium sekaligus mengurangi ketidaknyamanan sekunder terhadap

    iskemia.

  • 8/20/2019 Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

    28/30

    DAFTRA PUTAKA

    1. Narumiya T, Sakamaki T, Sato Y, Kanmatsuse K ( January 2003). “Relationship

    between left atrial appendage function and left atrial thrombus in patient withnonvalvular chronic atrial f ibrillation and atrial flutter” . Circulation Journal 67.

    2. Sanfilippo AJ, Abascal VM, Sheehan M, Oertel LB, Harrigan P, Hughes RA dan

    Weyman AE (1990). "Atrial enlargement as a consequence of atrial fibrillation A

     prospective echocardiographic study"  . Circulation 82 (3): 792 –7.

    3. " Atrial Fibrillation (for Professionals)" . American Heart Association, Inc. 2008-12-

    04. Archived from the original on 2009-03-28.

    4. Mappahya AA. Atrium Fibrilation Theraphy To Prevent Stroke: A Review. The

    Indonesian Journal of Medical Science Volume 1 No.8 April 2009 p. 477-489.5. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi

    IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.

    6. Nasution SA, Ismail D. 2006. Fibrilasi Atrial.  Buku Ajar Ilmu penyakit Dalaml. 

    Ed.3. Jakarta. EGC, 1522-27.

    7. Wattigney WA, Mensah GA, Croft JB (2002). "Increased atrial fibrillation

    mortality: United States, 1980-1998". Am. J. Epidemiol. 155 (9): 819 –26.

    8. Blackshear JL, Odell JA (February 1996). "Appendage obliteration to reduce

    stroke in cardiac surgical patients with atrial fibrillation".  Ann. Thorac. Surg.  61

    (2): 755 –9.

    9. Harrison (2000). Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 3 Edisi 13. EGC:

    1418-87.

    10. Noer S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi ketiga. Jakarta: Balai

    Penerbit FKUI, 1996.

    11. Emergency Cardiovascular Care Program, Advanced Cardiac Life Support ,

    1997-1999, American Heart Association.

    12. Smeltzer, SC. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah  Brunner & Suddarth Edisi

    8 Volume 2. Jakarta: EGC, 2001.

    13. Wolf PA, Dawber TR, Thomas HE, Kannel WB (1978). "Epidemiologic

    assessment of chronic atrial fibrillation and risk of stroke: the Framingham study" . 

    Neurology 28 (10): 973 –7.

    http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://circ.ahajournals.org/cgi/content/abstract/82/3/792&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjT0TDjgLXHHIa0-uQ08Pof-fhQfAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://circ.ahajournals.org/cgi/content/abstract/82/3/792&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjT0TDjgLXHHIa0-uQ08Pof-fhQfAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://circ.ahajournals.org/cgi/content/abstract/82/3/792&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjT0TDjgLXHHIa0-uQ08Pof-fhQfAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://circ.ahajournals.org/cgi/content/abstract/82/3/792&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjT0TDjgLXHHIa0-uQ08Pof-fhQfAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.webcitation.org/5fcMx8BUx&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgcJ9dwuSXbZyLu650CctraJm30IAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.webcitation.org/5fcMx8BUx&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgcJ9dwuSXbZyLu650CctraJm30IAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.webcitation.org/5fcMx8BUx&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgcJ9dwuSXbZyLu650CctraJm30IAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.americanheart.org/presenter.jhtml%3Fidentifier%3D1596&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhig1ktaVoNMF_qstg39_X5iUZghKghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.neurology.org/cgi/content/abstract/28/10/973&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhix2bgrJr0_9Webbpm-7apn_tPvuwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.neurology.org/cgi/content/abstract/28/10/973&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhix2bgrJr0_9Webbpm-7apn_tPvuwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.neurology.org/cgi/content/abstract/28/10/973&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhix2bgrJr0_9Webbpm-7apn_tPvuwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.neurology.org/cgi/content/abstract/28/10/973&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhix2bgrJr0_9Webbpm-7apn_tPvuwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.neurology.org/cgi/content/abstract/28/10/973&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhix2bgrJr0_9Webbpm-7apn_tPvuwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.americanheart.org/presenter.jhtml%3Fidentifier%3D1596&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhig1ktaVoNMF_qstg39_X5iUZghKghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.webcitation.org/5fcMx8BUx&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgcJ9dwuSXbZyLu650CctraJm30IAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://circ.ahajournals.org/cgi/content/abstract/82/3/792&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjT0TDjgLXHHIa0-uQ08Pof-fhQfAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://circ.ahajournals.org/cgi/content/abstract/82/3/792&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjT0TDjgLXHHIa0-uQ08Pof-fhQfA

  • 8/20/2019 Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

    29/30

    14. Firdaus I. Fibrilasi Atrium Pada Penyakit Hipertiroidisme. Patogenesis dan

    Tatalaksana. Jurnal Kardiologi Indonesia; September 2007: Vol. 28, No. 5.

    15. Guyton (1995). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit . EGC: 287-305.

    16. Ganong William F (1999). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17 . EGC: 682-712.

    17. Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson (2000). Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-

     proses Penyakit) Buku 2 , Edisi 4. EGC: 770-89, 813-93.

  • 8/20/2019 Lp Atrial Fibrilasi Lengkap

    30/30