LP Appendiksitis1

10
LAPORAN PENDAHULUAN APENDISITIS Oleh : Lelliya Suari 20030320092 PENDIDIKAN PROFESI NERS

Transcript of LP Appendiksitis1

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN

APENDISITIS

Oleh :

Lelliya Suari

20030320092PENDIDIKAN PROFESI NERS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2006

LAPORAN PENDAHULUAN

APENDISITIS

I. PENGERTIAN

Apendisitis merupakan peradangan pada Apendik priformis. Apendik periformis merupakan saluran kecil dengan diameter kurang lebih sebesar pensil dengan panjang 2-6 inci. Lokasi apendik pada daerah uliakan kanan, di bawah katup iliacecal tepatnya pada dinding abnomen di bawah titik Mc Burney.

II. PATOFISIOLOGI

Masa/tinja/benda asing

Obstruksi lumen apendik

Peradangan

Sekresi, mucus tidak Pembengkakan jaringan

dapat keluar limpoid

Peregangan Apendik

Tekanan intra luminal suplai darah terganggu

Hipoksia

Nyeri

Akut Ulserasi + invasi

Kronis Nekrose + perporasi

III. ETIOLOGI

1. Ulserasi pada mukosa.

2. Obstruksi pada colon oleh fecalit (feces yang keras).

3. Pemberian barium.

4. Berbagai macam penyakit cacing.

5. Tumor.

6. Striktur karena fibrasis pada dinding usus.

IV. INSIDEN

Apendisitis sering terjadi pada usia tertentu dengan range 20 30 tahun. Pada wanita dan laki-laki insidensinya sama kecuali pada usia pubertas dan usia 25 tahun wanita lebih banyak dari laki-laki dengan perbandingan 3 : 2.

V. PENCEGAHAN

Pencegahan pada apendisitis yaitu dengan menurunkan resiko obstruksi/ peradangan pada lumen apendik. Pola eliminasi klien harus dikaji, sebab obstruksi oleh fecalit dapat terjadi karena tidak adekuatnya diit serat, diit tinggi serat.

Perawatan dan pengobatan penyakit cacing juga meminimalkan resiko. Pengenalan yang cepat terhadap gejala dan tanda apendisitis meminimalkan terjadinya resiko terjadinya gangren perforasi dan peritoritis.

VI. MANAGEMENT KOLABORASI

Pengkajian

Riwayat :

Data yang dikumpulkan perawat dari klien dengan kemungkinan apendisitis meliputi : umur, jenis kelamin, riwayat pembedahan dan riwayat medik lainnya pemberian barium, baik lewat mulut/rektol, riwayat diit terutama makanan yang berserat.

Pengkajian

a. Data subyektif

Sebelum operasi

Nyeri daerah pusar menjalar ke daerah perut kanan bawah.

Mual, muntah, kembung.

Tidak nafsu makan, demam.

Tungkai kanan tidak dapat diluruskan.

Diare konstipasi.

Sesudah operasi

Nyeri daerah operasi.

Lemas, haus.

Mual, kembng.

Pusing.

b. Data obyektif

Sebelum operasi

Nyeri tekan di titik Mc Berney.

Spasma otot.

Taksikardi, takipea.

Pucat, gelisah.

Bising usus berkurang atau tidak ada.

Demam 38-38,5oC.

Sesudah operasi

Terdapat luka operasi di kuadran kanan abonsmen.

Terpasang infus.

Terdapat ardin/pipa lambung.

Bising usus berkurang.

Selaput mulut mukosa kering.

c. Pemeriksaan laboratorium

Leukosit 10.000 18.00 /mm3.

Nitrofit meningkat 75%.

WBC yang meningkat sampai 20.000 mungkin induksi terjadinya perforasi (jumlah sel darah merah).

d. Data pemeriksaan diagnostik

Radiologi : foto colon yang memungkinkan adanya fecolit pada katup.

Barium enema : apendiks terisi barium hanya sebagian.

e. Potensial infeksi

Perforasi.

Periforstis.

Dehidrasi.

Sepsis.

Elektrolit darah tidak seimbang.

Pnemuoni.

NURSING CARE PLAN

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri abonem berhubungan dengan obstruksi dan peradangan apendiks.

Subyektif :

Nyeri daerah pusat menjalar ke daerah perut kanan bawah.

Tungkai kanan tidak dapat digerakkan.

Obyektif :

Nyeri tekan di titik Mc Burney.

Tujuan/Kriteria :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nyeri berkurang dengan kriteria hasil :

Klien mengungkapkan rasa sakit berkurang.

Wajah dan posisi tubuh tampak rileks.

Rencana Tindakan

1. Kaji tanda vital.

2. Kaji keluhan nyeri, tentukan lokasi, jenis dan intersitas nyeri ukur dengan skala 1 10.

3. Jelaskan penyebab rasa sakit, cara mengurangi.

4. Beri posisi setengah duduk untuk mengurangi penyebaran infeksi pada abnomen.

5. Ajarkan teknik relaksasi.

6. Kompres es pada daerah sakit untuk mengurangi nyeri.

7. Anjurkan klien untuk tidur pada posisi nyaman (miring dengan menekut lutut kanan).

8. Puasa makan dan minum apabila akan dilakukan tindakan.

9. Ciptakan lingkungan yang tenang.

10. Lakukan program medik.

11. Pantau efek terapeutik dan non terapeutik dan pemberian analgetik.

2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan mual muntah anoreksia, dan diare.

Tujuan/Kriteria

Setelah dilakukan keperawatan, cairan dan elektrolit dalam keadaan seimbang dengan kriteria hasil :

Turgor kulit baik.

Cairan yang keluar dan masuk seimbang.

Rencana Tindakan

1. Observasi tanda vital, suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan tiap ujian.

2. Observasi cairan yang keular dan masuk.

3. Jauhkan makanan, bau-bauan yang merangsang mual atau muntah.

4. Kolaborasi pemberian infus dan pipa lambung.

3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur persiapan dan sesudah operasi.

Subyektif :

Klien/keluarga bertanya tentang persiapan dan sesudah operasi.

Obyektif :

Klien tidak kooperatif terhadap tindakan persiapan operasi.

Tujuan/Kriteria :

Setelah diberikan penjelasan, klien memahami prosedur persiapan dan sesudah operasi dengan kriteria hasil :

Klien kooperatif dengan tindakan persiapan operasi maupun sesudah.

Klien mendemonstrasikan latihan yang diberikan.

Rencana Tindakan

1. Jelaskan prosedur persiapan operasi.

Pantau TTV

Puasa selama 6-8 jam

Pemasangan infus

Cukur daerah operasi

2. Jelaskan situasi kamar bedah.

3. Jelaskan aktivitas yang perlu dilakukan setelah operasi.

Jelaskan batuk efektif.

Mobilisasi dini secara pasif aktif bertahap.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

Smeltzer, S.C., Bare B.G., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.

Wilkinson, J.M., 2005, Nursing Diagnosis Handbook with NIC Intervention and NOC Outcomes, Pearson Prentice Hall, New Jersey.