Laringitis-Akut

20
1 BAB I PENDAHULUAN Laringitis akut pada umumnya merupakan kelanjutan dari rinofaringitis akut (Common cold) atau merupakan manifestasi dari radang saluran nafas bagian atas. Pada anak laryngitis akut dapat menimbulkan sumbatan saluran jalan nafas, sedangkan pada orang dewasa tidak secepat pada anak. 1,2,3 Biasanya laryngitis akut menyerang pada individu yang berusia 18-40 tahun. Anak-anak tidak termasuk dalam kategori studi tersebut, dan termasuk dalam observasi laryngitis akut dimana usianya 3 tahun dan diatsnya. 1 Laringitis akut biasanya biasanya sembuh sendiri dan diobati dengan terapi konservatif, morbiditas dan mortalitas tidak dapat diperhitungkan.pasien dengan laringitis akut yang bersala dari etiologi infeksi daripada yang disebabkan oleh trauma vocal pada akhirnya dapat melukai plika vokalis. Ketidaksempurnaan produksi suara pada pasien dengan laringitis

description

gangren pulpa

Transcript of Laringitis-Akut

13

BAB IPENDAHULUAN

Laringitis akut pada umumnya merupakan kelanjutan dari rinofaringitis akut (Common cold) atau merupakan manifestasi dari radang saluran nafas bagian atas. Pada anak laryngitis akut dapat menimbulkan sumbatan saluran jalan nafas, sedangkan pada orang dewasa tidak secepat pada anak.1,2,3Biasanya laryngitis akut menyerang pada individu yang berusia 18-40 tahun. Anak-anak tidak termasuk dalam kategori studi tersebut, dan termasuk dalam observasi laryngitis akut dimana usianya 3 tahun dan diatsnya.1Laringitis akut biasanya biasanya sembuh sendiri dan diobati dengan terapi konservatif, morbiditas dan mortalitas tidak dapat diperhitungkan.pasien dengan laringitis akut yang bersala dari etiologi infeksi daripada yang disebabkan oleh trauma vocal pada akhirnya dapat melukai plika vokalis. Ketidaksempurnaan produksi suara pada pasien dengan laringitis akut dapat diakibatkan oleh penggunaan kekuatan aduksi yang besar atau tekanan untuk mengimbangi penutupan yang tidak sempurna dari glottis selama episode laringitis akut. Tekanan ini selanjutnya menegangkan lipatan-lipatan (plika) vocal dan mengurangi produsi suara. Pada akhirnya menunda kembalinya fonasi normal.1

Laringitis akut memiliki onset yang cepat dan biasanya sembuh sendiri. Jika pasien memiliki gejala laringitis lebih dari 3 minggu, keadaan ini diklasifikasikan sebagai laringitis kronik. Etiologi larigitis akut dapat berupa penyalahgunaan suara, pemaparan dengan agen yang berbahaya atau agen infeksius lainnya yang menyebabkan infeksi traktus respirasi bagian atas. Agen infeksius paling banyak adalah virus, akan tetapi kadang-kadang bakteri.4Biasanya laringitis akut dapat sembuh spontan dalam beberapa hari. Serak dapat menetap bila sekresi normal belum pulih. Beberapa pasien cenderung menderita afonia fungsioal setelah laringitis akut. Pemeriksaan tindak lanjut menunjukkan laring yang normal, akan tetapi hampir tanpa suara. Rujukan kepada ahli patologi suara akan dapat mengatasi keadaan tersebut.4BAB IITINJAUAN KEPUSTAKAAN2.1. DefinisiLaringitis akut adalah radang akut laring yang disebabkan oleh virus dan bakteri yang berlangsung kurang dari 3 minggu dan pada umumnya disebabkan oleh infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcuspneumoniae. 2,3Biasanya laringitis akut merupakan suatu fase infeksi virus pada saluran nafas atas yang dapat sembuh sendiri, factor prediposisi dapat berupa rhinitis kronik, penyalahgunaan alcohol, tembakau serta pemakaian suara yang berlebihan.52.2. Etiologi Penyakit ini sering disebabkan oleh virus. Biasanya merupakan perluasan radang saluran nafas bagian atas oleh karena bakteri Haemophilus Influenzae, Staphylococcus, streptococcus, atau pneumococcus. Timbulnya penyakit ini sering dihubungkan dengan perubahan cuaca atau suhu, giza yang kurang/malnutrisi, imunisasi yang tidak lengkap dan pemakaian suara yang berlebihan.1,3,4

Menurut Rahul K shah etiologi dari laringitis akut adalah :

1. Infeksi (biasanya infeksi virus dari saluran pernafasa atas)

o Rhinoviruso Parainfluenza virus

o Respiratory syncytial virus

o Adenoviruso Influenza virus

o Measles viruso Mumps viruso Bordetella pertusiso Varicella-zozter virus2. Gastroesophageal reflukx disease3. Environmental insults (polusi)

4. Vocal trauma

5. Komsumsi alkohol berlebihan

6. Alergi

7. Penggunaan suara yang berlebihan

8. Iritasi bahan kimia atau bahan lainnya

2.3. Anatomi dan Fisiologi2.3.1. Anatomi

Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas. Berikut ini akan ditampilkan laring secara anatomi.

Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan intrisik. Otot ekstinsik bekerja pada laring secara keseluruhan yang terdiri dari otot ekstrinsik suprahioid (m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid dan m.milohioid) yang berfungsi menarik laring ke atas. otot ekstinsik infrahioid (m.sternihioid, m.omohioid, m.tirohioid). Otot intrisik laring menyebabkan gerakan antara berbagai struktur laring sendiri, seperti otot vokalis dan tiroaritenoid yang membentuk tonjolan pada korda vokalis dan berperan dalam membentuk teganngan korda vokalis, otot krikotiroid berfungsi menarik kartilago tiroid kedepan, meregang dan menegangkan korda vokalis.7Laring disarafi oleh cabang-cabang nervus vagus yakni nervus laringeus superior dan nervus laringeus inferior (n.laringeus rekurens). Kedua saraf ini merupakan campuran saraf motorik dan sensorik. Perdarahan pada laring terdiri dari dua cabang yakni arteri laringeus superior dan ateri laringeus inferior yang kemudian akan bergabung dengan vena tiroid superior dan inferior.2,32.3.2. Fisiologi Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk mencegah agar makanan dan benda asing masuk kedalam trakea dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis yang secara bersamaan. Benda asing yang telah masuk ke dalam trakea dan sekret yang berasal dari paru juga dapat dikeluarkan lewat reflek batuk. Fungsi respirasi laring dengan mengatur mengatur besar kecilnya rima glotis. Dengan terjadinya perubahan tekanan udara maka didalam traktus trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. Oleh karena itu laring juga mempunyai fungsi sebagai alat pengatur sirkulasi darah. Fungsi laring dalam proses menelan mempunyai tiga mekanisme yaitu gerakan laring bagian bawah keatas, menutup aditus laringeus, serta mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam laring. Laring mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak, mengeluh, menangis dan lain-lain yang berkaitan dengan fungsinya untuk fonasi dengan membuat suara serta mementukan tinggi rendahnya nada.72.5. PatofisiologiLaringitis akut merupakan inflamasi dari mukosa laring dan pita suara yang berlangsung kurang dari 3 minggu. Parainfluenza virus, yang merupakan penyebab terbanyak dari laringitis, masuk melalui inhalasi dan menginfeksi sel dari epitelium saluran nafas lokal yang bersilia, ditandai dengan edema dari lamina propria, submukosa, dan adventitia, diikuti dengan infitrasi selular dengan histosit, limfosit, sel plasma dan lekosit polimorfonuklear (PMN). Terjadi pembengkakan dan kemerahan dari saluran nafas yang terlibat, kebanyakan ditemukan pada dinding lateral dari trakea dibawah pita suara. Karena trakea subglotis dikelilingi oleh kartilago krikoid, maka pembengkakan terjadi pada lumen saluran nafas dalam, menjadikannya sempit, bahkan sampai hanya sebuah celah. Membran pelindung plika vokalis biasanya merah dan membengkak. Puncak terendah pada pasien dengan laringitis berasal dari penebalan yang tidak beraturan sepanjang seluruh plika vokalis. Beberapa penulis percaya bahwa plika vokalis mengeras daripada menebal. Pengobatan konservatif seperti yang disebutkan sebelumnya biasanya cukup mengatasi inflamsi laring dan mengembalikan aktivitas vibrasi plika vokalis.12.6. Gejala Klinis Pada laringitis akut ini terdapat gejala radang umum, seperti demam, malaise, gejala rinofaringitis. Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara yang kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa / normal dimana terjadi gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan sehingga menimbulkan suara menjada parau bahkan sampai tidak bersuara sama sekali (afoni).81. Sesak nafas dan stridor

2. Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menelan atau berbicara.

3. Gejala radang umum seperti demam, malaise

4. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental

5. Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan temperatur yang tidak mengalami peningkatan dari 38 derajat celsius.

6. Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk, peningkatan suhu yang sangat berarti yakni lebih dari 38 derajat celsius, dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai dengan nyeri diseluruh tubuh.10

2.7. DiagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan suara yang serak, coryza, faring yang meradang dan frekuensi pernafasan dan denyut jantung yang meningkat, disertai pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal, infrasternal dan intercostal serta stridor yang terus menerus, dan anak bisa sampai megap-megap (air hunger). Bila terjadi sumbatan total jalan nafas maka akan didapatkan hipoksia dan saturasi oksigen yang rendah. Bila hipoksia terjadi, anak akan menjadi gelisah dan tidak dapat beristirahat, atau dapat menjadi penurunan kesadaran atau sianosis. Dan kegelisahan dan tangisan dari anak dapat memperburuk stridor akibat dari penekanan dinamik dari saluran nafas yang tersumbat. Dari penelitian didapatkan bahwa frekuensi pernafasan merupakan petunjuk yang paling baik untuk keadaan hipoksemia. Pada auskultasi suara pernafasan dapat normal tanpa suara tambahan kecuali perambatan dari stridor. Kadang-kadang dapat ditemukan mengi yang menandakan penyempitan yang parah, bronkitis, atau kemungkinan asma yang sudah ada sebelumnya.2

2.7.1. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan dengan laringoskop direk atau indirek dapat membantu menegakkan diagnosis. Dari pemeriksaan ini plika vokalis berwarna merah dan tampak edema terutama dibagian atas dan bawah glotisSebetulnya pemeriksaan rontagen leher tidak berperan dalam penentuan diagnosis, tetapi dapat ditemukan gambaran staplle sign (penyempitan dari supraglotis) Foto rontgen leher AP bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus pada foto AP dan penyempitan subglotis pada foto lateral, walaupun kadang gambaran tersebut tidak didapatkan. Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan, kecuali didapatkan eksudat di orofaring atau plika suara, pemeriksaan kultur dapat dilakukan.Dari darah didapatkan lekositosis ringan dan limfositosis.12.8. PenatalaksanaanUmumnya penderita penyakit ini tidak perlu masuk rumah sakit, namun ada indikasi masuk rumah sakit apabila :

Usia penderita dibawah 3 tahun

Tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau axhausted Diagnosis penderita masih belum jelas

Perawatan dirumah kurang memadai

Perawatan Umum1. Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari

2. Jika pasien sesak dapat diberikan O2 2 l/ menit

3. Menghirup uap hangat dan dapat ditetesi minyak atsiri / minyak mint bila ada muncul sumbatan dihidung atau penggunaan larutan garam fisiologis (saline 0,9 %) yang dikemas dalam bentuk semprotan hidung atau nasal spray.Perawatan KhususTerapi Medikamentosa

1. Antibiotika golongan penisilin

Anak 50 mg/kg BB dibagi dalam 3 dosis

Dewasa 3 x 500 mg perhari.3Menurut Reveiz L, Cardona AF, Ospina EG dari hasil penelitiannya menjelaskan dari penggunaan penisilin V dan eritromisin pada 100 psien didapatkan antibiotic yang lebih baik yaitu eritromisin karena dapat mengurangi suara serak dalamsatu minggu dan batuk yang sudah dua minggu.102. Kortikosteroid diberikan untuk mengatasi edema laring.1Pencegahan :Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan membuat tenggorokan kering dan mengakibatkan iritasi pada pita suara, minum banyak air karena cairan akan membantu menjaga agar lendir yang terdapat pada tenggorokan tidak terlalu banyak dan mudah untuk dibersihkan, batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk mencegah tenggorokan kering. jangan berdehem untuk membersihkan tenggorokan karena berdehem akan menyebabkan terjadinya vibrasi abnormal pada pita suara, meningkatkan pembengkakan dan berdehem juga akan menyebabkan tenggorokan memproduksi lebih banyak lender.8

2.9. PrognosisPrognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya selama satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat menyebabkan udem laring dan udem subglotis sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan pemasangan endotrakeal atau trakeostomiaik.83. KesimpulanLaringitis akut merupakan kelainan pada laring yakni peradangan akut pada laring yang biasanya kelanjutan dari penyakit rhinofaringitis atau common cold. Penyakit ini pada orang dewasa merupakan penyakit yang ringan saja namun tidak bagi penderita anak kurang dari 3 tahun. Hal ini dikarenakan pada anak dapat menimbulkan udem laring dan subglotis sehingga obstruksi jalan nafas yang sangat berbahaya dalam waktu beberapa jam saja penderita akan mengalami obstruksi total jalan nafas sementara itu pada orang dewasa tidak terjadi secepat pada anak. Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti influenza atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae. Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca, pemakaian suara yang berlebihan, trauma, bahan kimia, merokok dan minum-minum alkohol dan alergi.

Adapun gejala klinis yang sering kita temukan pada laringitis akut ini adalah suara parau bahkan sampai hilangnya suara atau afoni, sesak nafas bahkan stridor, nyeri tenggorokan, nyeri menelan dan berbicara, gejala common cold dan inflenza, dan pada pemeriksaan fisik kita akan menemukan mukasa laring yang hiperemis, membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga didapatkan tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal atau paru. Obstruksi jalan nafas akan ditemukan apabila ada udem laring diikuti udem subglotis yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat, dan pada pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi suprasternal dan epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan darurat medik yang dapat mengancam jiwa anak.

Untuk penatalaksaan dari laringitis akut ini adalah pemberian antibiotic yang adekuat dan kortikosteroid. Umumnya penderita laringitis akut tidak perlu dirawat dirumah sakit namun ada indikasi dirawat di rumah sakit apabila penderitanya berumur kurang dari setahun, tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau axhausted, diagnosis penderita masih belum jelas dan perawatan dirumah kurang memadai.

Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya selama satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat menyebabkan udem laring dan udem subglotis sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan pemasangan endotrakeal atau trakeostomi.

DAFTAR PUSTAKA1. K Shah, Rahul ; Acute Laryngitis, Available at : http://www.emedicine.com/ENT/topic353.htm.Date Access : 15 Oktober 20102. Abdurrahman MH, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Edisi ke2, Jakarta:FKUI,2003,931.3. Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, edisi ke 5, Jakarta:FKUI,2003,190-2004. Cody R, Thane. Kern B. Lugene, Pearson W. Bruce. Serak dan Kelainan Suara. Dalam Buku Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan. Alih bahasa Samsudin Sonny, Editor, Adrianto Petrus, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1991, Hal 340-3545. Benovetz,JD, Gangguan Laring Jinak, Dalam : Adam, Boies, Higler, Editor. BOIES. Buku Ajar Penyakit THT, Edisi 3, Jakarta ; EGC, 1997, Hal 378-3966. http://www.yoursurgery.com/ diakses 8 Oktober 2010.7. Cohen JL, Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam BOIES-Buku Ajar Penyakit THT.Edisi ke6.Jakarta:EGC,1997,369-76 8. Faradilla N Laringitis Akut, Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 9. Laryngitis, NHS Direct Online Health Encyclopaedia, http://www.nhsdirect.nhs.uk/articles/article,Date Acces 13 Oktober 2010. (Sumber : http://hendri6780.blogspot.com/2010/10/laringitis-akut.html )