askep laringitis muliani

106
askep laringitis BAB I PENDAHULUAN Laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melinduni jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering disebut sebagai kontak suara yang terdiri atas: 1. Epiglotis – daun katup kartilago yang menutupi ostium kearah laring selama menelan 2. Glotis – Ostium antara pita suara dalam laring 3. Kartilago tiroid – Kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun (adams apple) 4. Kartilago krikoid – Satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam faring (terletak dibawah kartilago tiroid) 5. Kartilago aritenoid – Digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid 6. pita suara – Ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara, pita suara melekat pada lumen laring 1 BAB II KONSEP MEDIS A. Pengertian

description

by muliani

Transcript of askep laringitis muliani

Page 1: askep laringitis muliani

askep laringitisBAB I

PENDAHULUAN

          Laring adalah  struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea.

Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga

melinduni jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.

Laring sering disebut sebagai kontak suara yang terdiri atas:

1.      Epiglotis – daun katup kartilago yang menutupi ostium kearah laring selama menelan

2.      Glotis – Ostium antara pita suara dalam laring

3.      Kartilago tiroid – Kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini

membentuk jakun (adams apple)

4.      Kartilago krikoid – Satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam faring (terletak

dibawah kartilago tiroid)

5.      Kartilago aritenoid – Digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid

6.      pita suara – Ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi

suara, pita suara melekat pada lumen laring

1BAB II

KONSEP MEDIS

A. Pengertian

Laringitis adalah peradangan kotak suara (laring) karena terlalu banyak

digunakan, iritasi atau infeksi. Di dalam kotak suara terdapat pita suara - dua lipatan

selaput lendir yang membungkus otot dan tulang rawan.

  B. Etiologi

Page 2: askep laringitis muliani

Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan

suara, pemanjaan  terhadap debu, bahan kimiawi , asap rokok, dan polutan lainnya,

atau sebagai bagian dari infeksi saluran nafas atas.

Penyebab inflamsi ini hamper selalu karena virus . Invasi bakteri mungkin

sekunder. Laringitis biasanya berkaitan dengan ringitis atau nasofaring. Awitan infeksi

mungkin berkaitan dengan pemanjaan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi

diet, malnutrisi, dan tidak ada imunitas.

C.Patofisiologi

               Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin

sekunder. Laringitis biasanyan disertai rinitis atau nasofaring. Awitan infeksi mungkin

berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet,

malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan

mudah ditularkan. Ini terjadi seiring Dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host

serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis

dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan iritasi

mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus

secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut akan

merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan

memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut.

2

Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah yang

jika berlebihan akan merangsang peningkatan suhu tubuh.

D. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala laringitis akut termasuk suara serak atau tidak dapat

mengeluarkan suara sama sekali dan batuk berat. Laringitis kronis ditandai oleh suara

serak yang persisten. Laringitis mungkin sebagai komplikasi sinusitis kronis dan

bronkhitis kronis.

E. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan laringitis akut termasuk mengistirahatkan suara,

menghindari merokok, istirahat di tempat tidur, dan menghirup uap dingin atau

aerosol. Jika laringitis merupakan bagian dari infeksi pernafasan yang lebih luas akibat

organisme bakteri atau jika lebih parah, terapi antibiotik yang tepat perlu diberikan.

Sebagian besar pasien dapat sembuh dengan pengobatan konservatif, namun laringitis

cenderung lebih parah pada pasien lansia dan dapat diperburuk oleh pneumonia.

Untuk laringitis kronis, pengobatannya termasuk mengistirahatkan suara,

menghilangkan setiap infeksi traktus respiratorius primer yang mungkin ada, dan

membatasi merokok .

Page 3: askep laringitis muliani

 Penggunaan kortikosteroid topikal, seperti inhalsi beklometason dipropinate (

Vanceril), dapa juga digunakan.

Preparat ini tidak mempunyai efek sistemik atau kerja lama dan dapat mengurangi

reaksi inflamsi lokal.

F.   Intervensi Keperawatan/ Pendidikan pasien

Pasien diinstruksikan untuk mengistirahatkan suara dan mempertahankan

kelembaban lingkungan. Jika terjadi sekresi larinngeal selam periode akut, disarankan

penggunaan ekspektoran sejalan dengan pemasukan cairan harian 3 L untuk

mengencerkan sekresi.

3

BAB IIIKONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Riwayat pasien yang lengkap yang menunjukkan kemungkinan tanda dan

gejala sakit kepala, sakit tenggorokan, dan nyeri sekitar mata dan pada kedua sisi

hidung, kesulitan menelan, batuk, suara serak, demam, hidung tersumbat, dan rasa

tidak nyaman umum dan keletihan. Menetapkan kapan gejala mulai timbul, apa yang

menjadi pencetusnya, apa jika ada yang dapat menghilangkan atau meringankan

gejala tersebut dan apa yang memperburuk gejala tersebut adalah bagian dari

pengkajian, jika mengidentifikasi riwayat alergi atau adnya penyakit yang timbul

bersamaan.

Inspeksi menunjukkan pembengkakan, lesi, atau asimetris hidung juga

perdarahan atau rabas. Mukosa hidung diinspeksi terhadap temuan abnormal seperti

warna kemerahan, pembengkakan, atau eksudat, dan polip hidung yang mungkin

terjadi dalan ritinitis kronis.

Sinus frontal dan maksilaris dipalpasi terhadap nyeri tekan, yang

menunjukkan inflamasi. Tenggorokan diamati dengan meminta klien membuka

mulutnya lebar-lebar dan nafas dalam. Tonsil dan faring diinspeksi terhadap temuan

abnormal seperti warna kemerahan, asimetris, atau adanya drainase, ulserasi, atau

perbesaran

Trakea di palpasi terhadap posisi garis tengah dalam leher juga dipalpasi

terhadap pembesaran dan nyeri tekan yang berkaitan.

Page 4: askep laringitis muliani

4

Penyimpangan KDM

Virus

                                                                      

                                                                 Inflamasi

                                                                                                     

      

Kurangnya informasi                 Banyak                                                    Bahan

kimia                         Asap dan Debu

                                                Menggunakan pita suara                    

defesit pengaruh mengenai                                                                                Sakit tenggorokan &

Batuk           Nyeri Sekitar mata dan

Pencegahan infeksi pernapasan         suara serak dan

batuk                                                                                          kedua sisi hidung

Atas, rigamen prosedur khusus,                                                                               Sekresi

Berlebihan                            tersumbat

Atau perawatan pasca operatif               Keletihan                                                         

                                 Kerusakan komunikasi verbal                                Kesulitan menelan            

                                                                                                                                     

                                                               

                                                                            Demam

                                                                                   

                                                                                                           Kehilangan volume cairan

                                                                                     

B. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan utama pasien dapat

mencakup berikut ini :

1.      Inefeksif bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder

akibat proses inflamasi.

Intervensi :

Page 5: askep laringitis muliani

     Pembersihan jalan nafas.

Penumpukan sekresi dapat menghambat jalan nafas pada pasien dengan jalan

atas. Perubahan pola nafas, dan upaya bernafas yang dibutuhkan untuk dapat

melewati sumbatan menjadi meningkat. Terdapat beberapa tindakan yang dapat

digunakan untuk mengencerkan sekresi yang kental atau untuk menjaga sekresi basah

sehingga dapat dikeluarkan dengan mudah. Meningkatkan masukan cairan dapat

membantu mengencerkan lendir. Melembabkan lingkungan dengan vaporizer ruangan

atau menghirup uap juga dapat mengencerkan sekresi yang mengurangi inflamasi

membran mukosa. Pasien diinstruksi tentang posisi yang baik untuk meningkatkan

drainase dari sinus, yang tergantung di mana letak infeksi. Sebagai contoh drainase

dari sinusitis atau ritinitis dicapai dengan posisi tegak. Pada beberapa kondisi,

medikasi sistemik atau topikal bila di resepkan membantu untuk menghilangkan

kongesti nasal atau tenggorokan.

2. Nyeri berhubungan dengan iritasi jalan nafas atas sekunder akibat infeksi.

     Intervensi Keperawatan

   Tindakan Meningkatkan Kenyamanan

Infeksi traktus respiratorius atau biasanya menghasilkan rasa tidak nyaman

setempat. Pada sinusitis, nyeri terjadi dalam area sinus atau dapat menyebabkan sakit

kepala umum.

Pada faringitis, laringitis atau tonsilitis, terjadi sakit tenggorokan. Perawat mendorong

pasien untuk menggunakan analgesik, seperti asetaminofin (Tylenol ) dengan kodein,

sesuai yang diresepkan, yang akan membantu menghilangkan rasa tidak nyaman ini.

Tindakan lain yang sangat membantu termasuk anastesi topikal untuk penghilangan

simptomatik lepuh herpeks simpleks dan sakit tenggorokan; kantung panas untk

menghilangkan kengesti sinusitis dan meningkatkan drainase dan kumur air hangat

atau irigasi untuk menghilangkan nyeri sakit tenggorokan.

Menyarankan pasien untuk istirahat akan membantu menghilangkan rasa tidak

nyaman umum atau demam yang menyertai gangguan jalan nafas atas. Perawat

mengintruksikan pasien tentang teknik higiene umum pada mulut dan hidung untuk

membantu menghilangkan rasa tidak nyaman setempat dan untuk mencegah

penyebaran infeksi. Perawatan pascaoperatif setelah tonsilektomi dan adenoidektomi,

pemasangan Callar es dapat mengurangi pembengkakan dan menurunkan

perdarahan..

3        Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan iritasi jalan nafas atas sekunder

akibat infeksi dan pembengkakan.

Intervensi :

      Peningkatan komunikasi

Page 6: askep laringitis muliani

Infeksi jalan nafas atas dapat mengakibatkan suara serak atau kehilangan

suara. Pasien di instruksikan untuk tidak mencoba berbicara, untuk menghindari

berbicara sedapat mungkin, dan untuk merekomendasikan dengan cara menuliskan

bila memungkinkan. Regangan dengan pita suara lebih lanjut dapat menghambat

pulihnya suara dengan sempurna.

4        Defisit cairan volume yang berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan

sekunder akibat diaforesis yang berkaitan demam.

Intervensi

 Memperbanyak masukan cairan .

Pada ISPA upaya bernafas dan frekuensi pernafasan meningkat karena

terjadinya inflamasi dan pembentukan sekresi. Hal ini selanjutnya, dapat

meningkatkan kehilangan cairan tidak kasat mata. Demam yang timbul meningkatkan

laju metabolik, yang mengakibatkan diaforesis dan peningkatan kehilangan cairan.

Sakit tenggorokan malise dan demam dapat mengganggu keinginan pasien untuk

makan. Pasien dianjurkan untuk minum 2-3L sehari selama infeksi jalan nafas tahap

akut, kecuali ada kontraindikasi untuk mengencerkan sekresi dan meningkatkan

drainase. Cairan dingin atau hangat dapat melegakan, tergantung pada penyakitnya

5        Defisit pengetahuan mengenai pencegahan infeksi pernafasan atas, regimen

pengobatan, prosedur khusus, atau perwatan pascaoperatif.

Inetervensi :

      Penyuluhan Pasien

Penyuluhan pasien penting dalam mencegah infeksi dan penyebaran ke orang lain dan

meminimalkan komplikasi. Pencegahan diri hampir semua infeksi jalan nafas atas

adalah sulit karena banyak potensial penyebab.

Perawat menginstruksikan kepada pasien tentang pentingnya tindakan

kesehatan yang baik. Diet yang bergizi , olah raga yang sesuai dan istirahat serta

tidur  yang cukup penting untuk mendukung daya tahan tubuh dan mengurangi

kerentanan tehadap infeksi pernafasan .

Instruksi tentang cara mencegah infeksi silang pada anggota keluarga yang lain juga

penting. Mencuci tangan masih tetap cara terpenting untuk mencegah penyebaran

infeksi . Pembuangan tisu basah dengan baik menutup mulut saat batuk juga harus

ditekankan. Hal-hal penting yang harus ditekankan dalam program penyuluhan untuk

mencegah infeksi pernapasan.

5

Page 7: askep laringitis muliani

C. Masalah Kolaboratif / Potensial Komplikasi

1. Sepsis

2. Abses peritonsilar

3. Otitis media

4. Sinusitis

D. Perencanaan dan Implementasi

Tujuan utama pasien dapat mencakup pemeliharaan potensi jalan nafas,

menghilangkan nyeri, pemeliharaan cara efektif komunikasi, tidak terjadi defisit

volume cairan, dan pengetahun tentang pencegahan infeksi jalan nafas atas, tidak

terdapat komplikasi.

F.   Pemantauan Penanganan Komplikasi Potensial.

Jika pasien mencari perawatn tambahan karena gejala menjadi lebih

memburuk, perawat akan memeriksa tanda-tanda vital dan mengamati lonjakan suhu

tubuh, juga peningkatan frekuensi nadi untuk mendeteksi sepsis, otitismedia atau

sinusitis. Kesulitan menelan dan sakit tenggorokan yang berat dapat menjadi tanda

penting abses peritonsilar. Pasien diinstruksikan untuk mengukur suhu tubuh pagi dan

sore hari sampai penyembuhan terjadi.

Pasien dijelaskan juga tentang tanda dan gejala komplikasi dan pentingnya

untuk menghubungi pemberi perawatan kesehatan primer jika terjadi indikasi dini

komplikasi. 

E. Evaluasi

Hasil yang diharapkan

1.      Mempertahankan jalan nafas tetap paten dengan mengatasi sekresi.

a. Melaporkan penurunan kongesti

b. Mengambil posisi terbaik untuk memudahkan drainase sekresi.

2.   Melaporkan perasaan lebih nyaman.

a. Mengikuti tindakan untuk kenyamanan-analgesik kantung panas, kumur, istirahat.

 b. Memperagakan higiene mulut yang adekuat.

3.   Menunjukkan kemampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhan, keinginan, dan

tingkat kenyamanan .

4.   Mempertahankan masukan cairan yang tidak adekuat

5.   Mengidentifikasi strategi untuk mencegah jalan nafas atas reaksi alergi.

6.   Menunjukkan tingkat pengetahuan yang cukup dan melakukan perawatan secara

adekuat.

Page 8: askep laringitis muliani

9

BAB IV

                                               PENUTUP

Kesimpulan

        Laringitis adalah peradangan pada laring yang terjadi karena banyak sebab.

Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara,

pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau sebagai

bagian dari infeksi saluran nafas atas. Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang

terisolasi yang  hanya mengenai pita suara.

       Penatalaksanaan laringitis akut termasuk mengistirahatkan suara, menghindari

merokok, istirahat di tempat tidur, dan menghirup uap dingin atau aerosol. Jika

laringitis merupakan bagian dari infeksi pernafasan yang lebih luas akibat organisme

bakteri atau jika lebih parah, terapi antibiotic yang tepat perlu diberikan. Sebagian

besar pasien dapat sembuh Dengan pengobatan konservatif; namun laringitis

cenderung lebih parah pada pasien lansia dan dapat diperburuk oleh pneumonia.

Untuk laringits kronis, pengobatannya termasuk mengistirahatkan suara,

menghilangkan setiap infeksi traktus respiratorius primer yang mungkun ada, dan

membatasi merokok. Penggunaan kortikosteroid topical, seperti inhalasi beklometason

dipropionate (vanceril), dapat digunakan. Preparat ini tidak mempunyai efek sistemik

atau kerja lama dan dapat megurangi reaksi inflamasi local.

Page 9: askep laringitis muliani

DAFTAR PUSTAKA

Rothrock, C. J. (2000). Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC :

Jakarta.

Sjamsuhidajat & Wim De Jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.

Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. (1998). Buku Ajar Ilmu penyakit

THT. FKUI : Jakarta.

askep faringitis, laringitis dan tonsilitisBAB 1

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Kanker merupakan mutasi genetic karena DNA sel normal mengalami kerusakan. Perbanyakan sel yang rusak akan berpotensi menghasilkan sel kanker. Kerusakan DNA sel dapat terjadi karena radikal bebas dan zat pemicu kanker (karsinogen). Radikal bebas merupakan molekul yang kehilangan pasangan electron dan berusaha mencuri electron dari sel tubuh. Sedangkan zat karsinogen berasal dari makanan. Zat yang semula prokarsinogen diubah oleh enzim jahat dalam tubuh menjadi zat pemicu kanker.

Jumlah penderita kanker di dunia  setiap tahun bertambah 6,25 juta orang, dua per tiga dari penderita kanker di dunia berada di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Data Departemen Kesehatan menunjukkan jumlah penderita kanker di Indonesia mencapai 6% dari populasi (Padmi, 2008).

1.2 Rumusan masalah1.2.1      Apa definisi dari faringitis, laringitis dan tonsilitis ?1.2.2     Apa etiologi dari faringitis, laringitis dan tonsilitis ?1.2.3      Apa manifestasi klinis dari faringitis, laringitis dan tonsilitis ?1.2.4     Apa klasifikasi dari faringitis, laringitis dan tonsilitis ?1.2.5     Bagaimana asuhan keperawatan dari faringitis, laringitis dan tonsilitis?

1.3 Tujuan

Page 10: askep laringitis muliani

1.3.1      Mengetahui definisi dari faringitis, laringitis dan tonsilitis.1.3.2      Mengetahui etiologi dari faringitis, laringitis dan tonsilitis.1.3.3      Mengetahui manifestasi klinis dari faringitis, laringitis dan tonsilitis.1.3.4      Mengetahui klasifikasi dari faringitis, laringitis dan tonsilitis.1.3.5      Mengetahui asuhan keperawatan dari faringitis, laringitis dan tonsilitis.

1.4 ManfaatMemberikan pengetahuan tentang penyakit faringitis, laringitis dan

tonsillitis.

BAB 2PEMBAHASAN

2.1 Konsep Medis Faringitis2.1.1   Anatomi

Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi servikal ke-6. Ke atas faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring, sedangkan dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus laring dan ke bawah berhubungan esofagus.panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14cm; bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar) selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal.

Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring). Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir (mucous blanket) dan otot. Bentuk mukosa faring bervariasi, tergantung letaknya. Pada nasofaring karena fungsinya untuk respirasi, maka mukosanya bersilia, sedangkan epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian bawahnya, yaitu orofaring dan laringofaring, karena fungsinya untuk saluran cerna, epitelnya gepeng berlapis dan tidak bersilia. Di sepanjang faring dapat ditemukan banyak sel jaringan limfoid yang terletak dalam rangkaian jaringan ikat yang termasuk dalam sistem retikuloendotelial. Oleh karena itu faring dapat disebut juga daerah pertahanan tubuh terdepan.

Daerah nasofaring dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung. Di bagian atas, nasofaring ditutupi oleh palut lendir yang terletak atas silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang diisap. Palut ini mengandungenzim Lyzozyme yang penting untuk proteksi.

Otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkuler) dan memenjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkuler terdiri dari m.konstriktor

Page 11: askep laringitis muliani

faring superior, media dan inferior. Otot-otot ini terletak di sebelah luar, berbentuk kipas dengan tiap bagian bawahnya menutup sebagian otot bagian atasnya dari belakang. Kerja otot konstriktor untuk mengecilkan lumen faring. Otot-otot ini dipersarafi n.vagus (n.X).otot-otot yang longitudinal adalah m.stilofaring dan m.palatofaring. M.stilofaring gunanya untuk melebarkan faring dan menarik rahang, sedangkan m.palatofaring mempertemukan ismus orofaring dan menaikkan bagian bawah faring dan laring. Jadi kedua otot ini bekerja sebagai elevator. Kerja kedua otot ini penting pada waktu menelan. M.stiofaring dipersarafi oleh n.IX sedangkan m.palatofaring dipersarafi oleh n.X (Rusmarjono,et.al., 2001).

2.1.2   DefinisiFaringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit

peradangan yang menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. (Wikipedia.com).

Faringitis adalah radang pada faring yang biasanya disebabkan oleh bakteri dan virus. (Ngastiyah, 2005)

Pengertian faringitis itu sendiri menurut kamus Dorland merupakan peradangan yang terjadi pada daerah faring. Peradangan pada faring yang terjadi karena virus atau bakterialis akut adalah penyakit yang sangat sering terjadi. Yang paling logis untuk mengelompokkan sejumlah infeksi – infeksi ini, adalah dibawah judul yang relatif sederhana, yaitu “faringitis akut”.

2.1.3   EtiologiFaringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebanyakan

disebabkan oleh virus, termasuk virus penyebab common cold, flu, adenovirus, mononukleosis atau HIV. Bakteri yang menyebabkan faringitis adalah streptokokus grup A, korinebakterium, arkanobakterium, Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia pneumoniae.

2.1.4  

Virus atau BakteriPatofisiologiKetidak Seimbangan Nutrisi

(Bedrest)Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan TubuhPenumpukan SecretBersihan Jalan Nafas Tidak EfektifLapisan Epitel Dinding Faring

Page 12: askep laringitis muliani

MalaiseDisfagia/AnorexiaProses InflamasiKeterbatasan InformasiNyeru akutFaringitisResti InfeksiAdanya Organisme InfektifKurang Pengatahuan (Cemas)Sakit Tenggoroan 

2.1.5   Tanda dan GejalaTanda dan gejala dari faringitis seperti :

1)     Pada gejala awal penyakit, penderita umumnya merasakan rasa gatal dan kering pada tenggorokannya.

2)    Malaise (kelemahan) dan juga sakit kepala merupakan gejala yang sering ditemukan karena adanya proses peradangan pada faring.

3)     Selain itu, suhu tubuh bisa mengalami sedikit kenaikan (subfebris).4)    Eksudat (lendir) pada faring menebal (karena pada awal penyakit terjadi

peningkatan produksi eksudat). Eksudat ini biasanya sulit untuk dikeluarkan. Untuk mengeluarkannya biasanya dengan batuk.

5)    Suara menjadi parau/serak karena peradangan juga mengenali laring.

Page 13: askep laringitis muliani

6)    Selain itu, biasanya penderita mengalami kesulitan menelan (disfagia) akibat nyeri telan.

7)    Nyeri bisa dirasakan hingga ke telinga.8)    Pada pemeriksaan akan dijumpai faring yang berwarna kemerahan dan

kering.9)    Pada jaringan limfoid tampak berwarna kemerahan dan bengkak.

Streptococcus group A merupakan bakteri penyebab faringitis akut yang paling sering, kira-kira 15 sampai 30 % kasus pada anak-anak, dan 5 sampai 10 % pada oang dewasa. Biasanya terdapat riwayat infeksi tenggorokan oleh bakteri Streptococcus sebelumnya. Insidensi faringitis yang disebabkan oleh streptococcus meningkat pada musim dingin. Gejala dapat berupa rasa sakit pada tenggorokan, nyeri saat menelan, demam, pusing, nyeri perut, mual dan muntah. Sedangkan tanda-tanda yang dapat dilihat yaitu adanya eritema faring dan tonsil, eksudat pada faring dan tonsil, petechiae palatine, edema uvula, limfadenopati servikalis anterior. Tidak semua pasien didapati dengan semua gejala tersebut, banyak pasien datang dengan gejala yang ringan dan tanpa eksudatif. Anak-anak dibawah tiga tahun dapat disertai coryza dan krusta hidung. Faringitis dengan eksudat jarang terjadi pada umur ini. (Alan, et.al.,2001).

2.1.6   KlasifikasiBerdasarkan lama berlangsungnya faringitis dibedakan menjadi :

1)     Faringitis akut, adalah radang tenggorok yang disebabkan oleh virus dan bakteri yaitu streptokokus grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil yang masih berwarna merah, malaise, nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk. Faringitis ini terjadinya masih baru, belum berlangsung lama.

2)    Faringitis kronis, radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorok. Faringitis kronis umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja atau tinggal dalam lingkungan berdebu, menggunakan suara berlebihan, menderita batu kronik, dan kebiasan menkonsumsi alcohol dan tembakau.Faringitis kronik dibagi menjadi 3, yaitu:

a.       Faringitis hipertrofi, ditandai dengan penebalan umum dan kongesti membrane mukosa.

b.      Faringitis atrofi kemungkinan merupakan tahap lanjut dari jenis pertama (membrane tipis, keputihan, licin dan pada waktunya berkerut).

c.       Faringitis granular kronik terjadi pembengkakan folikel limfe pada dinding faring.

2.1.7   Penatalaksanaan

Page 14: askep laringitis muliani

Untuk faringitis virus penanganan dilakukan dengan memberikan aspirin atau asetaminofen cairan dan istirahat baring. Komplikasi seperti sinusitis atau pneumonia biasanya disebabkan oleh bakteri karena adanya nekrosis epitel yang disebabkan oleh virus sehingga untuk mengatsi komplikasi ini dicadangkan untuk menggunakan antibiotika.

Untuk faringitis bakteri paling baik diobati dengan pemberian penisilin G sebanyak 200.000-250.000 unit, 3-4 kali sehari selama 10 hari. Pemberian obat ini biasanya akan menghasilkan respon klinis yang cepat dengan terjadinya suhu badan dalam waktu 24 jam. Erritromisin atau klindamisin merupakan obat alin dengan hasil memuaskan jika penderita alergi terhadap penisilin. Jika penderita menderita nyeri tenggorokan yang sangat hebat, selain terapi obat, pemberian kompres panas atau dingin pada leher dapat membantu meringankan nyeri. Berkumur-kumur dengan larutan garam hangat dapat pula meringankan gejala nyeri tenggorokan dan hal ini dapat disarankan pada anak-anak yang lebih besar untuk dapat bekerja sama.

2.1.8   KomplikasiPenyakit ini, jika dibiarkan sampai menjadi berat, dapat menimbulkan

radang ginjal (glomerulonefritis akut), demam rematik akut, otitis media (radang telinga bagian tengah), sinusitis, abses peritonsila dan abses retropharynx (radang di sekitar amandel atau bagian belakang tenggorokan yang dapat.

1)      Otitis media purulenta bakterialisDaerah telinga tengah normalnya adalah steril. Bakteri masuk melalui

tube eustacius akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring.2)      Abses Peritonsiler

Sumber infeksi berasal dari penjalaran faringitis/tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil.

3)      Glomerulus AkutInfeksi Streptokokus pada daerah faring masuk ke peredaran darah,

masuk ke ginjal. Proses autoimun kuman streptokokus yang nefritogen dalam tubuh meimbulkan bahan autoimun yang merusak glomerulus.

4)      Demam ReumatikInfeksi streptoceal yang awalnya ditandai dengan luka pada tenggorok

akan menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut pada katup-katup jantung, terutama pada katup mitral dan aorta.

5)      SinusitisSinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung dapat berupa

sinusitis maksilaris / frontalis. Sinusitis maksilaris disebabkan oleh komplikasi peradangan jalan napas bagian atas (salah satunya faringitis), dibantu oleh adanya faktor predisposisi. Penyakit ini dapat disebabkan oleh kuman tunggal dan dapat juga campuran seperti streptokokus, pneumokokus, hemophilus influenza dan kleb siella pneumoniae.

Page 15: askep laringitis muliani

6)      MeningitisInfeksi bakteri padadaerah faring yang masuk ke peredaran darah,

kemudian masuk ke meningen dapat menyebabkan meningitis.Akan tetapi komplikasi meningitis akibat faringitis jarang terjadi.

2.1.9   PrognosisSebagian besar faringitis dapat sembuh spontan dalam 10 hari, namun

sangat penting untuk mewaspadai terjadinya komplikasi pada faringitis (Kazzi,at.al.,2006).

2.2Konsep Medis Laringitis2.2.1   Anatomi

Laring adalah  struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melinduni jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering disebut sebagai kontak suara yang terdiri atas:

1)     Epiglotis – daun katup kartilago yang menutupi ostium kearah laring selama menelan.

2)    Glotis – Ostium antara pita suara dalam laring.3)     Kartilago tiroid – Kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini

membentuk jakun (adams apple).4)    Kartilago krikoid – Satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam faring

(terletak dibawah kartilago tiroid).5)    Kartilago aritenoid – Digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago

tiroid.6)    Pita suara – Ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan

bunyi suara, pita suara melekat pada lumen laring2.2.2   Definisi

Laringitis adalah inflamasi laring (ensiklopedia keperawatan).Laringitis adalah peradangan yang terjadi pada pita suara karena

terlalu banyak digunakan, karena iritasi atau karena adanya infeksi. Pita suara adalah suatu susunan yang terdiri dari tulang rawan, otot dan membran mukosa yang membentuk pintu masuk dari batang tenggorok (trachea). Di dalam kotak suara terdapat pita suara—dua buah membran mukosa yang terlipat dua membungkus otot dan tulang rawan (http://www.sehatgroup.web.id/).

Biasanya pita suara akan membuka dan menutup dengan lancar, membentuk suara melalui pergerakan dan getaran yang terbentuk. Tapi bila terjadi laringitis, pita suara akan meradang atau terjadi iritasi pada pita suara. Pita suara tersebut akan membengkak, menyebabkan terjadinya

Page 16: askep laringitis muliani

perubahan suara yang diproduksi oleh udara yang lewat melalui celah diantara keduanya. Akibatnya, suara akan terdengar serak. Pada beberapa kasus laringitis, suara akan menjadi sangat lemah sehingga tidak terdengar.

Laringitis dapat berlangsung dalam waktu singkat (akut) atau berlansung lama (kronis) lebih dari 3 minggu. Meskipun laringitis akut biasanya hanya karena terjadinya iritasi dan peradagnan akibat virus, suara serak yang sering terjadi dapat menjadi tanda adanya masalah yang lebih serius. (http://www.news-medical.net/)

2.2.3   EtiologiInflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak

menggunakan suara, pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau sebagai bagian dari infeksi saluran nafas atas. Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang terisolasi yang hanya mengenai pita suara.

Sebagian besar kasus laringitis sementara dipicu oleh infeksi virus atau regangan vokal dan tidak serius. Tapi suara serak kadang-kadang merupakan tanda yang lebih serius dari kondisi medis yang mendasari. Sebagian besar kasus laringitis berakhir kurang dari beberapa minggu dan disebabkan cuaca dingin.

Penyebab yang paling sering adalah infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas (misalnya common cold). Laringitis juga bisa menyertai bronkitis, pneumonia, influenza, pertusis, campak dan difteri.

1)   Laringitis AkutPada laringitis akut biasanya penyebabnya oleh infeksi virus. Infeksi

bakteri seperti difteri juga dapat menjadi penyebabnya, tapi hal ini jarang terjadi. Laringitis akut dapat juga terjadi saat anda menderita suatu penyakit atau setelah anda sembuh dari suatu penyakit, seperti selesma, flu atau radang paru-paru (pneumonia). (http://www.klinikindonesia.com/)

a.    Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti influenza atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.

b.   Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuacac.   Pemakaian suara yang berlebihand.   Traumae.    Bahan kimiaf.    Merokok dan minum-minum alkoholg.    Alergi2)   Laringitis Kronik

Kasus yang sering terjadi pada laringitis kronis termasuk juga iritasi yang terus menerus terjadi karena penggunaan alkohol yang berlebihan,

Page 17: askep laringitis muliani

banyak merokok atau asam dari perut yang mengalir kembali ke dalam kerongkongan dan tenggorokan, suatu kondisi yang disebut gastroesophageal reflux disease (GERD).

Laringitis kronis adalah inflamasi dari membran mukosa laring yang berlokasi di saluran nafas atas, bila terjadi kurang dari 3 minggu dinamakan akut dan disebut kronis bila terjadi lebih dari 3 minggu.

Beberapa pasien mungkin telah mengalami serangan laringitis akut berulang, terpapar debu atau asap iritatif atau menggunakan suara tidak tepat dalam konteks neuromuskular. Merokok dapat menyebabkan edema dan eritema laring. (Abdurrahman MH, 2006,13-20)

3)   Laringitis Kronis SpesifikYang termasuk dalam laringitis kronis spesifik ialah laringitis tuberkulosis dan laringitis luetika.

a.  Laringitis tuberkulosisPenyakit ini hampir selalu akibat tuberkulosis paru. Biasanya pasca

pengobatan, tuberkulosis paru sembun tetapi laringitis tuberkulosis menetap. Hal ini terjadi karena struktur mukosa laring yang melekat pada kartilago serta vaskularisasinya yang tidak sebaik paru sehingga bila infeksi sudah mengenai kartilago maka tatalaksananya dapat berlangsung lama.

Secara klinis manifestasi laringitis tuberkulosis terdiri dari 4 stadium yaitu :

1)     Stadium infiltrasi, mukosa laring posterior membengkak dan hiperemis, dapat mengenai pita suara. Terbentuk tuberkel pada submukosa sehingga tampak bintik berwarna kebiruan. Tuberkel membesar dan beberapa tuberkel berdekatan bersatu sehingga mukosa diatasnya meregang sehingga suatu saat akan pecah dan terbentuk ulkus

2)    Stadium ulserasi, ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar. Ulkus diangkat, dasarnya ditutupi perkijuan dan dirasakan sangat nyeri.

3)     Stadium perikondritis, ulkus makin dalam sehingga mengenai kartuilago laring terutama kartilago aritenoid dan epiglotis sehingga terjadi kerusakan tulang rawan.

4)    Stadium pembentukan tumor, terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita suara dan subglotik.

b.  Laringitis luetikaRadang menahun ini jarang dijumpai dalam 4 stadium lues yang paling

berhubungan dengan laringitis kronis ialah lues stadium tersier dimana terjadi pembentukan gumma yang kadang menyerupai keganasan laring. Apabila guma pecah akan timbul ulkus yang khas yaitu ulkus sangat dalam, bertepi dengan dasar keras, merah tua dengan eksudat kekuningan. Ulkus ini tidak nyeri tetapi menjalar cepat

Page 18: askep laringitis muliani

laringitis akut Laringitis kronis       Rhinovirus       Parainfluenza virus       Adenovirus       Virus mumps       Varisella zooster virus       Penggunaan asma inhaler       Penggunaan suara berlebih

dalam pekerjaan : Menyanyi, Berbicara dimuka umum Mengajar

       Alergi       Streptococcus grup A       Moraxella catarrhalis       Gastroesophageal refluks

       Infeksi bakteri       Infeksi tuberkulosis       Sifilis       Leprae       Virus       Jamur       Actinomycosis       Penggunaan suara berlebih       Alergi       Faktor lingkungan seperti asap,

debu       Penyakit sistemik : wegener

granulomatosis, amiloidosis       Alkohol       Gatroesophageal refluks

2.2.4   PatofisiologiHampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri

mungkin sekunder. Laringitis biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang peningkatan suhu tubuh. (Elizabeth J. Corwin 2000 , 432).Virus/BakteriBahan Kimiawi

Page 19: askep laringitis muliani

Debu/AsapIritasi Mukosa Sal. Nafas AtasNyeriDemamSuhu TubuhMerangsang Kelenjar MucusInfeksiInflamasiProduksi Mucus BerlebihPengeluaran Mediator kimia darahGg. Rasa nyaman NyeriMenggunakan Suara BerlebihanInfeksi Sal. Nafas Atas 

Bersihan Jalan Nafas Tidak EfektifPengeluaran SputumPenyumbatan Sal.NafasBatuk Hebat 

2.2.5   Tanda dan GejalaTanda dan gejala dari laringitis seperti :

Page 20: askep laringitis muliani

1)      Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara yang kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa / normal dimana terjadi gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan sehingga menimbulkan suara menjadi parau bahkan sampai tidak bersuara sama sekali (afoni).

2)      Sesak nafas dan stridor.3)      Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.4)      Gejala radang umum seperti demam, malaise.5)      Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental.6)      Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit

menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan temperatur yang tidak mengalami peningkatan dari 380C.

7)      Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk, peningkatan suhu yang sangat berarti yakni lebih dari 380C, dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai dengan nyeri diseluruh tubuh.

8)      Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis, membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga didapatkan tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal atau paru.

9)      Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem subglotis yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat, pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi suprasternal dan epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan darurat medik yang dapat mengancam jiwa anak. (http://www.news-medical.net/)

a.  Laringitis AkutDemam, malaise, gelaja rinigaringitis, suara parau sampai afoni, nyeri

ketika menelan atau berbicara, rasa kering ditenggorokan, batuk kering yang kelamaan disertau dahak kental, gejala sumbatan laring sampai sianosis.

Pada pemeriksaan, tampak mukosa laring hiperemis, membengkak, terutama di atas dan bahwa pita suara. Biasanya tidak terbatas di laring, juga ada tanda radang akut dihitung sinus peranasak, atau paru.

b.  Laringitis KronikSuara parau yang menetap, rasa tersangkut di tenggorok sehingga

sering mendehem tanpa sekret. Pada pemeriksaan tampak mukosa laring hiperemis. Tidak rata, dan menebal. Bila tumor dapat dilakukan biopsi.(www.blogsehat.com)

c.  Laringitis tuberkulosis

Page 21: askep laringitis muliani

Terdapat gejala demam, keringat malam, penurunan berat badan, rasa kering, panas, dan tertekan di daerah laring, suara parau beriminggu-minggu dan pada stadium lanjut dapat afoni, bentuk produktif, gemoptisis, nyeri menelan yang lebih hebat bila gejala-gejala proses aktif pada paru. Dapat timbul sumbatan jalan napas karena edema: tumberkuloma, atau paralysis pita suara.

2.2.6   KlasifikasiSesuai dengan stadium dari penyakit, pada laringoskop akan terlihat:

         Stadium infiltrasiMukosa laring membengkak, hiperemis (bagian posterior), dan pucar.

Terbentuk tuberkel di daerah submukosa, tampak sebagai bintik-bintik kebiruan. Tuberkel membesar, menyatu sehingga mukosa di atasnya meregang. Bila pecah akan timbul ulkus.

         Stadium ulserasiUlkus membesar, dangkal, dasarnya ditutupi perkijuan dan terasa.

         Stadium perikondritisUlkus makin dalam mengenai kartilago laring, kartilagi aritenoid, dan

epiglottis/ terbentuk nanah yang berbau sampai terbentuk sekuester. Keadaan umum pasien sangat buruk, dapat fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita suara, dan subglotik.

2.2.7  Penatalaksanaan1)   Laringitis Akut

Terapi pada laringitis akut berupa mengistirahatkan pita suara, antibiotik, menambah kelembaban, dan menekan batuk. Obat-obatan dengan efek samping yang menyebabkan kekeringan harus dihindari. Penyayi dan para profesional yang mengandalkan suara perlu dinasehati agar membiarkan proses radang mereda sebelum melanjutkan karier mereka. Usaha bernyayi selama proses radang berlangsung dapat mengakibatkan perdarahan pada laring dan perkembangan nodul korda vokalis selanjutnya. Terapi pada laringitis kronis terdiri dari menghilangkan penyebab, koreksi gangguan yang dapat diatasi, dan latihan kembali kebiasaan menggunakan vocal dengan terapi bicara. Antibiotik dan terapi singkat steroid dapat mengurangi proses radang untuk sementara waktu, namun tidak bermanfaat untuk rehabilitasi jangka panjang. Eliminasi obat-obat dengan efek samping juga dapat membantu. Pada pasien dengan gastroenteriris refluks dapat diberikan reseptor H2 antagonis, pompa proton inhibitor. Juga diberikan hidrasi, meningkatkan kelembaban, menghindari polutan.  Terapi pembedahan bila terdapat sekuester dan trakeostomi bila terjadi sumbatan laring.

Hindari iritasi pada laring dan faring. Untuk terapi mendikamentosa diberikan antibiotic penisilin anak 3 x 0 kg BB dan dewasa 3 x 500 mg. bila alergi dapat diganti eritromisin atau basitrasin. Dan diberikan kortikosteroid

Page 22: askep laringitis muliani

untuk mengatasi edema. Dipasang pipa endotrakea atau trakeostomi bila terdapat sumbatan laring.

2)   Laringitis KronikDiminta untuk tidak banyak bicara dan mengonati peradangan di

hitung, faring, serta bronkus yang mungkin menjadi penyebab. Diberikan antibiotik bila terdapat tanda infeksi dan ekspektoran. Untuk jangka pendek dapat diberikan steroid.

Laringitis kronis yang berlangsung lebih dari beberapa minggu dan tidak berhubungan dengan penyakit sistemik, sebagian besar berhubungan dengan pemajanan rekuren dari iritan. Asap rokok merupakan iritan inhalasi yang paling sering memicu laringitis kronis tetapi laringitis juga dapat terjadi akibat menghisap kanabis atau inhalasi asap lainnya. Pada kasus ini, pasien sebaiknya dijauhkan dari faktor pemicunya seperti dengan menghentikan kebiasaan merokok.

3)   Laringitis TuberkulosisPengobatan dengan mengistirahatkan pita suara dan dengan

pemberianobat anti nyeri biasanya telah mencukupi. Pemberian obat antituberkulosis primer dan skunder. Pada infeksi bakteri, antibiotik yang tepat harus diberikan.Trakeostomi bila timbul sumbatan jalan napas. (Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, 2003).

2.2.8  Peneriksaan Penunjang1)     Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis

(Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.2)    Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai

infeksi sekunder, leukosit dapat meningkat.3)     Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring yang

sangat sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak pembengkakan subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat pada konus elastikus yang akan tampak dibawah pita suara.Laringitis AkutPemeriksaan apusan dari laring untuk kultur dan uji resistensi pada kasus yang lama atau sering residif.Laringitis tuberkulosisPemeriksaan laboratorium hasil tahan asam dari sputum atau bilasan lambung, foto toraks menunjukkan tanda proses spesifik baru, laringoskopi langsung/tak langsung, dan pemeriksaan PA. (Mansjoer, Arif.1999, 125)

2.2.9   PrognisisPrognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan

pemulihannya selama satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat menyebabkan udem laring dan udem subglotis sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi

Page 23: askep laringitis muliani

dapat dilakukan pemasangan endotrakeal atau trakeostomiaik. (www.blogsehat.com)

2.3 Konsep Medis Tonsilitis2.3.1   Anatomi

Cincin waldeyer jaringan limfoid yang mengelilingi faring. Bagian terpentingnya adalah tonsil palatine dan tonsil faringeal (adenoid). Unsure yang lain adalah tonsil lingual, gugus limfoid lateral faring dan kelenjar-kelenjar limfoid yang tersebar dalam fosa Rosenmuller, dibawah mukosa dinding posterior faring dan dekat orifisium tuba eustachius.

Massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil pada kedua sudut orofaring dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus).

Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar. Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh :

  Lateral   : m. konstriktor faring superior  Anterior          : m. palatoglosus  Posterior         : m. palatofaringeus  Superior : palatum mole  Inferior : tonsillingual

Secara mikroskopik tonil terdiri atas 3 komponen yaitu jaringan ikat, folikel germinativun (merupakan sel limfoid)  dan jaringan interfolikel.

2.3.2   DefinisiTonsil merupakan kumpulan besar jaringan limfoid di belakang faring

yang memiliki keaktifan munologik (Ganong, 1998). Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung dan tenggorokan, oleh karena itu, tidak jarang tonsil mengalami peradangan.

Tonsilitis adalah infeksi atau peradangan pada tonsil. Tonsilitis akut merupakan inveksi tonsil yang sifatnya akut, sedangkan tonsillitis kronik merupakan tonsillitis yang terjadi berulang kali (Sjamsuhidayat & Jong, 1997).

2.3.3   EtiologiMenurut Adams George (1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut paling sering

disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.1)     Pneumococcus,2)    Staphilococcus,3)     Haemalphilus influenza,4)    Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.

Bakteri merupakan penyebab pada 50 % kasus.

Page 24: askep laringitis muliani

1)      Streptococcus B hemoliticus grup A,2)    Streptococcus viridens,3)     Streptococcus pyogenes,4)    Staphilococcus,5)    Pneumococcus,6)    Virus,7)    Adenovirus,8)    ECHO,9)    Virus influenza serta herpes.

Menurut Firman S (2006), penyebabnya adalah infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis.

2.3.4   PatofisiologiBakteri

(dalam udara/ makanan)Peradangan TonsilProd. SecretMK : Bersihan Jalan Nafas Tidak EfektifTonsilitisPembesaran TonsilPeningkatan Suhu TubuhBenda Asing Di Jalan NafasDiproseMK : Kekurangan Vol. CairanObstruksi Jalan NafasObstruksi MekanikMK : Bersihan Jalan Nafas Tidak EfektifTonsilektomi

Page 25: askep laringitis muliani

KekuranganPengetahuanMK : Gg. Rasa Nyaman (Nyeri)MK :Resiko Kerusakan MenelanAnoreksiaMK : Resiko Perubahan Nutrisi Kurang Dari KebutuhanResiko PerdarahanDarah Di Saluran NafasMK : Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

Virus(dalam udara/ makanan) 

                                                                               

2.3.5   Tanda Dan GejalaGejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika

penderita menelan) nyeri seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang sama).

Page 26: askep laringitis muliani

Gejala lain :1)     Demam2)    Tidak enak badan3)     Sakit kepala4)    Muntah

Menurut Mansjoer, A (1999) gejala tonsilitis antara lain :1)     Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan2)    Tenggorokan terasa kering3)     Persarafan bau4)    Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus

membesar dan terisi detritus5)    Tidak nafsu makan6)    Mudah lelah7)    Nyeri abdomen8)    Pucat9)    Letargi10)  Nyeri kepala11)  Disfagia (sakit saat menelan)12)  Mual dan muntah

Gejala pada tonsillitis akut :1)     Rasa gatal / kering di tenggorokan2)    Lesu3)     Nyeri sendi4)    Odinafagia5)    Anoreksia6)    Otalgia7)    Suara serak (bila laring terkena)8)    Tonsil membengkak

Berdasrkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan mengukur jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak permukaan medial kedua tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi :

  T0  : Tonsil masuk di dalam fossa  T1  : <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring  T2  : 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring  T3 : 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring  T4 : >75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring

2.3.6   KlasifikasiMacam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006) :

1)      Tonsillitis akutDisebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians,

dan streptococcus piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus.2)      Tonsilitis falikularis

Page 27: askep laringitis muliani

Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus. Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa makanan yang tersangkut.

3)      Tonsilitis LakunarisBila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk)

permukaan tonsil.4)      Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Throat)

Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut menyerupai membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang dan berwarna putih kekuning-kuningan.

5)      Tonsilitis KronikTonsillitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok,

makanan) pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat danhygiene mulut yang buruk.

2.3.7   PenatalaksanaanPenatalaksanaan tonsilitis secara umum, menurut Firman S, 2006 :

1)      Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.

2)      Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :a.       Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.b.      Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2

tahun.c.       Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3

tahun.d.      Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

Menurut Mansjoer, A (1999) penatalaksanan tonsillitis adalah:1)      Penatalaksanaan tonsilitis akuta.       Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur

atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau klindomisin.

b.      Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.

c.       Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif.

d.      Pemberian antipiretik.2)      Penatalaksanaan tonsilitis kronik

Page 28: askep laringitis muliani

a.       Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.b.      Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi

konservatif tidak berhasil.

Tonsilektomi menurut Firman S (2006), yaitu :1)      Perawatan Prabedah

Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus dipuasakan, membebaskan anak dari infeksi pernafasan bagian atas.

2)      Teknik PembedahanAnestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan, pasien diposisikan

terlentang dengan kepala sedikit direndahkan dan leher dalam keadaan ekstensi mulut ditahan terbuka dengan suatu penutup dan lidah didorong keluar dari jalan. Penyedotan harus dapat diperoleh untuk mencegah inflamasi dari darah. Tonsil diangkat dengan diseksi/ quillotine.

Metode apapun yang digunakan penting untuk mengangkat tonsil secara lengkap. Perdarahan dikendalikan dengan menginsersi suatu pak kasa ke dalam ruang post nasal yang harus diangkat setelah pembedahan. Perdarahan yang berlanjut dapat ditangani dengan mengadakan ligasi pembuluh darah pada dasar tonsil.

3)      Perawatan Paska-bedaha.      Berbaring ke samping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.b.      Memantau tanda-tanda perdarahan:  Menelan berulang  Muntah darah segar  Peningkatan denyut nadi pada saat tidurc.       Diet  Memberikan cairan bila muntah telah reda  Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang besar (lebih

nyaman dari ada kepingan kecil).  Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan perdarahan).   Menawarkan makanan  Es crem, crustard dingin, sup krim, dan jus.  Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat dinikmati

pada pagi hari setelah perdarahan.  Hindari jus jeruk, minuman panas, makanan kasar, atau banyak bumbu

selama 1 minggu.  Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan  Menggunakan ice color (kompres es) bila mau  Memberikan anakgesik (hindari aspirin)

Page 29: askep laringitis muliani

  Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.  Minum 2-3 liter/hari sampai bau mulut hilang.  Mengajari pasien mengenal hal berikut  Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan menyisi hidung segera

selama 1-2 minggu.  Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah yang tertelan.  Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara hari ke-4 dan ke-8

setelah operasi.2.3.8   Komplikasi

Komplikasi tonsilitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A (1999), yaitu :1)      Abses pertonsil

Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group A.

2)      Otitis media akutInfeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius

(eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang telinga.

3)      Mastoiditis akutRuptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam

sel-sel mastoid.4)      Laringitis5)      Sinusitis6)      Rhinitis

2.3.9   PencegahanUntuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga

kebersihan pada diri anak serta memberikan penyuluhan tentang penyakit ini pada anak-anak. Selain  itu juga diberikan imunisasi yang terdiri dari imunisasi DPT dan pengobatan carrier.

Page 30: askep laringitis muliani

BAB 3ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 ASKEP FARINGITISA. Pengkajian1.    Identitas Pasien2.    Keluhan Utama :a.    Pasien mengatakan nyeri dan merasa tidak nyaman pada daerah leher.b.   Pasien mengatakan mual dan muntah.c.   Pasien mengatakan sakit saat menelan.3.    Riwayat Keperawatan :a.    Riwayat Kesehatan Sekarang

Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi: Alasan masuk rumah sakit.

b.   Riwayat Kesehatan Masa LaluMengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya pasien mengatakan pernah mengalami infeksi pada saluran tenggorokan dan pernah menjalani perawatan di RS.

c.   Riwayat Kesehatan KeluargaMengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami penyakit yang sama.

4.    Pemeriksaan Fisika.       Keadaan Umum, yaitu dengan mengobservasi bentuk tubuh, warna kulit,

kesadaran, dan kesan umum pasien (saat pertama kali MRS).b.      Gejala Kardinal, yaitu dengan mengukur TTV (suhu, nadi, tekanan darah, dan

respirasi.

Page 31: askep laringitis muliani

c.       Keadaan Fisik, yaitu melakukan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi dari kepala sampai anus, tapi lebih difokuskan pada bagian leher.

d.      Pemeriksaan Penunjang, yaitu dari hasil pemeriksaan laboratorium dengan uji kultur dan uji resistensi.

B.  Diagnosa Keperawatan1.      Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi.2.      Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan secret.3.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kesulitan menelan.4.      Cemas berhubungan dengan hospitalisasi, kesulitan bernapas.5.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif.6.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan terbatasnya informasi.C. Intervensi1.   DX 1 : Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang / hilang dengan kriteria hasil :

a.       Laporkan frekuensi nyeri.b.      Kaji frekuensi nyeri.c.       Lamanya nyeri berlangsung.d.      Ekspresi wajah terhadap nyeri.e.       Kegelisahan.f.       Perubahan TTV.

Intervensi1)     Kaji secara menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi, durasi, frekuensi,

intensitas, dan faktor penyebab.2)    Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan terutama jika tidak

dapat berkomunikasi secara efektif.3)     Gunakan tindakan lokal (berkumur, menghisap, kompres hangat) untuk

mengurangi sakit tenggorok.4)    Berikan analgetik dengan tepat.5)    Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama akan

berakhir dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.6)    Ajarkan teknik non farmakologi (misalnya: relaksasi, guide, imagery, terapi

musik, distraksi).

2.   Dx 2 : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan secretTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan napas pasien kembali efektif dengan kriteria hasil :

a.    Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih.b.   Tidak ada dipsneu.c.   Sekret dapat keluar.

Page 32: askep laringitis muliani

d.   Mampu batuk efektif.Intervensi

1)     Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada.2)    Auskultasi area paru, catat area penurunan udara.3)     Bantu pasien latihan nafas dalam dan melakukan batuk efektif.4)    Berikan posisi semifowler dan pertahankan posisi pasien.5)    Lakukan penghisapan lendir sesuai indikasi.6)    Kaji vital sign dan status respirasi.7)    Kolaborasi pemberian oksigen.3.   Dx 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan kesulitan menelan.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi pasien terpenuhi dengan Kriteria Hasil:

a.    Mempertahankan pemasukan nutrisi.b.   Mempertahankan berat badan.c.   Melaporkan keadekuatan tingkat energi.d.   Daya tahan tubuh adekuat.

Intervensi1)     Kaji status nutrisi pasien.2)    Ketahui makanan kesukaan pasien.3)     Anjurkan pasien makan sedikit demi sedikit tapi sering.4)    Kaji membran mukosa dan turgor kulit setiap hari untuk monitor hidrasi.5)    Timbang BB pada interval yang tepat.6)    Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet yang sesuai.4.   Dx 4 : Cemas berhubungan dengan hospitalisasi, kesulitan bernapas

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dan  keluarga tidak mengalami kecemasan dengan Kriteria Hasil:

a.    Monitor intensitas kecemasan.b.   Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas.c.   Menggunakan strategi koping efektif.d.   Mencari informasi untuk menurunkan cemas.e.    Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas.

Intervensi1)     Tenangkan Klien.2)    Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang

mungkin muncul pada saat melakukan tindakan.3)     Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis, dan tindakan.4)    Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa sakit.5)    Instruksikan pasien untuk menggunakan metode/ teknik relaksasi.5.   Dx 5 : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme

infektif

Page 33: askep laringitis muliani

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi sekunder dengan Kriteria Hasil:

a.    Mengindikasikan status gastrointestinal, pernapasan, dan imun dalam batas normal.

b.   Terbebas dari tanda dan gejala infeksi.c.   Berpartisipasi dalam perawatan kesehatan.d.   Mampu mengidentifikasi faktor resiko.

Intervensi1)     Pantau tanda/gejala infeksi (suhu, kulit, suhu tubuh, lesi, kulit, keletihan,

malaise).2)    Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi (usia, tinggkat imun rendah,

malnutrisi).3)     Pertahankan lingkungan aseptik dengan teknik mencuci tangan yang baik.4)    Berikan diet bergizi sesuai kemampuan anak untuk mengkonsumsi nutrisi

untuk mendukung pertahanan tubuh alami.5)    Instruksikan pada keluarga pasien untuk menjaga hygiene anaknya untuk

melindungi tubuh terhadap infeksi.6)    Kolaborasi: pemberian antibiotic.6.   Dx 6 : Kurang pengetahuan b.d. keterbatasan informasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakitnya bertambah dengan Kriteria Hasil:

a.    Mengenal tentang penyakit.b.   Menjelaskan proses penyakit.c.   Menjelaskan penyebab/faktor yang berhubungan.d.   Menjelaskan faktor resiko.e.    Menjelaskan komplikasi dari penyakit.f.    Menjelaskan  tanda dan gejala dari penyakit.

Intervensi1)     Identifikasi pemberi pelayanan keperawatan yang lain.2)    Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga dalam mengimplementasikan

keperawatan setelah penjelasan.3)     Jelaskan peran keluarga dalam perawatan yang berkesinambungan.4)    Jelaskan program perawatan medik meliputi; diet, pengobatan, dan latihan.5)    Jelaskan rencana tindakan keperawatan sebelum mengimplementasikan.3.2 ASKEP LARINGITISA. Pengkajian1.    Identitas Pasien2.    Keluhan Utamaa.    Kx mengeluh demam,b.   mual-muntah,c.   sesak,d.   batuk,

Page 34: askep laringitis muliani

e.    pilek,f.    nyeri menelan dan pada waktu berbicara.3.    Riwayat Keperawatana.       Riwayat Kesehatan Sekarang

Hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada keluhan sampai terjadi demam, mual, muntah, sesak, bapil, serta nyeri menelan dan pada waktu berbicara.

b.      Riwayat Kesehatan Masa LaluKx merasa mual, muntah, demam, sesak, batuk, nyeri menelan apakah terdapat hubungan dengan penyakit yang diderita sebelumnya.

c.       Riwayat Kesehatan KeluargaHal ini meliputi tentang bagaimana kesehatan dalam keluarga, apakah anggota keluarga yang menderita penyakit menular.

4.    Pemeriksaan Fisika.    Keadaan umum, didapat saat Kx waktu pengkajian misalnya keadaannya,

kesadarannya, pemeriksaan TTV.b.   Pemeriksaan kepala dan leher : Meliputi kebersihan rambut, mukosa bibir

kering, wajah Kx pucat dan menyeringai, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid atau vena jugularis.

c.   Pemeriksaan integumen meluputi warna kulit, turgor kulit, akral.d.   Pemeriksaan sistem respirasi meliputi frekuensi pernafasan, bentuk dada,

pergerakan dada.e.    Pemeriksaan sistem kardiovaskuler meliputi irama, suara jantung.f.    Pemeriksan sistem gastrointestinal.g.    Pada Kx laringitis terjadi penurunan nafsu makan dikarenakan adanya nyeri

telan.h.   Pemeriksaan muskuluskeletal meliputi pergerakan ekstrimitas, terpasang

infus ditangan.i.     Pemeriksaan sistem endokrin : Tidak ada yang mempengaruhi terjadinya

laringitis dalam sistem endokrin.j.     Pemeriksaan genitauria meliputi tidak adanya dysuria, retensi urin,

inkontinennya urin.k.    Pemeriksaan sistem persarafan pada umumnya motorik dan sensorik terjadi

gangguan.B.  Diagnosa Keperawatan1.    Resiko terjadi sumbatan jalan nafas berhubungan dengan sesak /

penumpukan seret.2.    Nyeri yang berhubungan dengan iritasi laring sekunder akibat infeksi.C. Intervensi1.   Dx 1 : Resiko terjadi sumbatan jalan nafas berhubungan dengan

sesak / penumpukan seret.

Page 35: askep laringitis muliani

Tujuan : Jalan nafas kembali efektif dalam waktu ± 3 menit, dengan kriteria hasil :

a.       Sesak berkurang.b.      Tidak ada suara nafs tambahan.c.       TTV dalam batas normal.

Intervensi1)     Lakukan pendekatan.

R/ Dengan dilakukan pendekatan dan mempermudah dalam melakukan tindakan dan membina kepercayaan antara Px dan perawat.

2)    Baringkan Px setengah duduk.R/ Diharapkan Kx dapat bernafas dan tidak sesak.

3)     Berikan O2.

R/ Diharapkan sesak berkurang.4)    Kontrolkan jalannya tetasan infus tiap jam dan catatlah dalam catatan

khusus pemberian cairan.R/  Tetesan cairan harus sesuai yang dibutuhkan karena jika berlebihan dapat menambah sesak nafas.

5)    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan.R/ Mempercepat proses penyembuhan.

2.   Dx 2 : Nyeri yang berhubungan dengan iritasi laring sekunder akibat infeksi.Kemungkinan dibuktikan oleh : sakit kepala, nyeri otot dan sendi, perilaku distraksi,gelisah.Intervensi :

1)      Berikan tindakan nyaman mis : pijtan punggung, perubahan posisi, perbincangan, relaksasi/latihannafas.R/: Tindakan non analgetik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memeperbesar efek terapi analgetik.

2)      Tawarkan pembersihan mulut dengan seringR/: Pernapasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan mengeringkan membran mukosa, potensial ketidaknyamanan umum.

3)      Kolaborasi berikan analgesikdanantitusif sesuai indikasi.R/: Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif/ paroksismal atau menurunkan mukosa berlebihan,meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.

askep faringitis, laringitis dan tonsilitisBAB 1

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Page 36: askep laringitis muliani

Kanker merupakan mutasi genetic karena DNA sel normal mengalami kerusakan. Perbanyakan sel yang rusak akan berpotensi menghasilkan sel kanker. Kerusakan DNA sel dapat terjadi karena radikal bebas dan zat pemicu kanker (karsinogen). Radikal bebas merupakan molekul yang kehilangan pasangan electron dan berusaha mencuri electron dari sel tubuh. Sedangkan zat karsinogen berasal dari makanan. Zat yang semula prokarsinogen diubah oleh enzim jahat dalam tubuh menjadi zat pemicu kanker.

Jumlah penderita kanker di dunia  setiap tahun bertambah 6,25 juta orang, dua per tiga dari penderita kanker di dunia berada di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Data Departemen Kesehatan menunjukkan jumlah penderita kanker di Indonesia mencapai 6% dari populasi (Padmi, 2008).

1.2 Rumusan masalah1.2.1      Apa definisi dari faringitis, laringitis dan tonsilitis ?1.2.2     Apa etiologi dari faringitis, laringitis dan tonsilitis ?1.2.3      Apa manifestasi klinis dari faringitis, laringitis dan tonsilitis ?1.2.4     Apa klasifikasi dari faringitis, laringitis dan tonsilitis ?1.2.5     Bagaimana asuhan keperawatan dari faringitis, laringitis dan tonsilitis?

1.3 Tujuan1.3.1      Mengetahui definisi dari faringitis, laringitis dan tonsilitis.1.3.2      Mengetahui etiologi dari faringitis, laringitis dan tonsilitis.1.3.3      Mengetahui manifestasi klinis dari faringitis, laringitis dan tonsilitis.1.3.4      Mengetahui klasifikasi dari faringitis, laringitis dan tonsilitis.1.3.5      Mengetahui asuhan keperawatan dari faringitis, laringitis dan tonsilitis.

1.4 ManfaatMemberikan pengetahuan tentang penyakit faringitis, laringitis dan

tonsillitis.

BAB 2PEMBAHASAN

2.1 Konsep Medis Faringitis2.1.1   Anatomi

Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi servikal ke-6. Ke atas faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring, sedangkan dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus laring dan ke bawah berhubungan esofagus.panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14cm; bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar) selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal.

Page 37: askep laringitis muliani

Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring). Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir (mucous blanket) dan otot. Bentuk mukosa faring bervariasi, tergantung letaknya. Pada nasofaring karena fungsinya untuk respirasi, maka mukosanya bersilia, sedangkan epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian bawahnya, yaitu orofaring dan laringofaring, karena fungsinya untuk saluran cerna, epitelnya gepeng berlapis dan tidak bersilia. Di sepanjang faring dapat ditemukan banyak sel jaringan limfoid yang terletak dalam rangkaian jaringan ikat yang termasuk dalam sistem retikuloendotelial. Oleh karena itu faring dapat disebut juga daerah pertahanan tubuh terdepan.

Daerah nasofaring dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung. Di bagian atas, nasofaring ditutupi oleh palut lendir yang terletak atas silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang diisap. Palut ini mengandungenzim Lyzozyme yang penting untuk proteksi.

Otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkuler) dan memenjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkuler terdiri dari m.konstriktor faring superior, media dan inferior. Otot-otot ini terletak di sebelah luar, berbentuk kipas dengan tiap bagian bawahnya menutup sebagian otot bagian atasnya dari belakang. Kerja otot konstriktor untuk mengecilkan lumen faring. Otot-otot ini dipersarafi n.vagus (n.X).otot-otot yang longitudinal adalah m.stilofaring dan m.palatofaring. M.stilofaring gunanya untuk melebarkan faring dan menarik rahang, sedangkan m.palatofaring mempertemukan ismus orofaring dan menaikkan bagian bawah faring dan laring. Jadi kedua otot ini bekerja sebagai elevator. Kerja kedua otot ini penting pada waktu menelan. M.stiofaring dipersarafi oleh n.IX sedangkan m.palatofaring dipersarafi oleh n.X (Rusmarjono,et.al., 2001).

2.1.2   DefinisiFaringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit

peradangan yang menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. (Wikipedia.com).

Faringitis adalah radang pada faring yang biasanya disebabkan oleh bakteri dan virus. (Ngastiyah, 2005)

Pengertian faringitis itu sendiri menurut kamus Dorland merupakan peradangan yang terjadi pada daerah faring. Peradangan pada faring yang terjadi karena virus atau bakterialis akut adalah penyakit yang sangat sering terjadi. Yang paling logis untuk mengelompokkan sejumlah infeksi – infeksi ini, adalah dibawah judul yang relatif sederhana, yaitu “faringitis akut”.

2.1.3   Etiologi

Page 38: askep laringitis muliani

Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebanyakan disebabkan oleh virus, termasuk virus penyebab common cold, flu, adenovirus, mononukleosis atau HIV. Bakteri yang menyebabkan faringitis adalah streptokokus grup A, korinebakterium, arkanobakterium, Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia pneumoniae.

2.1.4  

Virus atau BakteriPatofisiologiKetidak Seimbangan Nutrisi

(Bedrest)Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan TubuhPenumpukan SecretBersihan Jalan Nafas Tidak EfektifLapisan Epitel Dinding FaringMalaiseDisfagia/AnorexiaProses InflamasiKeterbatasan InformasiNyeru akutFaringitisResti InfeksiAdanya Organisme InfektifKurang Pengatahuan (Cemas)Sakit Tenggoroan 

Page 39: askep laringitis muliani

2.1.5   Tanda dan GejalaTanda dan gejala dari faringitis seperti :

1)     Pada gejala awal penyakit, penderita umumnya merasakan rasa gatal dan kering pada tenggorokannya.

2)    Malaise (kelemahan) dan juga sakit kepala merupakan gejala yang sering ditemukan karena adanya proses peradangan pada faring.

3)     Selain itu, suhu tubuh bisa mengalami sedikit kenaikan (subfebris).4)    Eksudat (lendir) pada faring menebal (karena pada awal penyakit terjadi

peningkatan produksi eksudat). Eksudat ini biasanya sulit untuk dikeluarkan. Untuk mengeluarkannya biasanya dengan batuk.

5)    Suara menjadi parau/serak karena peradangan juga mengenali laring.6)    Selain itu, biasanya penderita mengalami kesulitan menelan (disfagia) akibat

nyeri telan.7)    Nyeri bisa dirasakan hingga ke telinga.8)    Pada pemeriksaan akan dijumpai faring yang berwarna kemerahan dan

kering.9)    Pada jaringan limfoid tampak berwarna kemerahan dan bengkak.

Streptococcus group A merupakan bakteri penyebab faringitis akut yang paling sering, kira-kira 15 sampai 30 % kasus pada anak-anak, dan 5 sampai 10 % pada oang dewasa. Biasanya terdapat riwayat infeksi tenggorokan oleh bakteri Streptococcus sebelumnya. Insidensi faringitis yang disebabkan oleh streptococcus meningkat pada musim dingin. Gejala dapat berupa rasa sakit pada tenggorokan, nyeri saat menelan, demam, pusing, nyeri perut, mual dan muntah. Sedangkan tanda-tanda yang dapat dilihat yaitu adanya eritema faring dan tonsil, eksudat pada faring dan tonsil, petechiae palatine, edema uvula, limfadenopati servikalis anterior. Tidak semua pasien didapati dengan semua gejala tersebut, banyak pasien datang dengan gejala yang ringan dan tanpa eksudatif. Anak-anak dibawah tiga tahun dapat disertai coryza dan krusta hidung. Faringitis dengan eksudat jarang terjadi pada umur ini. (Alan, et.al.,2001).

2.1.6   KlasifikasiBerdasarkan lama berlangsungnya faringitis dibedakan menjadi :

Page 40: askep laringitis muliani

1)     Faringitis akut, adalah radang tenggorok yang disebabkan oleh virus dan bakteri yaitu streptokokus grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil yang masih berwarna merah, malaise, nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk. Faringitis ini terjadinya masih baru, belum berlangsung lama.

2)    Faringitis kronis, radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorok. Faringitis kronis umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja atau tinggal dalam lingkungan berdebu, menggunakan suara berlebihan, menderita batu kronik, dan kebiasan menkonsumsi alcohol dan tembakau.Faringitis kronik dibagi menjadi 3, yaitu:

a.       Faringitis hipertrofi, ditandai dengan penebalan umum dan kongesti membrane mukosa.

b.      Faringitis atrofi kemungkinan merupakan tahap lanjut dari jenis pertama (membrane tipis, keputihan, licin dan pada waktunya berkerut).

c.       Faringitis granular kronik terjadi pembengkakan folikel limfe pada dinding faring.

2.1.7   PenatalaksanaanUntuk faringitis virus penanganan dilakukan dengan memberikan

aspirin atau asetaminofen cairan dan istirahat baring. Komplikasi seperti sinusitis atau pneumonia biasanya disebabkan oleh bakteri karena adanya nekrosis epitel yang disebabkan oleh virus sehingga untuk mengatsi komplikasi ini dicadangkan untuk menggunakan antibiotika.

Untuk faringitis bakteri paling baik diobati dengan pemberian penisilin G sebanyak 200.000-250.000 unit, 3-4 kali sehari selama 10 hari. Pemberian obat ini biasanya akan menghasilkan respon klinis yang cepat dengan terjadinya suhu badan dalam waktu 24 jam. Erritromisin atau klindamisin merupakan obat alin dengan hasil memuaskan jika penderita alergi terhadap penisilin. Jika penderita menderita nyeri tenggorokan yang sangat hebat, selain terapi obat, pemberian kompres panas atau dingin pada leher dapat membantu meringankan nyeri. Berkumur-kumur dengan larutan garam hangat dapat pula meringankan gejala nyeri tenggorokan dan hal ini dapat disarankan pada anak-anak yang lebih besar untuk dapat bekerja sama.

2.1.8   KomplikasiPenyakit ini, jika dibiarkan sampai menjadi berat, dapat menimbulkan

radang ginjal (glomerulonefritis akut), demam rematik akut, otitis media (radang telinga bagian tengah), sinusitis, abses peritonsila dan abses retropharynx (radang di sekitar amandel atau bagian belakang tenggorokan yang dapat.

1)      Otitis media purulenta bakterialis

Page 41: askep laringitis muliani

Daerah telinga tengah normalnya adalah steril. Bakteri masuk melalui tube eustacius akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring.

2)      Abses PeritonsilerSumber infeksi berasal dari penjalaran faringitis/tonsilitis akut yang

mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil.3)      Glomerulus Akut

Infeksi Streptokokus pada daerah faring masuk ke peredaran darah, masuk ke ginjal. Proses autoimun kuman streptokokus yang nefritogen dalam tubuh meimbulkan bahan autoimun yang merusak glomerulus.

4)      Demam ReumatikInfeksi streptoceal yang awalnya ditandai dengan luka pada tenggorok

akan menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut pada katup-katup jantung, terutama pada katup mitral dan aorta.

5)      SinusitisSinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung dapat berupa

sinusitis maksilaris / frontalis. Sinusitis maksilaris disebabkan oleh komplikasi peradangan jalan napas bagian atas (salah satunya faringitis), dibantu oleh adanya faktor predisposisi. Penyakit ini dapat disebabkan oleh kuman tunggal dan dapat juga campuran seperti streptokokus, pneumokokus, hemophilus influenza dan kleb siella pneumoniae.

6)      MeningitisInfeksi bakteri padadaerah faring yang masuk ke peredaran darah,

kemudian masuk ke meningen dapat menyebabkan meningitis.Akan tetapi komplikasi meningitis akibat faringitis jarang terjadi.

2.1.9   PrognosisSebagian besar faringitis dapat sembuh spontan dalam 10 hari, namun

sangat penting untuk mewaspadai terjadinya komplikasi pada faringitis (Kazzi,at.al.,2006).

2.2Konsep Medis Laringitis2.2.1   Anatomi

Laring adalah  struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melinduni jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering disebut sebagai kontak suara yang terdiri atas:

1)     Epiglotis – daun katup kartilago yang menutupi ostium kearah laring selama menelan.

2)    Glotis – Ostium antara pita suara dalam laring.

Page 42: askep laringitis muliani

3)     Kartilago tiroid – Kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun (adams apple).

4)    Kartilago krikoid – Satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam faring (terletak dibawah kartilago tiroid).

5)    Kartilago aritenoid – Digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid.

6)    Pita suara – Ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara, pita suara melekat pada lumen laring

2.2.2   DefinisiLaringitis adalah inflamasi laring (ensiklopedia keperawatan).Laringitis adalah peradangan yang terjadi pada pita suara karena

terlalu banyak digunakan, karena iritasi atau karena adanya infeksi. Pita suara adalah suatu susunan yang terdiri dari tulang rawan, otot dan membran mukosa yang membentuk pintu masuk dari batang tenggorok (trachea). Di dalam kotak suara terdapat pita suara—dua buah membran mukosa yang terlipat dua membungkus otot dan tulang rawan (http://www.sehatgroup.web.id/).

Biasanya pita suara akan membuka dan menutup dengan lancar, membentuk suara melalui pergerakan dan getaran yang terbentuk. Tapi bila terjadi laringitis, pita suara akan meradang atau terjadi iritasi pada pita suara. Pita suara tersebut akan membengkak, menyebabkan terjadinya perubahan suara yang diproduksi oleh udara yang lewat melalui celah diantara keduanya. Akibatnya, suara akan terdengar serak. Pada beberapa kasus laringitis, suara akan menjadi sangat lemah sehingga tidak terdengar.

Laringitis dapat berlangsung dalam waktu singkat (akut) atau berlansung lama (kronis) lebih dari 3 minggu. Meskipun laringitis akut biasanya hanya karena terjadinya iritasi dan peradagnan akibat virus, suara serak yang sering terjadi dapat menjadi tanda adanya masalah yang lebih serius. (http://www.news-medical.net/)

2.2.3   EtiologiInflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak

menggunakan suara, pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau sebagai bagian dari infeksi saluran nafas atas. Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang terisolasi yang hanya mengenai pita suara.

Sebagian besar kasus laringitis sementara dipicu oleh infeksi virus atau regangan vokal dan tidak serius. Tapi suara serak kadang-kadang merupakan tanda yang lebih serius dari kondisi medis yang mendasari. Sebagian besar kasus laringitis berakhir kurang dari beberapa minggu dan disebabkan cuaca dingin.

Page 43: askep laringitis muliani

Penyebab yang paling sering adalah infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas (misalnya common cold). Laringitis juga bisa menyertai bronkitis, pneumonia, influenza, pertusis, campak dan difteri.

1)   Laringitis AkutPada laringitis akut biasanya penyebabnya oleh infeksi virus. Infeksi

bakteri seperti difteri juga dapat menjadi penyebabnya, tapi hal ini jarang terjadi. Laringitis akut dapat juga terjadi saat anda menderita suatu penyakit atau setelah anda sembuh dari suatu penyakit, seperti selesma, flu atau radang paru-paru (pneumonia). (http://www.klinikindonesia.com/)

a.    Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti influenza atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.

b.   Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuacac.   Pemakaian suara yang berlebihand.   Traumae.    Bahan kimiaf.    Merokok dan minum-minum alkoholg.    Alergi2)   Laringitis Kronik

Kasus yang sering terjadi pada laringitis kronis termasuk juga iritasi yang terus menerus terjadi karena penggunaan alkohol yang berlebihan, banyak merokok atau asam dari perut yang mengalir kembali ke dalam kerongkongan dan tenggorokan, suatu kondisi yang disebut gastroesophageal reflux disease (GERD).

Laringitis kronis adalah inflamasi dari membran mukosa laring yang berlokasi di saluran nafas atas, bila terjadi kurang dari 3 minggu dinamakan akut dan disebut kronis bila terjadi lebih dari 3 minggu.

Beberapa pasien mungkin telah mengalami serangan laringitis akut berulang, terpapar debu atau asap iritatif atau menggunakan suara tidak tepat dalam konteks neuromuskular. Merokok dapat menyebabkan edema dan eritema laring. (Abdurrahman MH, 2006,13-20)

3)   Laringitis Kronis SpesifikYang termasuk dalam laringitis kronis spesifik ialah laringitis tuberkulosis dan laringitis luetika.

a.  Laringitis tuberkulosisPenyakit ini hampir selalu akibat tuberkulosis paru. Biasanya pasca

pengobatan, tuberkulosis paru sembun tetapi laringitis tuberkulosis menetap. Hal ini terjadi karena struktur mukosa laring yang melekat pada kartilago serta vaskularisasinya yang tidak sebaik paru sehingga bila infeksi sudah mengenai kartilago maka tatalaksananya dapat berlangsung lama.

Page 44: askep laringitis muliani

Secara klinis manifestasi laringitis tuberkulosis terdiri dari 4 stadium yaitu :

1)     Stadium infiltrasi, mukosa laring posterior membengkak dan hiperemis, dapat mengenai pita suara. Terbentuk tuberkel pada submukosa sehingga tampak bintik berwarna kebiruan. Tuberkel membesar dan beberapa tuberkel berdekatan bersatu sehingga mukosa diatasnya meregang sehingga suatu saat akan pecah dan terbentuk ulkus

2)    Stadium ulserasi, ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar. Ulkus diangkat, dasarnya ditutupi perkijuan dan dirasakan sangat nyeri.

3)     Stadium perikondritis, ulkus makin dalam sehingga mengenai kartuilago laring terutama kartilago aritenoid dan epiglotis sehingga terjadi kerusakan tulang rawan.

4)    Stadium pembentukan tumor, terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita suara dan subglotik.

b.  Laringitis luetikaRadang menahun ini jarang dijumpai dalam 4 stadium lues yang paling

berhubungan dengan laringitis kronis ialah lues stadium tersier dimana terjadi pembentukan gumma yang kadang menyerupai keganasan laring. Apabila guma pecah akan timbul ulkus yang khas yaitu ulkus sangat dalam, bertepi dengan dasar keras, merah tua dengan eksudat kekuningan. Ulkus ini tidak nyeri tetapi menjalar cepat

laringitis akut Laringitis kronis       Rhinovirus       Parainfluenza virus       Adenovirus       Virus mumps       Varisella zooster virus       Penggunaan asma inhaler       Penggunaan suara berlebih

dalam pekerjaan : Menyanyi, Berbicara dimuka umum Mengajar

       Alergi

       Infeksi bakteri       Infeksi tuberkulosis       Sifilis       Leprae       Virus       Jamur       Actinomycosis       Penggunaan suara berlebih       Alergi       Faktor lingkungan seperti asap,

debu

Page 45: askep laringitis muliani

       Streptococcus grup A       Moraxella catarrhalis       Gastroesophageal refluks

       Penyakit sistemik : wegener granulomatosis, amiloidosis

       Alkohol       Gatroesophageal refluks

2.2.4   PatofisiologiHampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri

mungkin sekunder. Laringitis biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang peningkatan suhu tubuh. (Elizabeth J. Corwin 2000 , 432).Virus/BakteriBahan KimiawiDebu/AsapIritasi Mukosa Sal. Nafas AtasNyeriDemamSuhu TubuhMerangsang Kelenjar MucusInfeksiInflamasiProduksi Mucus BerlebihPengeluaran Mediator kimia darahGg. Rasa nyaman NyeriMenggunakan Suara BerlebihanInfeksi Sal. Nafas Atas 

Page 46: askep laringitis muliani

Bersihan Jalan Nafas Tidak EfektifPengeluaran SputumPenyumbatan Sal.NafasBatuk Hebat 

2.2.5   Tanda dan GejalaTanda dan gejala dari laringitis seperti :

1)      Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara yang kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa / normal dimana terjadi gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan sehingga menimbulkan suara menjadi parau bahkan sampai tidak bersuara sama sekali (afoni).

2)      Sesak nafas dan stridor.3)      Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.4)      Gejala radang umum seperti demam, malaise.5)      Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental.6)      Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit

menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan temperatur yang tidak mengalami peningkatan dari 380C.

7)      Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk, peningkatan suhu yang sangat berarti yakni lebih dari 380C, dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai dengan nyeri diseluruh tubuh.

Page 47: askep laringitis muliani

8)      Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis, membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga didapatkan tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal atau paru.

9)      Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem subglotis yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat, pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi suprasternal dan epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan darurat medik yang dapat mengancam jiwa anak. (http://www.news-medical.net/)

a.  Laringitis AkutDemam, malaise, gelaja rinigaringitis, suara parau sampai afoni, nyeri

ketika menelan atau berbicara, rasa kering ditenggorokan, batuk kering yang kelamaan disertau dahak kental, gejala sumbatan laring sampai sianosis.

Pada pemeriksaan, tampak mukosa laring hiperemis, membengkak, terutama di atas dan bahwa pita suara. Biasanya tidak terbatas di laring, juga ada tanda radang akut dihitung sinus peranasak, atau paru.

b.  Laringitis KronikSuara parau yang menetap, rasa tersangkut di tenggorok sehingga

sering mendehem tanpa sekret. Pada pemeriksaan tampak mukosa laring hiperemis. Tidak rata, dan menebal. Bila tumor dapat dilakukan biopsi.(www.blogsehat.com)

c.  Laringitis tuberkulosisTerdapat gejala demam, keringat malam, penurunan berat badan, rasa

kering, panas, dan tertekan di daerah laring, suara parau beriminggu-minggu dan pada stadium lanjut dapat afoni, bentuk produktif, gemoptisis, nyeri menelan yang lebih hebat bila gejala-gejala proses aktif pada paru. Dapat timbul sumbatan jalan napas karena edema: tumberkuloma, atau paralysis pita suara.

2.2.6   KlasifikasiSesuai dengan stadium dari penyakit, pada laringoskop akan terlihat:

         Stadium infiltrasiMukosa laring membengkak, hiperemis (bagian posterior), dan pucar.

Terbentuk tuberkel di daerah submukosa, tampak sebagai bintik-bintik kebiruan. Tuberkel membesar, menyatu sehingga mukosa di atasnya meregang. Bila pecah akan timbul ulkus.

         Stadium ulserasiUlkus membesar, dangkal, dasarnya ditutupi perkijuan dan terasa.

         Stadium perikondritis

Page 48: askep laringitis muliani

Ulkus makin dalam mengenai kartilago laring, kartilagi aritenoid, dan epiglottis/ terbentuk nanah yang berbau sampai terbentuk sekuester. Keadaan umum pasien sangat buruk, dapat fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita suara, dan subglotik.

2.2.7  Penatalaksanaan1)   Laringitis Akut

Terapi pada laringitis akut berupa mengistirahatkan pita suara, antibiotik, menambah kelembaban, dan menekan batuk. Obat-obatan dengan efek samping yang menyebabkan kekeringan harus dihindari. Penyayi dan para profesional yang mengandalkan suara perlu dinasehati agar membiarkan proses radang mereda sebelum melanjutkan karier mereka. Usaha bernyayi selama proses radang berlangsung dapat mengakibatkan perdarahan pada laring dan perkembangan nodul korda vokalis selanjutnya. Terapi pada laringitis kronis terdiri dari menghilangkan penyebab, koreksi gangguan yang dapat diatasi, dan latihan kembali kebiasaan menggunakan vocal dengan terapi bicara. Antibiotik dan terapi singkat steroid dapat mengurangi proses radang untuk sementara waktu, namun tidak bermanfaat untuk rehabilitasi jangka panjang. Eliminasi obat-obat dengan efek samping juga dapat membantu. Pada pasien dengan gastroenteriris refluks dapat diberikan reseptor H2 antagonis, pompa proton inhibitor. Juga diberikan hidrasi, meningkatkan kelembaban, menghindari polutan.  Terapi pembedahan bila terdapat sekuester dan trakeostomi bila terjadi sumbatan laring.

Hindari iritasi pada laring dan faring. Untuk terapi mendikamentosa diberikan antibiotic penisilin anak 3 x 0 kg BB dan dewasa 3 x 500 mg. bila alergi dapat diganti eritromisin atau basitrasin. Dan diberikan kortikosteroid untuk mengatasi edema. Dipasang pipa endotrakea atau trakeostomi bila terdapat sumbatan laring.

2)   Laringitis KronikDiminta untuk tidak banyak bicara dan mengonati peradangan di

hitung, faring, serta bronkus yang mungkin menjadi penyebab. Diberikan antibiotik bila terdapat tanda infeksi dan ekspektoran. Untuk jangka pendek dapat diberikan steroid.

Laringitis kronis yang berlangsung lebih dari beberapa minggu dan tidak berhubungan dengan penyakit sistemik, sebagian besar berhubungan dengan pemajanan rekuren dari iritan. Asap rokok merupakan iritan inhalasi yang paling sering memicu laringitis kronis tetapi laringitis juga dapat terjadi akibat menghisap kanabis atau inhalasi asap lainnya. Pada kasus ini, pasien sebaiknya dijauhkan dari faktor pemicunya seperti dengan menghentikan kebiasaan merokok.

3)   Laringitis Tuberkulosis

Page 49: askep laringitis muliani

Pengobatan dengan mengistirahatkan pita suara dan dengan pemberianobat anti nyeri biasanya telah mencukupi. Pemberian obat antituberkulosis primer dan skunder. Pada infeksi bakteri, antibiotik yang tepat harus diberikan.Trakeostomi bila timbul sumbatan jalan napas. (Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, 2003).

2.2.8  Peneriksaan Penunjang1)     Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis

(Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.2)    Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai

infeksi sekunder, leukosit dapat meningkat.3)     Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring yang

sangat sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak pembengkakan subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat pada konus elastikus yang akan tampak dibawah pita suara.Laringitis AkutPemeriksaan apusan dari laring untuk kultur dan uji resistensi pada kasus yang lama atau sering residif.Laringitis tuberkulosisPemeriksaan laboratorium hasil tahan asam dari sputum atau bilasan lambung, foto toraks menunjukkan tanda proses spesifik baru, laringoskopi langsung/tak langsung, dan pemeriksaan PA. (Mansjoer, Arif.1999, 125)

2.2.9   PrognisisPrognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan

pemulihannya selama satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat menyebabkan udem laring dan udem subglotis sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan pemasangan endotrakeal atau trakeostomiaik. (www.blogsehat.com)

2.3 Konsep Medis Tonsilitis2.3.1   Anatomi

Cincin waldeyer jaringan limfoid yang mengelilingi faring. Bagian terpentingnya adalah tonsil palatine dan tonsil faringeal (adenoid). Unsure yang lain adalah tonsil lingual, gugus limfoid lateral faring dan kelenjar-kelenjar limfoid yang tersebar dalam fosa Rosenmuller, dibawah mukosa dinding posterior faring dan dekat orifisium tuba eustachius.

Massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil pada kedua sudut orofaring dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus).

Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar. Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh :

Page 50: askep laringitis muliani

  Lateral   : m. konstriktor faring superior  Anterior          : m. palatoglosus  Posterior         : m. palatofaringeus  Superior : palatum mole  Inferior : tonsillingual

Secara mikroskopik tonil terdiri atas 3 komponen yaitu jaringan ikat, folikel germinativun (merupakan sel limfoid)  dan jaringan interfolikel.

2.3.2   DefinisiTonsil merupakan kumpulan besar jaringan limfoid di belakang faring

yang memiliki keaktifan munologik (Ganong, 1998). Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung dan tenggorokan, oleh karena itu, tidak jarang tonsil mengalami peradangan.

Tonsilitis adalah infeksi atau peradangan pada tonsil. Tonsilitis akut merupakan inveksi tonsil yang sifatnya akut, sedangkan tonsillitis kronik merupakan tonsillitis yang terjadi berulang kali (Sjamsuhidayat & Jong, 1997).

2.3.3   EtiologiMenurut Adams George (1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut paling sering

disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.1)     Pneumococcus,2)    Staphilococcus,3)     Haemalphilus influenza,4)    Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.

Bakteri merupakan penyebab pada 50 % kasus.1)      Streptococcus B hemoliticus grup A,2)    Streptococcus viridens,3)     Streptococcus pyogenes,4)    Staphilococcus,5)    Pneumococcus,6)    Virus,7)    Adenovirus,8)    ECHO,9)    Virus influenza serta herpes.

Menurut Firman S (2006), penyebabnya adalah infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis.

Page 51: askep laringitis muliani

2.3.4   PatofisiologiBakteri

(dalam udara/ makanan)Peradangan TonsilProd. SecretMK : Bersihan Jalan Nafas Tidak EfektifTonsilitisPembesaran TonsilPeningkatan Suhu TubuhBenda Asing Di Jalan NafasDiproseMK : Kekurangan Vol. CairanObstruksi Jalan NafasObstruksi MekanikMK : Bersihan Jalan Nafas Tidak EfektifTonsilektomiKekuranganPengetahuanMK : Gg. Rasa Nyaman (Nyeri)MK :Resiko Kerusakan MenelanAnoreksiaMK : Resiko Perubahan Nutrisi Kurang Dari KebutuhanResiko PerdarahanDarah Di Saluran NafasMK : Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

Virus(dalam udara/ makanan) 

Page 52: askep laringitis muliani

                                                                               

2.3.5   Tanda Dan GejalaGejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika

penderita menelan) nyeri seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang sama).Gejala lain :

1)     Demam2)    Tidak enak badan3)     Sakit kepala4)    Muntah

Menurut Mansjoer, A (1999) gejala tonsilitis antara lain :1)     Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan2)    Tenggorokan terasa kering3)     Persarafan bau4)    Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus

membesar dan terisi detritus5)    Tidak nafsu makan6)    Mudah lelah7)    Nyeri abdomen8)    Pucat9)    Letargi

Page 53: askep laringitis muliani

10)  Nyeri kepala11)  Disfagia (sakit saat menelan)12)  Mual dan muntah

Gejala pada tonsillitis akut :1)     Rasa gatal / kering di tenggorokan2)    Lesu3)     Nyeri sendi4)    Odinafagia5)    Anoreksia6)    Otalgia7)    Suara serak (bila laring terkena)8)    Tonsil membengkak

Berdasrkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan mengukur jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak permukaan medial kedua tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi :

  T0  : Tonsil masuk di dalam fossa  T1  : <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring  T2  : 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring  T3 : 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring  T4 : >75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring

2.3.6   KlasifikasiMacam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006) :

1)      Tonsillitis akutDisebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians,

dan streptococcus piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus.2)      Tonsilitis falikularis

Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus. Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa makanan yang tersangkut.

3)      Tonsilitis LakunarisBila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk)

permukaan tonsil.4)      Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Throat)

Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut menyerupai membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang dan berwarna putih kekuning-kuningan.

5)      Tonsilitis KronikTonsillitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok,

makanan) pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat danhygiene mulut yang buruk.

Page 54: askep laringitis muliani

2.3.7   PenatalaksanaanPenatalaksanaan tonsilitis secara umum, menurut Firman S, 2006 :

1)      Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.

2)      Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :a.       Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.b.      Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2

tahun.c.       Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3

tahun.d.      Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

Menurut Mansjoer, A (1999) penatalaksanan tonsillitis adalah:1)      Penatalaksanaan tonsilitis akuta.       Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur

atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau klindomisin.

b.      Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.

c.       Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif.

d.      Pemberian antipiretik.2)      Penatalaksanaan tonsilitis kronika.       Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.b.      Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi

konservatif tidak berhasil.

Tonsilektomi menurut Firman S (2006), yaitu :1)      Perawatan Prabedah

Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus dipuasakan, membebaskan anak dari infeksi pernafasan bagian atas.

2)      Teknik PembedahanAnestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan, pasien diposisikan

terlentang dengan kepala sedikit direndahkan dan leher dalam keadaan ekstensi mulut ditahan terbuka dengan suatu penutup dan lidah didorong

Page 55: askep laringitis muliani

keluar dari jalan. Penyedotan harus dapat diperoleh untuk mencegah inflamasi dari darah. Tonsil diangkat dengan diseksi/ quillotine.

Metode apapun yang digunakan penting untuk mengangkat tonsil secara lengkap. Perdarahan dikendalikan dengan menginsersi suatu pak kasa ke dalam ruang post nasal yang harus diangkat setelah pembedahan. Perdarahan yang berlanjut dapat ditangani dengan mengadakan ligasi pembuluh darah pada dasar tonsil.

3)      Perawatan Paska-bedaha.      Berbaring ke samping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.b.      Memantau tanda-tanda perdarahan:  Menelan berulang  Muntah darah segar  Peningkatan denyut nadi pada saat tidurc.       Diet  Memberikan cairan bila muntah telah reda  Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang besar (lebih

nyaman dari ada kepingan kecil).  Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan perdarahan).   Menawarkan makanan  Es crem, crustard dingin, sup krim, dan jus.  Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat dinikmati

pada pagi hari setelah perdarahan.  Hindari jus jeruk, minuman panas, makanan kasar, atau banyak bumbu

selama 1 minggu.  Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan  Menggunakan ice color (kompres es) bila mau  Memberikan anakgesik (hindari aspirin)  Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.  Minum 2-3 liter/hari sampai bau mulut hilang.  Mengajari pasien mengenal hal berikut  Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan menyisi hidung segera

selama 1-2 minggu.  Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah yang tertelan.  Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara hari ke-4 dan ke-8

setelah operasi.2.3.8   Komplikasi

Komplikasi tonsilitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A (1999), yaitu :1)      Abses pertonsil

Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group A.

2)      Otitis media akut

Page 56: askep laringitis muliani

Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang telinga.

3)      Mastoiditis akutRuptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam

sel-sel mastoid.4)      Laringitis5)      Sinusitis6)      Rhinitis

2.3.9   PencegahanUntuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga

kebersihan pada diri anak serta memberikan penyuluhan tentang penyakit ini pada anak-anak. Selain  itu juga diberikan imunisasi yang terdiri dari imunisasi DPT dan pengobatan carrier.

Page 57: askep laringitis muliani

BAB 3ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 ASKEP FARINGITISA. Pengkajian1.    Identitas Pasien2.    Keluhan Utama :a.    Pasien mengatakan nyeri dan merasa tidak nyaman pada daerah leher.b.   Pasien mengatakan mual dan muntah.c.   Pasien mengatakan sakit saat menelan.3.    Riwayat Keperawatan :a.    Riwayat Kesehatan Sekarang

Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi: Alasan masuk rumah sakit.

b.   Riwayat Kesehatan Masa LaluMengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya pasien mengatakan pernah mengalami infeksi pada saluran tenggorokan dan pernah menjalani perawatan di RS.

c.   Riwayat Kesehatan KeluargaMengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami penyakit yang sama.

4.    Pemeriksaan Fisika.       Keadaan Umum, yaitu dengan mengobservasi bentuk tubuh, warna kulit,

kesadaran, dan kesan umum pasien (saat pertama kali MRS).b.      Gejala Kardinal, yaitu dengan mengukur TTV (suhu, nadi, tekanan darah, dan

respirasi.c.       Keadaan Fisik, yaitu melakukan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi

dari kepala sampai anus, tapi lebih difokuskan pada bagian leher.d.      Pemeriksaan Penunjang, yaitu dari hasil pemeriksaan laboratorium dengan

uji kultur dan uji resistensi.B.  Diagnosa Keperawatan1.      Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi.2.      Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan secret.3.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kesulitan menelan.4.      Cemas berhubungan dengan hospitalisasi, kesulitan bernapas.5.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif.6.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan terbatasnya informasi.C. Intervensi1.   DX 1 : Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi

Page 58: askep laringitis muliani

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang / hilang dengan kriteria hasil :

a.       Laporkan frekuensi nyeri.b.      Kaji frekuensi nyeri.c.       Lamanya nyeri berlangsung.d.      Ekspresi wajah terhadap nyeri.e.       Kegelisahan.f.       Perubahan TTV.

Intervensi1)     Kaji secara menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi, durasi, frekuensi,

intensitas, dan faktor penyebab.2)    Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan terutama jika tidak

dapat berkomunikasi secara efektif.3)     Gunakan tindakan lokal (berkumur, menghisap, kompres hangat) untuk

mengurangi sakit tenggorok.4)    Berikan analgetik dengan tepat.5)    Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama akan

berakhir dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.6)    Ajarkan teknik non farmakologi (misalnya: relaksasi, guide, imagery, terapi

musik, distraksi).

2.   Dx 2 : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan secretTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan napas pasien kembali efektif dengan kriteria hasil :

a.    Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih.b.   Tidak ada dipsneu.c.   Sekret dapat keluar.d.   Mampu batuk efektif.

Intervensi1)     Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada.2)    Auskultasi area paru, catat area penurunan udara.3)     Bantu pasien latihan nafas dalam dan melakukan batuk efektif.4)    Berikan posisi semifowler dan pertahankan posisi pasien.5)    Lakukan penghisapan lendir sesuai indikasi.6)    Kaji vital sign dan status respirasi.7)    Kolaborasi pemberian oksigen.3.   Dx 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan kesulitan menelan.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi pasien terpenuhi dengan Kriteria Hasil:

a.    Mempertahankan pemasukan nutrisi.

Page 59: askep laringitis muliani

b.   Mempertahankan berat badan.c.   Melaporkan keadekuatan tingkat energi.d.   Daya tahan tubuh adekuat.

Intervensi1)     Kaji status nutrisi pasien.2)    Ketahui makanan kesukaan pasien.3)     Anjurkan pasien makan sedikit demi sedikit tapi sering.4)    Kaji membran mukosa dan turgor kulit setiap hari untuk monitor hidrasi.5)    Timbang BB pada interval yang tepat.6)    Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet yang sesuai.4.   Dx 4 : Cemas berhubungan dengan hospitalisasi, kesulitan bernapas

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dan  keluarga tidak mengalami kecemasan dengan Kriteria Hasil:

a.    Monitor intensitas kecemasan.b.   Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas.c.   Menggunakan strategi koping efektif.d.   Mencari informasi untuk menurunkan cemas.e.    Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas.

Intervensi1)     Tenangkan Klien.2)    Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang

mungkin muncul pada saat melakukan tindakan.3)     Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis, dan tindakan.4)    Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa sakit.5)    Instruksikan pasien untuk menggunakan metode/ teknik relaksasi.5.   Dx 5 : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme

infektifTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi sekunder dengan Kriteria Hasil:

a.    Mengindikasikan status gastrointestinal, pernapasan, dan imun dalam batas normal.

b.   Terbebas dari tanda dan gejala infeksi.c.   Berpartisipasi dalam perawatan kesehatan.d.   Mampu mengidentifikasi faktor resiko.

Intervensi1)     Pantau tanda/gejala infeksi (suhu, kulit, suhu tubuh, lesi, kulit, keletihan,

malaise).2)    Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi (usia, tinggkat imun rendah,

malnutrisi).3)     Pertahankan lingkungan aseptik dengan teknik mencuci tangan yang baik.4)    Berikan diet bergizi sesuai kemampuan anak untuk mengkonsumsi nutrisi

untuk mendukung pertahanan tubuh alami.

Page 60: askep laringitis muliani

5)    Instruksikan pada keluarga pasien untuk menjaga hygiene anaknya untuk melindungi tubuh terhadap infeksi.

6)    Kolaborasi: pemberian antibiotic.6.   Dx 6 : Kurang pengetahuan b.d. keterbatasan informasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakitnya bertambah dengan Kriteria Hasil:

a.    Mengenal tentang penyakit.b.   Menjelaskan proses penyakit.c.   Menjelaskan penyebab/faktor yang berhubungan.d.   Menjelaskan faktor resiko.e.    Menjelaskan komplikasi dari penyakit.f.    Menjelaskan  tanda dan gejala dari penyakit.

Intervensi1)     Identifikasi pemberi pelayanan keperawatan yang lain.2)    Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga dalam mengimplementasikan

keperawatan setelah penjelasan.3)     Jelaskan peran keluarga dalam perawatan yang berkesinambungan.4)    Jelaskan program perawatan medik meliputi; diet, pengobatan, dan latihan.5)    Jelaskan rencana tindakan keperawatan sebelum mengimplementasikan.3.2 ASKEP LARINGITISA. Pengkajian1.    Identitas Pasien2.    Keluhan Utamaa.    Kx mengeluh demam,b.   mual-muntah,c.   sesak,d.   batuk,e.    pilek,f.    nyeri menelan dan pada waktu berbicara.3.    Riwayat Keperawatana.       Riwayat Kesehatan Sekarang

Hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada keluhan sampai terjadi demam, mual, muntah, sesak, bapil, serta nyeri menelan dan pada waktu berbicara.

b.      Riwayat Kesehatan Masa LaluKx merasa mual, muntah, demam, sesak, batuk, nyeri menelan apakah terdapat hubungan dengan penyakit yang diderita sebelumnya.

c.       Riwayat Kesehatan KeluargaHal ini meliputi tentang bagaimana kesehatan dalam keluarga, apakah anggota keluarga yang menderita penyakit menular.

4.    Pemeriksaan Fisik

Page 61: askep laringitis muliani

a.    Keadaan umum, didapat saat Kx waktu pengkajian misalnya keadaannya, kesadarannya, pemeriksaan TTV.

b.   Pemeriksaan kepala dan leher : Meliputi kebersihan rambut, mukosa bibir kering, wajah Kx pucat dan menyeringai, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid atau vena jugularis.

c.   Pemeriksaan integumen meluputi warna kulit, turgor kulit, akral.d.   Pemeriksaan sistem respirasi meliputi frekuensi pernafasan, bentuk dada,

pergerakan dada.e.    Pemeriksaan sistem kardiovaskuler meliputi irama, suara jantung.f.    Pemeriksan sistem gastrointestinal.g.    Pada Kx laringitis terjadi penurunan nafsu makan dikarenakan adanya nyeri

telan.h.   Pemeriksaan muskuluskeletal meliputi pergerakan ekstrimitas, terpasang

infus ditangan.i.     Pemeriksaan sistem endokrin : Tidak ada yang mempengaruhi terjadinya

laringitis dalam sistem endokrin.j.     Pemeriksaan genitauria meliputi tidak adanya dysuria, retensi urin,

inkontinennya urin.k.    Pemeriksaan sistem persarafan pada umumnya motorik dan sensorik terjadi

gangguan.B.  Diagnosa Keperawatan1.    Resiko terjadi sumbatan jalan nafas berhubungan dengan sesak /

penumpukan seret.2.    Nyeri yang berhubungan dengan iritasi laring sekunder akibat infeksi.C. Intervensi1.   Dx 1 : Resiko terjadi sumbatan jalan nafas berhubungan dengan

sesak / penumpukan seret.Tujuan : Jalan nafas kembali efektif dalam waktu ± 3 menit, dengan kriteria hasil :

a.       Sesak berkurang.b.      Tidak ada suara nafs tambahan.c.       TTV dalam batas normal.

Intervensi1)     Lakukan pendekatan.

R/ Dengan dilakukan pendekatan dan mempermudah dalam melakukan tindakan dan membina kepercayaan antara Px dan perawat.

2)    Baringkan Px setengah duduk.R/ Diharapkan Kx dapat bernafas dan tidak sesak.

3)     Berikan O2.

R/ Diharapkan sesak berkurang.4)    Kontrolkan jalannya tetasan infus tiap jam dan catatlah dalam catatan

khusus pemberian cairan.

Page 62: askep laringitis muliani

R/  Tetesan cairan harus sesuai yang dibutuhkan karena jika berlebihan dapat menambah sesak nafas.

5)    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan.R/ Mempercepat proses penyembuhan.

2.   Dx 2 : Nyeri yang berhubungan dengan iritasi laring sekunder akibat infeksi.Kemungkinan dibuktikan oleh : sakit kepala, nyeri otot dan sendi, perilaku distraksi,gelisah.Intervensi :

1)      Berikan tindakan nyaman mis : pijtan punggung, perubahan posisi, perbincangan, relaksasi/latihannafas.R/: Tindakan non analgetik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memeperbesar efek terapi analgetik.

2)      Tawarkan pembersihan mulut dengan seringR/: Pernapasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan mengeringkan membran mukosa, potensial ketidaknyamanan umum.

3)      Kolaborasi berikan analgesikdanantitusif sesuai indikasi.R/: Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif/ paroksismal atau menurunkan mukosa berlebihan,meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.

askep faringitis, laringitis dan tonsilitisBAB 1

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Kanker merupakan mutasi genetic karena DNA sel normal mengalami kerusakan. Perbanyakan sel yang rusak akan berpotensi menghasilkan sel kanker. Kerusakan DNA sel dapat terjadi karena radikal bebas dan zat pemicu kanker (karsinogen). Radikal bebas merupakan molekul yang kehilangan pasangan electron dan berusaha mencuri electron dari sel tubuh. Sedangkan zat karsinogen berasal dari makanan. Zat yang semula prokarsinogen diubah oleh enzim jahat dalam tubuh menjadi zat pemicu kanker.

Jumlah penderita kanker di dunia  setiap tahun bertambah 6,25 juta orang, dua per tiga dari penderita kanker di dunia berada di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Data Departemen Kesehatan menunjukkan jumlah penderita kanker di Indonesia mencapai 6% dari populasi (Padmi, 2008).

1.2 Rumusan masalah1.2.1      Apa definisi dari faringitis, laringitis dan tonsilitis ?1.2.2     Apa etiologi dari faringitis, laringitis dan tonsilitis ?1.2.3      Apa manifestasi klinis dari faringitis, laringitis dan tonsilitis ?1.2.4     Apa klasifikasi dari faringitis, laringitis dan tonsilitis ?

Page 63: askep laringitis muliani

1.2.5     Bagaimana asuhan keperawatan dari faringitis, laringitis dan tonsilitis?1.3 Tujuan

1.3.1      Mengetahui definisi dari faringitis, laringitis dan tonsilitis.1.3.2      Mengetahui etiologi dari faringitis, laringitis dan tonsilitis.1.3.3      Mengetahui manifestasi klinis dari faringitis, laringitis dan tonsilitis.1.3.4      Mengetahui klasifikasi dari faringitis, laringitis dan tonsilitis.1.3.5      Mengetahui asuhan keperawatan dari faringitis, laringitis dan tonsilitis.

1.4 ManfaatMemberikan pengetahuan tentang penyakit faringitis, laringitis dan

tonsillitis.

BAB 2PEMBAHASAN

2.1 Konsep Medis Faringitis2.1.1   Anatomi

Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi servikal ke-6. Ke atas faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring, sedangkan dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus laring dan ke bawah berhubungan esofagus.panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14cm; bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar) selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal.

Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring). Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir (mucous blanket) dan otot. Bentuk mukosa faring bervariasi, tergantung letaknya. Pada nasofaring karena fungsinya untuk respirasi, maka mukosanya bersilia, sedangkan epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian bawahnya, yaitu orofaring dan laringofaring, karena fungsinya untuk saluran cerna, epitelnya gepeng berlapis dan tidak bersilia. Di sepanjang faring dapat ditemukan banyak sel jaringan limfoid yang terletak dalam rangkaian jaringan ikat yang termasuk dalam sistem retikuloendotelial. Oleh karena itu faring dapat disebut juga daerah pertahanan tubuh terdepan.

Daerah nasofaring dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung. Di bagian atas, nasofaring ditutupi oleh palut lendir yang terletak atas silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang diisap. Palut ini mengandungenzim Lyzozyme yang penting untuk proteksi.

Page 64: askep laringitis muliani

Otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkuler) dan memenjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkuler terdiri dari m.konstriktor faring superior, media dan inferior. Otot-otot ini terletak di sebelah luar, berbentuk kipas dengan tiap bagian bawahnya menutup sebagian otot bagian atasnya dari belakang. Kerja otot konstriktor untuk mengecilkan lumen faring. Otot-otot ini dipersarafi n.vagus (n.X).otot-otot yang longitudinal adalah m.stilofaring dan m.palatofaring. M.stilofaring gunanya untuk melebarkan faring dan menarik rahang, sedangkan m.palatofaring mempertemukan ismus orofaring dan menaikkan bagian bawah faring dan laring. Jadi kedua otot ini bekerja sebagai elevator. Kerja kedua otot ini penting pada waktu menelan. M.stiofaring dipersarafi oleh n.IX sedangkan m.palatofaring dipersarafi oleh n.X (Rusmarjono,et.al., 2001).

2.1.2   DefinisiFaringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit

peradangan yang menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. (Wikipedia.com).

Faringitis adalah radang pada faring yang biasanya disebabkan oleh bakteri dan virus. (Ngastiyah, 2005)

Pengertian faringitis itu sendiri menurut kamus Dorland merupakan peradangan yang terjadi pada daerah faring. Peradangan pada faring yang terjadi karena virus atau bakterialis akut adalah penyakit yang sangat sering terjadi. Yang paling logis untuk mengelompokkan sejumlah infeksi – infeksi ini, adalah dibawah judul yang relatif sederhana, yaitu “faringitis akut”.

2.1.3   EtiologiFaringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebanyakan

disebabkan oleh virus, termasuk virus penyebab common cold, flu, adenovirus, mononukleosis atau HIV. Bakteri yang menyebabkan faringitis adalah streptokokus grup A, korinebakterium, arkanobakterium, Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia pneumoniae.

2.1.4  

Virus atau BakteriPatofisiologiKetidak Seimbangan Nutrisi

(Bedrest)Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan TubuhPenumpukan Secret

Page 65: askep laringitis muliani

Bersihan Jalan Nafas Tidak EfektifLapisan Epitel Dinding FaringMalaiseDisfagia/AnorexiaProses InflamasiKeterbatasan InformasiNyeru akutFaringitisResti InfeksiAdanya Organisme InfektifKurang Pengatahuan (Cemas)Sakit Tenggoroan 

2.1.5   Tanda dan GejalaTanda dan gejala dari faringitis seperti :

1)     Pada gejala awal penyakit, penderita umumnya merasakan rasa gatal dan kering pada tenggorokannya.

2)    Malaise (kelemahan) dan juga sakit kepala merupakan gejala yang sering ditemukan karena adanya proses peradangan pada faring.

3)     Selain itu, suhu tubuh bisa mengalami sedikit kenaikan (subfebris).

Page 66: askep laringitis muliani

4)    Eksudat (lendir) pada faring menebal (karena pada awal penyakit terjadi peningkatan produksi eksudat). Eksudat ini biasanya sulit untuk dikeluarkan. Untuk mengeluarkannya biasanya dengan batuk.

5)    Suara menjadi parau/serak karena peradangan juga mengenali laring.6)    Selain itu, biasanya penderita mengalami kesulitan menelan (disfagia) akibat

nyeri telan.7)    Nyeri bisa dirasakan hingga ke telinga.8)    Pada pemeriksaan akan dijumpai faring yang berwarna kemerahan dan

kering.9)    Pada jaringan limfoid tampak berwarna kemerahan dan bengkak.

Streptococcus group A merupakan bakteri penyebab faringitis akut yang paling sering, kira-kira 15 sampai 30 % kasus pada anak-anak, dan 5 sampai 10 % pada oang dewasa. Biasanya terdapat riwayat infeksi tenggorokan oleh bakteri Streptococcus sebelumnya. Insidensi faringitis yang disebabkan oleh streptococcus meningkat pada musim dingin. Gejala dapat berupa rasa sakit pada tenggorokan, nyeri saat menelan, demam, pusing, nyeri perut, mual dan muntah. Sedangkan tanda-tanda yang dapat dilihat yaitu adanya eritema faring dan tonsil, eksudat pada faring dan tonsil, petechiae palatine, edema uvula, limfadenopati servikalis anterior. Tidak semua pasien didapati dengan semua gejala tersebut, banyak pasien datang dengan gejala yang ringan dan tanpa eksudatif. Anak-anak dibawah tiga tahun dapat disertai coryza dan krusta hidung. Faringitis dengan eksudat jarang terjadi pada umur ini. (Alan, et.al.,2001).

2.1.6   KlasifikasiBerdasarkan lama berlangsungnya faringitis dibedakan menjadi :

1)     Faringitis akut, adalah radang tenggorok yang disebabkan oleh virus dan bakteri yaitu streptokokus grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil yang masih berwarna merah, malaise, nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk. Faringitis ini terjadinya masih baru, belum berlangsung lama.

2)    Faringitis kronis, radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorok. Faringitis kronis umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja atau tinggal dalam lingkungan berdebu, menggunakan suara berlebihan, menderita batu kronik, dan kebiasan menkonsumsi alcohol dan tembakau.Faringitis kronik dibagi menjadi 3, yaitu:

a.       Faringitis hipertrofi, ditandai dengan penebalan umum dan kongesti membrane mukosa.

b.      Faringitis atrofi kemungkinan merupakan tahap lanjut dari jenis pertama (membrane tipis, keputihan, licin dan pada waktunya berkerut).

Page 67: askep laringitis muliani

c.       Faringitis granular kronik terjadi pembengkakan folikel limfe pada dinding faring.

2.1.7   PenatalaksanaanUntuk faringitis virus penanganan dilakukan dengan memberikan

aspirin atau asetaminofen cairan dan istirahat baring. Komplikasi seperti sinusitis atau pneumonia biasanya disebabkan oleh bakteri karena adanya nekrosis epitel yang disebabkan oleh virus sehingga untuk mengatsi komplikasi ini dicadangkan untuk menggunakan antibiotika.

Untuk faringitis bakteri paling baik diobati dengan pemberian penisilin G sebanyak 200.000-250.000 unit, 3-4 kali sehari selama 10 hari. Pemberian obat ini biasanya akan menghasilkan respon klinis yang cepat dengan terjadinya suhu badan dalam waktu 24 jam. Erritromisin atau klindamisin merupakan obat alin dengan hasil memuaskan jika penderita alergi terhadap penisilin. Jika penderita menderita nyeri tenggorokan yang sangat hebat, selain terapi obat, pemberian kompres panas atau dingin pada leher dapat membantu meringankan nyeri. Berkumur-kumur dengan larutan garam hangat dapat pula meringankan gejala nyeri tenggorokan dan hal ini dapat disarankan pada anak-anak yang lebih besar untuk dapat bekerja sama.

2.1.8   KomplikasiPenyakit ini, jika dibiarkan sampai menjadi berat, dapat menimbulkan

radang ginjal (glomerulonefritis akut), demam rematik akut, otitis media (radang telinga bagian tengah), sinusitis, abses peritonsila dan abses retropharynx (radang di sekitar amandel atau bagian belakang tenggorokan yang dapat.

1)      Otitis media purulenta bakterialisDaerah telinga tengah normalnya adalah steril. Bakteri masuk melalui

tube eustacius akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring.2)      Abses Peritonsiler

Sumber infeksi berasal dari penjalaran faringitis/tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil.

3)      Glomerulus AkutInfeksi Streptokokus pada daerah faring masuk ke peredaran darah,

masuk ke ginjal. Proses autoimun kuman streptokokus yang nefritogen dalam tubuh meimbulkan bahan autoimun yang merusak glomerulus.

4)      Demam ReumatikInfeksi streptoceal yang awalnya ditandai dengan luka pada tenggorok

akan menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut pada katup-katup jantung, terutama pada katup mitral dan aorta.

5)      SinusitisSinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung dapat berupa

sinusitis maksilaris / frontalis. Sinusitis maksilaris disebabkan oleh komplikasi peradangan jalan napas bagian atas (salah satunya faringitis), dibantu oleh

Page 68: askep laringitis muliani

adanya faktor predisposisi. Penyakit ini dapat disebabkan oleh kuman tunggal dan dapat juga campuran seperti streptokokus, pneumokokus, hemophilus influenza dan kleb siella pneumoniae.

6)      MeningitisInfeksi bakteri padadaerah faring yang masuk ke peredaran darah,

kemudian masuk ke meningen dapat menyebabkan meningitis.Akan tetapi komplikasi meningitis akibat faringitis jarang terjadi.

2.1.9   PrognosisSebagian besar faringitis dapat sembuh spontan dalam 10 hari, namun

sangat penting untuk mewaspadai terjadinya komplikasi pada faringitis (Kazzi,at.al.,2006).

2.2Konsep Medis Laringitis2.2.1   Anatomi

Laring adalah  struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melinduni jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering disebut sebagai kontak suara yang terdiri atas:

1)     Epiglotis – daun katup kartilago yang menutupi ostium kearah laring selama menelan.

2)    Glotis – Ostium antara pita suara dalam laring.3)     Kartilago tiroid – Kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini

membentuk jakun (adams apple).4)    Kartilago krikoid – Satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam faring

(terletak dibawah kartilago tiroid).5)    Kartilago aritenoid – Digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago

tiroid.6)    Pita suara – Ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan

bunyi suara, pita suara melekat pada lumen laring2.2.2   Definisi

Laringitis adalah inflamasi laring (ensiklopedia keperawatan).Laringitis adalah peradangan yang terjadi pada pita suara karena

terlalu banyak digunakan, karena iritasi atau karena adanya infeksi. Pita suara adalah suatu susunan yang terdiri dari tulang rawan, otot dan membran mukosa yang membentuk pintu masuk dari batang tenggorok (trachea). Di dalam kotak suara terdapat pita suara—dua buah membran mukosa yang terlipat dua membungkus otot dan tulang rawan (http://www.sehatgroup.web.id/).

Page 69: askep laringitis muliani

Biasanya pita suara akan membuka dan menutup dengan lancar, membentuk suara melalui pergerakan dan getaran yang terbentuk. Tapi bila terjadi laringitis, pita suara akan meradang atau terjadi iritasi pada pita suara. Pita suara tersebut akan membengkak, menyebabkan terjadinya perubahan suara yang diproduksi oleh udara yang lewat melalui celah diantara keduanya. Akibatnya, suara akan terdengar serak. Pada beberapa kasus laringitis, suara akan menjadi sangat lemah sehingga tidak terdengar.

Laringitis dapat berlangsung dalam waktu singkat (akut) atau berlansung lama (kronis) lebih dari 3 minggu. Meskipun laringitis akut biasanya hanya karena terjadinya iritasi dan peradagnan akibat virus, suara serak yang sering terjadi dapat menjadi tanda adanya masalah yang lebih serius. (http://www.news-medical.net/)

2.2.3   EtiologiInflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak

menggunakan suara, pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau sebagai bagian dari infeksi saluran nafas atas. Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang terisolasi yang hanya mengenai pita suara.

Sebagian besar kasus laringitis sementara dipicu oleh infeksi virus atau regangan vokal dan tidak serius. Tapi suara serak kadang-kadang merupakan tanda yang lebih serius dari kondisi medis yang mendasari. Sebagian besar kasus laringitis berakhir kurang dari beberapa minggu dan disebabkan cuaca dingin.

Penyebab yang paling sering adalah infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas (misalnya common cold). Laringitis juga bisa menyertai bronkitis, pneumonia, influenza, pertusis, campak dan difteri.

1)   Laringitis AkutPada laringitis akut biasanya penyebabnya oleh infeksi virus. Infeksi

bakteri seperti difteri juga dapat menjadi penyebabnya, tapi hal ini jarang terjadi. Laringitis akut dapat juga terjadi saat anda menderita suatu penyakit atau setelah anda sembuh dari suatu penyakit, seperti selesma, flu atau radang paru-paru (pneumonia). (http://www.klinikindonesia.com/)

a.    Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti influenza atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.

b.   Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuacac.   Pemakaian suara yang berlebihand.   Traumae.    Bahan kimiaf.    Merokok dan minum-minum alkohol

Page 70: askep laringitis muliani

g.    Alergi2)   Laringitis Kronik

Kasus yang sering terjadi pada laringitis kronis termasuk juga iritasi yang terus menerus terjadi karena penggunaan alkohol yang berlebihan, banyak merokok atau asam dari perut yang mengalir kembali ke dalam kerongkongan dan tenggorokan, suatu kondisi yang disebut gastroesophageal reflux disease (GERD).

Laringitis kronis adalah inflamasi dari membran mukosa laring yang berlokasi di saluran nafas atas, bila terjadi kurang dari 3 minggu dinamakan akut dan disebut kronis bila terjadi lebih dari 3 minggu.

Beberapa pasien mungkin telah mengalami serangan laringitis akut berulang, terpapar debu atau asap iritatif atau menggunakan suara tidak tepat dalam konteks neuromuskular. Merokok dapat menyebabkan edema dan eritema laring. (Abdurrahman MH, 2006,13-20)

3)   Laringitis Kronis SpesifikYang termasuk dalam laringitis kronis spesifik ialah laringitis tuberkulosis dan laringitis luetika.

a.  Laringitis tuberkulosisPenyakit ini hampir selalu akibat tuberkulosis paru. Biasanya pasca

pengobatan, tuberkulosis paru sembun tetapi laringitis tuberkulosis menetap. Hal ini terjadi karena struktur mukosa laring yang melekat pada kartilago serta vaskularisasinya yang tidak sebaik paru sehingga bila infeksi sudah mengenai kartilago maka tatalaksananya dapat berlangsung lama.

Secara klinis manifestasi laringitis tuberkulosis terdiri dari 4 stadium yaitu :

1)     Stadium infiltrasi, mukosa laring posterior membengkak dan hiperemis, dapat mengenai pita suara. Terbentuk tuberkel pada submukosa sehingga tampak bintik berwarna kebiruan. Tuberkel membesar dan beberapa tuberkel berdekatan bersatu sehingga mukosa diatasnya meregang sehingga suatu saat akan pecah dan terbentuk ulkus

2)    Stadium ulserasi, ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar. Ulkus diangkat, dasarnya ditutupi perkijuan dan dirasakan sangat nyeri.

3)     Stadium perikondritis, ulkus makin dalam sehingga mengenai kartuilago laring terutama kartilago aritenoid dan epiglotis sehingga terjadi kerusakan tulang rawan.

4)    Stadium pembentukan tumor, terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita suara dan subglotik.

b.  Laringitis luetikaRadang menahun ini jarang dijumpai dalam 4 stadium lues yang paling

berhubungan dengan laringitis kronis ialah lues stadium tersier dimana terjadi pembentukan gumma yang kadang menyerupai keganasan laring. Apabila guma pecah akan timbul ulkus yang khas yaitu ulkus sangat dalam,

Page 71: askep laringitis muliani

bertepi dengan dasar keras, merah tua dengan eksudat kekuningan. Ulkus ini tidak nyeri tetapi menjalar cepat

laringitis akut Laringitis kronis       Rhinovirus       Parainfluenza virus       Adenovirus       Virus mumps       Varisella zooster virus       Penggunaan asma inhaler       Penggunaan suara berlebih

dalam pekerjaan : Menyanyi, Berbicara dimuka umum Mengajar

       Alergi       Streptococcus grup A       Moraxella catarrhalis       Gastroesophageal refluks

       Infeksi bakteri       Infeksi tuberkulosis       Sifilis       Leprae       Virus       Jamur       Actinomycosis       Penggunaan suara berlebih       Alergi       Faktor lingkungan seperti asap,

debu       Penyakit sistemik : wegener

granulomatosis, amiloidosis       Alkohol       Gatroesophageal refluks

2.2.4   PatofisiologiHampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri

mungkin sekunder. Laringitis biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri akibat pengeluaran

Page 72: askep laringitis muliani

mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang peningkatan suhu tubuh. (Elizabeth J. Corwin 2000 , 432).Virus/BakteriBahan KimiawiDebu/AsapIritasi Mukosa Sal. Nafas AtasNyeriDemamSuhu TubuhMerangsang Kelenjar MucusInfeksiInflamasiProduksi Mucus BerlebihPengeluaran Mediator kimia darahGg. Rasa nyaman NyeriMenggunakan Suara BerlebihanInfeksi Sal. Nafas Atas 

Bersihan Jalan Nafas Tidak EfektifPengeluaran SputumPenyumbatan Sal.NafasBatuk Hebat 

Page 73: askep laringitis muliani

2.2.5   Tanda dan GejalaTanda dan gejala dari laringitis seperti :

1)      Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara yang kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa / normal dimana terjadi gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan sehingga menimbulkan suara menjadi parau bahkan sampai tidak bersuara sama sekali (afoni).

2)      Sesak nafas dan stridor.3)      Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.4)      Gejala radang umum seperti demam, malaise.5)      Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental.6)      Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit

menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan temperatur yang tidak mengalami peningkatan dari 380C.

7)      Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk, peningkatan suhu yang sangat berarti yakni lebih dari 380C, dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai dengan nyeri diseluruh tubuh.

8)      Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis, membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga didapatkan tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal atau paru.

9)      Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem subglotis yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat, pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi suprasternal dan epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan darurat medik yang dapat mengancam jiwa anak. (http://www.news-medical.net/)

a.  Laringitis AkutDemam, malaise, gelaja rinigaringitis, suara parau sampai afoni, nyeri

ketika menelan atau berbicara, rasa kering ditenggorokan, batuk kering yang kelamaan disertau dahak kental, gejala sumbatan laring sampai sianosis.

Pada pemeriksaan, tampak mukosa laring hiperemis, membengkak, terutama di atas dan bahwa pita suara. Biasanya tidak terbatas di laring, juga ada tanda radang akut dihitung sinus peranasak, atau paru.

b.  Laringitis Kronik

Page 74: askep laringitis muliani

Suara parau yang menetap, rasa tersangkut di tenggorok sehingga sering mendehem tanpa sekret. Pada pemeriksaan tampak mukosa laring hiperemis. Tidak rata, dan menebal. Bila tumor dapat dilakukan biopsi.(www.blogsehat.com)

c.  Laringitis tuberkulosisTerdapat gejala demam, keringat malam, penurunan berat badan, rasa

kering, panas, dan tertekan di daerah laring, suara parau beriminggu-minggu dan pada stadium lanjut dapat afoni, bentuk produktif, gemoptisis, nyeri menelan yang lebih hebat bila gejala-gejala proses aktif pada paru. Dapat timbul sumbatan jalan napas karena edema: tumberkuloma, atau paralysis pita suara.

2.2.6   KlasifikasiSesuai dengan stadium dari penyakit, pada laringoskop akan terlihat:

         Stadium infiltrasiMukosa laring membengkak, hiperemis (bagian posterior), dan pucar.

Terbentuk tuberkel di daerah submukosa, tampak sebagai bintik-bintik kebiruan. Tuberkel membesar, menyatu sehingga mukosa di atasnya meregang. Bila pecah akan timbul ulkus.

         Stadium ulserasiUlkus membesar, dangkal, dasarnya ditutupi perkijuan dan terasa.

         Stadium perikondritisUlkus makin dalam mengenai kartilago laring, kartilagi aritenoid, dan

epiglottis/ terbentuk nanah yang berbau sampai terbentuk sekuester. Keadaan umum pasien sangat buruk, dapat fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita suara, dan subglotik.

2.2.7  Penatalaksanaan1)   Laringitis Akut

Terapi pada laringitis akut berupa mengistirahatkan pita suara, antibiotik, menambah kelembaban, dan menekan batuk. Obat-obatan dengan efek samping yang menyebabkan kekeringan harus dihindari. Penyayi dan para profesional yang mengandalkan suara perlu dinasehati agar membiarkan proses radang mereda sebelum melanjutkan karier mereka. Usaha bernyayi selama proses radang berlangsung dapat mengakibatkan perdarahan pada laring dan perkembangan nodul korda vokalis selanjutnya. Terapi pada laringitis kronis terdiri dari menghilangkan penyebab, koreksi gangguan yang dapat diatasi, dan latihan kembali kebiasaan menggunakan vocal dengan terapi bicara. Antibiotik dan terapi singkat steroid dapat mengurangi proses radang untuk sementara waktu, namun tidak bermanfaat untuk rehabilitasi jangka panjang. Eliminasi obat-obat dengan efek samping juga dapat membantu. Pada pasien dengan gastroenteriris refluks dapat diberikan reseptor H2 antagonis, pompa proton inhibitor. Juga diberikan hidrasi, meningkatkan kelembaban, menghindari

Page 75: askep laringitis muliani

polutan.  Terapi pembedahan bila terdapat sekuester dan trakeostomi bila terjadi sumbatan laring.

Hindari iritasi pada laring dan faring. Untuk terapi mendikamentosa diberikan antibiotic penisilin anak 3 x 0 kg BB dan dewasa 3 x 500 mg. bila alergi dapat diganti eritromisin atau basitrasin. Dan diberikan kortikosteroid untuk mengatasi edema. Dipasang pipa endotrakea atau trakeostomi bila terdapat sumbatan laring.

2)   Laringitis KronikDiminta untuk tidak banyak bicara dan mengonati peradangan di

hitung, faring, serta bronkus yang mungkin menjadi penyebab. Diberikan antibiotik bila terdapat tanda infeksi dan ekspektoran. Untuk jangka pendek dapat diberikan steroid.

Laringitis kronis yang berlangsung lebih dari beberapa minggu dan tidak berhubungan dengan penyakit sistemik, sebagian besar berhubungan dengan pemajanan rekuren dari iritan. Asap rokok merupakan iritan inhalasi yang paling sering memicu laringitis kronis tetapi laringitis juga dapat terjadi akibat menghisap kanabis atau inhalasi asap lainnya. Pada kasus ini, pasien sebaiknya dijauhkan dari faktor pemicunya seperti dengan menghentikan kebiasaan merokok.

3)   Laringitis TuberkulosisPengobatan dengan mengistirahatkan pita suara dan dengan

pemberianobat anti nyeri biasanya telah mencukupi. Pemberian obat antituberkulosis primer dan skunder. Pada infeksi bakteri, antibiotik yang tepat harus diberikan.Trakeostomi bila timbul sumbatan jalan napas. (Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, 2003).

2.2.8  Peneriksaan Penunjang1)     Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis

(Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.2)    Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai

infeksi sekunder, leukosit dapat meningkat.3)     Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring yang

sangat sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak pembengkakan subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat pada konus elastikus yang akan tampak dibawah pita suara.Laringitis AkutPemeriksaan apusan dari laring untuk kultur dan uji resistensi pada kasus yang lama atau sering residif.Laringitis tuberkulosisPemeriksaan laboratorium hasil tahan asam dari sputum atau bilasan lambung, foto toraks menunjukkan tanda proses spesifik baru, laringoskopi langsung/tak langsung, dan pemeriksaan PA. (Mansjoer, Arif.1999, 125)

2.2.9   Prognisis

Page 76: askep laringitis muliani

Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya selama satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat menyebabkan udem laring dan udem subglotis sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan pemasangan endotrakeal atau trakeostomiaik. (www.blogsehat.com)

2.3 Konsep Medis Tonsilitis2.3.1   Anatomi

Cincin waldeyer jaringan limfoid yang mengelilingi faring. Bagian terpentingnya adalah tonsil palatine dan tonsil faringeal (adenoid). Unsure yang lain adalah tonsil lingual, gugus limfoid lateral faring dan kelenjar-kelenjar limfoid yang tersebar dalam fosa Rosenmuller, dibawah mukosa dinding posterior faring dan dekat orifisium tuba eustachius.

Massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil pada kedua sudut orofaring dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus).

Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar. Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh :

  Lateral   : m. konstriktor faring superior  Anterior          : m. palatoglosus  Posterior         : m. palatofaringeus  Superior : palatum mole  Inferior : tonsillingual

Secara mikroskopik tonil terdiri atas 3 komponen yaitu jaringan ikat, folikel germinativun (merupakan sel limfoid)  dan jaringan interfolikel.

2.3.2   DefinisiTonsil merupakan kumpulan besar jaringan limfoid di belakang faring

yang memiliki keaktifan munologik (Ganong, 1998). Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung dan tenggorokan, oleh karena itu, tidak jarang tonsil mengalami peradangan.

Tonsilitis adalah infeksi atau peradangan pada tonsil. Tonsilitis akut merupakan inveksi tonsil yang sifatnya akut, sedangkan tonsillitis kronik merupakan tonsillitis yang terjadi berulang kali (Sjamsuhidayat & Jong, 1997).

2.3.3   EtiologiMenurut Adams George (1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut paling sering

disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.1)     Pneumococcus,2)    Staphilococcus,

Page 77: askep laringitis muliani

3)     Haemalphilus influenza,4)    Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.

Bakteri merupakan penyebab pada 50 % kasus.1)      Streptococcus B hemoliticus grup A,2)    Streptococcus viridens,3)     Streptococcus pyogenes,4)    Staphilococcus,5)    Pneumococcus,6)    Virus,7)    Adenovirus,8)    ECHO,9)    Virus influenza serta herpes.

Menurut Firman S (2006), penyebabnya adalah infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis.

2.3.4   PatofisiologiBakteri

(dalam udara/ makanan)Peradangan TonsilProd. SecretMK : Bersihan Jalan Nafas Tidak EfektifTonsilitisPembesaran TonsilPeningkatan Suhu TubuhBenda Asing Di Jalan NafasDiprose

Page 78: askep laringitis muliani

MK : Kekurangan Vol. CairanObstruksi Jalan NafasObstruksi MekanikMK : Bersihan Jalan Nafas Tidak EfektifTonsilektomiKekuranganPengetahuanMK : Gg. Rasa Nyaman (Nyeri)MK :Resiko Kerusakan MenelanAnoreksiaMK : Resiko Perubahan Nutrisi Kurang Dari KebutuhanResiko PerdarahanDarah Di Saluran NafasMK : Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

Virus(dalam udara/ makanan) 

                                                                               

Page 79: askep laringitis muliani

2.3.5   Tanda Dan GejalaGejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika

penderita menelan) nyeri seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang sama).Gejala lain :

1)     Demam2)    Tidak enak badan3)     Sakit kepala4)    Muntah

Menurut Mansjoer, A (1999) gejala tonsilitis antara lain :1)     Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan2)    Tenggorokan terasa kering3)     Persarafan bau4)    Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus

membesar dan terisi detritus5)    Tidak nafsu makan6)    Mudah lelah7)    Nyeri abdomen8)    Pucat9)    Letargi10)  Nyeri kepala11)  Disfagia (sakit saat menelan)12)  Mual dan muntah

Gejala pada tonsillitis akut :1)     Rasa gatal / kering di tenggorokan2)    Lesu3)     Nyeri sendi4)    Odinafagia5)    Anoreksia6)    Otalgia7)    Suara serak (bila laring terkena)8)    Tonsil membengkak

Berdasrkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan mengukur jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak permukaan medial kedua tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi :

  T0  : Tonsil masuk di dalam fossa  T1  : <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring  T2  : 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring  T3 : 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring  T4 : >75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring

2.3.6   KlasifikasiMacam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006) :

Page 80: askep laringitis muliani

1)      Tonsillitis akutDisebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians,

dan streptococcus piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus.2)      Tonsilitis falikularis

Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus. Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa makanan yang tersangkut.

3)      Tonsilitis LakunarisBila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk)

permukaan tonsil.4)      Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Throat)

Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut menyerupai membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang dan berwarna putih kekuning-kuningan.

5)      Tonsilitis KronikTonsillitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok,

makanan) pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat danhygiene mulut yang buruk.

2.3.7   PenatalaksanaanPenatalaksanaan tonsilitis secara umum, menurut Firman S, 2006 :

1)      Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.

2)      Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :a.       Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.b.      Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2

tahun.c.       Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3

tahun.d.      Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

Menurut Mansjoer, A (1999) penatalaksanan tonsillitis adalah:1)      Penatalaksanaan tonsilitis akuta.       Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur

atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau klindomisin.

b.      Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.

Page 81: askep laringitis muliani

c.       Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif.

d.      Pemberian antipiretik.2)      Penatalaksanaan tonsilitis kronika.       Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.b.      Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi

konservatif tidak berhasil.

Tonsilektomi menurut Firman S (2006), yaitu :1)      Perawatan Prabedah

Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus dipuasakan, membebaskan anak dari infeksi pernafasan bagian atas.

2)      Teknik PembedahanAnestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan, pasien diposisikan

terlentang dengan kepala sedikit direndahkan dan leher dalam keadaan ekstensi mulut ditahan terbuka dengan suatu penutup dan lidah didorong keluar dari jalan. Penyedotan harus dapat diperoleh untuk mencegah inflamasi dari darah. Tonsil diangkat dengan diseksi/ quillotine.

Metode apapun yang digunakan penting untuk mengangkat tonsil secara lengkap. Perdarahan dikendalikan dengan menginsersi suatu pak kasa ke dalam ruang post nasal yang harus diangkat setelah pembedahan. Perdarahan yang berlanjut dapat ditangani dengan mengadakan ligasi pembuluh darah pada dasar tonsil.

3)      Perawatan Paska-bedaha.      Berbaring ke samping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.b.      Memantau tanda-tanda perdarahan:  Menelan berulang  Muntah darah segar  Peningkatan denyut nadi pada saat tidurc.       Diet  Memberikan cairan bila muntah telah reda  Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang besar (lebih

nyaman dari ada kepingan kecil).  Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan perdarahan).   Menawarkan makanan  Es crem, crustard dingin, sup krim, dan jus.  Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat dinikmati

pada pagi hari setelah perdarahan.

Page 82: askep laringitis muliani

  Hindari jus jeruk, minuman panas, makanan kasar, atau banyak bumbu selama 1 minggu.

  Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan  Menggunakan ice color (kompres es) bila mau  Memberikan anakgesik (hindari aspirin)  Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.  Minum 2-3 liter/hari sampai bau mulut hilang.  Mengajari pasien mengenal hal berikut  Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan menyisi hidung segera

selama 1-2 minggu.  Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah yang tertelan.  Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara hari ke-4 dan ke-8

setelah operasi.2.3.8   Komplikasi

Komplikasi tonsilitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A (1999), yaitu :1)      Abses pertonsil

Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group A.

2)      Otitis media akutInfeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius

(eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang telinga.

3)      Mastoiditis akutRuptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam

sel-sel mastoid.4)      Laringitis5)      Sinusitis6)      Rhinitis

2.3.9   PencegahanUntuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga

kebersihan pada diri anak serta memberikan penyuluhan tentang penyakit ini pada anak-anak. Selain  itu juga diberikan imunisasi yang terdiri dari imunisasi DPT dan pengobatan carrier.

Page 83: askep laringitis muliani

BAB 3ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 ASKEP FARINGITISA. Pengkajian1.    Identitas Pasien2.    Keluhan Utama :a.    Pasien mengatakan nyeri dan merasa tidak nyaman pada daerah leher.b.   Pasien mengatakan mual dan muntah.c.   Pasien mengatakan sakit saat menelan.3.    Riwayat Keperawatan :a.    Riwayat Kesehatan Sekarang

Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi: Alasan masuk rumah sakit.

b.   Riwayat Kesehatan Masa LaluMengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya pasien mengatakan pernah mengalami infeksi pada saluran tenggorokan dan pernah menjalani perawatan di RS.

c.   Riwayat Kesehatan KeluargaMengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami penyakit yang sama.

Page 84: askep laringitis muliani

4.    Pemeriksaan Fisika.       Keadaan Umum, yaitu dengan mengobservasi bentuk tubuh, warna kulit,

kesadaran, dan kesan umum pasien (saat pertama kali MRS).b.      Gejala Kardinal, yaitu dengan mengukur TTV (suhu, nadi, tekanan darah, dan

respirasi.c.       Keadaan Fisik, yaitu melakukan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi

dari kepala sampai anus, tapi lebih difokuskan pada bagian leher.d.      Pemeriksaan Penunjang, yaitu dari hasil pemeriksaan laboratorium dengan

uji kultur dan uji resistensi.B.  Diagnosa Keperawatan1.      Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi.2.      Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan secret.3.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kesulitan menelan.4.      Cemas berhubungan dengan hospitalisasi, kesulitan bernapas.5.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif.6.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan terbatasnya informasi.C. Intervensi1.   DX 1 : Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang / hilang dengan kriteria hasil :

a.       Laporkan frekuensi nyeri.b.      Kaji frekuensi nyeri.c.       Lamanya nyeri berlangsung.d.      Ekspresi wajah terhadap nyeri.e.       Kegelisahan.f.       Perubahan TTV.

Intervensi1)     Kaji secara menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi, durasi, frekuensi,

intensitas, dan faktor penyebab.2)    Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan terutama jika tidak

dapat berkomunikasi secara efektif.3)     Gunakan tindakan lokal (berkumur, menghisap, kompres hangat) untuk

mengurangi sakit tenggorok.4)    Berikan analgetik dengan tepat.5)    Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama akan

berakhir dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.6)    Ajarkan teknik non farmakologi (misalnya: relaksasi, guide, imagery, terapi

musik, distraksi).

2.   Dx 2 : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan secret

Page 85: askep laringitis muliani

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan napas pasien kembali efektif dengan kriteria hasil :

a.    Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih.b.   Tidak ada dipsneu.c.   Sekret dapat keluar.d.   Mampu batuk efektif.

Intervensi1)     Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada.2)    Auskultasi area paru, catat area penurunan udara.3)     Bantu pasien latihan nafas dalam dan melakukan batuk efektif.4)    Berikan posisi semifowler dan pertahankan posisi pasien.5)    Lakukan penghisapan lendir sesuai indikasi.6)    Kaji vital sign dan status respirasi.7)    Kolaborasi pemberian oksigen.3.   Dx 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan kesulitan menelan.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi pasien terpenuhi dengan Kriteria Hasil:

a.    Mempertahankan pemasukan nutrisi.b.   Mempertahankan berat badan.c.   Melaporkan keadekuatan tingkat energi.d.   Daya tahan tubuh adekuat.

Intervensi1)     Kaji status nutrisi pasien.2)    Ketahui makanan kesukaan pasien.3)     Anjurkan pasien makan sedikit demi sedikit tapi sering.4)    Kaji membran mukosa dan turgor kulit setiap hari untuk monitor hidrasi.5)    Timbang BB pada interval yang tepat.6)    Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet yang sesuai.4.   Dx 4 : Cemas berhubungan dengan hospitalisasi, kesulitan bernapas

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dan  keluarga tidak mengalami kecemasan dengan Kriteria Hasil:

a.    Monitor intensitas kecemasan.b.   Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas.c.   Menggunakan strategi koping efektif.d.   Mencari informasi untuk menurunkan cemas.e.    Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas.

Intervensi1)     Tenangkan Klien.2)    Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang

mungkin muncul pada saat melakukan tindakan.3)     Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis, dan tindakan.

Page 86: askep laringitis muliani

4)    Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa sakit.5)    Instruksikan pasien untuk menggunakan metode/ teknik relaksasi.5.   Dx 5 : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme

infektifTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi sekunder dengan Kriteria Hasil:

a.    Mengindikasikan status gastrointestinal, pernapasan, dan imun dalam batas normal.

b.   Terbebas dari tanda dan gejala infeksi.c.   Berpartisipasi dalam perawatan kesehatan.d.   Mampu mengidentifikasi faktor resiko.

Intervensi1)     Pantau tanda/gejala infeksi (suhu, kulit, suhu tubuh, lesi, kulit, keletihan,

malaise).2)    Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi (usia, tinggkat imun rendah,

malnutrisi).3)     Pertahankan lingkungan aseptik dengan teknik mencuci tangan yang baik.4)    Berikan diet bergizi sesuai kemampuan anak untuk mengkonsumsi nutrisi

untuk mendukung pertahanan tubuh alami.5)    Instruksikan pada keluarga pasien untuk menjaga hygiene anaknya untuk

melindungi tubuh terhadap infeksi.6)    Kolaborasi: pemberian antibiotic.6.   Dx 6 : Kurang pengetahuan b.d. keterbatasan informasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakitnya bertambah dengan Kriteria Hasil:

a.    Mengenal tentang penyakit.b.   Menjelaskan proses penyakit.c.   Menjelaskan penyebab/faktor yang berhubungan.d.   Menjelaskan faktor resiko.e.    Menjelaskan komplikasi dari penyakit.f.    Menjelaskan  tanda dan gejala dari penyakit.

Intervensi1)     Identifikasi pemberi pelayanan keperawatan yang lain.2)    Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga dalam mengimplementasikan

keperawatan setelah penjelasan.3)     Jelaskan peran keluarga dalam perawatan yang berkesinambungan.4)    Jelaskan program perawatan medik meliputi; diet, pengobatan, dan latihan.5)    Jelaskan rencana tindakan keperawatan sebelum mengimplementasikan.3.2 ASKEP LARINGITISA. Pengkajian1.    Identitas Pasien2.    Keluhan Utama

Page 87: askep laringitis muliani

a.    Kx mengeluh demam,b.   mual-muntah,c.   sesak,d.   batuk,e.    pilek,f.    nyeri menelan dan pada waktu berbicara.3.    Riwayat Keperawatana.       Riwayat Kesehatan Sekarang

Hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada keluhan sampai terjadi demam, mual, muntah, sesak, bapil, serta nyeri menelan dan pada waktu berbicara.

b.      Riwayat Kesehatan Masa LaluKx merasa mual, muntah, demam, sesak, batuk, nyeri menelan apakah terdapat hubungan dengan penyakit yang diderita sebelumnya.

c.       Riwayat Kesehatan KeluargaHal ini meliputi tentang bagaimana kesehatan dalam keluarga, apakah anggota keluarga yang menderita penyakit menular.

4.    Pemeriksaan Fisika.    Keadaan umum, didapat saat Kx waktu pengkajian misalnya keadaannya,

kesadarannya, pemeriksaan TTV.b.   Pemeriksaan kepala dan leher : Meliputi kebersihan rambut, mukosa bibir

kering, wajah Kx pucat dan menyeringai, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid atau vena jugularis.

c.   Pemeriksaan integumen meluputi warna kulit, turgor kulit, akral.d.   Pemeriksaan sistem respirasi meliputi frekuensi pernafasan, bentuk dada,

pergerakan dada.e.    Pemeriksaan sistem kardiovaskuler meliputi irama, suara jantung.f.    Pemeriksan sistem gastrointestinal.g.    Pada Kx laringitis terjadi penurunan nafsu makan dikarenakan adanya nyeri

telan.h.   Pemeriksaan muskuluskeletal meliputi pergerakan ekstrimitas, terpasang

infus ditangan.i.     Pemeriksaan sistem endokrin : Tidak ada yang mempengaruhi terjadinya

laringitis dalam sistem endokrin.j.     Pemeriksaan genitauria meliputi tidak adanya dysuria, retensi urin,

inkontinennya urin.k.    Pemeriksaan sistem persarafan pada umumnya motorik dan sensorik terjadi

gangguan.B.  Diagnosa Keperawatan1.    Resiko terjadi sumbatan jalan nafas berhubungan dengan sesak /

penumpukan seret.2.    Nyeri yang berhubungan dengan iritasi laring sekunder akibat infeksi.

Page 88: askep laringitis muliani

C. Intervensi1.   Dx 1 : Resiko terjadi sumbatan jalan nafas berhubungan dengan

sesak / penumpukan seret.Tujuan : Jalan nafas kembali efektif dalam waktu ± 3 menit, dengan kriteria hasil :

a.       Sesak berkurang.b.      Tidak ada suara nafs tambahan.c.       TTV dalam batas normal.

Intervensi1)     Lakukan pendekatan.

R/ Dengan dilakukan pendekatan dan mempermudah dalam melakukan tindakan dan membina kepercayaan antara Px dan perawat.

2)    Baringkan Px setengah duduk.R/ Diharapkan Kx dapat bernafas dan tidak sesak.

3)     Berikan O2.

R/ Diharapkan sesak berkurang.4)    Kontrolkan jalannya tetasan infus tiap jam dan catatlah dalam catatan

khusus pemberian cairan.R/  Tetesan cairan harus sesuai yang dibutuhkan karena jika berlebihan dapat menambah sesak nafas.

5)    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan.R/ Mempercepat proses penyembuhan.

2.   Dx 2 : Nyeri yang berhubungan dengan iritasi laring sekunder akibat infeksi.Kemungkinan dibuktikan oleh : sakit kepala, nyeri otot dan sendi, perilaku distraksi,gelisah.Intervensi :

1)      Berikan tindakan nyaman mis : pijtan punggung, perubahan posisi, perbincangan, relaksasi/latihannafas.R/: Tindakan non analgetik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memeperbesar efek terapi analgetik.

2)      Tawarkan pembersihan mulut dengan seringR/: Pernapasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan mengeringkan membran mukosa, potensial ketidaknyamanan umum.

3)      Kolaborasi berikan analgesikdanantitusif sesuai indikasi.R/: Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif/ paroksismal atau menurunkan mukosa berlebihan,meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.