LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

download LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

of 35

Transcript of LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    1/35

    LAPORAN TUTORIAL

    SKENARIO 3 BLOK PEDIATRI

    NORMALKAH ANAKKU?

    DISUSUN OLEH:

    KELOMPOK 11

    TUTOR:

    RATIH PUSPITA FEBRINASARI, dr., M.Sc

    PROGAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    2013

    Aulia Khoirunnisa G0011044

    Hera Amalia U G0011106

    Johanna Tania G0011122

    Naila Shofwati P G0011146

    Ratna Oktaviani G0011164

    Sani Widya F G0011190

    Rika Ernawati G0011172

    Bayu Prasetyo G0011050

    Maestro Rahmandika G0011130

    Wahyu Pamungkas G0011208

    Selvia Anggraeni G0011194

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    2/35

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda

    tetapi saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan

    perkembangan. Pertumbuhan ( growth ) berkaitan dengan masalah perubahan

    ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu.

    Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat

    (gram, kilogram), satuan panjang (cm, m), umur tulang, dan keseimbangan

    metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh). Perkembangan

    (development ) adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang

    lebih kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel,

    jaringan, organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga

    masing-masing dapat memenuhi fungsinya. (Soetjiningsih, 2012; Tanuwijaya,

    2003). Perkembangan anak dinyatakan terlambat apabila pada skrining terdapat

    keterlambatan pada salah satu atau beberapa dari aspek perkembangan (motorik

    kasar, motorik halus, berbicara, perilaku sosial).

    Pada skenario 3 blok pediatri ini, kita dituntut untuk dapat menegakkan

    diagnosis dini kelainan tumbuh kembang pada anak dan dapat memberikan

    penanganan yang efektif. Berikut skenario tersebut :

    Normalkah anakku?

    Seorang anak berusia 2,5 tahun di gendong sang ibu mendatangi

    poliklinik umum untuk berkonsultasi dengan dokter. Anak tersebut belum bisa

    merangkak apalagi berjalan, dan sampai saat ini belum sepatah katapun bisa

    diucapkannya, hanya merengek dan kadang terdiam.Berdasarkan hasil

    pemeriksaan Denver II oleh dokter didapatkan adanya keterlambatan di semua

    domain perkembangan.

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    3/35

    BAB II

    DISKUSI DAN STUDI PUSTAKA

    Langkah 1 : Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah

    dalam skenario.

    1. Denver II : adalah revisi utama dari standardisasi ulang dari Denver Development

    Screening Test (DDST) dan Revisied Denver Developmental Screening Test

    (DDST-R), merupakan salah satu metode skrining perkembangan untuk

    mengetahui sedini mungkin penyimpangan perkembangan yang terjadi pada anak

    sejak lahir sampai usia 6 tahun.

    2. Domain perkembangan : dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu: (a) Perkembangan

    fisik mencakup pertumbuhan biologis, misalnya pertumbuhan otak, otot, tulang

    serta penuaan dengan berkurangnya ketajaman pandangan mata dan

    berkurangnya kekuatan otot-otot. (b) Perkembangan kognitif mencakup

    perubahan-perubahan dalam berpikir, kemampuan berbahasa yang terjadi melalui

    proses belajar. (c) Perkembangan psikososial berkaitan dengan perubahan-

    perubahan emosi dan identitas pribadi individu, yaitu bagaimana seseorang

    berhubungan dengan keluarga, teman-teman dan guru-gurunya.

    Langkah 2 : Menentukan/ mendefinisikan permasalahan.

    1. Seorang anak berusia 2,5 tahun di gendongan sang ibu mendatangi poliklinik umum

    utnuk berkonsultasi dengan dokter.

    2. Anak belum bisa merangkak,berjalan dan berbicara sepatah katapun.

    3. Anak hanya bisa merengek dan kadang terdiam.

    4. Hasil pemeriksaan Denver II didapatkan adanya keterlambatan di semua domain

    perkembangan.

    Langkah 3 : Menganalisis permasalahan dan membuat pernyataan sementara

    mengenai permasalahan (tersebut dalam langkah 2).

    1. Bagaimana tahapan tumbuh kembang anak usia 0 tahun sampai remaja?

    2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak?

    3. Apa saja yang menyebabkan gangguan perkembangan dan pertumbuhan pada

    anak?

    4. Bagaimana cara melakukan penilaian tumbuh kembang anak?5. Bagaimana kriteria rentang usia pada anak?

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    4/35

    6. Apa saja kelainan tumbuh kembang pada anak?

    7. Bagaimana terapi dan tatalaksana yang harus dilakukan pada anak yang

    mengalami gangguan tumbuh kembang?

    TAHAPAN TUMBUH KEMBANG NORMAL PADA ANAK-ANAK

    Aspek-aspek perkembangan anak:

    1. Perkembangan motorik/ gerakan Motorik: keseluruhan gerakan yang dapat diamati pada makhluk hidup Perkembangan motorik berlangsung dari kepala ke ujung-ujung anggota badan Mula-mula gerakan global, berkembang menjadi terarah dan khas Pada bayi, perkembangan motorik penting karena menjadi gambaran taraf

    perkembangan intelegensinya

    Tahapan perkembangan motorik:

    0 : menyusu

    6 minggu : menoleh ke kanan/ kiri

    3 bulan : mengangkat kepala dan bahu bila ditengkurapkan

    4 bulan : menguasai gerak tangan

    5 bulan : tengkurap sendiri

    6 bulan : duduk bersandar

    7 bulan : duduk sendiri

    8 bulan : merangkak

    9-10 bulan : berdiri berpegangan

    10-11 bulan : berjalan berpegangan

    12-15 bulan : jalan sendiri

    18 bulan : lari dengan langkah kaku

    24 bulan : naik turun tangga, melompat pada objek yang rendah

    2. Perkembangan bicara/ bahasa Melalui periode:

    a. Pra lingual

    Periode satu kata: 0-12 bulan

    b. Lingual awal

    Periode kalimat 2 kata: 1-2 tahun

    c. Periode diferensiasi

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    5/35

    Periode kalimat 3 kata

    Diferensiasi dan kecakapan verbal bertambah, bertambah umur 2 tahun

    Tahapan perkembangan bicara/ bahasa:

    a. Tingkat permulaan

    Bayi menangis

    b. 3-4 bulan

    Suara raban: suara di tenggorokan seperti berkumur-kumur, menyatakan

    perasaan senang

    c. > 4 bulan

    Mengoceh dengan ouw...ouw

    d. 8-9 bulan

    Meniru suara, suara sendiri diulang-ulang, belum ada maksud tertentu

    e. 1-1 tahun

    Kata-kata pertama dengan maksud tertentu

    f. 1 - 2 tahun

    2 s/d 3 kata, kehausan akan nama, ini apa itu apa, jika anak bertanya

    harus dijawab

    g. 2-2 tahun

    Menyebut nama dengan istilah sendiri, misal kucing dipanggil meong

    h. 3 tahun

    Bentuk kalimat makin sempurna, kata tanya: mengapa, dari mana, anak

    tidak boleh dibohongi, semakin cerdas anak semakin banyak tanya

    3. Perkembangan inteligensi Definisi menurut Georgr d. Stoddard

    Bentuk kemampuan untuk memahami masalah yang bercirikan:

    - Mengandung kesukaran- Kompleks- Abstrak- Ekonomis- Diarahkan pada suatu tujuan yang jelas - Mempunyai nilai sosial - Membangkitkan kreativitas

    Definisi menurut D. weschler:

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    6/35

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    7/35

    a. Kognisi sosial

    Dilatih dengan tata krama, adat, norma, sejauh manaanak mempunyai

    pengertian akan tingkah laku orang lain.

    b. Kecakapan dalam bergaul dengan orang lain

    Hal ini perlu dilatih oleh lingkungan sejak dini mengenai tata krama,

    aturan.

    Misal: dalam bermain dan bergaul sehari-hari perlu tahu milik sendiri dan

    milik orang lain.

    c. Kemampuan anak berhubungan dengan nilai-nilai sosial

    Berfikir dan bertindak atas dasar pemilikan nilai-nilai sosial yang berlaku

    dalam masyarakat

    FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG

    A. Faktor Genetik

    Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses

    tumbuh kembang anak. Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai

    faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, dan suku bangsa.

    Potensi genetik yang bermutu hendaknya berinteraksi dengan lingkungan secara

    positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal

    B. Faktor Lingkungan

    1. Faktor Lingkungan Pranatal

    a. Gizi ibu pada waktu hamil

    Gizi ibu yang buruk sebelum atau selama masa kehamilan menyebabkan

    bayi BBLR, lahir mati, maupun cacat bawaan. Selain itu, dapat juga

    menyebabkan hambatan perumbuhan otak, anemia pada bayi baru lahir,

    mudah terkena infeksi, abortus, dsb.

    b. Mekanis

    Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan

    bawaan pada bayi yang dilahirkan. Demikian pula dengan posisi janin

    pada uterus dapat mengakibatkan talipes, dislokasi panggul, tortikolis

    kongenital, palsi fasialis, atatu kranio tabes.

    c. Toksin/ zat kimia

    Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-zatteratogen. Misalnya obat-obatan seperti thalidomide, phenitoin,

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    8/35

    methadion , obat-obat antikanker, dsb. Dapat menyebabkan kelainan

    bawaan. Demikian pula dengan ibu hamil yang perokok berat/ peminum

    alkohol kronis sering melahirkan bayi BBLR, bayi lahir mati, cacat, atau

    retardasi mental. Keracunan logam berat dapat menyebabkan mikrosefali

    dan palsi serebralis.

    d. Endokrin

    - Hormon somatotropin ( growth hormone ) disekresi oleh kelenjar

    hipofisis janin sekitar minggu ke-9 dan produksinya terus meningkat

    sampai minggu ke-20, selanjutnya menetap sampai lahir.

    - Hormon plasenta

    - Hormon tiroid (TRH, TSH, T3, dan T4) sudah diproduksi oleh janin

    sejak minggu ke-12. Pengaturan oleh hipofisis sudah terjadi pada

    minggu ke-13. Kadar hormon ini makin meningkat sampai minggu ke-

    24, lalu konstan.

    - Insulin mulai diproduksi oleh janin pada minggu ke-11, lalu meningkat

    sampai bulan ke-6 dan kemudian konstan.

    e. Radiasi

    Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat

    menyebabkan kematian janin, kerusakan otek, mikrosefali, atau cacat

    bawaan lainnya.

    f. Infeksi

    g. Stres

    h. Imunitas

    Rhesus atau ABO inkompabilitas sering menyebabkan abortus, hidrops

    fetalis, kern ikterus, atau lahir mati.

    i. Anoksia embrioMenurunnya oksigenasi janin menyebabkan bayi BBLR.

    2. Faktor Lingkungan Postnatal

    a. Lingkungan biologis

    1) Ras/ suku bangsa

    2) Jenis kelamin

    3) Umur

    4) Gizi5) Perawatan kesehatan

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    9/35

    6) Kepekaan terhadap penyakit

    7) Penyakit kronis

    8) Fungsi metabolism

    9) Hormon

    b. Faktor fisik

    1) Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah

    2) Sanitasi

    3) Keadaan rumah

    4) Radiasi

    c. Faktor psikososial

    1) Stimulasi

    2) Motivasi belajar

    3) Ganjaran/ hukuman yang wajar

    4) Kelompok sebaya

    5) Stres

    6) Sekolah

    7) Cinta dan kasih sayang

    8) Kualitas interaksi anak-orang tua

    d. Faktor keluarga dan adat istiadat

    1) Pekerjaan/ pendapatan keluarga

    2) Pendidikan orang tua

    3) Jumlah saudara

    Jumlah anak dan jarak anak memengaruhi terpenuhinya kebutuhan

    anak.

    4) Jenis kelamin dalam keluarga

    Pada masyarakat tradisional, wanita mempunyai status yang lebih

    rendah dibandingkan laki-laki.

    5) Stabilitas rumah tangga

    6) Kepribadian orang tua

    7) Adat istiadat dan norma

    8) Agama

    9) Urbanisasi

    10) Kehidupan politik dalam masyarakat(Soetjiningsih, 2012)

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    10/35

    KEBUTUHAN DASAR ANAK

    Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang dikelompokkan menjadi tiga, yaitu

    asuh, asih dan asah(Soetjiningsih, 2012).

    1. Asuh (kebutuhan fisik-biomedis)Yang termasuk kebutuhan asuh adalah :

    a. Nutrisi yang mencukupi dan seimbang.

    Pemberian nutrisi yang mencukupi pada anak harus sudah dimulai sejak

    dalam kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup memadai pada

    ibu hamil. Setelah lahir, harus diupayakan pemberian ASI secara eksklusif,

    yaitu anak hanya diberikan ASI saja sampai berumur 4-6 bulan. Sejak

    berumur enam bulan, sudah waktunya anak diberikan makanan tambahanatau makanan pendamping ASI. Pemberian makanan tambahan ini penting

    untuk melatih kebiasaan makan yang baik dan untuk memenuhi kebutuhan

    nutrisi yang mulai meningkat pada masa bayi dan prasekolah, karena pada

    masa ini pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi adalah sangat pesat,

    terutama pertumbuhan otak.

    b. Perawatan kesehatan dasar.

    Untuk mencapai keadaan kesehatan anak yang optimal diperlukan beberapaupaya, misalnya imunisasi, kontrol ke Puskesmas/Posyandu secara berkala

    atau diperiksakan segera ke dokter apabila anak sakit. Dengan upaya

    tersebut, keadaan kesehatan anak dapat dipantau secara dini, sehingga bila

    ada kelainan maka anak segera mendapatkan penanganan yang benar.

    c. Pakaian.

    Anak perlu mendapatkan pakaian yang bersih dan nyaman dipakai. Karena

    aktivitas anak lebih banyak, hendaknya pakaian terbuat dari bahan yang

    mudah menyerap keringat.

    d. Perumahan.

    Dengan memberikan tempat tinggal yang layak maka hal tersebut akan

    membantu anak untuk bertumbuh kembang secara optimal. Tempat tinggal

    yang layak tidak berarti rumah yang berukuran besar, tetapi bagaimana

    upaya orang tua untuk mengatur rumah menjadi sehat, cukup ventilasi serta

    terjaga kebersihan dan kerapiannya, tanpa memperdulikan berapapun

    ukurannya.

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    11/35

    e. Higienis diri dan lingkungan.

    Kebersihan badan dan lingkungan yang terjaga berarti sudah mengurangi

    risiko tertularnya berbagai penyakit. Selain itu, lingkungan yang bersih akan

    memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan aktivitas bermain

    secara aman.

    f. Kesegaran jasmani (olahraga dan rekreasi).

    Aktivitas olahraga dan rekreasi digunakan untuk melatih kekuatan otot-otot

    tubuh dan membuang sisa metabolisme. Selain itu juga membantu

    meningkatkan motorik anak dan aspek perkembangan lainnya. Aktivitas

    olahraga dan rekreasi bagi anak merupakan aktivitas bermain yang

    menyenangkan.

    2. Asih (kebutuhan emosi dan kasih sayang)

    Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang dapat dimulai sedini

    mungkin. Bahkan sejak anak berada dalam kandungan, perlu diupayakan kontak

    psikologis antara ibu dan anak, misalnya dengan mengajak berbicara atau

    mengelusnya. Setelah lahir, upaya tersebut dapat dilakukan dengan

    mendekapkan bayi ke dada ibu segera setelah lahir. Ikatan emosi dan kasih

    sayang yang erat antara ibu/orang tua dengan anak sangatlah penting karena

    berguna untuk menentukan perilaku anak dikemudian hari, merangsang

    perkembangan otak anak serta merangsang perhatian anak tehadap dunia luar.

    Oleh karena itu, kebutuhan asih ini meliputi :

    a. Kasih sayang orang tua.

    Orang tua yang harmonis akan mendidik dan membimbing anak dengan

    penuh kasih sayang. Kasih sayang tidak berarti memanjakan atau tidak

    pernah memarahi, tetapi bagaimana orang tua menciptakan hubungan yang

    hangat dengan anak sehingga anak merasa aman dan senang.

    b. Rasa aman.

    Adanya interaksi yang harmonis antara orang tua dan anak akan memberikan

    rasa aman bagi anak untuk melakukan aktivitas sehari-harinya.

    c. Harga diri.

    Setiap anak ingin diakui keberadaan dan keinginannya. Apabila anak

    diacuhkan, maka hal ini dapat menyebabkan frustasi pada anak.

    d. Dukungan atau dorongan.

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    12/35

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    13/35

    Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan di atas normal dan

    gangguan pertumbuhan di bawah normal. Pemantauan berat badan menggunakan

    KMS (Kartu Menuju Sehat) dapat dilakukan secara mudah untuk mengetahui

    pola pertumbuhan anak. Menurut Soetjiningsih (2003) bila grafik berat badan

    anak lebih dari 120% kemungkinan anak mengalami obesitas atau kelainan

    hormonal. Sedangkan, apabila grafik berat badan di bawah normal kemungkinan

    anak mengalami kurang gizi, menderita penyakit kronis, atau kelainan hormonal.

    Lingkar kepala juga menjadi salah satu parameter yang penting dalam

    mendeteksi gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Ukuran lingkar

    kepala menggambarkan isi kepala termasuk otak dan cairan serebrospinal.

    Lingkar kepala yang lebih dari normal dapat dijumpai pada anak yang menderita

    hidrosefalus, megaensefali, tumor otak ataupun hanya merupakan variasi normal.

    Sedangkan apabila lingkar kepala kurang dari normal dapat diduga anak

    menderita retardasi mental, malnutrisi kronis ataupun hanya merupakan variasi

    normal. Deteksi dini gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran juga perlu

    dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya gangguan yang lebih berat. Jenis

    gangguan penglihatan yang dapat diderita oleh anak antara lain adalah maturitas

    visual yang terlambat, gangguan refraksi, juling, nistagmus, ambliopia, buta

    warna, dan kebutaan akibat katarak, neuritis optik, glaukoma, dan lain

    sebagainya. (Soetjiningsih, 2003). Sedangkan ketulian pada anak dapat dibedakan

    menjadi tuli konduksi dan tuli sensorineural. Menurut Hendarmin (2000), tuli

    pada anak dapat disebabkan karena faktor prenatal dan postnatal. Faktor prenatal

    antara lain adalah genetik dan infeksi TORCH yang terjadi selama kehamilan.

    Sedangkan faktor postnatal yang sering mengakibatkan ketulian adalah infeksi

    bakteri atau virus yang terkait dengan otitis media.

    2. Gangguan perkembangan motorikPerkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah

    satu penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot atau

    penyakit neuromuskular. Anak dengan serebral palsi dapat mengalami

    keterbatasan perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia,

    atau hipotonia. Kelainan sumsum tulang belakang seperti spina bifida juga dapat

    menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik. Penyakit neuromuscular

    sepeti muscular distrofi memperlihatkan keterlambatan dalam kemampuan berjalan. Namun, tidak selamanya gangguan perkembangan motorik selalu

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    14/35

    didasari adanya penyakit tersebut. Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga

    dapat mempengaruhi keterlambatan dalam perkembangan motorik. Anak yang

    tidak mempunyai kesempatan untuk belajar seperti sering digendong atau

    diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai

    kemampuan motorik.

    3. Gangguan perkembangan bahasa

    Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh system perkembangan anak.

    Kemampuan berbahasa melibatkan kemapuan motorik, psikologis, emosional,

    dan perilaku (Widyastuti, 2008). Gangguan perkembangan bahasa pada anak

    dapat diakibatkan berbagai faktor, yaitu adanya faktor genetik, gangguan

    pendengaran,intelegensia rendah, kurangnya interaksi anak dengan lingkungan,

    maturasi yang terlambat, dan faktor keluarga. Selain itu, gangguan bicara juga

    dapat disebabkan karena adanya kelainan fisik seperti bibir sumbing dan serebral

    palsi. Gagap juga termasuk salah satu gangguan perkembangan bahasa yang

    dapat disebabkan karena adanya tekanan dari orang tua agar anak bicara jelas

    (Soetjingsih, 2003).

    4. Gangguan Emosi dan Perilaku

    Selama tahap perkembangan, anak juga dapat mengalami berbagai gangguan

    yang terkait dengan psikiatri. Kecemasan adalah salah satu gangguan yang

    muncul pada anak dan memerlukan suatu intervensi khusus apabila

    mempengaruh interaksi sosial dan perkembangan anak. Contoh kecemasan yang

    dapat dialami anak adalah fobia sekolah, kecemasan berpisah, fobia sosial, dan

    kecemasan setelah mengalami trauma. Gangguan perkembangan pervasif pada

    anak meliputi autisme serta gangguan perilaku dan interaksi sosial. Menurut

    Widyastuti (2008) autism adalah kelainan neurobiologis yang menunjukkan

    gangguan komunikasi, interaksi, dan perilaku. Autisme ditandai dengan

    terhambatnya perkembangan bahasa, munculnya gerakan-gerakan aneh seperti

    berputar-putar, melompat-lompat, atau mengamuk tanpa sebab.

    Terdapat 3 pola gangguan pertumbuhan, yaitu:

    a. Tipe I

    Berat badan lebih tertekan daripada tinggi badan, lingkaran kepala tidak

    terganggu pertumbuhannya.

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    15/35

    - Umumnya karena masukan kalori tidakcukup, pengeluaran kalori yang

    berlebihan, masukan kalori yang berlebihan, atau ketidakmampuan tubuh

    perifer menggunakan kalori. Kebanyakan kasus merupakan akibat dari

    kegagalan pada penyampaian (delivery) ke jaringan yang dituju.

    - Kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor kemiskinan, kesenjangan

    hubungan pengasuh dan anak, pola makan yang abnormal atau kombinasi

    dari faktor-faktor tersebut.

    b. Tipe II.

    Ditandai oleh tubuh kecil yang proporsional, lingkaran kepala dalam batas

    normal.

    - Berkaitan dengan faktor genetik pada perawakan pendek, endokrinopati,

    pertumbuhan lambat konstitusional, penyakit jantung atau ginjal, displasia

    tulang.

    c. Tipe III

    Ditandai oleh ketiga parameter (tinggi, berat dan lingkaran kepala) di bawah

    normal

    - Tipe ini berkaitan dengan Susunan Syaraf Pusat yang abnormal, defek pada

    kromosom, dan gangguan perinatal (Irwanto, 2006).

    PEMERIKSAAN DENVER II

    Definisi

    Salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Test

    ini bukan test diagnostic atau test IQ.

    Tujuan

    1. Untuk mengetahui dan mengikuti proses perkembangan anak.

    2. Untuk mengatasi secara dini bila ditemukan kelainan perkembangan.

    Manfaat

    1. Untuk mengetahui tahap perkembangan yang telah dicapai anak.

    2. Untuk menemukan adanya keterlambatan perkembangan anak sedini mungkin.

    3. Untuk meningkatkan kesadaran orang tua atau pengasuh anak untuk berusaha

    menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan.

    Tahapan

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    16/35

    1. Tahap pertama, dilakukan pada usia: 0-6 tahun.

    a. 3-6 bulan

    b. 9-12 bulan

    c. 18-24 bulan

    d. 3 tahun

    e. 4 tahun

    f. 5 tahun

    2. Tahap kedua, dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan

    perkembangan pada tahap pertama, kemudian dilanjutkan dengan evaluasi

    diagnostik yang lengkap.

    AspekyangdinilaiAda 125 tugas perkembangan yang dinilai, yang dikelompokkan menjadi 4 sektor,

    yaitu:

    1. Sektor personal sosial

    Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri bersosialisasi dan

    berinteraksi dengan lingkungan.

    2. Sektor gerakan motorik halus

    Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamatisesuatu, melakukan kegiatan yang melibatkan gerakan-gerakan tubuh tertentu

    yang dilakukan otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.

    3. Sektor bahasa

    Yaitu kemampuan untuk memberikan reflek terhadap suara, mengikuti perintah,

    dan berbicara spontan.

    4. Sektor gerakan motorik kasar

    Yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh dan biasanya

    memerlukan tenaga karena dilakukan otot-otot besar.

    Skoring

    1. Passed atau lulus (P/L): anak melakukan uji coba dengan baik, atau ibu/ pengasuh

    anak memberi laporan tepat/ dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukannya.

    2. Failure atau gagal (F/G): anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik atau

    ibu/ pengasuh anak memberi laporan (tepat) bahwa anak tidak dapat

    melakukannya dengan baik.3. Refuse atau menolak (R/M): anak menolak untuk melakukan uji coba.

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    17/35

    4. No opportunity (tidak ada kesempatan): anak tidak mempunyai kesempatan untuk

    melakukan uji coba karena ada hambatan. Skor ini hanya boleh dipakai pada uji

    coba dengan tanda R.

    Interpretasi Penilaian Individual

    1. Lebih ( advanced )

    Bilamana seorang anak lewat pada uji coba yang terletak di kanan garis umur,

    dinyatakan perkembangan anak lebih pada uji coba tersebut.

    2. Normal

    Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan tugas perkembangan di sebelahkanan garis umur dikategorikan sebagai normal.

    Demikian juga bila anak lulus (P), gagal (F) atau menolak (R) pada tugas

    perkembangan di mana garis umur terletak antara persentil 25 dan 75, maka

    dikategorokan sebagai normal.

    3. Caution / peringatan

    Bila seorang anak gagal (F) atau menolak tugas perkembangan, di mana garis

    umur terletak pada atau antara persentil 75 dan 90.

    4. Delay / keterlambatan

    Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) melakukan uji coba yang terletak

    lengkap di sebelah kiri garis umur.

    5. No opportunity / tidak ada kesempatan

    P

    RF

    RFP

    RF

    FR

    RF

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    18/35

    Pada tugas perkembangan yang berdasarkan laporan, orang tua melaporkan

    bahwa anaknya tidak ada kesempatan untuk melakukan tugas perkembangan

    tersebut. Hasil ini tidak dimasukkan dalam mengambil kesimpulan.

    Kesimpulan

    1. Abnormal

    - Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih.

    - Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan plus 1

    sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut

    tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.2. Meragukan

    - Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.

    - Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang

    sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal

    usia.

    3. Tidak dapat dites

    Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal ataumeragukan.

    4. Normal

    Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.

    NONO

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    19/35

    KRITERIA USIA ANAK

    Tahapan tumbuh kembang anak yang terbagi menjadi dua, yaitu masa pranatal

    danmasa postnatal.Setiap masa tersebut memiliki ciri khas dan perbedaan dalamanatomi,fisiologi, biokimia, dan karakternya.

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    20/35

    Masa pranatal adalah masa kehidupan janin di dalam kandungan.Masa ini

    dibagimenjadi dua periode, yaitu masa embrio dan masa fetus.Masa embrio adalah

    masa sejakkonsepsi sampai umur kehamilan 8 minggu, sedangkan masa fetus adalah

    sejak umur 9minggu sampai kelahiran.

    Masa postnatal atau masa setelah lahir terdiri dari lima periode. Periode

    pertamaadalah masa neonatal dimana bayi berusia 0 - 28 hari dilanjutkan masa bayi

    yaitu sampaiusia 2 tahun. Masa prasekolah adalah masa anak berusia 2 6 tahun.

    Sampai denganmasa ini, anak laki-laki dan perempuan belum terdapat perbedaan,

    namun ketika masukdalam masa selanjutnya yaitu masa sekolah atau masa pubertas,

    perempuan berusia 6 10tahun, sedangkan laki-laki berusia 8 - 12 tahun. Anak

    perempuan memasuki masaadolensensi atau masa remaja lebih awal dibanding anak

    laki-laki, yaitu pada usia 10 tahundan berakhir lebih cepat pada usia 18 tahun. Anak

    laki-laki memulai masa pubertas padausia 12 tahun dan berakhir pada usia 20 tahun

    (Tanuwijaya, 2003).

    Langkah4 :Menginventarisasi permasalahan-permasalahan secara sistematis

    dan pernyataan sementara mengenai permasalahan-permasalahan pada langkah

    3.Keluhan pada anak di

    Tahapan tumbuh kembang

    Skrining penilaian tumbuh dan

    Jenis-jenis gangguanpertumbuhan dan perkembangan

    Faktor yang mempengaruhi tumbuh

    Penatalaksanaan gangguanpertumbuhan dan perkembangan

    ada anak

    Definisi tumbuh kembang

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    21/35

    Langkah 5 : Merumuskan tujuan pembelajaran.

    1. Apa saja kelainan tumbuh kembang pada anak?

    2. Bagaimana terapi dan tatalaksana yang harus dilakukan pada anak yang

    mengalami kelainan tumbuh kembang?

    Langkah 6 : Mengumpulkan informasi tambahan di luar waktu diskusi

    kelompok.

    Langkah 7 : Melaporkan, membahas, dan menata kembali informasi baru

    yang diperoleh.

    1. Apa saja kelainan tumbuh kembang pada anak?

    2. Bagaimana terapi dan tatalaksana yang harus dilakukan pada anak yang

    mengalami kelainan tumbuh kembang?

    KELAINAN TUMBUH KEMBANG ANAK

    1. Gangguan perkembangan bicara

    70 % anak dengan keterlambatan bicara dari anak cerebral palsy (CP), tapi tidak

    semua anak CP terlambat bicara.

    a. Speech delayed: keterlambatan bicara

    Perlu dilakukan screening pendengaran apakah tuli atau tidak tuli

    (kurang stimulasi, dll). Karena ada anak yang tidak bicara karena tuli

    sehingga tidak mampu menangkap stimulasi.

    Sering pada kasus Retardasi Mental, Cerebral Palsy, Autism Pemeriksaan: Neuro, THT, psikologi Contoh: 17 bulan belum bisa kata tunggal, 36 bulan belum bisa 3 kata

    b. Speech disorder: gangguan bicara/ kacau

    Meliputi:

    Kesalahan artikulasi (ucapan tidak dipahami)

    Contoh: baby talk, lisping (ngomong cepat/ bergumam, tidak jelas)

    Gangguan fonasi/ bunyi

    Misal: suara hidung (bindeng), suara serak dan kering, pada anak dengan

    kelainan bentuk mulut (sumbing)

    Ganguan ritme

    Bisa karena trauma psikologis, anak dimarahi

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    22/35

    Contoh: stuttering (gagap) di awal, tengah, akhir

    2. Gangguan intelektual

    a. Retardasi Mental Faktor Penyebab:

    - Masa pranatal: ibu terkena infeksi TORCH, trauma, sakit jiwa, gizi

    kurang, dll

    - Masa kelahiran: prematur, BBLR, alat (vac, forceps)- Masa post natal: penyakit, trauma, gizi kurang, dll

    Klasifikasi:- Retardasi mental ringan (debil):

    IQ= 50-70

    Umur mental setara anak 6-12 tahun waktu sudah tua, dapat

    disekolahkan di SLB C.

    - Retardasi mental sedang (imbisil):

    IQ= 26-49

    Umur mental setara anak 3-5 tahun, tidak bisa disekolahkan, tapi

    bisa dilatih untuk satu keterampilan tertentu (kencing dan mandi

    sendiri).

    - Retardasi mental berat (idiot):

    IQ= 0-2

    Umur mental setara anak 0-3 tahun, tidak bisa apa-apa, mudah

    terkena infeksi sehingga biasanya tidak hidup lama, terus menerus

    seperti bayi, tidak bisa berjalan.

    b. Lambat belajar

    Anak dengan lambat belajar mengalami kesulitasn belajar di sekolah:

    Kesulitan belajar membaca khas Kesulitan berhitung khas Kesulitan konsentrasi (tidak dapat menyelesaikan tugas tapi tidak

    hiperaktif)

    (Murti, 2005)

    GANGGUAN PERKEMBANGAN NEUROLOGIS

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    23/35

    GPN lebih sering terlihat sebelum anak berumur 2,5 tahun, karena terdapat

    keluhan bayi/anak terlambat dalam mencapai milestone nya (patokan perkembangan),

    misalnya bayi/anak belum bisa bicara atau berjalan.

    Secara garis besar faktor-faktor penyebab GPN dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

    1. Faktor prenatal

    Sepeti defek gen/kromosom, kesehatan ibu selama hamil, keadaan gizi,

    emosional ibu. Penyakit menahun pada ibu hamil seperti: tuberculosis, hipertensi,

    diabetes mellitus, anemia. Termasuk penggunaan narkotika, alcohol, merokok,

    usaha menggugurkan janin. Infeksi virus pada ibu hamil seperti:

    cytomegalovirus, toxoplasmosis. Anoksia dalam kehamilan, terkena radiasi sinar

    X, plasenta previa. Penggunaan obat-obat yang dapat menimbulkan efek

    teratogenesis.

    Efek teratogenesis adalah defek anatomi, pertumbuhan pada janin yang meliputi:

    Defek struktur/fungsi organ janin Pertumbuhan janin terhambat Kematian janin Kegagalan implantasi dan pertumbuhan embrio Gangguan neurologic: obat yang mempengaruhi mielinisasi jaringan saraf,

    efek karsinogenesis pada neonatal/anak

    Abnormalitas atau retardasi mental

    Obat-obat yang dapat menimbulkan efek teratogenesis, yaitu:

    Metotreksat, siklofosfamid, fenitoin, barbiturate, benzodiazepine, warfarin:

    defek SSP

    ACE inhibitor: gagal ginjal Danazol/obat androgenic: maskulinisasi pada janin perempuan Talidomid: defek organ interna Tertrasiklin: defek pertumbuhan gigi dan tulang NSAID: konstriksi duktus arteriosus, enterokolitis

    (Prawirohardjo, 2009)

    2. Faktor perinatal

    Keadaan perinatal yang berkaitan dengan GPN seperti: asfiksia, trauma lahir,

    hipoglikemia dengan glukosa darah

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    24/35

    hiperbilirubinemia terutama bila bilirubin indirek melewati sawar darah otak

    sehingga terjadi ensefalopati biliaris (kernicterus).

    3. Faktor pascanatal

    Infeksi (meningitis, ensefalitis, meningoensefalitis, infeksi bagian tubuh lain

    yang menahun), trauma kapitis, tumor otak, gangguan pembuluh darah otak,

    epilepsy, kelainan tulang tengkorak (kraniosinostosis), gangguan endokrin dan

    metabolic, keadaan social ekonomi rendah, malnutrisi.

    http://eprints.undip.ac.id/29394/3/Bab_2.pdf

    GANGGUAN PERKEMBANGAN PERVASIF

    Kelompok gangguan ini ditandai dengan kelainan kualitatif dalam interaksi

    social yang timbal balik dan dalam pola komunikasi, serta minat dan aktivitas yang

    terbatas, stereotipik, berulang.Kelainan kualitatif ini menunjukkan gambaran yang

    pervasive dari fungsi-fungsi individu dalam semua situasi, meskipun dapat berbeda

    dalam derajat keparahan.

    Autisme Masa Kanak

    Kelainan/hendaya perkembangan muncul sebelum usia 3 tahun, dan dengan

    cirri kelainan fungsi dalam tiga bidang: interaksi social, komunikasi, dan perilakuyang terbatas dan berulang.

    Hendaya interaksi social yang timbal balik berbentuk apresiasi yang tidak

    adekuat terhadap isyarat sosio-emosional, kurangnya modulasi terhadap perilaku,

    buruk dalam menggunakan isyarat social, integrasi lemah dalam perilaku social,

    komunikatif.

    Hendaya komunikasi berbentuk kurangnya penggunaan keterampilan bahasa,

    permainan imaginative, keserasian buruk, buruknya keluwesan dalam bahasa

    ekspresif dan kreativitas dan fantasi terhadap ungkapan verbal atau nonverbal,

    variasi irama.

    Pola perilaku , minat dan kegiatan yang terbatas, berulang dan streotipik.

    Kecenderungan bersikap kaku.

    Seemua tingkatan IQ dapat ditemukan dalam autisme, tetapi tiga perempat kasus

    secara signifikan terdapat retardasi mental.

    Sindrom Rett

    http://eprints.undip.ac.id/29394/3/Bab_2.pdfhttp://eprints.undip.ac.id/29394/3/Bab_2.pdfhttp://eprints.undip.ac.id/29394/3/Bab_2.pdf
  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    25/35

    Terjadi pada usia 7-24 bulan. Pola perkembangan awal yang tampak normal,

    diikuti dengan kehilangan keterampilan tangan dan berbicara,

    kemunduran/perlambatan pertumbuhan kepala.Bersifat progressive motor

    deterioration.

    Gejala khas adalah kehilangan kemampuan gerakan tangan yang

    bertujuan.gerakan mencuci tangan yang stereotipik, membasahi tangan dengan

    ludah, hambatan dalam mengunyah makanan, gangguan pengaturan buang air.

    Anak tetap dapat senyum social, menatap seseorang dengan kosong Cara berdiri dan berjalan cenderung melebar (broad based), otot hipotonik,

    ataksia, skoliosis maupun kifoskoliosis. Atrofi spinal dan disabilitas motorik

    berat saat remaja. Serangan epileptic mendadak.

    Gangguan Disintegrasi Masa Kanak

    Perkembangan normal sampai usia 2 tahun. terjadi regresi berat dalam

    kemampuan berbahasa, bermain, interaksi social, perilaku adaptif, hilangnya

    pengendalian buang air, kemerosotan pengendalian motorik. Hilangnya secara

    menyeluruh perhatian/minat terhadap lingkungan, hendaya interaksi social,

    komunikasi seperti dengan autism.

    Sindrom Asperger

    Tidak adanya hambatan/keterlambatan umum dalam perkembangan bahasa

    atau kognitif, adanya defisiensi kualitatif interaksi social timbale balik, adanya pola

    perilaku, perhatian dan aktivitas yang terbatas berulang dan stereotipik.

    Autisme

    Depdiknas menyatakan bahwa autisme adalah suatu gangguan perkembangan

    yang kompleks menyangkut gangguan komunikasi, interaksi sosial dan imajinasi

    yang biasanya muncul pada usia 1- 3 tahun. Seorang anak dapat dikatakan termasuk

    autisme, bila ia memiliki hambatan perkembangan di tiga aspek yaitu hambatan

    dalam interaksi sosial emosional, dalam komunikasi timbal balik, dan minat yang

    terbatas disertai gerakan gerakan berulang tanpa tujuan, gejala gejala tersebut

    sudah terlihat sebelum usia 3 tahun (http://www.kemdiknas.go.id/autisme.html )

    Gejala autisme

    http://www.kemdiknas.go.id/autisme.htmlhttp://www.kemdiknas.go.id/autisme.htmlhttp://www.kemdiknas.go.id/autisme.htmlhttp://www.kemdiknas.go.id/autisme.html
  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    26/35

    Usia Interaksi Sosial

    0 6

    bulan

    1. Bayi tampak selalu tenang (jarang menangis)

    2. Terlalu sensitif, cepat terganggu

    3. Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi

    4. Tidak babbling (mengoceh)

    5. Tidak ditemukan senyuman sosial diatas 10 minggu

    6. Tidak ada kontak mata diatas umur 3 tahun

    7. Perkembangan motor kasar / halus sering tampak normal

    6 12

    bulan

    1. Bayi tampak selalu tenang (jarang menangis)

    2. Terlalu sensitif, cepat terganggu

    3. Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi

    4. Sulit bila digendong

    5. Tidak babbling (mengoceh)

    6. Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan

    7. Tidak ditemukannya senyuman sosial

    8. Tidak ada kontak mata

    9. Perkembangan motor kasar / halus sering tampak normal

    1 2

    tahun

    1. Kaku bila digendong

    2. Tidak mau bermain permainann sedeerhana (cilukba)

    3. Tidak mengeluarkan kata, tidak tertarik pada boneka

    4. Memperhatikan tangannya sendiri

    5. Terdapat keterlambatan dan perkembagan motor kasaar

    6. Mungkin tidak dapat menerima makanan cair

    2 3

    tahun

    1. Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain

    2. Melihat orang sebagai benda

    3. Kontak mata terabtaas

    4. Tertarik pada benda tertentu

    5. Kaku bila digendong

    4 5

    tahun

    1. Sering didapatkan echolalia (membeo)

    2. Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar)

    3. Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah

    4. Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala)

    5. Tempramen tantrum atau agresif

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    27/35

    Retardasi Mental

    American Association on Mental Deficiency (AAMD) membuat definisi

    retardasi mental yang kemudian direvisi oleh Rick Heber (1961) sebagai suatu

    penurunan fungsi intelektual secara menyeluruh yang terjadi pada masa

    perkembangan dan dihubungkan dengan gangguan adaptasi sosial. Ada 3 hal penting

    yang merupakan kata kunci dalam definisi ini yaitu penurunan fungsi intelektual,

    adaptasi sosial, dan masa perkembangan.Penurunan fungsi intelektual secara umum

    menurut definisi Rick Heber diukur berdasarkan tes intelegensia standar paling sedikit

    satu deviasi standar (1 SD) di bawah rata-rata.Periode perkembangan mental menurut

    definisi ini adalah mulai dari lahir sampai umur 16 tahun.Gangguan adaptasi sosialdalam definisi ini dihubungkan dengan adanya penurunan fungsi intelektual.Menurut

    definisi ini tidak ada kriteria bahwa retardasi mental tidak dapat diperbaiki seperti

    definisi retardasi mental sebelumnya.

    a. Retardasi mental ringan

    Retardasi mental ringan dikategorikan sebagai retardasi mental dapat

    dididik (educable). Anak mengalami gangguan berbahasa tetapi masih mampu

    menguasainya untuk keperluan bicara sehari-hari dan untuk wawancara klinik.Umumnya mereka juga mampu mengurus diri sendiri secara independen (makan,

    mencuci, memakai baju, mengontrol saluran cerna dan kandung kemih), meskipun

    tingkat perkembangannya sedikit lebih lambat dari ukuran normal. Kesulitan

    utama biasanya terlihat pada pekerjaan akademik sekolah, dan banyak yang

    bermasalah dalam membaca dan menulis. Dalam konteks sosiokultural yang

    memerlukan sedikit kemampuan akademik, mereka tidak ada masalah. Tetapi jika

    ternyata timbul masalah emosional dan sosial, akan terlihat bahwa mereka

    mengalami gangguan, misal tidak mampu menguasai masalah perkawinan atau

    mengasuh anak, atau kesulitan menyesuaikan diri dengan tradisi budaya.

    b. Retardasi mental sedang

    Retardasi mental sedang dikategorikan sebagai retardasi mental dapat

    dilatih (trainable). Pada kelompok ini anak mengalami keterlambatan

    perkembangan pemahaman dan penggunaan bahasa, serta pencapaian akhirnya

    terbatas. Pencapaian kemampuan mengurus diri sendiri dan ketrampilan motor

    juga mengalami keterlambatan, dan beberapa diantaranya membutuhkan

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    28/35

    pengawasan sepanjang hidupnya. Kemajuan di sekolah terbatas, sebagian masih

    bisa belajar dasardasar membaca, menulis dan berhitung.

    c. Retardasi mental berat

    Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental

    sedang dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan yang

    terkait. Perbedaan utama adalah pada retardasi mental berat ini biasanya

    mengalami kerusakan motor yang bermakna atau adanya defisit neurologis.

    d. Retardasi mental sangat berat

    Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat terbatas

    kemampuannya dalam mengerti dan menuruti permintaan atau instruksi.

    Umumnya anak sangat terbatas dalam hal mobilitas, dan hanya mampu pada

    bentuk komunikasi nonverbal yang sangat elementer.

    TatalaksanaRetardasi Mental :

    a. Tatalaksana Medis

    Obat-obat yang sering digunakan dalam pengobatan retardasi mental

    adalah terutama untuk menekan gejala-gejala hiperkinetik. Metilfenidat (ritalin)

    dapat memperbaiki keseimbangan emosi dan fungsi kognitif. Imipramin,

    dekstroamfetamin, klorpromazin, flufenazin, fluoksetin kadang-kadangdipergunakan oleh psikiatri anak. Untuk menaikkan kemampuan belajar pada

    umumnya diberikan tioridazin (melleril), metilfenidat, amfetamin, asam glutamat,

    gamma aminobutyric acid (GABA).

    b. Rumah Sakit/Panti Khusus

    Penempatan di panti-panti khusus perlu dipertimbangkan atas dasar:

    kedudukan sosial keluarga, sikap dan perasaan orangtua terhadap anak, derajat

    retardasi mental, pandangan orangtua mengenai prognosis anak, fasilitas

    perawatan dalam masyarakat, dan fasilitas untuk membimbing orangtua dan

    sosialisasi anak. Kerugian penempatan di panti khusus bagi anak retardasi mental

    adalah kurangnya stimulasi mental karena kurangnya kontak dengan orang lain

    dan kurangnya variasi lingkungan yang memberika kebutuhan dasar bagi anak.

    c. Psikoterapi

    Psikoterapi dapat diberikan kepada anak retardasi mental maupun kepada

    orangtua anak tersebut. Walaupun tidak dapat menyembuhkan retardasi mental

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    29/35

    tetapi dengan psikoterapi dan obat-obatan dapat diusahakan perubahan sikap,

    tingkah laku dan adaptasi sosialnya.

    d. Konseling

    Tujuan konseling dalam bidang retardasi mental ini adalah menentukan

    ada atau tidaknya retardasi mental dan derajat retardasi mentalnya, evaluasi

    mengenai sistem kekeluargaan dan pengaruh retardasi mental pada keluarga,

    kemungkinan penempatan di panti khusus, konseling pranikah dan pranatal.

    e. Pendidikan

    Pendidikan yang penting disini bukan hanya asal sekolah, namun

    bagaimana mendapatkan pendidikan yang cocok bagi anak yang terbelakang ini.

    Terdapat empat macam tipe pendidikan untuk retardasi mental.

    Kelas khusus sebagai tambahan dari sekolah biasa Sekolah luar biasa C Panti khusus Pusat latihan kerja (sheltered workshop) (Sularyo, 2000).

    Cerebral palsy (CP)

    Cerebral palsy (CP) adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi

    pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak mengenai sel-sel motorik di dalamsusunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat

    pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya. Gangguan neurologik ini

    menyebabkan cacat menetap.Cerebral palsy terjadi akibat kerusakan atau gangguan

    pada otak yang sedang tumbuh (belum matang). Otak dianggap matang kira kira pada

    usia 4 tahun, sedangkan menurut The American Academy for Cerebral Palsy batas

    kematangan otak adalah 5 tahun. Adapula beberapa penelitian yang menyebutkan

    bahwa kematangan otak terjadi pada usia 8 9 tahun.

    PenatalaksanaanCP :

    Perawatan pada anak CP memerlukan pengertian dan kerja sama yang

    baik dari pihak orang tua/keluarga penderita. Hal ini akan tercapai dengan baik

    jika diorganisasi terpadu pada satu pusat klinik khusus. Cerebral palsy yang

    dikelola tenaga tenaga dari pelbagai multidisipliner ( misal: dokter anak, neurologis,

    ahli bedah ortopedi, bedah saraf, THT, guru luar biasa)

    a. Obat obatan

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    30/35

    1. Obat anti spastisitas

    Biasanya indikasi pembarian obat obatan anti spastisitas pada penderita

    C.P. karena :

    Spastisitas penderita sangat hebat yang disertai rasa nyeri sehingga

    mengganggu program rehabilitasi.

    Keadaan hiperefleksi yang sangant mengganggu fungsi motorik

    (misalnya: ada klonus kaki yang hebat)

    Kontraksi pleksi pada tungkai yang progresif. Spasitisitas penderita yang mempersulit perawatan.

    2. Obat psikotropik

    3. Antikonvulsan

    b. Tindakan ortopedi

    Salah satu indikasi dilakukan tindakan ortopedi jika sudah terjadi

    deformitas akibat proses spasme otot atau telah terjadi kontraktur pada otot

    dan tendon. Dalam hal ini harus dipertimbangkan secara matang beberapa

    factor sebelum melakukan tindakan bedah.

    c. Fisioterapi

    Fisioterapi merupakan salah satu terapi dasar bagi penderita C.P fisioterapi

    yang cepat dilaksanakan pada penderita yang masih muda pada tahap dini

    manfaatnya jauh lebih nyata jika dibandingkan dengan penderita yang lebih

    lambat. Satu hal yang perlu ditekan kan pada orang tua didalam membantu

    pelaksanaan fisioterpi sang anak berada dirumah.

    Prognosis :

    Di negara yang telah maju misalnya inggris dan skandinvia terdapat 20-25%

    penderita cerebral palsy sebagai buruh penuh dan 30-50% tinggal di institutecerebral palsy. Prognosis penderita dengan gejala motorik yang ringan adalah

    baik, makin banyak gejala penyertanya dan makin berat gejala motoriknya, makin

    buruk prognosisnya (Soetjiningsih, 2012).

    TATALAKSANA PENILAIAN TUMBUH KEMBANG

    1. Anamnesa : keluhan orangtua dan riwayat tumbuh kembang (lisan dan tertulis/

    kuesioner skrining perkembangan anak).

    2. Pemeriksaan :

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    31/35

    a. Observasi dan pemeriksaan (bentuk mukan, tubuh , tindak tanduk anak,

    hubungan anak dengan orang tuanya/ pengasuhnya, sikap anak terhadap

    pemeriksa).

    b. Pengukuran anthropometri :

    Rutin : tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lingkaran lengan.

    Atas indikasi : lingkaran dada, panjang lengan (armspan), panjang tungkai,

    tenal kulit (skinfold).

    3. Penilaian pertumbuhan.

    Plot pada kurva pertumbuhan yang sesuai dengan stansar yang dipakai

    4. Penialain maturiatas

    a. Pertumbuhan pubertas (Tanner):

    Anak perempuan ( payudara, haid, rambut pubis)

    Anak laki-laki (testis, penis, rambut pubis)

    Umur tulan (bone age)

    5. Penilaian perkembangan :

    Skrinning dengan instru,em Denver II, Munchen, Bayley, Stanford binner atau

    lainnya.

    Pilihlah tes yang paling dikuasai pemeriksa.

    6. Pemeriksaan lain yang diperlukan atas indikasi :

    a. Radiologi : umur tulang (Bone Age), Foto tengkorak, CT Scan/ MRI.

    b. Laboratorium :

    darah (umum atau hormonal)

    urine tergantung penyakit atau kelainan organik yang mendasari.

    c. Fungsi pendengatan (TDD)

    d. Fungsi penglihayan (TLD), Funduskopi, lapang pandang

    e. Pemeriksaan potot (EMG)7. Klasifikasi / diagnosis kerja :

    Setelah dilakukan skrinning kemudian perlu ditetapka apakah anak termasuk

    kategori normal atau menyimpang (teralambat atau terlalu cepat dibandingkan

    dengan standar )

    8. Rujukan

    Menetapkan indikasi rujukan : dirujuk kemana danpersiapan apa saja yang

    diperlukan. Perlu dipersiapkan pada intervensi/tindkan infasif : information ofconsent kemudian disusul informed consent (Soetjiningsih, 2012).

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    32/35

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    33/35

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    1. Tumbuh kembang pada anak dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu

    faktor bawaan (genetik) dan lingkungan. Lingkungan yang baik akan

    memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan lingkungan yang

    kurang baik akan menghambatnya.

    2. Perkembangan anak pada fase awal terbagi menjadi 4 aspek kemampuan

    fungsional, yaitu motorik kasar, motorik halus dan penglihatan, berbicara

    dan bahasa, serta sosial emosi dan perilaku. Jika terjadi kekurangan pada

    salah satu aspek kemampuan tersebut dapat mempengaruhi perkembangan

    aspek yang lain.

    3. Penilaian tumbuh kembang anak dapat dilakukan sedini mungkin sejak

    anak dilahirkan, melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan

    tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi,

    penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas

    pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang.

    B. Saran

    1. Pentingnya ibu dalam ekologi anak, sebagai para genetik faktor, yaitu

    pengaruh biologisnya terhadap pertumbuhan janin dan perkembangan

    psikobiologisnya terhadap tumbuh kembang postnatal dan perkembangan

    kepribadian anak. Juga pentingnya menyusui dalam tumbuh kembang

    anak.

    2. Pemantauan perkembangan anak sangat penting, karena dengan

    pemantauan yang baik maka dapat dilakukan deteksi dini kelainan

    perkembangan. Sehingga intervensi dini dapat dilakukan dan tumbuh

    kembang anak dapat lebih optimal sesuai dengan kemampuan genetiknya.

    3. Untuk mahasiswa dalam melaksanakan diskusi tutorial diharapkan selalu

    aktif dalam berdiskusi dan terus belajar, karena ilmu hanya bisa didapat

    dengan belajar dan diharapkan lebih banyak menginput materi yang

    mendukung kasus dalam diskusi tutorial sehingga diskusi tutorial dapat

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    34/35

    berjalan dengan lacar dan kerelevanan info yang disampaikan juga harus

    diperhatikan.

  • 8/12/2019 LAPTUT PEDIATRI SKENARIO 3

    35/35

    DAFTAR PUSTAKA

    Irwanto, dkk. 2006. Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak.

    http://old.pediatrik.com/pkb/061022022956-57x6138.pdf (diakses pada 12

    Maret 2014)

    Maslim, Rusdi. 2003. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III .

    Jakarta: PT Nuh Jaya

    Murti S. 2005. Psikologi Perkembangan Anak. Surakarta: SMF Ilmu Kesehatan Anak

    RSUD dr. Moewardi

    Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan . Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono

    Prawirohardjo. Hlm: 935-944

    Soetjiningsih. 2003. Perkembangan Anak dan Permasalahannya . Jakarta: EGC

    Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak . Jakarta: EGC

    Sularyo, Titi Sunarwati. 2000. Retardasi Mental. Sari Pediatri . Vol 2 (3): 170-177

    Tanuwijaya, S. 2003. Konsep Umum Tumbuh dan Kembang . Jakarta: EGC

    Veskarisyanti, Galih A. 2008. Terapi Autis Paling Efektif Dan Hemat Untuk Autisme,

    Hiperaaktif, Dan Retardasi Mental . Yogyakarta, Pustaka Anggrek.

    Widyastuti, D, dan Widyani, R. 2001. Panduan Perkembangan Anak 0 Sampai 1

    Tahun. Jakarta: Puspa Swara

    http://old.pediatrik.com/pkb/061022022956-57x6138.pdfhttp://old.pediatrik.com/pkb/061022022956-57x6138.pdfhttp://old.pediatrik.com/pkb/061022022956-57x6138.pdf