laptut kelompok 6

34
BLOK 8 Laporan Tutorial Skenario 2 “Terkejut” Kelompok VI Anggota : Fita Nirma Listya (H1A011022) I Wayan Ryan Aditya (H1A011032) Indah Widya Astuti (H1A011035) Made Ayu Candramawati (H1A011042) Moh. Juliandi Sobri (H1A011046) Nadiah (H1A011048) Ni Wayan Pariastini (H1A011052) Nym. Krisna T. Wijaya (H1A011056) Sakinah Mar’ie Sanad (H1A011060) Sitti Shabrina Junita S. (H1A011063) Veny Rahmawati (H1A011068) Tutor : dr. Arfi Syamsun, Sp. KF,. M.Si. Med. FAKULTAS KEDOKTERAN

description

vh

Transcript of laptut kelompok 6

Page 1: laptut kelompok 6

BLOK 8

Laporan Tutorial Skenario 2

“Terkejut”

Kelompok VI

Anggota :

Fita Nirma Listya (H1A011022)

I Wayan Ryan Aditya (H1A011032)

Indah Widya Astuti (H1A011035)

Made Ayu Candramawati (H1A011042)

Moh. Juliandi Sobri (H1A011046)

Nadiah (H1A011048)

Ni Wayan Pariastini (H1A011052)

Nym. Krisna T. Wijaya (H1A011056)

Sakinah Mar’ie Sanad (H1A011060)

Sitti Shabrina Junita S. (H1A011063)

Veny Rahmawati (H1A011068)

Tutor : dr. Arfi Syamsun, Sp. KF,. M.Si. Med.

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MATARAM

2012

Page 2: laptut kelompok 6

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial

pada skenario I yang berjudul “Terkejut.”

Di dalam laporan ini, kami membahas mengenai hipotalamus yang berkaitan dengan

pengaturan emosi.

Demikian laporan ini kami susun dengan harapan semoga dapat bermanfaat bagi

mahasiswa kedokteran untuk memotivasi diri. Terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu untuk menyelesaikan laporan ini.Masukan dan kritikan sangat kami harapkan untuk

menyempurnakan laporan-laporan selanjutnya.

Mataram, 2 November 2012

(Kelompok Tutorial VI)

Page 3: laptut kelompok 6

BAB I

PENDAHULUAN

I. SKENARIO

“Terkejut”

Bayangkan Anda berada dalam dua situasi berikut ini :

1. Anda sedang berada dalam suatu pertemuan dengan Dosen Anda, dimana Anda adalah

penanggung jawab suatu kegiatan kemahasiswaan. Anda merasa telah mempersiapkan seluruh

perencanaan kegiatan dengan sungguh-sungguh, namun ternyata dalam pertemuan tersebut

Dosen Anda melimpahkan suatu kesalahan dalam pelaksanaan kegiatan lain kepada Anda,

padahal sebenarnya hal tersebut bukanlah merupakan tanggung jawab Anda. Saat ini semua

teman-teman Anda memandang Anda, dan Anda merasa wajah Anda memanas dan jantung

Anda berdetak kencang. Anda juga merasa keringat anda mengalir deras. Anda ingin sekali

membantah, namun rasanya hanya akan menambah panjang permasalahan. Anda pun

mengambil sikap untuk menarik nafas sejenak dan coba memikirkan kata-kata yang baik

untuk mengajukan pembelaan, namun entah mengapa di saat yang sama Anda merasa lebih

baik diam dan ingin sekali cepat-cepat keluar saja dari ruangan tersebut.

2. Anda terlambat datang ke kampus untuk mengikuti suatu kuliah. Saat Anda datang, Anda

melihat dari jendela bahwa semua teman-teman Anda sedang memasukkan buku-buku mereka

ke dalam tas dan di atas meja mereka ada secarik kertas. Rupanya hari ini Dosen Anda

memutuskan untuk memberikan kuis mendadak. Anda merasa tidak memiliki persiapan

apapun dalam menghadapi kuis itu. Seketika itu juga Anda merasakan telapak tangan Anda

berkeringat, mulut Anda kering dan jantung Anda berdetak kencang. Anda ingin sekali lari

dari koridor sebelum Dosen Anda memerintahkan Anda masuk dan mengikuti kuis tersebut,

dan mempertimbangkan akan beralasan kalau hari itu Anda sedang sakit. Sebaliknya, Anda

juga menyadari bahwa lari tidak akan menyelesaikan masalah, maka Anda pun masih

bimbang untuk masuk atau tidak masuk.

ilustrasi diatas menggambarkan bagaimana proses internal yang ada dalam tubuh seseorang

dalam mempersiapkan orang tersebut untuk menghadapi suatu stimulus yang iinterpretasikan

sebagai suatu ancaman. Respon yang dihasilkan juga turut dipengaruhi oleh bagaimana

Page 4: laptut kelompok 6

organisme yang bersangkutan belajar untuk menghadapi ancaman, berdasarkan pengalaman-

pengalaman di masa lampau.

II. MIND MAP

Stimulus

Emosi oleh amigdala

Thalamus

Memori oleh hipokampus

Interpretasi

Sistem LimbikKorteks

Indra

Respon

Fase-fase

Neuron Endokrin

SSO Perubahan fisiologik

Cara mengatasi

Page 5: laptut kelompok 6

III. LEARNING OBJECTIVE

1. Fase adaptasi terhadap stress

2. Jaras stressor sampai diinterpretasikan menjadi ancaman

3. Respon terhadap ancaman (figth or flight mechanism)

4. Factor-faktor yang berperan dalam perubahan fisiologis sebagai respon terhadap

stress

a. Sistem saraf otonom

b. Neurotransmitter

c. Hormone

5. Pembentukan memori

6. Mekanisme pengambilan keputusan

Page 6: laptut kelompok 6

BAB II

PEMBAHASAN

1. FASE ADAPTASI TERHADAP STRESS

Coping Mechanism

Proses yang digunakan seseorang untuk menangani tuntutan yang menimbulkan stres

dinamakan coping (kemampuan mengatasi masalah), dan memiliki dua bentuk utama, yaitu :

Problem – Focused Coping

Strategi terfokus masalah, dimana orang dapat memfokuskan pada masalah atau

situasi spesikfik yang telah terjadi, sambil mencoba menemukan cara untuk

mengubahnya

atau menghindarinya di kemudian hari. Strategi untuk memecahkan masalah antara lain

adalah :

Menentukan masalah

Menciptakan pemecahan alternatif

Menimbang-nimbang alternatif berkaitan dengan biaya dan manfaat

Bagaimana cakapnya individu menerapkan strategi tersebut tergantung pada

pengalamannya dan kapasitasnya untuk mengendalikan diri. Sel ain itu terapi

mengajar orang depresi untuk menggunakan strategi terfokus masalah adalah efektif

dalam membantu mereka mengatasi depresinya dan bereaksi secara lebih adaptif

stressor.

Emotion – Focused Coping

Strategi terfokus emosi, dimana seseorang juga dapat berfokus untuk

menghilangkan emosi yang berhubungan dengan situasi stres, walaupun situasi

sendiri tidak dapat diubah. Orang menggunakan strategi terfokus emosi untuk

mencegah emosi negative menguasai dirinya dan mencegah mereka untuk melakukan

tindakan untuk memecahkan masalahnya.

Strategi Perenungan: antara lain mengisolasi diri untuk memikirkan betapa

buruknya perasaan kita.

Strategi Pengalihan : antara l ain melibatkan diri dalam aktivitas yang

Page 7: laptut kelompok 6

menyenangkan. Contohnya dengan menonton bioskop bersama teman-teman,

tujuannya adalah untuk menjauhkan diri dari masalah dan mendapatkan

kembali perasaan menguasai masalah.

Strategi Penghindaran Negatif : aktifitas yang dapat mengalihkan kita dari

mood. Contohnya adalah minum-minuman sampai mabuk, ngebut-ngebutan di

jalanan.

Strategi perenungan dan strategi penghindaran cenderung meningkatkan dan

memperpanjang mood yang terdepresi, sedangkan strategi pengalohan cenderung

menurunkan dan mempersingkat mood yang terdepresi.

Defense Mechanisms as Emotion – Focus Coping

Dalam teori Psikoanalitik Freud, defense mechanism merupakan strategi yang

digunakan oleh ego untuk menahan atau menurunkan kecemasan. Terdiri dari

penyesuaian yangdilakukan tanpa disadari, baik melalui tindakan atau menghindari

tindakan, tidak mengenali motif pribadi yang mungkin mengancam harga diri atau

meningkatkan kecemasan.

a. Repression

Dalam represi, impuls atau memori yang terlalu menakutkan dan menyakitkan

dikeluarkan dari kesadaran. Memori yang menimbulkan rasa malu, bersalah, atau

mencela diri sendiri seringkali direpresi. Impuls tersebut direpresi untuk menghindari

konsekuensi menyakitkan jika mewujudkan impuls tersebut. Individu merepresi

memori dan perasaan yang dapat menimbulkan kecemasan karena mereka tidak

konsisten dengan konsep diri.

Represi berbeda dengan supresi. Supresi adalah proses melepaskan kendali

diri, mempertahankan impuls dan kendali diri atau secara sementara menyingkirkan

memori yang menyakitkan. Individu menyadari pikiran yang disupresi tetapi sebagian

besar tidak menyadari impuls atau memori yang direpresi.

b. Rationalization

Rasionalisasi adalah motif yang dapat diterima secara logika atau sosial yang

kita dilakukan sedemikian rupa sehingga kita tampaknya bertindaksecara rasional.

Rasionalitas memiliki dua fungsi :

Menghilangkan kekecewaan kita saat kita gagal mencapai tujuan.

Page 8: laptut kelompok 6

Memberikan motif yang dapat diterima oleh diri kita.

Jika kita bertindak secara impulsif atau berdasarkan motif yang tidak ingin

kita akui bahkan oleh diri kita sendiri, kita merasionalisasikan apa yang telah kita

lakukan untuk menempatkan perilaku kita dalam pandangan yang lebih

menguntungkan.

c. Reaction Formation

Sebagian individu dapat mengungkapkan suatu motif bagi dirinya sendiri

dengan memberikan ekspresi kuat pada motif yang berlawanan. Kecenderungan itu

dinamakan reaction formation. Contohnya seorang ibu yang merasa karena

ketidakinginannya mempunyai anak mungkin jadi terlalu memperhatikan dan terlalu

protektif untuk meyakinkan anak akan cintanya dan meyakinkan dirinya bahwa ia

adalah ibu yang baik.

c. Projection

Semua orang memiliki sifat yang tidak diinginkan yang tidak kita akui, bahkan

oleh diri sendiri. Salah satu mekanisme bawah sadar, proyeksi, melindungi kita dari

mengetahui keualitas diri kita yang tidak layak dengan menampakkan sifat itu secara

berlebihan pada diri orang lain.

d. Intellectualization

Intelektualitas adalah upaya melepaskan diri dari situasi stres dengan

menghadapinya menggunakan istilah-istilah yang abstrak dan intelektual.

e. Denial

Denial merupakan mekanisme pertahanan di mana impuls atau gagasan yang

tidak dapat diterima tidak dihayati atau tidak dibiarkan masuk ke kesadaran. Misalnya

orangtua dari anak yang menderita penyakit mematikan mungkin menolak anaknya

menderita penyakit serius, walaupun mereka telah mendapatkan informasi lengkap

tentang diagnosis dan kemungkinan penyakitnya. Karena mereka tidak dapat

mentoleransikan kpedihan karena mengetahui realita, mereka menggunakan

mekanisme pertahanan denial.

f. Displacement

Mekanisme pertahanan terakhir kita anggap memenuhi fungsinya

(menurunkan kecemasan) dan agak memuaskan motif yang tidak dapat diterima.

Page 9: laptut kelompok 6

Melalui mekanisme pengalihan (displacement), suatu motif yang tidak dapat

dipuaskan dalam bentuk diarahkan ke saluran lain.

2. JARAS STRESSOR SAMPAI DIINTERPRETASIKAN MENJADI SUATU

ANCAMAN

Page 10: laptut kelompok 6

3. RESPON TUBUH TERHADAP ANCAMAN

General Adaptation Syndrom

Reaksi fisiologis tubuh terhadap perubahan-perubahan akibat stress disebut sebagai

general adaption syndrome, yang terdiri dari tiga fase:

a. Alarm reaction(reaksi peringatan)

pada fase ini tubuh dapat mengatasi stressor(perubahan) dengan baik. Apabila ada rasa

takut atau cemas atau khawatir tubuh akan mengeluarkan adrenalin, hormon yang

mempercepat katabolisme untuk menghasilkan energi untuk persiapan menghadapi

bahaya mengacam. Ditambah dengan denyut jantung bertambah dan otot berkontraksi.

b. The stage of resistance( reaksi pertahanan).

Reaksi terhadap stressor sudah mencapai atau melampaui tahap kemampuan tubuh. Pada

keadaan ini sudah dapat timbul gejala-gejala psikis dan somatis. Respon ini disebut juga

coping mechanism. Coping berarti kegiatan menghadapi masalah, misalnya kecewa

diatasi dengan humor, rasa tidak senang dihadapi dengan ramah dan sebagainya

c. Respon Fight or Flight

Mengaktifkan system saraf simpatis dan hormone seperti katekolamin, epinefrin,

norepinefrin, glukokortikoid, dan kortisol.

Sistem hipotalamus – pituitary – adrenal (system neuroemdokrin)

- Hormon adrenal dihasilkan oleh medulla adrenal

- Hormon kortikosteroid dihasilkan oleh korteks adrenal

Hipotalamus merangsang hipofisis juga merangsang system saraf simpatis sehingga

akan terjadi :

- Pelepasan epinefrin dan norepinefrin

- Dilatasi pupil

- Sekresi kelenjar air mata meningkat

- Dilatasi bronkus

- Tekanan darah meningkat

- Motilitas lambung, usus dan sfingter menurun

- Sekresi keringat meningkat

Page 11: laptut kelompok 6

d. Stage of exhaustion( reaksi kelelahan).

Pada fase ini gejala-gejala psikosomatik tampak dengan jelas. Gejala psikosomatis antara

lain gangguan penceranaan, mual, diare, gatal-gatal, impotensi, exim, dan berbagai

bentuk gangguan lainnya. Kadang muncul gangguan tidak mau makan atau terlalu

banyak makan.

Respon “tanda bahaya” atau respon “stres” pada sistem saraf simpatis.

Bila sebagian besar daerah sistem saraf simpatis melepaskan impuls pada saat

yang bersamaan. Yakni, yang disebut pelepasan impuls secara masal dengan

berbagaicara, keadaan ini akan meningkatkan kemampuan tubuh untuk melakukan

aktivitas otos yang besar.

1. Peningkatan tekanan arteri

2. Peningkatan aliran darah untuk mengaktifkan otot-otot bersamaan dengan

penurunan aliran darah keorgan-organ, seperti traktus gastrointestinal dan ginjal,

yang tidak diperlukan dalam aktivitas motorik yang cepat.

3. Peningkatan kecepatan metabolisme sel di seluruh tubuh.

4. Peningkatan konsentrasi glikosa darah.

5. Peningkatan proses glikolisis di hati dan otot

6. Peningkatan kekuatan otot

7. Peningkatan aktivitas mental

8. Peningkatan kecepatan koagulasi darah.

Seluruh efek diatas menyebabkan orang tersebut dapat melaksanakan aktivitas fisik

yang jauh lebih besar dari pada bila tidak ada efek diatas. Baik stres fisik atau mental

dapat menggiatkan sistem simpatis.

Sistem simpatis teraktivasi dengan kuat pada berbagai keadaan emosi. Contohnya,

pada keadaan marah, yang lebih ditimbulkan oleh perangsangan hipotalamus, sinyal-sinyal

dijalarkan kebawah melalui formasio retikularis otak dan masuk ke medula spinalis untuk

menyebabkan pelepasan impuls simpatis yang masif; dan peristiwa simpatis yang disebutkan

paling awal timbul dengan segera. Keadaan ini disebut reaksi tanda bahaya (alarm reaction)

dari serabut simpatis. Keadaan ini juga disebut reaksi menghadapi atau menghindari (fight or

flight reaction) sebab seekor hewan pada keadaan ini harus memutuskan dengan segera

Page 12: laptut kelompok 6

apakah akan tetap berdiri dan berkelahi atau lari.pada kedua pristiwa tersebut, reaksi tanda

bahaya dari serabut saraf simpatis akan membuat hewan itu melakukan serangkaian aktivitas

yang besar.

4. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN DALAM PERUBAHAN FISIOLOGIS

SEBAGAI RESPON TERHADAP STRESS

a. System saraf otonom

Sistem saraf otonom merupakan sistem saraf yang mempersyarafi otot jantung, otot

polos dan sebagian kelanjar endokrin. Sistem saraf ini dianggap sebagai cabang involunter

divisi eferen peifer. Sistem saraf otonom terutama diaktifkan oleh pusat-pusat yang terletak

di medulla spinalis , batang otak, hipotalamu dan sebagian korteks serebri (korteks limbik)

yang dapat menghantarkan sinyal ke pusat-pusat yang lebih rendah sehingga mempengaruhi

pengaturan otonom. Penjalaran sinyal otonomik aferen ke bagian organ di seluruh tubuh

dibagi menjadi sistem saraf simpatis dan sistem saraf para simpatis.

System saraf simpatis

Page 13: laptut kelompok 6

Serabut saraf simpatis dimulai dari medulla spinalis bersama dengan nervus spinalis

diantara segmen medulla T-1 dan L-2, dan berjalan mula-mula ke rantai simpatis, untik

selanjutnya ke jaringan dan organ yang dirangsang oleh saraf-saraf simpatis.

Saraf simpatis berbeda dengan saraf motorik skeletal dalam hal berikut: Setiap jaras

simpatis dari medulla ke jaringan yang terangsang terdiri atas dua neuron, yakni neuron

preganglion dan neuron postganglion, berlawanan dengan jaras motorik skeletal yang hanya

memiliki satu neuron. Badan sel setiap neuron preganglion terletak di kornu intermediolateralis

medulla spinalis; dan serabut-serabut sarafnya berjalan melewati radiks anterior medulla menuju

saraf spinal.

Setelah serabut saraf spinal meninggalkan kanalis spinalis, serabut preganglion

simpatisnya meninggalkan saraf spinal dan berjalan melewati ramus putih ke salah ssatu ganglia

dan rantai simpatis. Selanjutnya akan mengalami: (1) Serabut-serabut dapat bersinaps dengan

neuron simpatis postganglion yang ada didalam ganglion yang dimasukinya. (2) Serabut-serabut

tersebut dapat berjalan keatas dan kebawah dalam rantai dan bersinaps pad asalah satu ganglia

lain dalam rantai tersebut. (3) Serabut dapat berjalan melalui rantai keberbagai arah dan

selanjutnya melalui salah satu saraf simpatis memisahkan diri keluar dari rantai, untuk akhirnya

bersinaps di dalam ganglion perifer simpatis.

Serabut simpatis dari medulla pada segmen T-1 umumnya melewati rantai simpatis naik

dan berakhir di daerah kepala; dari T-2 berakhir di leher, dari T-3, T-4, T-5, dan T-6 ke daerah

toraks; dari T-7, T-8, T-9, T-10, dan T-11 ke abdomen; dan dari T-12, L-1, L-2 ke daerah

tungkai.

Serabut saraf preganglion simpatis berjalan tanpa mengadakan sinaps, melalui seluruh

jalan dari sel-sel kornu intermediolateral medulla spinalis, melalui rantai simpatis, kmudian

melewati nervus splangnikus, dan berakhir di dua medulla adrenal. dimedula adrenal, serabut-

serabut saraf ini langsung berakhir pada sel-sel neuron khusus yang mensekresikan epinefrin dan

norepinefrin ke dalam aliran darah.

Page 14: laptut kelompok 6

Serabut saraf simpatis terutama mensekresikan bahan transmitter sinaps, asetilkolin atau

norepinefrin. Serabut-serabut yang menyekresikan asetilkolin disebut serabut kolinergik.serabut-

serabut yang menyekresikan norepinefrin disebut serabut adrenergic.

Didalam sistem saraf simpatis, neuron preganglion bersifat kolinergik. Bila bahan

asetilkolin atau bahan seperti asetilkolin diberikan pada ganglia, akan merangsang neuron

postganglion simpatis. Sebagian besar neuron postganglion simpatis bersifat adrenergic. Namun,

serabut-serabut saraf postganglion simpatis yang kekelenjar keringat, keotot-otot piloerektor

rambut, dan kesedikit pembuluh darahbersifat kolinergik.

System saraf parasimpatis

Sistem saraf parasimpatis terdiri dari serabut-serabut parasimpatis meninggalkan sistem

saraf pusat melalui saraf kranial III, VII, IX, dan X. Serabut parasimpatis lainnya meninggalkan

bagian paling bawah medula spinalis melalui saraf sakral spinal kedua dan ketiga dan

kadangkala saraf sakral pertama dan keempat. Kira-kira 75 persen dari seluruh serabut saraf

parasimpatis terdapat dalam nervus vagus (saraf kranial X), berjalan ke seluruh regio toraks dan

abdomen tubuh. Nervus vagus menyediakan saraf parasimpatis ke jantung, paru, esofagus,

lambung, seluruh usus halus, setengah bagian proksimal kolon, hati, kandung empedu, pankreas,

ginjal, dan bagian atas ureter.

Page 15: laptut kelompok 6

Serabut parasimpatis yang berada dalam saraf kranial III berjalan ke sfingter pupil dan

otot siliaris mata. Serabut-serabut yang berasal dari saraf kranial VII berjalan ke kelenjar

lakrimalis, nasalis, dan submandibularis. Sedangkan serabut-serabut yang berasal dari saraf

kranial IX berjalan ke kelenjar parotis.

Serabut-serabut parasimpatis sakral berada di saraf pelvik, lewat melalui saraf spinal

pleksus sakralis di setiap sisi medula pada segmen S-2 dan S-3. Serabut tersebut kemudian

menyebarkan serabut-serabut perifernya ke kolon desenden, rektum, kandung kemih, dan bagian

bawah ureter. Kelompok serabut parasimpatis sakral ini juga menyuplai sinyal-sinyal saraf ke

genitalia eksterna untuk menimbulkan ereksi.

Seperti halnya sistem simpatis, sistem parasimpatis juga mempunyai neuron preganglion

dan postganglion. Namun, kecuali pada beberapa saraf kranial parasimpatis, serabut preganglion

tanpa mengalami hambatan berjalan menuju organ-organ yang diaturnya. Kemudian, pada

dinding organ terdapat neuron postganglion. Serabut preganglion bersinaps dengan neuron

postganglion, dan serabut postganglion yang sangat pendek, berukuran panjang satu persekian

milimeter sampai beberapa sentimeter, meninggalkan neuron untuk menyarafi jaringan organ.

Letak neuron postganglion parasimpatis ini dalam organ viseral sendiri sangat berbeda dengan

susunan ganglia simpatis, karena badan sel dari neuron postganglion simpatis hampir selalu

terletak dalam ganglia rantai simpatis atau dalam berbagai ganglia lainnya yang memang ada

dalam abdomen dari pada dalam organ yang dirangsang itu sendiri.

Page 16: laptut kelompok 6

b. Neurotransmitter

Serabut saraf simpatis dan parasimpatis terutama menyekresikan salah satu dari kedua

bahan transmitter sinaps ini, asetilkolin atau epinefrin. Serabut-serabut yang menyekresi

asetilkolin disebut serabut kolinergik. Serabut-serabut yang menyekresi norepinefrin disebut

serabut adrenergik.

Di dalam sistem saraf simpatis dan parasimpatis, semua neuron preganglion bersifat

kolinergik. Semua atau hampir semua neuron postganglion dari sistem parasimpatis juga bersifat

kolinergik. Sebaliknya, sebagian besar neuron postganglion simpatis bersifat adrenergik.

Jadi, ujung saraf terminal dari sistem parasimpatis semua atau sungguh-sungguh semua

menyekresi asetilkolin. Sebagian besar ujung saraf simpatis menyekresi norepinefrin, namun

hanya sedikit menyekresi asetilkolin. Oleh karena itu, asetilkolin disebut transmiter parasimpatis

dan norepinefrin disebut transmiter simpatis.

Page 17: laptut kelompok 6

Efek Perangsangan Simpatis dan Parasimpatis pada Organ Spesifik

Simpatis : dilatasi pupil, kelenjar keringat lebih banyak menyekresikan keringat, penghambatan

peristaltik dan relaksasi sfingter pada sistem gastrointestinal, meningkatkan seluruh aktivitas

jantung, meningkatkan keefektifan jantung sebagai pompa yang diperlukan selama kerja berat,

dll.

Parasimpatis : konstriksi pupil, meningkatkan seluruh tingkat aktivitas saluran gastrointestinal,

menurunkan frekuensi denyut jantung dan kekuatan kontraksi, menurunkan pemompaan jantung

membuat jantung dapat beristirahat di antara aktivitas kerja yang berat, dll.

c. Hormone Stress

Stres akan mempengaruhi respon tubuh dalam pengaturan sekresi kelenjar hormonal.

Kelenjar hormonal yang paling berpengaruh adalah pengaktivasian sistem korteks adrenal

pituitari anterior. Menurut Selye, stressor akan mempengaruhi sirkuit-sirkuit neural menstimulasi

pelepasan adrenocorticotropic hormone (ACTH) dari pituitari anterior dimana akan memicu

pelepasan glukortikoid dari korteks adrenal, sehingga glukortikoid menghasilkan banyak di

antara efek-efek respon stres. Stressor juga dapat mengaktifkan sistem saraf simpatis, sehingga

meningkatkan jumlah epinefrin dan noreepinefrin yang dilepaskan dari medula adrenal.

Sistem korteks adrenal diaktivasi jika hipotalamus mensekresikan CRF, suatu zat kimia

yang bekerja pada kelenjar hipofisis yang terletak tepat di bawah hipotalamus. Kelenjar hipofisis

selanjutnya mensekresikan hormon ACTH, yang dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal.

Dimana, ia menstimulasi pelepasan sekelompok hormon, termasuk kortisol, yang meregulasi

kadar gula darah. ACTH juga memberi sinyal ke kelenjar endokrin lain untuk melepaskan sekitar

30 hormon. Efek kombinasi berbagai hormon stres yang dibawa melalui aliran darah ditambah

aktivitas neural cabang simpatik dari sistem saraf otonomik berperan dalam respons fight or

flight.

5. PEMBENTUKAN MEMORI

Page 18: laptut kelompok 6

Secara fisiologis, ingatan tersimpan dalam otak dengan mengubah sensitivitas dasar

penjalaran sinaptik diantara neuron-neuron sebagai akibat aktivitas neural sebelumnya. Jaras

yang baru atau yang terfasilitasi disebut jejak ingatan (memory traces). Jaras-jaras ini penting,

karena bila menetap/ada, akan diaktifkan secara selektif oleh benak pikiran untuk menimbulkan

kembali ingatan yang ada.

Ingatan adalah penyimpanan pengetahuan yang didapat untuk dapat diingat kembali kemudian

Ingatan positif dan negative

Walaupun kita sering berpendapat bahwa ingatan adalah hasil dari pengumpulan kembali

pikiran-pikiran atau pengalaman-pengalaman sebelumnya yang bersifat positif, tetapi tetap ada

kemungkinan yang sama besar untuk ingatan negative. Otak memiliki kapasitas untuk belajar

mengenali informasi yang tidak memberi akibat sebagai hasil dari inhibisi jaras sinaptik,

ssehingga menimbulkan efek yang disebut habituasi. Pada indera hal tersebut merupan tipe

ingatan negative.

Sebaliknya untuk jenis-jenis informasi masuk dan menyebabkan akibat yang penting, seperti rasa

nyeri atau rasa senang, otak memiliki kemampuan otomatis yang berbeda dalam hal penguatan

dan penyimpanan jejak ingatan.

Ingatan positif adalah hasil dari fasilitasi jaras-jaras sinaptik, dan prosesnya disebut sensitisasi

ingatan. Daerah khusus pada region limbic basal otak mampu menentukan apakah suatu

informasi bersifat penting atau tidak penting, dan membuat keputusan secara tidak sadar apakah

informasi ini akan disimpan sebagai jejak ingatan yang di sensitisasi atau justru ditekannya.

Klasifikasi ingatan:

Berdasarkan jenis informasi yang disimpannya :

a. Ingatan deklaratif

Pada dasarnya berarti ingatan terhadap beragam detil mengenai suatu pikiran

terintegrasi, seperti ingatan suatu pengalaman penting yang meliputi (1)ingatan akan keadaan

sekeliling, (2)ingatan akan hubuhngan waktu, (3)ingatan akan penyebab pengalaman

Page 19: laptut kelompok 6

tersebut, (4)ingatan akan makna pengalaman tersebut, dan (5)ingatan akan kesimpulan

seseorang yang tertinggal pada pikiran seseorang.

b. Ingatan keterampilan

Seringkali dihubungkan dengan aktivitas motorik tubuh seseorang seperti

keterampilan yang terbentuk untuk memukul bola tenis, termasuk ingatan otomatis pada:

(1)pandangan ke bola, (2)menghitung hubungan dan kecepatan bola ke raket, dan (3)

mengambil kesimpulan secara cepat pergerakan tubuh, lengan, dan raket yang dibutuhkan

untuk memukul bola se3perti yang diinginkan.

Berdasarkan lama waktu penyimpanan

a. Ingatan jangka pendek

Yaitu ingatan yang berlansung beberapa detik atau paling lama beberapa menit

kecuali jika ingatan tersebtu menjadi ingatan jangka panjang. Kemungkinan penjelasan

mengenai ingatan jangka pendek ini adalah fasilitasi (inhibisi presinaptik). Hal ini terjadi

pada sinaps-sinaps yang terletak pada fibril-fibril saraf terminal segera sebelum fibril-fibril

tersebut bersinaps dengan neuron berikutnya. Bahan-bahan kimiawi neurotransmitter yang

disekresikan pada terminal seperti itu seringkali menyebabkan fasilitasi atau inhibisi yang

berlansung selama beberapa detik samapi menit.lintasan seperti ini menimbulkan ingatan

jangka pendek.

Berbagai eksperimen cerdik pada sifut laut, Aplysia telah membuktikan bahwa

ingatan jangka pendek memiliki 2 bentuk:

- Habituasi (pembiasaan): penurunan responsivitas terhadap presentasi berulang suatu

stimulus indiferen-yaitu ransangan yang tidak menghasilkan penghargaan.

Mekanisme: Pada habituasi penutupan saluran Ca2+ mengurangi masuknya Ca2+ kedalam

terminal prasinaps yang menyebabkan penurunan pelepasan neurotransmitter. Akibatnya,

potensial pascasinaps berkurang dibandingkan dengan normal sehingga terjadi penurunan

atau hilangnya respon perilaku yang dikontrol oleh neuron efferent pascasinaps. karena

itu ingatan untuk habituasi pada aplysia disimpan dalam bentuk modifikasi saluran Ca2+

spesifik. Tanpa latihan lebih lanjut, penurunan responsivitas ini bertahan beberapa jam.

- Sensitisasi (pemekaan): peningkatan responsivitas terhadap ransangan ringan setelah

ransangan kuat.

Page 20: laptut kelompok 6

Mekanisme: Sensitisasi pada aplysia juga melibatkan modifikasi saluran, tetapi dengan

mekanisme dan saluran yang berbeda. Berbeda dari apa yang terjadi pada habituasi,

masuknya Ca2+ kedalam terminal presinaps meningkat pada sensitisasi. Sensitisasi tidak

memiliki efek secara lansung pada saluran Ca2+ prasinaps, namun secara tidak lansung

meningkatkan pemasukan Ca2+ melalui fasilitasi prasinaps (cara untuk meningkatkan

efektivitas sinaps)

b. Ingatan jangka menengah

Yaitu ingatan yang berlansung beberapa hari sampai beberapa minggu tetapi

kemudian menghilang. Ingatan ini kadang-kadang akan hilang, kecuali jika jejak ingatan

memperoleh aktivasi secukupnya sehingga menjadi lebih permanen klasifikasi jangka

panjang.

Percobaan pada hewan primitive telah menunjukkan bahwa ingatan jenis jangka

menengah ini dapat merupakan hasil dari perubahan fisik atau kimiawi yang bersifat

sementara, atau keduanya, baik pada terminal sinaps presinaptik/ postsinaptik, perubahan ini

menetap selama bermenit-menit sampai beberapa minggu.

Mekanisme: Pada tingkat molekuler, walaupun penyebabnya tidak seluruhnya diketahui,

efek habituasi pada terminal sensorik terjadi akibat penutupan secara progresif kanal-kanal

kalsium melalui membrane terminal. Meskipun demikian, penutupan kanal kalsium tersebut

tidak sepenuhnya dimengerti, ion kalsium dapat berdifusi kedalam terminal terhabituasi ini

lebiih sedikit daripada jumlah normal, dan akan semakin sedikit transmitter sensoris terminal

yang dilepaskan karena pemasukan ion kalsium merupakan stimulus utama bagi pelepasan

transmitter.

Jadi, dengan cara yang sangat tidak lansung efek asosiasi terminal fasilitator yang

teransang pada saat bersamaan dengan teransangnya terminal sensorik menyebabkan

peningkatan sensitivitas peransangan yang lama pada terminal sensorik, dan hal itu

menimbulkan jejak ingatan.

c. Ingatan jangka panjang

Yaitu ingatan yang sekali disimpan, dapat diingat kembali selama bertahun-tahun

kemudian atau bahkan seumur hidup.

Page 21: laptut kelompok 6

Sementara ingatan jangka pendek berkaitan dengan penguatan transien sinaps sinaps

yang sudah ada, ingatan jangka panjang memerlukan pengaktifan gen-gen spesifik yang

mengontrol sintesis protein yang dibutuhkan untuk perubahan structural atau funsional

jangka panjang disinaps-sinaps spesifik.

Suatu protein regulatorik positif, CREB adalah tombol molekuler yang mengaktifkan

(menyalakan) gen-gen yang penting dalam penyimpanan ingatan jangka panjang.

Perubahan struktur fisik yang terjadi di sinaps-sinaps selama terbentuknya ingatan

jangka panjang:

1. Peningkatan tempat-tempat pelepasan vesikel untuk menyekresikan bahan-bahan

transmitter.

2. Peningkatan jumlah vesikel-vesikel transmitter yang dilepaskan.

3. Peningkatan jumlah terminal presinaptik.

4. Perubahan pada struktur spina dendritik yang membolehkan terjadinya transmisi sinyal

yang lebih kuat.

Jadi, dalam beberapa hal yang berbeda, kemampuan structural dari sinaps-sinaps

untuk menjalarkan sinyal tampaknya menjadi meningkat selama adanya jejak ingatan jangka

panjang yang sebenarnya.

6. MEKANISME PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pembuatan atau pengambilan keputusan, kategorisasi, penilaian, serta penyelesaian

masalah merupakan komponen-komponen dasar berpikir yang bergantung pada memori explicit

dan implicit serta dipengaruhi oleh keadaan emosional. Berpikir dapat didefinisikan sebagai

proses penerimaan informasi dan penggabungannya dengan memori yang tersimpan baik itu

memori implicit maupun memori explisist hingga menimbulkan persepsi. Penelitian

menunjukkan bahwa kemapuan tersebut dominan dimiliki oleh area prefrontal. Area prefrontal

memiliki kemampuan untuk mempertahankan jejak potongan kecil informasi secara simultan dan

kemudian mencetuskan pemanggilan informasi tersebut secara segera yang diperlukan untuk

pemikiran selanjutnya yang disebut dengan proses ‘ingatan aktif’. Potongan-potongan informasi

dari ingatan aktif tersebut memungkinkan individu untuk memiliki kemapuan seperti

Page 22: laptut kelompok 6

memperkirakan masa depan;

membuat rencana untuk masa yang akan datang;

perlambatan kerja sebagai respon terhadap sinyal sensorik sehingga informasi tersebut

dapat dipertimbangkan sampai bentuk respon yang terbaik diputuskan;

Mempertimbangkan akibat kerja motorik bahkan sebelum tindakan tersebut dilakukan;

Menyelesaikan masalah matematik, hukum, atau filsafat yang kompleks;

Mengendalikan aktivitas dalam kaitannya dengan hokum moral;

Menghubungkan semua jalur informasi untuk mengahasilkan suatu pemikiran yang

rumit.

Page 23: laptut kelompok 6

KESIMPULAN

Sistem saraf ototom (SSO) merupakan sistem saraf motorik yang mengatur kerja

kelenjar, otot jantung, dan otot polos. Target primer sistem saraf otonom adalah organ-organ

visceral di cavum abdomen dan thoraks, kelenjar-kelenjar tubuh, pembuluh darah kutaneus, dan

musculus piloerector. Sistem saraf otonom dibagi menjadi dua, yaitu sistem saraf simpatis dan

parasimpatis.

Hipotalamus dengan emosi sangat erat kaitannya yaitu dapat dilihat pada peran

hipotalamus dalam mengatur perilaku emosi dari manusia dan berbagai macam respon emosi

seperti marah, agresif, takut, senang, dan puas.

Page 24: laptut kelompok 6

Daftar Pustaka

Baehr, M, Frotscher, M. 2010. Diagnosis Topik Neurologi DUUS. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Brunton, L., Lazo, J. & Parker, K., 2005. Goodman & Gilman's The Pharmacological Basis of

Therapeutics 11th ed., New York: McGraw Hill Professional.

Katzung, B.G., 2006. Basic & Clinical Pharmacology 10th ed., New York: McGraw-Hill

Medical.

Guyton AC, Hall JE. (2006). Textbook of Medical Physiology Eleventh edition. Philadelphia:

Elsevier

Tate, Seeley Stephen. (2004) . “Anatomy and Physiology, Sixth Edition”. McGraw-Hill

Companies