laptut kelompok 6

85
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO V OLEH : KELOMPOK VI FITA NIRMA LISTIYA H1A011022 I WAYAN RYAN ADITYA H1A011032 INDAH WIDYA ASTUTI H1A011035 MADE AYU CANDRA M H1A011042 MOH. JULIANDI SOBRI H1A011046 NADIAH H1A011048 NI WAYAN PARIASTINI H1A011052 NYM KRISNA T WIJAYA H1A011056 SAKINAH MAR’IE SANAD H1A011060 SITTI SHABRINA J.S. H1A011063 VENY RAHMAWATI H1A011068 TUTOR : dr. Prima Belia Fathana FAKULTAS KEDOKTERAN

description

laptut kelompok 6

Transcript of laptut kelompok 6

LAPORAN TUTORIALSKENARIO V

OLEH :KELOMPOK VIFITA NIRMA LISTIYAH1A011022I WAYAN RYAN ADITYAH1A011032INDAH WIDYA ASTUTIH1A011035MADE AYU CANDRA MH1A011042MOH. JULIANDI SOBRIH1A011046NADIAHH1A011048NI WAYAN PARIASTINIH1A011052NYM KRISNA T WIJAYAH1A011056SAKINAH MARIE SANADH1A011060SITTI SHABRINA J.S.H1A011063VENY RAHMAWATIH1A011068TUTOR : dr. Prima Belia Fathana

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MATARAM2013KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan Tutorial Skenario 5 sebagai hasil diskusi tutorial kelima yang kami lakukan pada Blok Tahap-Tahap Kehidupan ini.Skenario kelima yang kami bahas pada tutorial kali ini berjudul kematian yang tidak wajar Membaca judulnya, sudah cukup jelas bahwa materi yang akan dibahas berkaitan dengan tanda tanda kematian, cara kematian, sebab kematian, mekanisme kematian dan identifikasi kematian serta visum et repertumKami mohon maaf jika dalam laporan ini terdapat banyak kesalahan, baik dalam hal penulisan maupun materi yang disampaikan. Untuk itu, kami mohon kritik serta saran yang membangun agar kami dapat memperbaikinya pada kesempatan selanjutnya. Kami berharap laporan ini dapat memberikan pengetahuan dan manfaat positif bagi pembaca.Mataram, Januari 2013

Penyusun: (Kelompok 6)

DAFTAR ISIKata Pengantar 1Daftar Isi 2

I. Pendahuluan I. 2 Skenario 3

II. PembahasanII.1 Peta Konsep 4II.2 Learning Objective 5II.3 Pembahasan 1. Tanda-tanda kematian pasti dan tidak pasti 62. Identifikasi jenazah 113. Penentuan penyebab kematian 154. Penentuan waktu kematian 205. Jenis-jenis luka 296. Deskripsi luka 367. Jenis dan teknik otopsi 378. Jenis dan penulisan Visum et Repertum 409. Analisis skenario 42

III. PenutupKesimpulan 56

Daftar Pustaka 57I. PENDAHULUANI.2Skenario KEMATIAN YANG TIDAK WAJARSesosok jenazah laki-laki ditemukan tertelungkup di tepi pantai yang tidak jauh dari muara sungai. Jenazah terlihat sudah membengkak dan mengeluarkan aroma busuk sehingga mengundang lalat menghinggapinya bahkan sudah ditemukan belatung ditubuh jenazah. Namun separuh kaki bagian bawah jenazah berwarna putih mengkilat dan berbau tengik. Seorang ibu yang merasa kehilangan putranya sejak seminggu yang lalu meyakini bahwa mayat lelaki tersebut adalah putranya yang berusia 15 tahun. Sang ibu mengisahkan bahwa ketika terjadi banjir bandang , putranya yang sedang memancing di sungai terbawa hanyut oleh arus sungai.Informasi dari Divisi Postmortem menyebutkan bahwa tubuh jenazah hanya terbalut celana pendek tanpa merk, tanpa ukuran, berbahan jeans. Tampak ada sebuah luka robek dipunggung jenazah, kulit berwarna kebiruan di tubuh bagian depan. Selain itu buih halus bercampur darah terus keluar dari mulut. Untuk keperluan pemeriksaan lanjutan, jenazah dibawa ke rumah sakit,meskipun keluarga bersikeras untuk menolak pelaksanaan otopsi. Ternyata Rumah sakit yang dituju tidak memiliki dokter forensic. Dokter umum yang biasanya membuat visum memiliki Surat tanda Registrasi dokter yang sudah kadaluarsa. Sementara itu, polisi penyidik dibuat bingung karena sebuah perusahaan pelayaran melaporkan kehilangan Anak Buah Kapal (ABK) sejak seminggu yang lalu. ABK tersebut diduga tercebur ke laut karena mabuk berat. Untuk kepentingan penyidikan, polisi meminta keterangan tertulis dari dokter rumah sakit perihal deskripsi luka, waktu kematian, penyebab kematian, dan cara kematian korban. Keluarga hanya berpesan kepada polisi agar otopsi dilakukan secara baik dan luka bekas otopsi dirapikan untuk menghormati keyakinan keluarga sebagai ummat kristiani.

II. PEMBAHASAN

II.1Peta Konsep

Learning Objective1. Tanda-tanda kematian pasti dan tidak pasti 2. Identifikasi jenazah 3. Penentuan penyebab kematian4. Penentuan waktu kematian5. Jenis-jenis luka6. Deskripsi luka7. Jenis dan teknik otopsi8. Jenis dan penulisan Visum et Repertum 9. Analisis skenario

Pembahasan

Tanda-tanda kematian pasti dan tidak pasti1. TANDA KEMATIAN TIDAK PASTI (SOMATIC DEATH)Dalam stadium somatic death, fungsi pernapasan dan peredaran darah telah berhenti, sehingga terjadi anoxia yang lengkap dan menyeluruh dalam jaringan-jaringan. Akibatnya proses aerobik dalam sel-sel berhenti, sedangkan proses anaerobik masih berlangsung.Beberapa jaringan masih dapat hidup terus selama beberapa waktu, misalnya : Sel-sel saraf masih hidup selama 5 menit setelah orang meninggal Jaringan otot dalam waktu 3 jam setelah orang meninggal masih dapat dirangsang secara mekanik maupun elektrik Pemberian atropin dalam waktu 4 jam setelah orang meninggal masih dapat menimbulkan midriasisTanda- tanda kematian yang dapat diperiksa dalam stadium somatic death ialah : Hilangnya pergerakan dan sensibilitas Berhentinya pernapasan Berhentinya denyut jantung dan peredaran darah

2. TANDA KEMATIAN PASTI (CELLULAR DEATH)a. Penurunan Suhu Jenazah (Argor Mortis)Setelah seorang meninggal, maka produksi panas berhenti, sedangkan pengularan panas berlangsung terus, maka suhu jenazah akan turun.Kecepatan penurunan suhu jenazah dipengaruhi oleh faktor-faktor : Apabila korban meninggal diatas tanah, dipengaruhi oleh :Suhu udara, pakaian, aliran udara dan kelembapan, keadaan tubuh korban (gemuk atau kurus), aktivitas, dan sebab kematian. Apabila korban meninggal di dalam air, maka penurunan suhu jenazah tergantung pada :Suhu air, aliran air, dan keadaan air.

b. Lebam MayatApabila seseorang meninggal, peredaran darahnya berhenti dan timbul stagnasi akibat gravitasi, maka darah mencari tempat terendah. Dari luar terihat bintik-bintik berwarna merah kebiruan, inilah yang disebut lebam mayat.Pada umumnya, lebam mayat sudah timbul dalam waktu 15 sampai 20 menit setelah orang meninggal. Lebam mayat ini mirip dengan luka memar, oleh karena itu lebam mayat harus dibedakan dengan luka memar.Lebam MayatLuka Memar

LokalisasiBagian tubuh terendahSembarang tempat

DitekanBiasanya hilangTidak hilang

PembengkakanTidak adaSering ada

IncisiBintik-bintik darah intravascularBintik-bintik darah ekstravascular

Tanda intravitalTidaka adaAda

Umumnya lebam mayat berwarna merah kebiruan. Pada korban yang meninggal akibat keracunan gas CO dan keracunan HCN, lebam mayatnya berwarna cherry red. Pada korban yang meninggal karena keracunan Nitro Benzena atau Potassium Chlorat, maka lebam mayatnya berwarna chocolate brown. Pada korban yang meninggal akibat asfiksia, lebam mayatnya mendekati kebiruan. Dan jenazah yang disimpan dalam kamar pendingin, lebam mayatnya berwarna merah terang atau pink.c. Kaku Mayat (Rigor Mortis)Apabila orang meninggal, terjadilah perubahan dari ATP menjadi ADP. Selama dalam tubuh ada glikogen, masih dapat terjadi resintesa ADP menjadi ATP, sehingga otot-otot masih dalam keadaan lemas. Apabila persediaan glikogen habis, maka resintesa ADP menjadi ATP tidak ada, dan semua ATP diubah menjasi ADP, maka terjadilah kaku.Perubahan yang terjadi pada otot-otot orang meninggal adalah sebagai berikut : Primary flaccidityDalam fase ini, otot-otot lemas dan masih dapat dirangsang secara mekanik maupun elektrik. Fase ini terjadi dalam stadium somatic death. Fase ini berlangsung selama 2 sampai 3 jam. Rigor mortisDalam fase ini, otot-otot tidak dapat berkontraksi meskipun dirangsang secara mekanik maupun elektrik. Terjadi dalam stadium cellular death. Fase rigor mortis ini dibagi dlam 3 bagian :1. Kaku mayat belum lengkapKaku mayat terjadi serentak pada otot-otot seluruh tubuh. Akan tetapi manifestasinya tidka bersamaan. Mula-mula kaku mayatterlihat pada Mm. Orbicularis occuli, kemudian otot-otot rahang bawah, otot-otot leher, ekstremitas atas, toraks, abdomen, dan ekstremitas bawah. Fase ini berlangsung 3 jam.2. Kaku mayat lengkapFase kaku mayat lengkap ini dipertahankan selama 12 jam.3. Kaku mayat mulai menghilangUrut-urutan hilangnya kaku mayat sama seperti pada waktu timbulnya, terkecuali otot rahang bawah yang paling akhir menjadi lemas. Fase ini berlangsung selama 6 jam. Secondary flaccidityFaktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya rigor mortis :Suhu sekitarnya, kedaan otot saat meninggal, dan umur dan gizi.d. Perubahan pada kulit Hilangnya elastisitas kulit Adanya lebam mayat yang berwarna merah kebiruan Terdapatnya kelainan yang dikenal sebagai Cutis Anserina sebagai akibat kontraksi Mm. Erector Pillaee. Perubahan pada mata Refleks kornea dan reflex cahayahilang Kornea menjadi keruh Bulbus Oculi melunak dan mengkerut Pupil dapat berbentuk bulat, lonjong atau ireguler Perubahan pada pembuluh darah retinaf. PembusukanProses pembusukan disebabkan oleh pengaruh enzim proteolitik dan mikroorganisme. Pada umumnya, proses pembusukan dimulai 18 sampai 24 jam setelah seseorang meninggal.Adapun tanda-tanda pembusukan yang dapat diperiksa adalah : Warna kehijauan pada dinding perut daerah caecum Wajah dan bibir membengkak Skrotum dan vulva membengkak Distensi dinding abdomen Vena-vena superfisialis pada kulit berwarna kehijauan dan disebut marbling Pembentukan gas-gas pembusukan dibawah lapisan epidermis sehingga timbul bullae Akibat tekanan gas-gas pembusukan, maka gas dalam paru akan terdesak sehingga menyebabkan darah keluar dari mulut dan hidung Bola mata menonjol keluar akibat gas pembusukan dalam orbita Kuku dan rambut dapat terlepas, serta dinding perut dapat pecah Alat-alat dalam tubuh juga mengalami proses pembusukang. MummifikasiMummifikasi adalah proses pengeringan dan pengisutan alat-alat tubuh akibat penguapan.Adapun syarat untuk dapat terjadi mummifikasi adalah : Suhu udara harus tinggi Udara harus kering Harus ada aliran udara yang terus menerusProses mummifikasi lengkap dalam waktu 1 sampai 3 bulan, dan jenazah yang mengalami mummifikasi ini dapat bertahan lama sekali.Gejala-gejala yang tampak ialah : Tubuh menjadi kurus, kering dan mengkerut Warna coklat muda sampai coklat kehitaman Kulit melekat erat pada jaringan dibawahnya Susunan anatomi alat-alat tubuh masih baikh. AdipocereAdipocere terjadi karena adanya proses hidrogenisasi dari asam lemak tak jenuh menjadi asam lemak jenuh, dan asam lemak jenuh ini bereaksi dengan alkali membentuk sabun yang tidak larut.Syarat untuk terjadinya adipocere adalah : Tempat harus basah, artinya harus mengandung air Tempat harus mengandung alkaliProses adipocere ini terjadi dalam waktu beberapa bulan sampai beberapa tahun. Lebih cepat pada bayi dan anak-anak daripada orang dewasa.Gejala-gejala yang tampak adalah : Tubuh berwarna putih sampai putih kekuningan Bila diraba terasa seperti sabun Pada pemanasan akan meleleh Berbau tengik

Identifikasi jenazahProses Identifikasi menurut DVI Dalam melakukan fungsinya, dasar Identifikasi dalam DVI diantaranya:1. Dasar Primer (Primary Identifier) terdiri dari: sidik Jari (Fingerprint) hasil Pemeriksaan Gigi Geligi (Dental Record) DNA2. Dasar Skunder (Secondary Identifier) terdiri dari: Barang kepemilikan (Property) Data medis (Medical)

Prinsip dari proses identifikasi ini adalah dengan membandingkan data Ante Mortem dan Post Mortem, semakin banyak yang cocok maka akan semakin baik. Primary Identifiers mempunyai nilai yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan Secondary Identifiers.METODOLOGI IDENTIFIKASIPrinsipnya adalah pemeriksaan identitas seseorang memerlukan berbagai metode dari yang sederhana sampai yang rumit.Metode sederhanaCara visualDapat bermanfaat bila kondisi mayat masih baik, cara ini mudah karena identitas dikenal melalui penampakan luar baik berupa profil tubuh atau muka. Cara ini tidak dapat diterapkan bila mayat telah busuk, terbakar, mutilasi serta harus mempertimbangkan faktor psikologi keluarga korban (sedang berduka, stress, sedih, dll).

Melalui kepemilikan (property)Identititas cukup dapat dipercaya terutama bila kepemilikan tersebut (pakaian, perhiasan, surat jati diri) masih melekat pada tubuh korban.

Dokumentasi, foto diri, foto keluarga, foto sekolah, KTP atau SIM dan lain sebagainya.Metode ilmiah, antara lain:Sidik jariSistem yang berkembang kemudian adalah pendeteksian melalui sidik jari (Daktiloskopi) yang awalnya diperkenalkan oleh Nehemiah Grew tahun 1614-1712, kemudian oleh Mercello Malphigi tahun 1628-1694 dan dikembangkan secara ilmiah oleh dokter Henry Fauld tahun 1880 dan Francis Dalton tahun 1892 keduanya berasal dari Inggris. Berdasarkan perhitungan matematis penggunaan sidik jari sebagai sarana identifikasi mempunyai ketepatan yang cukup tinggi karena kemungkinan adanya 2 orang yang memiliki sidik jari yang sama adalah 64 x 109: 1, kendala dari sistem ini adalah diperlukan data dasar sidik jari dari seluruh penduduk untuk pembanding.

SerologiPenentuan golongan darah yang diambil baik dari dalam tubuh korban, maupun bercak darah yang berasal dari bercak-bercak yang terdapat pada pakaian, akan dapat mengetahui golongan darah si korban.

OdontologiGigi merupakan suatu cara identifikasi yang dapat dipercaya, khususnya bila rekam dan foto gigi pada waktu masih hidup yang pernah dibuat masih tersimpan dengan baik. Pemeriksaan gigi ini menjadi amat penting apabila mayat sudah dalam keadaan membusuk atau rusak, seperti halnya kebakaran. Adapun dalam melaksanakan identifikasi manusia melalui gigi, kita dapatkan 2 kemungkinan:Memperoleh informasi melalui data gigi dan mulut antara lain mengenai:a. umurb. jenis kelaminc. rasd. golongan darahe. bentuk wajahf. DNADengan adanya informasi mengenai perkiraan batas-batas umur korban misalnya, maka pencarian dapat dibatasi pada data-data orang hilang yang berada di sekitar umur korban. Dengan demikian penyidikan akan menjadi lebih terarah.

Mencari ciri-ciri yang merupakan tanda khusus pada korban tersebut.Di sini dicatat ciri-ciri yang diharapkan dapat menentukan identifikasi secara lebih akurat dari pada sekedar mencari informasi tentang umur atau jenis kelamin. Ciri-ciri demikian antara lain: misalnya adanya gigi yang dibungkus logam, gigi yang ompong atau patah, lubang pada bagian depan biasanya dapat lebih mudah dikenali oleh kenalan atau teman dekat atau keluarga korban.

Antropologi

Identifikasi ini meliputi pemeriksaan dan pencarian data bentuk tubuh, tinggi, dan berat badan, ras jenis kelamin, warna rambut, warna tirai mata, cacat tubuh atau kelainan khusus, jaringan parut bekas operasi/luka, tato dan sebagainya.

Biologi.Dengan metode ilmiah ini didapatkan akurasi yang sangat tinggi dan juga dapat dipertanggung-jawabkan secara hukum. Metode ilmiah yang paling mutakhir saat ini adalah DNA Profiling (Sidik DNA). Cara ini mempunyai banyak keunggulan tetapi memerlukan pengetahuan dan sarana yang canggih dan mahal. Dalam melakukan identifikasi selalu diusahakan cara-cara yang mudah dan tidak rumit. Apabila dengan cara yang mudah tidak bisa, baru meningkat ke cara yang lebih rumit. Selanjutnya dalam identifikasi tidak hanya menggunakan satu cara saja, segala cara yang mungkin harus dilakukan, hal ini penting oleh karena semakin banyak kesamaan yang ditemukan akan semakin akurat. Identifikasi tersebut minimal harus menggunakan 2 cara yang digunakan memberikan hasil yang positif (tidak meragukan).Prinsip dari proses identifikasi adalah mudah yaitu dengan membandingkan data-data tersangka korban dengan data dari korban yang tak dikenal, semakin banyak kecocokan semakin tinggi nilainya. Data gigi, sidik jari, atau DNA secara tersendiri sudah dapat digunakan sebagai faktor determinan primer, sedangkan data medis, property dan ciri fisik harus dikombinasikan setidaknya dua jenis untuk dianggap sebagai ciri identitas yang pasti.

Identifikasi dengan Teknik SuperomposisiSuperomposisi adalah suatu pemeriksaan untuk menetukan identitas seeorang dengan membandingkan orban semasa hidupnya dengan tengkorak yang ditemukan. Kesulitan dalam mengunakan metode ini adalah :1. Korban tidak pernah membuat foto semasa hidupnya2. Foto korban hars dalam kondisi baik3. Tengkorak yang ditemukan sudah buruk dan tidak berbentuk lagi4. Membutuhkan kamar gelap yang perlu biaya sendiriKhusus pada korban bencana massal, telah ditentukan metode identifikasi yang dipakai yaitu: a. Primer/utama 1) gigi geligi 2) sidik jari 3) DNA b. Sekunder/pendukung 1) visual 2) properti 3) medik

Penentuan penyebab kematian Berdasarkan ICD 10 (International Classification of Disease and Related Health Problems, 10th revision) terdapat tiga klasifikasi penyebab kematian, antara lain:1. Penyebab kematian langsungMerupakan kondisi yang secara langsung dapat menyebabkan kematian Contoh sebab kematian langsung : heart attack 2. Penyebab kematian antaraMerupakan gangguan fisiologis atau biokimiawi yang ditimbulkan penyebab langsung sehingga individu tidak dapat bertahan hidup3. Penyebab kematian dasarMerupakan penyakit/ kondisi atau cedera yang merupakan awal dimulainya perjalanan penyakit menuju kematian.

Untuk mengetahui penyebab kematian, perlu diketahui bagaimana cara kematian. Adapun cara kematian dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:1. Cara kematian wajarSuatu kematian disebut wajar apabila orang tersebut berada dalam perawatan seorang dokter, diagnosis penyakitnya telah diketahui dan kematiannya diduga karena penyakitnya tersebut. Pada kematian yang terjadi dalam perawatan di Rumah Sakit atau dalam perawatan seorang dokter, pada umumnya dokter dapat memastikan bahwa kematian tersebut kematian wajar. Pada kasus ini dokter yang memeriksa pasien terakhir kali atau dokter yang merawat dapat langsung memberikan surat keterangan kematian (formulir A) dan jenazahnya dapat langsung diserahkan pada keluarganya. 2. Penyebab kematian tidak wajarSetiap kematian yang terjadi akibat kekerasan atau keracunan termasuk kematian yang tidak wajar.Cara kematian pada kematian tidak wajar adalah pembunuhan, bunuh diri dan kecelakaan.Pada kasus kematian tidak wajar, kasusnya hendaknya segera dilaporkan ke penyidik, sesuai dengan pasal 108 KUHAP. Adapun yang termasuk dalam kategori kasus yang harus dilaporkan ke penyidik adalah: Kematian yang terjadi di dalam tahanan atau penjara kematian terjadi bukan karena penyakit dan bukan karena hukuman mati Adanya penemuan mayat dimana penyebab dan informasi mengenai kematiannya tidak ada. Keadaan kematiannya menunjukkan bahwa kemungkinan kematian akibat perbuatan melanggar hukum Orang tersebut melakukan bunuh diri atau situasi kematiannya mengindikasikan kematian akibat bunuh diri Kematian yang terjadi tanpa kehadiran dokter Kematian yang disaksikan dokter tetapi ia tidak dapat memastikan penyebab kematiannya. Penentuan cara kematian Faktor Pembunuhan Bunuh diri

Tempat kejadian

Luka Lokasi Kondisi Pakaian

Senjata Surat/catatan peninggalan

Titik anatomisJumlah lukaLuka percobaanLuka tangkisTanda pergulatanMutilasiArah irisanVariabel Tidak teratur Tertembus

Tidak adaTidak ada

Variabel Satu atau lebihTidak adaAda (biasanya)Ada (biasanya)Ada (dapat)Variabel TersembunyiTeratur Terbuka, luka tmpak jelasAda Ada (seringkali)

TertentuBiasanya satuAda Tidak adaTidak adaTidak adaSejajar

Kematian karena Luka Akibat Benda Tajama. Luka IrisCara kematian: pembunuhan dan bunuh diri Ciri- ciri luka iris pada Pembunuhan sebenarnya adalah sulit untuk membunuh seorang dengan irisan, kecuali kalau fisik korban jauh lebih lemah dari pelaku atau korban dalam keadaan/dibuat tidak perdaya. Cirri-ciri Luka Iris pada Bunuh Diri:1. Luka dapat disembarang tempat, juga pada daerah tubuh yang tak mungkin dicapai tangan korban sendiri2. Luka-luka tangkisan pada anggota gerak korban karena korban melakukan perlawanan3. Tidak ditemukan luka iris percobaan4. Pakaian ikut terkoyak akibat benda tajam tersebutb. Luka TusukSebab-sebab kematian pada luka tusuk: Penyebab kematian langsung: perdarahan, rusaknya alat tubuh penting, emboli udara Penyebab kematian tak langsung: sepsis/infeksi Kematian karena trauma thermika. Luka BakarCara Kematian: Cara kematian pada luka bakar biasanya akibat kecelakaan, akan tetapi bukan tidak mungkin ada unsur kesengajaan (pembunuhan) atau bunuh diri. Seringkali pembakaran dilakukan untuk akibat tindakan fisik terhadap korbansebelum dibakar, bahkan pula korban telah terbunuh sebelum dibakar. Untuk mencari cara kematian pada korban, maka perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain: 1) Penyakit-penyakit yang mungkin menyebabkan kecelakaan, misalnya: epilepsy dan hipertensi.2) Keadaan barang disekitar korban, misalnya pada kasus bunuh diri barang-barang disekitar korban masih tampak pada tempatnya yang sesuai (tidak berantakan).3) Adanya tanda-tanda kekerasan yang lain selain luka bakar, misalnya luka-luka akibat benda tajam/tumpul yang mungkin terjadi sebeblum terbakar.

Kematian karena aliran listrikCara kematian: kematian karena aliran listrik paling sering karena terjadi karena kecelakaan, jarang terjadi karena pembunuhan dan bunuh diri. Oleh karena itu pemeriksaan Tempat Kejadian Perkara (TKP) sangat penting untuk dapat memperkirakan cara kematian. Kematian karena asfiksiaAsfiksia merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekurangan oksigen yang disebabkan oleh karena terganggunya saluran pernafasan. Asfiksia dapat juga dikatakan anoksia atau hipoksia yang artinya kegagalan oksigen mencapai sel-sel tubuh. Asfiksia dapat terjadi karena hal-hal baik yang wajar maupun yang tidak wajar. Hal-hal yang tidak wajar biasanya dapat menyebabkan asfiksia sampai kematian.1. Hanging (Strangulation by suspension)Merupakan suatu strangulasi dimana tekanan pada leher disebabkan oleh jerat yang menjadi erat akibat berat badan korban sendiri, sehingga saluran pernafasan tertutup. Cara kematian dari hanging ini adalah bunuh diri (paling sering), kecelakaan, dan pembunuhan. Contoh kasus hanging bunuh diri yang sering terjadi adlah kasus gantung diri. Kasus hanging kecelakaan biasanya terjadi kecelakaan sewaktu bermain umumnya pada anak-anak dan tidak diperlukan penyidikan yang sulit oleh karena kasusnya biasanya jelas. Namun Kasus hanging pembunuhan biasanya jarang terjadi. Kasus ini dapat terjadi kalau korbannya anak-anak atau orang dewasa yang kondisinya lemah. 2. Strangulation by ligatureMerupakan suatu strangulasi dimana tekanan pada leher disebabkan oleh jerat yang menjadi erat akibat kekuatan yang lain daripada perat badan korban. Tekanannya tidak sekeras hanging sehingga tidak menyebabkan muka sinosis. Cara kematiannya dapat ditafsirkan apakah pembunuhan, bunuh diri atau kecelakaan. Kasus pembunuhan contohnya pembunuhan bayi, pembunuhan yang dilakukan oleh geng dimana disini terjadi cekikan dengan jerat yang ditutup dengan kekuatan lain daripada berat badan. Contoh kecelakaan misalnya bayi yang terjerat oleh tali pakainnya sendiri.3. Throttling (Manual Strangulation)Merupakan suatu strangulasi dimana tekanan pada leher dilakukan dengan tangan atau lengan bawah sehingga saluran nafas tertutup. Cara kematian kasus ini adalah pembunuhan (tersering) dan kecelakaan.4. Drowing (tenggelam)Merupakan suatu bentuk suffocation (obstruksi jalan nafas sehingga menghalangi masuknya udara kedalam paru-paru yang mengakibatkan terjadinya asfiksia) dimana korban terbenam dalam air/cairan dan benda tersebut terhisap masuk ke jalan napas sampai alveoli paru-paru. Cara kematian tenggelam sama seperti kasus-kasus sebelumnya yaitu, kecelakaan (contoh: waktu berenang kemudian terjadi serangan epilepsy atau penyakit jantung), pembunuhan (korban tenggelam namun ditemukan juga tanda kekerasan lainnya, misalnya dipukul atau ditembak atau kekerasan lainnya), bunuh diri , undetermined ( contoh: bila korban ditemukan dalam air sudah membusuk sehingga tidak dapat diketahui cara kematiannya).

Penentuan waktu kematianCara Menentukan Waktu KematianAdanya perubahan-perubahan yang terjadi setelah kematian, yang menurut kenyataan mempunyai pola tertentu, memungkinkan dapat memerkirakan kematian seseorang.kematian seseorang.Untuk dapat memperoleh hasil perkiraan yang tidak terlalu menyimpang, penilaian terhadap perubahan-perubahan yang terjadi haruslah tidak berdri tersendiri, melainkan ditafsirkan secara bersama-sama dengan memperhatikan pula berbagai faktor yang mempengaruhi perubahan-perubahan tersebut.Perubahan pada mayat yang dimaksud adalah sebagai berikut:1. Penurunan suhu mayatPenurunan suhu mayat atau algor mortis akan terjadi setelah kematian dan telah berlanjut sampai terjadi suatu keadaan dimana suhu mayat sama dengan suhu lingkungan. Berdasarkan penelitian kurva penurunan suhu mayat akan berbentuk sigmoid, dimina pada jam-jam pertama penurunan suhu akan berlangsng dengan lambat, demikian pula dengan suhu mayat telah mendekati suhu lingkungan. Panas yang dilepaskan melalui permukaan kulit secara radiasi, dan oleh karena lapisan tubuh terdiri lapisan yang tidak homogen, maka lapisan yang berada dibawah kulit akan menyalurkan panasnya ke arah kulit. Sedangkan lapisan tersebut juga menerima panas dari lapisan yang berada dibawahnya. Proses metabolisme sel yang masih berlangsung beberapa saat setelah kematian somatic juga terbentuk energi, merupakan faktor yang menyebabkan mengapa penurunan suhu mayat pada jam-jam pertamana lambat. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi kecepatan penurunan suhu mayat, yang perlu diperhatikan oleh karena menentukan ketetapan perkiraan saat kematian adalah:a. Faktor lingkunganPerbedaan antara suhu mayat dan suhu lingkungan sangat besar, maka penurunan suhu akan berlangsung dengan cepat, demikian pula dengan intensitas dan kualitas alirian atau pergerakan udara akan berpengaruh terhadap kecepatan penurunan suhu mayat.b. Suhu tubuh sebelum kematianBeberapa keadaan seperti infeksi, perdarahan otak, kerusakan jaringan otak serta kematian karena penjeratan akan didahilui dengan peningkatan suhu tubuh. Dengan demikian adanya keadaan tersebut harus diperhitungkan dalam penafsiran saat kematian.c. Keadaan fisik tubuh serta pakaian yang menutupinyaTebalnya jaringan lemak dan jaringan otot serta ketebalan pakaian yang menutupi tubuh mayat akan mempengaruhi kecepatan penurunan suhu. Dengan demikian pada orang yang jaringan lemaknya tebal atau memakai pakaian yang berlapis-lapis, penutunan suhu akan berlangsung lambat bila dibandingkan dengan orang yang kurus serta tidak mengenakan pakaian. Rumus perkiraan saat kematian berdasarkan penurunan suhu mayat pada suhu lingkungan sebesar 70F (21C), adalah sebagai berikut:Saat kematian = Suhu tubuh normal adalah sebesar 98,6F, sedangkan rata-rata penurunan suhu perjam dimana suhu lingkungan 70F adalah sebesar 1,5.2. Lebam mayatLebam mayat atau livor mortis, terjadi sebagai akibat pengumpulan darah dalam pembuluh-pembuluh darah kecil, kapiler dan venul, pada bagian tubuh yang terendah karena daya gravitasi. Lebam mayat akan tampak sebagai daerah pada kulit yang berwarna merah ungu, dan dengan berlangsungnya waktu lebam mayat akan tampak semakin meluas. Oleh karena pengumpulan darah tersebut terjadi secara pasif, maka pada tempat-tempat yang mengalami tekanan, yang menyebabkan tertekan pula pembuluh darah, maka tempat tersebut tidak dijumpai adanya lebam mayat.

Gambar:Lebam mayat terlihat pada daerah pundak, punggung dan tungkai bagian belakang Lebam mayat akan dimulai sekitar 30 menit setelah kematian somatic dan intensitas maksimal akan dicapai pada waktu 8-12 post martum. Dengan demikian penekanan didaerah lebam mayat tidak akan menghilang. Tidak hilangnya lebam mayat pada saat itu dikarenakan telah terjadi pembesaran darah akibat rusaknya pembuluh darah kedalam jaringan disekitar pembuluh darah tersebut. Atas dasar keadaan tersebut diatas, maka dari sifat-sifat serta distribusi lebam mayat dapat diperkirakan apakah pada tubuh korban telah terjadi manipulasi merubah posisi korban.

3. Kaku mayatKaku mayat atau rigor mortis, adalah kekakuan yang terjadi pada otot yang kadang-kadang disertai dengan sedikit pemendekan serabut otot yang terjadi setelah periode pelemasan/ relaksasi primer. Hal tersebut disebabkan oleh terjadinya perubahan kimiawi pada protein yang terdapat dalam serabut otot. Kaku mayat akan terjadi pada seluruh otot, baik otot lurik maupun otot polos. Kaku mayat mulai terjadi sekitar 2 jam post mortal dan mencapai puncak setelah 10-12 jam post mortal. Keadaan tersebut akan menetap selama 24 jam, setlah 24 jam kaku mayat mulai menghilang sesuai dengan urutan terjadinya, yaitu dimulai dari otot-otot wajah, leher, lengan, dada, perut dan tungkai. Kematian karena infeksi, konvulsi kelelahan fisik, serta keadaan kelelahan fisik dan keadaan suhu sekeliling yang tinggi akan mempercepat terbentuknya kaku mayat. Pada orang yang gizinya jelek juga akan lebih cepat terjadi kaku mayat daripada korban dengan gizi baik. Adanya kejanggalan dari postur pada mayat dimana kaku mayat telah terbentuk dengan posisi sewaktu mayat ditemukan, dapat menjadi petunjuk bahwa pada tubuh korban telah dipindahkan setelah mati, ini mungkin dimaksudkan untuk menutupi sebab kematian atau cara kematian yang sebenarnya.

4. Cadaveric Spasmus, Heat stiffenin, dan Cold stiffeningCadaveric Spasmus atau instantaneous rigor, yaitu kekakuan otot yang terjadi pada sekelompok otot dan kadang-kadang pada seluruh otot, segera setelah kematian somatis dan menetap. Dapat terjadi pada korban yang mengalami ketegangan jiwa, kepanikan atau menderita nyeri yang hebat menjelang kematiannya. Cadaveric spasmusmenunjukkan adanya intravitalitas. Pada kasus bunuh diri tidak jarang dijumpai Cadaveric spasmus, dimana korban tampak memegang erat senjata yang digunakannya. Cadaveric spasmustidak dapat ditiru, sehingga akan sia-sia tindakan pelaku kejahatan bila menaruh senjata pada lengan korban untuk menimbulkan kesan bahwa terjadi kasus bunuh diri.Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein karena suhu tinggi. Misalnya pada mayat yang tersimpan dalam ruangan dengan pemanas ruangan dalam waktu yang lamadan pada kasus kebakaran. Pada korban yang mati terbakar kekakuan dapat sedemikian rupa sehingga dapat menyerupai sikap seorang petinju. Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan dengan suhu yang rendah sehingga terjadi pembekuan cairan tubuh dan pemadatan jaringan lemak subkutan sampai otot. Bila kita coba untuk melawan kekakuan tersebut, maka akan terdengar derik yang disebabkan karena pecahnya cairan yang membeku tadi.

5. PembusukanPembusukan adalah suatu keadaan dimana bahan-bahan organic tubuh mengalami dekomposisi baik yang disebabkan oleh karena adanya aktivitas bakteri maupun karena autolisis. Setelah terjadi kematian, bakteri yang normal ada didalam tubuh segera mengadakan invasi kedalam jaringan, darah adalah medium yang paling baik untuk perkembangan dan pertumbuhan bakteri tersebut. Bakteri terutama datang dari usus besar, dimana klostridium welchii yang paling dominan. Dengan sendirinya bila kematian seseorang disebabkan karena infeksi, pembusukan akan berlangsung cepat.Autoanalisis adalah perlunakan atau pencairan jaringan tubuh yang terjadi dalam kondisi steril, tanpa pengaruh bakteri. Hal tersebut dikarenakan adanya aktivitas enzimatik, yang berasal dari sel itu sendiri yang dilepaskan setelah terjadi kematian. Aktivitas enzim yang menyebabkan autolisis dapat dihambat dengan menaruh jaringan tersebut dalam suatu tempat yang suhunya sangat rendah.Proses pembusukan akan dipercepat dengan adanya panas, dengan suhu lingkungan diatas 200 C, misalnya didaerah tropis, pembusukan akan dilihat dalam waktu 24 jam. Bila suhu lingkungan sesuai dengan suhu optimal bagi pertumbuhan bakteri, maka pembusukan akan cepat terjadinya. Tanda awal pembusukan akan tampak bewarna kehijauan pada daerah perut kanan bawah, dimana usus besar didaerah tersebut banyak mengandung cairan dan bakteri, selain memang letak usus tersebut dekat dengan dinding perut. Pewarnaan akan menyebar keseluruh perut dan kemudian kedaerah dada, pada saat ini tercium bau pembusukan. Pada akhir minggu pertama tubuh seluruhnya berwarna kehijauan dan disana akan tampak merah ungu. Gambaran pembuluh balik akan tampak lebih jelas terutama didaerah bahu, dada bagian atas, perut bagian bawah dan pada daerah lipatan paha. Jika proses pembusukan cepat gambaran pembuluh balik yang seperti jaring-jaring tersebut akan tampak dalam waktu 24 jam saja. Dalam minggu kedua terbentuk gelembung pembusukan yang berisi cairan berwarna kehitaman yang disertai dengan bau pembusukan, yang bila dipecah akan tampak kulit pada dasar gelembung tersebut licin dan berwarna merah jambu.Pembentukan gas dalam tubuh akan dimulai pada awal minggu kedua, pembentukan tersebut dimulai dari lambung dan usus, hal ini akan menyebabkan perut akan tampak menggelembung dan dindingnya tegang. Adanya tekanan pada perut akibat pembentukan gas tersebut akan menyebabkan keluarnya cairan merah kehitaman dari mulut dan hidung, sebagian berasal dari saluran pernafasan dan sebagian berasal dari lambung. Adanya gas dalam jaringan tubuh akan memberikan kesan krepitasi terabanya derik udara bula daerah tersebut diraba. Gelembung pembusukan akan tampak jelas biasanya pada kantung jakar dan buah dada. Setelah tiga atau empat minggu rambut akan mudah dicabut kuku-kuku akan terlepas, wajah akan tampak menggembung, mata akan tertutup erat oleh karena penggembungan kedua kelopak mata, bibir akan menggelembung dan mencucur, lidah akan menggembung dan terjulur keluar. Lalat dapat meletakkan telur-telurnya pada lubang-lubang tubuh, dan ini akan menjadi larva yang tampak banyak berkumpul didaerah mata, hidung, mulut, yang pada umumnya akan mencapai pertumbuhan optimal dalam waktu 4 hari.Pembusukan pada alat-alat dalam akan terjadi dengan kecepatan yang berbeda, salah satu faktor yang berperan dalam kecepatan pembusukan adalah banyak sedikitnya darah yang terdapat dalam organ dalam tersebut. Kelenjar prostat dan kandung rahim non-gravid paling lama mengalami pembusukan, lambung akan berwarna coklat keunguan dalam waktu 24 jam, akan tetapi pada umumnya terjadi dalam waktu 4-5 hari, mukosa saluran pernafasan, endokardium dan intima pembuluh darah akan berwarna merah kehitaman. Minggu kedua pembusukan pada jaringan otak, paru-paru, hati, jantung, limpa dan ginjal akan mudah dikenali. Otak akan melunak dan membubur, paru-paru menjadi lembek, hati akan menunjukan gambaran honey-comb, limpa lunak dan mudah hancur, otot jantung tampak suram dan pucat keunguan.Dengan berlanjutnya proses pembusukan, alat-alat dalam akan menciut tapi masih dapat dikenali. Kelenjar prostat dan rahim paling lama mengalami pembusukan, sehingga pada keadaan tertentu dimana telah terjadi pembusukan lanjut, kedua alat dalam tersebut dapat dipakai sebagai petunjuk untuk menentukan jenis kelamin dari mayat yang bersangkutan.Rumus casper menunjukan kecepatan pembusukan pada keadaan lingkungan yang berbeda-beda. Menurut casper keadaan mayat setelah berada selama 1 minggu diudara terbuka adalah sama dengan 2 minggu dalam air dan 8 minggu didalam kuburan.

6. Perubahan pada mataPengeringan pada kornea yang akan menyebabkan kekeruhan akan tampak beberapa menit setelah kematian. Jika tetap dalam keadaan terbuka, kekeruhan pada kornea secara keseluruhan akan tampak jelas dalam waktu 10-20 jam setelah kematian. Tetap terbukanya mata juga akan menyebabkan perubahan pada sclera, dimana tampak sebagai daerah segi tiga yang berwarna coklat dengan alas pada tepi kornea dan puncaknya menghadap kesudut mata sebelah dalam. Perubahan pada sclera tersebut dikenal dengan nama: taches noires slerotiques, kekeruhan yang menyeluruh pada kornea yang terjadi 10-12 jam setelah kematian tersebut tidak dapat dihilangkan dengan air. Lain halnya dengan kekeruhan yang segera terjadi setelah kematian.Tekanan intraokuler akan menurun, hal ini akan menyebabkan distorsi pada teleng mata bila bola mata ditekan. Ukuran diameter pupil tidak mempunyai korelasi dengan penyebab kematian, diameter pupil mata berkisar antara 2 mm-9mm, dengan rata-rata sekitar 4-5 mm. pada pemeriksaan ophthalmoskop, dapat dilihat perubahan yang terjadi pada retina. Dalam 2 jam pertama setelah kematian, retina tampak pucat dan daerah sekitar fundus akan tampak kuning, demikian pula pada daerah sekitar makula. Sekitar 6 jam batas fundus menjadi tidak jelas, dan tampak gambaran segmentasi pada pembuluh darah, denga latar belakang yang berwarna kelabu kekuningan; gambaran ini akan mencapai keseluruhan tepi retina sekitar 7-10 jam.

7. Cutis AnserinaKaku mayat yang terjadi pada otot-otot erektor pili, akan memberikan gambaran yang dikenal dengan nama cutis anserina atau goose skin appeareance, yang tampak sebagai kulit berbintil-bintil. Gambaran yang demikian didapatkan pada kasus tenggelam, akan tetapi disini selain faktor kaku mayat murni, suhu keliling yang rendah juga turut berperan di dalam pembentukkannya.8. MummifikasiMummifikasi terjadi pada suhu panas dan kering sehingga tubuh akan terdehidrasi dengan cepat dan dapat menghentikan proses pembusukan. Mummifikasi terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan, dipengaruhi oleh suhu lingkungan dan sifat aliran udara. Jaringan akan berubah menjadi keras, kering, warna coklat gelap, berkeriput dan tidak membusuk. Pengeringan akan mengakibatkan menyusutnya alat-alat dalam tubuh, sehingga tubuh akan menjadi lebih kecil dan ringan.

Gambar: Tampak mayat mengalami pengeringan, menjadi keras dan menempel pada tulang (mummifikasi)

9. AdipocereAdipocere adalah proses terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak dan berminyak serta timbul bau yang khas, yaitu campuran bau tanah, keju, amoniak, manis, dan tengik yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh postmortem. Lemak akan terhidrolisis menjadi asam lemak bebas karena kerja lipase endogen dan enzim lesitinase oleh bakteri klostridium welchii.Faktor yang mempermudah terbentuknya adipocere adalah kelembaban dan suhu panas. Pembentukan adipocere membutuhkan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan. Adipocere relatif resisten terhadap pembusukan. Keuntungan adipocere ini, tubuh korban akan mudah dikenali dan tetap bertahan untuk waktu yang lama sekali sampai ratusan tahun.

Gambar: perubahan-perubahan post-mortal, dikaitkan dengan perkiraan saat kematian

Jenis-jenis luka Jenis jenis luka LUKA AKIBAT BENDA TAJAMdibagi menjadi 3, yaitu :1. Luka iris (incised Wound)2. Luka Tusuk (Stab Wound)3. Luka Bacok (Chop Wound)

LUKA IRIS (INCISED WOUND)Luka akibat benda/alat yang barmata tajam yang terjadi dengan suatu tekanan ringan dan goresan pada permukaan tubuhContoh alat : pisau, pecahan kaca, pisau silet, pedang, potongan sengBentuk Luka Iris:1. Bila sejajar arah serat elastic/otot luka berbentuk celah2. Bila tegak lurus arah serat elastic/otot luka berbentuk menganga3. Bila miring terhadap serat elastic / otot luka berbentuk asimetricCiri-ciri Luka Iris:1. Lokasi luka pada daerah tubuh yang mematikan dan dapat dicapai tangan korban sendiri, misalnya : leher, pergelangan tangan, lekuk siku, lekuk lutut, pelipatan paha2. Ditemukan luka iris percobaan di sekitar di sekitar luka iris yang fatal kurang lebih sejajar satu dengan yang lain, kedalaman luka tidak sama, hail ini disebabkan karena korban mula-mula belum cukup keberaniannya untuk mengiris tubuhnya3. Tidak ditemukan lukatangkisan di bagian tubuh yang lain4. Pakaian disingkirkan dahulu pada daerah dimana terdapat lukaCirri- ciri luka iris pada PembunuhanSebenarnya sulit untuk membunuh seorang dengan irisan, kecuali kalau fisik korban jauh lebih lemah dari pelaku atau korban dalam keadaan/dibuat tidak perdaya.Cirri-ciri Luka Iris pada Bunuh Diri:5. Luka dapat disembarang tempat, juga pada daerah tubuh yang tak mungkin dicapai tangan korban sendiri6. Luka-luka tangkisan pada anggota gerak korban karena korban melakukan perlawanan7. Tidak ditemukan luka iris percobaan8. Pakaian ikut terkoyak akibat benda tajam tersebut

LUKA TUSUK (STAB WOUND)Luka akibat benda/alat yang berujung runcing dan bermata tajam / tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau seorang dengan permukaan tubuhContoh alat: belati, bayonet, pedang, keris, clurit, pecahan kaca, benda-benda berujung runcing dengan penampang bulat/persegi empat/segitiga, misalnya kikir, tanduk kerbau, dllBentuk Luka:1. Tergantung lokasi luka dan bentuk penampang alat penyebab luka2. Pada kulit atau otot :a. Alat pisau arah sejajar serat elastic otot ; bentuk luka seperti celah arah tegak lurus serat elasis/otot : bentuk luka menganga arah mirirng terhadap serat elastic/otot: bentuk luka simetrisb. Alat ganco/lembing bentuk luka: seperti celah bila luka di daerah pertemuan seraelastis/otot, maka bentuk luka bulat (sesuai dengan penampang alat)c. Alat penampang segitiga / segiempat :bentuk luka binatang berkaki tiga/empatCirri-ciri luka tusukTergantung alatnya bermata tajam/tidak bila alat berujung runcing & bermata tajam:1. Tepi luka rata2. Sudut luka tajam, pada sisi tumpul dari alat, sudut luka karang tajam3. Pada sisi tajam dari alat, rambut ikut terpotong4. Bila tusukan dilakukan sampai pangkal pisau, kadang ditemukan memar disekitar luka5. Ukuran dalam luka lebih besar daripada panjang lukaSebab-sebab kematian pada luka tusuk1. Penyabab kematian langsung: perdarahan, rusaknya alat tubuh penting, e,bopli udara2. Penyebab kematian tak langsung: sepsis/infeksiCirri-ciri luka tusuk pada pembunuhan1. Lokasi pada daerah-daerah yagn ada alat tubuh penting dan dapat dicapai oleh tangan korban sendiri ( misalnya: dada, perut )2. Jumlah luka yang mematikan biasanya satu/lebih3. Adanya tanda-tanda perlawanan dari korban yang menyebabkan luka tangkisan4. Tidak ditemukan luka tusuk percobaan (ternative stabs)Cirri-ciri tusuk pada bunuh diri:1. Lokasi pada daerah yang ada alat tubuh penting dan penting dan dapat dicapai oleh tangan korban sendiri (misalnya dada,perut)2. Jumlah luka yang mematikan biasanya Satu3. Ditemukan luka tusuk percobaan disekitar luka utama, bergerombol dan dengan kedalaman yang berbeda-beda4. Tidak ditemukan luka tangkisan5. Bila pada daerah yang ada pakaian, maka pakaian akan disingkirkan lebih dahulu6. Kadang-kadang tangan yang memegang senjata mengalami cadaveric spasm

LUKA BACOK (CHOP WOUND) Luka Bacok adalah: luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam atau agak tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga agak besar. Cirri-ciri luka bacok:1. Ukuran biasanya besar2. Tepi luka tergantung pada mata senjata: tajam atau kurang tajam. Makin tajam mata senjata yang digunakan, tepi luka yang ditimbulkan makin rata3. Sudut luka tergantung mata senjata yang digunakan4. Hampir selalu menimbulkan kerusakan pada tulang, kadang-kadang bagian tbuh yang mengalami bacokan ikut terputus5. Dapat dijumpai memar atau lecet disekitar luka Cara kematian: pembunuhan, kecelakaan Sebab kematian pada luka bacok

LUKA AKIBAT BENDA TUMPULLuka akibat benda tumpul merupakan kasus yang paling banyak terjadi dan selalu menduduki urutan pertama yang masuk dibagian ilmu kedokteran forensic Pembagian kekerasan karena benda tumpul: Menurut besar kecilnya tubuh yang terkena Lokal (localized) Hanya mengenai sebagian kecil dari tubuh (akibat kekerasan dari suatu benda dengan luas teretentu yang relative kecil) Kekerasan yang timbul dapat pada kulit (jaringan subcutan ataupun alat tubuh yang lebih dalam) Bisanya dijumpai pada : serangan hewan atau manusia GeneralizedBisa mengenai seluruh tubuh / sebagian besar tubuh, cara kejadiannya ada 3 macam: Telempar ; trauma yang terjadi dapat direct dimana kerusakannya pada tempat kontak , maupun indiredt yang tidak pada tempat kontak Tergilas/terdindih : missal pada kecelakaan, lalu-lintas, tertimpa bangunan , runtuh dan sebagainya Terkoyak: terjadi bila arah kekerasan tangensial (missal: pada kecelakan lantas) Menurut jaringan atau organ yang terkena dan mengalami kerusakan Kulit Luka lecet (abrasion) Luka memar (contusion) Luka retak, robek, koyak (laceration) Kepala Mengenai tengkorak Jaringan intracranial : selaput otak dan otak Leher dan Tulang Belakang Dada Mengenai tulang-tulang Mengenai organ di dalam dada (pericard, jantung, paru-paru, diafragma)1. Perut Mengenai organ-organ parenchyma Mengenai organ-organ berongga2. Anggota gerak Mengenai tulang dan sendi-sendi Mengenai jaringan lunak

LUKA LECETSuatu kerusakan yang mengenai lapisan atas dari epidermis akibat kekerasan dengan benda yang memepunyai permukaan yang kasar, sehingga epidermis menjadi tipis, sebagian atau seluruh lapisannya hilangContoh luka lecet:1. Karena persentuhan dengan benda runcing seperti kuku, duri2. Karena persentuhan dengan benda kasar misalnya terseret di jalan aspal3. Karena tali tampar yaitu pada leher orang gantung diri, diikat dengan tali tampar4. Karena persentuhan dengan benda yang meninggalkan bekas seperti ban mobilCirri-ciri luka lecet:1. Sebagian atau seluruh epitel hilang2. Kemudian permukaan tertutup oleh exudasi yang akan mengoreng (crusta)3. Timbul reaksi radang berupa peniumbunan sel-sel PMN4. Biasanya tidak meninggalkan jaringan parutLuka lecet dapat terjadi ante mortem atau oost mortem: Antemortem: Warna coklat kemerahan karena eksudasi Mikroskopis terdapat sisa-sisa epithelium dan tanda-tanda intravital Postmortem: Tampak mengkilap, warna kekuningan Mikroskopis epidermis terpisah sempurna dari dermis dan tidak ditemukan tanda-tanda intravital Pada umunya terjadi pada daerah penonjolan tulangPerkiraan umur luka lecet: umur luka lecet secara nakroskopis maupun mikroskopis dapat diperkirakan sebagai berikut: Hari ke 1 3 berwarna coklat kemerahan karena eksudasi darah dan cairan lymphe 2-3 hari kemudian pelan-pelan betambah suram dan lebih gelap Setelah 1-2mnggu mulai terjadi pembentukan epidermis baru Dalam beberapa minggu akan timbul penyembuhan lengkap

LUKA MEMARYang mengalami kerusakan pada luka memar adalah jaringan subkutan sehingga pembuluh pembuluh darah (kapiler) rusak dan pecah sehingga darah meresep ke jaringan sekitarnya.Perbedaan Luka Memar dibedakan dengan Lebam Mayat: Lokasi Luka memar di sembarang tempat, sedang lebam mayat pada bagian tubuh yang terendah Luka memar disertai dengan pembenkakan dan tanda-tanda intravital Bila ditekan atau diiris warna luka memar tidak menghilang, pada lebam mayat warna menghilang dan jika diiris keluar darahUmur Luka Memar: Mula mula hanya timbul pembengkakan Kemudian berwarna merah kebiruan Pada hari ke-1 sampai dengan 3 warna menjadi biru kehitaman Kemudian warna menjadi biru kehijauan berikutnya coklat dan akhirnya menghilang dalam 1 4 minggu

LUKA ROBEKPenyembuhan luka lecet, memar, ataupun robek tergantung pada: vaskularisasi, kesehatan tubuh penderita, ukuran luka, ada tidaknya komplikasi (misalnya infeksi)

Deskripsi luka Dalam mendeskripsikan luka terbuka harus mencakup jumlah, lokasi, bentuk, ukuran, dan sifat luka. Sedangkan untuk luka tertutup, sifat luka tidak perlu dicantumkan dalam pendeskripsian luka. Untuk penulisan deskripsi luka jumlah, lokasi, bentuk, ukuran tidak harus urut tetapi penulisan harus selalu ditulis diakhir kalimat.Deskripsi luka meliputi:1. Jumlah luka2. Lokasi luka, meliputi:a. Lokasi berdasarkan region anatomiknya.b. Lokasi berdasarkan garis koordinat atau berdasarkan bagian-bagian tertentu dari tubuh. Menentukan lokasi berdasarkan garis koordinat dilakukan untuk luka pada regio yang luas seperti di dada, perut, punggung. Koordinat tubuh dibagi dengan menggunakan garis khayal yang membagi tubuh menjadi dua yaitu kanan dan kiri, garis khayal mendatar yang melewati puting susu, garis khayal mendatar yang melewati pusat, dan garis khayal mendatar yang melewati ujung tumit. Pada kasus luka tembak harus selalu diukur jarak luka dari garis khayal mendatar yang melewati kedua ujung tumit untuk kepentingan rekonstruksi. Untuk luka di bagian punggung dapat dideskripsikan lokasinya berdasarkan garis khayal yang menghubungkan ujung bawah tulang belikat kanan dan kiri.3. Bentuk luka, meliputi :a. Bentuk sebelum dirapatkanb. Bentuk setelah dirapatkan4. Ukuran luka, meliputi sebelum dan sesudah dirapatkan ditulis dalam bentuk panjang x lebar x tinggi dalam satuan sentimeter atau milimeter.5. Sifat-sifat luka, meliputi :a. Daerah pada garis batas luka, meliputi :- Batas (tegas atau tidak tegas)- Tepi (rata atau tidak rata)- Sudut luka (runcing atau tumpul)b. Daerah di dalam garis batas luka, meliputi:- Jembatan jaringan (ada atau tidak ada)- Tebing (ada atau tidak ada, jika ada terdiri dari apa)- Dasar lukac. Daerah di sekitar garis batas luka, meliputi :- Memar (ada atau tidak)-Lecet (ada atau tidak)-Tatoase (ada atau tidak)

Jenis dan teknik otopsi Jenis Otopsi1. Otopsi Anatomi, dilakukan untuk keperluan pendidikan mahasiswa fakultas kedokteran. Bahan yang dipakai adalah mayat yang dikirim ke rumah sakit yang setelah disimpan 2 x 24 jam di laboratorium ilmu kedokteran kehakiman tidak ada ahli waris yang mengakuinya. Setelah diawetkan di laboratorium anatomi, mayat disimpan sekurang-kurangnya satu tahun sebelum digunakan untuk praktikum anatomi. Menurut hukum, hal ini dapat dipertanggungjawabkan sebab warisan yang tak ada yang mengakuinya menjadi milik negara setelah tiga tahun (KUHPerdata pasal 1129). Ada kalanya, seseorang mewariskan mayatnya setelah ia meninggal pada fakultas kedokteran, hal ini haruslah sesuai dengan KUHPerdata pasal 935. 2. Otopsi Klinik, dilakukan terhadap mayat seseorang yang diduga terjadi akibat suatu penyakit. Tujuannya untuk menentukan penyebab kematian yang pasti, menganalisa kesesuaian antara diagnosis klinisdandiagnosis postmortem,pathogenesispenyakit, dan sebagainya. Otopsi klinis dilakukan dengan persetujuan tertulis ahli waris, ada kalanya ahli waris sendiri yang memintanya. 3. Otopsi Forensik/Medikolegal, dilakukan terhadap mayat seseorang yang diduga meninggal akibat suatu sebab yang tidak wajar seperti pada kasus kecelakaan, pembunuhan, maupun bunuh diri. Otopsi ini dilakukan atas permintaan penyidik sehubungan dengan adanya penyidikan suatu perkara. Tujuan dari otopsi medikolegal adalah : Untuk memastikan identitas seseorang yang tidak diketahui atau belum jelas. Untuk menentukan sebab pasti kematian, mekanisme kematian, dan saat kematian. Untuk mengumpulkan dan memeriksa tanda bukti untuk penentuan identitas benda penyebab dan pelaku kejahatan. Membuat laporan tertulis yang objektif berdasarkan fakta dalam bentuk visum et repertum.

Teknik Otopsi Pemeriksaan Luar Identitas umum Tanda pasti kematianPemeriksaan tanda pasti kematian meliputi: Lebam mayat; letak/distribusi, warna, dan intensitas lebam. Kaku mayat; distribusi, derajat kekakuan pada beberapa sendi, dan ada tidaknya spasme kadaverik. Suhu tubuh mayat; memakai termometer rektal dam dicatat juga suhu ruangan pada saat tersebut. Pembusukan. Lain-lain; misalnya mumifikasi atau adiposera. Tanda-tanda kekerasan Tanda akhir hidup Tanda-tanda penyakit Pemeriksaan Dalam IrisanTerdapat tiga cara insisi, yaitu: Insisi I dimulai di bawah tulang rawan krikoid di garis tengah sampai prosesus xifoideus kemudian 2 jari paramedian kiri dari puat sampai simfisis, dengan demikian tidak perlu melingkari pusat. Insisi Y, merupakan salah satu tehnik khusus otopsi dan akan dijelaskan kemudian. Insisi melalui lekukan suprastenal menuju simfisis pubis, lalu dari lekukan suprasternal ini dibuat sayatan melingkari bagian leher. Pembukaan rongga-rongga tubuh Pengeluaran organ tubuhPada pemeriksaan dalam, organ tubuh diambil satu persatu dengan hati-hati dan dicatat : Ukuran : Pengukuran secara langsung adalah dengan menggunakan pita pengukur. Secara tidak langsung dilihat adanya penumpulan pada batas inferior organ. Organ hati yang mengeras juga menunjukkan adanya pembesaran. Bentuk. Permukaan : Pada umumnya organ tubuh mempunyai permukaan yang lembut, berkilat dengan kapsul pembungkus yang bening. Carilah jika terdapat penebalan, permukaan yang kasar , penumpulan atau kekeruhan. Konsistensi: Diperkirakan dengan cara menekan jari ke organ tubuh tersebut. Kohesi: Merupakan kekuatan daya regang anatar jaringan pada organ itu. Caranya dengan memperkirakan kekuatan daya regang organ tubuh pada saat ditarik. Jaringan yang mudah teregang (robek) menunjukkan kohesi yang rendah sedangkan jaringan yang susah menunjukkan kohesi yang kuat. Potongan penampang melintang: Disini dicatat warna dan struktur permukaan penampang organ yang dipotong. Pada umumnya warna organ tubuh adalah keabu-abuan, tapi hal ini juga dipengaruhi oleh jumlah darah yang terdapat pada organ tersebut. Warna kekuningan, infiltrasi lemak, lipofisi, hemosiferin atau bahan pigmen bisa merubah warna organ. Warna yang pucat merupakan tanda anemia. Pengembalian organ tubuh ke tempat semula Penutupan dan penjahitan Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan patologi anatomi Pemeriksaan toksikologi Pemeriksaan serologi Pemeriksaan biologi molekuler

Jenis dan penulisan Visum et RepertumAdalah laporan tertulis untuk Justisi yang dibuat oleh dokter atas sumpah tentang segala sesuatu yang diamati (terutama yang dilihat dan ditemukan) pada benda yang diperiksa. (visum = dilihat, repertum = ditemukan)BAGIAN-BAGIAN VISUM ET REPERTUM1. PRO-JUSTISIAKata ini dicantumkan disudut kiri atas, dan dengan demikian visum et rpertum tidak perlu bermaterai.2. PENDAHULUANBagian ini memuat :a. Identitas pemohon visum et repertum.b. Identitas dokter yang memeriksa/membuat visum et revertum.c. Tempat dilakukannya pemeriksaan (misalanya rumah sakit X Mataram)d. Tanggal dan jam dilakukannya pemeriksaan.e. Identitas korban.f. Keterangan dari penyidik mengenai cara kematian, luka, dimana tempat korban dirawat, dan waktu korban meninggal dunia.g. Keterangan mengenai orang yang menyerahkan atau mengantar korban pada dokter dan waktu saat korban diterima di rumah sakit.3. PEMBERITAANYang dimaksud dalam bagian ini adalah :a. Identitas korban menurut pemeriksaan dokter, berupa umur, jenis kelamin,tinggi badan, berat badan, serta keadaan umumnya.b. Hasil pemeriksaan berupa kelainan yang ditemukan pada korban.c. Tindakan-tindakan atau operasi yang telah dilakukan.d. Hasil pemeriksaan tambahan atau hasil konsultasi dengan dokter lain.

Dalam bagian pemberitaan ini, harus menggunakan bahasa Indonesia sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti oleh orang awam, hanya kalau perlu disertai dengan istilah medis/asing dibelakangnya tanda kurung. Angka harus dtulis mengguanakan huruf, misalnya 4cm di tulis empat senti meter. Tidak diperbolehkan menulis diagnose luka, misalnya luka bacok, luka tembak dll, luka harus dilukiskan dengan kata-kata.Pemberitaan memuat hasil pemeriksaan yang objective sesuai apa yang diamati terutama apa yang dilihat dan apa yang ditemukan pada korban.4. KESIMPULANBagian ini berupa pendapat pribadi dari dokter yang memeriksa, mengenai hasil pemeriksaan sesuai dengan pengetahuannya yang sebaik-baiknya.5. PENUTUPMemuat kata Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah pada waktu menerima jabatan. Diakhiri dengan tanda tangan, nama lengkap/NIP dokter.Yang dimaksud dengan sumpah adalah : Untuk dokter pemerintah : sumpah pegawai negeri. Untukdokter swasta : sumpah lafal dokter yang diucapkan pada waktu dilantik jadi dokter. Untuk ahli lain : sumpah pegawai negeri atau sumpah khusus.Disamping hal-hal tersebut diatas perlulah diketahui pula : Dalam pemberitaan tidak boleh ditulis apa yang diketahui oleh dokter dari orang lain. Kesimpulan bersifat subjektif, dan jika ada keraguan harus berpegangan pada asas in dubio pro rea. Visum et repertum dibuat sejujur-jujurnya,bila sengaja menyimpang dapat ditunut karena memberi keterangan palsu berdasarkan pasal 242 KUHP.

Analisis skenarioTENGGELAMA. DefinisiKematian akibat perendaman dalam cairan dan termasuk jenis mati lemas (asfiksia) oleh karena jalan napas terhalang oleh air/cairan, yang terhisap masuk ke jalan napas sampai ke alveoli paru-paru.Mekanisme lain:1. Ketidakseimbangan elektrolit serum yang mempengaruhi fungsi jantung (refleks kardiak)2. Laringospasme sebagai akibat refleks vagalB. Diagnosa post mortem tenggelam1. Masalah yang sulit dalam bidang forensik, oleh karena temuan yang minimal, mengandung arti ganda dan bahkan negatif.2. Riwayat kejadian memegang peranan penting dalam membentuk kesimpulan otopsi yang utuh dan logis guna kepentingan medikolegal.3. Spekulatif, karena minimnya kausa kematian yang lain & pengetahuan akan kejadian sebenarnya.4. Bila tidak ditemukan apapun yang bermakna, disarankan menuliskan sesuai dengan tenggelam pada kesimpulan visum et repertum atau mengakui bahwa penyebab kematian tidak dapat ditentukan.5. Hipoksia otak yang fatal tidak disebabkan oleh oklusi jalan nafas oleh air tetapi karena spasme laring.6. Terjadi sekitar 10-15% dari seluruh kasus tenggelam.7. Jika sejumlah air masuk ke dalam laring atau trakhea spasme laring terjadi dengan segera sebagai refleks vagal.

C. Proses TenggelamReaksi awal: usaha bernafas, yang berlangsung hingga batas kemampuan dicapai, dimana seseorang harus bernafas, batas kemampuan ditentukan oleh kombinasi antara kadar CO2 yang tinggi dan konsentrasi O2 yang rendah. Menurut Pearn, batas kemampuan terjadi pada tingkat PCO2 dibawah 55 mmHg saat terdapat hipoxia dan tingkat PAO2 dibawah 100 mmHg saat PCO2 tinggi. melewati batas kemampuan, seseorang menarik nafas secara involuntary, pada saat ini air mencapai larinks & trakea, menyebabkan spasme laring yang diakibatkan tenggelam (pada air tawar), terdapat penghirupan sejumlah besar air, tertelan dan akan dijumpai dalam perut. selama bernafas di air, penderita mungkin muntah dan terjadi aspirasi isi lambung. usaha pernafasan involuntar di bawah air akan berlangsung selama beberapa menit, hingga pernafasan terhenti. hipoksia serebral akan berlanjut hingga irreversibel dan terjadi kematian.D.Penyebab KematianKematian sebelum badan korban berada di dalam air. Dapat disebabkan oleh penyakit, kematian mendadak, menyebabkan korban jatuh ke air dari perahu. Penyebab kematian lainnya pada kasus kriminal, merupakan korban pembunuhan yang sengaja dibuang ke air, dengan harapan identitas dan kausa kematian dapat disembunyikan dengan pembusukan yang timbul. Oleh trauma yang disebabkan karena terjatuh (seperti luka akibat bentur batu, sisi kolam renang, dermaga, jembatan, dll) atau trauma saat di dalam air (terbentur dasar sungai, kolam atau terhanyut gelombang pasang dan terbentur lengkungan jembatan, batu atau obstruksi lainnya) atau akibat trauma oleh karena perahu atau mesin perahu. Penyebab Pembenaman dan Bukan Tenggelam Berlangsung sangat cepat atau seketika. Asfiksia jelas bukan merupakan penyebab kematian tetapi lebih karena serangan jantung. Penyebab Tenggelam Tenggelam murni dapat atau tidak memiliki tanda post mortem yang nyata, guna mengkonfirmasi mekanisme kematian diduga kasus asfiksia murni akibat penggantian udara dalam paru-paru oleh air. Swann, Spafford, Bracet dan lainnya (Swann dan Brucer, 1949; Swann, Spafford, 1951): proses tenggelam jauh lebih kompleks dari asfiksia dan terdapat perbedaan antara tenggelam di air tawar dan air laut.E. Perbedaan tenggelam air tawar & asinTenggelam di Air TawarSejumlah besar air masuk ke dalam saluran pernapasan hingga ke paru-paru, mengakibatkan perpindahan air secara cepat melalui dinding alveoli karena tekanan osmotik yang besar dari plasma darah yang hipertonis. Kemudian diabsorbsi ke dalam sirkulasi dalam waktu yang sangat singkat dan menyebabkan peningkatan volume darah hingga 30% dalam menit pertama. Akibatnya sangat besar dan menyebabkan gagal jantung akut karena :Jantung tidak dapat berkompensasi dengan cepat terhadap volume darah yang sangat besar (untuk meningkatkan cardiac output dengan cukup).Akibat hipotonisitas plasma darah yang mengalami dilusi, ruptur sel darah merah (hemolisis), pengeluaran kalium ke dalam plasma (menyebabkan anoksia miokardium yang hebat). Mekanisme dasar kematian: kematian yang berlangsung cepat diakibatkan oleh serangan jantung yang seringkali berlangsung dalam 2-3 menit.Tenggelam di Air LautPada kasus tenggelam di air laut, cairan yang memasuki paru-paru memiliki kelarutan sekitar 3% dan bersifat hipertonis. Walaupun terjadi perpindahan garam-garam, khususnya natrium dan magnesium melalui membran pulmonum, tetapi tidak terjadi perpindahan cairan yang masif Kematian timbul umumnya lebih lambat, faktor asfiksia memegang peranan lebih penting, dengan waktu survival yang lebih panjang.F. Pemeriksaan PostmortemPembenaman di AirMaserasi kulit terjadi akibat pembengkakan lapisan keratin terluar yang mengabsorbsi air. Kulit menjadi basah dan putih, mengkeriput guna menyesuaikan ukuran kulit dengan permukaan karena peningkatan volume washerwomans skin.terlihat jelas pada daerah dimana keratin paling tebal, yaitu pada tangan dan kaki. Sangat penting untuk identifikasi korban, karena maserasi ini dapat mengabarkan pola sidik jari, Cutis anserina atau gooseflesh adalah fenomena yang timbul akibat kontraksi muskulus erektor pili yang terdapat pada setiap folikel rambut, dan memperlihatkan gambaran yang timbul pada kondisi dingin. Fenomena yang sama dapat terlihat pada rigor mortis post mortem pada otot erektor pili yang timbul beberapa jam setelah kematian. Cutis anserina yang timbul akibat suhu dingin atau rigor mortis ini tidak memiliki nilai diagnostik apapun.Warna kemerahan pada kulit disebabkan suhu dingin. ditemukan pada daerah timbulnya lebam mayat. Dan yang disimpan dalam lemari es kamar mayat. Mekanisme kurang jelas, tetapi diduga timbul akibat pendinginan darah yang teroksigenase dalam kapiler kulit. Harus dibedakan dengan causa lainnya (utamanya keracunan CO). Pada pembenaman, perubahan ini tidak memiliki nilai diagnostik sama sekali dan dapat dipengaruhi oleh pigmentasi kulit. Ditemukannya benda asing di mulut, faring, laring, dan saluran pernapsan bawah, dapat menunjang diagnosa. Cadaveric spasme merupakan fenomena yang jarang didapatkan dimana benda asing seperti : rumput laut, rumput liar ditemukan dalam cengkeraman mayat yang ditemukan di air, sebelum rigor mortis terbentuk. Tanda Tenggelam yang Bermakna1. Busa yang berasal dari hidung dan mulut dapat timbul pada kasus tenggelam dan merupakan salah satu tanda klasik merupakan tanda edema pulmonum tetapi dapat pula timbul pada beberapa keadaan.2. Bila tidak ditemukan penyebab lain maka adanya busa dapat diterima sebagai tanda tenggelam.3. Busa ini terdiri dari protein dan air yang terkocok dan membentuk gelembung-gelembung kecil bersama-sama dengan surfaktan paru akibat kontraksi respirasi.4. Adanya air dalam mulut, saluran pernapasan, paru-paru, esofagus dan perut bukan merupakan petunjuk yang dapat diterima, karena dapat timbul setelah kematian.5. Distensi paru yang hebat salah satu tanda klasik (kadang tidak ditemukan) dan dibedakan dengan penyakit seperti asma bronchiale.6. Bila sternum diangkat saat otopsi, paru-paru akan terlihat memenuhi rongga mediastinum, sehingga rongga kosong di atas jantung hilang.7. Paru-paru pucat, spongios dan dapat tertekan pada bagian dalam thorax dengan sangat kuat sehingga tampak indentasi costa pada permukaan paru.8. Merupakan bukti kuat diagnosa tenggelam dan lebih bermakna dibandingkan cairan pada paru dan saluran pernapasan.

Kesimpulan post mortemTanda yang dapat diyakini merupakan tanda tenggelam adalah1. Busa di paru-paru dan jalan napas dan2. Distensi paru yang berlebihan,3. Penyebab lain kondisi di atas telah disingkirkan.G. Pemeriksaan Khusus Tenggelam1. Pemeriksaan getah parua) Mencari benda asing (pasir, lumpur, tumbuhan, telur cacing) yang diambil daerah subpleuralb) Interpretasi:1) Positif + tidak ada sebab kematian lain tenggelam2) Positif + ada sebab lain tenggelam atau sebab lain tersebut3) Negatif: korban meninggal dulu, tenggelam dalam air jernih, mati sebab vagal reflex / spasme laring2. Destruction testa) Untuk mencari diatome (ganggang kersik). Diperiksa bagian perifewr parub) Harus sama dengan yang ada dalam periaran tersebutc) Interprestasi1) Postif sampai 5/lpb (paru), 1/lpb (sumsum tulang)2) Positif palsu pada penyelam yang mencari pasir, batuk kronis3. Penentuan Berat Jenis:a) Dengan CuSO4:N=1,059 (1,0595-1,0600b) Air tawar = 1,055c) Air laut = 1,065Hal penting yang perlu ditentukan pada pemeriksaan adalah :A. Menentukan identitas korbanIdentitas korban ditentukan dengan memeriksa :Pakaian dan benda-benda milik korbanWarna dan distribusi rambut dan identitas lainKelainana atau deformitas dan jaringan parutSidik jari-Pemeriksaan gigi

B. Apakah korban masih hidup sebelum tenggelamPada mayat masih segar, untuk menentukan apakah korban masih hidup atau sudah meninggal pada saat tenggelam, dapat diketahui dari hasil pemeriksaan :Metode yang memuaskan untuk menentukan apakah orang masih hidup waktu tenggelam adalah pemeriksaan diatomUntuk membantu menentukan diagnosis, dapat dibandingkan kadar elektrolit magnesium darah dari bilik jantung kiri dan kananBenda asing dalam paru dan saluran pernafasan mempunyai nilai yang menentukan pada mayat yang terbenam selama beberapa waktu dan mulai membusuk.Demikian juga dengan isi lambung dan usus.Pada mayat yang segar, adanya air dalam lambung dan alveoli yang secara fisika dan kimia sifatnya sama dengan air tempat korban tenggelam mepunyai nilai bermakna.Pada beberapa kasus ditemukannya kadar alcohol tinggi dapat menjelaskan bahwa korban sedang salam keracunan alcohol pada saat masuk ke dalam air.

C. Penyebab kematian yang sebenarnya dan jenis drowningPada mayat yang segar, gambaran pasca kematian dapat menunjukkan tipe drowning dan juga penyebab kematian lain.

D. Factor-faktor yang berperan pada proses kematianFactor-faktor yang berperan pada proses kematian misanya kekerasan, obat-obatan, alcohol dapat ditemukan pada pemeriksaan luar atau melalui bedah jenazah.

E. Tempat korban pertama kali tenggelamBila kematian korban berhubungan dengan masuknya cairan ke dalam saluran nafas, maka pemeriksaan diatom dari air tempat korban ditemukan dapat membantu menentukan apakah korban tenggelam ditempat itu atau tempat lain.

F. Apakah ada penyulit alamiah lain yang mempercepat kematian1. Bila sudah ditentukan bahwa korban masih hidup pada waktu masuk ke air, maka perlu ditentukan apakah kematian disebabkan karena air masuk ke dalam saluran pernafasan. Pada immersion, kematian terjadi dengan cepat, hal ini mungkin disebabkan oleh sudden cardiac arrest yang terjadi pada waktu cairan melalui saluran nafas bagian atas. Beberapa korban yang terjun dengan kaki terlebih dahulu menyebabkan cairan dengan mudah masuk ke hidung.Factor lain adalah keadaan hipersensitivitas dan alcohol.2. Bila tidak ditemukan air dalam paru-paru dan lambung berarti kematian terjadi seketika akibat spasme glottis yang menyebabkan cairan tidak dapat masuk.

Korban tenggelam akan menelan air dalam jumlah yang makin lama makin banyak, kemudian menjadi tidak sadar dalam waktu 2-12 menit (fatal periode).Dalam periode ini bila orban dikeluarkan dari air, ada kemungkinan masih dapat hidup bila upaya resusitasi berhasil.

Pemeriksaan luar jenazah tenggelam1. Mayat dalam keadaan basah, mungkin berlumuran pasir, lumpur da benda-benda asing lain yang terdapat dalam air.2. Busa halus pada hidung dan mulut, kadang berdarah3. Mata setengah terbuka atau tertutup, jarang pendarahan atau pembendungan.4. Kutis anserine pada kulit permukaan anterior tubuh terutama pada ekstremitas akibat kontraksi otot erector pili yang dapat terjadi karena rangsang dingin air.5. Washer womans hand dimana telapak tangan dan kaki berwarna keputihan dan berkeriput yangdisebabkan karena imbibisi cairan ke dalam kutis dan biasanya membutuhkan waktu lama6. Cadaveric spasme, merupakan tanda intravital yang terjadi pada waktu korban berusaha menyelamatkan diri dengan memegang apa saja dalam air.7. Luka-luka lecet pada siku, jari tangan, lutut dan kaki akibat gesekan pada benda-benda dalam air. Puncak kepala mungkin terbentur dasar waktu tenggelam, tetapi dapat pula terjadi luka post mortal akibat benda-benda atau binatang dalam air.

Pemeriksaan bedah jenazah tenggelama. Busa halus dan benda asing dalam saluran nafasb. Paru-paru mebesar seperti balon, lebih berat, sampai menutupi kantung jantung.Pada pengirisan banyak keluar cairan. Keadaan ini terutama terjadi pada kasus tenggelam di laut.c. Petekie sedikit sekali karena kapiler terjepit diantara septum interalveolar. Mungkin terdapat bercak-bercak perdarahan yang disebut bercak Paltauf akibat robeknya penyekat alveoli.d. Petekie subpleural dan bula emfisema jarang terdapat dan ini bukan merupakan tanda khas tenggelam tetapi mungkin disebabkan oleh usaha respirasi.e. Dapat juga ditemukan paru-paru yang normal karena cairan tidak masuk ke dalam alveoli atau cairan sudah masuk ke dalam aliran darah.f. Otak, ginjal, hati dan limpa mengalami perbendungang. Lambung dapat sangat membesar, berisi air, lumpur dan mungkin juga terdapat dalam usus halus.

Pemeriksaan laboratoriumA. Pemeriksaan diatomAlga/ ganggang bersel satu dngan dinding terdiri dari silikat yang tahan panas dan asam kuat. Diatom ini dapat dijumpai dalam air tawat, alut, sungai, sumur.Bila seseorang mati karena tenggelam maka cairan bersama diatom masuk ke dalam saluran nafas atau pencernaan, kemudian diatom akan masuk ke dalam aliran darah melalui kerusakkan dinding kapiler pada waktu korban masih hidup dan tesebar ke seluruh jaringan.Pemeriksaan diatom dilakukan pada jaringan paru mayat segar. Bila mayat telah membusuk, pemeriksaan diatom dilakukan dari jaringan ginjal, otot skelet, sumsum tulang paha. Pemeriksaan diatom pada hati dan limpa kurang bermakna sebab berasal dari penyerapan abnormal saluran pencernaan terhadap makanan dan minuman.Pemeriksaan diatom positif bila pada jaringan paru ditemukan diatom cukup banyak : 4-5/ LPB atau 10-20 per satuan sediaan, atau pada sumsum tulang cukup ditemukan satu.Pemeriksaan diatom dapat dilakukan dengan pemeriksaan destruksi pada paru dan pemeriksaan getah paru.B. Pemeriksaan darah jantungPemeriksaan berat jenis dan kadar elektrolit pada darah yng berasal dari bilik jantung kiri dan bilik jantung kanan. Bila tenggelam di air tawar, berat jenis dan kadar elektrolit dalam darah jantung kiri lebih rendah dari jantung kanan sedangkan pada tenggelam di air asin terjadi sebaliknya. Perbedaan kadar elektrolit lebih rendah dari 10% dapat menyokong diagnosis.C. Pemeriksaan mikroskopik jaringanD. Pemeriksaan keracunan

Diagnosis tenggelamBila mayat masih segar (belum terdapat pembusukkan), maka diagnosis kematian akibat tenggelam dapat dengan mudah ditegakkan melalui pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, pemeriksaan laboratorium. Bila mayat sudah membusuk, maka diagnosis kematian akibat tenggelam dibuat berdasarkan adanya diatom yang cukup banyak pada paru-paru yang bila disokong oleh penemuan diatom pada ginjal, otot skelet atau sumsum tulang, maka diagnosis akan menjadi pasti.H. Kesimpulan1. Diagnosa pasti penyebab kematian pada kasus pembenaman sangat sulit ditegakkan.2. Tanda post mortem tenggelam yang khas hanya ditemukan pada sebagian kecil kasus.3. Tidak ditemukannya tanda post mortem pada mayat segar dapat disebabkan oleh:a)Kematian disebakan oleh serangan jantung tiba-tiba.b) Kematian disebabkan oleh dry drowningc) Kematian tidak disebabkan oleh pembenaman4. Menegakkan diagnosa tenggelam berdasarkan pemeriksaan post mortem pada mayat yang telah membusuk adalah sesuatu yang tidak mungkin. Tes diatomae dapat mendukung diagnosa bila dilakukan dengan teknik tanpa kesalahan dan dengan hasil yang jelas.5. Mekanisme kematian akibat tenggelam di air tawar berbeda dengan di air laut.6. Walaupun pada kasus tenggelam murni, kematian umumnya terjadi dalam beberapa menit, tetapi bila disebabkan oleh serangan jantung maka kematian dapat berlangsung seketika.7. Interpretasi luka pada korban yang ditmukan di air akibat pembenaman sulit dilakukan. Luka yang ada harus ditentukan apakah merupakan luka post mortem atau intravital.8. Bila pada pemeriksaan otopsi didapatkan beberapa gambaran penyakit fatal maka tidak menyingkirkan dugaan tenggelam sebagai penyebab kematian.9. Percobaan bunuh diri umumnya disertai percobaan perlukaan lainnya seperti keracunan, mengiris pergelangan tangan, penusukan, dan lain-lain.10. Keputusan penyebab kematian sebaiknya tidak hanya tergantung pada pemeriksaan post mortem tanpa disertai apresiasi keadaan sekeliling korban. Aplikasi Skenario1. Apakah korban tenggelam di dalam air tawar atau air laut?Untuk menjawab pertanyaan ini dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut mengenai keadaan paru korban serta hematokrit korban sesuai ciri-ciri yang telah disebutkan di atas. Contohnya diperlukan pemeriksaan dalam untuk melihat apakah paru-paru mengembang atau tidak (edema pulmo). Apabila kita menemukan edema pulmo maka dapat ditarik dugaan kuat bahwa korban meninggal dalam air laut. Mengingat terjadinya pengeluaran darah dari pembuluh darah sehingga darah memenuhi paru.Pemeriksaan laboratorium lainnya adalah penentuan berat jenis cairan yang masih tersisa di tubuh korban Dengan CuSO4:N=1,059 (1,0595-1,0600). Interpretasinya adalah. Air tawar = 1,055 sedangkan Air laut = 1,065.Secara sederhana, kita dapat melihat bahwa di skenario korban mengalami adiposera yakni mengingat bahwa kaki korban tampak putih mengkilat. Dari adanya adiposera ini, dapat diambil dugaan sementara bahwa korban meninggal di air tawar mengingat bahwa adiposera hanya dapat terjadi di lingkungan berair yang tenang seperti air tawar, dan bukan yang bergelombang seperti laut. Namun, tetap dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut khususnya terhadap paru korban.2. Apakah korban tenggelam dahulu baru meninggal atau meninggal kemudian tenggelam?Untuk menjawab pertanyaan ini perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium yakni pemeriksaan diatom seperti yang telah dijelaskan di atas. Mengingat bahwa mayat telah membusuk, jadi pemeriksaan diatom dilakukan pada ginjal, otot skelet atau sumsum tulang korban bukan di paru korban.

3. Apakah luka tusuk itu ada sejak korban belum tenggelam atau ada saat korban sedang tenggelam?Dapat dilakukan pemeriksaan getah paru. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari benda asing (pasir, lumpur, tumbuhan, telur cacing) yang diambi daerah subpleural. Interpretasi:1) Positif + =tidak ada sebab kematian lain tenggelam2) Positif + =ada sebab lain tenggelam atau sebab lain tersebut3) Negatif= korban meninggal dulu, tenggelam dalam air jernih, mati sebab vagal reflex / spasme laring

PENUTUP

Kesimpulan Dari hasil tutorial kami dapat ditarik suatu kesimpulan: 1. Kematian merupakan suatu fase kehidupan yang pasti2. Cara kematian bisa dengan cara yang wajar maupun tidak wajar3. Untuk membuktikan hal tersebut ilmu forensik sangat berperan didalamnya 4. Hasil dari pembuktian kita dapat kita tuangkan dalam bentuk visum et repertum

DAFTAR PUSTAKA

Al-Fatih, M. (2007). Pembusukan Mayat. Available at www.klinikindonesia.com Apuranto, Hariadi, Hoediyanto.2007.Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal. FK Universitas Airlangga: SurabayaBasbeth, F. (2005). Dekomposisi. Jakarta: Bagian Forensik Medikolegal FKUI. Apuranto,hariadi dkk. 2007. Buku ajar ilmu kedokteran forensik & medikolegal. Surabaya : FK UNAIR

2