LAPKAS PEDIATRI
-
Upload
revita-thios -
Category
Documents
-
view
34 -
download
2
description
Transcript of LAPKAS PEDIATRI
BAB I
PENDAHULUAN
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) didefenisikan sebagai bayi yang
mempunyai berat badan lahir kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa
gestasi. Setiap tahun, diperkirakan sekitar 20 juta bayi lahir dengan BBLR.
Penyebab BBLR dapat karena lahir sebelum waktunya (prematur) atau gangguan
selama masih dalam kandungan. Secara statistik angka kesakitan dan kematian
pada masa neonatus di negara berkembang cukup tinggi, dengan penyebab utama
berkaitan dengan BBLR. Di Indonesia lebih dari 60% ibu yang melahirkan di
rumah ditolong oleh dukun bayi atau bidan desa, dengan angka kejadian BBLR di
Indonesia masih tinggi, berkisar antara 14%-25%. Perawatan BBLR di pedesaan
hingga saat ini belum menggunakan fasilitas inkubator dengan peralatan untuk
mengatur suhu, kelembaban udara yang baik serta pencegahan terhadap infeksi.
Salah satu penyebab kesakitan dan kematian pada BBLR adalah hipotermia yang
dapat menimbulkan komplikasi berupa infeksi, gagal ginjal, serangan apne,
perdarahan hebat yang berakhir dengan kematian bayi. Kelahiran bayi BBLR akan
meningkatkan morbiditas dan mortalitas bayi, serta menyebabkan penurunan
kualitas sumber daya optimal generasi mendatang.1,2,3,4
Ada beberapa permasalahan BBLR yaitu hipotermia, rendahnya daya
tahan terhadap infeksi, enterokolitis nekrotikans, dan kebutuhan bayi berat lahir
rendah. Bayi berat lahir rendah, dalam hal ini bayi kurang bulan, kehilangan
kesempatan untuk mempersiapkan diri hidup di luar uterus yang biasanya terjadi
pada trimester ketiga. Makin muda usia gestasi, kemampuan beradaptasi makin
berkurang. Agar mendapat peluang beradaptasi yang sama dengan bayi cukup
bulan maka harus diberikan lingkungan dan kebutuhan yang sama dengan
keadaan di dalam uterus. Monintja merumuskan kebutuhan tersebut sebagai
berikut: (1) Kebutuhan lingkungan fisik yang sesuai dengan pengaturan suhu,
kelembaban udara, dan kebersihan lingkungan. (2) Kebutuhan akan perfusi dan
oksigenisasi jaringan yang baik agar fungsi metabolisme dan ekskretorik dapat
berlangsung adekuat. (3) Kebutuhan nutrisi yang sesuai dan adekuat yang
menjamin tumbuh kembang optimal. (4) Kebutuhan emosional dan sosial yang
menunjang tumbuh kembang yang baik.1
Pada BBLR kemampuan beradaptasi berkurang salah satunya seperti
refleks isap. Kurangnya refleks isap dapat mengakibatkan intake yang kurang
pada neonatus sehingga dapat menyebabkan kekurangan cairan dan nutrisi. Jika
terdapat kekurangan cairan atau dehidrasi pada neonatus dapat di tatalaksana
seperti penanganan dehidrasi pada anak yang lebih besar sesuai dengan derajat
dehidrasi. 1
Sepsis merupakan salah satu penyakit infeksi yang dapat terjadi akibat
kurangnya fasilitas dalam penanganan BBLR. Sepsis pada neonatus kurang bulan
6 kali lebih sering daripada cukup bulan, disebabkan karena belum maturnya
sistem imun, lama rawat di rumah sakit, dan mudah terjadi infeksi nosokomial.
Sepsis neonatal adalah sindrom klinik penyakit sistemik, disertai bakteremia yang
terjadi pada bayi dalam satu bulan pertama kehidupan yang juga merupakan
respon sistemik terhadap infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur,
protozoa atau ricketsia. Angka kejadian sepsis neonatal adalah 1-10 per 1000
kelahiran hidup, dan mencapai 13-27 per 1000 kelahiran hidup pada bayi dengan
berat <1500gram. Angka kematian 13-50%, terutama pada bayi prematur (5-10
kali kejadian pada neonatus cukup bulan) dan neonatus dengan penyakit berat
dini. Infeksi nosokomial pada bayi berat lahir sangat rendah, merupakan penyebab
utama tingginya kematian pada umur setelah 5 hari kehidupan.5,6
Sepsis Neonatorum ini dapat dikategorikan sebagai early (dini) dan late
(lambat) onset, 85% bayi yang baru lahir dengan infeksi awal hadir dalam waktu
24 jam, 5% hadir pada 24-48 jam, dan yang lebih kecil persentase pasien hadir
dalam 48-72 jam. Menurut Demsa Simbolon (2008) di Bengkulu, infeksi bakteri 5
kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75
kg dan 2 kali lebih sering terjadi pada bayi laki-laki. 7
Pada sespsis awitan dini faktor resiko di bedakan berdasarkan faktor ibu
dan janin. Faktor ibu antara lain : (1) persalinan dan kelahiran kurang bulan, (2)
KPD lebih dari 18-24 jam, demam pada ibu (> 38,40 C),dll. Faktor janin antra lain
: (1) BJJ > 160 kali per menit, (2) BBLSR, (3), Apgar score rendah, dll.
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS BAYI
Nama Bayi : By. Budiman Meiske II
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 0 tahun 0 bulan 1 hari
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Tempat lahir : Wori
Tanggal lahir : 19/08/2013
Berat lahir/panjang lahir : 1600 gram / 39,5 cm
Proses kelahiran : Spontan letak belakang kepala
Di bantu oleh : Biang Kampung
IDENTITAS ORANG TUA
IBU
Nama ibu : Meiske
Umur ibu : 30 tahun
Pekerjaan ibu : IRT
Pendidikan ibu : SD
Alamat Ibu : Wori jaga I, Munahasa Utara, Sulut
AYAH
Nama ayah : Makbul R. Budiman
Umur ayah : 33 tahun
Pekerjaan ayah : Petani
Pendidikan ayah : SMP
Alamat Ayah : Wori jaga I, Munahasa Utara, Sulut
PEMERIKSAAN NEONATI
Keadaan umum : aktif (+) menurun, Refleks (+) menurun
Kulit : ikterus (-)
Kepala : ubun – ubun besar cekung
Mata : konj. Anemis (-), sklera ikterik (-), mata cowong (+), air
mata (+)
Telinga : sekret -/-
Hidung : sekret -/-. PCH (-)
Mulut : sianosis (-), mukosa mulut agak kering
Dada : simetris ka=ki, retraksi (-)
Paru – paru : suara pernapasan bronkovesikular, rh -/- wh -/-
Jantung : M1>M2, T1>T2, P2>P1, A2>A1, bising (-)
Abdomen : datar, lemas, BU (+) N, hepar dan lien ttb
Turgor kulit kembali lambat, tali pusat terawat
Ekstremitas : hangat, CRT ≤ 3”
Columna vertebra : spina bifida (-)
Genitalia : perempuan
Anus : lubang (+)
PEMERIKSAAN NEONATI II
Umur : 1 hari
Panjang badan : 39,5 cm
Berat badan : 1600 gr
Suhu : 36,5 0 C
Bentuk kepala : mesochepal
Turgor : kembali cepat
Dispnueu : (-)
Sianosis : (-)
Ikterus : (-)
Kepala : UUB cekung
Rambut : hitam tidak mudah dicabut
Mata : mata cowong (+)
Telinga : tidak ada kelainan
Hidung : tidak ada kelainan
Mulut : mukosa mulut agak kering
Tenggorokan : tidak ada kelainan
Lidah : tidak ada kelainan
Gigi : (-)
Leher : trakea letak tengah, Pembesaran KGB (-)
Kulit : turgor kulit kembali agak lambat
Jaringan subkutan : tipis
Genitalia : perempuan, normal
Refleks
Menghisap : (+)
Menggenggam : (+)
Rooting : (+)
Moro : (+)
Babinski : (+)
Kesadaran : compos mentis
Bentuk thoraks : simetris, retraksi (-)
Pergerakan paru : 48 x / menit
Inspeksi : simetris
Perkusi : sonor kiri sama dengan kanan
Auskultasi : suara pernapasan bronkovesikular, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung : bising (-), normal
Abdomen : datar, lemas, Bu (+) N
Limpa hati : tidak teraba
Umbilicus : tali pusat terawat
Kelenjar – kelanjar :
Leher : tidak ada pembesaran
Submandibula : tidak ada pembesaran
axila : tidak ada pembesaran
Selangkangan : tidak ada pembesaran
Anus : lubang (+)
Ekstremitas
Atas : normal
Bawah : normal
Lingkar kepala : 29 cm
Lingkar dada : 28 cm
Lingkar perut : 27 cm
Panjang lengan : 12 cm
Panjang kaki : 15 cm
Lingkar lengan atas : 9 cm
Jarak kepala simfisis : 22,5 cm
Jarak simfisis kaki : 17 cm
RESUME
Bayi ♀MRS NICU tanggal 19/8/2013 jam 21.00 WITA dengan keluhan belum
minum. Penderita merupakan rujukan RS Siti Maryam. Penderita lahir tanggal
19/8/2013 jam 14.30 secara spontan letak belakang kepala dengan BBL : 1600 gr.
Ditolong oleh biang kampung. Lahir dari ibu G3P2A0 usia 33 tahun. Hamil 34 –
35 minggu.
Faktor resiko sepsis : ketuban kental dan hijau.
Demam intrapartum > 38,5 0C
Kehamilan ganda.
Ballard score 36 – 38 minggu. GDS 68 mg/dL
Ku : aktif dan reflex menurun BBS : 1600 gr
HR : 128 x/mnt R = 48 x/mnt Sb : 36,5 0 C
Kep : conj. An (-), skl. Ikt (-), PCH (-), UUB cekung, air mata (+)
Mata cowong (+), mukosa mulut agak kering
Tho : simetris, retraksi (-). C/P dbN
Abd : datar, lemas, BU (+) N, H/L ttb
Turgor kulit kemabli lambat
Ext : Hangat, CRT ≤ 3”
Diagnosis : BBLR + dehidrasi ringan sedang e.c intake kurang + susp sepsis
Terapi :
O2 ( HB ) 5 – 7 ltr (klp)
IVFD kaen 4B 75 ml / kg BB/ 3 jam = 120 ml/3 jam =13 -14 gtt/ mnt
Inj. Amoxicillin 2 x 70 mg (I)
Inj. Gentamicin 7 mg
ASI on demand
GDS/ 24 jam
Perawatan tali pusat
Pro : Dl, DC, Na, K, Cl, Ca, Ur, Cr, Alb
FOLLOW UP
Tanggal 20/8/2013
S : demam (-), sesak (-), intake berkurang
O: Ku : tampak sakit, kes : compos mentis
HR : 130 x/menit R: 36 x /menit S : 36,7 0 C BB = 1400 gr
Kepala : conj, an (-), skl. Ikt (-), PCH (-)
Toraks : simetris, retraksi (-), C/P dbn
Abdomen : datar, lemas, BU (+) N, H/L ttb
Ektremitas : Hangat, CRT < 3”
Tanda – tanda dehirasi (-)
A: BBLR + dehidrasi ringan sedang e.c intake menurun + suspek sepsis
P: O2 (HB) 5 – 7 ltr/menit (k/p)
IVFD kaen 4B 175 ml/kg BB/24 jam = 9 – 10 gtt/menit
Injeksi amoxicillin 2 x 6 mg
Injeksi gentamicin 6,5 mg / 36 jam
GDS/ 24 jam
ASI on demand
Perawatan tali pusat
Pro : DL, Na, K, Cl, Ca
Tanggal 21/8/2013
S : demam (-), sesak (-), intake berkurang
O: Ku : tampak sakit, kes : compos mentis
HR : 128 x/menit R: 32 x /menit S : 36,5 0 C
Kepala : conj, an (-), skl. Ikt (-), PCH (-)
Toraks : simetris, retraksi (-), C/P dbn
Abdomen : datar, lemas, BU (+) N, H/L ttb
Ektremitas : Hangat, CRT < 3”
Tanda – tanda dehirasi (-)
A: BBLR + dehidrasi ringan sedang e.c intake menurun + suspek sepsis
P: O2 (HB) 5 – 7 ltr/menit (k/p)
IVFD kaen 4B 175 ml/kg BB/24 jam = 9 – 10 gtt/menit
Injeksi amoxicillin 2 x 6 mg
Injeksi gentamicin 6,5 mg / 36 jam
GDS/ 24 jam
ASI on demand
Perawatan tali pusat
Tanggal 21/8/2013
S : demam (-), sesak (-), intake baik
O: Ku : tampak sakit, kes : compos mentis
HR : 128 x/menit R: 32 x /menit S : 36,5 0 C
Kepala : conj, an (-), skl. Ikt (-), PCH (-)
Toraks : simetris, retraksi (-), C/P dbn
Abdomen : datar, lemas, BU (+) N, H/L ttb
Ektremitas : Hangat, CRT < 3”
Tanda – tanda dehirasi (-)
A: BBLR + dehidrasi ringan sedang e.c intake menurun + suspek sepsis
P: O2 (HB) 5 – 7 ltr/menit (k/p)
IVFD kaen 4B 175 ml/kg BB/24 jam = 9 – 10 gtt/menit
Injeksi amoxicillin 2 x 6 mg
Injeksi gentamicin 6,5 mg / 36 jam
GDS/ 24 jam
ASI on demand
Perawatan tali pusat
Tanggal 22/8/2013
S : demam (-), sesak (-), intake baik
O: Ku : tampak sakit, kes : compos mentis
HR : 130 x/menit R: 36 x /menit S : 36,7 0 C
Kepala : conj, an (-), skl. Ikt (-), PCH (-)
Toraks : simetris, retraksi (-), C/P dbn
Abdomen : datar, lemas, BU (+) N, H/L ttb
Ektremitas : Hangat, CRT < 3”
Tanda – tanda dehirasi (-)
A: BBLR + dehidrasi ringan sedang e.c intake menurun + suspek sepsis
P: O2 (HB) 5 – 7 ltr/menit (k/p)
IVFD kaen 4B 175 ml/kg BB/24 jam = 9 – 10 gtt/menit
Injeksi amoxicillin 2 x 6 mg
Injeksi gentamicin 6,5 mg / 36 jam
GDS/ 24 jam
ASI on demand
Perawatan tali pusat
Pasien Pulang Paksa
BAB III
PEMBAHASAN
Bayi ♀MRS NICU tanggal 19/8/2013 jam 21.00 WITA dengan keluhan
belum minum. Penderita merupakan rujukan RS Siti Maryam. Penderita lahir
tanggal 19/8/2013 jam 14.30 secara spontan letak belakang kepala dengan BBL :
1600 gr. Ditolong oleh biang kampung. Lahir dari ibu G3P2A0 usia 33 tahun.
Hamil 34 – 35 minggu. Faktor resiko sepsis : ketuban kental dan hijau. Demam
intrapartum > 38,5 0C. Kehamilan ganda. Datang ke RS dengan keluhan bayi
kurang minum sejak lahir, aktif tetapi refleks meurun. Pada pemeriksaan fisik
diperoleh tanda – tanda vital HR : 128 x/mnt, Respirasi 48 x/mnt, suhu 36,5 0 C.
Pada kepala ditemukan UUB cekung, air mata ada, ada mata cowong, dan mukosa
mulut agak kering. Pada thoraks dalam batas normal. Pada abdomen turgor kulit
kembali lambat. Ekstremitas dalam batas normal.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik dimana pasien datang dengan
keluhan kurang minum sejak lahir, refleks menurun, BBLR 1600 gram, terdapat
tanda – tanda dehirasi ringan sedang serta adanya faktor resiko sepsis mayor dan
minor maka dapat didiagnosis dengan BBLR dan dehidarasi ringan sedang karena
intake kurang serta suspek sepsis.
Penatalaksanaan diberikan O2 5 – 7 liter kalau perlu, IVFD Kaen 4B 75
ml / kg BB/ 3 jam = 120/ 3 jam = 13 – 14 gtt/mnt untuk penanganan dehidrasi
ringan sedang, diberikan Injeksi Amoxicillin 2 x 70 mg dan Injeksi Gentamicin 7
mg untuk penanganan sepsis. ASI on demand dan perawatan tali pusat.
Untuk pemeriksaan penunjang yang dianjurkan adalah pemeriksaan Darah
lengkap dan Diff Count. Pemeriksaan elektrolit yaitu Natrium, Kalium, Chlorida,
Kalsium. Untuk melihat fungsi ginjal dianjurkan pemeriksaan ureum dan
creatinin. Juga dianjurkan untuk kultur darah untuk mengetahui kuman penyebab
dan diagnosis pasti sepsis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kosim M.S, Yunanto A, Dewi R, Sarosa G. I, Usman A. Buku Ajar :
Neonatologi. Edisi I. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta, 2008.
2. Saur Lidya Margaretha. Metoda Kanguru pada Perawatan Bayi Berat
Lahir Rendah. Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2006: 181- 187.
3. Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15. Vol.
1. Jakarta : EGC, 2000.
4. Sjarif Hidayat, Kiki Madiapermana K Samsi, Mia Milanti Dewi. Angka
Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah Sebelum dan Semasa Krisis
Ekonomi; suatu Penelitian di Rumah Sakit. Sari Pediatri, Vol. 3, No. 2,
September 2001: 88 – 91
5. Zulfikri. Diagnosis Sepsis Neonatal. Sari Pediatri, Vol. 6, No. 2,
September 2004: 81-84.
6. Rulina Suradi, Piprim B Yanuarso. Metode Kanguru Sebagai Pengganti
Inkubator Untuk Bayi Berat Lahir Rendah. Sari Pediatri, Vol. 2, No. 1,
Juni 2000: 29 – 35.
7. Dewi Ayu Lestari, Sori Muda Sarumpaet, Hiswani. KARAKTERISTIK
PENDERITA SEPSIS NEONATORUM RAWAT INAP DI RSUD Dr.
PIRNGADI MEDAN TAHUN 2010-2011. Medan, 2011