Lapsus Hipertiroid By Riri Pratama
-
Upload
ubhe-luphh-dolphin -
Category
Documents
-
view
98 -
download
5
description
Transcript of Lapsus Hipertiroid By Riri Pratama
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. M. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 47 Tahun
Alamat : Jl. Panglima sudirman, Bone.
Pekerjaan : TNI
Agama : Islam
Status Perkawinan : Sudah kawin
Tgl. Masuk : 07-06-2013
Tgl. Keluar : -
II. Anamnesis
Keluhan Utama:
Gemetar seluruh badan (tremor).
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke RS TK-II PELAMONIA dengan keluhan gemetar seluruh badan sejak
≤ 2 bulan sebelum masuk RS.
Pasien merasa cepat lelah, jantung berdebar – debar dan cepat berkeringat. Pasien juga
mengeluh Demam yang dirasakan saat MRS. Demam yang dirasakan terus menerus tanpa
disertai rasa menggigil. Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati serta rasa mual yang tidak
disertai muntah. Makan dan minum bertambah namun berat badan menurun. Buang air besar
bewarna kuning kecoklatan konsistensi encer tanpa disertai darah dan lendir. Buang air kecil
normal tidak nyeri dan berwarna kuning bening. Pasien merasa gelisah dan cepat marah. Pasien
mengeluh rambut rontok.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku pernah menderita penyakit ini sebelumya tahun 2007. Riwayat berobat gondok
sejak tahun 2011 di RS TK-II PELAMONIA, selanjutnya pasien tidak pernah kontrol kembali ke
poli dan tidak mengkonsumsi obat gondok. Riwayat batuk. Riwayat peyakit gula disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengaku tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini
sebelumnya. Pasien mengaku ada riwayat DM dalam keluarganya (ayah).
III. PEMERIKSAAN FISIK
- Kesadaran : Compos mentis
- Tekanan darah : 140/80 mmHg
- Nadi : 82 x / menit, reguler
- Pernapasan : 22 x /menit
- Suhu : 37,50 C
- Ikterus : -/-
- Oedema : -/-
- Cyanotik : -/-
- Anemia : -/-
- Ptechia : -
- Turgor kulit : Baik
- Tinggi Badan : 162 cm
- Berat badan : 45 Kg
KEPALA
- Bentuk : Normal, simetris
- Rambut : Hitam dan beruban, tidak mudah tercabut
- Mata : Konjungtiva tidak anemis
Sklera tidak ikterik
edema palpebra (-)
pupil isokor kanan = kiri,
Refleksi cahaya (+).
Exophtalmus (+)
- Telinga : Bentuk normal, simetris, membran timpani intak
- Hidung : Bentuk normal, septum di tengah, tidak deviasi
- Mulut : Bibir tidak sianosis, lidah tidak kotor, tidak hiperemis,
tidak ada nyeri menelan.
LEHER
Bentuk normal, deviasi trakhea (-), ada pembesaran kelenjar tiroid difus (+), ikut gerakan
menelan (+) dan tidak ada pembesaran KGB , JVP tidak meningkat (5-2 cmH2O).
THORAKS
- Inspeksi : Bentuk dada kanan kiri simetris
pergerakan napas kanan = kiri.
Iktus kordis tidak tampak
- Palpasi : Fremitus taktil kanan = kiri
Iktus kordis teraba di sela iga V garis midclaviculla kiri
- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Batas Jantung
Batas atas : sela iga III garis sternalis kanan
Batas kanan : sela iga IV garis parasternalis kanan
Batas kiri : sela iga V garis midklavikula kiri
- Auskultasi : Pernapasan vesikuler, rhonki -/- , wheezing -/-
bunyi jantung I-II murni, reguler
ABDOMEN
- Inspeksi : Perut tidak membuncit simetris
vena kolateral (-)
caput Medussae (-)
umbilikus tidak menonjol
- Auskultasi : bunyi peristaltik (+),kesan normal
- Palpasi : Nyeri tekan pada regio epigastrium (+), hepar dan lien tidak teraba
- Perkusi : Tympani, Shifting dullnes (-)
GENITALIA
♂ Tidak di periksa.
EKSTREMITAS
- Superior : Hangat
Eritema palmaris (-/-)
Sianosis (-/-)
Clubbing finger (-/-)
edema (-/-)
- Inferior : Dingin
edema (-/-)
Sianosis (+/+)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Kimia klinik
Fungsi Hati
- SGOT : 41 U/L 0 - 38
- SGPT : 45 U/L 0 - 42
Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu : 193 mg/dl 80 – 140
Pemeriksaan Endokrinologi
- FT4 : > 7.770 mg/dl 0.930 – 1.710
- TSHs : < 0.005 µIU/mL 0.270 – 4.200
Pemeriksaan EKG
Resume:
Seorang Pria berusia 47 tahun datang ke RS dengan keluhan gemetar seluruh badan sejak
≤ 2 bulan sebelum masuk RS. Pasien merasa cepat lelah, jantung berdebar – debar dan cepat
berkeringat. Pasien juga mengeluh Demam, nyeri ulu hati, nafsu makan meningkat namun berat
badan menurun. Buang air besar dengan konsistensi encer dan buang air kecil normal. Pasien
merasa gelisah dan cepat marah. Pasien mengeluh rambut rontok. Pasien pernah berobat ke
dokter untuk mengobati penyakitnya namun tidak kontrol kembali. Riwayat batuk. Riwayat
peyakit gula disangkal. Pasien memiliki riwayat keluarga menderita penyakit gula dan tidak ada
riwayat penyakit gondok pada keluarganya.
Pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan pada ulu hati. Kedua ekstremitas bawah
sianosis dan dingin. Pada pemeriksaan laboratorium SGOT, SGPT normal, GDS meningkat,
Pemeriksaan Endokrinologi FT4 meningkat dan TSHs menurun.
DIAGNOSIS KERJA
Hipertiroid ca. Graves’ disease
DIAGNOSIS BANDING
Multiple nodul tiroid
Ca. tiroid
fiblirasi atrium
CAP
PROGNOSIS :
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : Bonam
V. PENATALAKSANAAN
1. Istirahat
2. Diit :
Tinggi kalori = 1900 Kcal
Tinggi protein = 55 gr
3. Medikamentosa :
Injeksi sohobion 1A/hr/drips
Injeksi ranitidin 1A/12jm/IV
Radin 2x1
Neurodex 1x1
PTU 1 gr 3x1
4. Edukasi :
Menganjurkan banyak makan yang manis-manis untuk meningkatkan kalori
Menganjurkan banyak makan putih telur untuk meningkatkan asupan protein
Menghindari aktivitas yang berat
PENGKAJIAN MASALAH
A. PENDAHULUAN
Hipertiroid ialah suatu sindroma klinik yang terjadi karena pemaparan jaringan terhadap
hormone tiroid berlebihan. Penyakit tiroid merupakan penyakit yang banyak ditemui di
masyarakat, 5% pada pria dan 15% pada wanita. Penyakit Graves di Amerika sekitar 1% dan di
Inggris 20-27/1000 wanita dan 1.5-2.5/1000 pria, sering ditemui di usia kurang dari 40 tahun
Istilah hipertiroidisme sering disamakan dengan tirotoksikosis, meskipun secara prinsip
berbeda. Dengan hipertiroidisme dimaksudkan hiperfungsi kelenjar tiroid dan sekresi berlebihan
dari hormone tiroid dalam sirkulasi. Pada tirotoksikosis dapat disebabkan oleh etiologi yang
amat berbeda, bukan hanya yang berasal dari kelenjar tiroid. Adapun hipertiroidisme subklinis,
secara definisi diartikan kasus dengan kadar hormone normal tetapi TSH rendah. Di kawasan
Asia dikatakan prevalensi lebih tinggi dibanding yang non Asia (12% versus 2.5%)
Penyakit Graves merupakan penyebab utama dan tersering tirotoksikosis (80-90%),
sedangkan yang disebabkan karena tiroiditis mencapai 15% dan 5% karena toxic nodular goiter.
Prevalensi penyakit Graves bervariasi dalam
populasi terutama tergantung pada intake yodium (tingginya intake yodium berhubungan
dengan peningkatan prevalensi penyakit Graves). Penyakit Graves terjadi pada 2% wanita,
namun hanya sepersepuluhnya pada pria. Kelainan ini banyak terjadi antara usia 20-50 tahun,
namun dapat juga pada usia yang lebih tua.
Hipertiroidisme sering ditandai dengan produksi hormone T3 dan T4 yang meningkat,
tetapi dalam persentase kecil (kira-kira 5%) hanya T3 yang meningkat, disebut sebagai
tirotoksikosis T3 (banyak ditemukan di daerah dengan defisiensi yodium). Status tiroid
sebenarnya ditentukan oleh kecukuan sel atas hormon tiroid dan bukan kadar ‘normal’ hormone
tiroid dalam darah. Ada beberapa prinsip faali dasar yang perlu diingat kembali. Pertama bahwa
hormone yang aktif adalah free hormone, kedua bahwa metabolism sel didasarkan atas
tersedianya free T3 bukan free T4, ketiga bahwa distribusi deiodinase I, II, dan III di berbagai
organ tubuh berbeda (D1 banyak di hepar, ginjal dan tiroid, DII di otak, hipofisis, dan DIII di
jaringan fetal, otak, plasenta), namun hanya D1 yang dapat dihambat oleh PTU.
B. DEFINISI
Hipertiroidisme adalah suatu keadaan klinik yang ditimbulkan oleh sekresi berlebihan dari
hormon tiroid. Didapatkan pula peningkatan produksi triiodotironin (T3) sebagai hasil
meningkatnya konversi tiroksin (T4) di jaringan perifer. Diagnosis hipertiroidisme didapatkan
melalui berbagai pemeriksaan meliputi pengukuran langsung konsentrasi tiroksin “bebas” (dan
sering triiodotironin) plasma dengan pemeriksaan radioimunologi yang tepat. Uji lain yang
sering digunakan adalah pengukuran kecepatan metabolime basal, pengukuran konsentrasi TSH
plasma, dan konsentrasi TSI.
C. EPIDEMIOLOGI
Hipertiroid ialah suatu sindroma klinik yang terjadi karena pemaparan jaringan terhadap
hormone tiroid berlebihan. Penyakit tiroid merupakan penyakit yang banyak ditemui di
masyarakat, 5% pada pria dan 15% pada wanita. Penyakit Graves di Amerika sekitar 1% dan di
Inggris 20-27/1000 wanita dan 1.5-2.5/1000 pria, sering ditemui di usia kurang dari 40 tahun
Istilah hipertiroidisme sering disamakan dengan tirotoksikosis, meskipun secara prinsip
berbeda. Dengan hipertiroidisme dimaksudkan hiperfungsi kelenjar tiroid dan sekresi berlebihan
dari hormone tiroid dalam sirkulasi. Pada tirotoksikosis dapat disebabkan oleh etiologi yang
amat berbeda, bukan hanya yang berasal dari kelenjar tiroid. Adapun hipertiroidisme subklinis,
secara definisi diartikan kasus dengan kadar hormone normal tetapi TSH rendah. Di kawasan
Asia dikatakan prevalensi lebih tinggi disbanding yang non Asia (12% versus 2.5%).
D. ETIOLOGI
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.
Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena
umpan balik negatif TH terhadap pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat rnalfungsi
hipofisis memberikan gambaran kadar TH dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena
uinpan balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan
memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :
1. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan penyebab hipertiroid
yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih sering daripada
pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit autoimun, dimana antibodi yang ditemukan dalam
peredaran darah yaitu tyroid stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan TSH receptor
antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit,
penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol
keluar hingga double vision. Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada
tinggi rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa
sakit, serta berkeringat banyak.
2. Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau banyak. Kata
toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga
memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.
3. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke dokter yang
tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang yang minum hormon tiroid
dengan tujuan menurunkan badan hingga timbul efek samping.
4. Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan, sehingga merangsang
tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
5. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca persalinan, dimana
pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan kemudian keluar gejala hpotiroid.
6. Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya timbul apabila
sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid.
E. PATOGENESIS
Hipothalamus melepaskan suatu hormon yang disebut thyrotropin releasing hormone
(TRH), yang mengirim sebuah sinyal ke pituitari untuk melepaskan thyroid stimulating hormone
(TSH). Pada gilirannya, TSH mengirim sebuah signal ke tiroid untuk melepas hormon-hormon
tiroid. Jika aktivitas yang berlebihan dari yang mana saja dari tiga kelenjar-kelenjar ini terjadi,
suatu jumlah hormon-hormon tiroid yang berlebihan dapat dihasilkan, dengan demikian
berakibat pada hipertiroid.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar
batas, sehingga untuk memenuhi “pesanan” tersebut, sel-sel sekretoris kelenjar tiroid membesar.
Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat
hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal.
Bahkan, akibat proses metabolisme yang “keluar jalur” ini, terkadang penderita hipertiroidisme
mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot
sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan
frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal.
Nadi yang takikardi, atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada
sistem kardiovaskuler. Exopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang
mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokular, akibatnya bola mata terdesak
keluar.
pasien juga akan mengeluhkan perasaan seperti palpitasi. Hal ini merupakan manifestasi
gangguan pada system kardiovaskuler atas akibat sinus takikardi (supraventrikular takikaria).
Cardiac output yang meningkat mengakibatkan terjadinya nadi yang kuat, memanjang, dan aortic
murmur dan dapat mengakibatkan angina maupun gagal jantung yang sudah terdeteksi
sebelumnya menjadi lebih parah. Pada pasien ini didapatkan perasaan sentiasa berdebar-debar
tanpa didahului perasaan yang tidak enak atau lainnya.
Kadar hormone tiroid dapat meningkat apabila kadar TBG meningkat terutama dalam
kondisi kadar estrogen yang meningkat (kehamilan, kontraseptif oral, terapi hormone
replacement, tamoxifen). Juga, dapat berkurang dalam kondisi seperti androgen tinggi dan
sindroma nefrotik. Masalah genetic dan acute illness juga dapat mempengaruhi kadar hormone
tiroid yang berikatan dengan protein dalam darah. Oleh karena hanya hormone tiroid yang bebas
berikatan terdeteksi normal dalam kondisi-kondisi seperti diatas, adalah disarankan untuk
melakukan pemeriksaan hormone tiroid bebas berikatan dalam rangka menilai kadar hormone
tiroid. Pada pasien ini, didapatkan peningkatan Total T3(ng/mL2.56), Free T4 (5.00ng/dL) dan
penurunan hasil TSH (0.018µIU/mL).
F. GAMBARAN KLINIS
Hipertiroid mempunyai tanda dan gejala yang bervariasi yaitu :
- Banyak keringat
- Tidak tahan panas
- Sering BAB, kadang diare
- Jari tangan gementar (tremor)
- tegang, gelisah, cemas, mudah tersinggung
- Jantung berdebar cepat
- Haid menjadi tidak teratur
- Bola mata menonjol dapat disertai dengan penglihatan ganda
- Denyut nadi tidak teratur terutama pada usia diatas 60 th
- Tekanan darah meningkat
- Denyut nadi cepat, seringkali >100x/menit
- Berat badan turun, meskipun banyak makan dan minum
- Otot lemas
- Rambut rontok
- Kulit halus dan tipis
- Kehamilan sering berakhir dengan keguguran
- Terjadi perubahan pada mata, bertambahnya pembentukan air mata, iritasi, dan
peka terhadap cahaya.
G. KELAINAN LABORATORIUM DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang dilakukan adalah :
1. TSH serum (biasanya menurun)
2. T3, T4 (biasanya meningkat)
3. Test darah hormon tiroid
4. X-ray scan, CT scan, MRI (untuk mendeteksi adanya tumor)
H. DIAGNOSIS
Dalam menegakkan diagnosa hipertiroid, penggunaan Indeks Wayne mungkin dapat
digunakan. Indeks Wayne sendiri merupakan suatu checklist yang berisi ada atau tidaknya
gejala-gejala, seperti palpitasi, mudah lelah, berat badan turun, dan lain-lain, dengan skor
tersendiri untuk masing-masing gejala. Seorang pasien didiagnosis menderita hipertiroid apabila
skor Inseks Wayne lebih dari 19. Di bawah ini telah dilampirkan Indeks Wayne:
Wayne Index
Objective
a) Tirod teraba 3
b) Bruit -2
c) Exopthalmus 0
d) Lid retraction 0
e) Lid lag 0
f) Hiperkinesia 0
g) Tangan panas 2
h) Tangan berkeringat 0
i) Tremor 0
j) Tremor halus 1
k) Atrial fibrilasi 0
l) Nadi <80 0
m) Nadi 80-90 0
n) Nadi >90 3
Subjective
a) Dypsneu de effort 1
b) Palpitasi 1
c) Cepat lelah 2
d) Suka panas 0
e) Suka dingin 5
f) Banyak berkeringat 0
g) Nervous 2
h) Nafsu makan meningkat/menurun 3
i) Berat badan meningkat/menurun 3
Total score : 25 (hyperthyroid)
I. KOMPLIKASI
Komplikasi tiroid adalah suatu aktivitas yang sangat berlebihan dari kelenjar tiroid, yang
terjadi secara tiba-tiba. Badai tiroid bisa menyebabkan :
1. Demam, kegelisahan, perubahan suasana hati, kebingungan
2. Kelemahan dan pengisutan otot yang luar biasa
3. Perubahan kesadaran (bahkan sampai terjadi koma)
4. Pembesaran hati disertai penyakit kuning yang ringan
Badal tiroid merupakan suatu keadaan darurat yang sangat berbahaya dan
memerlukan tindakan segera. Tekanan yang berat pada jantung bisa menyebabkan
ketidakteraturan irama jantung yang bisa berakibat fatal (aritmia) dan syok. Badal tiroid
biasanya terjadi karena hipertiroid tidak diobati atau karena pengobatan yang tidak
adekuat dan bisa dipicu oleh :
- Infeksi
- Pembedahan
- Stress
- Diabetes yang kurang terkendali
- Ketakutan
- Kehamilan atau persalinan
J. PENGOBATAN DAN TINDAKAN
1. Medikamentosa
Pengobatan krisis tiroid meliputi pengobatan terhadap hipertiroidisme (menghambat
produksi hormone, menghambat pelepasan hormone dan menghambat konversi T4 menjadi T3,
pemberian kortikosteroid penyekat beta dan plasmaferesis),dan normalisasi dekompensasi
homeostatic (koreksi cairan, elektrolit dan kalori) dan mengatasi factor pemicu. Pengobatan
harus segera diberikan rawat diruangan dengan control yang baik
Pengobatan yang diberikan antara lain adalah membaiki keadaaan umum dengan
memberikan cairan NaCl 0.9% utuk koreksi elektrolit. Mengoreksi hipertiroidisme dengan cepat
yaitu dengan :
a) memblok sintesis hormone baru : PTU dosis besar (600-1000 mg) diikuti dosis 200 mg PTU
tiap 4 jam dengan dosis sehari total 1000-1500 mg;
b) memblok keluarnya bakal hormone dengan solusio lugol (10 tetes setiap 6-8 jam) atau larutan
kalium iodide jenuh 5 tetes setiap 6 jam. Jika ada, berikan endoyodin (NaI) IV, kalau tidak ada
solusio Lugol/ larutan kalium iodide jenuh tidak memadai;
c) menghambat konversi perifer dari T4 menjadi T3 dengan propanolol, ipodat, penghambat beta
dan/atau kortikosteroid. Pemberian hidrokortison dosis stess (100mg tiap 8 jam atau
deksametason 2 mg tiap 6 jam). Rasional pemberiannya adalah karena defisiensi steroid relative
akibat hipermetabolisme dan menghambat konversi perifer T4. Untuk antipiretik digunakan
asetaminofen, jangan aspirin karena akan melepas ikatan protein-hormon tiroid sehingga
freehormon meningkat. Propanolol dapat mengurangi takikardia dan meghambart konversi T4
menjadi T3 di perifer dengan dosis 20-40 mg tiap 6 jam
2. Pengobatan dengan yodium radioaktif
Indikasi pengobatan dengan yodium radiaktif diberikan pada :
a. Pasien umur 35 tahun atau lebih
b. Hipertiroid yang kambuh sesudah di operasi
c. Gagal mencapai remisi sesudah pemberian obat antitiroid
d. Tidak mampu atau tidak mau pengobatan dengan obat antitiroid
e. Adenoma toksik, goiter multinodular toksik
3. Operasi
Tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroid. Indikasi operasi adalah :
a. Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap obat antitiroid
b. Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis besar
c. Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif.
d. Adenoma toksik atau strauma multinodular toksik
e. Pada penyakit graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
Sebelum operasi biasanya pasien diberi obat antitiroid sampai eutitiroid sampai eutiroid
kemudian diberi cairan kalium yodida 100-200 mg/hari atau cairan lugol 10-14 tetes/ hari selama
10 hari sebelum dioperasi untuk mengurangi vaskularisasi pada kelenjar tiroid.
K. PROGNOSIS
Prognosis pada pasien ini adalah dubia et bonam karena pada pasien dengan hipertiroid
yang akhirnya menjadi krisis tiroid oleh karena adanya factor pencetus belum lagi menimbulkan
komplikasi seperti fiblirasi atrium, kelainan ventrikel atau paralisis.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer Arif,dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I.Jakarta : Media Aesculapius
Anonim. 2008. Hipertiroidisme. http://www.medica store.com
Anonim. 2008. Mengenal Tiroid. http://www.demomedical.com
Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.
Hermawan, A. Guntur. 1990. Cermin Dunia Kedokteran No. 63, 1990. Pengelolaan dan Pengobatan Hipertiroidi.
Horrison. 2004. Prinsip ilmu penyakit dalam. Penerbit ilmu kedokteran.EGC. Jakarta