lapsus campak.docx

34
BAB I STATUS PASIEN 1. Identitas Pasien a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : An.S/ perempuan/ 8 tahun b. Pekerjaan : Pelajar c. Alamat : Pasir Panjang, Kec.Olak Kemang 2. Latar Belakang Sosio-ekonomi- demografi-lingkungan-keluarga a. Status perkawinan : Belum menikah b. Jumlah saudara : 1 orang c. Status ekonomi keluarga Ayah dan ibu pasien bekerja sebagai buruh. Penghasilan keluarga pasien Rp.1.500.000/bulan. d. Kondisi rumah Pasien tinggal jauh dari jalan raya, rumah menghadap ke semak belukar, kawasan rumah cukup padat penduduk. Tinggal dirumah panggung semi permanen, dengan ukuran 6x6 meter mempunyai 1 ruangan yang berisi kamar tidur, dapur, ruang makan dan ruang keluarga. Terdapat tirai yang memisahkan kamar tidur terhadap dapur, ruang makan dan ruang keluarga. Bagian belakang rumah dapat ditemukan tempat BAK, mandi, mencuci pakaian, piring dan sumber air bersih berasal dari PDAM. Ventilasi dan pencahayaan tidak memadai, tidak terdapat jendela yang dapat dibuka, 1

description

lapsus campak.docx

Transcript of lapsus campak.docx

Page 1: lapsus campak.docx

BAB I

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien

a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : An.S/ perempuan/ 8 tahun

b. Pekerjaan : Pelajar

c. Alamat : Pasir Panjang, Kec.Olak Kemang

2. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga

a. Status perkawinan : Belum menikah

b. Jumlah saudara : 1 orang

c. Status ekonomi keluarga

Ayah dan ibu pasien bekerja sebagai buruh. Penghasilan keluarga pasien

Rp.1.500.000/bulan.

d. Kondisi rumah

Pasien tinggal jauh dari jalan raya, rumah menghadap ke semak belukar, kawasan

rumah cukup padat penduduk. Tinggal dirumah panggung semi permanen, dengan

ukuran 6x6 meter mempunyai 1 ruangan yang berisi kamar tidur, dapur, ruang makan

dan ruang keluarga. Terdapat tirai yang memisahkan kamar tidur terhadap dapur, ruang

makan dan ruang keluarga. Bagian belakang rumah dapat ditemukan tempat BAK,

mandi, mencuci pakaian, piring dan sumber air bersih berasal dari PDAM. Ventilasi

dan pencahayaan tidak memadai, tidak terdapat jendela yang dapat dibuka,

pencahayaan pada pagi dan siang hari berasal dari pintu depan dan belakang yang

terbuka. BAB di bagian belakang rumah dan BAK menumpang kamar mandi dengan

jamban leher angsa milik tetangga sebelah yang kebetulan masih saudara dengan

keluarga pasien. Penataan rumah cukup rapi namun tak memiliki banyak pembatas.

Pembuangan sampah rumah tangga dibuang di belakang rumah, pembuangan air

limbah tidak ada, air pembuangan BAK, mandi dan masak tergenang di bawah rumah.

Di bagian luar rumah terdapat semak belukar.

e. Kondisi lingkungan keluarga

Pasien tinggal bersama ayah, ibu dan seorang saudara laki-laki. Hubungan antar

keluarga pasien harmonis, dapat dilihat kepedulian orang tua yaitu ibu pasien yang

membawa anaknya berobat ke Puskesmas.

1

Page 2: lapsus campak.docx

Rumah bagian depan

Rumah bagian belakang, terdapat tempat BAK, mandi, mencuci pakaian, piring dan sumber

air bersih berasal dari PDAM

2

Page 3: lapsus campak.docx

Rumah bagian dalam, 1 ruangan yang berisi kamar tidur, dapur,

ruang makan dan ruang keluarga

Anamnesis dan pemeriksaan terhadap pasien

3. Aspek Psikologis di Keluarga

Hubungan dalam keluarga pasien terjalin baik, terdapat keharmonisan dan komunikasi

yang baik antar anggota keluarga, dimana ketika kunjungan pasien dan saudara laki-

lakinya serta ibu sedang menonton televisi bersama.

3

Page 4: lapsus campak.docx

4. Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan Utama : Ruam kemerahan sejak 2 hari yang lalu

Riwayat Perjalanan Penyakit:

± 2 hari yang lalu, pasien mengeluh demam, demam dirasakan sepanjang hari,

menggigil (-). Pasien juga mengeluhkan batuk, tidak berdahak, dan nyeri dirasakan bila

menelan. Timbul ruam kemerahan pada bagian wajah, pipi pasien tampak memerah dan

mata juga tampak merah.

± 1 hari yang lalu, ruam kemudian menyebar ke seluruh badan, mulai dari dada

hingga ke ekstremitas atas dan bawah. Pasien juga mengeluhkan badannya gatal.

Riwayat alergi (-). BAB dan BAK dalam batas normal, nyeri kepala (-), nyeri telinga

(-). Keluhan ini kemudian membawa pasien berobat ke puskesmas.

5. Riwayat Penyakit Dahulu/Keluarga

Riwayat operasi disangkal

Riwayat penyakit yang sama sebelumnya disangkal

Riwayat keluarga dengan penyakit serupa (-)

Riwayat alergi makanan, obat (-)

Riwayat asma (-)

Riwayat penyakit jantung bawaan disangkal

Riwayat penyakit diabetes mellitus disangkal

6. Riwayat Imunisasi

Hepatitis B (+)

Polio (+)

BCG (+)

DPT (+)

Campak (+)

Kesan : imunisasi dasar lengkap

7. Riwayat Persalinan

Lahir spontan, ditolong oleh bidan, usia kehamilan cukup bulan. Anak lahir langsung

menangis. Berat badan lahir ± 2500 gram.

8. Riwayat Gizi

4

Page 5: lapsus campak.docx

Anak mendapat asupan sehari-hari berupa makanan nasi, sayur dan lauk pauk yang

cukup.

9. Pemeriksaan fisik

Status generalis

Keadaan umum : tampak sakit sedang

BB : 26 kg

TB : 120 cm

IMT : 18.05 (normal)

Kesadaran : komposmentis

Nadi : 70 x/menit

Pernafasan : 24 x/menit

Suhu : 36,7°C

TD : 100/60 mmHg

Pemeriksaan organ

Kepala : normocephal

Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera : ikterik (-/-), kornea : dbn, pupil :

bulat, isokor, reflex cahaya +/+

Telinga : sekret (-/-), pendengaran menurun (-/-)

Hidung : nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-), deformitas (-)

Mulut : bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah hiperemis (+)

Leher : pembesaran KGB (-), struma (-)

Thorak

Pulmo

Kanan KiriInspeksi Statis dan dinamis: simetris Statis dan dinamis : simetrisPalpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normalPerkusi Sonor SonorAuskultasi Vesikuler, wheezing (-),

rhonki (-)Vesikuler, wheezing (-), rhonki (-)

Jantung

Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri

5

Page 6: lapsus campak.docx

Perkusi Dalam batas normalAuskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi Ruam kemerahan pada daerah dada dan punggungPalpasi Supel, nyeri tekan (-), turgor baik, hati dan lien tidak terabaPerkusi TimpaniAuskultasi Bising usus (+)

Ekstremitas atas : akral hangat, edema (-), CTR < 2 detik, ruam kemerahan (+)

Ekstremitas bawah : akral hangat, edema (-), CTR < 2 detik, ruam kemerahan (+)

Ruam kemerahan pada ekstremitas bawah

6

Page 7: lapsus campak.docx

Ruam kemerahan pada ekstremitas atas

10. Saran pemeriksaan

Darah rutin

Tes serologis : IgG dan IgM anti campak

11. Diagnosis kerja

Morbili (campak)

Kode ICD 10: B05.9

12. Diagnosis banding

Roseola infantum

Rubella

Alergi obat

Demam skarlatina

13. Manajemen

a. Promotif

Menjelaskan pada pasien dan keluarga mengenai penyakitnya serta komplikasi dari

penyakit ini agar pasien patuh untuk berobat

Menjelaskan pada pasien dan keluarga mengenai higienitas lingkungan yang dapat

berperan dalam timbulnya penyakit

Meningkatkan status gizi pasien guna menjaga imunitas atau kekebalan tubuh

terhadap penyakit

b. Preventif

Melakukan imunisasi dasar lengkap pada anak, terutama campak dan MMR

Memberikan suplementasi vitamin A pada anak secara rutin

Menjaga imunitas tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi

Menghindari kontak dengan penderita campak

Edukasi bahwa penyakit ini bisa berulang

c. Kuratif

Non Farmakologi

Istirahat yang cukup

7

Page 8: lapsus campak.docx

Pemberian cairan yang cukup

Rawat inap bila terdapat indikasi

Farmakologi

Vitamin C tablet 50 mg, 2x1 tablet

Amoxicilin tablet 250 mg, 3x1 tablet

Paracetamol tablet 500 mg, 3x1/2 tablet

Chlorpheniramine maleat tablet 4 mg, 3x1/2 tablet

Bedak salisil

Saran :

Suplementasi vitamin A 200.000 unit sampai 400.000 IU pada saat terjadi ruam

dalam 2 hari berturut-turut

Antipiretik diberikan bila anak demam, Paracetamol tablet 500 mg, 3x1/2 tablet

Antihistamin, Chlorpheniramine maleat tablet 4 mg, 3x1/2 tablet dan pemberian

bedak salisil

Dinas Kesehatan Kota JambiPuskesmas Olak Kemang

dr. Yuni Hasmita. SIP. G1A213062STR 019/01/2015

Jl Olak Kemang RT 03

Dokter :dr.Yuni HasmitaSIP : No. 266/SIK/2015

Dinas Kesehatan Kota JambiPuskesmas Olak Kemang

dr. Yuni Hasmita. SIP. G1A213062STR 019/01/2015

Jl Olak Kemang RT 03

Dokter :dr. Yuni HasmitaSIP : No. 266/SIK/2015

22 April 2015

R/ Amoxicilin tab 250 mg no. X S3dd tab I R/ Paracetamol tab 500 mg no. V S3ddd tab ½R/ Chlorpheniramine maleat tab 4 mg no.V S3dd tab ½ R/ Salisil talk sach no. I SueR/ Vitamin C tab 50 mg no.X S2dd tab 1

Pro : An. S/8 thAlamat : Pasir Panjang

22 April 2015

R/ Paracetamol tab 500 mg no. V S3ddd tab ½R/ Chlorpheniramine maleat tab 4 mg no.V S3dd tab ½ R/ Salisil talk sach no. I SueR/ Vitamin A 200.000 IU no.II S1dd tab 1

Pro : An.S/ 8 thAlamat : Pasir Panjang

14. Rehabilitatif

8

Page 9: lapsus campak.docx

Meningkatkan daya tahan tubuh.

Mengatur pola makan yang gizi seimbang

Menjaga higienitas pasien.

Minum obat sesuai anjuran.

Jika terdapat komplikasi penyakit, maka segera ke RS

BAB II

9

Page 10: lapsus campak.docx

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Campak atau morbili adalah suatu infeksi virus akut yang memiliki 3 stadium yaitu (1)

Stadium inkubasi yang berkisar antara 10 sampai 12 hari setelah pajanan pertama terhadap

virus dan dapat disertai gejala minimal maupun tidak bergejala, (2) Stadium prodromal yang

menunjukkan gejala demam, konjungtivitis, pilek, dan batuk yang meningkat serta

ditemukannya enantem pada mukosa (bercak Koplik), dan (3) Stadium erupsi yang ditandai

dengan keluarnya ruam makulopapular yang didahului dengan meningkatnya suhu badan. 1

Gambar 2.1 Ruam kemerahan pada campak

2.2 Epidemiologi

Angka kejadian campak di Indonesia sejak tahun 1990 sampai 2002 masih tinggi

sekitar 3000-4000 per tahun demikian pula frekuensi terjadinya kejadian luar biasa tampak

meningkat dari 23 kali per tahun menjadi 174. Namun case fatality rate telah dapat

diturunkan dari 5,5% menjadi 1,2%. Transmisi campak terjadi melalui udara, kontak

langsung maupun melalui droplet dari penderita saat gejala yang ada minimal bahkan tidak

bergejala. Penderita masih dapat menularkan penyakitnya mulai hari ke-7 setelah terpajan

hingga 5 hari setelah ruam muncul. Biasanya seseorang akan mendapat kekebalan seumur

hidup bila telah sekali terinfeksi oleh campak. 2

2.3 Etiologi

10

Page 11: lapsus campak.docx

Virus campak merupakan virus RNA famili paramyxoviridae dengan genus Morbili

virus. Sampai saat ini hanya diketahui 1 tipe antigenik yang mirip dengan virus Parainfluenza

dan Mumps. Virus bisa ditemukan pada sekret nasofaring, darah dan urin paling tidak selama

masa prodromal hingga beberapa saat setelah ruam muncul. Virus campak adalah organisme

yang tidak memiliki daya tahan tinggi apabila berada di luar tubuh manusia. Pada temperatur

kamar selama 3-5 hari virus kehilangan 60% sifat infektifitasnya. Virus tetap aktif minimal

34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu

dalam temperatur 35˚C, beberapa hari pada suhu 0˚C, dan tidak aktif pada pH rendah. 3

2.4 Patofisiologi dan patogenesis

Patofisiologi

Lesi pada campak terutama terdapat pada kulit., membran mukosa nasofaring, bronkus,

saluran pencernaan, dan konjungtiva. Di sekitar kapiler terdapat eksudat serosa dan

proliferasi dari sel mononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear. Karakteristik patologi

dari Campak ialah terdapatnya distribusi yang luas dari sel raksasa berinti banyak yang

merupakan hasil dari penggabungan sel. Dua tipe utama dari sel raksasa yang muncul adalah

(1) sel Warthin-Findkeley yang ditemukan pada sistem retikuloendotel (adenoid, tonsil,

appendiks, limpa dan timus) dan (2) sel epitel raksasa yang muncul terutama pada epitel

saluran nafas. Lesi di daerah kulit terutama terdapat di sekitar kelenjar sebasea dan folikel

rambut. Terdapat reaksi radang umum pada daerah bukal dan mukosa faring yang meluas

hingga ke jaringan limfoid dan membran mukosa trakeibronkial. Pneumonitis intersisial

karena virus campak menyebabkan terbentuknya sel raksasa dari Hecht. Bronkopneumonia

yang terjadi mungkin disebabkan infeksi sekunder oleh bakteri. 4

Pada kasus encefalomyelitis terdapat demyelinisasi vaskuler dari area di otak dan

medula spinalis. Terdapat degenerasi dari korteks dan subsdtansia alba dengan inclusion body

intranuklear dan intrasitoplasmik pada subacute sclerosing panencephalitis. 1

Patogenesis

Campak merupakan infeksi virus yang sangat menular, dengan sedikit virus yang

infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Lokasi utama infeksi virus

campak adalah epitel saluran nafas nasofaring. Infeksi virus pertama pada saluran nafas

11

Page 12: lapsus campak.docx

sangat minimal. Kejadian yang lebih penting adalah penyebaran pertama virus campak ke

jaringan limfatik regional yang menyebabkan terjadinya viremia primer. Setelah viremia

primer, terjadi multiplikasi ekstensif dari virus campak yang terjadi pada jaringan limfatik

regional maupun jaringan limfatik yang lebih jauh. Multiplikasi virus campak juga terjadi di

lokasi pertama infeksi. Selama lima hingga tujuh hari infeksi terjadi viremia sekunder yang

ekstensif dan menyebabkan terjadinya infeksi campak secara umum. Kulit, konjungtiva, dan

saluran nafas adalah tempat yang jelas terkena infeksi, tetapi organ lainnya dapat terinfeksi

pula. Dari hari ke-11 hingga 14 infeksi, kandungan virus dalam darah, saluran nafas, dan

organ lain mencapai puncaknya dan kemudian jumlahnya menurun secara cepat dalam waktu

2 hingga 3 hari. Selama infeksi virus campak akan bereplikasi di dalam sel endotel, sel epitel,

monosit, dan makrofag. 4

Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan

kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media, dan

lainnya. Dalam keadaan tertentu, adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada

kasus campak.

Tabel 1. Patogenesis infeksi campak tanpa penyulit

12

Page 13: lapsus campak.docx

2.5 Manifestasi klinis

a. Stadium inkubasi

Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12 hari). Walaupun pada

masa ini terjadi viremia dan reaksi imunologi yang ekstensif, penderita tidak

menampakkan gejala sakit. 1

b. Stadium prodromal

Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada stadium prodromal yang

berlangsung selama 2 hingga 4 hari. Biasanya terdiri dari gejala klinik khas berupa

batuk, pilek dan konjungtivitis, juga demam. Inflamasi konjungtiva dan fotofobia dapat

menjadi petunjuk sebelum munculnya bercak Koplik. Garis melintang kemerahan yang

terdapat pada konjungtuva dapat menjadi penunjang diagnosis pada stadium prodromal.

Garis tersebut akan menghilang bila seluruh bagian konjungtiva telah terkena radang. 1

Koplik spot yang merupakan tanda patognomonik untuk campak muncul pada hari ke-

10±1 infeksi. Koplik spot adalah suatu bintik putih keabuan sebesar butiran pasir

dengan areola tipis berwarna kemerahan dan biasanya bersifat hemoragik. Tersering

ditemukan pada mukosa bukal di depan gigi geraham bawah tetapi dapat juga

ditemukan pada bagian lain dari rongga mulut seperti palatum, juga di bagian tengah

bibir bawah dan karunkula lakrimalis. Muncul 1 – 2 hari sebelum timbulnya ruam dan

menghilang dengan cepat yaitu sekitar 12-18 jam kemudian. Pada akhir masa

prodromal, dinding posterior faring biasanya menjadi hiperemis dan penderita akan

mengeluhkan nyeri tenggorokkan.1

c. Stadium erupsi

Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14 infeksi yaitu pada saat

stadium erupsi. Ruam muncul pada saat puncak gejala gangguan pernafasan dan saat

suhu berkisar 39,5˚C. Ruam pertama kali muncul sebagai makula yang tidak terlalu

tampak jelas di lateral atas leher, belakang telinga, dan garis batas rambut. Kemudian

ruam menjadi makulopapular dan menyebar ke seluruh wajah, leher, lengan atas dan

dada bagian atas pada 24 jam pertama. Kemudian ruam akan menjalar ke punggung,

abdomen, seluruh tangan, paha dan terakhir kaki, yaitu sekitar hari ke-2 atau 3

munculnya ruam. Saat ruam muncul di kaki, ruam pada wajah akan menghilang diikuti

oleh bagian tubuh lainnya sesuai dengan urutan munculnya. 1

Saat awal ruam muncul akan tampak berwarna kemerahan yang akan tampak memutih

dengan penekanan. Saat ruam mulai menghilang akan tampak berwarna kecokelatan

yang tidak memudar bila ditekan. Seiring dengan masa penyembuhan maka muncullah

13

Page 14: lapsus campak.docx

deskuamasi kecokelatan pada area konfluensi. Beratnya penyakit berbanding lurus

dengan gambaran ruam yang muncul. Pada infeksi campak yang berat, ruam dapat

muncul hingga menutupi seluruh bagian kulit, termasuk telapak tangan dan kaki. Wajah

penderita juga menjadi bengkak sehingga sulit dikenali. 1

2.6 Diagnosis

Diagnosis campak biasanya cukup ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Pemeriksaan

laboratorium jarang dilakukan. Pada stadium prodromal dapat ditemukan sel raksasa berinti

banyak dari apusan mukosa hidung. Serum antibodi dari virus campak dapat dilihat dengan

pemeriksaan Hemagglutination-inhibition (HI), complement fixation (CF), neutralization,

immune precipitation, hemolysin inhibition, ELISA, serologi IgM-IgG, dan fluorescent

antibody (FA). Pemeriksaan HI dilakukan dengan menggunakan dua sampel yaitu serum akut

pada masa prodromal dan serum sekunder pada 7 – 10 hari setelah pengambilan sampel

serum akut. Hasil dikatakan positif bila terdapat peningkatan titer sebanyak 4x atau lebih. 4

Serum IgM merupakan tes yang berguna pada saat munculnya ruam. Serum IgM akan

menurun dalam waktu sekitar 9 minggu, sedangkan serum IgG akan menetap kadarnya

seumur hidup. Pada pemeriksaan darah tepi, jumlah sel darah putih cenderung menurun.

Pungsi lumbal dilakukan bila terdapat penyulit encephalitis dan didapatkan peningkatan

protein, peningkatan ringan jumlah limfosit sedangkan kadar glukosa normal. 1

14

Page 15: lapsus campak.docx

2.7 Diagnosis Banding

Diagnosis banding morbili diantaranya :

a. Roseola infantum. Pada Roseola infantum, ruam muncul saat demam telah menghilang.

Gambar 2.2 Ruam pada roseola infantum

b. Rubella. Ruam berwarna merah muda dan timbul lebih cepat dari campak. Gejala yang

timbul tidak seberat campak.

Gambar 2.3 Ruam pada rubella

c. Alergi obat. Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum ruam muncul dan

biasanya tidak disertai gejala prodromal.

d. Demam skarlatina. Ruam bersifat papular, difus terutama di abdomen. Tanda

patognomonik berupa lidah berwarna merah stroberi serta tonsilitis eksudativa atau

membranosa.

15

Page 16: lapsus campak.docx

Gambar 2.4 Ruam pada demam skarlatina

2.8 Campak yang termodifikasi

Penyakit campak yang termodifikasi muncul pada orang yang hanya memiliki setengah

daya tahan terhadap campak. Hal tersebut dapat diakibatkan riwayat penggunaan serum

globulin maupun pada anak usia kurang dari 9 bulan karena masih terdapatnya antibodi

campak transplasental dari ibu. Ditandai dengan gejala penyakit yang lebih ringan. Stadium

prodromal akan menjadi lebih pendek. Batuk, pilek dan demam lebih ringan. Bercak Koplik

lebih sedikit dan kurang jelas, namun dapat juga tidak muncul sama sekali. Ruam yang

muncul sama dengan infeksi campak klasik, tetapi tidak bersifat konfluens. Pada beberapa

orang, infeksi campak yang termodifikasi ini dapat tidak memberikan gejala apapun. 4

2.9 Campak atipikal

Didefinisikan sebagai sindroma klinik yang muncul pada orang yang sebelumnya telah

kebal akibat terpajan pada infeksi campak alamiah. Biasanya muncul pada orang yang telah

mendapat vaksin dari virus campak yang dimatikan Masa inkubasi dari campak atipikal sama

seperti pada campak yang tipikal yaitu sekitar 7 hingga 14 hari. Stadium prodromal ditandai

dengan demam tinggi yang mendadak (39,5˚C sampai 40,6˚C) dan biasanya sakit kepala.

Bisa juga didapatkan gejala nyeri perut, mialgia, batuk non-produktif, muntah, nyeri dada dan

16

Page 17: lapsus campak.docx

rasa lemah. Bercak Koplik jarang ditemui. Dua atau tiga hari setelah onset penyakit

muncullah ruam yang dimulai dari distal ekstremitas dan menyebar ke arah kepala. Ruam

sedikit berwarna kekuningan, terlihat jelas pada pergelangan tangan dan kaki serta terdapat

juga pada telapak tangan dan kaki. Ruam dapat berbentuk vesikel dan terasa gatal. Pada

campak atipikal dapat muncul efusi pleura, sesak nafas, hepatosplenomegali, hiperestesia,

rasa lemah maupun paresthesia. Diagnosis dari campak atipikal dapat ditegakkan melalui tes

serologis. Bila sampel serum awal diambil sebelum atau pada saat onset ruam, CF dan titer

HI biasanya kurang dari 1:5. Pada hari ke-10 infeksi kedua titer akan meningkat mencapai

1:1280 atau lebih. Pada campak yang tipikal, di hari ke-10 infeksi titer jarang melebihi 1:160. 4

2.10 Penyulit

Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur lebih kecil.

Kebanyakan penyulit campak terjadi bila ada infeksi sekunder oleh bakteri. Beberapa

penyulit campak adalah : 4,5

a. Bronkopneumonia

Merupakan salah satu penyulit tersering pada infeksi campak. Dapat disebabkan oleh

invasi langsung virus campak maupun infeksi sekunder oleh bakteri (Pneumococcus,

Streptococcus, Staphylococcus, dan Haemophyllus influenza). Ditandai dengan adanya

ronki basah halus, batuk, dan meningkatnya frekuensi nafas. Pada saat suhu menurun,

gejala pneumonia karena virus campak akan menghilang kecuali batuk yang masih

akan bertahan selama beberapa lama. Bila gejala tidak berkurang, perlu dicurigai

adanya infeksi sekunder oleh bakteri yang menginvasi mukosa saluran nafas yang telah

dirusak oleh virus campak. Penanganan dengan antibiotik diperlukan agar tidak muncul

akibat yang fatal.

b. Encephalitis

Komplikasi neurologis tidak jarang terjadi pada infeksi campak. Gejala encephalitis

biasanya timbul pada stadium erupsi dan dalam 8 hari setelah onset penyakit. Biasanya

gejala komplikasi neurologis dari infeksi campak akan timbul pada stadium prodromal.

Tanda dari encephalitis yang dapat muncul adalah : kejang, letargi, koma, nyeri kepala,

17

Page 18: lapsus campak.docx

kelainan frekuensi nafas, twitching dan disorientasi. Dugaan penyebab timbulnya

komplikasi ini antara lain adalah adanya proses autoimun maupun akibat virus campak

tersebut.

c. Subacute Slcerosing Panencephalitis (SSPE)

Merupakan suatu proses degenerasi susunan syaraf pusat dengan karakteristik gejala

terjadinya deteriorisasi tingkah laku dan intelektual yang diikuti kejang. Merupakan

penyulit campak onset lambat yang rata-rata baru muncul 7 tahun setelah infeksi

campak pertama kali. Insidensi pada anak laki-laki 3x lebih sering dibandingkan

dengan anak perempuan. Terjadi pada 1/25.000 kasus dan menyebabkan kerusakan

otak progresif dan fatal. Anak yang belum mendapat vaksinansi memiliki risiko 10x

lebih tinggi untuk terkena SSPE dibandingkan dengan anak yang telah mendapat

vaksinasi.

d. Konjungtivitis

Konjungtivitis terjadi pada hampir semua kasus campak. Dapat terjadi infeksi sekunder

oleh bakteri yang dapat menimbulkan hipopion, pan oftalmitis dan pada akhirnya dapat

menyebabkan kebutaan.

e. Otitis Media

Gendang telinga biasanya hiperemi pada fase prodromal dan stadium erupsi.

f. Diare

Diare dapat terjadi akibat invasi virus campak ke mukosa saluran cerna sehingga

mengganggu fungsi normalnya maupun sebagai akibat menurunnya daya tahan

penderita campak.

g. Laringotrakheitis

Penyulit ini sering muncul dan kadang dapat sangat berat sehingga dibutuhkan tindakan

trakeotomi.

h. Jantung

Miokarditis dan perikarditis dapat menjadi penyulit campak. Walaupun jantung

seringkali terpengaruh efek dari infeksi campak, jarang terlihat gejala kliniknya.

18

Page 19: lapsus campak.docx

i. Black measles

Merupakan bentuk berat dan sering berakibat fatal dari infeksi campak yang ditandai

dengan ruam kulit konfluen yang bersifat hemoragik. Penderita menunjukkan gejala

encephalitis atau encephalopati dan pneumonia. Terjadi perdarahan ekstensif dari

mulut, hidung dan usus. Dapat pula terjadi koagulasi intravaskuler diseminata.

2.10 Imunitas

a. Struktur antigenik

Imunoglobulin kelas IgM dan IgG distimulasi oleh infeksi campak. Kemudian IgM

menghilang dengan cepat (kurang dari 9 minggu setelah infeksi) sedangkan IgG tinggal

tak terbatas dan jumlahnya dapat diukur. IgM menunjukkan baru terkena infeksi atau

baru mendapat vaksinasi. IgG menandakan pernah terkena infeksi. IgA sekretori dapat

dideteksi dari sekret nasal dan hanya dapat dihasilkan oleh vaksinasi campak hidup

yang dilemahkan, sedangkan vaksinasi campak dari virus yang dimatikan tidak akan

menghasilkan IgA sekretori. 5

b. Imunitas transplasental

Bayi menerima kekebalan transplasental dari ibu yang pernah terkena campak.

Antibodi akan terbentuk lengkap saat bayi berusia 4 – 6 bulan dan kadarnya akan

menurun dalam jangka waktu yang bervariasi. Level antibodi maternal tidak dapat

terdeteksi pada bayi usia 9 bulan, namun antibodi tersebut masih tetap ada. Janin dalam

kandungan ibu yang sedang menderita campak tidak akan mendapat kekebalan

maternal dan justru akan tertular baik selama kehamilan maupun sesudah kelahiran. 1

c. Imunisasi

Imunisasi campak terdiri dari Imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif dapat berasal

dari virus hidup yang dilemahkan maupun virus yang dimatikan. Vaksin dari virus yang

dilemahkan akan memberi proteksi dalam jangka waktu yang lama dan protektif

meskipun antibodi yang terbentuk hanya 20% dari antibodi yang terbentuk karena

infeksi alamiah. Pemberian secara sub kutan dengan dosis 0,5ml. Vaksin tersebut

sensitif terhadap cahaya dan panas, juga harus disimpan pada suhu 4˚C, sehingga harus

19

Page 20: lapsus campak.docx

digunakan secepatnya bila telah dikeluarkan dari lemari pendingin. Vaksin dari virus

yang dimatikan tidak dianjurkan dan saat ini tidak digunakan lagi. Respon antibodi

yang terbentuk buruk, tidak tahan lama dan tidak dapat merangsang pengeluaran IgA

sekretori.3

Indikasi kontra pemberian imunisasi campak berlaku bagi mereka yang sedang

menderita demam tinggi, sedang mendapat terapi imunosupresi, hamil, memiliki

riwayat alergi, sedang memperoleh pengobatan imunoglobulin atau bahan-bahan

berasal dari darah. Imunisasi pasif digunakan untuk pencegahan dan meringankan

morbili. Dosis serum dewasa 0,25 ml/kgBB yang diberikan maksimal 5 hari setelah

terinfeksi, tetapi semakin cepat semakin baik. Bila diberikan pada hari ke 9 atau 10

hanya akan sedikit mengurangi gejala dan demam dapat muncul meskipun tidak terlalu

berat. 3

2.11 Penatalaksanaan

Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian cairan

yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi

apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan vitamin A 100.000 Unit untuk anak usia 6

bulan hingga 1 tahun dan 200.000 Unit untuk anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan untuk

membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campak

juga berguna untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total. 4

Gambar 2.5. Kapsul vitamin A biru dan merah

20

Page 21: lapsus campak.docx

Dengan adanya fakta yaitu vitamin A dapat menghambat replikasi virus vaksin campak

maka pada pasien campak sangat dianjurkan untuk memberikan suplementasi vitamin A

dosis tinggi yaitu sampai 400.000 IU pada saat terjadi ruam dalam 2 hari berturut-turut dan

pada anak di bawah usia 1 tahun dapat diberikan dosis sampai 100.000 IU tanpa efek

samping yang berarti seperti yang telah dilaporkan pada hasil penelitian di atas.

Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu >39,5˚C), dehidrasi, kejang, asupan oral

sulit atau adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan dengan penyulit yang

timbul.

2.12 Pencegahan

Pencegahan terutama dengan melakukan imunisasi campak. Imunisasi Campak di

Indonesia termasuk Imunisasi dasar yang wajib diberikan terhadap anak usia 9 bulan dengan

ulangan saat anak berusia 6 tahun dan termasuk ke dalam program pengembangan imunisasi

(PPI). Imunisasi campak dapat pula diberikan bersama Mumps dan Rubela (MMR) pada usia

12-15 bulan. Anak yang telah mendapat MMR tidak perlu mendapat imunisasi campak

ulangan pada usia 6 tahun. Pencegahan dengan cara isolasi penderita kurang bermakna

karena transmisi telah terjadi sebelum penyakit disadari dan didiagnosis sebagai campak.

2.13 Prognosis

Campak merupakan penyakit self limiting sehingga bila tanpa disertai dengan penyulit

maka prognosisnya baik. 6

21

Page 22: lapsus campak.docx

BAB III

ANALISA KASUS

a. Hubungan diagnosis dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, keadaan rumah dan

lingkungan sekitar

Pasien datang dengan keluhan timbulnya ruam kemerahan sejak 2 hari yang lalu.

Pada riwayat perjalanan penyakit didapatkan: ± 2 hari yang lalu, pasien mengeluh

demam, demam dirasakan sepanjang hari, menggigil (-). Pasien juga mengeluhkan batuk,

tidak berdahak, dan nyeri dirasakan bila menelan. Timbul ruam kemerahan pada bagian

wajah, pipi pasien tampak memerah dan mata juga tampak merah. ± 1 hari yang lalu,

ruam kemudian menyebar ke seluruh badan, mulai dari dada hingga ke ekstremitas atas

dan bawah. Pasien juga mengeluhkan badannya gatal. Riwayat alergi (-). BAB dan BAK

dalam batas normal, nyeri kepala (-), nyeri telinga (-). Keluhan ini kemudian membawa

pasien berobat ke puskesmas. Pada pemeriksaan fisik abdomen dan ekstremitas

ditemukan ruam kemerahan (+).

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik di atas ditegakkan diagnosis campak.

Campak merupakan suatu infeksi virus RNA famili paramyxoviridae dengan genus

Morbili yang memiliki 3 stadium yaitu (1) Stadium inkubasi yang berkisar antara 10

sampai 12 hari setelah pajanan pertama terhadap virus dan dapat disertai gejala minimal

maupun tidak bergejala, (2) Stadium prodromal yang menunjukkan gejala demam,

konjungtivitis, pilek, dan batuk yang meningkat serta ditemukannya enantem pada

mukosa (bercak Koplik), dan (3) Stadium erupsi yang ditandai dengan keluarnya ruam

makulopapular yang didahului dengan meningkatnya suhu badan

Pasien tinggal jauh dari jalan raya, kawasan rumah cukup padat penduduk, dengan

tingkat higienitas dan ventilasi yang kurang memadai, bagian belakang rumah dapat

ditemukan tempat BAK, mandi, mencuci pakaian, piring dan sumber air bersih berasal

dari PDAM serta tidak terdapat jendela yang dapat dibuka, pencahayaan pada pagi dan

22

Page 23: lapsus campak.docx

siang hari berasal dari pintu depan dan belakang yang terbuka. Keadaan lingkungan

sekitar (bagian luar rumah) terdapat semak belukar dan bagian bawah rumah terdapat air

pembuangan BAK, mandi dan masak yang tergenang. Keadaan rumah dan lingkungan

sekitar membuat pasien rentan mengalami penyakit terkait imunitas atau kekebalan tubuh

yang rendah.

Dari penjelasan di atas terdapat hubungan antara diagnosa dengan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan keadaan rumah dan lingkungan sekitar serta pekerjaan pasien.

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga

Pasien tinggal bersama ayah, ibu dan seorang saudara laki-laki. Dalam keluarga tidak

ada yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga

c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan

sekitar.

Perilaku kesehatan dalam keluarga terkait pada higienitas lingkungan yang kurang

memadai, dimana anggota keluarga rentan terpapar penyakit akibat imunitas atau

kekebalan tubuh yang rendah. Didapatkan hubungan yang bermakna antara diagnosis

dan perilaku kesehatan.

d. Analisis kemungkinan berbagai factor risiko atau etiologi penyakit pada pasien ini.

Adapun etiologi timbulnya campak adalah virus campak yang merupakan virus RNA

famili paramyxoviridae dengan genus Morbili virus. Campak merupakan infeksi virus

yang sangat menular, dengan sedikit virus yang infeksius sudah dapat menimbulkan

infeksi pada seseorang. Transmisi campak terjadi melalui udara, kontak langsung

maupun melalui droplet dari penderita saat gejala yang ada minimal bahkan tidak

bergejala.

e. Analisis untuk mengurangi paparan/ memutus rantai penularan dengan factor

risiko atau etiologi pada pasien ini.

Melakukan imunisasi dasar lengkap pada anak, terutama campak dan MMR

Memberikan suplementasi vitamin A pada anak secara rutin

Menjaga imunitas tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi

Menghindari kontak dengan penderita campak

23

Page 24: lapsus campak.docx

Edukasi bahwa penyakit ini bisa berulang

DAFTAR PUSTAKA

1. Phillips C.S. 1983. Measles. In: Behrman R.E., Vaughan V.C. (eds) Nelson Textbook

of Pediatrics. 12th edition. Japan. Igaku-Shoin/Saunders. p.743

2. T.H. Rampengan, I.R. Laurentz. 1997. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta.

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 90

3. Soegeng Soegijanto. 2001. Vaksinasi Campak. Dalam: I.G.N. Ranuh, dkk. (ed) Buku

Imunisasi di Indonesia. Jakarta. Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia. Hal.

105

4. Cherry J.D. 2004. Measles Virus. In: Feigin, Cherry, Demmler, Kaplan (eds) Textbook

of Pediatrics Infectious Disease. 5th edition. Vol 3. Philadelphia. Saunders. p.2283 –

2298

5. Soegeng Soegijanto. 2002. Campak. dalam: Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, dkk. (ed.)

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi I. Jakarta. Balai

Penerbit FKUI. Hal. 125

6. Alan R. Tumbelaka. 2002. Pendekatan Diagnostik Penyakit Eksantema Akut dalam:

Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, dkk. (ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi &

Penyakit Tropis. Edisi I. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal. 113

24