LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

40
Laporan Tutorial Skenario B Blok II 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Blok Etika, Hukum dan Komunikasi Medik adalah blok kedua pada semester I dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Pembelajaran blok ini sangat penting untuk dipelajari dalam komponen pendidikan blok di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario B yang memaparkan kasus yang berhubungan dengan etika, hukum dan komunikasi medik yaitu sikap seorang dokter terhadap pasien dan keluarga pasien sesuai dengan hukum kedokteran. 1.2 Maksud dan tujuan Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu : 1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan dari sistem pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Fakultas Kedokteran Muhammadiyah. 2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan  pembelajaran kelompok. 3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

Transcript of LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

Page 1: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 1/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok Etika, Hukum dan Komunikasi Medik adalah blok kedua pada semester I dari

Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Palembang. Pembelajaran blok ini sangat penting untuk dipelajari dalam

komponen pendidikan blok di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario B yang memaparkan

kasus yang berhubungan dengan etika, hukum dan komunikasi medik yaitu sikap seorang

dokter terhadap pasien dan keluarga pasien sesuai dengan hukum kedokteran.

1.2 Maksud dan tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu : 

1.  Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan dari sistem pembelajaran

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Fakultas Kedokteran Muhammadiyah.

2. 

Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran kelompok.

3.  Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

Page 2: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 2/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Tutor : dr.R.A Tanzila

Moderator : Eko Pratama

Sekertaris Meja : Surmila Apri Yulisa

Sekertaris Papan : M. Rizki Pratama

Hari/Tanggal : Senin,18 –  11 –  2013

Rabu, 20 –  11 –  2013

Peraturan :

1. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat

2. Mengacungkan tangan jika ingin memberi pendapat

3. Berbicara dengan sopan dan penuh tata karma

4. Izin bila ingin keluar ruangan

2.2 Skenario

 Ny. A, berusia 30 tahun, tidak bekerja, setelah menikah selama 5 tahun belum

dikarunia anak. Ny. A datang ke dokter kandungan dengan keluhan menstruasi yang tidak

teratur dan datang ke dokter bertujuan agar segera memiliki anak.

Dari hasil pemeriksaan, dokter menyatakan bahwa Ny. A menderita kanker Ovarium

dan sebaiknya segera di operasi untuk pengankatan ovarium kiri tersebut. Untuk hal ini

dokter menyarankan agar pasien datang bersama suami untuk berkonsultasi.

 Ny. A meminta dokter untuk tidak menceritakan hal tersebut kepada suaminya. Ny.

A khawatir suaminya akan menikah lagi karena mengetahui kemungkinan Ny. A memiliki

anak akan sangat kecil sekali setelah operasi pengangkatan ovarium. Ny. A tidak

memberikan penjelasan kepada suami mengenai penyakit yang diderita sehingga suami

 Ny. A terus datang dan mendesak dokter menjelaskan keadaan yang dialami Ny. A.

Page 3: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 3/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 3

2.3  Klarifikasi istilah

1.  Menstruasi : Pendarahan dari rahim yang berlangsung

secara otomatis dan bersiklus.

2.  Dokter kandungan : Ahli dalam pengobatan penyakit mengenai

rahim.

3.  Kanker ovarium : Penyakit yang disebabkan ketidakteraturan

 perjalanan hormon sehingga mengakibatkan

tumbuhnya daging pada jaringan tubuh yang

normal diindung telur.

4.  Berkonsultasi : Pertukaran pikiran untuk mendapatkan

kesimpulan (nasehat, saran) yang sebaik-

 baiknya

5.  Penyakit : Sesuatu yang menyebabkan terjadinya

gangguan pada makhluk hidup.

6.  Operasi pengangkatan ovarium : Proses pengankatan tumor pada ovarium.

2.4  Identifikasi Masalah

1.   Ny. A, berusia 30 tahun, tidak bekerja, setelah menikah selama 5 tahun belum

dikarunia anak. Ny. A datang ke dokter kandungan dengan keluhan menstruasi yang

tidak teratur dan datang ke dokter bertujuan agar segera memiliki anak.

2.  Dokter menyatakan bahwa Ny. A menderita kanker Ovarium dan sebaiknya segera di

operasi untuk pengangkatan ovarium kiri tersebut. Untuk hal ini dokter menyarankan

agar pasien datang bersama suami untuk berkonsultasi.

3.   Ny. A meminta dokter untuk tidak menceritakan hal tersebut kepada suaminya.

 Ny. A khawatir suaminya akan menikah lagi karena mengetahui kemungkinan Ny. A

memiliki anak akan sangat kecil sekali setelah operasi pengangkatan ovarium.

4.   Ny. A tidak memberikan penjelasan kepada suami mengenai penyakit yang diderita

sehingga suami Ny. A terus datang dan mendesak dokter menjelaskan keadaan yang

dialami Ny. A.

2.5  Prioritas Masalah

Identifikasi masalah no. 4 : Ny. A tidak memberikan penjelasan kepada suami

mengenai penyakit yang diderita sehingga suami Ny. A terus datang dan mendesak

dokter menjelaskan keadaan yang dialami Ny. A.

Page 4: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 4/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 4

2.6  Analisis Masalah

1.   Ny. A, berusia 30 tahun, tidak bekerja, setelah menikah selama 5 tahun belum

dikarunia anak. Ny. A datang ke dokter kandungan dengan keluhan menstruasi

yang tidak teratur dan datang ke dokter bertujuan agar segera memiliki anak.

a.  Bagaimana cara Ny. A menyampaikan keluhan kepada dokter kandungan?

Jawab :

Pasien harus dapat menceritakan dengan hati yang terbuka segala keluhan

yang menganggunya, baik yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah,

dengan keyakinan bahwa hak itu berguna untuk menyembuhkan dirinya. Ia

tidak boleh merasa khawatir bahwa segala sesuatu mengenai keadaannya

akan disampaikan kepada oran lain, baik oleh dokter maupun oleh petuga

kedokteran yang bekerja sama dengan dokter tersebut.

( PP. No.10 Tahun 1966 Tentang Wajib Simpan Rahasia)

 b.  Bagaimana cara komunikasi dokter pasien yang efektif?

Jawab :

SAJI

  Salam

  Ajak bicara

  Jelaskan

  Ingatkan

(KODEKI, 2012)

c.  Apa saja hambatan komunikasi dokter pasien?

Jawab :

  Faktor pengirim pesan

  Faktor penerima pesan

  Faktor lingkungan

  Faktor media

  Faktor pesan

( FK.UNS.ac.id)

Page 5: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 5/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 5

d.  Pandangan islam tentang komunikasi ?

Jawab :

“Perkataan yang baik dan pemberian ma’af lebih baik dari sedqah yang

diiringi dengan sesuau ang menyakitkan (penerimaan sipenerima). Allah

maha kaya lagi maha penyantun.”

(Q.S Al-baqarah : 263)

2.  Dokter menyatakan bahwa Ny. A menderita kanker Ovarium dan sebaiknya

segera di operasi untuk pengangkatan ovarium kiri tersebut. Untuk hal ini dokter

menyarankan agar pasien datang bersama suami untuk berkonsultasi.

a.  Apa yang harus dilakukan dokter setelah melakukan pemeriksaan terhadap

 pasien?

Jawab :

  Memberitahukan hasil pemeriksaan

  Melakukan persetujuan medis

  Tindakan lanjutan

(KKI, 2006)

 b.  Materi apa saja yang di sampaikan dalam menyapaikan berita ke pasien ?

Jawab :

  Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak

nyaman/sakit saat pemeriksaan)

  Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis.

  Bebagai tindakan medis yang akan dilakukan.

  Hasil dan interpetasi dari tindakan medis.

  Diagnosis, jenis atau tipe.

  Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi.

  Prognosis.

  Dukungan.

(KODEKI 2012)

c.  Bagaimana cara dokter menyampaikan berita buruk kepada pasien?

Page 6: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 6/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 6

Jawab :

1.  Mempersiapkan data pendukung

2.  Mengundang pihak keluarga/pasien ke tempat yang nyaman

3.  Menunjukkan sikap empati

4.  Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti

5.  Tidak tergesa-gesa

6.  Tidak mengancam

7.  Diawali dengan pendahuluan

  Salam

  Perkenalkan diri

  Kompetensi sebaga penyampai

  Menggunakan kata-kata awal

8.  Memberi kesempatan keluarga pasien untuk bertanya

(KKI, 2006)

d.  Mengapa dokter meminta Ny A datang bersama suaminya ?

Jawab :

Untuk persetujuan tindakan medis harus adanya persetujuan dari pasien

atau keluarga pasien.

(PERMENKES Nomor 290/MENKES/PER/III/2008)

e.  Apa yang di maksud dengan persetujuan medis (informed concent) ?

Jawab :

Persetujuan medis adalah persetujuan yang diberikan pasien atau keluaga

terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan

kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien.

(PERMENKES Nomor 290/MENKES/PER/III/2008)

3.   Ny. A meminta dokter untuk tidak menceritakan hal tersebut kepada suaminya.

 Ny. A khawatir suaminya akan menikah lagi karena mengetahui kemungkinan

 Ny. A memiliki anak akan sangat kecil sekali setelah operasi pengangkatan

ovarium.

Page 7: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 7/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 7

a.  Bagaimana cara dokter menyikapi permintaan pasien yang meminta untuk

tidak menceritakan hasil pemeriksaannya ?

Jawab :

Dokter harus tetap menjaga kerahasiaan hasil pemeriksaan pasien, sesuai

dengan kewajiban dokter.

(UU No 29 Tentang Praktik Kedokteran, 2009)

 b.  Apa saja hak dan kewajiban pasien ?

Jawab :

Hak pasien

1.  Mendapat penjelasan lengkap tentang tindakan medis

2.  Meminta pendapat dokter

3.  Mendapat pelayanan sesuai tindakan medis

4.  Menolak tindakan medis

5.  Mendapatkan isi rekam medis

Kewajiban pasien

1. Memberikan informasi yang lengkap dan jelas mengenai masalah

2. Memeatuhi nasihat dan peraturan dokter

3. Mematuhi ketentuan

4. Memberikan imbalan jasa

(UU No 29 tentang praktik kedokteran,2009)

c.  Apa saja hak dan kewajiban dokter ?

Jawab :

Hak dokter :

1.Memperoleh lindungan hukum

2.Memberikan pelayanan masyarakat

3.memeperoleh informasi lengakp dari pasien

4.menerima imbalan jasa

Kewajiban dokter :

1.Memberi pelayanan medis

Page 8: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 8/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 8

2.Merujuk kedokter lain

3.merahasiakan segala sesuatu yang diketahui pasien

4.melakukan pertolongan gawat darurat

5.menambah ilmu pengetahuan ,mengikuti perkembangan ilmu

 pengetahuan

(UU No 29 Tentang praktik kedokteran,2004)

d.  Adakah kaitan sumpah dokter indonesia dengan hak pasien untuk di

rahasiakan hasil pemeriksaannya ?

Jawab :

Salah satu isi sumpah dokter yaitu “saya akan menjalankan tugas  saya

dengan mengutamakan kepentingan masyarakat”. 

(Sumpah dokter)

e.  Apa saja batasan dokter dalam menjaga kerahasiaan pasien ?

Jawab :

Rahasia dokter dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien,

memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan

hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang-

undangan.

(UU No 29 Tentang praktik kedokteran,2004)

f.  Bagaimana pandangan islam dalam menjaga rahasia?

Jawab :

“dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti akan d imintai

 pertanggung jawabannya.” 

(Q.S Al-Isra : 34)

4.   Ny. A tidak memberikan penjelasan kepada suami mengenai penyakit yang

diderita sehingga suami Ny. A terus datang dan mendesak dokter menjelaskan

keadaan yang dialami Ny. A

a.  Bagaimana cara dokter menyikapi permintaan keluarga pasien tentang

kejelasan penyakit pasien?

Jawab :

Page 9: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 9/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 9

Sembunyikanlah beberapa hal dari pasien saat menjumpainya, berikan saja

 perintah-perintah seperlunya, dengan tetap tenang dan ramah, jangan

ungkapkan kondisi pasien atau masa yang akan datang, sebab bagi

sebagian pasien kondisi mereka akan semakin bertambah buruk bila

mereka mengetahui kondisi tidak baik yang akan menimpa mereka.

(Hippocrates, dalam mengabarkan berita buruk)

 b.  Mengapa keluarga pasien berhak tahu tentang kejelasan penyakit pasien?

Jawab :

Ringkasan rekam medis dapat diberikan, dicatat, atau dicopy oleh pasien

atau orang yang dieri kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau

keluarga pasien yang berhak untuk itu.

(PERMENKES 269/2008 Pasal 12 ayat (4))

c.  Bagaimana cara dokter menjelaskan kepada keluarga pasien tentang hasil

 pemeriksaan pasien ?

Jawab :

1.  Disampaikan secara langsung

2. 

Persiapan sebelum memberi informasi :

  Materi

  Ruangan yang nyaman

  Waktu

  Orang yang akan hadir

3.  Jajaki sejauh mana hal apa yang akan dibicarakan

4.  Memberi kesempatan keluarga pasien untuk bertanya

5. 

Kesiapan keluarga dalam menerima informasi

(KKI, 2006)

Page 10: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 10/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 10

2.7 Kerangka Konsep 

2.8 Kesimpulan

Keluarga terus mendesak dokter untuk menceritakan hasil pemeriksaan dan pasien meminta

untuk dirahasiakan hasil pemeriksaan yang merupakan hak otonomi pasien dan terdapat di

KODEKI dan sumpah dokter sehingga dokter mengalami kebingungan

Dokter bingung 

Keluar a mendesak in in tahu 

Meminta dokter merahasiakan hasil

 pemeriksaan 

Didia nosa menderita kanker ovarium 

Hak otonomi

 pasien

Sumpah dokter

KODEKI

Page 11: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 11/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 11

2.9 Sintesis masalah

2.9.1 Hak dan Kewajiban Dokter-Pasien

Berdasarkan UU NO 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran

HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER

Pasal 50

Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai

hak:

1.  Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai

dengan standar profesi dengan standar profesi dan standar proseduroperasional;

2.  Memberika pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur

operasional;

3.  Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau

keluarganya; dan

4.  Menerima imbalan jasa.

Pasal 51

Dokter atau dookter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai

kewajiban:

1.  Memberikan pelayanan medis sesuai dengan stanadr profesi dan standar

 prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;

2.  Merujuk pasien kedokter atau kedokter gigi lain yang mempunyai keahlian

atau kamampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu

 pemeriksaan atau pengobatan;

3.  Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga

setelah pasien itu meninggal dunia;

4.  Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia

yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan

5.  Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu

kedokteran atau kedokteran gigi.

Page 12: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 12/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 12

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN

Pasal 52

Pasien, dalam menerima pelayanan para praktik kedokteran, mempunyai hak:

1.  Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis

sebagaimana dimaksud dalam pasal 45;

2.  Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;

3.  Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;

4.  Menolak tindakan medis; dan

5.  Mendapat isi rekam medis.

6.  Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi

Pasal 45

Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh

dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapatkan persetujuan.

Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien

mendapatkan penjelasan secara lengkap.

Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya

mencakup :

1.  Diagnosis dan tata cara tindakan medis;

2.  Tujuan tindakan medis yang dilakukan;

3.  Alternatif tindakan lain dan resikonya;

4.  Risiko dan komplikasi yang mukin terjadi; dan

5.  Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

6.  Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik

secara tertulis maupun lisan.

7.  Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko

tinggi harus diberikan dengan persetuajuan tertulis yang ditandatangani

oleh yang berhak memberikan persetujuan.

8.  Ketentuan mengenai tata cara persetujuan tindakan kedokteran atau

kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3),

ayat (4), ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri.

Page 13: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 13/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 13

REKAM MEDIS

Pasal 46

Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib

membuat rekam medis.

Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi

setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan.

Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan

 petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.

Pasal 47

Dokumen rekam medis sebagai mana dimaksud dalam Pasal 46 merupakan

milik dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi

rekam medis merupakan milik pasien.

Rekam medis sebagaimana simaksudkan pada ayat (1) harus disimpan dan

dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana

 pelayanan kesehatan.

Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

2.9.2  Rahasia Kedokteran

2.9.2.1 Ketentuan rahasia kedokteran

Tugas dokter untuk menjaga kerahasiaan informasi pasien merupakan

dasar pokok dalam Etika kedokteran sejak jaman Hippocrates. Sumpah

Hip pocrates menyebutkan: “Apa yang mungkin aku lihat atau dengar dalam

 perawatan atau bahkan di luar perawatan yang saya lakukan yang berhubungan

dengan kehidupan manusia, yang tidak boleh disampaikan ke luar, saya akan

menyimpannya sebagai sesuatu yang memalukan untuk dibicarakan”. Sumpah

ini, dan versi yang lebih baru, tidak menempatkan perkecualian dalam tugas

menjaga kerahasiaan. Kode Etik Kedokteran Internasional dari WMA

menyatakan “Seorang dokter harus menjaga kerahasiaan secara absolut

mengenai yang dia ketahui tentang pasien-pasien mereka bahkan setelah

Page 14: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 14/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 14

 pasien tersebut mati”. Namun kode etik yang lain menolak adanya absolutisme

kerahasiaan. Kemungkinan mengapa rahasia dapat tembus/dibuka, kadang

karena panggilan hukum terhadap klarifikasi kerahasiaan itu sendiri.

 Nilai yang tinggi yang ditempatkan pada kerahasiaan mempunyai tiga

sumber: otonomi, penghargaan terhadap orang lain, dan kepercayaan. Otonomi

 berhubungan dengan kerahasiaan karena informasi pribadi tentang seseorang

adalah miliknya sendiri dan tidak boleh diketahui orang lain tanpa ijinnya. Jika

seseorang membuka informasi pribadi kepada orang lain seperti dokter atau

suster, atau jika informasi muncul pada saat pemeriksaan medis, haruslah tetap

dijaga kerahasiaannya kecuali diijinkan untuk dibuka dengan sepengetahuan

 pribadi.

Kerahasiaan juga penting karena manusia berhak dihargai. Salah satu

cara penting dalam menunjukkan penghormatan adalah dengan menjaga

 privasi mereka. Dalam seting medis, privasi kadang betul-betul

dikompromikan, namun lebih karena untuk menjaga kehidupan pribadi pasien

supaya tidak terlalu terganggu, yang hal ini memang tidak diperlukan. Karena

setiap orang berbeda dalam keinginannya untuk terhadap privasi, kita tidak

dapat mengasumsikan bahwa setiap orang ingin diperlakukan seperti kita ingin

diperlakukan. Perhatian harus diberikan untuk menentukan informasi pribadi

mana yang ingin tetap dijaga kerahasiaannya oleh pasien dan mana yang boleh

dibeberkan kepada orang lain. “Seorang dokter harus menjaga kerahasiaan

secara absolut mengenai yang dia ketahui tentang pasien-pasien mereka

 bahkan setelah pasien tersebut mati”.

Kepercayaan merupakan bagian penting dalam hubungan dokter-pasien.

Untuk dapat menerima perawatan medis, pasien harus membuka rahasia

 pribadi kepada dokter atau orang yang mungkin benar-benar asing bagi

mereka mengenai informasi yang mungkin tidak ingin diketahui orang lain.

Mereka pasti memiliki alasan yang kuat untuk mempercayai orang yang

memberikan perawatan bahwa mereka tidak akan membocorkan informasi

tersebut. Kepercayaan merupakan standar legal dan etis dari kerahasiaan

dimana profesi kesehatan harus menjaganya. Tanpa pemahaman bahwa

 pembeberan tersebut akan selalu dijaga kerahasiaannya, pasien mungkin akan

menahan informasi pribadi yang dapat mempersulit dokter dalam usahanya

Page 15: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 15/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 15

memberikan intervensi efektif atau dalam mencapai tujuan kesehatan publik

tertentu.

Declaration on the Rights of the Patients yang dikeluarkan oleh WMA

memuat hak pasien terhadap kerahasiaan sebagai berikut:

•  Semua informasi yang teridentifikasi mengenai status kesehatan pasien,

kondisi medis, diagnosis, prognosis, dan tindakan medis serta semua

informasi lain yang sifatnya pribadi, harus dijaga kerahasiaannya,

 bahkan setelah kematian. Perkecualian untuk kerabat pasien mungkin

mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang dapat

memberitahukan mengenai resiko kesehatan mereka.

•  Informasi rahasia hanya boleh dibeberkan jika pasien memberikan ijin

secara eksplisit atau memang bisa dapat diberikan secara hukum kepada

 penyedia layanan kesehatan lain hanya sebatas “apa yang harus

diketahui” kecuali pasien telah mengijinkan secara eksplisit. 

•  Semua data pasien harus dilindungi. Perlindungan terhadap data harus

sesuai selama penyimpanan. Substansi manusia dimana data dapat

diturunkan juga harus dilindungi.

Deklarasi ini juga menyatakan adanya perkecualian terhadap kewajiban

menjaga kerahasiaan, beberapa hal relatif tidak masalah, tetapi yang lain dapat

memunculkan masalah etik yang sulit bagi dokter.

Pembeberan (keterangan/membuka rahasia) adalah hal yang rutin dalam

kerahasiaan, sering muncul di sebagian besar institusi kesehatan. Banyak

orang seperti dokter, perawat, teknisi lab, mahasiswa, dll memerlukan akses

terhadap rekam medis pasien untuk memberikan perawatan yang baik terhadap

orang tersebut dan bagi mahasiswa untuk mempelajari bagaimana praktek

 pengobatan. Jika pasien berbicara dengan bahasa yang berbeda dengan

 perawatnya, diperlukan penterjemah untuk menjembatani komunikasi. Dalam

kasus dimana pasien tidak kompeten dalam membuat keputusan medis, orang

lain harus diberi informasi mengenai pasien tersebut agar dapat mewakili

 pasien tersebut dalam membuat keputusan. Dokter secara rutin

menginformasikan kepada anggota keluarga pasien yang sudah meninggal

tentang penyebab kematian. Pembeberan terhadap kerahasiaan ini dibenarkan

namun harus tetap dijaga seminimal mungkin, dan bagi siapa yang

mendapatkan informasi rahasia tersebut harus dipastikan sadar untuk tidak

Page 16: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 16/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 16

mengatakannya lebih jauh lagi dari pada yang diperlukan untuk kebaikan

 pasien. Jika mungkin pasien harus diberitahu bahwa telah terjadi pembeberan.

Alasan lain yang dapat diterima terhadap pembeberan kerahasiaan

adalah untuk memenuhi tuntutan hukum. Contohnya, hakim mempunyai

hukum yang mewajibkan pelaporan pasien-pasien yang menderita penyakit

tertentu, yang dianggap tidak layak untuk menyetir kendaraan, dan yang

dicurigai merupakan kasus penyiksaan anak. Dokter harus sadar terhadap

kewajiban pelaporan tersebut. Namun tututan hukum tersebut kadang

 bertentangan dengan hak asasi manusia yang mendasari etika kedokteran

sehingga dokter harus melihat secara hati-hati dan kritis terhadap semua

 permintaan hukum untuk pembeberan kerahasiaan dan memastikan bahwa hal

tersebut benar sebelum melakukannya.

Jika dokter dibujuk untuk memenuhi tuntutan hukum untuk membuka

informasi medis pasiennya, dokter harus terlebih dahulu membicarakannya

dengan pasien perlunya pembeberan tersebut sebelumnya dan memastikan

kerjasama dari pasien. Contohnya bagi pasien yang dicurigai merupakan

korban penyiksaan anak, maka lebih baik memanggil badan perlindungan anak

dan dengan kehadiran dokter pasien melaporkjan sendiri, atau dokter terlebih

dahulu meminta ijin pasien sebelum yang berwenang dipanggil. Hal ini akan

lebih baik jika memang akan ada intervensi lebih jauh. Jika tidak ada

kerjasama dan dokter punya alasan dan percaya bahwa penundaan

 pemberitahuan dapat membahayakan anak tersebut, maka dokter harus segera

memberitahu lembaga perlindungan anak dan selanjutnya memberitahukan

kepada pasien bahwa hal tersebut telah dilakukan.

Terhadap kerahasiaan yang diminta oleh hukum, dokter mempunyai

tugas etik untuk membagi informasi dengan orang yang mungkin berada

dalam bahaya karena pasien tersebut. Dua keadaan dimana hal ini dapat terjadi

adalah saat pasien mengatakan kepada psikiater bahwa dia berniat menyakiti

orang lain dan saat dokter yakin bahwa pasien yang dihadapinya HIV Positif

namun tetap meneruskan hubungan seks yang tidak aman dengan pasangannya

atau dengan orang lain.

Tuntutan terhadap pembeberan kerahasiaan yang tidak diminta oleh

hukum namun harus tetap dilakukan adalah saat dimana akan ada bahaya yang

diyakini mengancam, serius dan tidak terbalikkan, tidak terhindarkan, kecuali

Page 17: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 17/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 17

dengan membeberkan informasi yang sebenarnya tidak boleh dibeberkan.

Dalam menentukan proporsionalitas bahaya yang mungkin timbul, dokter

harus menilai dan membandingkan keseriusan bahaya dan kemungkinan

terjadinya. Jika masih diragukan, akan lebih baik bagi dokter untuk mencari

masukan dalam hal ini dari orang yang lebih ahli.

Jika dokter telah memastikan bahwa tugas untuk mengingatkan ahli

hukum akan hal (pembeberan) yang bertentangan dengan aturan sudah

dilakukan, maka dua keputusan lebih lanjut harus dibuat. Siapa yang diberi

tahu? Dan berapa banyak? Secara umum pembeberan hanya sebatas informasi

yang memang diperlukan untuk mencegah bahaya yang ingin diantisipasi dan

hanya diberikan kepada orang yang memang dapat mencegah bahaya tersebut.

Langkah-langkah yang logis harus diambil untuk meminimalkan bahaya dan

serangan atas pasien yang mungkin terjadi karena pembeberan informasi

tersebut. Disarankan untuk memberitahukan pasien bahwa telah terjadi

 pembeberan informasi namun hanya untuk melindungi pasien tersebut dan

korban yang mungkin akan timbul. Kerjasama pasien harus diperoleh jika

mungkin.

Dalam kasus pasien HIV positif pembeberan informai kepada pasangan

atau partner seksnya saat itu bukanlah sesuatu yang tidak etis, dan bahkan

dibenarkan jika pasien tidak bersedia menginformasikannya kepada orang

(orang-orang) tersebut bahwa dia (mereka) dalam resiko. Pembenaran dari

 pembeberan informasi haruslah berdasar: partner beresiko terinfeksi HIV

namun tidak mengetahui kemungkinan terinfeksi; pasien menolak memberi

tahu pasangan seksnya; pasien menolak bantuan dokter untuk melakukannya;

dan dokter telah mengatakan kepada pasien untuk memberitahu pasangannya.

Perawatan medis terhadap orang yang diduga atau terlibat tindak

kriminal menjadi masalah yang sulit jika dihubungakan dengan kerahasiaan

yang harus dijaga. Walaupun dokter mempunyai keterbatasan dalam

melakukan perawatan terhadap orang yang sedang menjalani hukuman, dokter

tetap harus melakukan yang terbaik yang bisa dilakukan seperti terhadap

 pasien yang lain. Khususnya dokter tidak boleh memberitahukan kepada

 pejabat penjara secara detail kondisi medis pasien tanpa terlebih dahulu

meminta ijin kepada pasien.

Page 18: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 18/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 18

UU No 29 Tahun 2009 Tentang Praktik Kedokteran

Pasal 48

Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran

wajib menyimpan rahasia kedokteran.

Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan

 pasien, memenuhi paraturan penegak hukum dalam rangka penegakan

hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang-

undangan.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

 NOMOR 269/MENKES/PER/III/2008

BAB IV

Pasal 10

(1) Informasi idenitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan

dan riwayat pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaannya oleh

dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola dan

 pimpinan sarana pelayanan kesehatan.

(2) Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat

 pemeriksaan dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal :

a.  Untuk kepentingan kesehatan pasien

 b. 

Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum atas perintah pengadilan

c.  Permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri

d.  Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-

undangan

e.  Untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis,

sepanjang tidak menyebutkan identitas pasien.

Page 19: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 19/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 19

(3) Permntaan rekam medis untuk tujuan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) harus dilakukan secara tertulis kepada pimpinan sarana

 pelayanan kesehatan.

Pasal 11

(1) Penjelasan tentang isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter

atau dokter gigi ang merawat pasien dengan izin tertulis pasien atau

 berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(2) Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dapat menjelaskan isi rekam

medis secara tertulis atau langsung kepada pemohon tanpa izin pasien

 berdasarkan peraturan perunang-undangan.

2.9.2.2 Sanksi membuka rahasia kedokteran

1.  KUHP Pasal 112

“Barangsiapa dengan sengaja mengumumkan surat-surat, berita-berita

atau keteranganketerangan yang diketahuinya bahwa harus

dirahasiakan untuk kepentingan negara atau dengan sengaja

memberitahukan atau memberikannya kepada negara asing, kepada

seorang seorang raja atau suku bangsa, diancam dengan pidana penjara

 paling lama tujuh tahun”. 

2.  KUHP Pasal 322

(1) Barangsiapa dengan sengaja membuka suatu rahasia yang wajib

disimpannya karena

 jabatan atau pekerjaannya yang sekarangmaupun yang dahulu, diancam

dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling

 banyak sembilan ribu rupiah

(2) Jika kejahatan dilakukan pada seorang tertentu maka perbuatannya

itu hanya dapat

dituntut atas pengaduan orang tersebut

Page 20: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 20/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 20

3.  KUH Perdata Pasal 1365

“Setiap perbuatan yang melanggar hukum yang berakibat kerugian bagi

orang lain, mewajibkan orang yang karena kesalahannya

mengakibatkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”. 

4.  KUH Perdata Pasal 1366

“Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang

disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang

disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hatinya” 

5.  KUH Perdata Pasal 1367

“Seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang

disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugain yang

disebabkan karena perbuatan orang-orang yang menjadi

tanggungannya atau disebabkan karena perbuatan orang-orang yang

 berada dibawah pengawasannya” 

2.9.2.3 Pandangan islam

Demi Allah, andaikan saya boleh beritahu rahasia itu kepada seseorang,

 pasti aku akan memberitahumu hai Tsabit.” (HR Muslim) 

2.9.3  Persetujuan Tindakan Medis

Informed Consent adalah istilah yang telah diterjemahkan dan lebih

sering disebut dengan Persetujuan Tindakan Medik. Secara harfiah, Informed

Consent terdiri dari dua kata, yaitu : Informed dan Consent. Informed berarti

telah mendapat informasi/penjelasan/keterangan. Consent berarti memberi

 persetujuan atau mengizinkan. Dengan demikian Informed Consent itu

merupakan suatu persetujuan yang diberikan pasien/keluarga setelah

mendapatkan informasi (Kerbala, 1993).

Menurut Komalawati (1989) pengertian Informed Consent sebagaisuatu kesepakatan/persetujuan pasien atas upaya medis yang akan dilakukan

Page 21: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 21/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 21

dokter terhadap dirinya setelah mendapat informasi dari dokter mengenai

upaya medis yang dapat dilakukan untuk menolong dirinya disertai informasi

mengenai segala resiko yang mungkin terjadi.

Informed Consent dalam Permenkes No. 585 tahun 1989 ditafsirkan

sebagai Persetujuan Tindakan Medik adalah persetujuan yang diberikan pasien

atau keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan

medik yang dilakukan terhadap pasien tersebut (pasal 1). Dalam pengertian

demikian, Persetujuan Tindakan Medik dapat dilihat dari dua sudut, yaitu

 pertama membicarakan Persetujuan Tindakan Medik dari pengertian umum,

disebabkan, Rumah Sakit atau Klinik tempat dilakukannya tindakan medik

tersebut, selain harus memenuhi standar pelayanan rumah sakit juga harus

memenuhi standar pelayanan medik sesuai dengan yang ditentukan dalam

keputusan Menteri Kesehatan No. 436/MENKES/SK/VI/1993 Tentang

Berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit. Dengan demikian, Rumah

Sakit turut bertanggung jawab apabila tidak dipenuhinya persyaratan Informed

Consent. Apabila tindakan medik yang dilakukan tanpa adanya Informed

Consent, maka dokter yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi administratif

 berupa pencabutan surat izin praktik, sebagaimana ditentukan dalam pasal 13Peraturan Menteri Kesehatan No.585/MENKES/PER/IX/1989. Berarti,

keharusan adanya Informed Consent secara tertulis dimaksudkan guna

kelengkapan administrasi Rumah Sakit yang bersangkutan.

Dengan demikian, penandatanganan Informed Consent secara tertulis

yang dilakukan oleh pasien sebenarnya dimaksudkan sebagai penegasan atau

 pengukuhan dari persetujuan yang sudah diberikan setelah dokter memberikan

 penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukannya. PERMENKES

 No.585/MENKES/PER/IX/1989 Pasal 3 dan 4 menyatakan bahwa

 penandatangan Informed Consent secara tertulis dilakukan oleh yang berhak

memberikan persetujuan yaitu baik pasien maupun keluarganya, setelah pasien

atau keluarganya mendapat informasi yang lengkap.

Oleh karena itu, dengan ditandatanganinya Informed Consent secara

tertulis tersebut, maka dapat diartikan bahwa pemberi tanda tangan

 bertanggung jawab dalam menyerahkan sebagian tanggung jawab pasien atas

Page 22: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 22/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 22

dirinya sendiri kepada dokter yang bersangkutan, beserta resiko yang mungkin

akan dihadapinya. Untuk itu, tindakan medik yang ditentukan oleh dokter

harus dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan standar

 profesinya.(Guwandi, 2004)

Bagian yang terpenting dalam Informed Consent adalah mengenai

informasi atau penjelasan yang perlu disampaikan kepada pasien atau

keluarga. Yaitu informasi mengenai apa (what) yang harus disampaikan,

tentulah segala sesuatu yang berkaitan dengan penyakit pasien. Tindakan apa

yang akan dilakukan tentunya prosedur tindakan yang akan dijalani baik

diagnostik maupun terapi dan lain  –   lain sehingga pasien/keluarga dapat

memahaminya. Ini mencakup bentuk, tujuan, resiko, manfaat dari terapi yang

akan dilaksanakan dan alternatif terapi.

Mengenai kapan (when) disampaikan, tergantung pada waktu yang

tersedia setelah dokter akan memutuskan akan melakukan tindakan invasif

dimaksudkan. Pasien/keluarganya harus diberi waktu yang cukup untuk

menentukan keputusannya.

Siapa (who) yang menyampaikan, tergantung dari jenis tindakan yangakan dilakukan. Dalam Permenkes dijelaskan dalam tindakan bedah dan

tindakan invasif lainnya harus diberikan oleh dokter yang akan melakukan

tindakan. Dalam keadaan tertentu dapat pula oleh dokter lain atas

sepengetahuan dan petunjuk dokter yang bertanggung jawab. Bila bukan

tindakan bedah atau invasif sifatnya, dapat disampaikan oleh dokter atau

 perawat.

Mengenai informasi yang mana (which) yang harus disampaikan,

dalam Permenkes dijelaskan haruslah yang selengkap – lengkapnya, kecuali

dokter menilai informasi tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan

 pasien atau pasien menolak memberikan informasi. Bila perlu informasi dapat

diberikan kepada keluarga pasien (Amri, 1999).

Dalam Permenkes No.585/MENKES/PER/IX/1989 menyatakan bahwa

dokter harus menyampaikan informasi atau penjelasan kepada pasien/keluarga

diminta atau tidak diminta, jadi informasi harus disampaikan. Informasi harus

Page 23: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 23/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 23

diberikan sebelum dilakukannya suatu tindakan operasi atau yang bersifat

invasif, baik yang berupa diagnostik maupun terapeutik.

Menurut Kerbala (1993), fungsi informasi dokter kepada pasien

sebelum pasien memberikan consent-nya, dapat dibedakan atas :

a. Fungsi Informasi bagi pasien

Berfungsi sebagai perlindungan atas hak pasien untuk menentukan diri sendiri.

Dalam arti bahwa pasien berhak penuh untuk diterapkannya suatu tindakan

medis atau tidak.

 b. Fungsi Informasi bagi dokter

Dilihat dari pihak dokter maka informasi dalam proses Informed consent pun

mempunyai fungsi yang tidak kecil. Azwar (1991) mengemukan ada 5 hal

 pentingnya fungsi informasi bagi dokter :

1. Dapat membantu lancarnya tindakan kedokteran

Dengan penyampaian informasi kepada pasien mengenai penyakit, terapi,

keuntungan, risiko, dan lain-lain. Dari tindakan medis yang akan dilakukan

maka terjalin hubungan yang baik antara dokter dan pasien. Sementara pasien

 pun akan menentukan hal yang terbaik dengan landasan informasi dokter tadi,

sehingga tindakan-tindakan medis pun akan lancar dijalani oleh kedua pihak

karena keduanya telah memahami kegunaan semua tindakan medis itu.

2. Dapat mengurangi timbulnya akibat sampingan dan komplikasi

Dengan penyampaian informasi yang baik akan memberi dampak yang baik

dalam komunikasi dokter pasien terutama dalam menerapkan terapi. Misal

dokter sebelum menyuntik pasien dengan penisilin bertanya, apakah pasien

alergi terhadap penisilin? Bila pasien memang alergi maka akibat/risiko yang

 besar jika terjadi anafilaktik shock dapat dihindari. Betapa risiko besar itu

akan menimpa pasien bila dokter tidak bertanya kepada pasien.

3. Dapat mempercepat proses pemulihan dan penyembuhan penyakit

Page 24: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 24/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 24

Sama halnya dengan kelancaran tindakan, maka sebagai akibat adanya

 pengetahuan dan pemahaman yang cukup dari pasien terhadap tindakan

kedokteran yang akan dilakukan, maka proses pemulihan dan penyembuhan

 penyakit akan lebih cepat. Keadaan yang demikian juga jelas akan

menguntungkan dokter, karena dapat mengurangi beban kerja.

4. Dapat meningkatkan mutu pelayanan

Keberhasilan meningkatkan mutu pelayanan disini adalah sebagai akibat dari

lancarnya tindakan kedokteran, berkurangnya akibat sampingan dan

komplikasi serta cepatnya proses pemulihan dan penyembuhan penyakit.

5. Dapat melindungi dokter dari kemungkinan tuntutan hukum

Perlindungan yang dimaksudkan disini adalah apabila disuatu pihak, tindakan

dokter yang dilakukan memang tidak menimbulkan masalah apapun, dan

dilain pihak, kalaupun kebetulan sampai menimbulkan masalah, misalnya

akibat sampingan dan atau komplikasi, sama sekali tidak ada hubungannya

dengan kelalaian dan ataupun kesalahan tindakan (malpractice). Timbulnya

masalah tersebut semata – mata hanya karena berlakunya prinsip ketidakpastian

hasil dari setiap tindakan kedokteran/medis. Dengan perkataan lain, semua

tindakan kedokteran yang dilakukan memang telah sesuai dengan standar

 pelayanan profesi (standar profesi medis) yang telah ditetapkan.

Menurut Guwandi (2004), informasi yang harus diberikan sebelum

dilakukan tindakan operasi oleh dokter kepada pasien atau keluarga adalah

yang berkenaan dengan :

a. Tindakan operasi apa yang hendak dilakukan.

 b. Manfaat dilakukan operasi tersebut.

c. Resiko yang terjadi pada operasi tersebut.

d. Alternatif lain apa yang ada (ini kalau memang ada dan juga kalau mungkin

dilakukan).

e. Apa akibatnya jika operasi tidak dilakukan.

Page 25: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 25/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 25

Persetujuan

Inti dari persetujuan adalah persetujuan harus didapat sesudah pasien

mendapat informasi yang adekuat. Berpedoman pada PERMENKES no. 585

tahun 1989 tentang persetujuan tindakan medik maka yang menandatangani

 perjanjian adalah pasien sendiri yang sudah dewasa (diatas 21 tahun atau

sudah menikah) dan dalam keadaan sehat mental. Dalam banyak perjanjian

tindakan medik yang ada selama ini, penandatanganan persetujuan ini sering

tidak dilakukan oleh pasien sendiri, tetapi lebih sering dilakukan oleh keluarga

 pasien. Hal ini mungkin berkaitan dengan kesangsian terhadap kesiapan

mental pasien untuk menerima penjelasan tindakan operasi dan tindakan

medis yang invasif tadi serta keberanian untuk menandatangani surat tersebut,

sehingga beban demikian diambil alih oleh keluarga pasien.

Tindakan medis yang diambil oleh dokter tanpa persetujuan pasien terlebih

dahulu, meski untuk kepentingan pasien tetap tidak dapat dibenarkan secara

etika kedokteran dan hukum, sebagaimana telah ditegaskan oleh fatwa IDI

tentang Informed Consent (dokter tidak berhak melakukan tindakan medisyang bertentangan dengan kemauan pasien, walaupun untuk kepentingan

 pasien itu sendiri).

 Namun terhadap ketentuan tersebut terdapat pengecualian, yaitu dalam

keadaan gawat darurat dan terjadinya perluasan operasi yang tidak dapat

diduga sebelumnya serta dilakukan dalam rangka life saving. Dalam keadaan-

keadaan seperti ini dokter dapat melakukan tindakan medis tanpa mendapat

 persetujuan terlebih dahulu.

Persetujuan dalam tindakan medik terdiri dari dua bentuk, yaitu :

1. Persetujuan Tertulis

Bentuk persetujuan tertulis ini harus dimintakan dari pasien/keluarganya

 jika dokter akan melakukan suatu tindakan medik invasif yang mempunyai

resiko besar. Hal ini dinyatakan dengan jelas dalam pasal 3 (1) Permenkes

 No.585 tahun 1989.

Page 26: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 26/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 26

Persetujuan –  persetujuan tertulis itu dalam bentuk formulir  – formulir

 persetujuan bedah, operasi dan lain-lain yang harus diisi (umumnya) dengan

tulisan tangan. Dan dari sudut hukum positif, formulir persetujuan ini sangat

 penting sebagai bukti tertulis yang dapat dikemukan oleh para pihak kepada

hakim bila terjadi kasus malpraktek. Oleh karena itu, pengisian data pada

formulir itu haruslah tepat dan benar sehingga tidak akan menimbulkan

masalah dikemudian hari bagi para pihak.

2. Persetujuan Lisan

Terhadap tindakan medik yang tidak invasif dan tidak mengandung resiko

 besar maka persetujuan dari pasien dapat disampaikan secara lisan kepada

dokter. Segi praktis dan kelancaran pelayanan medis yang dilakukan oleh

dokter merupakan alasan dari penyampaian persetujuan itu secara tertulis.

Meski persetujuan lisan itu diperbolehkan untuk tindakan, dokter

membiasakan diri untuk menulis/mencatat persetujuan lisan pasien itu pada

rekam medis/rekam kesehatan, karena segala kegiatan yang dilakukan oleh

dokter harus dicatat dalam rekam medis termasuk persetujuan pasien secara

lisan.

2.9.4  Komunikasi efektif dokter pasien

2.9.4.1 Komunikasi dokter pasien

Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang

ditimbulkan olehkedua pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan

 bahwa mengembangkan komunikasi dengan pasien hanya akan menyita waktu

dokter, tampaknya harus diluruskan. Sebenarnya bila dokter dapat membangun

hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya, banyak hal-hal negative

dapat dihindari.Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dan

keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter. Kondisi ini

amat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya. Pasien

merasa tenang dan aman ditangani oleh dokter sehingga akan patuh

menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena yakin bahwa semua yang

Page 27: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 27/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 27

dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya. Pasien percaya bahwa dokter

tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatannya.

Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak

memerlukan waktu lama.Komunikasi efektif terbukti memerlukan lebih sedikit

waktu karena dokter terampil mengenali kebutuhan pasien (tidak hanya ingin

sembuh).Dalam pemberian pelayanan medis, adanya komunikasi yang efektif

antara dokter dan pasien merupakan kondisi yang diharapkan sehingga dokter

dapat melakukan manajemen pengelolaan masalah kesehatan bersama pasien,

 berdasarkan kebutuhan pasien.

 Namun disadari bahwa dokter dan dokter gigi di Indonesia belum

disiapkanuntuk melakukannya.Dalam kurikulum kedokteran dan kedokteran

gigi, membangun komunikasi efektif dokter-pasien belum menjadi

 prioritas.Untuk itu dirasakan perlunya memberikan pedoman (guidance) untuk

dokter guna memudahkan berkomunikasi dengan pasien dan atau

keluarganya.Melalui pemahaman tentang hal-hal penting dalam

 pengembangan komunikasi dokterpasien diharapkan terjadi perubahan sikap

dalam hubungan dokter-pasien.

Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk

mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter,

lebih memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan

efisien bagi keduanya (Kurtz, 1998).

Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan

komunikasi yang digunakan:

- Disease centered communication style atau  doctor centered

communicationstyle.

Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan

diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda

dangejala-gejala.

- Illness centered communication style atau  patient centered

communicationstyle

Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentangpenyakitnya yang

secara individu merupakan pengalaman unik. Di sinitermasuk pendapat pasien,

Page 28: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 28/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 28

kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadikepentingannya serta apa

yang dipikirkannya.

Dengan kemampuan dokter memahami harapan, kepentingan,

kecemasan, serta kebutuhan pasien, patient centered communication style

sebenarnya tidakmemerlukan waktu lebih lama dari pada doctor centered

communication style.

Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya

akanmelahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya

menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati itu sendiri

dapat dikembangkan apabila dokter memiliki ketrampilan mendengar

danberbicara yang keduanya dapat dipelajari dan dilatih.

Carma L. Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang

Emphatic Communication in Physician-Patient Encounter (2002), menyatakan

 betapa pentingnya empati ini dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati

disusun dalam batasan definisi berikut:

(1) kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien

(aphysician cognitive capacity to understand patient’s needs),

(2) menunjukkan afektifitas/sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien

(anaffective sensitivity to patient’s feelings),

(3) kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan/ menyampaikan

empatinya kepada pasien (a behavioral ability to convey empathy

topatient ).

Sementara, Bylund & Makoul (2002) mengembangkan 6 tingkat

empati yang dikodekan dalam suatu sistem (The Empathy Communication

Coding System (ECCS) Levels). Berikut adalah contoh aplikasi empati

tersebut:

1.  Level 0: Dokter menolak sudut pandang pasien

a.  Mengacuhkan pendapat pasien

Membuat pernyataan yang tidak menyetujui pendapat pasien seperti

 b.  “Kalau stress ya,  mengapa datang ke sini?” Atau “Ya, lebih baik operasi

saja sekarang.” 

Page 29: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 29/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 29

2.  Level 1: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara sambil lalu

a.  “A ha”, tapi dokter mengerjakan hal lain: menulis, membalikkan  badan,

menyiapkan alat, dan lain-lain

3.  Level 2: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit

a.  Pasien, “Pusing saya ini membuat saya sulit bekerja” 

 b.  Dokter, “Ya...? Bagaimana bisnis Anda akhir -akhir ini?

4.  Level 3: Dokter menghargai pendapat pasien

a.  “Anda bilang Anda sangat stres datang ke sini? Apa Anda

maumenceritakan lebih jauh apa yang membuat Anda stres?” 

5.  Level 4: Dokter mengkonfirmasi kepada pasien

a.  “Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa besar usahaAnda

untuk menyempatkan berolah raga” 

6.  Level 5: Dokter berbagi perasaan dan pengalaman (sharing feelings and

experience) dengan pasien.

a. “Ya, saya mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan Anda berdua.Beberapa

 pasien pernah mengalami aborsi spontan, kemudian setelah kehamilan

 berikutnya mereka sangat, sangat, khawatir” 

Empati pada level 3 sampai 5 merupakan pengenalan dokter terhadap

sudut pandang pasien tentang penyakitnya, secara eksplisit.

SAJI, Langkah-langkah Komunikasi Dokter - Pasien

Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan

komunikasi, yaitu SAJI (Poernomo, Ieda SS, Program Family Health

 Nutrition, Depkes RI, 1999).

S = Salam

A = Ajak Bicara

J = Jelaskan

I = Ingatkan

Page 30: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 30/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 30

Secara rinci penjelasan mengenai SAJI adalah sebagai berikut.

Salam:

Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan waktu

untukberbicara dengannya.

Ajak Bicara:

Usahakan berkomunikasi secara dua arah.Jangan bicara sendiri.Dorong agar

 pasien mau dan dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya.Tunjukkan

 bahwa dokter menghargai pendapatnya, dapat memahami kecemasannya, serta

mengerti perasaannya.Dokter dapat menggunakan pertanyaan terbuka maupun

tertutup dalam usaha menggali informasi.

Jelaskan:

Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin

diketahuinya, dan yang akan dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh

 pikirannya sendiri. Luruskan persepsi yang keliru. Berikan penjelasan

mengenai penyakit, terapi, atau apapun secara jelas dan detil.

Ingatkan:

Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin

memasukkanberbagai materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya

kembali.Di bagian akhir percakapan, ingatkan dia untuk hal-hal yang penting

dan koreksi untuk persepsi yang keliru. Selalu melakukan klarifikasi apakah

 pasien telah mengerti benar, maupun klarifikasi terhadap hal-hal yang masih

 belum jelas bagi kedua belah pihak serta mengulang kembali akan pesan-pesan

kesehatan yang penting.

Keterampilan berkomunikasi berlandaskan empat unsur yang merupakan

intikomunikasi:

1.  Sumber (yang menyampaikan informasi). Siapa dia? Seberapa luas/ dalam

 pengetahuannya tentang informasi yang disampaikannya?

Page 31: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 31/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 31

2.  Isi pesan (apa yang disampaikan). Panjang pendeknya, kelengkapannya

 perlu disesuaikan dengan tujuan komunikasi, media penyampaian,

 penerimanya.

3.  Media yang digunakan. Apakah hanya berbicara?Apakah percakapan

dilakukan secara tatap muka atau melalui telepon, menggunakan lembar

lipat, buklet, vcd, peraga).

4.  Penerima (yang diberi informasi). Bagaimana karakternya? Apa

kepentingannya? (langsung, tidak langsung).

Keempat unsur ini masih perlu dilengkapi dengan umpan balik. Dokter

sebagaisumber atau pengirim pesan harus mencari tahu hasil komunikasinya

(apa yang dimengerti pasien?).

Sejalan dengan keterampilan yang termuat dalam empat unsur

ditambah umpanbalik tersebut, diperlukan kemampuan dalam hal-hal berikut:

1.  Cara berbicara, termasuk cara bertanya (kapan menggunakan pertanyaan

tertutup dan kapan memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan, klarifikasi,

 parafrase, intonasi.

2. Mendengar, termasuk memotong kalimat.

3.  Cara mengamati (observasi) agar dapat memahami yang tersirat di balik

yang tersurat (bahasa non verbal di balik ungkapan kata/kalimatnya, gerak

tubuh).

4.  Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan pasien (bahasa tubuh) agar

tidak mengganggu komunikasi, misalnya karena pasien keliru mengartikan

gerak tubuh, raut muka dan sikap dokter.

Komunikasi yang tidak efektif dapat menimbulkan masalah dalam

hubungan dokter-pasien, di antaranya adalah tuduhan melakukan

malapraktik.Paparanbuku ini mengemukakan bahwa komunikasi dokter-pasien

 bukanlah hal sederhana. Komunikasi yang berlangsung dalam pertemuan tatap

muka bukanlah sekadar percakapan dalam bentuk tanya jawab yang

diperlukan untuk mengisi data pasien, sebagaimana yang lazim dilakukan

dalam pengambilan anamnesis.

Page 32: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 32/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 32

Efektif atau tidaknya komunikasi yang berlangsung akan menentukan

sikappasien dalam menerima diagnosis yang ditetapkan dokter, menjalani

 pengobatan, melakukan perawatan diri dan memerhatikan atau mematuhi

anjuran/nasihat dokter. Komunikasi tersebut juga mempengaruhi

kelangsungan terapi, apakah akan berlanjut atau terjadi pemutusan hubungan

secara sepihak. Reaksi pasien ketika masih berada dalam ruang praktik, sikap

 pasien pada kunjungan ulang, cara pasien melaksanakan pengobatan adalah

umpan balik bagi dokter, untuk mengetahui hasil komunikasinya.

Proses komunikasi

Peristiwa terjadinya suatu komunikasi amat komplek. Berbagai teori pernah di

kemukakan namun secara umum dapat di kelompokkan dalam dua macam :

Model linier

Pada model linier proses komunikasi terjadi menurut urutan tertentu, sebagai

 berikut :

1.  Tersedianya pesan dan orang yang akan menyampaikan pesan

2. 

Adanya upaya menterjemahkan pesan ke dalam bentuk yang dapat

disampaikan (encoded)

3.  adanya alat penyampai pesan

4.  Adanya media yang akan dipergunakan untuk menyampaikan pesan

5.  adanya alat penerima pesan

6.  Adanya upaya untuk menterjemahkan pesan yang diterima ke dalam

 bentuk yang mudah di mengerti (decoded)

7. 

Saran serta timbulnya pengertian terhadap pesan yang disampaikan.

Jika diperhatikan pada model linier terlihat bahwa ada perbedaan

antara sumber informasi dengan sasaran, padahal dalam kedaan sehari hari

tidak selalu demikian sebab dalam kedaan sehari hari banyak juga komunikasi

antar dua pihak yang sama setara kedudukan dan perannya. Karena itu model

linier sekarang di tinggalkan orang diganti dengan model system

Page 33: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 33/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 33

Prinsip model sistem ini adalah :

1.  Menempatkan kedudukan dan peran sumber sama dengan kedudukan dan

 peran sasaran.

2.  Fungsi setiap unsur komunikasi terutama unsur dan sasaran tidak hanay

tunggal, tetapi bersifat ganda.

Empati

1.  Kemampuan seseorang untuk mengerti perasaan, fikiran, dan keinginan

orang lain, tanpa mempengaruhi objektivitas dalam menilai orang tersebut.

2.  Kemampuan menempatkan diri ke dalam diri orang lain untuk memahami

 pandangan dan perasaan orang tersebut, sesuai dengan latar belakang

 pendidikan, sosial, budaya, agama, ekonomi, etnik, dan lain lain.

Simpati

1.  Kecendrungan untuk merasakan perasaan, fikiran, dan keinginan orang lain,

namun karena melibatkan perasaan, seringkali penilaiannya menjadisubjektif.

2.  Antipati

3.  Penolakan atau perasaan tidak suka yang kuat

4.  Perasaan menentang objek tertentu yang bersifat personal dan abstrak

Etika

1.  Kumpulan asas/nilai/moralitas universal yang berkenaan dengan ahlak atau

yang serba baik

2.  Norma kebaikan yang berasal dari pembenaran nilai nilai yang di anut suatu

golongan atau masyarakat.

Etika profesi

Etika terapan dan kesejawatan yang berlaku untuk masing masing profesi yangmengandung keutamaan dan keluhuran profesi.

Page 34: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 34/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 34

Etika kedokteran

Etika khususnya kewajiban moral yang mendasari profesi dan praktek

kedokteran, serta melandasi segenap keputusan medik menjadi keputusan yang

 benar dan serba baik.

Humaniora

Ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk membantu manusia untuk bersifat

lebih manusiawi dan lebih berbudaya, misalnya teology, filsafat, Ilmu hukum,

ilmu sejarah, filology, Ilmu bahasa, kesusastraan, ilmu kesenian, dan ilmu

 praktek kedokteran.

Human Right

Hak-hak alamiah manusiawi yang tidak dapat di cabut dan merupakan karunia

Tuhan, karena semata mata dimiliki manusia meliputi antara lain ; kebebasan

 berbicara dan berpendapat, beragama dan berkeyakinan, berserikat dan

 berkumpul, serta hak untuk mendapat perlindungan yang sama di depan

hukum.

Empati dokter kepada pasiennya

Perasaan dokter yg dapat merasa dan meraba apa yg diderita atau problem

 pasien. Merupakan faktor yg penting yg bila dituruti/tindak lanjuti dapat

menimbulkan kesabaran dokter dan mendorongnya untuk mempertimbangkan

matang matang apa yg akan di kerjakannya.

Berbagai fokus/objek empati adalah :

1.  Empati terhadap penderitaan pasien, dokter membayangkan betapa

nyerinya/ sakit tulang yg patah pada seorang pemuda. Meskipun patahnya

karena ngebut dijalan. Dokter tidak perlu mencemooh dan mengejeknya

karena ngebut.

2.  Empati terhadap emosi/psikis pasien, misal pasien tbc paru, kemudian

dokter memberi semangat, bhw sakitnya dapat sembuh dengan berobat

teratur, contoh lain empati negatif adalah dokter yg mencemooh seorang

Page 35: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 35/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 35

 pasien penyakit kelamin, pasien sendiri sudah sedih dan merasa berdosa

tidak perlu lagi ditambah oleh hinaan dari dokternya.

3.  Empati dari segi sosial ekonomi, misalnya seorang tukang becakyg sakit

gagal ginjal terminal tidak perlu diceritakan bahwa hidupnya dapat

dipertahankan dengan hemodialisa.

4.  Empati dari segi budaya dan agama, ada sekte agama tertentu yg melarang

umatnya untuk melakukan tranfusi darah. Dokter tidak boleh melepas

tangan tidak mau mengobati pasien tersebut. Budaya masyarakat yg

menganggap menderita kanker suatu aib bagi keluarga sehingga dokter

harus hati hati menjelaskan kepada pasien.

2.9.4.2 Menyampaikan berita buruk

Berita buruk adalah suatu situasi dimana tidak ada harapan lagi,

adanya ancaman terhadap kesejahteraan fisik dan mental seseorang, sesuatu

yang menuntut perubahan gaya hidup yang sudah menjadi kebiasaan,

sesuatu yang membuat seseorang memiliki sedikit pilihan dalam hisupnya.

Atau dapat pula dikatakan bahwa berita buruk adalah setiap informasi

negatif tentang masa depan seseorang.

Ada beberapa situasi yang juga dikategorikan sebagai berita buruk :

1) Diagnosis penyakit kronis

2) Cacat atau hilangnya suatu fungsi

3) Adanya ebutuhan perawatan atau pengobatan yang memberatkan/

menyakitkan/ mahal

Pentingnya mengungkapkan informasi/ berita buruk pada pasien

1) Pasien ingin mengetahui apa yang sedang terjadi pada dirinya.

2) Pasien ingin mengetahui kemungkinan yang bisa terjadi pada

dirinya, termasuk terapi apa saja yang bisa diperoleh, prognosis,

dan efek samping terapi.

3) Ketika dokter menahan informasi pasien, berarti dokter tersebut

sudah mengurangi otonomi seorang pasien.

Page 36: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 36/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 36

Hal yang sering dikeluhkan oleh dokter saat menyampaikan berita

 buruk:

1) Bagaimana cara yang tepat untuk bisa jujur pada pasien tanpa

mengurangi harapan mereka.

2) Bagaimana cara menghadapi dan menangani emosi pasien saat

mereka mendengar berita buruk mengenai dirinya. Apakah saya

sanggup?

3) Kapankah waktu yan tepat untuk menyapaikan berita buruk kepada

 pasien?

Dari Robert Buckman yang bisa di gunakan sebagai pedomandalam menyampaikan berita buruk pada pasien :

a)  Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung,

tidak melalui telpon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan

yang dikirim melalui pos, faksimile, sms, internet.

 b) Persiapan meliputi:

  Materi yang akan disampaikan (bila diagnosis, tindakan medis,

 prognosis sudah disepakati oleh tim);

  Ruangan yang nyaman, memperhatikan privasi, tidak terganggu

orang lalu lalang, suara gaduh dari tv/radio, telepon;

  Waktu yang cukup;

  Mengetahui orang yang akan hadir (sebaiknya pasien ditemani

oleh keluarga/orang yang ditunjuk; bila hanya keluarga yang

hadir sebaiknya lebih dari satu orang).

c)  Jajaki sejauh mana pengertian pasien/keluarga tentang hal yang

akan dibicarakan.

d) Tanyakan kepada pasien/keluarga, sejauh mana informasi yang

diinginkan dan amati kesiapan pasien/keluarga menerima

informasi yang akan diberikan.

e) Berbagi informasi mengenai diagnosis, penanganan, prognosis,

dukungan.

Page 37: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 37/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 37

f)  Menanggapi perasaan pasien, jika anda tidak memberikan

tanggapan terhadap emosi yang muncul pada pasien, anda sama

saja seperti “meninggalkan urusan sebelum urusan tersebut

selesai” 

g) Perencanaan dan tindak lanjut

Mensistensis rasa kekhawatiran pasien dan isu-isu edis ke dalam

rencana konkret yang dapat dilakukan dalam rencana perawatan

 pasien.

2.9.4.3 Pandangan Islam

“dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari bani israil (yaitu) :

 janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu

 bapak, kaum kerabat, anak-anak yatm, dan orang-orang miskin, serta

ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan

tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali

sebahagian kecil dari pada kamu, dan kamu selalu berpaling” (Q.S Al-

 baqarah : 83)

“Perkataan yang baik dan pemberian ma’af lebih baik dari sedekah

yang diiringi dengan sesuatu yang menakitkan (perasaan sipenerima). Allah

Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (Q.S Al-baqarah : 263)

2.9.5 

Sumpah dokter

Demi Allah saya bersumpah,/berjanji, bahwa:

1.  Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan;

2.  Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur

 jabalan kedokteran;

3.  Saya akan menjalankan tugas saya dengan caruyangterhormat dan

 bersusila, sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter;

Page 38: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 38/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 38

4.  Saya akan menjalankan tugas saya dengan mengutamakan kepentingan

masyarakat;

5.  Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena

 pekerjaan saya dan keilmuan saya sebagai dokter;

6.  Saya tidak akan mempergrnakan pengetahuan kedokteran saya untuk

sesuatu yang bertentangan dengan perikemanusiaan, sekalipun diancam;

7.  Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan;

8.  Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien;

9.  Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak

terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kesukuan, perbedaan kelamin,

 politik kepartaian, atau kedudukan sosial dalam menunaikan kewajiban

terhadap pasien;

10.  Saya akan memberikan kepada guru-guru saya penghormatan dan

 pernyataan terima kasih yang selayaknya;

11.  Saya akan memperlakukan teman sejawat saya sebagaimana saya sendiri

ingin diperlakukan;

12.  Saya akan menaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran Indonesia;

13.  Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan

mempertaruhkan kehormatan diri saya.

Page 39: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 39/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Blok II 39

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad M., 2006. Manual Komunikasi Efektif . Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia 

Azrul, A., 1997. “ Pengantar Dokter Keluarga”. Yayasan Penerbit IDI. 

Djauzi, S. and Supartondo. 2004. “Komunikasi dan Empati Dalam Hubungan Dokter -

 Pasien” Jakarta: Balai Penerbit FK-UI 

FK.UNS.ac.id. [ Diakses pada tanggal 19 November 2013]

Hardjosastro, D., 2006. Bagaimana Dokter berpikir dan Bekerja. Jakarta: Gramedia PustakaMedia Utama.

Hanafiah, M. J., 2012. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan. Jakarta: EGC 

Kurtz, S., Silverman, J. & Drapper, J. (1998).Teaching and Learning Communication Skills

in Medicine. Oxon: Radcliffe Medical Press.

 Notoatmodjo, S. 2010. Buku Etika & Hukum Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta.

PERMENKES 269/2008 Pasal 12 ayat (4)

PERMENKES Nomor 290/MENKES/PER/III/2008

Purwadianto, A., Soetedjo. & Sintak G. dkk., 2012. Kode Etik Kedokteran Indonesia.Jakarta:

Ikatan Dokter Indonesia.

Poernomo, Ieda SS. 2005. Komunikasi Metode Kanguru. Jakarta: Makalah Perinasia.

Peraturan Pemerintahan No.10 Tahun 1966 Tentang Wajib Simpan Rahasia

Silverman, J., Kurtz, S. & Drapper, J. 1998.Skills for Communicating with Patients. Oxon:

Radcliffe Medical Press.

Standar Kopetensi Dokter Indonesia. 2012.

UU No 29 Tentang Praktik Kedokteran. 2009.

Page 40: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

7/22/2019 LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B - KELOMPOK 1.docx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-b-kelompok-1docx 40/40

Laporan Tutorial Skenario B 

Wasisto, B. & Grita S. dkk., 2006.  Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Jakarta: Konsil

Kedokteran Indonesia.