skenario 7.docx

21
Peran Otak dalam Mempengaruhi Emosi B6 Jeffry Pulyanto M. Simamora (102011414) Yuniete Eiffelia (102012135) Haswinanti Wilda (102012443) Tria Usma Putra (102013053) Martha Simona Putri (102013056) Anjanete Viviandira Krisnadewi (102013204) Reynaldi Sanjaya Iskandar (102013274) Sarah Melisa (102013292) Fransiska (102013369) Jerrmias Salimulyo Nugroho (102013416) Nadia Syariah Binti Abdul Aziz (102013495) 1

Transcript of skenario 7.docx

Page 1: skenario 7.docx

Peran Otak dalam Mempengaruhi Emosi

B6

Jeffry Pulyanto M. Simamora (102011414)

Yuniete Eiffelia (102012135)

Haswinanti Wilda (102012443)

Tria Usma Putra (102013053)

Martha Simona Putri (102013056)

Anjanete Viviandira Krisnadewi (102013204)

Reynaldi Sanjaya Iskandar (102013274)

Sarah Melisa (102013292)

Fransiska (102013369)

Jerrmias Salimulyo Nugroho (102013416)

Nadia Syariah Binti Abdul Aziz (102013495)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta

Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731

1

Page 2: skenario 7.docx

ABSTRAK

Emosi dihasilkan oleh umpan balik organ dan otot tubuh ke SSP. Serat-serat saraf otonom

meninggalkan korda spinalis dan mempersarafi otot jantung serta kelenjar endokrin dan eksokrin. Banyak

neurotransmitter digunakan di sistem saraf. Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun

tanggapan melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik antara

bagian luar dan bagian dalam sel. Setiap neurotransmitter disintesis di badan sel dan disalurkan melalui

akson ke terminal akson.

Kata kunci: neurotransmitter, saraf otonom

ABSTRACT

Emotions comes from the feed back of an organs and muscles to central nervous system. The fiber

of autonom nervous left corda spinalis and innervate the heart muscle, and endocrine and exocrine gland.

So many neurotransmitters used in the nervous system. Impuls conductor like stimulus or respons through

the nervous fiber (acson) could be happened because of the electrical potential difference between the

outside part and the inside part of the cell. Every neurotransmitter will be synthesize in the cells body and

distribute bye the acson through the terminal.

Key words: neurotransmitter, autonomic nervous

PENDAHULUAN

Rasa bahagia, sedih, kecewa, dan lain-lain adalah sebuah emosi yang kita alami dalam kehidupan

sehari-hari. Tanpa kita sadari sebelumnya, beberapa bagian pada otak mempunyai peran penting dalam

mempengaruhi emosi tersebut. Setiap aspek dalam emosi dipengaruhi oleh bagian-bagian tersebut.

Bagaimana mengekspresikan, mengendalikan, dan sebagainya. Saraf pun ikut berperan dalam

menyalurkan emosi tersebut ke bagian-bagian tubuh yang lain, contohnya emosi yang berlebihan

sehingga menyebabkan perasaan berdebar terus-menerus.

EMOSI

Apa yang menyebabkan kita tertawa, menangis, mencintai, iri, khawatir, dan seterusnya

merupakan inti dari banyak spekulasi dan filosofi biologis. Beberapa hipotesis mengusulkan bahwa emosi

dihasilkan oleh umpan balik organ dan otot tubuh ke SSP. Kemudian muncul hipotesis yang menyatakan

bahwa persepsi informasi sensoris oleh otak pertama-tama akan menghasilkan pengalaman emosi (takut,

marah, dan lainnya), kemudian ekspresi emosi, seperti peningkatan denyut jantung dan wajah yang

memerah. Emosi sulit dipelajari secara eksperimental, karena meskipun hewan percobaan

memperlihatkan (mengekspresikan) emosi, kita tidak dapat mengatakan secara konklusif bahwa hewan

2

Page 3: skenario 7.docx

tersebut merasakan (mengalami) emosi dalam pengertian yang sama seperti yang dialami oleh manusia.

Hewan percobaan, seperti tikus dan mencit, cenderung mempunyai respons emosional yang stereotipik.

Sebaliknya, manusia cenderung mempunyai pengalaman emosi dan ekspresi emosi yang sangat

individual. Stimulus yang memicu kemarahan atai iri pada seseorang bias jadi tidak mempunyai efek pada

orang lain, atau bahkan memberikan perasaan emosi dan respons tubuh yang sangat berbeda. Sistem saraf

otonom dan divisi motoris somatik memperantai ekspresi emosi tubuh, dan kapasitas komponen sistem

saraf tepi untuk memicu respons yang sangat beragam dalam otot dan organ lain. Hal ini merupakan

faktor kunci pada ciri ekspresi emosi yang beragam.

Para peneliti mengembangkan suatu peta parsial mengenai beberapa wilayah otak yang terlibat

emosi. Peta itu menekankan bahwa gambaran jalur neuron dan sistem fungsional yang mendasari emosi

baru mulai muncul, dan dengan respons emosi yang sangat beragam, terdapat juga kemungkinan

keterlibatan beberapa jalur neural yang kompleks dan sistem fungsional dalam SSP. Sejauh ini, peta

tersebut dibuat berdasarkan kajian-kajian pada manusia dan mamalia lain yang mengalami kerusakan

otak, dengan adanya teknologi pencitraan, tetapi laju penelitian mengenai mekanisme otak dalam

mengintegrasikan semua jenis semua jenis informasi meningkat cepat. Beberapa emosi manusia

bergantung pada kelompok fungsional nukleus dan saluran akson yang saling bersambungan di SSP yang

disebut sistem limbik. Meskipun masih memiliki definisi yang fleksibel, sistem limbik meliputi bagian

thalamus dan hipotalamus dan bagian korteks serebral. Sistem limbic dihubungkan dengan daerah daerah

korteks serebral yang terlibat dalam pembelajaran kompleks, bernalar, dan personalitas. Konsultasi antara

pusat otak bagian atas dengan sistem limbic sangat penting dalam formulasi emosi. Sebuah prosedur

pembedahan lobotomi frontal yang merusak strktur limbik atau persambungan antara sistem limbik

dengan pusat otak bagia atas pada korteks serebral menghilangkan konsultasi emosional tersebut.

Lobotomi frontal pernah ditetapkan secara luas untuk mengatasi gangguan emosional yang hebat. Namun,

ketenangan yang dihasilkan umumya disertai oleh kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi,

membuat perencanaan, dan bekerja untuk mencapai sasaran, dan terapi obat-obatan telah menjadi

alternatif pengobatan.

Sebuah nukleus lobus temporal korteks serebral yang disebut amigdala, yaitu sebuah komponen

sistem limbik yang menonjol, merupakan pusat utama pengumpulan data sensoris dan pengatur informasi

emosi. Amigdala menerima data sensoris dari thalamus, batang otak, dan kuncup pengecapan, juga

informasi sensoris yang terintegrasi dari daerah asosiasi korteks serebral. Sinyal neuron melewati

amigdala dan hipotalamus serta batang otak dengan arah berlawanan, dan suatu jalur utama sinyal yang

memicu ekspresi emosional merambat dari amigdala ke sistem saraf otonom dan sistem motoris somatik

melalui hipotalamus dan formasi retikuler batang otak.[1,2]

3

Page 4: skenario 7.docx

SISTEM SARAF OTONOM

Serat-serat saraf otonom meninggalkan korda spinalis dan mempersarafi otot jantung dan polos

serta kelenjar endokrin dan eksokrin. Serat-serat saraf otonom dianggap involunter karena hanya sedikit

control kesadaran terhadap fungsi mereka. Terdapat dua divisi sistem saraf otonom, divisi simpatis dan

parasimpatis. Saraf-saraf simpatis dan parasimpatis mempersarafi banyak organ yang sama tetapi

biasanya menimbulkan respons yang berlawanan. Badan-badan sel dari neuron-neuron tersebut terdapat

di otak atau korda spinalis. Pada kedua divisi sistem otonom, dua serat saraf berpartisipasi pada jalur

aferen.[3]

Sistem Saraf Simpatis

Serabut pertama pada saraf simpatis, yang disebut serabut praganglion, keluar dari region toraks

atau lumbal pada spina. Segera setelah keluar dari spina, serabut praganglion bersatu dengan serabut

praganglion lain untuk membentuk ganglion otonom. Di titik ini, serabut praganglion bersinaps pada

serabut saraf kedua dari sistem ini, serabut pascaganglion, dan melepaskan asetilkolin, yang

menyebabkan serabut pascaganglion mencetuskan potensial aksi. Dari ganglion otonom, serabut

pascaganglion berjalan ke organ targetnya, otot atau kelenjar. Serabut pascaganglion simpatis biasanya

melepaskan neurotransmitter norepinefrin. Reseptor organ target untuk norepinefrin disebut resepto

adregenik.[3,4]

Sistem Saraf Parasimpatis

Serat-serat sistem saraf parasimpatis keluar dari otak dalam saraf-saraf kranialis atau keluar dari

korda spinalis dari daerah sakralis. Serat praganglion sistem saraf parasimpatis biasanya berukuran

panjang dan berjalan ke suatu ganglion otonom dekat organ sasaran. Saraf parasimpatis praganglion

mengeluarkan asetilkolin. Serat pascasinaps parasimpatis kemudian berjalan singkat ke jaringan sasaran,

suatu otot atau kelenjar. Saraf ini mengeluarkan asetilkolin. Reseptor asetilkolin praganglion untuk serat-

serat simpatis dan parasimpatis disebut reseptor nikotinik. Reseptor asetilkolin pascaganglion disebut

resetor muskarinik. Nama-nama ini berkaitan dengan reseptor yang dapat dirangsang oleh nikotin atau

muskarin (suatu racun jamur).[3]

Fungsi Saraf Simpatis dan Parasimpatis

Sistem saraf simpatis mempersarafi jantung, menyebabkan peningkatan kecepatan denyut dan

kekuatan kontraksi jantung. Saraf simpatis mempersarafi semua arteri dan vena besar dan kecil,

menyebabkan konstriksi semua pembuluh kecuali arteiol-arteriol yang memperdarahi otot rangka. Saraf

simpatis mempersarafi otot polos saluran cerna, menyebabkan penurunan motilitas, dan otot polos saluran

napas, menyebabkan relaksasi bronkus dan penurunan sekresi bronkus. Perangsangan simpatis

memperngaruhi hati, merangsang sekresi kelenjar keringat, dan bertanggung jawab bagi ereksi selama

orgasme pria.

4

Page 5: skenario 7.docx

Serat parasimpatis mempersarafi jantung, memperlambat kecepatan denyutnya, dan mempersarafi

saluran verna, menyebabkan peningkatan motilitas. Serat parasimpatis mempersarafi otot polos bronkus,

menyebabkan konstriksi jalan napas, dan mempersarafi salruan kemih kelamin, menyebabkan ereksi pada

pria.[3]

HIPOTALAMUS

Gambar 1. Hipotalamus1

Daerah ini merupakan pusat integrasi untuk banyak fungsi homeostatik penting dan berfungsi

sebagai penghubung penting antara sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Secara spesifik,

hipotalamus (1) mengontrol suhu tubuh; (2) mengontrol rasa haus dan pengeluaran urin; (3) mengontrol

asupan makanan; (4) mengontrol sekresi hormon-hormon hipofisis anterior; (5) menghasilkan hormone-

hormon posterior; (6) mengontrol kontraksi uterus dan pengeluaran susu; (7) berfungsi sebagai pusat

koordinasi sistem saraf otonom utama, yang kemudian mempengaruhi semua otot polos, otot jantung, dan

kelenjar eksokrin; dan (8) berperan dalam pola perilaku dan emosi.

Hipotalamus adalah daerah otak yang paling jelas terlibat dalam pengaturan langsung lingkungan

internal. Sebagai contoh, apabila tubuh dingin, hipotalamus mencetuskan respons-respons internal untuk

meningkatkan pembentukan panas (misalnya menggigil) dan untuk menurunkan pengeluaran panas

(misalnya konstriksi pembuluh darah kulit untuk mengurangi aliran darah hangat ke permukaan tubuh,

karena panas dapat hilang ke lingkungan eksternal). Daerah-daerah lain di otak, misalnya korteks

serebrum, bekerja secara lebih tidak langsung untuk mengatur lingkungan internal. Sebagai contoh,

seseorang yang merasa dingin akan termotivasi untuk secara sadar memakai baju yang lebih hangat,

menutup jendela, menyalakan pemanas, dan seterusnya. Bahkan aktivitas perilaku volunteer ini sangat

5

Page 6: skenario 7.docx

dipengaruhi oleh hipotalamus, yang sebagai bagian dari sistem limbik, berfungsi bersama korteks

mengontrol emosi dan perilaku yang dimotivasi.

Konsep emosi mencakup perasaan emosional subjektif dan suasana hati (misalnya rasa marah,

rasa takut, dan kebahagiaan) ditambah respons fisik yang nyata yang berkaitan dengan perasaan tersebut.

Respons-respons tersebut mencakup pola-pola perilaku spesifik (misalnya, persiapan menyerang atau

bertahan jika dibuat marah oleh musuh) dan ekspresi emosional yang dapat diamati (misalnya tertawa,

menangis, atau tersipu). Bukti menunjukkan bahwa sistem limbic berperan sentral dalam semua aspek

emosi. Stimulasi daerah-daerah tertentu di dalam sistem limbik manusia selama pembedahan otak

menimbulkan berbagai sensasisubjektif yang tidak jelas, yang diutarakan oleh pasien sebagai rasa senang,

kepuasan, atau kenikmatan di suatu daerah serta keputusasaan, keketakutan, atau kecemasan di bagian

lain.

Hubungan antara hipotalamus, sistem limbik, dan daerah-daerah kortikal yang lebih tinggi

berkenaan dengan emosi dan perilaku masih belum dipahami dengan jelas. Tampaknya keterlibatan

hipotalamus yang luas pada sistem limbik bertanggung jawab terhadap respons-respons internal

involunter berbagai sistem tubuh dalam mempersiapkan berbagai tindakan yang sesuai untuk menyertai

keadaan emosional tertentu. Sebagai contoh, peningkatan kecepatan denyut jantung dan frekuensi

pernapasan, peningkatan tekanan darah, dan pengaliran banyak darah ke otot-otot rangka yang terjadi

sebagai antisipasi serangan sewaktu dibuat marah dikontrol oleh hipotalamus. Perubahan keadaan internal

sebagai persiapan tersebut tidak memerlukan kontrol kesadaran.[4]

Fungsi Hipotalamus

Fungsi-fungsi utama hipotalamus diringkas pada. Sebagian jelas merupakan refleks viseral,

sedangkan sebagian meliputi reaksi tingkah laku dan emosi yang kompleks; namun, semuanya mencakup

respons tertentu terhadap rangsang tertentu. Hal ini penting diingat dalam membahas fungsi hipotalamus.

Hubungan dengan Fungsi Otonom

Bertahun-tahun yang lalu, Sherrington menyebut hipotalamus sebagai “ganglion utama sistem

otonom”. Perangsangan hipotalamus menimbulkan menimbulkan respons otonom, tetapi hipotalamus

sendiri tampaknya tidak terpengaruh oleh pengaturan funsi viseral yang dilakukannya. Sebaliknya,

respons otonom yang ditimbulkan di hipotalamus merupakan bagian dari fenomena yang lebih kompleks

seperti makan dan bentuk emosi lain seperti marah. Sebagai contoh, perangsangan terhadap berbagai

bagian hipotalamus, terutama daerah lateral, menyebabkan pelepasan muatan dan peningkatan seksresi

medulla adrenal seperti lepas-muatan simpatis missal yang dijumpai pada hewan yang terpajan stress.

Telah diklaim bahwa sekresi epinefrin dan norepinefrin diatur dibagian-bagian hipotalamus yang

berbeda. Perbedaan umum sekresi katekolamin medulla adrenal memang terjadi pada keadaan tertentu,

tetapi peningkatan selektifnya hanya sedikit.

6

Page 7: skenario 7.docx

Peran Hipotalamus

Pengaturan hipotalamus terhadap nafsu makan terutama bergantung pada interaksi antara dua

area: “pusat makan” lateral di anyaman nukleus berkas prosensefalon medial pada pertemuan dengan

serabut palidohipotalamik, serta pusat rasa “pusat rasa kenyang” medial di nukleus ventromedial.

Perangsangan pusat makan membangkitkan perilaku makan pada hewan yang sadar, sedangkan

kerusakan pusat makan menyebabkan anoreksia berat yang fatal pada hewan yang sebenarnya sehat.

Perangsangan nukleus ventromedial menyebabkan berhenti makanan, sedangkan lesi di regio ini

menyebabkan hiperfagia dan, bila persediaan makan banyak, sindrom obesitas hipotalamik. Kerusakan

pusat makan pada tikus dengan lesi pusat kenyang menimbulkan anoreksia, yang menunjukkan bahwa

pusat kenyang berfungsi menghambat pusat makan.

Hipotalamus dapat dibagi menjadi sejumlah kelompok sel yang berperan dalam fungsi tertentu;

namun, dibandingkan dengan yang diperkirakan dari penelitian-penelitian, lokalisasi fungsi tidak terlalu

pasti. Salah satunya adalah regulasi kardiovaskular. Regulasi kardiovaskular melibatkan pengaturan

tekanan arteri dan kecepatan denyut jantung serta umumnya terfokus pada daerah hipotalamus posterior

dan lateral, yang meningkatkan tekanan darah dan kecepatan denyut jantung, atau daerah preoptik, yang

menurunkan tekanan darah dan kecepatan denyut jantung. Efek-efek ini diperantai oleh pusat-pusat

kardiovaskular di pons dan formasio retikularis media.[5]

SISTEM LIMBIK

Gambar 2. Sistem limbik

Sumber: http://hil4ry.files.wordpress.com/2007/07/brain_headborder.jpg

7

Page 8: skenario 7.docx

Sistem limbik adalah kombinasi sitkuit-sirkuit neuron yang mengontrol perilaku emosional dan dorongan

motivasional. Kompleks besar struktur ini terdiri dari komponen subkorteks dan korteks. Kelompok

subkorteks mencakup hipotalamus, septum, daerah paraolfaktorius, epitalamus, nukleus thalamus

anterior, hipokampus, amigdala, dan bagian-bagian ganglia basalis. Di sekitar struktur-struktur subkorteks

terdapat korteks limbik, yang terdiri dari korteks orbitofrontalis, girus subkalosus, girus singulata, dan

girus parahipokampus. Di antara berbagai struktur subkorteks, hipotalamus adalah sumber output

terpenting; struktur ini berkomunikasi dengan nukleus-nukleus batang otak melalui berkas otak-depan

sebelah medial, yang menyalurkan sinyal dala dua arah: ke batang otak dan kembali ke otak depan.[6]

Konsep emosi mencakup perasaan emosional subjektif dan suasana hati (misalnya rasa marah,

rasa takut, dan kebahagiaan) ditambah respons fisik yang nyata yang berkaitan dengan perasaan tersebut.

Respons-respons tersebut mencakup pola-pola perilaku spesifik (misalnya, persiapan menyerang atau

bertahan jika dibuat marah oleh musuh) dan ekspresi emosional yang dapat diamati (misalnya tertawa,

menangis, atau tersipu). Bukti menunjukkan bahwa sistem limbik berperan sentral dalam semua aspek

emosi. Stimulasi daerah-daerah tertentu di dalam sistem limbik manusia selama pembedahan otak

menimbulkan berbagai sensasisubjektif yang tidak jelas, yang diutarakan oleh pasien sebagai rasa senang,

kepuasan, atau kenikmatan di suatu daerah serta keputusasaan, keketakutan, atau kecemasan di bagian

lain.

Hubungan antara hipotalamus, sistem limbik, dan daerah-daerah kortikal yang lebih tinggi

berkenaan dengan emosi dan perilaku masih belum dipahami dengan jelas. Tampaknya keterlibatan

hipotalamus yang luas pada sistem limbik bertanggung jawab terhadap respons-respons internal

involunter berbagai sistem tubuh dalam mempersiapkan berbagai tindakan yang sesuai untuk menyertai

keadaan emosional tertentu. Sebagai contoh, peningkatan kecepatan denyut jantung dan frekuensi

pernapasan, peningkatan tekanan darah, dan pengaliran banyak darah ke otot-otot rangka yang terjadi

sebagai antisipasi serangan sewaktu dibuat marah dikontrol oleh hipotalamus. Perubahan keadaan internal

sebagai persiapan tersebut tidak memerlukan kontrol kesadaran.[4]

Perilaku emosional dipengaruhi oleh stimulasi hipotalamus atas oleh lesi di hipotalamus. Efek

stimulasi mencakup (1) bertambahnya tingkat aktivitas secara umum yang menimbulkan matah dan

agresi; (2) perasaan damai, kenikmatan, dan hadiah; (3) takut dan perasaan dihukum, menghindar; (4)

gairah seksual. Efek yang ditimbulkan oleh lesi di hipotalamus mencakup (1) pasivitas yang ekstrim dan

hilangnya keinginan serta (2) makan dan minum berlebihan, marah, dan perilaku yang berkaitan dengan

kekerasan.[6]

Fungsi Spesifik Bagian Lain Sistem Limbik

8

Page 9: skenario 7.docx

Hipokampus. Stimulasi hipokampus dapat memicu marah, sifat pasif, dan gairah seksual

berlebihan. Hipokampus bersifat sangat peka rangsang, dan rangsangan lemah dapat memicu bangkitan

epileptik. Lesi di hipokampus menimbulkan gangguan berat dalam kemampuan membentuk ingatan baru

yang didasarkan pada simbolisme verbal (bahasa); ini dinamai amnesia anterograd. Diperkirakan bahwa

hipokampus menghasilkan sinyal untuk konsolidasi ingatan (mis. transformasi dari ingatan jangka-pendek

menjadi ingatan jangka-panjang).

Amigdala. Bertanggung jawab atas pengevaluasian informasi-informasi sensorik, menentukan

secara tepat arti pentingnya sesuatu secara emosional, dan berkontribusi dalam pengambilan keputusan

awal untuk mendekati atau menjauhi sesuatu. Sebagai contoh, anda dengan segera dapat menilai ancaman

atau bahaya. Amigdala juga memainkan peranan penting dalam menengahi kecemasan dan depresi;

pindai PET menentukan adanya peningkatan aktivitas saraf di struktur ini pada penderita depresi dan

kecemasan. Struktur ini juga memainkan peranan dalam ingatan yang bersifat emosional.

Korteks limbik. Kontribusi berbagai bagian di korteks limbik masih belum diketahui pasti.

Pengetahuan tentang fungsi korteks ini berasal dari lesi-lesi yang merusak bagian ini. Lesi bilateral di

korteks orbitofrontalis menyebabkan insomnia dan gelisah. Kerusakan bilateral girus singulatus anterior

dan subkalosum memicu reaksi marah yang hebat.[1]

PONS

Gambar 3. Pons pada medulla oblongata

Sumber:http://images4.wikia.nocookie.net/__cb20070709225160/psychology/images/thumb/3/36/

Gray768.png/362px-Gray768.png

9

Page 10: skenario 7.docx

Pons adalah salah satu bagian pada medula oblongata. Hampir semua bagian pons terdiri dari

substansia alba (white matter). Pons menghubungkan medulla, yang panjang dengan berbagai bagian otak

melalui pedunkulus serebral. Pons terlibat dalam (diantaranya) kegiatan tidur, terjada, dan bermimpi.[1]

KORTEKS CEREBRUM

Korteks serebrum adalah bagian otak yang paling maju dan bertanggung jawab untuk mengindera

linkungan. Korteks serebrum menentukan perilaku yang bertujuan dan beralasan. Korteks disebut

substansia grisea (grey matter), akibat lebuh banyaknya badan sel neuron dibandingkan akson neuron.

Meskipun ketebalan korteks hanya sekitar 3 milimeter (1/8 inci), korteks mengandung hampir tiga

perempat dari seluruh sel otak yang ada. Bagian-bagian lain dari korteks serebrum, yang disebut lobus.

Melaksanakan fungsi yang berbeda. Sebagian dari korteks serebrum berfungsi sebagai daerah sensorik

primer, dan secara langsung menerima rangsangan sensorik yang datang. Daerah-daerah ini dibatasi oleh

daerah sensorik sekunder yang membantu mengartikan stimulus sensorik tersebut. Daerah-daerah asosiasi

lainnya menerima informasi dari daerah sensorik primer dan sekunder, dan dari tempat-tempat lain di

otak korteks dan subkorteks. Daerah-daerah asosiasi memungkinkan serakan-gerakan yang kompleks,

interpretasi, dan pembentukan bahasa, serta respons yang sesuai terhadap teman, musuh, dan orang asing.

Lobus-lobus pada korteks serebri: Lobus frontalis, lobus parietalis, lobus oksipitalis, dan lobus

temporalis.[1,3]

STRUKTUR MIKROSKOPIK SEL SARAF

Gambar 4. Sel saraf

Sumber: http://edijoeyh.files.wordpress.com/2008/10/tetanus-neuron1.gif

10

Page 11: skenario 7.docx

Jaringan saraf terdiri atas dua jenis sel utama: neuron (sel saraf) dan neuroglia (sel penyokong).

Sel struktural dan fungsional jaringan saraf adalah:

Neuron

Neuron adalah unit utama sistem saraf dan merupakan sel yang sangat khusus. Setelah matang sel

ini tidak lagi menjalani reproduksi sel dan tidak dapat diganti. Pematangan sel saraf terjadi sebelum atau

segera setelah lahir. Setiap neuron berfungsi menerima rangsangan yang datang dan untuk mengirim

rangsangan ke saraf lain atau otot. Neuron berfungsi dengan berespons terhadap sinyal-sinyal listrik dan

menghasilkan sinyal-sinyal tersebut yang mengubah aliran ion-ion bermuatan melintasi membran sel

neuron. Neuron terbagi menjadi dendrit, badan sel, dan akson.[3]

Dendrit adalah perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek. Dendrit adalah

bagian dari neuron yang menerima rangsangan dari saraf-saraf lain atau bekerja sebagai reseptor bagi

rangsangan sensorik yang datang.[3,6]

Badan sel. Pada badan sel terdapat inti sel yang berfungsi mengontrol pembentukan protein,

enzim, dan zat-zat pengantar sel. Badan sel membagikan zat-zat tersebut ke bagian neuron lainnya sesuai

kebutuhan. Badan sel menyampaikan sinyal listrik ke akson.[3]

Akson adalah perluasan memanjang atau serat tempat lewatnya sinyal yang dicetuskan di dendrit

dan badan sel. Panjang akson mungkin berukuran kurang dari 1 mm sampai 1 m lebih. Di bagian

ujungnya, sebuah akson dapat berkembang banyak.[6]

Sel Glia (Sel Pendukung)

Ada beberapa jenis glia dalam otak dan sumsum tulang belakang, dan sebagai satu kelompok, sel-

sel ini melakukan lebih banyak dari sekedar lem perekat yang menyatukan neuron. Macam sel glia adalah

astrosit (berbentuk seperti bintang), oligodendroglia, mikroglia, sel ependim, dan lain-lain.[6,7]

NEUROTRANSMITTER

Banyak neurotransmitter digunakan di sistem saraf. Setiap neurotransmitter disintesis di badan sel

dan disalurkan melalui akson ke terminal akson. Tiap neuron tampaknya melepaskan satu

neurotransmitter. Agar berespon terhadap neurotransmitter tersebut, sel pascasinaps harus memiliki

reseptor spesifik untuk zat tersebut di membran selnya.[3]

Asetilkolin

Asetilkolin adalah salah satu neurotransmitter yang umum ditemukan pada invertebrate maupun

vertebrata. Pada sistem saraf pusat vertebrata, asetilkolin dapat bersifat inhibitoris atau eksitatoris, yang

bergantung pada jenis reseptor. Pada persambungan neuromuskuler, yaitu sinapsis antara neuron motoris

dan sel otot rangka, asetilkolin dilepaskan dari terminal sinaptik neuron motoris tersebut. Asetilkolin ini

akan berikatan dengan reseptor yang merangsang membran plasma sel otot.[7]

11

Page 12: skenario 7.docx

Amina Biogenik

Amina biogenik adalah neurotransmitter yang disintesis dari asam amino. Satu kelompok, yang

dikenal sebagai katekolamina, dihasilkan dari asam amino tirosin. Kelompok ini meliputi epinefrin dan

norepinefrin, yang juga berfungsi sebagai hormon, dan sebuah senyawa yang berhubungan erat yang

disebut dopamine. Amina biogenic lainnya, serotonin, disintesis dari asam amino triptofan. Amina

biogenik umumnya berfungsi sebagai transmitter di dalam SSP. Akan tetapi, norepinefrin juga berfungsi

dalam cabang sistem saraf tepi yang disebut sistem saraf otonom.[7]

Mekanisme Neurotransmitter

Gambar 7 menunjukkan mekanisme neurotransmitter yang umumterjadi.Proses tersebut berlangsung

dalam 7tahap sebagai berikut:6

1. Molekul neurotransmitter disintesa/diproduksi oleh substansi-substansi kimia dalam sitoplasma

dengan bantuan enzim-enzim tertentu.

2. Molekul-molekul tersebut kemudian disimpan pada kelenjar sinapsis (synaptic vesicles).

3. Molekul neurotransmitter yang keluar dari synaptic vesicle karena suatu kebocoran, akan dihancurkan

oleh enzim-enzim disekitarnya.

4. Bila terjadi potensial aksi di synaptic button, vesicle akan bersentuhan dengan membrane presinapsis

dan molekul neurotransmitter dilepaskan ke celah sinapsis.

5. Di celah sinapsis, molekul neurotransmitter yang tidak mengikatkan diri pada reseptor di membrane

presinapsis (karena neurotransmitter yang dilepaskan sudah cukup untuk meneruskan impuls) akan

masuk kembali ke dalam synaptic vesicles yang melepaskannya (auto receptor) dan sekaligus

menghambat pelepasan neurotransmitter.

6. Neurotransmitter yang sampai pada reseptor di membrane postsinapsis akan meneruskan aktivitas

sesuai dengan pesan yang dibawanya.

7. Proses neurotransmitter ini akhimya berhenti, baik karena mekanisme penarikan neurotransmitter ke

synapsis vesicles maupun oleh enzim-enzim di celah sinapsis yang memecah molekul-molekul

neurotransmitter ini menjadi

substansi yang tidak

digunakan lagi.

12

Page 13: skenario 7.docx

Gambar 7. Mekanisme Neurotransmitter

Sumber: http://4.bp.blogspot.com/-YP2WJh7AiHs/UXYWm5-sXdI/AAAAAAAAAI0/uV2psu-qIX4/s640/NEURO3.jpg

Mekanisme Impuls Saraf

Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan melalui serabut saraf

(akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan bagian dalam sel.

Pada waktu sel saraf beristirahat, kutub positif terdapat di bagian luar dan kutub negatif terdapat di bagian

dalam sel saraf. Diperkirakan bahwa rangsangan (stimulus) pada indra menyebabkan terjadinya

pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan potensial ini (depolarisasi) terjadi berurutan

sepanjang serabut saraf. Kecepatan perjalanan gelombang perbedaan potensial bervariasi antara 1 sampai

dengan 120 m/detik, tergantung pada diameter akson dan ada atau tidaknya selubung mielin.6

Bila impuls telah lewat maka untuk sementara serabut saraf tidak dapat dilalui oleh impuls, karena terjadi

perubahan potensial kembali seperti semula (potensial istirahat). Untuk dapat berfungsi kembali

diperlukan waktu 1/500 sampai 1/1000 detik.6

Energi yang digunakan berasal dari hasil pemapasan sel yang dilakukan oleh mitokondria dalam sel

saraf.6

Stimulasi yang kurang kuat atau di bawah ambang (threshold) tidak akan menghasilkan impuls yang

dapat merubah potensial listrik. Tetapi bila kekuatannya di atas ambang maka impuls akan dihantarkan

sampai ke ujung akson. Stimulasi yang kuat dapat menimbulkan jumlah impuls yang lebih besar pada

periode waktu tertentu daripada impuls yang lemah.6

KESIMPULAN

Sistem limbik, pons, hipotalamus, dan korteks serebri adalah bagian-bagian pada otak yang

mengendalikan emosi. Beberapa diantaranya dapat mempengaruhi sistem saraf otonom sehingga pada

kasus perasaan sedih yang berlebihan dapat menyebabkan perasaan berdebar yang terus-menerus. Bagian-

bagian otak tersebut saling berkoordinasi dalam pengendalian emosi tersebut.

13

Page 14: skenario 7.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Wade C, Tavris C. Psikologi. Jakarta: Erlangga; 2008.h.130-3.

2. Goleman D. Kecerdasan emosional. Jakarta: Gramedia; 2005.h.136-7.

3. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC; 2009.h.143-161.

4. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke system ed 2. Jakarta: EGC; 2001.h.126-7, 197-200.

5. Adair TH, Dzielak DJ, Hall JE, Lohmeier TE. Buku saku fisiologi kedokteran Guyton dan Hall.

Jakarta: EGC; 2007.h.455-9.

6. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.h.154-7, 166-8.

7. Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. Biologi. Jilid 3. Edisi ke 5. Jakarta: Erlangga; 2004.h.201-

15.

14