analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

44
KATA PENGANTAR Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar nya kepada Dosen pembimbing tutorial skenario B blok 23, sehingga proses tutorial dapat berlangsung dengan baik. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, yang telah memberi dukungan baik berupa materil dan moril yang tidak terhitung jumlahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario B blok 23. Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata mendekati sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di penyusunan laporan berikutnya. Mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Palembang, 5 Februari 2014 Penyusun 1

Transcript of analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

Page 1: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

KATA PENGANTAR

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar nya kepada Dosen pembimbing tutorial

skenario B blok 23, sehingga proses tutorial dapat berlangsung dengan baik.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, yang telah memberi

dukungan baik berupa materil dan moril yang tidak terhitung jumlahnya sehingga kami dapat

menyelesaikan laporan tutorial skenario B blok 23.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata mendekati sempurna. Oleh karena itu

kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di penyusunan

laporan berikutnya. Mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Palembang, 5 Februari 2014

Penyusun

1

Page 2: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... 1

Daftar Isi.............................................................................................................................. 2

BAB I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang...................................................................................... 3

BAB II Pembahasan

2.1. Data Tutorial......................................................................................... 4

2.2. Skenario Kasus...................................................................................... 5

2.3. Paparan

I.Klarifikasi Istilah................................................................................ 6

II.Identifikasi masalah ......................................................................... 6

III.Analisis Masalah.............................................................................. 7

IV.Learning Issues................................................................................

V.Kerangka Konsep............................................................................

BAB III Penutup

3.1. Kesimpulan...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

2

Page 3: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk

menghadapi kasus yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Adapun maksud dan tujuan

dari materi praktikum tutorial ini, yaitu:

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran

KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan

pembelajaran diskusi kelompok.

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari skenario

ini.

3

Page 4: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Tutor : dr. Indrayadi, Sp. A

Moderator : Dhilah Juas Ainun

Sekretaris Papan : Pierre Ramandha K

Sekretaris Meja : Ghea Duandiza

Hari, Tanggal : Senin, 3 Februari 2014

Peraturan : 1. Alat komunikasi di nonaktifkan

2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat

3. Dilarang makan dan minum

4

Page 5: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

2.2 Skenario B blok 23 2013

Mrs.Mima, 38-years-old pregnant woman G4P3A0 39-weeks pregnancy, was brought by her

husband to the Puskesmas due to convulsion 2 hours ago. She has been complaining of headache

and visual distrubance for the last 2 days. According to her husband, she has been suffering from

Grave’s disease since 3 years ago, but was not well controlled.

In the examination findings:

Upon admission,

Height = 152 cm; Weight 65 kg;

BP: 180/110 mmHg. HR: 120x/min, RR: 24x/m.

Head and neck examination revealed exopthalmus and enlargement of thyroid gland.

Pretibial edema

Obsetric examination :

Outer examination: fundal height 32 cm, normal presentation.

FHR : 150 x/min

Lab : Hb 11,2g/dL; She had 2 + protein on urine, cylinder (-)

5

Page 6: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

2.3 Paparan

I. Klarifikasi istilah

1. convulsion : kontraksi involunter atau serangkaian kontraksi dari otot volunter; kejang

2. grave’s disease :keterkaitan hipertiroidisme, goiterdan eksoftalamus dengan denyut nadi

yang cepat, keringat yang banyak, gejala neurologis, gangguan psikis, badan cendrung

kurus dan peningkatan metabolisme basal.

3. Exopthalamus : protusio mata abnormal

4. pretibial edema : pengumpulan cairan secara normal diruang interseluler tubuh pada

bagian depan tibia

5. fundal height : tinggi dasar atau basis uterus.

6. cylinder : badan padat yang berbentuk seperti tiang.

7. FHR : Fetal Heart Rate (Denyut jantung janin per menit).

II. Identifikasi masalah

1. Mrs.Mima, 38-years-old pregnant woman G4P3A0 39-weeks pregnancy, was brought by her

husband to the Puskesmas due to convulsion 2 hours ago.

2. She has been complaining of headache and visual distrubance for the last 2 days.

3. According to her husband, she has been suffering from Grave’s disease since 3 years ago,

but was not well controlled.

4. Physical examination

5. Obsetric examination

6. Lab

III. Analisis Masalah:

1. Mrs.Mima, 38-years-old pregnant woman G4P3A0 39-weeks pregnancy, was brought by her

husband to the Puskesmas due to convulsion 2 hours ago.

A. Bagaimana etiologi dan mekanisme kejang pada kehamilan ?

Etiologi :edema vasogenik ,iskemik/infark serebri,vasospasme serebri6

Page 7: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

Mekanisme:

Pada kehamilanpeningkatan peroxisome proliferated-activated receptor gamma (PPAR-

gamma) remodelling arteriol otak dan peningkatan aliran darah serebralRemodelling ini

menyebabkan vasokonstriksi yang tidak dapat mengimbangi peningkatan aliran darah

tersebut reaksi edema vasogenik Edema ini menyebabkan rusaknya sawar darah-otak

sehingga memberi akses terhadap zat-zat ekstraseluler yang mestinya tidak memasuki rongga

tengkorak, antara lain albumin. kompresi rongga tengkorak kejang.

Pada penderita eklampsiasekresi TNF-alfa yang berlebihan dari ginjal TNF-alfa

menimbulkan reaksi inflamasi yang menghasilkan masuknya leukosit dalam jumlah besar ke

otak, menembus saraf darah-otak yang mengalami edema tadi. Leukositosis inilah yang

memicu timbulnya bangkitan kejang.

B. Bagaimana hubungan riwayat kehamilan dan umur ibu terhadap kejang ?

2. She has been complaining of headache and visual distrubance for the last 2 days.

A. Bagaimana etiologi dan mekanisme sakit kepala dan gangguan penglihatan pada kasus ?

(hubungan dengan kejang)

Etiologi sakit kepala:hiperperfusi serebri menyebabkan edema vasogenik

Mekanisme :

Pada kehamilanpeningkatan peroxisome proliferated-activated receptor gamma (PPAR-

gamma) remodelling arteriol otak dan peningkatan aliran darah serebralRemodelling ini

menyebabkan vasokonstriksi yang tidak dapat mengimbangi peningkatan aliran darah

tersebut reaksi edema vasogenik Edema ini menyebabkan rusaknya sawar darah-otak

sehingga memberi akses terhadap zat-zat ekstraseluler yang mestinya tidak memasuki rongga

tengkorak, antara lain albumin. kompresi rongga tengkorak gejala neurologis seperti sakit

kepala

Etiologi gangguan penglihatan :spasme arteri retina ,iskemik/edema pada lobus

oksipitalis,terlepasnya perlekatan retina

Mekanisme :

Hipertensivasospasme iskemia lobus oksipital gangguan penglihatan

7

Page 8: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

Endothel injury Vasospasme pembuluh darah di retina iskemia retina gangguan

penglihatan

Hipertensi autoregulasi serebrovaskular gagal vasodilatasi hiperperfusi lobus

oksipital gangguan penglihatan

3. According to her husband, she has been suffering from Grave’s disease since 3 years ago,

but was not well controlled.

A. Bagaimana dampak penyakit grave pada kehamilan ?

Keguguran

Persalinan preterm

Keadaan lahir mati

Hipertiroid pada janin

Berat badan lahir rendah.

Pertumbuhan Janin yang terhambat

Tirotoksikosis pada neonatus

Pembesaran kelenjar gondok

B. Bagaimana hubungan penyakit grave dengan keluhan sekarang (kejang, sakit kepala,

gangguan penglihatan) ?

Penyakit grave dapat menyebabkan peningkatan insiden preeklampsi gagal

jantung,gangguan hasil akhir perinatal

4. Physical examination

A. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal pada pemeriksaan fisik ?

N

O

Pada kasus Normal Interpretasi dan mekanisme

1. Height = 152 cm;

Weight= 65 kg;

BMI=28,1

BMI=18,5-24,9 Overweight

2. BP:180/110mmHg 120/80 mmHg Hipertensi

8

Page 9: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

3. HR: 120x/min 60-100x/min Takikardi

4. RR: 24x/min 16-20x/min Takipneu

5. Exopthalmus (-) Abnormal ,karena

pembengkakan edematosa

jaringan retroorbota dan

pengendapan

mukopolisakarida dalam

jumlah besar pada ruang

ekstra sel

6. Pembesaran

kelenjar tiroid

(-) Penyakit grave

7. Edema pretibia (-) Abnormal ,terjadi karena

hipoalbuminemia atau

kerusakan sel endotel kapiler

5. Obsetric examination

A. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal pada pemeriksaan obsetrik ?

B.

Bagaimana cara pemeriksaan tinggi fundus dan FHR ?(8)

PEMERIKSAAN TINGGI FUNDUS UTERI

Pemeriksaan Leopold I

untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang berada dalam fundus uteri.

Petunjuk cara pemeriksaan :

9

NO Pada kasus Normal Interpretasi dan mekanisme

1. fundal height 32 cm Normal 32 cm diatas simfisis

2. FHR : 150 x/min 120-160 bpm (rata-rata

140 bpm)

Normal

Page 10: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

Atur posisi pemeriksa sehingga menghadap ke bagian kepala ibu.

Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak fundus uteri untuk menentukan

tinggi fundus.

Perhatikan agar jari tersebut tidak mendorong uterus ke bawah (jika diperlukan,

fiksasi terus bawah dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk tangan kanan

dibagian lateral depan kanan dan kiri setinggi atas simfisis)

Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang memfiksasi uterus bawah).

Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus uteri dan rasakan

bagian bayi yang ada pada bagian fundus dengan jalan menekan secara lembut

dan menggeser telapak tangan kiri dan kanan secara bergantian

PEMERIKSAAN DENYUT JANTUNG JANIN

1.      Stetoskop Laennec

Stetoskop yang dirancang khusus untuk dapat mendengarkan detak jantung janin

secara manual oleh pemeriksa dapat digunakan pada usia kehamilan 17-22 minggu.

Cara pemeriksaan menggunakan leanec:

a. Baringkan Ibu hamil dengan posisi telentang

b. Lakukan pemeriksaan Leopold untuk mencari posisi punggung janin

c. Letakkan stetoskop pada daerah sekitar punggung janin

d. Hitung total detak jantung janin

e. Catat hasil dan beritahu hasil pada klien

2.      USG (Ultra sonografi)

10

Page 11: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

USG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang memanfaatkan gelombang

ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz –

2000 kHz) yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor.

cara pemeriksaan

Pemeriksaan USG dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

a) Pervaginam

Memasukkan probe USG transvaginal/seperti melakukan pemeriksaan dalam.

1. Dilakukan pada kehamilan di bawah 8 minggu.

2. Lebih mudah dan ibu tidak perlu menahan kencing.

3. Lebih jelas karena bisa lebih dekat pada rahim.

4. Daya tembusnya 8-10 cm dengan resolusi tinggi.

5. Tidak menyebabkan keguguran.

b) Perabdominan

1. Probe USG di atas perut.

2. Biasa dilakukan pada kehamilan lebih dari 12 minggu.

3. Karena dari atas perut maka daya tembusnya akan melewati otot perut, lemak baru

menembus rahim.

3. NST

NST adalah cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi,

pada umur kehamilan ≥ 32 minggu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud

melihat hubungan perubahan denyut jantung dengan gerakan janin. Pemeriksaan ini

dapat dilakukan baik pada saat kehamilan maupun persalinan.

Pemeriksaan NST dilakukan untuk menilai gambaran djj dalam hubungannya

dengan gerakan / aktivitas janin..

Prosedur pelaksanaan :

1) Pasien ditidurkan secara santai semi fowler 45 derajat miring ke kiri

2) Tekanan darah diukur setiap 10 menit

3) Dipasang kardio dan tokodinamometer

4) Frekuensi jantung janin dicatat

5) Selama 10 menit pertama supaya dicatat data dasar bunyi

6) Pemantauan tidak boleh kurang dari 30 menit

11

Page 12: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

7) Bila pasien dalam keadaan puasa dan hasil pemantauan selama 30 menit tidak

reaktif, pasien diberi larutan 100 gram gula oral dan dilakukan pemeriksaan ulang 2

jam kemudian (sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari setelah 2 jam sarapan)

8) Pemeriksaan NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil NST secara

individual.

4. Doppler

Fetal Doppler adalah alat dalam biomedik yang sering digunakan untuk mendeteksi

detak jantung janin pada ibu hamil. Fetal Doppler menggunakan sensor Ultrasound

dengan frekuensi 2 MHz untuk mendeteksi detak jantung janin berdasarkan prinsip

doppler, yaitu memanfaatkan prinsip pemantulan gelombang yang dipancarkan oleh

sensor ultrasound.

Cara pemeriksaan menggunakan Doppler:

Alat dan bahan

- Doppler

- Jelly

Langkah-langkah pemeriksaan:

a. Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang

b. Beri jelly pada doppler /lineac yang akan digunakan

c. Tempelkan doppler pada perut ibu hamil didaerah punggung janin.

d. Hitung detak jantung janin :

i. Dengar detak jantung janin selama 1 menit, normal detak jantung janin 120-140 /

menit.

ii. Beri penjelasan pada pasien hasil pemeriksaan detak jantung janin

e. Jika pada pemeriksaan detak jantung janin, tidak terdengar ataupun tidak ada

pergerakan bayi, maka pasien diberi penjelasan dan pasien dirujuk ke RS.

f. Pasien dipersilahkan bangun

g. Catat hasil pemeriksaan jantung janin pada buku Kart Ibu dan Buku KIA

6. Lab :

A. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal pada pemeriksaan Lab ?

N Pada kasus Normal Interpretasi dan

12

Page 13: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

O mekanisme

1. Hb 11,2 g/dl 12-14 g/dl Rendah

2. Protein urin 2+ (-) Abnormal ,karena

kerusakan sel

glomerulus

mengakibatkan

meningkatnya

permeabilitas

membran basalis

sehingga terjadi

kebocoran dan

mengakibatkan

proteinuria.

3. Cylinder (-) (-) Normal

B. Bagaimana cara pemeriksaan proteinuria dan silinder ?

PEMERIKSAAN PROTEINURIA

1. Cara pemanasan asam asetat

        Alat dan Bahan

Alat :

1.      Tabung reaksi

2.      Penjepit tabung reaksi

3.      Rak tabung

4.      Pipet tetes

5.      Corong

6.      Pipet volume

7.      Lampu spiritus/ Bunsen

8.      Beker glass

Bahan :

1.      Asam Asetat 6%

2.      Urin patologis

        Cara Kerja

13

Page 14: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

1.      Isi urine normal pada tabung 1 dan urin patologis pada tabung 2 hingga dua per

tiga tabung

2.      Kedua tabung di miringkan, panaskan bagian atas urin  sampai mendidih

3.      Perhatikan apakah terjadi kekeruhan dibagian atas urin tersebut dengan cara

membandingkan dengan urin bagian bawah.

4.      Jika urine dalam tabung tidak terjadi kekeruahn  maka hasilnya negative

5.      jika urin dalam dalam tabung terjadi kekeruhan  maka tambahkan asam asetat 6%

sebanyak 3-5 tetes.

6.      Panaskan lagi sampai mendidih, Jika urine kembali bening/kekeruahn

menghilang maka hasilnya negatif. Jika kekeruahn urin tetap ada maka hasilnya

positif.

7.      Beri penilaian terhadap hasil pemeriksaan tersebut

        Cara menilai hasil :

  Tak ada kekeruhan                                             : -

  Ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir   : + (protein 0,01-0,05%)

  Kekeruhan mudah terlihat dengan butir-butir  : ++ (protein 0,05-0,2%)

  Kekeruhan jelas dan berkeping-keping   : +++ (protein 0,2-0,5%)

  Sangat keruh, berkeping besar atau bergumpal : ++++(> 0,5%)

2.  Dengan Dipstick

        Urin sewaktu

1.      Kumpulkan spesimen acak (random)/urin sewaktu.

2.      Celupkan strip reagen (dipstick) kedalam urin.

3.      Tunggu selama 60 detik, amati perubahan warna yang terjadi dan cocokkan

dengan bagan warna. 

        Spesimen urin 24 jam

1.      Kumpulkan urin 24 jam

2.      masukkan dalam wadah besar dan simpan dalam lemari pendingin.

3.      Jika perlu, tambahkan bahan pengawet.

4.      Ukur kadar protein dengan metodekolorimetri menggunakan fotometer

atau analyzer kimiawi otomatis.

8. Bagaimana epidemiologi pada kasus?

14

Page 15: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

Eklampsia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi di dunia

khususnya negara-negara sedang berkembang. Pada negara sedang berkembang frekuensi

dilaporkan berkisar antara 0,3 persen sampai 0,7 persen, sedang di negara-negara maju

angka eklampsia lebih kecil, yaitu 0,05 persen sampai 0,1 persen.Di Indonesia preeklampsia

berat dan eklampsia merupakan penyebab kematian ibu berkisar 1,5 persen sampai 25

persen, sedangkan kematian bayi antara 45 persen sampai 50 persen.Eklampsia

menyebabkan 50.000 kematian/tahun di seluruh dunia, 10 persen dari total kematian

maternal.Kematian preeklampsia dan eklampsia merupakan kematian obsetrik langsung,

yaitu kematian akibat langsung dari kehamilan, persalinan atau akibat komplikasi tindakan

pertolongan sampai 42 hari pascapersalinan.

9. Apa saja faktor resiko pada kasus?

Primigravida ,primipaternitas

Hiperplasentosis,misal :mola hidatidosa ,kehamilan multipel,diabetes melitus ,hidrops

fetalis ,bayi besar

Umur yang ekstrim

Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia

Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil

Obesitas

10. Apa diagnosis banding pada kasus?

Eklampsi

Epilepsi iatrogenik

Ensefalitis

Meningitis

Tumor otak

11. Bagaimana cara menegakan diagnosis pada kasus?

a. Anamnesis

Gejala atau keluhan utama :

- adanya kejang sejak 2 jam yang lalu

Riwayat perjalanan penyakit :

- Adanya gejala nyeri kepala, gangguan penglihatan

Riwayat penyakit terdahulu

- Penyakit grave 3 tahun yang lalu dan tidak pernah dikontrol

15

Page 16: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

- Riwayat hipertensi selama kehamilan (-)

- Riwayat hipertensi sebelum kehamilan (-)

- Riwayat epilepsi (-)

b. Pemeriksaan fisik

TD : 180/110 mmHg hipertensi berat

HR:120x/mnt takikardia

RR:24x/mnt takipneu

Edema pretibia

Pembesaran kelenjar tiroid

eksoptalmus

c. Pemeriksaan obstetri

Tinggi fundus 32 cm

FHR :150x/mnt

d. Pemeriksaan laboratorium

Hb:11,2 g/dl

Urine : protein +2

Cilinder (-)

16

Page 17: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

12. Apa working diagnosis pada kasus?

Nyonya Mima, 38 tahun, G4P3A0 menderita eklampsia.

13. Bagaimana patofisiologi pada kasus? (pada LI)

14. Bagaimana tata laksana (farmakologis dan non farmakologis) pada kasus?

1. Berikan Oksigen 4-6 l/menit.

2. Pasien berbaring dengan left lateral position untuk mencegah terjadinya aspirasi dan

penekanan terhadap vena cava.

3. Infus ringer laktat atau ringer asetat. Jumlah cairan dalam 24 jam sekitar 2000ml,

berpedoman pada dieresis, insensible water loss, dan CVP.

4. Pengontrolan kejang:

- MgSO4

Dosis awal: 10 g IM (dibagi 2 bokong kanan dan bokong kiri).

Dosis lanjutan: 5 g IM tiap 4-6 jam bergantian salah satu bokong.

Bila kejang berulang: MgSO4 20% 2 g IV, diberikan sekurang-kurangnya 20 menit

setelah pemberian terakhir.

Bila setelah diberikan dosis tambahan masih tetap kejang: Amobarbital 3-5 mg/kgBB IV

perlahan-lahan.

17

Page 18: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

5. Pengontrolan tekanan darah:

a. Untuk menurunkan tekanan darah yang sangat tinggi diberikan hidralazin sbb:

Jika tekanan diastolic 110 mmHg, diberikan 5mg hidralazin intravena dan tekanan darah

diperiksa tiap 5 menit, jika dalam 20 menit tekanan diastolic tidak turun menjadi 90-

100mmHg, diberikan 10 mg hidralazin intarvena dan tekanan diperiksa tiap 5 menit.

b. Hidralazin berikutnya diberikan jika tekanan diastolic mencapai 110 mmHg.

Jenis antihipertensi yang diberikan di Indonesia:

Nifedipin

Dosis awal: 10-20 mg, diulangi 30 menit bila perlu. Dosis maksimum 120 mg dalam 24

jam.

6. Monitoring

- Dependent upon the clinical course, regularly check neurologic status for signs of

increased intracranial pressure or bleeding (eg, fundiscopic examination, cranial

nerves)

- Monitor fluid intake and urine output, maternal respiratory rate, and oxygenation, as

indicated.

- Continuously monitor fetal status.

- Invasive monitoring: Pulmonary arterial pressure monitoring is rarely indicated but

may be helpful in patients who have evidence of pulmonary edema or

oliguria/anuria.

7. Induksi persalinan

Semua kehamilan dalam eklampsia harus di akhiri tanpa memandang umur kehamilan

dan keadaan janin. Terminasi kehamilan dilakukan bila sudah stabilisasi (pemulihan

hemodinamika dan metabolisme ibu, yaitu 4- 8 jam setelah salah satu atau lebih keadaan

dibawah ini:

a. Setelah pemberian obat antikejang terakhir

b. Setelah kejang terakhir

c. Setelah pemberian obat-obat antihipertensi terakhir

18

Page 19: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

d. Penderita mulai sadar ( responsive dan orientasi)

Terminasi:

- Belum inpartu:

a. Syarat drip oksitosin tidak terpenuhi → Seksio sesaria

b. Pelvic score >5 →Amniotomi, tetes pitosin; 12 jam belum masuk fase aktif →

Seksio sesaria

- Inpartu:

a. Kala I:

Fase laten: Amniotomi, tetes pitosin; 6 jam belum masuk fase aktif → Seksio

sesaria

Fase aktif: Amniotomi, tetes pitosin, l jam belum lengkap → Seksio sesaria

b. Kala II: Dipercepat EV/EF/SS tergantung syarat

Edukasi pasien

Patient education is important. Discussing warning symptoms of severe PIH and

preeclampsia prior to development of severe complications avoids delay in medical

intervention.

Konsultasi

Konsultasi pada ophthalmologist untuk mengevaluasi papilledema atau retinal pathology.

Follow UP

Follow up 1-2 minggu setelah induksi persalinan dengan memonitor tekanan darah dan

gejala-gejala residu akibat kejang eklampsia. Pasien dengan persistent hypertension lebih

dari 8 minggu puerperium atau neurologic changes mungkin membutuhkan medical

referral.

15. Bagaimana cara pencegahan pada kasus?

Rutin melakukan prenatal care.

19

Page 20: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

Diagnosis dini dan pemberian tatalaksana yang baik pada kasus preeclampsia.

16. Apa komplikasi pada kasus?

Solusio plasenta

Karena adanya takanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah pecah,

sehingga terjadi hematom retropalsenta yang dapat menyebabkan sebagian plasenta

dapat terlepas.

Hipofibrinogenemia

Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah , biasanya di bawah 100 mg

persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus secara berkala.

Perdarahan otak

Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada penderita

eklampsia.

Kelainan mata

Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu.

Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan tanda gawat akan

terjadinya apopleksia serebri.

Edema paru – paru

Nekrosis hati

 Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum.

Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan

enzim-enzimnya.

Sindroma HELLP

Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda : hemolisis, peningkatan

enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi endotel sistemik. Sindroma

HELLP dapat timbul pada pertengahan kehamilan trimester dua sampai beberapa hari

setelah melahirkan.

Kelainan ginjal

Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel

endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul

ialah anuria sampai gagal ginjal.

Kopmlikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang - 

kejang pneumonia aspirasi, dan DIC.

Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.

17. Bagaimana prognosis pada kasus?

20

Page 21: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

Dubia et bonam

18. SKDI ? 2

V. Learning Issue

1. Persiapan Persalinan pada Kehamilan dengan Eklampsia

2. Hipertensi dalam kehamilan

A.   Pengertian

Eklampsia berasal dari kata bahasa Yunani yang berarti “ halilintar “ karena

gejala eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam

kebidanan. Eklampsia juga disebut sebuah komplikasi akut yang mengancam nyawa dari

kehamilan , ditandai dengan munculnya kejang tonik - klonik , biasanya pada pasien

yang telah menderita preeklampsia . (Preeklamsia dan eklampsia secara kolektif disebut

gangguan hipertensi kehamilan dan toksemia kehamilan.) .

Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan atau masa

nifas yang di tandai dengan kejang ( bukan timbul akibat kelainan saraf ) dan atau koma

dimana sebelumnya sudah menimbulkan gejala pre eklampsia.)

Eklampsia termasuk kejang dan koma yang terjadi selama kehamilan. Menjelang

kejang – kejang dapat didahului dengan gejalanya :

·         Nyeri kepala di daerah frontal

·         Nyeri epigastrium

·         Penglihatan semakin kabur

·         Adanya mual muntah

·         Pemeriksaan menunjukkan hiperrefleksia atau mudah teransang.

Kemudian  dengan teori iskemia implantasi plasenta juga dapat terjadi berbagai

gejalanya eklampsia yaitu :

1.      Kenaikan tekanan darah

2.      Pengeluaran protein dalam urine

3.      Edema kaki, tangan sampai muka

4.      Terjadinya gejala subjektif :

·         Sakit kepala

·         Penglihatan kabur

·         Nyeri pada epigastrium

·         Sesak nafas

21

Page 22: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

·         Berkurangnya pengeluaran urine

5.      Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma

6.      Terjadinya kejang

Pada pemeriksaan darah kehamilan normal terdapat peningkatan angiontensin,

renin dan aldosteron sebagai kompensasi sehingga peredaran darah dan metabolisme

dapat berlangsung. Pada eklampsia maka terjadi penurunan angiotensin, renin dan

aldosteron tetapi dapat dijumpai edema, hipertensi dan proteinuria.

Berdasarkan waktu terjadinya eklampsia dapat di bagi :

1.      Eklampsia gravidarum

·         Kejadian 50% sampai 60 %

·         Serangan terjadi dalam keadaan hamil

2.      Eklampsia parturientum

·         Kejadian sekitar 30 % sampai 50 %

·         Saat sedang inpartu

·         Batas dengan eklampsia gravidarum sukar di tentukan terutama saat mulai inpartu

3.      Eklampsia puerperium

·         Kejadian jarang 10 %

·         Terjadi serangan kejang atau koma seletah persalinan berakhir

Kejang – kejang pada eklampsia terdiri dari 4 tingkat :

1.      Tingkat awal atau aura

·         Berlangsung 30 – 35 detik

·         Tangan dan kelopak mata gemetar

·         Mata terbuka dengan pandangan kosong

·         Kepala di putar ke kanan atau ke kiri

2.      Tingkat kejang tonik

·         Berlangsung sekitar 30 detik22

Page 23: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

·         Seluruh tubuh kaku : wajah kaku, pernafasan berhenti, dapat diikuti sianosis, tangan

menggenggam, kaki di putar kedalam, lidah dapat tergigit.

3.      Tingkat kejang klonik

·         Berlangsung 1 sampai 2 menit

·         Kejang tonik berubah menjadi kejang klonik

·         Konsentrasi otot berlangsung cepat

·         Mulut terbuka tertutup dan lidah dapat tergigit sampai putus

·         Mata melotot

·         Mulut berbuih

·         Muka terjadi kongesti dan tampak sianosis

·         Penderita dapat jatuh, menimbulkan trauma tambahan

4.      Tingkat koma

·         Setelah kejang klonik berhenti penderita menarik nafas

·         Diikuti,yang lamanya bervariasi

Selama terjadi kejang – kejang dapat terjadi suhu naik mencapai 40 ˚c, nadi

bertambah cepat, dan tekanan darah meningkat.

Kejang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu dan janin.

1.      Komplikasi ibu :

·         Dapat menimbulkan sianosis

·         Aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru

·         Tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan jantung

mendadak

·         Lidah dapat tergigit

·         Jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka – luka

·         Gangguan fungsi ginjal

23

Page 24: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

·         Perdarahan

·         Gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikhterus

2.      Komplikasi janin dalam rahim :

·         Asfiksia mendadak

·         Solusio plasenta

·         Persalinan prematuritas

Berbagai faktor yang mempengaruhi eklampsia :

·         Jumlah primigravida terutama primigravida muda

·         Distensi rahim berlebihan yaitu hidramnoin, hamil ganda dan mola hidatosa

·         Adanya penyakit yang menyertai kehamilan yaitu diabetes mellitus, kegemukan

·         Jumlah umur ibu di atas 35 tahun

B.    Etiologi eklampsia

Dengan penyebab kematian ibu adalah perdarahan otak, payah jantung atau

payah ginjal, dan aspirasi cairan lambung atau edema paru – paru. Sedangkan penyebab

kematian bayi adalah asfiksia intrauterine dan persalinan prematuritas.

Mekanisme kematian janin dalam rahim pada penderita eklampsia :

a.       Akibat kekurangan O2 menyebabkan perubahan metabolisme ke arah lemak dan

protein dapat menimbulkan badan keton

b.      Meransang dan mengubah keseimbangan nervus simfatis dan nervus vagus yang

menyebabkan :

·     Perubahan denyut jantung janin menjadi takikardi dan dilanjutkan menjadi bradikardi

serta irama yang tidak teratur

·     Peristaltis usus bertambah dan sfingter ani terbuka sehingga di keluarkannya mekonium

yang akan masuk ke dalam paru – paru pada saat pertama kalinya neonatus aspirasi.

c.       Sehingga bila kekurangan O2 dapat terus berlangsung keadaan akan bertambah gawat

sampai terjadinya kematian dalam rahim maupun di luar rahim .

Oleh sebab itu perlu memperhatikan  komplikasi dan tingginya angka kematian

ibu dan bayi. Maka usaha utama adalah mencegah pre eklampsia menjadi eklampsia

perlu diketahui bidan dan selanjutnya melakukan rujukan ke rumah sakit.

C.   Patofisiologi eklampsia

24

Page 25: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan yang

berlebihan dalam ruang interstitial. Bahwa pada eklampsia dijumpai kadar aldosteron

yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan normal.

Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air dan

natrium. Serta pada eklampsia permeabilitas pembuluh darah terhadap protein

meningkat.

Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan

gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi  pertumbuhan janin terganggu sehingga

terjadi gawat-janin sampai menyebabkan kematian karena kekurangan oksigenisasi.

Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering terjadi pada

eklampsia, sehingga mudah terjadi partus prematurus.

Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal menurun, sehingga

menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang penting ialah

dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi garam dan air.

Mekanisme retensi garam dan air akibat perubahan dalam perbandingan antara tingkat

filtrasi glomelurus dan tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Pada kehamilan normal

penyerapan ini meningkat sesuai dengan kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi

glomelurus akibat spasmus arteriolus ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui

glomerulus menurun, yang menyebabkan retensi garam dan retensi air. Filtrasi

glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal, sehingga menyebabkan diuresis turun

pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau anuria.

Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada

beberapa arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina disebabkan oleh

edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan . Setelah

persalinan berakhir, retina melekat lagi dalam 2 hari sampai 2 bulan. Skotoma, diplopia,

dan ambiliopia merupakan gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia.

Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks

serebri atau dalam retina.

Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita eklampsia. Komplikasi

disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan pada otak bahwa resistensi

pembuluh darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi  pada

25

Page 26: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

eklampsia. Sehingga aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen pada eklampsia akan

menurun.

Metabaolisme dan elektrolit yaitu hemokonsentrasi yang menyertai eklampsia sebabnya

terjadi pergeseran cairan dan ruang intravaskuler ke ruang interstisial. Kejadian ini,

diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan bertambahnya edema,

menyebabkan volume darah berkurang, viskositet darah meningkat, waktu peredaran

darah tepi lebih lama. Karena itu, aliran darah ke jaringan diberbagai bagian tubuh

berkurang  akibatnya hipoksia. Dengan perbaikan keadaan, hemokonsentrasi berkurang,

sehingga turunnya hematokrit dapat dipakai sebagai ukuran perbaikan keadaan penyakit

dan berhasilnya pengobatan.

Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk sementara.

Asidum laktikum dan asam organik lain naik, dan bikarbonas natrikus, sehingga

menyebabkan cadangan alkali turun. Setelah kejang, zat organik dioksidasi sehingga

natrium dilepaskan untuk dapat bereaksi dengan asam karbonik menjadi bikarbaonas

natrikus. Dengan demikian, cadangan alkali dapat pulih kembali. Pada kehamilan cukup

bulan kadar fibrinogen meningkat. Waktu pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang

ditemukan kurang dari 1 menit pada eklampsia.

D.   Diagnosis eklampsia

Eklampsia selalu didahului oleh pre eklampsia. Perawatan prenatal untuk

kehamilan dengan predisposisi pre eklampsia perlu ketat dilakukan agar dapat dideteksi

sedini mungkin gejala – gejala eklampsia. Sering di jumpai perempuan hamil yang

tampak sehat mendadak menjadi kejang – kejang eklampsia karena tidak terdeteksi

adanya pre eklampsia sebelumnya.

 Eklampsia harus dibedakan dari epilepsy ; dalam anamnesis diketahui adanya serangan

sebelum hamil atau pada hamil muda dengan tanda pre eklampsia tidak ada, kejang

akibat obat anastesi, koma karena sebab lain.

E.   Komplikasi eklampsia

Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin, usaha utama ialah

melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre eklampsia dan eklampsia.

Komplikasi yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi pada pre eklampsia berat dan

eklampsia :

1.      Solusio plasenta

26

Page 27: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

Karena adanya takanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah pecah,

sehingga terjadi hematom retropalsenta yang dapat menyebabkan sebagian plasenta

dapat terlepas.

2.      Hipofibrinogenemia

Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah , biasanya di bawah 100 mg

persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus secara berkala.

3.      Hemolisis

Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan integritas membran sel

darah merah yang menyebabkan pelepasan hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik

hemolisis yang dikenal karena ikterus.

4.      Perdarahan otak

Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada penderita

eklampsia.

5.      Kelainan mata

Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu.

Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan tanda gawat akan

terjadinya apopleksia serebri.

6.      Edema paru – paru

7.      Nekrosis hati

 Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum.

Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan

enzim-enzimnya.

8.      Sindroma HELLP

Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda : hemolisis, peningkatan

enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi endotel sistemik. Sindroma

HELLP dapat timbul pada pertengahan kehamilan trimester dua sampai beberapa hari

setelah melahirkan.

9.      Kelainan ginjal

Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel

endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul

ialah anuria sampai gagal ginjal.

10.  Kopmlikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang - 

kejang pneumonia aspirasi, dan DIC.

11.  Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.

27

Page 28: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

F.    Prognosa eklampsia

Berdasarkan keparahan gejala yang dialami Mrs.Mima ini, dengan tatalaksana yang baik

dan respon pengobatan yang baik maka prognosis untuk pasien ini dubia ad bonam.

G.  Penanganan eklampsia

Tujuan utama penanganan eklampsia adalah menghentikan berulangnya serangan

kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan

ibu mengizinkan. Penanganan yang dilakukan :

·         Beri obat anti konvulsan

·         Perlengkapan untuk penanganan kejang

·         Lindungi pasien dari kemungkinan trauma

·         aspirasi mulut dan tenggorokan

·         baringkan pasien pada sisi kiri

·         posisikan secar trandelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi

·         berikan oksigen 4 – 6 liter / menit.

H. Pengobatan

8. Berikan Oksigen 4-6 l/menit.

9. Pasien berbaring dengan left lateral position untuk mencegah terjadinya aspirasi dan

penekanan terhadap vena cava.

10. Infus ringer laktat atau ringer asetat. Jumlah cairan dalam 24 jam sekitar 2000ml,

berpedoman pada dieresis, insensible water loss, dan CVP.

11. Pengontrolan kejang:

- MgSO4

Dosis awal: 10 g IM (dibagi 2 bokong kanan dan bokong kiri).

Dosis lanjutan: 5 g IM tiap 4-6 jam bergantian salah satu bokong.

Bila kejang berulang: MgSO4 20% 2 g IV, diberikan sekurang-kurangnya 20 menit

setelah pemberian terakhir.

Bila setelah diberikan dosis tambahan masih tetap kejang: Amobarbital 3-5 mg/kgBB IV

perlahan-lahan.

28

Page 29: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

12. Pengontrolan tekanan darah:

c. Untuk menurunkan tekanan darah yang sangat tinggi diberikan hidralazin sbb:

Jika tekanan diastolic 110 mmHg, diberikan 5mg hidralazin intravena dan tekanan darah

diperiksa tiap 5 menit, jika dalam 20 menit tekanan diastolic tidak turun menjadi 90-

100mmHg, diberikan 10 mg hidralazin intarvena dan tekanan diperiksa tiap 5 menit.

d. Hidralazin berikutnya diberikan jika tekanan diastolic mencapai 110 mmHg.

Jenis antihipertensi yang diberikan di Indonesia:

Nifedipin

Dosis awal: 10-20 mg, diulangi 30 menit bila perlu. Dosis maksimum 120 mg dalam 24

jam.

13. Monitoring

- Dependent upon the clinical course, regularly check neurologic status for signs of

increased intracranial pressure or bleeding (eg, fundiscopic examination, cranial

nerves)

- Monitor fluid intake and urine output, maternal respiratory rate, and oxygenation, as

indicated.

- Continuously monitor fetal status.

- Invasive monitoring: Pulmonary arterial pressure monitoring is rarely indicated but

may be helpful in patients who have evidence of pulmonary edema or

oliguria/anuria.

14. Induksi persalinan

Semua kehamilan dalam eklampsia harus di akhiri tanpa memandang umur kehamilan

dan keadaan janin. Terminasi kehamilan dilakukan bila sudah stabilisasi (pemulihan

hemodinamika dan metabolisme ibu, yaitu 4- 8 jam setelah salah satu atau lebih keadaan

dibawah ini:

e. Setelah pemberian obat antikejang terakhir

f. Setelah kejang terakhir

g. Setelah pemberian obat-obat antihipertensi terakhir

29

Page 30: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

h. Penderita mulai sadar ( responsive dan orientasi)

Terminasi:

- Belum inpartu:

c. Syarat drip oksitosin tidak terpenuhi → Seksio sesaria

d. Pelvic score >5 →Amniotomi, tetes pitosin; 12 jam belum masuk fase aktif →

Seksio sesaria

- Inpartu:

c. Kala I:

Fase laten: Amniotomi, tetes pitosin; 6 jam belum masuk fase aktif → Seksio

sesaria

Fase aktif: Amniotomi, tetes pitosin, l jam belum lengkap → Seksio sesaria

d. Kala II: Dipercepat EV/EF/SS tergantung syarat

Edukasi pasien

Patient education is important. Discussing warning symptoms of severe PIH and

preeclampsia prior to development of severe complications avoids delay in medical

intervention.

Konsultasi

Konsultasi pada ophthalmologist untuk mengevaluasi papilledema atau retinal pathology.

Follow UP

Follow up 1-2 minggu setelah induksi persalinan dengan memonitor tekanan darah dan

gejala-gejala residu akibat kejang eklampsia. Pasien dengan persistent hypertension lebih

dari 8 minggu puerperium atau neurologic changes mungkin membutuhkan medical

referral.

     

30

Page 31: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

V. Kerangka Konsep

31

Page 32: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

32

Page 33: analisis SKENARIO B BLOK 23 2013.docx

DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W. A Newman. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28. Jakarta:EGC

Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Prawirohardjo, Sarwono.2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

33