Laporan Stela Fieldtrip 2 Jatikerto (Fix Gilang)

47
LAPORAN FIELDTRIP SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN PERKEMBANGAN KLASIFIKASI TANAH DENGAN JANGKA 10 TAHUN DI JATIKERTO ASISTEN: ISTNAINI ZAKIYYAH DARAJAH OLEH: KELOMPOK A2 KAMIS, 15.05 – 16.45 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

description

Stela

Transcript of Laporan Stela Fieldtrip 2 Jatikerto (Fix Gilang)

LAPORAN FIELDTRIPSURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHANPERKEMBANGAN KLASIFIKASI TANAH DENGAN JANGKA 10 TAHUN DI JATIKERTO

ASISTEN:ISTNAINI ZAKIYYAH DARAJAH

OLEH:KELOMPOK A2KAMIS, 15.05 16.45

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2014BAB IPENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANGTanah merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki banyak fungsi penting dalam ekosistem, diantaranya adalah sebagai media pertumbuhan tanaman, habitat bagi jasad tanah, media konstruksi/rekayasa, sistem daur ulang bagi unsur hara dan sisa sisa organik serta sistem bagi pasokan dan penyaringan air. Prediksi sifat-sifat tanah dan tanggapannya terhadap berbagai pengolahan sangat diperlukan kedalam bidang pertanian, untuk kajian kelayakan dan perencanaan pada proyek-proyek pengembangan wilayah serta untuk berbagai pekerjaan keteknikan. Untuk mencapai maksud tersebut, sangatlah perlu menentukan pola-pola tutupan lahan dan membagi pola-pola tersebut ke dalam satuan-satuan yang relatif homogen, memetakan sebaran satuan-satuan tersebut sehingga memungkinkan diprediksinya daerah-daerah tersebut dan menentukan karakteristik satuan peta sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai acuan evaluasi lahan. Setelah melakukan kegiatan survei dan pemetaan sumber daya lahan di lapangan kegiatan selanjutnya adalah mengevaluiasi lahan. Evaluasi lahan pada dasar merupakan proses untuk menduga potensi sumber daya lahan untuk berbagai penggunaan. Adapun kerangka yang mendasar dari evaluasi sumber daya lahan adalah membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat sumber daya yang ada pada lahan tersebut. Dalam evaluasi lahan sifat-sifat lingkungan fisik dan kimia suatu wilayah dirincikan dalam kualitas lahan dan tiap kualitas lahan dapat terdiri dari satu karakteristik lahan yang umum memiliki hubungan satu sama lainnya. Karakteristik lahan adalah sifat-sifat tanah yang dapat diukur atau diduga. Kualitas lahan adalah sifat tanah yang kompleks dan berperan pada penggunaan lahan yang spesifik.

1.2TUJUANTujuan dilaksanakan fieldtrip kedua ini adalah: Untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam pelaksanaan survei tanah dan evaluasi lahan. Untuk mengetahui kondisi serta jenis tanah pada daerah survei, dan mengetahui kesesuaian serta kemampuan lahan pada daerah survei.

1.3MANFAATManfaat dari pelaksanaan fieldtrip kedua ini adalah: Kita dapat mengetahui tahapan-tahapan dalam survei tanah dan evaluasi lahan. Kita dapat mengetahui kondisi serta jenis tanah pada lahan. Kita dapat mengetahui kesesuaian dan kemampuan lahan pada daerah survei.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1TOPOGRAFI JATIKERTOJatikerto merupakan nama salah satu desa yang terletak di Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Secara astronomis, Kecamatan Kromengan terletak di antara 112,2776 sampai 112,3231 bujur timur dan 8,0882 sampai 8,0567 lintang selatan. Letak geografi desa Jatikerto adalah dataran dengan tingkat topografi yang relatif datar. Termasuk dataran rendah dengan ketinggian tempat 220 400 m di atas permukaan laut. Jika dilihat dari letak topografisnya, daerah ini terletak di lereng bawah Gunung Pitrang dengan bahan induk penyusun tanahnya didominasi oeh bahan alluvium dan fluvent. Daerah ini memiliki landform datar hingga bergelombang dengan kemiringan berkisar antara 0 40%. Suhu udara pada daerah ini berkisar 13 - 31C dengan curah hujan pertahun 1600 5000 mm. (Darmawan & Soemarno, 2000).

2.2 DEFINISI KLASIFIKASI TANAH2.2.1Klasifikasi TanahKlasifikasi tanah merupakan kegiatan membeda-bedakan atau mengelompokkan tanah berdasarkan sifat-sifatnya yang bertujuan untuk mengetahui sifat dan ciri tanah pada masing-masing kelompok tanah sehingga memudahkan pengguna tanah untuk mengelola tanah tersebut agar dapat berproduksi secara maksimal.Jenis tanah merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan tanaman karena perbedaan jenis tanah mempengaruhi sifat-sifat dari tanah tersebut. Untuk memahami hubungan antara jenis tanah, diperlukan pengetahuan yang mampu mengelompokkan tanah secara sistematik sehingga dikenal banyak sekali sistem klasiifikasi yang berkembang. Untuk mempelajari hubungan antar jenis tanah maka sistem klasifikasi tanah dibagi menjadi berikut (Sutano, 2005):1. Klasifikasi alamiKlasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat tanah yang dimiliki tanpa menghubungkan sama sekali dengan tujuan penggunaannya. Klasifikasi ini memberikan gambaran dasar terhadap sifat fisik, kimia dan mineralogi tanah yang dimiliki masing-masing kelas dan selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar pengelolaan bagi berbagai penggunaan tanah. Contoh sistem klasifikasi tanah yang digunakan adalah sistem taksonomi tanah menurut USDA.

2. Klasifikasi teknisKlasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kemampuan untuk penggunaan tertentu. Misalnya untuk menanam tanaman semusim, tanah diklasifikasikan atas dasar sifat-sifat tanah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman semusim seperti kelerengan, tekstur, pH dan lain-lain. Contoh klasifikasi tanah yang digunakan adalah sistem klasifikasi kemampuan lahan menurut USDA dan sistem klasifikasi kesesuaian lahan menurut FAO.

Sistem Taksonomi Tanah USDA merupakan satu-satunya sistem klasifikasi tanah yang digunakan di Indonesia dalam kegiatan survei dan pemetaan tanah sejak diputuskan dalam Kongres HITI pada Desember 1989 (Rayes, 2007).Untuk dapat mengklasifikasikan tanah, data deskripsi minipit atau profil tanah disertai data iklim seperti rezim lengas tanah dan rezim suhu tanah harus diperoleh terlebih dahulu. Kemudian dengan mengacu pada buku Key to Soil Taxonomy yang diterbitkan oleh Soil Survey Staff (2003 atau versi terbaru), dapat dilakukan klasifikasi tanah mulai dari kategori ordo sampai seri tergantung dari tujuan survei atau macam peta tanah yang akan dibuat.

2.2.2Kategori dalam Taksonomi Tanah Sistem USDADalam sistem Taksonomi Tanah USDA, terdapat 6 kategori yang tersusun secara berhirarki, yaitu ordo (order), sub-ordo (sub-order), Grup (great group), Sub-grup (Sub-group), Famili (family), dan seri. Dari kategori tertinggi (ordo) ke kategori terendah (seri), uraian mengenai sifat-sifat tanah semakin detail. Namun klasifikasi tanah yang dilakukan dalam pemetaan ini hanya sampai tingkat sub-grup.Penggolongan tanah dalam ordo, sub-ordo dan grup ditekankan pada sifat-sifat tanah yang merupakan hasil proses pembentukan tanah yang dominan dan menentukan tingkat perkembangan tanah yang bersangkutan.

1. Ordo Tanah (Order)Ordo tanah dibedakan berdasarkan ada tidaknya serta jenis horizon penciri (diagnostic horizon) atau sifat-sifat tanah lain yang merupakan hasil dari proses pembentukan tanah. Nama-nama ordo selalu diakhiri dengan huruf sol (solum: tanah) dengan suku kata pertama menggunakan sebagaimana dari kata Yunani atau Latin yang menunjukkan sifat penciri utama dari ordo tersebut. Berdasarkan morfologi horizon-horizon penciri dan sifat-sifat penciri lainnya, tanah di permukaan bumi ini dapat dikelompokkan ke dalam 12 ordo (Rayes, 2007) sebagai berikut:a. GelisolTanah mengalami permafrost (bahan-bahan atau horizon yang membeku secara permanen, atau bahan gelik (bahan tanah mineral atau organik yang memiliki krioturbasi dan/ atau es dalam bentuk lensa/baji).Akhiran untuk kategori lain: ELDari asal kata: Gel, jellySetara dengan: -Kesuburan alaminya: sedang

b. EntisolsTanah tidak memiliki horizon pedogenik (berasal dari pembentukan tanah) yang jelas. Tanah ini juga tidak mempunyai horizon bawah penciri / diagnostik, terkecuali epipedon okrik, albik atau plaggen dan anthropik, epipedon yang dihasilkan oleh pengaruh manusia.Akhiran untuk kategori lain: ENTDari asal kata: Recent (baru)Setara dengan: Aluvial, Regosol, Litosol, Ranker atau tanah berbatu lainnyaKesuburan alaminya: rendah-sedang

c. VertisolsTanah dengan kandungan liat tipe 2:1 (smektit / montmorillonit) > 30% dan terdapat retakan-retakan, gilgei, dan/atau bidang kilir (slickensides).Akhiran untuk kategori lain: ERTDari asal kata: Verto, berubahSetara dengan: Grumusol, Black Tropical Clays

d. InceptisolsTanah dengan horizon bawah penciri kambik, telah terdapat proses pembentukan tanah alterasi, seperti terbentuknya struktur, kenaikan liatpada horizon B, perubahan warna horizon B (hue dan chroma bertambah tinggi), terbentuknya epipedon mollik, umbrik, histik, juga padas (duripan).Akhiran untuk kategori lain: EPTDari asal kata: Inceptum, permulaanSetara dengan:Andosol, Kambisol, Latosol, Aluvial, Regosol, Brown Forest soil, Glei Humus.Kesuburan alaminya: rendah-tinggi

e. AndisolsTanah yang terbentuk dari bahan abu volkan muda, memiliki bobot isi rendah , mengandung mineral-mineral berordo pendek atau mineral amorf (alofan dan imogolit) srta berpotensi fiksasi fosfat tinggi.Akhiran untuk kategori lain: ANDDari asal kata: Ando, tanah hitamSetara dengan: Andosol, Regosol volkanKesuburan alaminya: sedang-tinggi

f. AridisolsTanah di daerah iklim kering: arid, semi arid, yaitu di wilayah gurun dan semi gurun, mempunyai epipedon okrik dan anthropik serta horizon bawah penciri argilik atau natrik.Akhiran untuk kategori lain: IDDari asal kata: Aridus, sangat keringSetara dengan: Solonetz, Sicrozem, SolonchaksKesuburan alaminya: rendah-sedang

g. MollisolsTanah dengan epipedon mollik dan horizon bawah penciri argilik, kandik, natrik, atau kambik serta memiliki kejenuhan basa yang tinggi (KB > 50%).Akhiran untuk kategori lain: OLLDari asal kata: Mollis, lunakSetara dengan: Brunizem, Rendzina, Chesnut soils, Chemozem, Solonetz, Brown Forest soils, Glei Humus.Kesuburan alaminya: tinggi

h. SpodosolsTanah dengan horizon spodik atau plasik dan dapat memiliki padas fragipan atau horizo albik.Akhiran untuk kategori lain: ODDari asal kata: Spodos, abuSetara dengan: Podzols, Podsol Air Tanah, Brown Podzolic Soils.Kesuburan alaminya: rendah

i. AlfisolsTanah dengan horizon argilik, kandik, atau natrik, dengan KB > 35%.Akhiran untuk kategori lain: ALFDari asal kata: dari Al dan FeSetara dengan: Planosol, Non Calcic Brown, Grey Brown Podzolic, Mediteran.Kesuburan alaminya: tinggi

j. UltisolsTanah dengan horizon argilik atau kandik, dengan atau tanpa padas fragipan, serta KB