LAPORAN PUSKESMAS

49
UPAYA KESEHATAN WAJIB PUSKESMAS Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas sebelum dilakukan PBL Dosen pembimbing: dr. Siti Amaliah, M.Kes Disusun oleh : Nuzulia Ni’matina H2A010037 PROGRAM STUDI S1 KEDOKTERAN 0

description

laporan pbl

Transcript of LAPORAN PUSKESMAS

Page 1: LAPORAN PUSKESMAS

UPAYA KESEHATAN WAJIB

PUSKESMAS

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas sebelum dilakukan PBL

Dosen pembimbing: dr. Siti Amaliah, M.Kes

Disusun oleh :

Nuzulia Ni’matina H2A010037

PROGRAM STUDI S1 KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2010/2011

0

Page 2: LAPORAN PUSKESMAS

BAB 1

PENDAHULUAN

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinak kesehatan kabupaten/kota

yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

wilayah kerja.

Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) sebagai ujung tombak upaya

kesehatan (baik upaya kesehatan masyarakat maupun upaya kesehatan

perorangan) juga dilakukan reformasi. Pembahasan selama 2 tahun lebih

menghasilkan kebijakan dasar puskesmas yang telah tertuang dalam SK Menteri

kesehatan nomor: 128/MENKES/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar pusat

kesehatan masyarakat.

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehtan melalui puskesmas yakni

terwujudnya kecamatan sehat menuju Indonesia sehat, puskesmas bertanggung

jawab menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika

ditinjau dari system kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat

pertama.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai upaya kesehatan wajib

puskesmas.

1

Page 3: LAPORAN PUSKESMAS

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan

berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya

ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan

wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah

Indonesia.

Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:

a. Upaya promosi kesehatan

b. Upaya kesehatan lingkungan

c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana

d. Upaya perbaikan gizi masyarakat

e. Upaya pencegahan dan pemeberantasan penyakit menular

f. Upaya pengobatan

A. UPAYA PROMOSI KESEHATAN

a) Pengertian promosi kesehatan

Promosi kesehatan à suatu proses untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatan mereka.maupun upaya yang dilakukan terhadap

masyarakat. sehingga mereka mau dan mampu memelihara dan

meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Ottawa Charter ,1986).

Promosi kesehatan à Suatu program perubahan perilaku

masyarakat yang menyeluruh dalam konteks masyarakatnya,

Bukan hanya perubahan perilakunya saja, tetapi juga terjadi

perubahan lingkungannya. (Victorian Health Fondation

Australia,1997).

b) Program Promosi Kesehatan (Promkes)

2

Page 4: LAPORAN PUSKESMAS

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM), Sosialisasi Program

Kesehatan, Survey Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Penilaian

Strata Posyandu

c) Perencanaan PKM di wilayah kerja puskesmas [1]

1. Menentukan Tujuan Promosi Kesehatan

Pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan adalah untuk

mencapai 3 hal, yaitu :

a. Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat

b. Peningkatan perilaku masyarakat

c. Peningkatan status kesehatan masyarakat

Menurut Green (1990) tujuan promosi kesehatan terdiri dari 3

tingkatan, yaitu :

a. Tujuan Program

Merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam

periode waktu tertentu yang berhubungan dengan status

kesehatan.

b. Tujuan Pendidikan

Merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dapat

mengatasi masalah kesehatan yang ada.

c. Tujuan Perilaku

Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus tercapai

(perilaku yang diinginkan). Oleh sebab itu, tujuan perilaku

berhubungan dengan pengetahuan dan sikap.

2. Menentukan Sasaran Promosi Kesehatan

3

Page 5: LAPORAN PUSKESMAS

Di dalam promosi kesehatan yang dimaksud dengan sasaran

adalah kelompok sasaran, yaitu individu, kelompok maupun

keduanya.

3. Menentukan Isi/Materi Promosi Kesehatan

Isi promosi kesehatan harus dibuat sesederhana mungkin

sehingga mudah dipahami oleh sasaran. Bila perlu buat

menggunakan gambar dan bahasa setempat sehingga sasaran

mau melaksanakan isi pesan tersebut.

4. Menentukan Metode

Pengetahuan : penyuluhan langsung, pemasangan poster, spanduk,

penyebaran leaflet, dll

Sikap : memberikan contoh konkrit yang dapat menggugah emosi,

perasaan dan sikap sasaran, misalnya dengan memperlihatkan foto,

slide atau melalui pemutaran film/video.

Keterampilan : sasaran harus diberi kesempatan untuk mencoba

keterampilan tersebut. Pertimbangkan sumber dana & sumber

daya.

5. Menetapkan Media

Teori pendidikan : belajar yang paling mudah adalah dengan

menggunakan media.

Media yang dipilih harus bergantung pada jenis sasaran, tk

pendidikan, aspek yang ingin dicapai, metode yang digunakan dan

sumber daya yang ada.

6. Menyusun Rencana Evaluasi

4

Page 6: LAPORAN PUSKESMAS

Harus dijabarkan tentang kapan evaluasi akan dilaksanakan,

dimana akan dilaksanakan, kelompok sasaran yang mana akan

dievaluasi & siapa yang akan melaksanakan evaluasi tersebut

7. Menyusun Jadwal Pelaksanaan

Merupakan penjabaran dari waktu,tempat & pelaksanaan yang

biasanya disajikan dalam bentuk gan chart.

d) Hambatan-hambatan dalam penyelenggaraan promosi kesehatan [2]

Penelitian tentang tujuan kesehatan selama tahun 1990-an (di

Amerika) memperlihatkan semakin pentingnya promosi kesehatan.

Kurangnya program promosi kesehatan tampaknya merupakan alasan

masih banyaknya hambatan yang muncul.

Menurut taylor (1991) hambatan dalam penyelenggaraan tersebut

diuraikan berikut ini:

1. Struktur dan sikap medical establishment.

Hal ini lebih mendorong menyembuhkan daripada mencegah,

akibatnya upaya pendidikan, pencegahan, dan promosi kesehatan

diabaikan. Lebih lanjut, kadang-kadang menemukan orang yang

berisiko memerlukan waktu serta biaya dan bagi seorang dokter

lebih mudah memberikan pengobatan kepada para pasien untuk

menurunkan tekanan darah daripada meyakinkan pasien untuk

berhenti merokok.

2. Hambatan individual.

Hal ini berkaitan dengan kebiasaan dan persepsi risiko. Kebiasaan

kesehatan yang dipelajari sejak kecil terkadang sulit diubah,

demikian juga persepsi.

3. Jaring koperasi dan perencanaan yang rumit.

Hal ini mencakup pelaku riset dan praktisi dari berbagai

disiplin ilmu yang berbeda, serta policy makers (pembuat

kebijakan) pada masing-masing tingkat.sebelum program dianggap

5

Page 7: LAPORAN PUSKESMAS

efektif, diperlukan studi, perencanaaan yang cermat, pelaksanaan,

dan penilaian, kemudian direncanakan kembali.

Terdapat jurang pemisah antara pengembangan teknologi

perubahan yang efektif dan penggunaan teknologi oleh pelaksana.

Hal ini berkaitan dengan penggunaan model, metode, dan media

yang sesuai. Pemberian contoh dalam menangani kesulitan

individu melalui diskusi empat mata atau kelompok kecil dapat

efektif menangani masalh emosional, tetapi tidak dapat diharapkan

berhasil mengubah perilaku kesehatan. Oleh sebab itu, perlu

dikembangkan intervensi yang tidak hanya efektif secara pribadi,

tetapi dipolakan untuk konsumsi massa.

B. UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN

a) Kegiatan pokok upaya kesehatan lingkungan

Ada 5 (lima) upaya dasar kesehatan lingkungan yang sering dan

penting dilakukan yakni : [3]

1. Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB)

Kegiatan upaya penyehatan air meliputi : Surveilans kualitas air,

Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih, Pemeriksaan kualitas air,

Pembinaan kelompok pemakai air.

2. Penyehatan Lingkungan Pemukiman (Pemeriksaan Rumah)

Sarana sanitasi dasar yang dipantau, meliputi jamban keluarga (Jaga),

saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan tempat pengelolaan

sampah (TPS)

3. Penyehatan Tempat-tempat Umum (TTU)

Penyehatan Tempat-Tempat Umum meliputi hotel dan tempat

penginapan lain, pasar, kolam renang dan pemandian umum lain,

6

Page 8: LAPORAN PUSKESMAS

sarana ibadah, sarana angkutan umum, salon kecantikan, bar dan

tempat hiburan lainnya. Dilakukan upaya pembinaan institusi Rumah

Sakit dan sarana kesehatan lain, sarana pendidikan, dan perkantoran.

4. Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM)

Secara umum penyehatan TPM bertujuan untuk melakukan pembinaan

teknis dan pengawasan terhadap tempat penyehatan makanan dan

minuman, kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB keracunan,

kewaspadaan dini serta penyakit bawaan makanan.

5. Pemeriksaan Jentik Nyamuk

Bersama kader juru pengamatan jentik, petugas sanitasi puskesmas,

melakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang mungkin

menjadi perindukan nyamuk dan tumbuhnya jentik. Kemudian

dihitung, berapa rumah penduduk yang mengalami bebas jentik.

Sesuai dengan masalah-masalah kesehatan lingkungan tersebut

maka program pada Pelita VI dalam tahap I(pertama) PJPT II adalah

meningkatkan mutu pelayanan kwalitas higiene dan sanitasi di puskesmas

meliputi :

1. Meningkatkan mutu Penyediaan Air Bersih ( PAB )

2. Meningkatkan mutu pembuangan kotoran

3. Sanitasi Tempat-tempat umum ( STTU )

4. Tempat Pembuatan dan Penjualan Makanan/minuman (TP2M)

5. Pengawasan vektor penyakit

6. Penyuluhan

7. Penyehatan Air

1. Inspeksi sanitasi sarana air bersih

2. Peminaan kelompok masyarakat / kelompok peamakai air

8. Hysiene dan Sanitasi makanan dan minuman

7

Page 9: LAPORAN PUSKESMAS

1. Inspeksi dan Snitasi tempat pengelolaan makanan dan

minuman ( non industri RT )

2. Pembinaan tempat pengelolaan makanan ( non Industri RT )

9. Penyehatan lingkungan pemukiman dan jamban keluarga

1. Inspeksi Sanitasi ( IS ) rumah

10. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum dan industri

1. Inspeksi sanitasi tempat-tempat umum

2. Pemantaun berkala sanitasi tempat-tempat umum

3. Pengawasan sanitasi industri rumah tangga ( makanan dan

minuman )

11. Pengamanan tempat pengelolaan pestisida

1. Inspeksi sanitasi sarana pestisida

2. Pembinaan tempat pengelolaan pestisida

12. Klinik sanitasi puskesmas

1. Klinik sanitasi ( konseling )

2. Kunjungan rumah

13. Pengendalian vektor

Pengawasan tempat-tempat potensial perindukan vektor di

pemukiman penduduk sekitarnya

b) Program-program sanitasi dan kesehatan lingkungan

Pengawasan Kesehatan Lingkungan : SPAL (saluran pembuangan

air limbah), SAMIJAGA (sumber air minum-jamban keluarga).

Pemeriksaan Sanitasi : TTU (tempat-tempat umum), Institusi

Perkantoran, Survey Jentik Nyamuk (SJN).

c) SAMIJAGA [4]

Kesehatan lingkungan pemukiman ditingkatkan melalui

pengawasan : kualitas air bersih dan air minum, jamban keluarga,

tempat pembuangan sampah sementara dan akhir, tempat-tempat

umum serta penyediaan berbagai sarana sanitasi lingkungan

pemukiman sebagai stimulan. Peningkatan kualitas lingkungan

8

Page 10: LAPORAN PUSKESMAS

dilakukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan pemukiman,

perumahan dan bangunan yang memenuhi syarat kesehatan sehingga

masyarakat dapat hidup sehat dan produktif serta terhindar dari

penyakit yang ditularkan melalui atau disebabkan oleh lingkungan

yang tidak sehat (UU Kesehatan No. 23 tahun 1992).

Kesehatan lingkungan di negara-negara yang sedang berkembang

berkisar pada sanitasi (jamban), penyediaan air minum, perumahan,

pembuangan sampah, dan pembuangan air limbah (air kotor)

(Notoatmodjo 2000 : 147).

Di Indonesia, penduduk pedesaan yang menggunakan air bersih

baru mencapai 67,3%. Dari angka tersebut hanya separuhnya (51,4%)

yang memenuhi syarat bakteriologis. Sedangkan penduduk yang

menggunakan jamban sehat (WC) hanya 54%. Itulah sebabnya

penyakit diare sebagai salah satu penyakit yang ditularkan melalui air

masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan angka

kesakitan 374 per 1000 penduduk. Selain itu diare merupakan

penyebab kematian nomor 2 pada Balita dan nomor 3 bagi bayi serta

nomor 5 bagi semua umur (Tahun 2007)

C. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK SERTA KELUARGA

BERENCANA

Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan program kesehatan ibu anak

(bayi) dan Pelayanan Medik KB meliputi beberapa fase antara lain :

Masa janin dalam kandungan, masa menyusui dan masa balita. Dari

ruang lingkup ini dapat diketahui bahwa Program Kesehatan Ibu Anak

(bayi) dan Pelayanan Medik KB untuk mendukung meningkatnya

derajat kesehatan masyrakat yang optimal.

Selama kurun waktu tahun 2009 telah dilaksanakan berbagai upaya

kegiatan untuk mendukung Visi dan Misi Program Kesehatan Ibu Anak

(bayi) dan Pelayanan Medik KB, untuk mengetahui sejauh mana dampak

9

Page 11: LAPORAN PUSKESMAS

dari kegiatan yang telah dilaksanakan, maka dapat diukur dengan

menggunakan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.

a) Kegiatan pokok pelayanan KIA/KB

Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan

meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan

efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada

kegiatan pokok sebagai berikut:

1. Peningkatan pelayanan antenatal bagi seluruh ibu hamil di semua

pelayanan kesehatan dengan mutu sesuai standar serta menjangkau

seluruh sasaran

2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

diarahkan ke fasilitas kesehatan.

3. Peningkatan pelayanan kesehatan bayi baru lahir, bayi dan anak

balita di semua pelayanan kesehatan yang bermutu dan sesuai

standar serta menjangkau seluruh sasaran.

4. Peningkatan deteksi dini risiko/komplikasi kebidanan dan bayi

baru lahir oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.

5. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir

secara adekuat dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga

kesehatan.

6. Peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi dan anak

balita sesuai standar dan menjangkau seluruh sasaran.

7. Peningkatan pelayanan KB berkualitas.

8. Peningkatan deteksi dini tanda bahaya dan penanganannya sesuai

standar pada bayi baru lahir, bayi dan anak balita.

9. Peningkatan penanganan bayi baru lahir dengan komplikasi sesuai

standar

b) Program-program KIA/KB

10

Page 12: LAPORAN PUSKESMAS

Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) à ANC (Antenatal

Care), PNC (Post Natal Care), Pertolongan Persalinan,  Rujukan

Ibu Hamil Risiko Tinggi, Pelayanan Neonatus, Kemitraan Dukun

Bersalin, Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).

Program Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana

(KB) à Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), Imunisasi

Calon Pengantin (TT Catin), Pelayanan KB Pasangan Usia Subur

(PUS), Penyuluhan KB.

c) Hambatan pelayanan KIA/KB

Dalam Pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan Ibu

Anak (bayi) dan Pelayanan Medik KB ada beberapa masalah dan

hambatan yang ada adalah sebagai berikut:

1. Masih rendahnya koordinasi lintas program dan lintas sektor di

tingkat kecamatan

2. Masih rendahnya partisipasi masyarakat untuk berkunjung ke

posyandu dalam rangka pemantauan pertumbuhan balita

3. Pendanaan yang sangat minim terutama APBD

4. Rendahnya Kegiatan penyuluhan kepada masyarakat / ibu hamil

5. Masih adanya Kematian bayi dan Ibu

d) administrasi kegiatan upaya KIA/KB (logistik, sasaran, cakupan, target

kegiatan)

1) Cakupan Kunjungan ibu hamil K-4 [5]

Ibu hamil K-4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan

antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi

pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali

pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan.

11

Page 13: LAPORAN PUSKESMAS

Cakupan Kunjungan ibu hamil K-4 adalah cakupan Ibu hamil yang

telah memperoleh pelayanan antenatal 4 kali sesuai dengan stándar di satu

wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

2) Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Bidan atau Tenaga

Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan [5]

Pertolongan persalinan adalah persentase ibu bersalin di suatu

wilayah dalam kurun waktu tertentu yang mendapatkan pelayanan

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Kompetensi

kebidanan adalah keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan dalam

bidang pelayanan kebidanan (Dokter dan Bidan).

3) Ibu Hamil Risiko Tinggi yang Dirujuk [5]

Risti/Komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang

secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.

Risti/komplikasi kebidanan meliputi: (Hb < 8 g%, Tekanan darah

tinggi (sistole > 140 mmHg, Diastole > 90 mmHg, Oedema nyata,

eklamsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, Letak lintang pada

usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi

berat/sepsis, persalinan prematur.

Bumil Risti / komplikasi yang dirujuk adalah Bumil Risti /

Komplikasi yang ditemukan untuk mendapat pertolongan pertama dan

rujukan oleh tenaga kesehatan.

4) Bumil risiko tinggi yang ditangani [5]

Ibu Hamil Risti adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang

secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.

Risti meliputi Anemia (Hb<8gr%), Tekanan darah tinggi ( sistole > 140

mmHg, Diastole >90 mmHg), Oedema nyata, eklampsia, perdarahan

pervaginam, ketuban pecah dini, Letak lintang pada usia kehamilan > 32

12

Page 14: LAPORAN PUSKESMAS

minggu, Letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis,

persalinan prematur.

Ibu Hamil Risti yang tertangani adalah Ibu hamil Risti yang

mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih.

Bumil resiko tinggi yang tertangani adalah Ibu hamil resiko tinggi

di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai

dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas Perawatan dan

Rumah Sakit pemerintah / swasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

(Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar dan Pelayanan

Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif).

5) Bumil komplikasi yang tertangani [5]

Ibu hamil Komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal,

yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun

bayi. Komplikasi Kebidanan meliputi Anemia (Hb<8 gr %), Tekanan

darah tinggi ( sistole > 140 mmHg, Diastole >90 mmHg), Oedema nyata,

eklampsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, Letak lintang pada

usia kehamilan > 32 minggu, Letak sungsang pada primigravida, infeksi

berat/sepsis, persalinan prematur.

Ibu Hamil Komplikasi yang tertangani adalah Ibu hamil Risti yang

mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih.

Bumil komplikasi yang tertangani adalah Ibu hamil komplikasi

disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai

dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas Perawatan dan

Rumah Sakit pemerintah / swasta dengan fasilitas PONED dan PONEK

(Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar dan Pelayanan

Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif).

6) Cakupan peserta KB aktif [5]

13

Page 15: LAPORAN PUSKESMAS

Peserta KB Aktif (CU) adalah akseptor yang pada saat ini memakai

kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri

kesuburan.

Cakupan Peserta KB aktif adalah perbandingan antara jumlah

peserta KB aktif (CU) dengan Pasangan Usia Subur (PUS).

Cakupan Peserta KB aktif menunjukkan tingkat pemanfaatan

kontrasepsi di antara para Pasangan Usia Subur (PUS).

7) Cakupan Kunjungan Neonatus [5]

Cakupan Kunjungan Neonatus (KN) adalah pelayanan kesehatan

kepada bayi umur 0-28 hari di sarana pelayanan kesehatan maupun

pelayanan melalui kunjungan rumah.

Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar

(tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan

ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit, dan

pemberian imunisasi); pemberian vitamin K; Manajemen Terpadu Bayi

Muda (MTBM); dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah

menggunakan Buku KIA.

Setiap neonatus memperoleh pelayanan kesehatan minimal 2 kali yaitu 1

kali pada umur 0-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari.

Cakupan Kunjungan Neonatus adalah cakupan neonatus yang

memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh Dokter,

Bidan, Perawat yang memilki kompetensi klinis kesehatan neonatal, paling

sedikit 2 kali, di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

8) Cakupan Kunjungan Bayi [5]

Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan kunjungan bayi umur 1-

12 bulan di sarana pelayanan kesehatan maupun di rumah, posyandu,

14

Page 16: LAPORAN PUSKESMAS

tempat penitipan anak, panti asuhan dan sebagainya, melalui kunjungan

petugas.

Pelayanan kesehatan tersebut meliputi deteksi dini kelainan

tumbuh kembang bayi (DDTK), stimulasi perkembangan bayi, MTBM,

manajemen terpadu balita sakit (MTBS), dan penyuluhan perawatan

kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku KIA yang diberikan oleh

dokter, bidan dan perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan

bayi.

Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali yaitu 1 kali

pada umur 1-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9

bulan dan 1 kali pada umur 9-12 bulan.

Cakupan Kunjungan Bayi adalah cakupan bayi yang memperoleh

pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh Dokter, Bidan, Perawat

yang memiliki kompetensi klinis kesehatan bayi, paling sedikit 4 kali, di

satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

9) Cakupan Bayi Berat Lahir Rendah/BBLR yang Ditangani [5]

Cakupan bayi berat lahir rendah adalah cakupan bayi dengan berat

lahir kurang dari 2500 gram yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan

24 jam pertama setelah lahir.

Penanganan BBLR meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar

(tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan

ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, talipusat, kulit, dan

pemberian imunisasi); pemberian vitamin K; manajemen terpadu bayi

muda (MTBM); penanganan penyulit/komplikasi/masalah pada BBLR dan

penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan Buku KIA.

Setiap BBLR memperoleh pelayanan kesehatan yang diberikan di

sarana pelayanan kesehatan maupun pelayanan melalui kunjungan rumah

15

Page 17: LAPORAN PUSKESMAS

oleh Dokter, Bidan dan Perawat yang memiliki kompetensi klinis

kesehatan neonatal dan penanganan BBLR.

10) Neonatus risti/ komplikasi yang tertangani [5]

Neonatus adalah bayi baru lahir sampai usia 28 hari

Neonatus Risti / komplikasi adalah neonatus dengan penyimpangan

dari normal yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian. Neonatus

meliputi : Asfiksia, Tetanus Neonatorum, Sepsis, Trauma Lahir, BBLR

( Berat Badan Lahir < 2500 gram ), Sindroma gangguan pernapasan dan

kelainan congenital.

Neonatus risti / komplikasi yang tertangani adalah neonatus risti /

komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih

Neonatus risti/ komplikasi yang tertangani adalah cakupan neonatus

resiko tinggi / komplikasi disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih di

Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit pemerintah/swasta.

Neonatus risti/ komplikasi yang tertangani adalah cakupan neonatus

resiko tinggi / komplikasi disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih di

Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit pemerintah/swasta.

e) peran PLKB dan bidan di desa dalam kegiatan KIA/KB serta

hambatan-hambatannya

Peran PLKB/PKB

PLKB/PKB merupakan Petugas KB di barisan terdepan dan sangat

dekat dengan keluarga sebagai sasaran program KB. Mereka merupakan

ujung tombak yang handal di lini lapangan baik dalam

16

Page 18: LAPORAN PUSKESMAS

merangkul/mengajak akseptor baru maupun dalam membina kelestarian

ber-KB.

Dalam pemberdayaan dan pendayagunaan PLKB/PKB demi

keberlangsungan program KB di era Otonomi Daerah BKKBN telah

melakukan berbagai upaya dalam pemberdayaan PLKB/PKB antara lain:

Melakukan advokasi ke berbagai pihak baik di Pusat maupun di daerah

tentang pentingnya peran PLKB/PKB dalam keberlangsungan program

KB di daerah; Melakukan pendekatan dengan Menpan dan BKN agar

sebagian formasi PNS untuk masa mendatang bisa dialokasikan secara

eksplisit untuk PKB; Melakukan advokasi kepada Pemerintah

Kabupaten/kota untuk menambah jumlah tenaga PLKB/PKB dari staf

instansi lain, untuk diangkat dalam jabatan Penyuluh KB; Mengupayakan

dukungan dana operasional baik dari APBN maupun APBD; Dibidang

keahlian, mengupayakan peningkatan kemampuan melalui kegiatan

orientasi/refresing bagi tenaga PLKB/PKB yang lama, LDU (Latihan

Dasar Umum) bagi calon PKB yang baru dan pengembangan program PJJ

(Pendidikan Jarak Jauh); Melakukan Pembinaan seperti penyediaan buku

pedoman PKB dan angka kreditnya, temu PLKB regional/nasional,

pemilihan PLKB/PKB terbaik dll; Mendorong segera terealisasinya

peningkatan besarnya Tunjangan Jabatan Fungsional PKB sesuai Perpres

No.57 tahun 2006; dan Penyediaan sarana kerja seperti KIE Kit,

perlengkapan PLKB/PKB dan lain-lain. [6]

Peran Bidan Sebagai Pengelola [7]

Mengembangkan pelayanan kebidanan untuk individu,

keluarga,kelompok khusus dan masyarakat di wilayah kerja dengan

melibatkan masyarakat / klien.

Mengelola kegiatan - kegiatan pelayanan kesehatan khususnya

KIA dan KB bersama tim kesehatan, kader dan tokoh masyarakat.

17

Page 19: LAPORAN PUSKESMAS

Mengawasi dan membimbing kader, dukun bayi dan petugas

kesehatanlain dalam pelaksanaan program KIA dan KB.

Menggerakan dan mengembangkan PSM dengan memanfaatkan

potensi yang ada di masyarakat.

Mempertahankan, meningkatkan mutu dan keamanan praktik

profesional melalui pendidikan, pelatihan, magang.

Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan

sektor lain di wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan

dukun, kader kesehatan dan tenaga kesehatan lain yang berada di

bawah bimbingannya.

Bekerjasama dengan puskesmas dan institusi lain sebagai anggota

tim.

Membina hibungan baik dengan dukun, kader kesehatan / PLKB

dan masyarakat.

Memberikan askeb kepada klien rujukan dari dukun bayi.

Membina kegiatan - kegiatan yang ada di masyarakat.

Peran Bidan Sebagai Pendidik [7]

Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat khususnya yang berhubungan

dengan KIA dan KB.

Melatih dan membimbing kader dan dukun bayi termasuk mahasiswa

kebidanan dan keperawatan di wilayah / tempat kerjanya.

Hambatan-hambatan

Masalah yang paling lazim terjadi ketika dilakukan penerapan

manajemen dalam pengembangan program kesehatan ibu dan anak

(KIA) adalah kemampuan dari para promotor yang terlibat untuk

menerapkan fungsi-fungsi manajemen secara konsisten ke dalam

18

Page 20: LAPORAN PUSKESMAS

keseluruhan proses. Selain itu kemampuan sasaran yang rendah dalam

menangkap pesan yang dikirimkan pada proses komunikasi akan

menghambat pelaksanaan program dari tahap yang satu ke tahap

selanjutnya. [8]

D. UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

a) Kegiatan upaya perbaikan gizi masyarakat [9]

Khusus untuk program perbaikan gizi masyarakat secara umum

ditujukan untuk meningkatkan kemampuan, kesadaran dan keinginan

masyarakat dalam mewujudkan kesehatan yang optimal khususnya

pada bidang gizi, terutama bagi golongan rawan dan masyarakat yang

berpenghasilan rendah baik di desa maupun di kota.

Kegiatan pokok Departemen Kesehatan dalam

menginplementasikan Perbaikan Gizi Masyarakat meliputi,

peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein

(KEP), anemia gizi besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY),

kurang Vitamin A, dan kekurangan zat gizi lebih, peningkatan

surveillance gizi, dan pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian

keluarga sadar gizi (Perpres, 2007).

Adapun sasaran pokok program Perbaikan Gizi Masyarakat yakni :

Menurunnya Prevalensi kurang gizi pada balita, terlaksananya

penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), anemia gizi besi,

Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), kurang Vitamin A, gizi

lebih, dan meningkatkan jumlah keluarga yang sadar akan gizi

(Depkes RI, 2004).

Dalam pelaksanaan kegiatan ini Departemen Kesehatan melakukan

beberapa kegiatan meliputi: Penimbangan bulanan anak balita dengan

19

Page 21: LAPORAN PUSKESMAS

menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS), pendidikan gizi dan

kesehatan bagi ibu-ibu dari anak-anak balita tersebut pada saat ke

posyandu atau sebelum dan sesudah dilakukannnya posyiandu,

demonstrasi memasak makanan yang memenuhi pensyaratan gizi yang

baik atau anak balita, terutama yang menderita gizi buruk, dan

pemberian paket pertolongan gizi untuk mereka yang memerlukan,

yang terdiri dari pemberian vitamin A dosis tinggi kepada anak balita,

tablet besi, garam beryodium dan garam oralit (Depkes RI, 2004).

b) Pelaksanaan upaya pelayanan terpadu

Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan

intelektual berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau

golden period dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan,

berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan

awal pertumbuhan moral. Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk

mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh dan rangsangan

pengembangan otak. Dilain pihak upaya deteksi dini gangguan

pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat

penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan

ke arah yang lebih berat. [10]

Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan

terhadap anak yang berumur 12 - 59 bulan yang sesuai dengan standar

oleh tenaga kesehatan, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan

petugas sektor lain, yang meliputi:

a. Pelayanan pemantauan pertumbuhan setiap bulan yang tercatat dalam

Buku KIA/KMS, dan pelayanan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini

Tumbuh Kembang (SDIDTK) serta mendapat Vitamin A 2 kali dalam

setahun Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak

balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat

20

Page 22: LAPORAN PUSKESMAS

badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak

balita di bawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan

kesehatan.

b. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik

kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2

kali pertahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam

gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun di luar gedung.

c. Suplementasi Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) diberikan pada anak

balita minimal 2 kali pertahun.

d. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita. [10]

Sistem kerja posyandu balita menggunakan system 5 meja:

o Meja 1 : Pendaftaran dilakukan oleh kader (Untuk balita yang

belum pernah ikut posyandu di daerah tersebut harus mendaftar

terlebih dahulu.)

o Meja 2 : Penimbangan bayi dan anak balita dilakukan oleh kader.

o Meja 3 : Pengisian KMS ( Kartu Menuju Sehat ) dilakukan oleh

kader

o Meja 4 : Penyuluhan kepada ibu-ibu yang mempunyai anak balita.

o Meja 5 : Pelayanan imunisasi, untuk vitamin warna merah

diberikan kepada balita Usia 1 tahun-5 tahun. Sedangkan kapsul

biru diberikan pada bayi usia 6 -11 Bulan. Serta diberikan

pemberian makanan tambahan untuk bayi dan balita.

E. UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT

MENULAR

a) Pengertian

Pemberantasan penyakit menular adaalah upaya untuk menurunkan

dan mengurangi angka keakitan dan angka kematian akibat penyakit

menular yang banyak menyerang bayi, anak-anak, ibu, dan angkatan kerja.

21

Page 23: LAPORAN PUSKESMAS

Secara epidemiologis pemberantasan penyakit menular harus

memperhatikan faktor-faktor: host, agent, environment dan time, place,

person, sehingga upaya pemberantasan harus dapat memutuskan mata

rantai penularan penyakit.

b) Tujuan

Menurunkan angka kesakitan dan kematian serta mencegah akibat

buruk lebih lanjut dari penyakit.

Mengendalikan penyakit yang telah dapat dikendalikan

c) Kegiatan Pokok

Surveilens epidemiologi, meliputi pengamatan penyakit menular,

pemantauan wilayah setempat, pengamatan vektor dan pemeriksaan

laboratorium.

Pengobatan penderita, baik yang bersifat pencegahan atau

penyembuhan dalam rangka memutuskan rantai penularan.

Pemberantasan vektor secara mekanis, kimiawi dan biologi.

Imunisasi untuk mencegah penyakit: TB paru, difteria, pertusis,

tetanus, campak, polio, dan hepatitis B.

Penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) dan wabah penyakit

seperti: diare, malaria, demam berdarah, rabies, dll.

d) Pelaksanaan Kegiatan

Surveilans Epidemiologi

Pengumpulan dan anlisa data penyakit dilakukan secara terus menerus

sehingga dapat diambil tindakan. Agar dapat efektif maka data yang

dikumpulkan harus lengkap dan mutahir. Data tersebut dapat diperoleh

Puskesmas dari sumber-sumber sebagai berikut:

1. Penderita yang datang ke Puskesmas.

2. Laporan kematian dari desa dan kecamatan.

3. Laporan dari petugas lapangan atau bidan desa.

22

Page 24: LAPORAN PUSKESMAS

4. Laporan dari lurah/kepala desa, pamong desa, kader dn masyarakat bila

sekonyong-konyong ad penduduk yang menderita sakit atau meninggal

lebih banyak dari biasanya.

5. Rekapitulasi dan tabulasi dari laporan bulnan data kesakitan.

Pengobatan penderita

Pengobatan terhadap penderita penyakit menular harus dilakukan

secepatnya agar penyakit tidak sempat menular secara luas. Pengobatan

yang cepat dan tepat bukan hanya dapat menyembuhkan saja,tetapi dapat

mencegah menularnya penyakit yang berarti memutuskan mata rantai

penularan.

Pemberantasan Vektor Penyakit

Dilakukan dengan cara :

1. Mekanis : pemasangan kelambu pada rumah – rumah yang berada di

daerah endemis penyakit malaria atau daerah yang sering mengalami

ledakan penyakit DHF.Pemasangan kawat kasa atau plastik strimin

(biasanya untuk membuat kritik) pada lubang angin di dinding rumah

setidaknya dapat mengurangi jumlah nyamuk yang masuk ke dalam

rumah.

2. Kimiawi : Penyemprotan rumah – rumah dengan racun serangga dapat

dilakukan secara swadaya masyarakat atau menunggu bila dari dinkes

melakukan penyemprotan.

3. Biologis : Penebaran ikan kepala timah atau jenis lain yang senang

memakan jentik – jentik pada kolam – kolam tempat genangan air bila

tidak dimanfaatkan harus dikeringkan.

e) Penanggulangan KLB dan Wabah Penyakit

Dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut :

1. Laporan penyakit menular dan kematian dikelompokkan per

daerah (dusun dan desa). Daerah yang menunjukan kenaikan yang

mencolok harus segera diadakan pemeriksaan lapangan untuk

mengetahui kebenarannya.

23

Page 25: LAPORAN PUSKESMAS

Apabila data dalam laporan memang benar,harus ditentukan

luasnya masalah (jumlah penderita,jumlah Kematian dan jumlah

penduduk yang terancam )

2. Pengambilan sampel material untuk keperluan pemeriksaan

laboratorium sesuai dengan penyakitnya misalnya darah,rectal

swab,air,contoh makanan dan minuman,dahak dan materi lain yang

sesuai (menurut kebutuhan).

3. Melacak orang yang berkontak dengan penderita (Foreward

Contact Traccing),dengan cara memeriksa keluarga

penderita,tetangga,orang – orang yang melayat untuk mengetahui

luas penularan.

4. Melacak orang – orang yang berkontak dengan penderita sebelum

penderita sakit (backward contact traccing)untu mencari sumber

penularan.

5. Tindakan pertama untuk menekan penjalaran diperlukan untuk

membatasi,mencegah dan memberantas penyebar luasan penyakit

menular sesuai dengan kemampuan,sampai diterimannya intruksi

Dinkes/Kandepkes atau datangnya tim gerak cepat yang ditugasi

untuk keperluan tersebut.

6. Penyuluhan kesehatan dalam penanggulangan KLB atau wabah

dititik beratkan pada gerakan untuk menanggulangi penyakit

misalnya :

a. Gerakan Pemberantasan sarang nyamuk

b. Gerakan Kebersihan Lingkungan

c. Gerakan Imunisasi masal

d. Gerakan Penemuan penderita demam (Mass Fever Survey)

F. UPAYA PENGOBATAN

a) Program Pengobatan :

24

Page 26: LAPORAN PUSKESMAS

Pengobatan Dalam Gedung : Poli Umum, Poli Gigi (Rawat Jalan),

Apotek,, Unit Gawat Darurat (UGD), Perawatan Penyakit (Rawat

Inap), Pertolongan Persalinan (Kebidanan).

Pengobatan Luar Gedung : Rujukan Kasus, Pelayanan Puskesmas

Keliling (Puskel).

b) Menurut Badan Kesehatan Sedunia (WHO), kriteria pemakaian obat

(pengobatan) rasional, antara lain :

1. Sesuai dengan Indikasi Penyakit à Pengobatan didasarkan atas

keluhan individual dan hasil pemeriksaan fisik yang akurat

2. Diberikan dengan Dosis yang Tepat à Pemberian obat

memperhitungkan umur, berat badan dan kronologis penyakit

3. Cara Pemberian dengan Interval Waktu Pemberian yang Tepat à

Jarak minum obat sesuai dengan aturan pemakaian yang telah

ditentukan

4. Lama Pemberian yang Tepat à Pada kasus tertentu memerlukan

pemberian obat dalam jangka waktu tertentu

5. Obat yang Diberikan Harus Efektif, dengan Mutu Terjamin à

Hindari pemberian obat yang kedaluarsa dan tidak sesuai dengan jenis

keluhan penyakit

6. Tersedia Setiap Saat dengan Harga yang Terjangkau à Jenis obat

mudah didapatkan dengan harganya relatif murah

7. Meminimalkan Efek Samping dan Alergi Obat à Beri informasi

standar tentang kemungkinan efek samping obat dan cara

mengatasinya

c) Petugas Gudang Obat

25

Page 27: LAPORAN PUSKESMAS

Tugas pokok : mengelola obat-obat yang ada di Puskesmas.

Fungsi:

Membantu dokter atau Kepala Puskesmas dalam pengelolaan obat

di Puskesmas

Mempersiapkan pengadaan obat di Puskesmas

Mengatur penyimpanan obat

Mengatur administrasi obat dan mengatur distribusi obat

Menyediakan obat untuk Puskesling, Pustu, dan Poliklinik

Kesehatan Desa (PKD)

Melakukan pencatatan dan laporan

Mengatur dan menjaga kerapihan, kebersihan dan pencahayaan

dalam obat

d) Catatan medik (family folder)

1) Pengobatan

Sumber data à Kartu Status yang telah terisi identitas pasien

26

Page 28: LAPORAN PUSKESMAS

Data yang dicatat à

o Diagnosis (hasil

pemeriksaan

dokter)

o Pengobatan

o Kasus Baru

o Kasus Lama

Out put à

*Register Rawat Jalan*

o Tanggal

o No Indeks

o No RM

o Nama pasien

o Alamat pasien

o Pengobatan

o Gol umur

o Diagnosis

o Pengobatan

o Tindakan

o Imunisasi

o Laboratorium

o Rujukan dari

o Rujukan ke

o Cara Pembayaran

*Rekapitulasi data kesakitan*

Nama Penyakit

Golongan umur

Kasus Baru

Kasus Lama

Jml luar wilayah

Total kunjungan

2) LB_1 = data kesakitan [5]

Out put à

o Kode Puskesmas

o Puskesmas

o Kode Pelapor

o Kecamatan

o Kab/Kota

o Provinsi

o Bulan

o Tahun

o Panggung jawab

o Pimp. Puskesmas

o Jenis Penyakit

o Kode ICD

o Gol umur

o Jumlah penyakit/umur

3) LB_2 dan LPLPO [5]

27

Page 29: LAPORAN PUSKESMAS

Out put à

o Identitas

Puskesmas

o Nama obat

o Satuan

o Kemasan

o Stok awal

o Penerimaan

o Persediaan

o Pemakaian

o Sisa stok

o Stok optimum

yang ditetapkan

GFK

o Permintaan

o Pemberian

Ketersediaan Obat sesuai Kebutuhan [5]

RKO adalah Rencana Kebutuhan Obat.

LPLPO adalah laporan pemakaian dan lembar permintaan obat

Puskesmas/pustu;

Kebutuhan Obat Nyata adalah kebutuhan yang dihitung oleh tim

perencana obat terpadu Kab/Kota.

Obat Pelayanan Kesehatan Dasar adalah obat yang disediakan oleh

Dinas Kesehatan Kab/Kota, dengan kategori obat : Sangat Sangat

Esensial, Sangat Esensial, dan Esensial.

a) Pengadaan Obat Esensial

Obat esensial adalah obat yang paling banyak diperlukan oleh

suatu populasi dan ditetapkan oleh para ahli yang kemudian dibakukan

dalam daftar Obat Esensial Nasional. [5]

b) Pengadaan Obat Generik

Obat Generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan

dalam Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. [5]

c) Ketersediaan Narkotika, Psikotropika sesuai kebutuhan

pelayanan kesehatan (100%)

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman baik sintetis, maupun semi sintetis yang dapat

28

Page 30: LAPORAN PUSKESMAS

menyebabkan peurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

mengurangi smpai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

ketergantungan yang dibedakan ke dalam golongan sebagaimana

terlampir dalam undang-uandang yang kemudian ditetapkan dalam

keputusan menteri kesehatan.

Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan

narkotika yang berkasiat psiko aktif melalui pengaruh selektif pada

susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas

mental dan perilaku.

Ketersediaan narkotika dan psikotropika untuk pelayanan dasar

di unit pengelola obat dan perbekalan kesehatan kabupaten/kot di satu

wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. [5]

29

Page 31: LAPORAN PUSKESMAS

BAB 3

PENUTUP

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinak kesehatan kabupaten/kota

yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

wilayah kerja.

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan

berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya

ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan

wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah

Indonesia.

Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:

a) Upaya promosi kesehatan

b) Upaya kesehatan lingkungan

c) Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana

d) Upaya perbaikan gizi masyarakat

e) Upaya pencegahan dan pemeberantasan penyakit menular

f) Upaya pengobatan

30

Page 32: LAPORAN PUSKESMAS

DAFTAR PUSTAKA

1. Promosi Kesehatan. Diunduh dari:

http://www.docstoc.com/docs/22446454/PROMOSI-KESEHATAN.

2. Maulana, Heri D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.

3. 5 Upaya Dasar Program Kesehatan Lingkungan di Puskesmas. Diuduh dari:

http://www.puskel.com/5-upaya-dasar-program-kesehatan-lingkungan-di-

puskesmas/

4. http://inggadjputra.blogspot.com/2008/09/bab-i-pendahuluan.html

5. Sistem Informasi Puskesmas (SPM Kesehatan, SK Gub No 71/2004

SP2TP Dinkes Jateng, 2000). Pembekalan dari dr. Siti Amaliah, M.Kes.

6. PLKB/PKB Motor Penggerak Program KB di Lini Lapangan. Diunduh dari:

http://www.gemari.or.id/artikel/2487.shtml

7. Peran, Fungsi dan Kompetensi Bidan. Diunduh dari:

http://akubidan.com/index.php?p=elearning&mod=yes&aksi=lihat&id=5

8. Peran Manajemen dalam Pengembangan Program Promkes. Diunduh dari:

http://muhammadidris1970.wordpress.com/2010/04/23/peran-manajemen-

dalam-pengembangan-program-promkes/

9. Evaluasi pelaksanaan program perbaikan gizi masyarakat dalam mencapai visi

misi indonesia sehat 2010 di kota kendari tahun 2010. Diunduh dari:

http://syair79.wordpress.com/2010/07/05/evaluasi-pelaksanaan-program-

perbaikan-gizi-masyarakat-dalam-mencapai-visi-misi-indonesia-sehat-2010-

di-kota-kendari-tahun-2010/

10. Mengelola program KIA/KB di wilayah. Diunduh dari:

http://enyretnaambarwati.blogspot.com/2010/02/mengelola-program-kiakb-

di-wilayah.html

31