LAPORAN PENDAHULUAN THALASEMIA
-
Upload
husna-ardiana -
Category
Documents
-
view
41 -
download
0
description
Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN THALASEMIA
1
LAPORAN PENDAHULUAN
THALASEMIADI POLI ANAK RSUP MATARAM
TANGGAL 5 MARET – 7 MARET 2012
Disusun Oleh
NAMA : MIFTAHUL JANNAH
NPM : 06.01.0389
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS-VIII
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM
MATARAM
2012
2
LAPORAN PENDAHULUANTHALASEMIA
A. PENGERTIANThalasemia adalah suatu gangguan darah yang
diturunkan yang ditandai oleh defisiensi produksi
rantai globin pada hemoglobin. (Arif Mansjoer,
2000).
Macam – macam Thalasemia :
1. Thalasemia beta
Merupakan anemia yang sering dijumpai yang
diakibatkan oleh defek yang diturunkan
dalam sintesis rantai beta hemoglobin.
Thalasemia beta meliputi:
1) Thalasemia beta mayor
Bentuk homozigot merupakan anemia hipokrom
mikrositik yang berat dengan hemolisis
di dalam sumsum tulang dimulai pada tahun
pertama kehidupan.Kedua orang tua
merupakan pembawa “ciri”. Gejala – gejala
bersifat sekunder akibat anemia dan meliputi
pucat, wajah yang karakteristik akibat
pelebaran tulang tabular pada tabular pada
kranium, ikterus dengan derajat yang
bervariasi, dan hepatosplenomegali.
2) Thalasemia Intermedia dan minor
Pada bentuk heterozigot, dapat dijumpai tanda
– tanda anemia ringan dan splenomegali.
3
Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan kadar
Hb bervariasi, normal agak rendah atau
meningkat (polisitemia). Bilirubin dalam
serum meningkat, kadar bilirubin sedikit
meningkat.
2. Thalasemia alpa
B. ETIOLOGIFaktor genetic
C. PATOFISIOLOGIHemoglobin paska kelahiran yang normal
terdiri dari dua rantai alpa dan beta polipeptide.
Dalam beta thalasemia ada penurunan sebagian atau
keseluruhan dalam proses sintesis molekul
hemoglobin rantai beta. Konsekuensinya adanya
peningkatan compensatori dalam proses
pensintesisan rantai alpa dan produksi rantai
gamma tetap aktif, dan menyebabkan
ketidaksempurnaan formasi hemoglobin. Polipeptid
yang tidak seimbang ini sangat tidak stabil, mudah
terpisah dan merusak sel darah merah yang dapat
menyebabkan anemia yang parah. Untuk menanggulangi
proses hemolitik, sel darah merah dibentuk dalam
jumlah yang banyak, atau setidaknya bone marrow
ditekan dengan terapi transfusi. Kelebihan fe dari
penambahan RBCs dalam transfusi serta kerusakan
yang cepat dari sel defectif, disimpan dalam
berbagai organ (hemosiderosis).
4
D. MANIFESTASI KLINISBayi baru lahir dengan thalasemia beta mayor
tidak anemis. Gejala awal pucat mulanya tidak
jelas, biasanya menjadi lebih berat dalam tahun
pertama kehidupan dan pada kasus yang berat
terjadi beberapa minggu pada setelah lahir.
Bila penyakit ini tidak ditangani dengan baik,
tumbuh kembang masa kehidupan anak akan terhambat.
Anak tidak nafsu makan, diare, kehilangan lemak
tubuh dan dapat disertai demam berulang akibat
infeksi.
Anemia berat dan lama biasanya menyebabkan
pembesaran jantung. Terdapat hepatosplenomegali.
Ikterus ringan mungkin ada. Terjadi perubahan pada
tulang yang menetap, yaitu terjadinya bentuk muka
mongoloid akibat system eritropoesis yang
hiperaktif. Adanya penipisan korteks tulang
panjang, tangan dan kaki dapat menimbulkan fraktur
patologis. Penyimpangan pertumbuhan akibat anemia
dan kekurangan gizi menyebabkan perawakan pendek.
Kadang-kadang ditemukan epistaksis, pigmentasi
kulit, koreng pada tungkai, dan batu empedu.
Pasien menjadi peka terhadap infeksi terutama bila
limpanya telah diangkat sebelum usia 5 tahun dan
mudah mengalami septisemia yang dapat
mengakibatkan kematian. Dapat timbul pensitopenia
akibat hipersplenisme.
Hemosiderosis terjadi pada kelenjar endokrin
(keterlambatan dan gangguan perkembangan sifat
seks sekunder), pancreas (diabetes), hati
(sirosis), otot jantung (aritmia, gangguan
5
hantaran, gagal jantung), dan pericardium
(perikerditis).
Secara umum, tanda dan gejala yang dapat
dilihat antara lain:
1. Letargi
2. Pucat
3. Kelemahan
4. Anoreksia
5. Sesak nafas
6. Tebalnya tulang cranial
7. Pembesaran limpa
8. Menipisnya tulang kartilago
E. Pemeriksaan Diagnostik1. Pemeriksaan Hb menurun / meningkat
2. Pemeriksaan serum bilirubin bilirubin
indirek
3. Rontgen skelet
4. Pemeriksaan urin & feses
5. Pemeriksaan darah tepi variasi bentuk &
ukuran SDM
6. Pemeriksaan leukosit N / meningkat
7. SGPT / SGOT meningkat
8. HbSAg, Anti HbS ag
F. PENATALAKSAAN1. Transfusi sel darah merah (SDM) sampai kadar
Hb sekitar 11 g/dl. Pemberian sel darah merah
sebaiknya 10 – 20 ml/kg berat badan.2.
Pemberian chelating agents (Desferal) secara
intravena atau subkutan. Desferiprone
6
merupakan sediaan dalam bentuk peroral. Namun
manfaatnya lebih rendah dari desferal dan
memberikan bahaya fibrosis hati.
2. Tindakan splenektomi perlu dipertimbangkan
terutama bila ada tanda – tanda
hipersplenisme atau kebutuhan transfusi
meningkat atau karena sangat besarnya limpa.
3. Transplantasi sumsum tulang biasa dilakukan
pada thalasemia beta mayor
G. KOMPLIKASI Fraktur patologis
Hepatosplenomegali
Gangguan Tumbuh Kembang
Disfungsi organ
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN
a. Pengkajian Fisik
o Melakukan pemeriksaan fisik.
o Kaji riwayat kesehatan, terutama yang
berkaitan dengan anemia dan riwayat penyakit
tersebut dalam keluarga.
o Observasi gejala penyakit anemia.
b. Pengkajian Umum
o Pertumbuhan yang terhambat
o Anemia kronik.
o Kematangan seksual yang tertunda.
c. Krisis Vaso-Occlusive
o Sakit yang dirasakan
7
o Gejala yang berkaitan dengan ischemia dan
daerah yang berhubungan.
Ekstremitas: kulit tangan dan kaki yang
mengelupas disertai rasa sakit yang
menjalar.
Abdomen : sakit yang sangat sehingga dapat
dilakukan tindakan pembedahan
Cerebrum : stroke, gangguan penglihatan.
Pinggang : gejalanya seperti pada penyakit
paru-paru basah.
Liver : obstruksi jaundise, koma
hepatikum.
Ginjal : hematuria.
Efek dari krisis vaso-occclusive kronis adalah:
a. Hati: cardiomegali, murmur sistolik
b. Paru-paru: gangguan fungsi paru-paru, mudah
terinfeksi.
c. Ginjal: ketidakmampuan memecah senyawa urin,
gagal ginjal.
d. Genital: terasa sakit, tegang.
e. Liver: hepatomegali, sirosis
f. Mata: ketidaknormalan lensa yang
mengakibatkan gangguan penglihatan, kadang
menyebabkan terganggunya lapisan retina dan
dapat menyebabkan kebutaan.
g. Ekstremitas: perubahan tulang-tulang
terutama bisa membuat bungkuk, mudah
terjangkit virus salmonela osteomyelitis.
8
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Resiko infeksi berhubungan dengan transfusi darah
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
berkurangnya komponen seluler transport O2 ke
jaringan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan anoreksia, penurunan nafsu
makan
4. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang penyakit anaknya
C. RENCANA KEPERAWATAN
1. Resiko infeksi berhubungan dengan transfusi darah
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan
keperawtan 3x24 jam, anak tidak
terkena infeksi
Kriteria Hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi
Tanda-tanda vital normal
Suhu : 36,50C – 37,50C
RR: 18-24x/mnt
Nadi:80-100x/mnt
Intervensi Keperawatan :
a. Periksa tempat dilakukan prosedur infasif
terhadap tanda-tanda radang
Rasionalisasi : Deteksi dini terhadap adanya infeksi
b. Kaji adanya tanda-tanda gejala reaksi
pirogenik seperti : demam, mual, & muntah,
sakit kepala
9
Rasionalisasi : Tanda mual, muntah & sakit kepala merupakan manifestasi dari peradangan
c. Observasi Tanda-Tanda Vital; suhu
Rasionalisasi : Pemantauan suhu yang teratur dapat menentukan keadaan termoregulasi klien.
d. Setiap melakukan prosedur invasive lakukan
cuci tangan dengan teknik aseptic
Rasionalisasi : Mengurangi pathogen masuk
kedalam tubuh.
2. Resiko terjadi perubahan perfusi jaringan
berhubungan dengan berkurangnya komponen seluler
transport O2 ke jaringan
Tujuan : Gangguan perfusi jaringan
tidak terjadi
Kriteria hasil : Tanda – tanda syok tidak ada
Tanda vital dalam batas
normal.
Intervensi :
1. Monitor tanda – tanda vital
Rasionalisasi : Adanya perubahan perfusi
jaringan otak dapat menyebabkan terjadinya
perubahan tanda-tanda vital :TD menurun, RR
meningkat.
2. Perhatikan adanya tanda-tanda atau keluhan
nyeri, kelemahan, pusing anak rewel
Rasionalisasi : Adanya tanda-tanda tersebut
memungkinkan terjadinya perubahan jaringan
3. Monitor efek pemberian O2 dan laporkan respon
dari terapi tersebut
Rasionalisasi : Pemberian O2 akan membantu
10
oksigenasi dalam otak
4. Monitor efek dari transfusi darah
Rasionalisasi : Pemberian transfusi darah
akan meningkatkan Hb untuk mengangkut O2
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan anoreksia, penurunan nafsu
makan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan kebutuhan nutrisi anak
adekuat
Kriteria hasil : BB meningkat
Nafsu makan meningkat
Badan sehat
Tidak muntah.
Rencana Keperawatan :
a. Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai.
Rasionalisasi : Mengetahui keadaan gizi pasien.
b. Observasi diet yang dihabiskan
Rasionalisasi : Menilai pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien sesuai diet
c. Timbang BB tiap hari.
Rasionalisasi : Menimbang BB pasien tiap hari dapat mengetahui gizi pasien
11
d. Berikan makanan porsi kecil tetapi sering
Rasionalisasi : Porsi kecil tetapi sering diberikan dapat meningkatkan nafsu makan pasien
e. Lakukan oral hygiene
Rasionalisasi : Kebersihan daerah pencernaan seperti mulut dapat mengurangi penyebaran kuman sehingga meningkatkan nafsu makan meningkat
f. Kolaborasi pemberiaan diet halus rendah serat
Rasionalisasi : Memperlancar proses pencernaan makanan
4. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang penyakit anaknya
Tujuan : Kecemasan berkurang
Kriteria hasil :
Orang tua dapat mengekspreikan perasaannya
Orang tua dapat mengetahui tentang penyakit
anaknya tanda & pengobatan
Orang tua dapat kooperatif dan mampu merawat
anak dirumah
Orang tua akan memperhatikan makanan anaknya
dan membawa anak untuk kontrol ke poliklinik
Rencana Keperawatan :
1. Berikan kesempatan pada orang tua untuk
menceritakan apa yang dirasakan saat ini
2. Jelaskan pada orang tua tentang penyakit
anaknya, pengertian, tanda & gejala penyebab &
pengobatannya
12
3. Anjurkan orang tua untuk periksa darah / Hb
4. Anjurkan orang tua untuk merawat anaknya
dengan baik dan menghindari kontak dengan
orang yang berpenyakit menular
5. Beritahu pada orang tua supaya rajin kontrol
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan
13
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius, 2000
Sacharin, Rossa M. Prinsip Keperawatan Pediatrik.
Edisi 1. Alih Bahasa R.F. Maulany. Jakarta :
EGC, 1996.
Suriadi, Rita Yuliani. Asuhan Keperawatan pada
Anak. Edisi 1. Jakarta, 2001.
Wong, Donna L, Shannon E. Perry, Marilyn J.
Hockenberry. Maternal Child Nursing Care. St.
Louis : Mosby Company, 2002.
http://askep-askeb-kita.blogspot.com/