Laporan Pendahuluan Meningitis

25
LAPORAN PENDAHULUAN MENINGITIS A. KONSEP DASAR 1. Definisi Meningitis adalah suatu reksi keradangan yang mengenai satu atau semua apisan selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa. Disebabkan oleh bakteri spesifik atau nonspesifik atau virus. 2. Insiden a. Meningitis lebih banyak terjadi pada laki-laki dari pada perempuan. b. Incident puncak terdapat rentang usia 6 – 12 bulan. c. Rentang usia dengan angka moralitas tinggi adalah dari lahir sampai dengan 4 tahun. 3. Etiologi a. Pada nonatus disebabkan oleh organisme primer basal enteria gram negative, batang gram negative, streptokokus grub B. b. Pada anak usia 3 bulan sampai dengan 5 tahun diebabkan oleh organisme primer : Haemopilus influenzal tipe B. c. Pada anak-anak yang lebih besar disebabkan oleh infeksi neisseria meningitis atau infeksi stafilokokus. 1

description

rtetertertreterterkthwketnwkjtkwntgnekjgnerhgrhg[jg;dnnjfnblbnnsdjgsijgifgfknbfgfg fn ffngdf fgnkg dfg dngfngfdjgkfng gertnrger rg gn retnrgnert remt ergf ert erkf ertrkerjtrejel

Transcript of Laporan Pendahuluan Meningitis

Laporan pendahuluan meningitis

LAPORAN PENDAHULUAN MENINGITISA. KONSEP DASAR1. DefinisiMeningitis adalah suatu reksi keradangan yang mengenai satu atau semua apisan selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa. Disebabkan oleh bakteri spesifik atau nonspesifik atau virus.

2. Insidena. Meningitis lebih banyak terjadi pada laki-laki dari pada perempuan.

b. Incident puncak terdapat rentang usia 6 12 bulan.

c. Rentang usia dengan angka moralitas tinggi adalah dari lahir sampai dengan 4 tahun.

3. Etiologi

a. Pada nonatus disebabkan oleh organisme primer basal enteria gram negative, batang gram negative, streptokokus grub B.

b. Pada anak usia 3 bulan sampai dengan 5 tahun diebabkan oleh organisme primer : Haemopilus influenzal tipe B.

c. Pada anak-anak yang lebih besar disebabkan oleh infeksi neisseria meningitis atau infeksi stafilokokus.

4. Gejala Klinisa. Neonatus1) Gejala tidak khas2) Panak (+)3) Anak tampak malas, lemah, tidak mau minum, muntah dan kesadaran menurun.4) Ubun-ubun besar kadang kadang cembung.

5) Pernafasan tidak teratur.

b. Anak Umur 2 Bulan Sampai Dengan 2 Tahun1) Gambaran klasik (-).2) Hanya panas, muntah, gelisah, kejang berulang.

3) Kadang-kadang high pitched ery.c. Anak Umur Lebih 2 Tahun1) Panas, menggigil, muntah, nyeri kepala.2) Kejang

3) Gangguan kesadaran.

4) Tanda-tanda rangsang meninggal, kaku kuduk, tanda brudzinski dan kering (+).

5. Patofisiologi Secara Langsung Secara Tidak Langsung (Cedera Traumatic)Bakteri Atau Virus Masuk Meninges Defisiensi Umum

Meninges Terinfeksi Otitis Media, Sinusitis, Infeksi

Saluran Pernafasan Melalui CSS

Dijanisme Disebarkan Ke Otak Dan Jaringan Sekitar1. Tanda Prodromal Tidak Khas2. Gejala Mirip Hu Selama 1-2 Minggu3. Lemah Dan Lesu Selama Beberapa Minggu (Tanda Dan Gejala Klinis Sesuai Usia) MENINGITIS6. DiagnosisDiagnosis meningitis dibuat berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan cairan serebrospinal, disokong oleh pemeriksaan :

a. Darah : LED, leokosit, hitung jenis, biakan.

b. Air kemih : biakan.

c. X-foto dada.

d. Uji hiperkulin.

e. Biakan cairan lambung.

7. PenatalaksanaanFarmakologis

a. Obat anti inflamasi :1) Meningitis tuberkulosa :a) Isoniazid 10 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal 500 gr selama 1 tahun.

b) Rifamfisin 10 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1 tahun.

c) Streptomisin sulfat 20 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1 2 kali sehari, selama 3 bulan.

2) Meningitis bacterial, umur < 2 bulan :

a) Sefalosporin generasi ke 3b) ampisilina 150 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 6 kali sehari.

c) Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.

3) Meningitis bacterial, umur > 2 bulan :a) Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari.b) Sefalosforin generasi ke 3.

b. Pengobatan simtomatis :1) Diazepam IV : 0.2 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 0.6/mg/kg/dosis kemudian klien dilanjutkan dengan.

2) Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.

3) Turunkan panas :

a) Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis.

b) Kompres air PAM atau es.

c. Pengobatan suportif :1) Cairan intravena.

2) Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 50%.

Perawatan

a. Pada waktu kejang

1) Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.

2) Hisap lender

3) Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi.

4) Hindarkan penderita dari rodapaksa (misalnya jatuh).

b. Bila penderita tidak sadar lama.

1) Beri makanan melalui sonda.

2) Cegah dekubitus dan pnemunia ortostatik dengan merubah posisi penderita sesering mungkin.

3) Cegah kekeringan kornea dengan boor water atau saleb antibiotika.

c. Pada inkontinensia urine lakukan katerisasi.

Pada inkontinensia alvi lakukan lavement.

d. Pemantauan ketat.

1) Tekanan darah

2) Respirasi

3) Nadi

4) Produksi air kemih

5) Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini adanya DC.

Penanganan Penyakit Fisoterapi Dan RehabilitasiGambar : Bagan penatalaksanaan meningitis.

Tanda klinis meliputi :

1) Panas

2) Kejang

3) Tanda rangsang meningeal

4) Penurunan kesadaran

Cari tanda kenaikan tekanan intra cranial :

1) Mual muntah hebat

2) Nyeri kepala

3) Ubun-ubun cembung

Fungsi lumbal Hati2x < 2 Tahun USG Bila Ada Fasilitas

>2 Tahun CT scan CSS Keruh CSS, sel, protein, gkukosa CSS jernih Pengecatan gramBiakan : CSS, darah, air kemih 1) Kontak TB Nasofaring

2) Uji Tuberkulosis

3) X foto Dada Antibiotika (+) (-)Setelah 3 hari pungsi ulang

Obat Anti TB CRP

Tes LimulusHasil baik Hasil tetap/memburuk

Anghilasi lateusAntibiotika terus Evaluasi

(+)

(-)1) Dosis

1) Fase dini 1) Jamur2) Interval

2) Partially 2) Virus3) Cara pemberian

treated 4) Meningitis4) Penetrasi CSS Antibiotika Ganti antibiotika Sesuai hasil biakan8. Diagnosis bandinga. Meningismus.

b. Abses otak.

c. Tumor otak.

9. Komplikasia. cairan subdural.

b. Hidrosefalus.

c. Sembab otak

d. Abses otak

e. Renjatan septic.

f. Pneumonia (karena aspirasi)

g. Koagulasi intravaskuler menyeluruh.

10. PrognosisPenderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik atau mental atau meninggal tergantung :

a. umur penderita.

b. Jenis kuman penyebab

c. Berat ringan infeksi

d. Lama sakit sebelum mendapat pengobatan

e. Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan

f. Adanya dan penanganan penyakit.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN1. Pengkajiana. Riwayat Kesehatan Bayi Atau Anak.Riwayat kelahiran (pada masa neonatus), penyakit kronis, neoplasma, anemia sel sabit, imunosupresi, splenektomi, infeksi telinga dalam atau infeksi pernafasan yang baru terjadi, mastoidetus, sinusitis, pembedahan atau lumbal fungsi, fraktur tengkorak, atau trauma kepala : terpapar campak meningitis, atau perjalanan ke luar negri, kondisi lingkungan hidup yang padat, meminum racun, obat, keluhan perubahan perilaku, demam, nausea, muntah, sakit kepala, kaku kuduk, fotopobia, diplobia, nyeri pada pegerakan mata, nyeri sendi, sakit tenggorokan, sakit punggung.b. Pemeriksaan Fisik.Pemeriksaaan fisik dipengaruhi oleh usia anak dan organisme penyebab, perubahan tingkat kesadaran, irritable, latargi, kebingungan, serangan mendadak (missal : local, sistemik) ataksia, tanda kering dan brutzinski positif atau epitostonus, ubun-ubun cembung, nistagmus, berkurangnya pendengaran, takikardi, disritmia, per BP, perubahan pola nafas, muntah, diare, ptechie hasil lumbal fungsi abnormal. c. Psikososial Atau Factor Perkembangan.Umur, tingkat perkembangan, kebiasaan (apakah anak merasa Nyman, waktu tidur teratur, benda yang difaforitkan) interaksi keluarga, pola perilaku, mekanisme koping, pengalaman dengan penyakit sebelumnya atau terdahulu, dan hospitalisasi, keyakinan agama.

d. Pengetahuan Klien Dan Keluarga.Tingkat pendidikan, pemahaman terhadap kondisi, patofisiologi, kemampuan mengaitkan dengan tanda-tanda, dapat berkomunikasi, perawatan, tindak lanjut, perawatan dirumah, kesiapan, kemauan dan kemampuan untuk belajar.2. Diagnosa Keperawatan, Tujuan, Intervensi Atau Implementasi Dn Criteria Hasil.Tujuan jangka panjang : Anak dapat mencapai kesehatan optimal dengan meminimalkan kecacatan neurologist.

Diagnosa Keperawatan :a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan intra cranial.

b. Ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan fertigu, kelemahan, prubahan tingkat kesadaran.

c. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan kegagalan usaha bernafas.

Rasional :

Perubahan kesadaran, tekanan batuk dan reflek muntah yang mudah mempengaruhi anak untuk mengalami kesulitan pada jalan nafas dan aspirasi hiperkapni dan hipoksia merupakan dampak dari peningkatan tekanan intra cranial yang selanjutnya dapat meningkatkan tekanan pada area yang sensitive pada otak. Imobilisasi dan dehidrasi mengakibatkan penumpukan dan penebalan secret pernafasan.Tujuan :

Anak akan mempertahankan oksigenasi yang adekuat.

Implementasi :

a. Auskultasi suara nafas setiap 4 jam, laporkan suara nafas abnormal (missal : krakles, wheezing).

b. Monitor RR, pola nafas, kepatena pertukaran udara.

c. Monitor analisa gas darah apakah hipoksia dan untuk mengetahui adanya inflitrat monitor foto thorax.

d. Pastikan melakukan perubahan posisi sekurang-kurangnya setiap 2 jam, beridukungan untuk toleransi terhadap aktifitas sesuai dengan kebutuhan ( missal : duduk, bergeser).e. Ajarkan melakukan nafas dalam 10 setiap 1 jam, gunakan permainan, mainan digunakan untuk memberi dukungan kepada anak.

f. Pertahankan kepatenan jalan nafas, gunakan peralatan suction seperlunya, lakukan section dengan gentle untuk membersihkan sekret, posisikan tidur miring jaw trust, head tilt.

g. Periksa tekanan reflek muntah.

h. Beri ogsigen sesuai dengan kebutuhan, monitor keefektifannya.

i. Observasi peningkatan kebingungan, irritable ketidaknyamanan beristirahat, laporkan pada dokter.

Criteria Evaluasi Yang Diharapkan :Anak diharapkan :

a. Pertahankan BGA dalam Batas normal.

b. Tidak ada suara nafas abnormal.

c. Berubah dan berorientasi sesuai umur.

d. Bernafas tidak sulit dengan pertukaran udara yang bagus.

Diagnosa Keperawatan :a. Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan proses inflmasi, peningkatan tekanan intra cranial.b. Potensial injuri berhubungan dengan disorientasi, ketidak nyamanan istirahat, serangan mendadak, lingkungan asing.

c. Perubahan proses piker berhubungan dengan perubahan tingkat kesadaran.

d. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan disorientasi dan kebingungan.

Rasional :

Proses inflamasi menyebabkan jaringan membengkak yang menghalangi pergerakan cairan yang melalui otak, peningkatan tekanan intra cranial, dan obstruksi aliran darah otak.Tujuan :

Anak akan mempertahankan perfusi jaringan otak yang adekuat, sesuai dengan umur, bebas dari injuri.

Implementasi

a. Observasi dan catat perubahan tingkat kesadaran pada laporan kesehatan klien dan melalui tiap kontak.b. Monitor tanda peningkatan tekanan intra kranial .

c. Catat aktivitas serangan mendadak, catat kecenderungan bagian tubuh, lamanya serangan, aura.

d. Tempatkan penyaman bila ada serangan.

e. Beri anti konvulsi sesuai kebutuhan, monitor keefektifannya.

f. Tinggikan kepala 30o.

g. Pelihara posisi kepala dan leher lurus untuk memfasilitasi aliran balik darah vena.

h. Beri terapi anti biotic tepat waktu untuk memastikan pemeliharaan level darah.i. Pelihara ketenangan, lingkungan yang relaks.

j. Minimalkan jumlah orang yang menjaga klien.

k. Ajarkan pada anak yang lebih tua untuk menghindari maneuver valsava ( missal : tekanan batin, batuk, bersin) dan pergantian posisi berlahan.

l. Pewndekatan dengan ketenangan yang tepat, konsisten, bicara jelas dan perlahan untuk meningkatkan pengetahuan.m. Bicara ketika memberi perawatan, gunakan sentuhan terapeutik dan teknik mendengarkan.

n. Orientasi verbal kepada orang, tempat, waktu, situasi melalui mainan bentuk binatang, benda faforit, radio, televise.

o. Gunakan nama anak-anak mendukung kehadiran keluarga.

p. Hindarkan penahanan jika mungkin.

q. Monitor tanda atau gejala shock sepsis (hipotensi, kebingungan, disorientasi).Criteria Evaluasi Atau Hasil Yang Diharapkan :Anak diharapkan dapat :

a. Mempertahankan orientasi dan kewaspadadaan

b. Bebas dari serarangan mendadak.

c. Tanda-tanda vital dalam batas normal.

d. Istirahat dengan tenang.

Diagnosa Keperawatan :a. Perubahan volume cairan defisit berhubungan dengan penurunan intake cairan, kehilangan cairan yang abnormal.

b. Perubahan volume cairan berlebih berhubungan dengan ketidak sesuaian sekresi ADH.

Rasional :

Keadaan hipermetabolik dari proses infeksi yang dikombinasi dengan anoreksia, nausea dan vomiting menyebabkan peningkatan IWL dan SWL, oerubahan keseimbangan cairan dan elektrolit. Disfungsi hipotalamus, yang secara teratur disertai penyakit SSP, yang merupakan dampak dari syndrome ketidak sesuaian sekresi ADH.Tujuan :

Anak akan mempertahankan cairan dan elektrolit secara adekuat.

Implementasi :

a. Ukur TTV setiap jam

b. Monitor hasil lab, terutama elektrolit, berat jenis urine selama 4 jam.

c. Observasi tanda dehedrasi.

d. Inspeksi tanda retensi cairan dan hipotonisitas, indikasi SIADH.

e. Catat intake dan output setiap shif sesuai dengan keperluan, catat dan laporkan ganguan keseimbangan.

f. Dorong intake cairan peroral sesuai kebutuhan.

g. Beri cairan sedikit tapi sering untuk meminimalkan distensi gastric.

h. Pertahankan suhu kurang dari 38,3 oC.

i. Beri terapi IV untuk dehidrasi atau hindarkan dari antibiotic.

j. Pertahankan dan monitor CVP bila terpasang.

Criteria Evaluasi Atau Hasil Yang Diharapkan :Anak diharapkan :

a. TTV dalam batas normal.

b. Pertahankan nilai serum elektrolit dalam batas normal.c. Kulit tetap lembab dengan turgor yang baik.

d. Pertahankan suhu dibawaah 38,3oC.

e. Ekskresi urine sekurang-kurangnya 1 CC/kg urine/jam.

f. Pertahankan berat badan sebelum sakit.

Diagnosa Keperawatan :Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, fatigue, mual dan muntah.

Rasional :

Proses infeksi dan penyembuhan meniongkatkan metabolisme dan kebutuhan nutrisi, peningkatan tekanan intra cranial menstimulasi mual dan muntah, hal ini dapat menggangu intake yang adekuat.

Implementasi :

a. tanyakan pada anak atau orang tyua mengenai makanan yang disukai anak.

b. Sediakan diet yang dibutuhkan dan yang dapat ditoleransi anak.c. Hidangkan makanan dalam porsi kecil, sering dan bergizi.

d. Anjurkan untuk makan perlahan dan menghindari tidur satu jam setelah makan.

e. Izinkan keluarga menyiapkan makanan yang sesuai dengan terapi.f. Catat secara adekuat makanan yang dikonsumsi.

g. Monitor Berat Badan setiap hari.

h. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan.

i. Anjurkan keluarga untuk makan bersama anak bila memungkinkan.

j. Batasi intake cairan selama makan, 1 jam sebelum dan sesudah makan untuk meminimalkan distensi.

k. Beri perawatan oral.

Criteria Evaluasi Atau Hasil Yang Diharapkan :Anak diharapkan :

a. Memakan 75% diet sesuai usia.

b. Berpartisipasi memilih makanannya.

c. Mempertahankan berat badan sebelum sakit.

Diagnosa Keperawatan :Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi, diaporesis, deficit neurologist.

Rasional :

Betrest atau imobilisasi ditambah dengan kekurangan intake makanan (nutrisi) dan kelembaban kulit dapat menyebabkan kerusakan karena iritasi local dan iskemik oleh tekanan berlebihan pada area yang sensitive.

Tujuan :

Anak dapat mempertahankan keutuhan kulit.

Implementasi :

a. Jaga kulit tetab bersih dan kering, ganti dengan segera linen yang telah basah dan lembab.

b. Bantu melakukan latihan room aktif maupun pasif sesuai kebutuhan (boleh jadi meningkatkan tekanan intra kranial).c. Ingatkan atau Bantu untuk merubah posisi selama 2 jam.

d. Gunakan pakaian atau selimut tipis untuk menghindari kelembaban.

e. Pertahankan kesimbangan cairan atau nutrisi.

f. Observasi pada tulang yang menonjol setiap 8 jam.

g. Massase kulit, terutaa pada tulang yang lebih menonjol setiap 4 jam, gunakan pelindung kulit, Bantal ditumit sesuai kebutuhan.

Criteria Evaluasi Atau Hasil Yang Diharapkan :Anak diharapkan :

a. Mempertahankan keutuhan kulit.

b. Merubah posisi secara teratur.

c. Menjalankan petunjuk ROM.

Diagnosa Keperawatan :Perubahan kenyamanan nyeri berhubungan dengan bedrest iritasi meningeal.

Rasional :

Iritasi meningeal dan peningkatan tekanan intra kranial menyebabkan tanda-tanda antara lain : sakit kepala, foto fobia, nyeri leher dan pungung. Bedrest dapat menyebakan spasme otot atau kesakitan.

Tujuan :

Anak dapat mencapai tingkat kenyamanan yang adekuat.

Implementasi :

a. Kaji derajat nyeri menggunakan sekala 0 10 untuk mengukur secara obyektive.

b. Evaluasi indikasi nyeri lokasi, radiasi, durasi, intensitas, presipitasi atau factor pemberat.c. Implementasikan pengukuran kenyamanan .

d. Beri analgesic sesuai indikasi evaluasi efek yang ditimbulkan setelah satu jam.

e. Ajarkan kepada anak yang dapat dimengerti untuk menghindarkan gerakan yang dapat meningkatkan tekanan intra kranial.

f. Batasi pembesuk.

Criteria Evaluasi Atau Hasil Yang Diharapkan :a. Mendemonstrasikan perilaku atau rehabilitasi penurunan nyeri.

b. Menampakan kemampuan beristirahat.

c. Berpartisipasi dalam aktifitas-aktifitas yang bisa ditoleransi.

Diagnosa Keperawatana. Ketidak efektifan individu atau koping keluarga berhubungan dengan kebutuhan adaptasi terhadap lingkungan rumah sakit.

b. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan hospitalisasi.c. Cemas berhubungan dengan actual atau potensial perubahan fungsi tubuh.

d. Takut berhubungan dengan intervensi medis atau keperawatan, sakit resiko kematian.

e. Berduka berhubungan dengan actual potensial atau kehilanghan yang diamati oleh anak.f. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan keterasingan hospitalisasi.

Tujuan :

Anak atau keluarga dapat mendemonstrasikan adaptasi positif terhadap penyakit dan hospitalisasi.

Implementasi :

a. Berorientasi pada unit dan rutinitas rumah sakit.

b. Jelaskan semua prosedur dan rasionalnya.

c. Menerapakan teknik mendengar, beri kesempatan kepada orang tua untuk mendengarkan ekspirasi perasaan anak.

d. Dukung verbalisasi atau ekspirasi pikiran atau ketakutan, menggambar, bermain boneka, cerita-cerita untuk menolong anak bersungguh-sungguh.

e. Berbagi indikasi kesehatan anak kepada orang tua.

f. Sertakan anak atau orang tua dalam perawatan dan membuat keputusan sesuai kemampuan.

g. Observasi mekanisme koping yang digunakan, dukung atau dampingi anak dan orang tua untuk mengunakan mekanisme koping yang lebih baik.h. Memperkuat kemandirian sesuai dengan usia.

i. Dukung anak atau orang tua dalam poses adaptif.

j. Dalam penyembuhan anak dukung aktivitas-aktivitas yang menyenangkan.

Criteria Evaluasi Atau Hasil Yang Diharapkan :Orang tua dan anak diharapkan :

a. Berpartisipasi dalam membuat keputusan dan perencanaan.

b. Interaksi baik dengan staf.

c. Membicarakan penyakit, dampak dan potensial hasilnya.

Diagnosa Keperawatan :Deficit pengetahuan mengenai penyakit, hospitalisasi perawatan.Rasional :

Anak atau orang tua mendapat informasi yang salah dan konsep yang salah tentang fungsi tubuh

Implementasi :

a. Memberi kesempatan bertanya.

b. Menjelaskan penyakit dan kaitan tanda dan gejala dengan penyakit.

c. Menjawab pertanyaan secara jujur dan lengkap sesuai dengan kemampuan, memperkuat pengajaran yang didapat sebelumnya.

d. Menjelaskan semua prosedur atau perawatan dan rasionalnya.

e. Menggunakan teknik pengajaran yang sesuai dengan usia .

f. Mendiskusikan tanda dan gejala komlikasi.

g. Mereview tindak lanjut perawatan dan konsentrasi terhadap komplikasi yang timbul pada dokter.

DAFTAR PUSTAKAGreenberg, Cindy Smith. 1988, Nursing Care Planning Guides For Children. USA : California State University.L. Betz, Cecily, Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.Mayers, Marlene, A. Jacobson. 1995. Pediatric Nursing. USA : Mc. Graw. HillRSUD Dr. Soetomo, Tim. 1994. Pedoman Diagnosa Dan Terapi. Surabaya : RSUD Dr. Soetomo

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Dari Mata Kuliah

Keperawatan Anak (KJR 212)

Disusun Oleh :

Kelompok II.A

ANANG SATRIANTO (0201100002)DIAN ARITINAWATI (0201100008)

ELY NUFRIYANTI (0201100014)

IMTICHANATUL AZIZAH (0201100020)

NUR FITRIA (0201100026)

SRI EKO JUMIATI (0201100032)

YAYAN AGUS SAURI (0201100038)

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN MALANGPROGRAM STUDI KEPERAWATAN MALANGJURUSAN KEPERAWATANMALANG2004PAGE 17