laporan kasus Meningitis

34
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Meningitis adalah inflamasi pada membran yang menutupi central nervous sistem, yang biasanya dikenal dengan meningens (radang pada arachnoid dan piamater). Meningitis dapat berkembang sebagai respon dari berbagai kasus, seperti agen infeksi, trauma, kanker, atau penyalahgunaan obat. Agen infeksi dapat berupa bakteri, virus, ricketsia, protozoa, dan jamur. Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat otak dan tulang belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran bahkan kematian. Perjalanan penyakit meningitis dapat terjadi secara akut dan kronis. Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme, seperti virus , bakteri , jamur atau parasit yang menyebar dalam darah ke cairan otak. Daerah "sabuk meningitis" di Afrika terbentang dari Senegal di barat ke Ethiopia di timur. Daerah ini ditinggali kurang lebih 300 juta manusia. Pada 1996 terjadi wabah meningitis di mana 250.000 orang menderita penyakit ini dengan 25.000 korban jiwa. Meningitis yg disebabkan oleh bakteri berakibat lebih fatal dibandingkan meningitis penyebab lain karena mekanisme kerusakan dan gangguan otak yg 1

description

laporan kasus Meningitis

Transcript of laporan kasus Meningitis

Page 1: laporan kasus Meningitis

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Meningitis adalah inflamasi pada membran yang menutupi central nervous

sistem, yang biasanya dikenal dengan meningens (radang pada arachnoid dan

piamater). Meningitis dapat berkembang sebagai respon dari berbagai kasus,

seperti agen infeksi, trauma, kanker, atau penyalahgunaan obat. Agen infeksi

dapat berupa bakteri, virus, ricketsia, protozoa, dan jamur.

Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat otak dan tulang

belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran bahkan

kematian. Perjalanan penyakit meningitis dapat terjadi secara akut dan kronis.

Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme, seperti virus,

bakteri, jamur atau parasit yang menyebar dalam darah ke cairan otak. Daerah

"sabuk meningitis" di Afrika terbentang dari Senegal di barat ke Ethiopia di timur.

Daerah ini ditinggali kurang lebih 300 juta manusia. Pada 1996 terjadi wabah

meningitis di mana 250.000 orang menderita penyakit ini dengan 25.000 korban

jiwa.

Meningitis yg disebabkan oleh bakteri berakibat lebih fatal dibandingkan

meningitis penyebab lain karena mekanisme kerusakan dan gangguan otak yg

disebabkan oleh bakteri maupun produk bakteri lebih berat,” kata Dr. Setyo

Handryastuti, SpA, Divisi Neurologi Departemen Kesehatan Anak RSCM-FKUI.

Bakteri pneumokokus adalah salah satu penyebab meningitis terparah.

Penelitian yang diungkapkan konsultan penyakit menular dari Leicester Royal

Infirmary, Inggris, Dr Martin Wiselka, menunjukkan bahwa 20-30 persen pasien

meninggal dunia akibat penyakit tersebut, hanya dalam waktu 48 jam. Angka

kematian terbanyak pada bayi dan orang lanjut usia. Pasien yang terlanjur koma

ketika dibawa ke rumah sakit, sulit untuk bisa bertahan hidup. Infeksi

pneumokokus lebih sering terjadi pada anak dibanding orang dewasa karena tubuh

anak belum bisa memproduksi antibodi yang dapat melawan bakteri tersebut.

1

Page 2: laporan kasus Meningitis

Sebanyak 50 persen pasien meningitis yang berhasil sembuh biasanya

menderita kerusakan otak permanen yang berdampak pada kehilangan

pendengaran, kelumpuhan, atau keterbelakangan mental. Komplikasi penyakit

tersebut akan timbul secara perlahan dan semakin parah setelah beberapa bulan.

Penderita meningitis perlu mendapat antibiotik sesegera mungkin.

Perawatan umumnya dilakukan selama 10-14 hari. Pengobatan panjang itu

dianggap perlu untuk mencegah komplikasi atau mencegah infeksi datang

kembali. Pada kasus yang dianggap berat, diperlukan perawatan intensif di UGD

dan ketersediaan ventilasi udara untuk membantu pernapasan.

B. TUJUAN

Tujuan pembuatan laporan kasus ini adalah :

1. Menambah ilmu dan pengetahuan mengenai penyakit yang dilaporkan.

2. Membandingkan informasi yang terdapat pada literatur dengan kenyataan yang

terdapat pada kasus.

3. Melatih mahasiswa dalam melaporkan dengan baik suatu kasus yang didapat.

2

Page 3: laporan kasus Meningitis

BAB II LAPORAN KASUS

IDENTITAS

Nama : An. NA

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 6 bulan

Alamat : Palaran

Anak ke : 1

MRS A. W Sjahranie : 12 September 2010

ANAMNESA

Alloanamnesa (oleh ayah dan ibu kandung pasien)

Keluhan Utama : Kejang

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengalami demam selama dua hari sebelum kejang, demam

disertai menggigil, pasien sempat diberi obat penurun panas, tapi tidak ada

perubahan dan selama demam pasien rewel dan tidak mau menyusu. Lalu pasien

sempat kejang 1 kali 1 jam sebelum masuk rumah sakit RSU AW Sjahranie

Samarinda. Kejang terjadi selama 5 menit, kejang seluruh tubuh dengan mata

keatas. tanpa disertai muntah, Setelah kejang pasien tetap sadar (menangis / rewel)

sampai MRS. Lalu pasien kejang lagi 1 kali selama 5 menit saat sampai di rumah

sakit. Riwayat kejang sebelumnya (-), riwayat trauma (-), BAB (+), BAK (+)

normal.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit kejang.

3

Page 4: laporan kasus Meningitis

Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak :

Berat badan lahir : 3000 gr

Panjang badan lahir : 49 cm

Berat badan sekarang : 7,2 kg (saat MRS, 10 januari 2010)

Tinggi badan sekarang : 66 cm

Gigi keluar : -

Tersenyum : 2 bulan

Miring : 5 bulan

Tengkurap : 5 bulan

Duduk : -

Merangkak : -

Berdiri : -

Berjalan : -

Berbicara 2 suku kata : -

Makan Minum anak :

ASI : -

Dihentikan : -

Susu sapi/buatan : 0 - sekarang, SGM, 6x120 cc

Buah : 6 bulan

Bubur susu : 6 bulan

Tim saring : 6 bulan

Makanan padat dan lauknya : -

Pemeliharaan Prenatal : 3x selama hamil

Periksa di : Bidan

Penyakit kehamilan : sakit kepala, muntah-muntah

Obat-obatan yang sering diminum : obat sakit kepala

Riwayat Kelahiran :

Lahir di : Klinik bersalin, ditolong oleh : bidan

Berapa bulan dalam kandungan : 9 bulan 11 hari

4

Page 5: laporan kasus Meningitis

Jenis partus : Spontan, bayi langsung menangis

Pemeliharaan postnatal :

Periksa di : tidak pernah (alasan jauh dari puskesmas)

Keadaan anak : sehat

Keluarga berencana :Ya

Memakai sistem : Suntik tiap 3 bulan

Sikap dan kepercayaan : Baik

IMUNISASI

Imunisasi Usia saat imunisasi

I II III IV Booster I Booster

II

BCG - //////////// //////////// //////////// //////////// ////////////

Polio - - - - - -

Campak - - //////////// //////////// //////////// ////////////

DPT - - - //////////// - -

Hepatitis B - - - ////////// - -

PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan pada tanggal 11 Januari 2010

Berat badan : 7,5 kg

Panjang Badan : 66 cm

Tanda Vital

Nadi : 136 kali/menit

Suhu badan : 38oC

Frekuensi nafas : 36 kali/menit

5

Page 6: laporan kasus Meningitis

Kesan umum : sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Kepala

Rambut : Hitam

Lingkar kepala : 40 cm

Ubun-ubun besar : tegang

Mata : Anemis (-/-), Ikterik (-/-), Sianosis (-/-), Refleks

Cahaya (+/+), Pupil: Isokor (2mm/2mm).

Hidung : Sumbat (-), Sekret (-)

Telinga : Bersih, Sekret (-)

Mulut : Lidah bersih, Faring Hiperemis (-), mukosa bibir

basah, pembesaran Tonsil (-/-), sekret (+)

Leher

Pembesaran Kelenjar : (-)

Dada

Inspeksi : Gerakan simetris

Palpasi : Thrill (-)

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Vesikuler, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

Jantung

S1/S2 tunggal reguler

Bising : (-)

Abdomen

Inspeksi : Flat

Palpasi : Soefl, Nyeri tekan sulit dievaluasi,

Hepar/ lien tidak teraba,

6

Page 7: laporan kasus Meningitis

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Genitalia : Dalam batas normal

Ekstremitas : Akral hangat, Edema (-)

Lain-lain : Tanda rangsang meningeal :

Kaku kuduk (-)

Brudzinski I (-)

Brudzinski II (-)

Kernig (-)

Tonus klonus (-)

Refleks patologis :

Babinski (+)

Chadock (-)

Openheim (-)

Gordon (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium (tanggal 10-01-2010)

Leukosit : 15.400 / mm3

Hb : 10,2 gr/dl

Ht : 25,7 %

Trombosit : 337.000/ mm3

Na : 141

K : 4,1

Cl : 109

Ureum : 49,2

7

Page 8: laporan kasus Meningitis

Creatinin : 0,8

Pemeriksaan Laboratorium (tanggal 13-09-2010)

Leukosit : 25.100 / mm3

Hb : 10,7 gr/dl

Ht : 31,0 %

Trombosit : 489.000/ mm3

SGOT : 69

SGPT : 74

Ureum : 46,9

Creatinin : 1,4

Pemeriksaan Laboratorium (tanggal 13-09-2010)

APTT : - Kontrol : 30,5 detik

- Pasien : 24,5 detik

PT : - Kontrol : 12,6 detik

- Pasien : 15,5 detik

Urine Lengkap :

BJ : 1030

Warna : Kuning

Kejernihan : keruh

pH : 5

Sel epitel : +

Leukosit : 2-3

Eritrosit : 0-1

Kristal : Uric acid (+)

Feces Lengkap :

8

Page 9: laporan kasus Meningitis

Warna : hitam

Konsistensi : lembek

Darah : (-)

Lender : (-)

Eritrosit : 1-2

Leukosit : 1-2

Amuba: (-)

Kista : (-)

Telur cacing : (-)

Pemeriksaan cairan otak: (tanggal 14-09-2010 di Laboratorium A. W. Sjahranie)

A. Makroskopis

- Kejernihan : Agak keruh

- Warna : Putih kekuningan

B. Mikroskopis

a. Hitung sel : 58 sel (normal: 0-6/mm3, abnormal: 10 sel /mm3

untuk orang dewasa)

b. Hitung jenis

- Mononuklear : 30%

- Polinuklear : 70%

C. Protein

- Test Busa : (+) positif

- Test Pandy : (+) positif

- Test Nonne/Apelt : (+) positif

Glukosa : 61 mg/dl

Protein : 122 mg/dl

Diagnosis Kerja Sementara :

9

Page 10: laporan kasus Meningitis

Suspect Meningoensefalitis

PENATALAKSANAAN :

O2 1-2L/Menit

IVFD KAEN4A 8gtt/menit

Cefotaxim 3x250 mg iv

Dexamethason 3 mg iv (bolus) kemudian setelah 12 jam 3x1 mg iv

Phenytoin 2x17,5 mg iv

Farmadol 100mg / 6jam atau Dumin rectal 125mg

Bila kejang, diazepam 2mg iv

Ranitidin 3x7mg iv

Transamin 3x70mg iv

Nootropil 3x100 mg iv

Puasa, pasang NGT

Prognosa :

Dubia et malam

10

Page 11: laporan kasus Meningitis

Follow-Up

Tanggal S O A P12-09-2010 BB: 12 kg

Demam (+), Muntah (-), Kejang (+)Kesadaran menurun

E2M3V1

Ubun-ubun tegangN: 136 x/menit, RR: 36 x/menit, T: 38ºC.Reflek cahaya (+/+), Ronki (-/-)- Akral hangat

Meningoencephalitis

O2 1-2L/MenitIVFD KAEN4A 8gtt/menitCefotaxim 3x250 mg ivDexamethason 3 mg iv (bolus) kemudian setelah 12 jam 3x1 mg ivPhenytoin 2x17,5 mg ivFarmadol 100mg / 6jam atau Dumin rectal 125mg Bila kejang, diazepam 2mg ivPuasa, pasang NGTRanitidin 3x7mg ivTransamin 3x70mg ivObservasiCT-scan brainKonsul mataRencana LPNootropil 3x100 mg iv

13-09-2010 Demam (+), muntah (-), Kejang (+)Kesadaran menurun (+)

E1M4V1

Ubun-ubun tegangN: 140 x/menit, RR: 36 x/menit, T: 38,2 ºC.Ronki (+/+)Ekstremitas: - Akral hangat

Meningoencephalitis

Nebulizer ventoline / 4jamAminofusin 8gr/hariGentamisin 2x17,5mg ivCek DL, LED, SGOT/SGPT, Ureum/Creatinin, elektrolit, ULTerapi lain lanjut

14-09-2010 Demam (+), muntah (-), Kejang (+)Penurunan

E2M4V1

N: 136 x/menit, RR: 36 x/menit, T: 38,3ºC.Reflek cahaya (+/+), NGT (cokelat)BAB (+) hitam

Meningoencephalitis

Fenitoin 2x20mg / IVTerapi lain lanjutobservasi

15-09-2010 Demam (-), muntah (-), batuk (+)

E2M4V1

N: 132 x/menit, RR: 28 x/menit,

Meningoencephalitis

Terapi lanjutPASI 8x(10-15cc) via NGT

11

Page 12: laporan kasus Meningitis

Kejang (-)Kesadaran menurun (+)

T: 36,8 ºC.Reflek cahaya (+/+), pupil isokor 2mm/2mm.Rh: -/- , Wh: -/-

16-09-2010 Demam (-), kejang (-), sadar (+)

N: 132 x/menit, RR: 32 x/menit, T: 37,2 ºC.

Meningitis purulenta

KAEN 4A 8 gtt/menitNeebulizer stopAff DCASI/PASI 8x50cc (NGT + oral)Ranitidine + transamin + farmadol stopDexamethason (kamis-jum’at) 2x1 mg iv, dilanjutkan (sabtu-minggu) 1x1mg ivTerapi lain lanjut

17-09-2010 Demam (-), kejang (-), sadar (+)

N: 128 x/menit, RR: 28 x/menit, T: 36,8 ºC.

Meningitis purulenta

ASI/PASI 8x75cc / oralAff NGT & O2

Terapi lain lanjut

18-09-2010 Demam (-), kejang (-), Batuk (+) berdahak

N: 132 x/menit, RR: 28 x/menit, T: 36,8 ºC.Rh -/-, Wh -/-

Meningitis purulenta

Terapi lanjut

20-09-2010 Demam (+), kejang (-)

N: 132 x/menit, RR: 32 x/menit, T: 38,0 ºC.Rh -/-, Wh -/-

Meningitis purulenta

Nootropil inj. Ganti oral 3x100mgPhenytoin inj. Ganti oral 2x20 mgKonsul bagian kulit:Advise : betamethason cream 2x/hariCaladin powder 2x/hari

21-09-2010 Demam (-), kejang (-), Batuk (+)

N: 128 x/menit, RR: 28 x/menit, T: 37,0 ºC.Rh +/+, Wh -/-

Meningitis purulenta + miliaria

Ventolin, nebulasi / 4jamTerapi lain lanjut

22-09-2010 Demam (-), kejang (-), Batuk (+) ↓, BAB cair 2x

N: 132 x/menit, RR: 28 x/menit, T: 36, 8ºC.Rh +/+, Wh -/-

Meningitis purulenta

Terapi lanjutMeropenenm s/d hari minggu

23-09-2010 Mencret > 5xBatuk ↓↓,

N: 128 x/menit, RR: 32 x/menit, T: 37, 2ºC.

Zinkid 1x1 tabletTerapi lain lanjut

12

Page 13: laporan kasus Meningitis

demam (-), kejang (-)

Rh +/+, Wh -/-

24-09-2010 Demam (-), kejang (-), Batuk (+)↓, BAB cair ↓

N: 120 x/menit, RR: 28 x/menit, T: 37,2ºC.Rh +/+, Wh -/-

Meningitis purulenta

Terapi lanjut

25-09-2010 Demam (-), kejang (-), Batuk (+)↓, BAB cair (-)

N: 128 x/menit, RR: 32 x/menit, T: 36,5ºC.Rh -/-, Wh -/-

Meningitis purulenta

Terapi lanjut

27-09-2010 Demam (-), kejang (-), Batuk (-)↓, BAB cair ↓

N: 126 x/menit, RR: 30 x/menit, T: 36,5ºC.Rh -/-, Wh -/-

Meningitis purulenta

Pasien boleh pulang

Kurva Suhu

13

Page 14: laporan kasus Meningitis

BAB III PEMBAHASAN

Resume Masuk Rumah Sakit

Pasien NA, umur 6 bulan, masuk rumah sakit dengan keluhan kejang. Dari

hasil anamnesa didapatkan kejang dialami pasien sejak 1 jam sebelum masuk

rumah sakit A. W. Sjahranie Samarinda. Kejang terjadi selama 5 menit, kejang

seluruh tubuh dengan mata keatas, tanpa disertai muntah. Pasien kejang lagi

selang waktu 2 jam setelah kejang pertama selama 5 menit. Sebelumnya Pasien

mengalami demam tinggi selama dua hari sebelum kejang, demam disertai

menggigil, pasien sempat diberi obat penurun panas, tapi tidak ada perubahan dan

selama demam pasien rewel dan tidak mau menyusu. Riwayat kejang sebelumnya

(-), riwayat trauma (-), BAB (+), BAK (+) normal.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan, kesadaran E2M3V1, tanda vital: nadi 140

kali/menit, suhu badan 40,2 ºC, frekuensi nafas 40 kali/menit. Refleks cahaya

(+/+), pupil isokor (2mm/2mm). Pemeriksaan thorax dan abdomen dalam batas

normal. Sedangkan pada ekstremitas, spastik ekstensi pada ekstremitas atas dextra

et sinistra dan spastik pada ektremitas bawah dextra et sinistra, serta tidak di

dapatkan adanya refleks patologis dan tanda rangsangan meningeal.

Pada pemeriksaan laboratorium yaitu darah lengkap, ditemukan peningkatan

dari jumlah leukosit, yang menandakan terjadinya proses infeksi. Pada pasien ini

juga telah dilakukan pemeriksaan cairan lumbal dan CT scan kepala.

Pembahasan

Dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pada pasien

ini di dapatkan diagnosis meningitis purulenta dengan gizi baik.

Dalam teori, meningitis mempunyai pelbagai penyebab, namun gejala klinis

meningitis lebih kurang sama dan khas, sehingga gejala tersebut dapat digunakan

sebagai diagnosis awal. Gejala ini bisa diperoleh dari anamnesa yaitu: suhu tubuh

mendadak naik; seringkali ditemukan hiperpireksia, kesadaran dengan cepat

menurun, pada anak agak besar sering mengeluh nyeri kepala sebelum

14

Page 15: laporan kasus Meningitis

kesadarannya menurun, ada kejang yang dapat bersifat umum, fokal, atau hanya

twitching saja.2

Pada meningitis biasanya gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung

dari usia si penderita serta apa yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum

adalah demam yang tinggi, sakit kepala, pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu

biasanya penderita merasa sangat lelah, leher terasa pegal dan kaku, gangguan

kesadaran serta penglihatan menjadi kurang jelas. Gejala pada bayi yang terkena

meningitis, biasanya menjadi sangat rewel, muncul bercak pada kulit, tangisan

lebih keras dan nadanya tinggi, demam ringan, badan terasa kaku, dan terjadi

gangguan kesadaran seperti tangannya membuat gerakan tidak beraturan. (Japardi,

Iskandar., 2002). Tanda-tanda neurologis setempat tidak ada, tetapi bayi dapat

mengalami stagnasi atau gangguan perkembangan.1,6 Hal ini sesuai dengan yang

dialami pasien yaitu demam tinggi selama dua hari sebelum kejang, demam

disertai menggigil, pasien sempat diberi obat penurun panas, tapi tidak ada

perubahan dan selama demam pasien rewel dan tidak mau menyusu. Dan tanda-

tanda rangsangan meningeal tidak didapatkan serta repleks patologis sulit

dievaluasi.

Untuk menentukan diagnosis meningitis dilakukan tes laboratorium. Tes ini

memakai darah atau cairan sumsum tulang belakang. Cairan sumsum tulang

belakang diambil dengan proses yang disebut pungsi lumbal ( lumbar puncture

atau spinal tap). Sebuah jarum ditusukkan pada pertengahan tulang belakang, pas

di atas pinggul. Jarum menyedap contoh cairan sumsum tulang belakang. Tekanan

cairan sumsum tulang belakang juga dapat diukur. Bila tekanan terlalu tinggi,

sebagian cairan tersebut dapat disedot. Tes ini aman dan biasanya tidak terlalu

menyakitkan. Namun setelah pungsi lumbal beberapa orang mengalami sakit

kepala, yang dapat berlangsung beberapa hari. (Ellenby, Miles., Tegtmeyer, Ken,

et al., 2006)

Pemeriksaan penunjang dengan CT/MRI dengan kontras dapat menentukan

adanya dan luasnya kelainan di daerah basal. Serta adanya dan luasnya

hidrosefalus.

15

Page 16: laporan kasus Meningitis

Gambaran dari pemeriksaan CT-Scan/MRI kepala pada pasien meningitis

adalah normal pada awal penyakit. Seiring berkembangnya penyakit, gambaran

yang sering ditemukan adalah kelainan di daerah basal, tampak hidrosefalus

komunikans yang disertai dengan tanda-tanda edema otak atau iskemia fokal yang

masih dini. 6,8,12 sedangkan pada pasien ini, gambaran CT-Scan kepalanya normal.

Pengobatan meningitis dapat diobati,tetapi tergantung dari penyebabnya.

Pengobatan meningitis dapat dilakukan terapi. Terapi tersebut bertujuan untuk

memberantas penyebab infeksi disertai perawatan intensif suportif . Selain itu

harus dilakukan pemberian obat sesuai anjuran dokter.

Pada Meningitis Purulenta :

1. Kombinasi ampisilin 12 – 18 gram, kloramfenikol 4 gram, intravena

dalam dosis terbagi 4 kali per hari.

2. Dapat ditambahkan campuran trimetoprim 80 mg, sulfametoksazol 400

mg intravena.

3. Dapat pula ditambahkan seftriakson 4 – 6 gram intravena.

4. Cairan intravena

5. Koreksigangguan asaam-basa dan elektrolit

6. Kortikosteroid . Berikan deksametason 0,6 mg/kgBB/hari selama 14

hari,15-20 menit sebelum pemberian antibiotik

Antibiotik. Terdiri dari 2 fase, yaitu empiric dan setelah ada hasil biarkan

dan uji resistensi. Pengobatan empiric pada neonatus adalah kombinasi ampisilin

dan aminoglikosida atau ampisilin dan sefotaksim.Pada umur 3 bulan sampai 10

tahun kombinasi ampisilin dan kloramfenikol atau sefuroksim / Sefotaksim /

Seftriakson. Pada usia lebih dari 10 tahun digunakan penisilin. Pada Neonatus

pengobatan selama 21 hari, pada bayi dan anak 10-14 hari.

16

Page 17: laporan kasus Meningitis

Antibiotik yang digunakan untuk Meningitis Bakterial

Kuman Antibiotik

H.influenzae Ampisilin, kloramfenikol, seftriakson, sefotaksim

S.pneumoniae Penisilin, kloramfenikol, sefuroksim, seftriakson ,

vankomisin

N.meningitidis Penisilin, kloramfenikol, sefuroksim, seftriakson

Stafilokok Nafsilin, vankomisin, rifampisin

Gram negative Sefotaksim, seftazidim, seftriakson, amikasin

Dosis yang diberikan Untuk Meningitis Bakterial

Antibiotik Dosis

Ampisilin 200-300mg/kgBB/hari(tunggal 400mg)

Kloramfenikol 100mg/kgBB/hari;Neonatus :50mg/kgBB/hari

Sefuroksim 250mg/kgBB/hari

Sefotaksim 200mg/kgBB/hari; Neonatus 0-7 hari:100mg/kgBB/hari

Seftriakson 100mg/kgBB/hari

Seftazidim 150mg/kgBB/hari; Neonatus :60-90mg/kgBB/hari

Gentamisin Neonatus 0-7hari :5mg/kgBB/hari

7-28hari:7,5mg/kgBB/hari

Amikasin 10-15mg/kgBB/hari

Kortikosteroid, biasanya dipergunakan prednison dengan dosis 1-2

mg/kgBB/hari (dosis normal 20 mg/hari dibagi dalam 3 dosis) selama 4-6 minggu,

setelah itu dilakukan penurunan dosis secara bertahap (tappering off) selama 4-6

minggu sesuai dengan lamanya pemberian regimen. Pemberian kortikosteroid

seluruhnya adalah lebih kurang 3 bulan. Indikasi kortikosteroid antara lain tekanan

intrakranial yang meningkat, adanya defisit neurologis, mencegah perlekatan

araknoidea pada jaringan otak.1,10,12

17

Page 18: laporan kasus Meningitis

Dari alloanamnesa ditemukan kejang pada pasien ini, dimana sebelumnya

didahului dengan demam tinggi selama 2 hari tanpa penyebab yang jelas dan

setelah panas hari ke-2, pasien mengalami kejang yang bersifat umum (seluruh

tubuh), lama kejang ± 5 menit, sebanyak 2 kali selang waktu 2 jam, sebelumnya

belum pernah kejang. Kejang yang berulang pada pasien ini mungkin disebabkan

nilai ambang yang rendah terhadap setiap peningkatan suhu tubuh 10C (proses

ekstrakranial) atau mungkin dapat disebabkan suatu proses intrakranial akibat

infeksi di otak dan ini diperkuat keluhan pasien yang rewel serta tangisannya yang

cukup keras.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunan kesadaran, refleks cahaya

(+/+), pupil isokor (2mm/2mm), Ubun-ubun besar tegang, refleks patologis (+),

kaku kuduk (-), brudzinski I (-), brudzinski II (-), kernig (-).

Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik, mengarah pada kecurigaan

meningitis, sehingga diganosa meningitis dapat ditegakkan. Namun, berdasarkan

literatur yang diperoleh pada pasien ini tidak disertai dengan tanda rangsang

meningeal, hal ini disebabkan karena tanda rangsang meningealvbelum muncul

atau sulit didapatkan pada anak usia dibawah satu tahun.

Setelah diagnosa meningitis ditegakkan, maka untuk memastikan jenis dan

penyebab meningitisnya, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang lumbal punksi.

Pada pasien ini, cairan lumbal yang diperiksa di laboratorium RSU A.W.

Sjahranie adalah: cairannya agak keruh berwarna putih kekuningan, jumlah sel 58

sel/mm3, PMN 70%, MN 30%,. protein: test Busa (+) positif, test Pandy (+)

positif, test Nonne/Apel (+) positif, glukosa 61 mg/dl, protein 122 mg/dl. Dari

hasil peneriksaan cairan lumbal, dapat disimpulkan jenis meningitisnya adalah

meningitis purulenta, yang didasarkan dengan cairannya yang keruh, peningkatan

sel PMN 70%, none pandy test positif, dan peningkatan jumlah protein

dibandingkan glukosanya. Namun belum bisa dipastikan penyebabnya, oleh

karena itu perlu dilakukan pemeriksaan tambahan berupa kultur cairan lumbal

apakah ada pertumbuhan kuman atau tidak. 6

Pada pasien ini tidak dilakukan uji tuberkulin (Mantoux test). Namun tidak

menyingkirkan kemungkinan diagnosa bisa kearah meningitis TB, karena pada

18

Page 19: laporan kasus Meningitis

pasien ini memiliki riwayat belum pernah imunisasi BCG, dibuktikan dari

anamnesa pada orang tua pasien, dan pemeriksaan fisik dengan tidak

ditemukannya scarr ( jaringan parut ) pada lengan kanan atas pasien, tapi tidak

ditemukan adanya pembesaran KGB yang mendukung diagnosa menderita

penyakit TB. Pasien ini juga telah dilakukan pemeriksaan CT scan kepala, dan

dari hasilnya diperoleh kesimpulan gambaran yang masih dalam batas normal.

Pada pasien ini tidak didapatkan tanda-tanda klinis kurang gizi yaitu

seperti pasien kurus, kulit kering, dan berat badan pasien saat MRS adalah 7,2 kg

dan tinggi badannya adalah 66 cm. Status gizi pasien ini dapat ditentukan

menggunakan Z-score WHO. Berdasarkan Z-score WHO maka status gizi pasien

termasuk gizi baik.

Saat masuk rumah sakit, berat badan pasien adalah 7,2 kg dan setelah

menjalani perawatan di rumah sakit, berat badan pasien menjadi 7,5 kg. Hal ini

menunjukkan bahwa ada peningkatan berat badan setelah di rawat di rumah sakit.

Hal ini perlu menjadi perhatian khusus bagi kita bahwa, sangat penting untuk

memperhatikan kebutuhan gizi pasien terutama yang dirawat dalam jangka waktu

yang lama. Sehingga pada pasien ini diberikan ASI/PASI 2x75cc melalui selang

NGT, hasilnya pasien mengalami perbaikan gizi ditandai dengan peningkatan

berat badan 0,3 kg selama perawatan di RSU A.W Sjahranie.

Dengan demikian berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang yang ditandai dengan cairan lumbal yang keruh,

peningkatan sel PMN 70%, none pandy test positif, dan peningkatan jumlah

protein dibandingkan glukosanya, dan peningkatan leukosit darah dari

15.400/mm3 menjadi 25.100/mm3 sehingga dapat disimpulkan diagnosa penyebab

meningitis purulenta.

Pengobatan yang diberikan pada pasien ini adalah: O2 1-2L/Menit, IVFD

KAEN4A 8gtt/menit, Cefotaxim 3x250 mg iv, Dexamethason 3 mg iv (bolus)

kemudian setelah 12 jam 3x1 mg iv, Phenytoin 2x17,5 mg iv, Farmadol 100mg / 6

jam atau Dumin rectal 125mg, Bila kejang berikan diazepam 2mg iv, dipuasakan,

dipasang NGT, Ranitidin 3x7mg iv, Transamin 3x70mg iv.

19

Page 20: laporan kasus Meningitis

Penatalaksanaan pada pasien ini sudah memenuhi standar pengobatan,

dimana selain memperbaiki keadaan umum dan nutrisinya, juga diberikan

pengobatan berdasarkan penyebabnya dengan pemberian antibiotik dan

Pemberian kortikosteroid (deksamethasone 2x2,5 mg iv) untuk mencegah

perlekatan araknoidea pada jaringan otak, tekanan intrakranial yang meningkat,

dan adanya defisit neurologis.1

Prognosis pada pasien ini berbanding lurus dengan tahapan klinis saat

pasien didiagnosis dan diterapi. Semakin lanjut tahapan klinisnya , semakin buruk

prognosisnya. Adanya hidrosefalus disertai kelainan (enhacement) daerah basal

pada pemeriksaan CT-scan menunjukan tahap lanjut penyakit dengan prognosis

yang buruk.1

20

Page 21: laporan kasus Meningitis

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pasien di diagnosa meningitis purulenta. Diagnosa meningitis purulenta ini

dibuat dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

2. Pasien mendapat terapi meningitis sesuai dengan penyebabnya yaitu adanya

dugaan infeksi bakteri pada SSP (susunan syaraf pusat) nya.

B. SARAN

1. Perlu dilakukan pemeriksaan penunjang tambahan berupa kultur cairan

lumbal, kultur bilasan cairan lambung untuk membantu dan menegakkan

diagnosa pasti meningitis serosa nya.

2. Perlu dilakukan anamnesa ulang yang lebih teliti lagi pada keluarga pasien

apakah terdapat riwayat kontak dengan penderita TBC di lingkungan sekitar

tempat tinggal pasien.

3. Pada pasien ini juga perlu dilakukan pemantauan berat badan setiap hari

serta kebutuhan gizinya agar tidak lebih memperburuk keadaan umumnya.

21

Page 22: laporan kasus Meningitis

DAFTAR PUSTAKA

1. IDAI. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Jakarta

2. Mardjono M., Sidharta P. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat. Jakarta.

3. Schwartz W. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. EGC. Jakarta

4. Mansjoer A, Suprohaita, Waedhani I, dkk. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Jakarta.

5. Price S. Wilson L. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6 Volume 2. EGC. Jakarta.

6. Davey P. 2006. At a Glance Medicine. Erlangga. Jakarta.

7. Hull D., Johnston D. 2008. Dasar-Dasar Pediatri. Edisi 3. EGC. Jakarta.

8. Harsono,dkk. 2005. Buku Ajar Neurologi Klinis. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

22

Page 23: laporan kasus Meningitis

Bagian Ilmu Penyakit Anak Laporan Kasus

Fakultas Kedokteran Umum

Universitas Mulawarman

MENINGITIS PURULENTA

Disusun Oleh :

Awang Heriady01.30302.00050.09

Pembimbing :dr. H.M. Adnan Sp.A

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Anak

Fakultas KedokteranUniversitas Mulawarman

Samarinda2010

23