LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant...

82
PEMERINTAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBU KOTA JAKARTA BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA TAHUN 2009 (Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021 ) 68280250 FAX ( 021 ) 82407968 E- mail : [email protected]

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant...

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBU KOTA JAKARTA

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG

SUNGAI DI DKI JAKARTA

TAHUN 2009

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan)

LAPORAN PENDAHULUAN

PT. TRIBINA BUANA

Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450

TELEPON ( 021 ) 68280250 FAX ( 021 ) 82407968 E- mail : [email protected]

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENGENDALIAN PENCEMARAN SUNGAI CILIWUNG DI PERBATASAN i

RINGKASAN

Kali Pesanggrahan adalah salah satu dari 13 kali (sungai) yang melintasi wilayah DKI

Jakarta. Berdasarkan PP No 82/2001, Kali Pesanggrahan merupakan salah satu sungai dengan peruntukan perikanan golongan Kelas III. Dalam pengalirannya menampung berbagai beban limbah, dimana semakin kehilir beban yang ditanggungnya semakin berat. Kajian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai kualitas air Kali Pesanggrahan dibandingkan dengan Baku Mutu, mengidentifikasi sumber pencemaran potensial Kali Pesanggrahan, mengevaluasi daya tampung air Kali Pesanggrahan Terhadap Beban Pencemaran dan memberikan rekomendasi program pengendalian pencemaran Kali Pesanggrahan. Lingkup wilayah studi meliputi daerah di sepanjang aliran yang melalui wilayah Jakarta yang dibagi menjadi 7 (tujuh) titik pengamatan. Hasil pengukuran kualitas air. dianalisis dengan membandingkan dengan Baku Mutu parameter menurut SK Gub DKI NO. 582 tahun 1995, pendugaan sumber pencemar potensial didapat dari data sekunder berupa kegiatan yang potensial mencemari dan pendugaan jenis pencemarnya dan dianalisis secara deskriptif,penetapan daya tampung Kali Pesanggrahan menggunakan QUAL2E dan berdasarkan kondisi kualitas air, sumber pencemar potensial dan daya tampung Kali Pesanggrahan, selanjutnya diberikan alternatif rekomendasi progam pengendalian pencemaran Kali Pesanggrahan. Tekanan aktivitas penduduk menyebabkan terjadinya permasalahan pada kualitas airnya. Kualitas air Kali Pesanggrahan memperlihatkan mendapat pengaruh dari aktivitas di sekitarnya, dimana terlihat dari beberapa parameter yang melebihi baku mutu. Beberapa parameter yang berperan sebagai penanda pencemaran yang khas di kota besar adalah BOD, COD, minyak dan lemak, deterjen, fenol dan E. coli. Selain itu tingkat pencemaran terlihat semakin ke hilir semakin tinggi sejalan dengan meningkatnya kepadatan penduduk di sekitarnya. Sumber encemar potensial berasal dari permukiman, rumah makan, showroom mobil dan cuci mobil, industri menengah dan besar, industri kecil dan rumah tangga. Daya tampung Kali Pesanggrahan, yaitu sebesar 57.597,30 kg/jam. Untuk mencapai kelas air yang ditargetkan, maka beban BOD harus diturunkan sebesar 41% khususnya wilayah hilir Kali Pesanggrahan.

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENGENDALIAN PENCEMARAN SUNGAI CILIWUNG DI PERBATASAN ii

DAFTAR ISI

Hal

Ringkasan ……………………………...………………………………………………. i

Daftar Isi ………………………………………………………………………………... ii

Daftar Tabel ………………………………………………….…………………………. iii

Daftar Gambar …………………………………………………………..……………… iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ………………………………………………………… I – 1

1.2. Maksud dan Tujuan …………………………………………………… I – 3

1.3. Dasar Hukum ………………………………………………………...... I – 3

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

2.1. Kali Pesanggrahan ……………………. ………………………………. II –1

2.2. Karakteristik Kali Pesanggrahan ...................................................... II –3

2.3. Pencemaran Sungai dan Kualitas Air Sungai..………………………. II –6

2.4. Pengelolaan Kualitas Air……………………………….. …………..... II –14

2.5. Daya Tampung Sungai ………………………………………………... II -18

2.6. Pengendalian Pencemaran Air ………………………………………... II-20

BAB III METODOLOGI

3.1. Lingkup Wilayah dan Waktu Studi.……………………………………. III – 1

3.2. Metodologi Studi…………………………………………………………. III – 7

3.3. Analisis ………………………………………………………………….. III – 9

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

4.1. Rona Lingkungan Kali Pesanggrahan…….. ………………………... IV – 1

4.2. Karakteristik dan Kualitas Air Kali Pesanggrahan ....... .................... IV – 4

4.3. Sumber Pencemar Potensial Kali Pesanggrahan............................. IV –21

4.4. Daya Tampung Kali Pesanggrahan ................................................. IV – 23

4.5. Rekomendasi Program Pengendalian Pencemaran Kali Pesanggrahan ..................................................................................

IV – 26

BAB V KESIMPULAN V-1

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENGENDALIAN PENCEMARAN SUNGAI CILIWUNG DI PERBATASAN iii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Teks Hal

2.1 Keadaan iklim di Jakarta………………………………………………. II–2

2.2 Debit, aliran terbesar (Qmax) dan aliran terkecil (Qmin) Kali

Pesanggrahan…………………………………………………………....

II–2

2.3 Konsentrasi ukuran kadar oksigen untuk kehidupan ikan.................. II–9

2.4 Kualitas air berdasarkan kandungan oksigen terlarut………………... II–10

2.5 Kualitas air berdasarkan nilai BOD5………………………………………………………….. II–10

2.6 Kriteria Penentuan Kualitas Air ………………………………………… II–17

2.7 Penentuan Kualitas Air berdasarkan PP No. 82 tahun 2001……….. II–18

3.1 Titik Pengambilan Sampel di Kali Pesanggrahan…………………….. III-1

3.2 Data Diperlukan serta Sumber Data................................................... III-8

3.3 Parameter Fisik dan Kimia untuk penghitungan daya tamping……… III-9

4.1 Rona lingkungan di titik Sampling Kali Pesanggrahan……………….. IV–3

4.2 Karakteristik Kali Pesanggrahan………………………………………... IV–5

4.3 Kualitas air Kali Pesanggrahan…………………………………………. IV–7

4.4 Status Mutu Air Kali Pesanggrahan.................................................... IV-21

4.5 Kegiatan sarana perdagangan dan industri di kelurahan yang

dilewati Kali Pesanggrahan………………………………………………

IV-22

4.6 Karakteristik dan jenis sumber limbah yang dihasilkan dari berbagai

kegiatan…………………………………………………………………….

IV-24

4.7 Kemampuan pulih Kali Pesanggrahan berdasarkan koefisien

peluruhan, koefisien reaerasi dan koefisien pengendapan…………..

IV-25

4.8 Distribusi Beban Pencemaran di Kali Pesanggrahan………………… IV-27

4.9 Target Penurunan Beban Pencemaran di Kali Pesanggrahan……… IV-28

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) iv

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Teks Hal

2.1 Peta DAS Pesanggrahan……………………………………………. II–4

2.2 Alur Kali Pesanggrahan……………………………………………… II–5

2.3 Interaksi antar konstituen utama dalam QUAL2E………………… II-19

3.1 Titik Pengamatan Kualitas Air Kali Pesanggrahan Wilayah DKI

Jakarta………………………………………………………………….

III-3

3.2 Lokasi Pengambilan Sampel (Titik 1, 2, 3 dan 4)…………………. III-4

3.3 Lokasi Pengambilan Sampel (Titik 5 dan 6)………………………. III-5

3.4 Lokasi Pengambilan Sampel (Titik 7)………………………………. III-6

3.5 Pembagian segmen di Kali Pesanggrahan………………………... III-7

4.1 Rona lingkungan Kali Pesanggrahan………………………………. IV–4

4.2 Debit Kali Pesanggrahan……………………………………………. IV–6

4.3 Conduktivitas di Kali Pesanggrahan………………………………... IV–9

4.4 Kandungan zat padat terlarut di Kali Pesanggrahan……………... IV–10

4.5 Kelarutan Oksigen (DO) di Kali Pesanggrahan…………………… IV–11

4.6 Amonia Kali Pesanggrahan…………………………………………. IV–12

4.7 BOD Kali Pesanggrahan…………………………………………….. IV–12

4.8 COD Kali Pesanggrahan…………………………………………….. IV–13

4.9 Fosfat di Kali Pesanggrahan………………………………………… IV–14

4.10 Deterjen di Kali Pesanggrahan……………………………………… IV–15

4.11 Minyak dan lemak di Kali Pesanggrahan………………………….. IV–16

4.12 Fenol di Kali Pesanggrahan…………………………………………. IV–17

4.13 E. coli di Kali Pesanggrahan………………………………………… IV–18

4.14 Koefisien peluruhan pencemar di Kali Pesanggrahan……………. IV–26

4.15 Perbandingan BOD Model dan BOD lapangan…………………… IV–27

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) I-1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

DKI Jakarta dialiri 13 sungai (kali). Sungai-sungai ini terbagi dalam dua Daerah Aliran

Sungai (DAS) utama, yaitu DAS Ciliwung dan DAS Cisadane. Kali Pesanggrahan adalah

salah satu dari 13 kali (sungai) yang melintasi wilayah DKI Jakarta. Dalam sistem Daerah

Aliran Sungai (DAS), Kali Pesanggarahan terdapat dalam DAS Cisadane.

Air permukaan seperti sungai banyak dimanfaatkan untuk keperluan manusia seperti tempat

penampungan air, media transportasi, mengairi sawah dan keperluan peternakan, keperluan

industri, perumahan, sebagai daerah tangkapan air, pengendali banjir, ketersediaan air,

irigasi, tempat memelihara ikan dan juga sebagai tempat rekreasi.

Berdasarkan PP No 82/2001, Kali Pesanggrahan merupakan salah satu sungai dengan

peruntukan perikanan golongan Kelas III. Dalam pengalirannya menampung berbagai beban

limbah, dimana semakin kehilir beban yang ditanggungnya semakin berat. Pertumbuhan

berbagai aktivitas di Kali Pesanggrahan seperti kegiatan industri dan permukiman

mengakibatkan berubahnya kualitas air. Selain itu, perubahan tata guna lahan yang tidak

memperhatikan RTRW menyebabkan perubahan fungsi lahan yang pada gilirannya akan

meningkatkan kualitas dan kuantitas limbah yang masuk.

Sebagai tempat penampungan air maka sungai mempunyai kapasitas tertentu dan ini dapat

berubah karena aktivitas alami maupun antropogenik. Sebagai contoh pencemaran sungai

dapat berasal dari (1) tingginya kandungan sedimen yang berasal dari erosi, kegiatan

pertanian, konstruksi bangunan, pembukaan lahan dan aktivitas lainya; (2) limbah organik

dari manusia, hewan dan tanaman dan (3) kecepatan pertambahan senyawa kimia yang

berasal dari aktivitas industri yang membuang limbahnya ke perairan. Ketiga hal tersebut

merupakan sumber dampak dari meningkatnya populasi manusia, kemiskinan dan

industrialisasi.

Penurunan kualitas air akan menurunkan dayaguna, hasil guna, produktivitas, daya dukung

dan daya tampung dari sumberdaya air yang pada akhirnya akan menurunkan kekayaan

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) I-2

sumberdaya alam. Untuk menjaga kualitas air agar tetap pada kondisi alamiahnya, perlu

dilakukan pengelolaan dan pengendalian pencemaran air secara bijaksana.

Mengingat fungsi ekosistem yang sangat penting tersebut, pemerintah maupun masyarakat

berupaya menjaga keberlanjutannya baik melalui program terstruktur maupun program yang

dilaksakan swadaya oleh masyarakat. Pemerintah sejak lama telah mencangkan Program

Kali Bersih (PROKASIH) dan secara faktual sebagian bantaran Kali Pesanggrahan telah

dikelola oleh masyarakat secara partisipatif yang memiliki kepedulian yang tinggi tentang

konservasi alam. Hal ini dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut:

1. Bantaran Kali Pesanggrahan dikelola dengan baik dan dipertahankan semaksimal

mungkin seperti kondisi alamiahnya sehingga kelestarian lingkungan sungai sebagai

kawasan ekologi dan kawasan plasma nutfah serta tanaman arboterium masih tetap

terjaga,

2. Bantaran sungai juga oleh masyarakat setempat dimanfaatkan untuk bercocok

tanam dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari yaitu sebagai lahan pertanian, kebun,

tanaman obat dan rempah, adapun kebutuhan air/penyiramannya dengan

pengambilan langsung dari sungai,

3. Pada areal tertentu dibuat kolam atau empang dimana sumber airnya adalah dari air

buangan rumah-rumah penduduk yang berfungsi sebagai tempat penampungan

sementara sebelum dibuang menuju sungai, juga sebagai tempat peternakan ikan

untuk meningkatkan ekonomi warga,

4. Adanya kegiatan pembersihan limbah sampah di sungai secara berkala, yang

dilakukan oleh masyarakat dan murid-murid sekolah, serta

5. Pengelolaan budidaya dan pariwisata yang dilakukan secara partisipasi oleh

masyarakat.

Semakin tingginya tingkat pencemaran dan belum dilaksanakannya pengendalian

pencemaran lingkungan secara terpadu dan sistematis merupakan permasalahan yang

hingga saat ini perlu mendapat perhatian. Program pengendalian pencemaran sebaiknya

ditekankan pada tindakan preventif melalui penurunan beban pencemaran yang akan masuk

ke sungai. Penyusunan program pengendalian pencemaran berdasarkan daya tampung

sungai merupakan kegiatan pendukung PROKASIH.

Daya tampung beban pencemaran adalah kemampuan air pada suatu sumber air, untuk

menerima masukan beban pencemaran tanpa mengakibatkan air tersebut menjadi cemar

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) I-3

Beban pencemaran adalah jumlah suatu unsur pencemar yang terkandung dalam air atau

limbah (Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001).

Berbagai permasalahan sumberdaya air yang dihadapi DKI Jakarta saat ini adalah

terjadinya ketidakseimbangan antara ketersediaan air dengan kualitas yang semakin

menurun dan kebutuhan air yang cenderung meningkat. Atas dasar tersebut perlu upaya

pengendalian pencemaran air.

Dalam rangka mengantisipasi pengembangan dimasa mendatang dengan semakin

meningkatnya tuntutan masyarakat akan kebutuhan air yang sesuai peruntukannya maka

perlu dilakukan Perhitungan daya tampung beban pencemaran air Kali Pesanggrahan guna

membuat rencana pengembangan daerah, pengelolaan dan upaya-upaya untuk

mempertahankan kelestarian sumberdaya alam yang tersedia sehingga dapat lestari dan

berkesinambungan.

1.2. TUJUAN

Kajian ini bertujuan untuk:

1. Mendapatkan gambaran mengenai kualitas air Kali Pesanggrahan dibandingkan dengan

Baku Mutu.

2. Mengidentifikasi sumber pencemaran potensial Kali Pesanggrahan,

3. Mengevaluasi daya tampung air Kali Pesanggrahan Terhadap Beban Pencemaran

4. Memberikan rekomendasi program pengendalian pencemaran Kali Pesanggrahan.

1.3. DASAR HUKUM

Undang-Undang:

1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya.

2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

3. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

4. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

5. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

6. Undang-Undang No. 24 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi.

7. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) I-4

Peraturan Pemerintah:

1. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air.

2. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air.

3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pelaksanaan Program Adipura.

4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2009 Tentang Program

Adipura.

Peraturan/Keputusan Menteri

1. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 01 Tahun 2009 tentang Program

Adipura.

2. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2009 tentang Pedoman

Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup Dalam Penataan Ruang Wilayah.

3. Kepmen LH No. 37 tahun 2003 tentang Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan dan

Pengambilan Contoh Air Permukaan.

4. Kepmen LH No. 110 tahun 2003 tentang pedoman Penetapan Daya Tampung beban

Pencemaran Air pada Sumber Air.

5. Kepmen LH No. 111 tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara

Perizinan serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air

6. Kepmen LH No. 112 tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik

7. Kepmen LH No. 114 tahun 2003 tentang Pedoman Pengkajian untuk Menetapkan Kelas

Air.

8. Kepmen LH No. 115 tahun 2003 tentang Pendoman Penentuan Status Mutu Air

9. Kepmen LH No. 142 tahun 2003 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup No. 111 tahun 2003 tentang Pendoman Mengenai Syarat dan Tata

Cara Perizinan serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Sumber Air

Peraturan/Keputusan Daerah Khusus Ibukota Jakarta:

1. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 68 Tahun 2005

Tentang Perubahan Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.

115 Tahun 2001 Tentang Pembuatan Sumur Resapan.

2. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 582 Tahun 1995

Tentang Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai/Badan Air Serta Baku Mutu

Limbah Cair Di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

3. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 30 Tahun 1999

Tentang Perizinan Pembuangan Limbah Cair Di Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) II-1

BAB II GAMBARAN UMUM

WILAYAH STUDI

2.1. KALI PESANGGRAHAN

Berdasarkan tata letaknya (morfologi sungai), seluruh gradien aliran sungai (kali) yang ada

di DKI Jakarta masuk dalam gradien wilayah sungai bagian hilir. Karakteristik sungai bagian

hilir ini memiliki daya erosi yang rendah sehingga menjadi area pengendapan (sedimentasi)

dan memiliki pola aliran bermeander sedang. Penyempitan sungai dan sampah akan

menyebaban kejadian bajir. Penggunaan tanah yang berlebihan dan pengelolaan limbah

cair yang kurang baik akan menurunkan kualitas air permukaan. Pada akhirnya akan

menentukan daya tampung kualitas airnya.

Panjang Kali Pesanggarahan di wilayah DKI Jakarta adalah 27 km dengan luas daerah

pengaliran (Sub-DAS) adalah 28,67 km2 (Profil DKI Jakarta, 2003). Berdasarkan kontur

ketinggian, elevasi tertinggi Kali Pesanggarahan di bagian hulu wilayah studi (berbatasan

dengan Kota Depok) adalah 37 meter dpl dengan lebar 6 meter. Semakin kehilir elevasi

mencapai 0-1 meter dengan lebar di beberapa tempat < 4 meter. Dengan demikian gradien

kemiringan Kali Pesanggarahan adalah 0,25% atau < 1% dan penampang basah serta

daya tampungnya berkurang merupakan potensi luapan dan banjir.

Secara umum, kondisi Kali Pesanggrahan sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim di wilayah

yang dilewatinya. Keadaan iklim di Jakarta seperti terlihat pada Tabel 2.1.

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) II-2

Tabel 2.1. Keadaan iklim di Jakarta

Uraian Hasil pengukuran

Suhu (oC)

Maksimum

Minimum

Rata-rata

32.2

25.2

28.2

Kelembaban udara (%)

Maksimum

Minimum

Rata-rata

85

67

74

Tekanan udara (mbs) 1009,7

Curah hujan (mm2) 1909.2

Penyinaran matahari (%)

60

Sumber: Jakarta dalam Angka. BPS, 2009

Sedangkan debit, aliran terbesar dan aliran terkecil Kali Pesanggrahan selama 6 tahun

terakhir seperti tertera pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Debit, aliran terbesar (Qmax) dan aliran terkecil (Qmin) Kali Pesanggrahan

Tahun Debit

(m3/dt)

Aliran terbesar (Qmax)

(m3/dt)

Aliran terkecil (Qmin)

(m3/dt)

2003 12.685 46.88 5.32

2004 13.8 32.44 6.27

2005 14.563 55.90 7.87

2006 9.719 35.44 4.69

2007 11.827 39.33 2.96

2008 11.233 43.22 1.22 Sumber: Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC), 2009

Pada bagian hilir, meander Kali Pesanggrahan sudah tidak alami dan mengalami

penyempitan dan pelurusan. Sehingga daya tampungnya berkurang dan pada saat hujan (di

bagian hulu) debit aliran yang datang dapat penyebabkan luapan (banjir) di bagian hilirnya.

Luapan banjir ini semakin meluas dengan adanya penyempitan saluran dan sumbatan

sampah.

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) II-3

Sehubungan dengan rendahnya dataran di wilayah ini, maka pasar Cipulir dan sekitarnya

sering sekali terkena banjir tahunan maupun banjir besar lima tahunan yang terjadi sekitar

bulan Februari 2002 dan 2007.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah DKI Jakarta dalam mengurangi banjir. Seperti

pembuatan Banjir Kanal. Di mana pada bagian hilir Kali Pesanggarahan dibuat sodetan dan

dihubungkan dengan Banjir Kanal. Disamping itu, pemerintah DKI Jakarta juga telah

menerapkan penggunaan di sempadan sungai sesuai aturan dan pembuatan sumur

resapan.

Pada bagian tengah (middle stream) sudah dilakukan upaya yang sangat gigih dari

masyarakat setempat selama hampir 15 tahun, bantaran Kali Pesanggrahan seluas 40 Ha

dipertahankan sebagai areal konservasi. Masyarakat sekitar sangat menyadari bahwa,

dengan melindungi bantaran sungai akan mengembalikan fungsi sungai dan meningkatkan

daya dukung lingkungan, dengan tujuan mengurangi banjir dan perbaikan kualits air.

2.2. KARAKTERISTIK KALI PESANGGRAHAN

Daerah Aliran Sungai (DAS) Pesanggrahan mempunyai bentuk memanjang dengan

beberapa anak sungai yang bertemu di Kali Pesanggrahan, dengan karakteristik sebagai

berikut:

Luas DAS : 11,06 km2

Panjang sungai utama : 73,68 km

Jumlah ruas sungai : 105

Lebar DAS hulu : 5,615 km

Kemiringan sungai utama rerata : 0,27%

Aliran Kali Pesanggrahan dipengaruhi oleh kondisi dan aktivitas DAS Kali Pesanggrahan,

baik kondisi penutup lahannya maupun aktivitas masyarakat yang ada di sistem lahan

maupun di sistem alurnya. Gambar 2.1. Memperlihatkan DAS Pesanggrahan dan Gambar

2.3. memperlihatkan alur Kali Pesanggrahan.

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) II-4

PETA DAS PESANGGRAHAN

Gambar 2.1. Peta DAS Pesanggrahan

Sumber: Subandriyo, dkk., 2006

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) II-5

Gambar 2.2. Alur Kali Pesanggrahan

Kapasitas tampung sungai di sepanjang Kali Pesanggrahan sangat bervariasi, tergantung

pada kondisi pemanfaatan alur dan lahan di sekitar sungai tersebut. Keberadaan system

alur dan situ-situ di wilayah DAS Pesanggrahan juga sangat mempengaruhi pola aliran di

Kali Pesanggrahan. Jumlah situ di wilayah Jabodetabek diperkirakan mencapai 200 buah

dengan luas total semula ± 2.300 Ha (Zubaidi, 2003 dalam Subandriyo, dkk, 2006). Di

kawasan DAS Pesanggrahan terdapat 6 buah situ dimana salah satu situ sudah tidak

berfungsi sama sekali yaitu Situ Pasir. Situ di kawasan DAS Pesanggrahan berfungsi

kepada penyimpanan atau untuk akumulasi air permukaan sistem imbuhan (recharge).

Dengan demikian rehabilitasi situ-situ merupakan hal yang penting untuk konservasi sumber

daya air baik kuantitas maupun kualitas.

Kali Pesanggrahan

Cengkareng Drain

Teluk Jakarta

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) II-6

Pada musim kemarau, kualitas air Kali Pesanggrahan sangat jelek, baik warna maupun bau,

terutama pada ruas antara jembatan Cipulir sampai Pintu Air Daan Mogot.

2.3. PENCEMARAN SUNGAI DAN KUALITAS AIR SUNGAI

2.3.1. Pengaliran Buangan melalui Sungai

Berdasarkan masukan bahan pencemar ke sungai menyatakan pada prinsipnya terbagi dua

yaitu :

1. Sumber pencemar tetap

2. Sumber pencemar tidak tetap

Secara keseluruhan masuknya bahan pencemar ke dalam sistem sungai akan

menyebabkan terganngunya kondisi alamiah sungai, aliran sungai melambat, perubahan

kualitas air sungai, perubahan temperatur air, perubahan transport sedimen, mempengaruhi

kehidupan organisme dalam air serta mempengaruhi potensi rekreasi.

Kementerian Lingkungan Hidup (2004) secara umum membagi kawasan aliran sungai yang

mendapat tekanan pencemaran adalah dari :

1. Lahan kritis, dimana penambahan lahan kritis disebabkan karena tekanan dan

pertambahan penduduk; luas areal pertanian yang tidak sesuai, perladangan berpindah;

pengelolaan hutan yang tidak baik dan penebangan ilegal dan eksploitasi bahan

tambang

2. Ketersediaan dan kebutuhan air, dimana kebutuhan air terbesar berdasarkan sektor

kegiatan dapat dibagi ke dalam tiga kelompok besar yaitu untuk kebutuhan domestik,

pertanian dan industri. Kebutuhan air semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya

pertambahan penduduk dan peningkatan kegiatan pembangunan.

3. Perubahan penggunaan lahan. Penggunaan lahan di daerah tangkapan air atau daerah

aliran sungai/DAS (catchment area) sangat mempengaruhi ketersediaan air. Hutan,

danau, rawa dan situ merupakan tempat yang mempunyai fungsi untuk menahan dan

menyerap air hujan. Namun meningkatnya jumlah penduduk dan pembangunan

ekonomi menyebabkan semakin meningkatnya tekanan terhadap lahan.

4. Jumlah rumah tangga dan fasilitas buang air besar. Di kota besar seperti Jakarta,

penurunan kualitas air sungai dipengaruhi oleh buangan limbah cair dari rumah tangga.

Page 16: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) II-7

Selain itu masih banyak rumah tangga yang tidak mempunyai fasilitas buang air besar,

sehingga rumah tangga tersebut membuang limbahnya langsung ke sungai.

5. Jumlah bangunan di sepanjang bantaran sungai. Peningkatakan beban pencemaran dari

limbah rumah tangga ke sungai adalah meningkatnya jumlah bangunan di sepanjang

bantaran sungai. Daya tarik kota menyebabkan arus urbanisasi, sehingga kebutuhan

lahan semakin meningkat. Banyak lahan umum yang seharusnya tidak boleh dibangun,

akhirnya dimanfaatkan sebagai tempat permukiman terutama oleh kaum miskin.

6. Penggunaan pestisida dan pupuk, menambah beban pencemaran terhadap air sungai.

7. Pencemaran industri. Pencemaran sungai juga banyak disebabkan oleh limbah industri

yang tidak mengolah limbahnya.

Sumber pencemar sungai-sungai di DKI Jakarta dibagi menjadi 3 kelompok yaitu sumber

pencemar instansional, sumber pencemar non instansional dan sumber pencemar dari

daerah hulu.

1. Sumber pencemar instansional

Sumber pencemar instansional adalah sumber pencemar berbagai jenis kegiatan baik

skala besar dan menengah maupun skala kecil yang kecil yang jelas pengelolanya,

seperti industri, perdagangan, gedung/perkantoran, rumah sakit dan lain-lain.

2. Sumber pencemar non instansional

Limbah dari sumber pencemar non instansional ini berasal dari kegiatan-kegiatan rumah

tangga atau kegiatan lain yang tidak jelas penanggung jawab pengelolaan limbahnya

seperti limbah domestik (rumah tangga) dan limbah pertanian, sampah yang terbuang ke

sungai dan erosi.

3. Sumber pencemar di bagian hulu

Berbagai pencemar yang masuk di bagian hulu seperti kegiatan pertanian, limbah

domestik dan sampah.

2.3.2. Pencemaran Air

Penurunan kualitas air sungai disebabkan oleh masuknya/tercampurnya bahan pencemaran

atau terjadinya pencemaran ke dalam air sungai. Pengertian dasar pencemaran adalah

konsentrasi tertentu di dalam air pada periode tertentu menyebabkan berbagai akibat. Jika

berhubungan dengan kesehatan, maka disebut dengan kontaminasi, misalnya akibat dari

bakteri patogen. Apabila efek tersebut berhubungan dengan kualitas air tertentu untuk suatu

peruntukan di sebut konidisi pencemaran perairan. Zat pencemar yang di buang ke badan

Page 17: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) II-8

air (sungai atau danau) dikategorikan menjadi dua yaitu zat pencemar yang dapat terurai

(organik) dan yang tidak dapat terurai (an-organik).

Sastrawijaya (2000), menjelaskan bahwa sumber utama zat pencemar organik yang dapat

terurai adalah kegiatan industri pengolahan, sisa dari metabolisme manusia, hasil kegiatan

pertanian dan aliran air hujan yang berasal dari permukiman penduduk, baik kota atau desa.

Zat-zat ini bila dibuang ke dalam badan air akan dimakan dan diuraikan atas zat

pembentuknya oleh bakteri pembusuk dan pengurai. Pada proses ini sebagian oksigen yang

terlarut dalam air dipakai oleh bakteri-bakteri, akibatnya terjadi penurunan kadar oksigen

yang terlarut dalam air tersebut. Dalam proses penguraiannya, kadar oksigen dalam air

dapat pulih kembali bila bersentuhan dengan udara. Proses penguraian seperti ini disebut

penguraian secara aerobik.

Adanya pertambahan beban limbah pada suatu badan air, menyebabkan kandungan

oksigen yang terlarut (DO) dalam badan air yang semula tinggi akan menurun. Rendahnya

kandungan oksigen selain akan mengganggu fungsi pernafasan organisme air dapat pula

menambah beban timbunan amonia (NH3) yang bersifat racun. Apabila terjadi proses

penguraian tanpa oksigen seperti ini disebut anaerobik.

Keadaan air yang mengalami proses penguraian anaerobik (kandungan oksigen nihil,

kandungan karbondioksida meningkat) maka akan timbul (atau ditandai) oleh gas-gas

methan (CH4), dan gas hidrogen sulfida atau (H2S) yang baunya busuk serta bersifat racun.

Pada kondisi ini air berubah warna menjadi kehitam-hitaman dan berbusa.

Jumlah zat pencemar organik yang dapat terurai dinyatakan melalui jumlah oksigen yang

diperlukan untuk proses oksidasi (penguraian) bahan tersebut, baik secara kimiawi maupun

secara biologik. Penguraian zat organik secara kimiawi disebut Chemical Oxigen Demand

(COD), yaitu kebutuhan oksigen secara kimiawi. Penguraian zat organik secara biologik

disebut Biological Oxigen Demand (COD), yaitu kebutuhan oksigen secara biologik.

2.3.3. Parameter Kunci Penentuan Kualitas Air

Parameter untuk mengetahui kualitas lingkungan perairan, terutama cemaran bahan organik

dari kegiatan manusia adalah parameter oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologis

(BOD) dan kebutuhan oksigen kimia (COD), minyak dan lemak, amonia dan nitrat, Fecal coli

Page 18: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) II-9

(koli tinja), kekeruhan dan derajat keasaman atau pH (Welch, 1952 dalam Udayana, 1994;

Eckenfelder, W.W, 1977 dalam Irwan, D.Z, 1989, Park, Chris C, 1980).

Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut (Dissolve Oxygen) dalam air pada umumnya berasal dari: (1) difusi oksigen

secara langsung dari udara ke dalam air melalui lapisan permukaan air, (2) melalui arus

atau aliran air, (3) melalui air hujan, dan (4) melalui proses fotosintesis dalam air. Akan

tetapi konsentrasi DO dalam air akan berkurang oleh karena: (1) dipergunakan oleh hewan

air untuk respirasi, (2) dipakai untuk proses penguraian bahan organik secara biokimia, dan

(3) dipakai dalam proses penguraian bahan anorganik secara kimia (Welch, 1952) dalam

Udayana (1994).

Ukuran kadar oksigen yang terlarut dalam air (Disolve Oxygen) berguna untuk mengukur

kehidupan ikan dalam air. Kadar oksigen (DO), menjadi ukuran baik buruknya kualitas air

bagi kehidupan dalam air. Kondisi pencemaran air mulai menurun pada tingkat kurang dari 2

–3 ppm (atau konversi mg/l) dan semakin baik bila konsentrasinya lebih 3 ppm, seperti

berikut:

Tabel 2.3. Konsentrasi ukuran kadar okisigen untuk kehidupan ikan

Konsentrasi DO (ppm atau mg/lt)

Dampak pada kehidupan ikan

7 – 8 dibutuhkan untuk kehidupan beberapa jenis ikan yang penting 4 – 5 semua jenis ikan dan berlangsungnya siklus kehidupan di air 2 – 3 hanya sejenis ikan gurami dan atau ikan yang tidak disukai

manusia Sumber : Payne, 1986.

Konsentrasi oksigen terlarut rendah, akan mengakibatkan ikan dan hewan lainya yang

membutuhkan oksigen akan mati (Fardiaz, 1992). Berdasarkan kandungan oksigen ini, Lee

at al. (1978), membedakan kualitas air yang terlarut dalam air seperti berikut:

Page 19: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) II-10

Tabel 2.4. Kualitas air berdasarkan kandungan oksigen terlarut

Kualitas air berdasarkan kandungan oksigen terlarut (DO)

Kisaran konsentrasi DO (ppm atau mg/l)

Kriteria Kualitas Perairan

> 6,5 Kondisi kualitas air tidak tercemar 4,5 – 6,4 Kondisi kualitas air tercemar ringan 2,0 - 4,4 Kondisi kualitas air setengah tercemar

< 2,0 Kondisi kualitas air tercemar berat Sumber : Lee et al , 1978.

Kebutuhan Oksigen Biologis dan Kimiawi (BOD dan COD)

Parameter BOD dan COD adalah dua parameter yang saling melengkapi. BOD biasa

digunakan sebagai indikator parameter limbah yang mudah mengurai (limbah domestik),

sedangkan COD biasanya digunakan sebagai indikator pencemaran limbah yang tahan urai

seperti limbah industri dan pertanian (Alaerts dan Santika , 1987, dalam Syafrani, 1994).

Tingginya nilai BOD, menunjukan semakin tingginya aktivitas mikroorganisme dalam

menguraikan bahan organik. Nilai BOD tersebut digunakan sebagai tolok ukur adanya

kandungan senyawa organik yang dapat dibiodegradasi. Adanya senyawa organik dalam

perairan akan dirombak oleh bakteri dengan menggunakan oksigen terlarut (DO), akibatnya

dapat menyebabkan turunya kadar oksigen perairan sampai mencapai tingkat terendah,

keadaan ini dapat mengganggu keseimbangan ekologis perairan yang menerima limbah

(Manahan, 1975 ).

Kriteria pencemaran berdasarkan kualitas air berdasarkan parameter BOD, adalah mulai

lebih dari 3,5 ppm (dapat konversi mg/l) dengan kondisi air tercemar tidaknya seperti berikut:

Tabel 2.5. Kualitas air berdasarkan nilai BOD5

Kisaran konsentrasi BOD (ppm atau mg/l)

Kriteria Kualitas Perairan

< 3,0 Tidak tercemar 3,0 – 4,9 Tercemar ringan

5,0 - 14,9 Setengah tercemar > 15,0 Tercemar berat

Sumber : Lee et al., 1978.

Dalam suatu pengukuran menggunakan BOD5, artinya pengukuran oksigen oleh bakteri

pembusuk dan penguraiannya selama lima hari pada suhu 20° C. Sementara Dojlido dan

Best (1993), membedakan kualitas air berdasarkan BOD adalah sebagai berikut:

Page 20: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) II-11

Amonia (NH3) dan Ammonium (NH4-N)

Menurut Sutton (1974) dalam Udayana (1994) kehadiran nitrogen amonia (NH3) dalam air

merupakan indikasi tentang kemungkinan adanya pencemaran yang masih baru, sedangkan

jika senyawa amonia tidak ada, tetap diikuti oleh keberadaan ammonium (NH4-N) dapat

merupakan indikasi tentang pencemaran yang telah berlangsung agak lama.

Nitrogen di perairan dapat berbentuk gas nitrogen (N2), amonia terlarut (NH3), senyawa

amonium (NH4+), nitrit, nitrat dan senyawa bentuk lainnya yang berasal dari limbah

pertanian, permukiman dan industri.

Secara alami, senyawa amonia merupakan hasil penguraian protein dan jumlahnya relatif

rendah dalam perairan. Nitrogen amonia (NH3) merupakan awal penguraian nitrogen

organik. Senyawa ini dapat pula terbentuk apabila nitrat dan nitrit direduksi baik secara

biologis maupun kimiawi yang dilakukan baik oleh bakteri heterotrof maupun autotrof. Salah

satu terjadinya nitrifikasi dapat dijadikan ukuran atau konversi nitrogen amonia menjadi

nitrat. Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001, ikan tertentu yang peka dapat

teracuni dengan konsentrasi amonia 0,02 mg/l dan untuk ikan kurang peka adalah 0,5

mg/l.

Mikrobiologi (Bacteriology)

Alaerths (1997) dalam Syafrani (1994), menyatakan bahwa mikroorganisme yang terdapat di

dalam air berasal dari berbagai sumber seperti udara, tanah, sampah, lumpur, tanaman

hidup atau mati, hewan hidup atau mati, kotoran manusia atau hewan dan bahan organik

lainnya.

Salah satu parameter yang menunjukan adanya pencemaran badan air sungai yang erat

kaitannya dengan kesehatan masayarakat sebagai penggunaan badan air adalah

didapatkannya bakteri-bakteri patogen. Park (1980) menyatakan, penilaian dengan metode

bakteriologis adalah sangat berguna untuk kesehatan dan sanitasi. Penilaian ini

berdasarkan atas hubungan kerapatan bakteri koliform dengan tingkat pencemaran organik.

Penilaian keberadaan coliform, agak sulit karena ada banyak faktor yang dapat

mempengaruhinya.

Page 21: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) II-12

Sebagai indikator tercemar tidaknya suatu perairan dalam hal ini dapat dilakukan dengan

pendekatan menganalisa bakteriologis (Fecal Coliform dan Eschericia coli) yang merupakan

bakteri patogen berasal dari limbah berupa kotoran atau tinja manusia atau hewan.

Kekeruhan (TSS)

Salah satu parameter fisik yang memberikan indikator pencemaran air berkaitan dengan

adanya aktivitas penduduk di atas tanah adalah kekeruhan (Total Suspended Solid).

Menurut Seani (1989), bahwa kekeruhan dapat disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi

dari ukuran koloid sampai dispersi besar, tergantung dari derajat turbulensinya.

Menurut Fardiaz (1992), padatan bahan-bahan teruspensi adalah padatan yang

menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak mengendap secara langsung. Ukuran

dan bobotnya lebih kecil dari pada sedimen, seperti tanah liat, bahan-bahan organik tertentu

dan sel-sel mikroorganisme dan lainya. Saeni (1989) menambahkan, pada waktu banjir,

sejumlah besar tanah lapisan atas mengalir ke dalam sungai sehingga menyebakan

kekeruhan. Kebanyakan bahan-bahan ini berupa zat-zat organik dan anorganik. Pada

daerah permukiman, kekeruhan disebabkan pula oleh limbah dari buangan penduduk dan

buangan dari industri baik yang telah diolah maupun yang belum.

Menurut Koesoebiono (1979), pengaruh utama dari kekeruhan adalah penurunan penetrasi

cahaya secara mencolok, sehingga menurunkan aktivitas fotosintesis fitoplankton dan alga

bentik, akibatnya produktivitas perairan akan turun.

Jogensen (1980) dalam Udayana (1997), menyatakan bahwa tingkat kekeruhan yang tinggi

menyebabkan proses fotosintesis hanya terbatas pada bagian permukaan saja, karena

penetrasi cahaya matahari menurun, menghilangnya jenis plankton dan bentos tertentu

serta jasad perairan lainnya, sehingga muncul jenis baru yang biasanya merugikan

kehidupan ikan.

Derajat Kemasaman (pH)

Nilai pH pada perairan tawar berkisar antara 5,0 – 9,0. Sedangkan pH air tercemar,

berbeda-beda tergantung dari jenis buangannya. Derajat kemasaman ini, diduga sangat

berpengaruh terhadap tingkat toksisitas bahan beracun.

Page 22: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) II-13

Menurut Hawkes (1978) dalam Udayana (1997), pada pH antara 5 – 9 pengaruh bahan

beracun sangat kecil. Perairan netral mempunyai pH 7; bila pH lebih kecil dari 7, maka

perairan itu bersifat asam, dan bila lebih besar dari 7, maka perairan itu bersifat basa

(alkali).

Ditambahkan oleh Fardiaz (1992), bahwa perubahan kemasaman pada air buangan rumah

tangga, idustri dan lainnya, baik kearah alkali (pH naik) maupun kearah asam (pH turun),

akan sangat mengganggu kehidupan ikan dan hewan air di sekitarnya.

2.3.4. Pemurnian Alami (self purification)

Sebenarnya sungai dapat memurnikan dirinya sendiri terhadap pencemar yang dibuang ke

dalamnya dengan mengasimilasi limbah dan memperbaiki kembali kualitasnya. Kapasitas

menguraikan limbah yang dibuang ditentukan oleh karakter sungai, termasuk kondisi

iklimnya.

Bahan organik yang masuk dalam sungai merupakan sumber makanan dan energi bagi

mikroorganisme aerobik untuk pertumbuhannya, atau bahan organik ini mengalami

stabilisasi dalam suasana aerob. Bakteri merupakan kunci dalam siklus biologi dimana

berperan mengaubah bahan-bahan organik terlarut menjadi sel-sel bakteri dan unsur-unsur

anorganik. Antara algae dan bakteri terdapat hubungan simbiosis mutualisme, melalui

proses fotosintesa dengan bantuan sinar matahari, algae akan menghasilkan oksigen yang

melalui metabolisme aerobik bakteri akan menggunakan oksigen. Intensitas aktivitas

mikroorganisme ini digambarkan dengan nilai BOD. Pada kondisi ini nilai BOD tinggi

sedangkan nilai DO (dissolved oxygen) rendah, kemudian pada saat suplai makanan habis,

aktivitas mikroorganisme menurun seirama dengan menurunnya BOD. Pada saat BOD

turun, suplai oksigen dapat dipenuhi oleh atmosfer, sehingga keseimbangan perairan

kembali normal. Hal ini dikenal dengan pemurnian diri (self purification).

Perubahan pada suatu perairan tercemar bahan organik menurut Nemerow (1991) dapat

dibagi menjadi empat tahap yaitu :

1. Tahap degradasi atau perombakan, ditandai dengan penurunan oksigen terlarut dan

kenaikan nilai BOD

2. Tahap dekomposisi aktif, dimana oksigen terlarut ada dalam jumlah minimum dan

kadang terjadi kondisi anaerob yang menimbulkan bau busuk. Pada tahap ini, dapat

mengganggu kehidupan ikan. Dekomposisi bahan organik menyebabkan suburnya

Page 23: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) II-14

pertumbuhan bakteri dan jamur serta menurunkan nilai BOD, disertai kenaikan ammonia

nitrogen.

3. Tahap pemulihan, dimana tingkat reaerasi melebihi tingkat deoksigenasi sehingga

oksigen terlarut naik perlahan-lahan. Ammonia nitrogen berubah secara biologis

menjadi nitrat. Rotifer, crustacea dan spesies ikan yang toleran akan muncul lagi. Algae

tumbuh subur pada hara anorganik hasil stabilisasi bahan organik.

4. Tahap kondisi air kembali bersih, dimana nilai oksigen terlarut normal dan angka BOD

kecil. Berbagai kehidupan tumbuhan-tumbuhan dan hewan akuatik serta ikan yang peka

mulai kembali. Perubahan kualitas air kembali seperti sebelum ada pembuangan

limbah.

2.4. PENGELOLAAN KUALITAS AIR

2.4.1. Pengelolaan Kualitas Air berdasarkan Pemurnian Alami Sungai

Pengelolaan kualitas air bertujuan untuk menjamin kualitas air yang diinginkan sesuai

peruntukkannya agar tetap dalam kondisi alamiahnya dan menjamin kualitas air agar sesuai

dengan baku mutu air melalui upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air

serta pemulihan kualitas air.

Lingkungan alam memiliki kemampuan untuk menahan beban pencemaran dan dapat

memperbaharui diri setelah beban tersebut hilang. Kemampuan ini disebut kemampuan

memperbaharui diri yang menjadi dasar dalam perhitungan “daya dukung lingkungan”

(carrying capacity).

Secara umum kemampuan pulih media perairan akibat pencemaran air lebih besar pada air

permukaan dibanding dengan air tanah. Kemampuan pulih tersebut juga lebih besar di

sungai daripada di danau atau waduk. Sungai dapat mengembalikan ke kondisi asal bila

pencemar tersebut ada dalam tingkat yang dapat ditoleransi. Bila tanaman atau hewan

hancur dengan adanya pencemar, masukan kembali tanaman dan hewan dapat dilakukan

bila kondisi sudah pulih.

Pencemaran pada air dapat masuk ke tanah, dapat tidak terdeteksi sampai beberapa tahun

sejak terkontaminasi dan dapat menyebabkan kerusakan sebelum kembali pulih pada

jangka waktu tertentu.

Page 24: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) II-15

Kondisi biofisik perairan yang mencakup kualitas perairan (fisika, kimia dan biologi)

dilakukan dengan tujuan untuk menentukan present status perairan yang terkait dengan

kelayakan pemanfaatan bagi kehidupan. Informasi mengenai kemampuan pulih media

lingkungan hidup sangat diperlukan bagi pengambilan keputusan dalam menentukan

kebijakan dalam perbaikan mutu lingkungan hidup.

Selanjutnya Thomann dan Mueller (1987) mengasumsikan bahwa substansi dapat

mengalami penghancuran (terurai) sesuai waktu yang diakibatkan oleh reaksi kimia,

penguraian oleh bakteri atau akibat pengendapan partikulat.

Penetapan standar merupakan salah satu upaya efektif dalam pengendalian pencemaran

air. Standar memberikan arahan bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan program tersebut.

Standar kualitas air yang berlaku harus dapat dilaksanakan yaitu semaksimal mungkin

melindungi lingkungan tetapi memberikan toleransi bagi pembangunan industri dan sarana

pengendalian pencemaran air yang ekonomis.

Dalam pengelolaan kualitas air dikenal dua macam standar, yaitu stream standard dan

effluent standar. Stream standard adalah karakteristik kualitas air yang disyaratkan bagi

badan air, yang disusun dengan mempertimbangkan pemanfaatan badan air tersebut,

kemampuan mengencerkan dan membersihkan diri terhadap beban pencemar (self

purification). Industri dapat membuang bahan-bahan buangan ke badan air sejauh tidak

menyebabkan perubahan yang melampaui batas standar kualitas badan air tersebut.

Effluent standard adalah karakteristik kualitas air yang disyaratkan bagi air buangan yang

akan disalurkan ke badan air.

Penerapan effluent standard cukup baik bagi daerah yang telah padat industri atau yang

direncanakan untuk pengembangan industri. Dalam hal ini akan diperoleh keseragaman

persyaratan buangan suatu wilayah, sehingga pengawasan effluent buangan lebih mudah

dilaksanakan (Ginting, 1992).

Beban pencemaran adalah jumlah suatu parameter pencemaran yang terkandung dalam

sejumlah air atau limbah; daya tampung beban pencemaran adalah kemampuan air pada

sumber air menerima beban pencemaran limbah tanpa mengakibatkan turunnya kualitas air

sehingga melewati buku mutu air yang ditetapkan sesuai dengan peruntukannya (Peraturan

Page 25: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) II-16

Pemerintah Republik Indonesia nomor 20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran

Air).

Selanjutnya dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup no. 110 Tahun 2003

tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air pada Sumber Air

dikatakan bahwa Daya tampung beban pencemaran air adalah kemampuan air pada suatu

sumber air, utnuk menerima masukan beban pencemaran tanpa mengakibatkan air tersebut

menjadi cemar.

Beban pencemaran adalah jumlah suatu unsur pencemar yang terkandung dalam air atau

air limbah. Metoda neraca massa adalah metoda penetapan daya tampung beban

pencemaran air dengan menggunakan perhitungan neraca massa komponen-komponen

sumber pencemaran.

Pemodelan sungai diperkenalkan oleh Streeter dan Phelps pada tahun 1925 menggunakan

persamaan kurva penurunan oksigen (oxygen sag curve) dimana metode pengelolaan

kualitas air ditentukan atas dasar defisit oksigen kritik Dc. Pemodelan Streeter dan Phelps

hanya terbatas pada dua fenomena yaitu proses pengurangan oksigen terlarut

(deoksigenasi) akibat aktivitas bakteri dalam mendegradasikan bahan organik yang ada

dalam air dan proses peningkatan oksigen terlarut (reaerasi) yang disebabkan turbulensi

yang terjadi pada aliran sungai (Chapra, 1997).

2.4.2. Kriteria Penentuan Kualitas Lingkungan Perairan Sungai

Menurut Mahmud (1990) dalam Syafrani (1994), ada tiga cara untuk mengevalusi tingkat

pencemaran air yaitu; (a) cara kriteria dan standar kualitas air; (b) cara uji hayati; dan (c)

cara indeks kualitas air atau pencemaran. Cara kriteria seperti yang dilakukan Dojlido dan

Best (1993) yaitu dengan cara pemberian bobot atau nilai secara berurutan pada parameter

kunci yang mencirikan dampak pencemaran lingkungan perairan. Berdasarkan total bobot,

dilakukan klasifikasi mengenai kelas kualitas lingkungan dengan kriteria baik, sedang dan

buruk yaitu:

Page 26: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) II-17

Tabel 2.6. Kriteria Penentuan Kualitas Air

Kualitas Lingkungan Perairan Nilai

(Bobot)

Parameter Lingkungan

Baik (1) Sedang (2) Buruk (3)

1 BOD5 (mg/l) < 6 6 – 9 > 9

2 COD (mg/l) < 40 40– 50 > 50

3 Amonia (mg/l) < 0,4 0,5 – 2,0 > 2,0

Total Bobot 6 12 18

Sumber: Dojlido dan Best (1993).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 klasifikasi dan kriteria mutu air,

dibagi menjadi :

1. Kelas I, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk air baku air minum dan atau

peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan

tersebut.

2. Kelas II, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,

pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanian dan atau

peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

3. Kelas III, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air

tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman dan atau peruntukkan lain yang

mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

4. Kelas IV, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk mengairi pertamanan dan

atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan

tersebut.

Penilaian kualitas air, berdasarkan standar baku mutu (BM) dalam PP 82 tahun 2001,

bahwa mutu air yang digunakan untuk rekreasi, perikanan dan pertanaian termasuk dalam

Kelas II dan Kelas III, seperti berikut:

Page 27: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) II-18

Tabel 2.7. Penentuan Kualitas Air berdasarkan PP No. 82 tahun 2001

Kelas Mutu Air No Parameter Lingkungan Unit

Kelas II Kelas III

1 BOD mg/l 3 6

2 COD mg/l 25 50

3 Amonia mg/l 0,02 0,5

4 Fecal coliform Jml/100 ml 1.000 2.000

5 Total coliform Jml/100 ml 5.000 10.000

Sumber: Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001.

2.5. DAYA TAMPUNG SUNGAI

Daya tampung beban pencemaran air adalah kemampuan air pada suatu sumber air, untuk

menerima masukan beban pencemaran tanpa mengakibatkan air tersebut menjadi cemar.

Parameter yang digunakan untuk menghitung daya tampung beban pencemaran adalah

karakteristik sungai penerima limbah seperti BOD, DO, Temperatur, debit dan kecepatan

arus. Serta karakteristik limbah meliputi BOD, DO, Temperatur, debit dan kecepatan arus.

Perhitungan daya tampung beban pencemar pada sumber air ditetapkan berdasarkan

Metoda QUAL2E sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 110

Tahun 2003 Tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Pada

Sumber Air

QUAL2E merupakan program pemodelan kualitas air sungai yang sangat komprehensif dan

yang paling banyak digunakan saat ini. QUAL2E dikembangkan oleh US Environmental

Protecion Agency. Tujuan penggunaan suatu pemodelan adalah menyederhanakan suatu

kejadian agar dapat diketahui kelakuan kejadian tersebut. Pada QUAL2E ini dapat diketahui

kondisi sepanjang sungai (DO dan BOD), dengan begitu dapat dilakukan tindakan

selanjutnya seperti industri yang ada disepanjang sungai hanya diperbolehkan membuang

limbahnya pada beban tertentu.

Manfaat yang dapat diambil dari pemodelan QUAL2E adalah :

Page 28: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) II-19

1. mengetahui karakteristik sungai yang akan dimodelkan dengan membandingkan

data yang telah diambil langsung dari sungai tersebut.

2. mengetahui kelakuan aliran sepanjang sungai bila terdapat penambahan beban dari

sumber-sumber pencemar baik yang tidak terdeteksi maupun yang terdeteksi,

3. dapat memperkirakan pada beban berapa limbah suatu industri dapat dibuang ke

sungai tersebut agar tidak membahayakan makhluk lainnya sesuai baku mutu

minimum.

Perangkat lunak QUAL2E adalah program pemodelan kualitas air sungai yang sangat

komprehensif. Program ini dapat diaplikasikan pada kondisi tunak atau dinamik. Selain itu

dapat mensimulasikan hingga 15 parameter konstituen dengan mengikutsertakan

perhitungan aliran-aliran anak sungai yang tercemar. Model ini dapat juga digunakan untuk

arus dendritik dan tercampur sempurna dengan menitikberatkan pada mekanisme

perpindahan secara adveksi dan disperse searah dengan arus. Gambar 3.1. berikut ini

dapat menggambarkan hubungan antar konstituen dengan menggunakan program simulasi

QUAL2E.

Gambar 2.3. Interaksi antar konstituen utama dalam QUAL2E

Keterangan:

α1 = Fraksi dari biomassa alga dalam bentuk Nitrogen, mg-N/mg-A

α2 = Kandungan algae dalam bentuk fosfor, mg-P/mg-A

Page 29: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) II-20

α3 = Laju produksi oksigen tiap unit proses fotosintesa alga, mg-O/mg-A

α4 = Laju produksi oksigen tiap unit proses respirasi alga, mg-O/mg-A

α5 = Laju pengambilan oksigen tiap proses oksidasi dari amoniak, mg-O/mg-N

α6 = Laju pengmabilan oksigen dari proses oksidasi dari nitrit , mg-O/mg-N

σ1 = Laju pengendapan untuk Algae, ft/hari

σ2 = Laju sumber benthos untuk fosfor yang terlarut, mg-P/ft2-hari

σ3 = Laju sumber benthos pada amoniak dalam bentuk Nitrogen, mg-N/ft2-hari

σ4 = Koefisien laju untuk pengendapan nitrogen, hari -1

σ5 = Laju pengendapan fosfor, hari-1

μ = Laju pertumbuhan alga, bergantung terhadap temperatur, hari-1

ρ = Laju respirasi alga, bergantung terhadap temperatur, hari -1

K1 = Laju deoksigenasi BOD, pengaruh temperatur, hari-1

K2 = Laju rearsi berdasarkan dengan analogi difusi, pengaruh temperatur, day-1

K3 = Laju kehilangan BOD cara mengendap, faktor temperatur, day-1

K4 = Laju ketergantungan oksigen yang mengendap, faktor temperatur, g/ft2-hari

β1 = Koefisien laju oksidasi amonia, faktor temperatur, hari-1

β2 = Koefisen laju oksidasi nitrit, faktor temperatur, hari-1

β3 = Laju hydrolysis dari nitrogen, hari-1

β4 = Laju fosfor yang hilang, hari-1

2.6. PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran

air serta pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan Baku Mutu

Air

Upaya pengendalian pencemaran air dilakukan dengan langkah-langkah :

1. Menetapkan daya tampung beban pencemar

2. Melakukan inventarisasi sumber pencemar

3. Menetapkan persyaratan air limbah untuk aplikasi pada tanah

4. Menetapkan persyaratan pembuangan air limbah ke air atau sumber air

5. Memantau kualitas air pada sumber air

6. Memantau faktor lain yang menyebabkan perubahan mutu air

Page 30: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) II-21

Penyelamatan sumber daya air terlingkup dalam usaha pengelolaan sumberdaya air perlu

dilakukan dengan secara terintegrasi antara konservasi, pendayagunaan dan pengendalian

kerusakan. Mengintegrasikan beberapa aspek dalam suatu rencana perlakukan ditujukan

agar pengelolaan sumberdaya alam dapat diterapkan secara konsisten yang harus diikuti

oleh semua stakeholder. Pengelolaan kualitas air sungai dapat secara efektif dilaksanakan

jika semua pihak bertanggung jawab terhadap keberlangsungan fungsi sumberdaya yang

ada. Kebijakan pengelolaan DAS harus dilaksanakan oleh semua pihak.

Tujuan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air sungai adalah untuk

menjamin kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukkannya agar tetap dalam kondisi

alamiahnya serta menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air melalui upaya

pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air. Sehingga

perkembangan kota Jakarta yang pesat yang mengarah pada kota megalopolitan, dapat

terus dilakukan dengan memperhatikan daya dukung lingkungan utama maupun daerah

penyangganya. Sehingga sungai sebagai salah satu sumberdaya air tidak rusak dan dapat

terus menunjang kebutuhan masyarakat untuk berbagai keperluan (Hendrawan, 2006).

Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk menjaga kualitas air antara lain :

1. Konservasi air, penghematan pemakaian air agar semua kebutuhan dapat dipenuhi

2. Menggunakan teknologi hemat air dalam alat rumah tangga dan sanitasi

3. Mendorong penggunaan teknologi tepat guna dan berbasis bio-teknologi dalam upaya

pengendalian kualitas air

4. Pengelolaan bersama untuk mencegah banjir dan kekeringan

5. Pengelolaan limbah cair dan padat dari rumah tangga. Pengelolaan limbah cair dengan

memisahkan antara black water dan grey water.

6. Membentuk mekanisme monitoring dan pengawasan kualitas air sungai oleh masyarakat

dengan membentuk Forum Komunikasi

Page 31: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) III-1

BAB III METODOLOGI

3.1. LINGKUP WILAYAH DAN WAKTU STUDI

Penetapan daya tampung beban pencemaran air dilakukan pada ekosistim Kali

Pesanggrahan dengan waktu pekerjaan selama 5 bulan (Agustus-Desember 2009). Lingkup

wilayah studi daya tampung beban pencemaran air di Kali Pesanggrahan meliputi daerah di

sepanjang aliran yang melalui wilayah Jakarta dan kondisi perairan yang berada dalam

golongan Kelas III (PP No 82/2001) yang dibagi menjadi 7 (tujuh) titik pengamatan yaitu

seperti pada Tabel 3.1 dan sebarannya tertera pada Gambar 3.1-3.4.

Tabel 3.1. Titik Pengambilan Sampel di Kali Pesanggrahan

Titik Lokasi Koordinat (Lat, Long)

1 Sisi Timur Villa Delima S 6º18’387”; E 106º46’503”

2 Jembatan Jl. Cireundeu S 6º18’258”; E 106º46’416”

3 Ciputat-Sekopol S 6º17’428”; E 106º45’986”

4 Tanah Kusir-samping pol taxi Express S 6º15’240”; E 106º46’161”

5 Kebun Jeruk-Sebelah Taman Kota Srengseng

S 6º12’513”; E 106º45’881”

6 Jembatan Jl. Puri Kembangan Kedoya S 6º10’962”; E 106º45’45”

7 Rel Kereta Api Kembangan S 6º09’646”; E 106º44’843”

Daerah Pengaliran Sungai (DPS) adalah kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara

alamiah, dimana air meresap dan/atau mengalir ke permukaan tanah melalui sungai, anak-

anak sungai dalam wilayah tersebut. Tata Air Jakarta Selatan secara administrasi meliputi

10 kecamatan dan dilewati 5 (lima) dari 13 (tigabelas) sungai utama yang mengalir melewati

kota Jakarta, antara lain Kali Ciliwung, Kali Krukut dan Kali Mampang, Kali Grogol dan Kali

Pesanggrahan dan saluran penghubung lainnya. Sedangkan secara rinci sistem tata air Kali

Pesanggrahan adalah sebagai berikut :

Page 32: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) III-2

Kali induk : Kali Pesanggrahan

o Salururan penghubung Pertanian

o Salururan penghubung Adiyaksa

o Salururan penghubung Mawar

o Salururan penghubung Ulujami

Salururan penghubung Rengas

Salururan penghubung Bintaro

Salururan penghubung Kesehatan Bawah

Salururan penghubung Depsos

Salururan penghubung Beo Cenek

Salururan penghubung Masjid Al Jihad

Salururan penghubung BNI 46

o Salururan penghubung Petukangan Utara

Salururan penghubung Rawa Lindung

Salururan penghubung Kemajuan

o Salururan penghubung Kreo

Salururan penghubung Meteo

Salururan penghubung H. Gaim

Salururan penghubung Misar

Salururan penghubung Rian

Page 33: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) III-3

Keterangan : Panjang Kali Pensanggrahan di Wilayah Studi (DKI Jakarta) ± 27.000 m = 27 km. Prakiraan Jarak Antara lokasi Titik Pengamatan:

o Jarak Ttitik 1 – Ttitik 2 : ± 250 m o Jarak Ttitik 2 – Ttitik 3 : ± 250 m o Jarak Ttitik 3 – Ttitik 4 : ± 5.000 m o Jarak Ttitik 4 – Ttitik 5 : ± 10.000 m o Jarak Ttitik 5 – Ttitik 6 : ± 5.000 m o Jarak Ttitik 6 – Ttitik 7 : ± 2.000 m

Gambar 3.1. Titik Pengamatan Kualitas Air Kali Pesanggrahan Wilayah DKI Jakarta

Page 34: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) III-4

Gambar 3.2. Lokasi Pengambilan Sampel (Titik 1, 2, 3 dan 4)

Gambar 3.2

Titik-4

Titik 1-4

Titik-3

Titik-2

Titik-1

Page 35: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) III-5

Gambar 3.3. Lokasi Pengambilan Sampel (Titik 5 dan 6)

Gambar 3.3

Titik-5

Titik-6

T itik 5-6

Page 36: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) III-6

Gambar 3.4. Lokasi Pengambilan Sampel (Titik 7)

Gambar 3.4

Titik-7

Titik-7

Page 37: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) III-7

Selanjutnya titik-titik pengambilan sampel tersebut dibagi menjadi 3 segmen yaitu segmen

hulu, tengah dan hilir seperti ilustrasi dibawah ini.

Gambar 3.5. Pembagian segmen di Kali Pesanggrahan

Keterangan:

: alur Kali Pesanggrangan

: titik pengambilan sampel

: jarak antar titik

: masukan dari drainase

3.2. METODOLOGI STUDI

Kali Pesanggrahan seringkali dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan akhir dari limbah

hasil kegiatan manusia, yang dapat menambah beban pencemaran. Oleh karena itu perlu

diketahui seberapa jauh daya tampung sungai terhadap beban pencemaran. Pengertian

daya tampung sungai terhadap beban pencemaran menurut Kepmen Lingkungan Hidup

Nomor 110 Tahun 2003 adalah kemampuan air pada suatu sumber air, untuk menerima

masukan beban pencemar tanpa mengakibatkan air tersebut cemar. Beban pencemaran itu

sendiri merupakan jumlah suatu unsur pencemar yang terkandung dalam air atau air limbah.

3.2.1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer dilakukan untuk

mengetahui karakteristik, rona lingkungan dan kualitas air Kali Pesanggrahan. Data

1 2 3 4 5 6 7

Depok/DKI

Titik

4.500 m 10.500 m 7.500 m Ke PIK

Segmen 1. Hulu DKI Segmen 2. Tengah DKI Segmen 3. Hilir DKI

Page 38: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) III-8

sekunder digunakan untuk mendukung analisis. Data yang diperlukan dan sumber data

tertera pada Tabel 3.1.

1. Pengambilan data primer: karakteristik dan parameter kualitas air di Kali

Pesanggrahan

2. Pengumpulan data sekunder: Data peta, lokasi sampling (pengamatan), data fisik

dan debit aliran Kali Pesangrahan

3. Peta lokasi analisis ( Pengamatan): Ploting lokasi pangamatan pada peta aliran Kali

Pesangrahan.

Tabel 3.2. Data Diperlukan serta Sumber Data

No. Komponen Jenis Data Sumber Data primer

Sumber Data Sekunder

1 Kualitas Air Data Kualitas Air Kali Pesanggrahan

Kualitas Air tahun 2009, diukur langsung (data primer)

BPLHD DKI Jakarta

2 Fisiografi Topografi Peta pendukung: peta jaringan sungai, peta kontur, peta penggunaan tanah

Pengamatan

Jurusan Geografi UI, BAKOSURTA-NAL

3 Hidrologi Karakteristik fisik sungai & debit rata-rata

Periode banjir

Dinas PU, BBWSCC

4 Tata Ruang Tata guna, peruntukan dan pola pemanfaatan lahan

Pengamatan

Dinas Tata Kota & Bangunan

5 Industri jenis dan jumlah industri

BPS

6 Sosial Ekonomi Jumlah penduduk Sosio-Ekonomi

Kelurahan BPS

3.2.2. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan adalah contoh air yang diambil dari sejumlah yang telah ditentukan.

Alat yang digunakan untuk pengambilan contoh air adalah “Water Sampler” dengan

kapasitas 0,5 liter. Untuk pengawetan contoh air selama waktu sampling dimasukkan ke

dalam cooler box. Sedangkan parameter kualitas air secara keseluruhan akan dirujuk

Page 39: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) III-9

dengan PP No. 82 Tahun 2001. Peralatan yang digunakan untuk mengukur parameter

fisika-kimia air disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.3 Parameter Fisik dan Kimia untuk penghitungan daya tampung

No Parameter Satuan Metode

1. Suhu oC Elektrometri

2. DO mg/l Elektrometri

3. BOD mg/L Winkler

4. Debit m3/dtk Pengukuran

3.3. ANALISIS

3.3.1. Gambaran Kualitas Air Kali Pesanggrahan

Hasil pengukuran kualitas air. dianalisis dengan membandingkan dengan Baku Mutu

menurut PP 82 Tahun 2001. Data yang ada selanjutnya ditabulasi dan ditampilkan dalam

bentuk grafik dan dianalisis secara deskriptif dengan mengacu pada peraturan dan teori

yang ada. Selanjutnya dilakukan penghitungan Status Mutu Air dengan metode Storet. Hasil

analisis kualitas air Kali Pesanggrahan tertera pada Lampiran 1 dan Kriteria Mutu Air

berdasarkan Kelas tertera pada Lampiran 2. Sedangkan gambaran secara visual kondisi

Kali Pesanggrahan tertera pada foto-foto yang terdapat pada Lampiran 3.

3.3.2. Identifikasi sumber pencemar potensial Kali Pesanggrahan

Pendugaan sumber pencemar potensial dapat dihubungkan dengan kondisi kualitas badan

air penerimanya. Data sekunder berupa kegiatan yang potensial mencemardan pendugaan

jenis pencemarnya ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif.

3.3.3. Evaluasi daya tampung Kali Pesanggrahan

Evaluasi daya tampung Kali Pesanggrahan terhadap beban pencemar dilakukan dengan

tahapan

1. Penentuan besarnya debit air kali sebagai penerima limbah (Aliran Kali

Pesanggrahan).

Page 40: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) III-10

2. Penentuan besaran hasil pengukuran berbagai parameter kualitas air Kali

Pesanggrahan penerima limbah (Aliran Kali Pesanggrahan).

3. Perhitungan besarnya batas debit limbah toleransi yang dapat dibuang pada badan

Kali Pesanggrahan saat debit minimum.

4. Interpretasi.

Langkah penggunaan QUAL2E dalam penghitungan daya tampung Kali Pesanggrahan

tertera pada Lampiran 4. Selanjutnya dilakukan penghitungan daya tampung dengan rumus

W (kg/jam) = C x Q

Dimana:

W = massa

C = konsentrasi (mg/L)

Q = debit (m3/dt)

Sedangkan contoh pemodelan untuk oksigen terlarut dengan menggunakan QUAL2E

seperti di bawah ini.

Pemodelan untuk Oksigen Terlarut (DO) dengan menggunakan QUAL2E

Persamaan untuk penentuan laju perubahan DO :

dengan O : konsentrasi oksigen terlarut (mg/L)

O* : konsentrasi oksigen terlarut jenuh, pada P dan T setempat (mg/L)

A : konsentrasi biomassa dari alga [mg-A/l]

L : konsentrasi dari senyawa karbon BOD [mg/L]

d : kedalaman aliran rata-rata [ft]

N1 : konsentrasi amonia dalam bentuk nitrogen [mg/L]

N2 : konsentrasi nitrit dalam bentuk nitrogen [mg/L]

Persamaan untuk penentuan konsentrasi oksigen terlarut jenuh :

Page 41: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) III-11

dengan O * : konsentrasi oksigen jenuh, pada l atm (mg/L)

T : temperatur (K) = (0C + 273.15) dan 0C pada rentang 0-40 0C

Metoda penentuan laju reaerasi (K2)

1. K2 = 0,05 untuk permukaan sungai yang tertutup es, K2 = 1 untuk permukaan sungai

yang tak tertutup es.

2. Harga K2 pada temperatur 20 0C (Churcill dkk. (1962)) : K220 = 5.026.u 0.969 .d -1.673

x 2.31

Dengan u = kecepatan rata-rata pada aliran (ft/detik)

d = kedalaman rata-rata pada aliran (ft)

K2= koefisien reaerasi

3. O’Connor dan Dobbins (1958) dengan karakter aliran turbulen

3.1 Untuk aliran dengan kecepatan tinggi dan kondisi isentropik

3.2 Untuk aliran dengan kecepatan tinggi dan kondisi isentropik

Dengan So : derajat kemiringan sungai sepanjang aliran (ft/ft)

Dm : koefisien difusi molekul (ft2/day)

Dm : 1.91 x 103 (1.037) T-20

4. Owens (1964) untuk aliran yang dangkal dan mengalir dengan cepat dengan batasan

kedalaman 0.4 – 11.0 ft dan kecepatan dari 0,1 – 5 ft/detik.

Page 42: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) III-12

5. Thacktor dan Krenkel (1966)

dengan F = bilangan Froude

g = percepatan gravitasi (ft/sec2)

Se = Sudut dari perbedaan ketinggian

N = koefisien untuk gesekan

6. Langbien dan Durun (1967)

7. Hubungan empiris antara kecepatan dan kedalaman dengan lajur alir pada bagian

hidraulik akan dikorelasikan :

dengan a : koefisien untuk laju alir untuk K2

Q : laju alir (ft3/detik)

b: eksponen untuk laju alir K2

8. Tsivoglou dan Wallace (1972) K2 dipengaruhi oleh perbedaan ketinggian sepanjang

aliran dan waktu yang diperlukan sepanjang aliran tersebut.

Page 43: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) III-13

Harga c (koefisien kehilangan DO tiap ft sungai)dibatasi oleh laju alir

Untuk lajut air 1 – 5 ft3/detik harga c = 0.054ft-1 (200C)

Untuk lajut alir 15 – 3000 ft3/detik harga c = 0.110 ft-1 (200C)

Hasil simulasi model selanjutnya dikonversi sebagai daya tampung Kali Pesanggrahan.

Hasil simulasi model tersebut juga dibandingkan dengan kondisi lapangan sehingga

diketahui target penurunan pencemar yang harus dilakukan.

3.3.4. Alternatif rekomendasi

Berdasarkan kondisi kualitas air, sumber pencemar potensial dan daya tampung Kali

Pesanggrahan, selanjutnya diberikan alternatif rekomendasi progam pengendalian

pencemaran Kali Pesanggrahan.

Page 44: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-1

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

4.1. RONA LINGKUNGAN KALI PESANGGRAHAN

Kali Pesanggrahan yang masuk ke wilayah DKI Jakarta bermula dari Kelurahan Lebak Bulus

terus mengalir menuju muara melewati Kelurahan Kembangan Utara. Dalam pengalirannya

di Kota Jakarta, Kali Pesanggrahan melewati 17 Kelurahan yaitu:

1 Kelurahan Lebak Bulus 9 Kelurahan Sukabumi Selatan

2 Kelurahan Pondok Pinang 10 Kelurahan Kelapa Dua

3 Kelurahan Kebayoran Lama Selatan 11 Kelurahan Srengseng

4 Kelurahan Kebayoran Lama Utara 12 Kelurahan Kebon Jeruk

5 Kelurahan Pesanggrahan 13 Kelurahan Kedoya Selatan

6 Kelurahan Ulujami 14 Kelurahan Meruya Utara

7 Kelurahan Cipulir 15 Kelurahan Kembangan Selatan

8 Kelurahan Grogol Selatan 16 Kelurahan Kedoya Utara

17 Kelurahan Kembangan Utara

Rona lingkungan memberikan gambaran awal secara visual mengenai kondisi sekitar dan

keadaan kali di titik-titik pengambilan sampel. Titik 1 merupakan hulu Kali Pesanggrahan di

wilayah Jakarta menuju Jembatan Cirendeu (Titik 2), Ciputat-Sekopol (Titik 3), Tanah Kusir

(Titik 4), Kebon Jeruk (Titik 5), Jembatan Puri Kembangan (Titik 6) dan berakhir di Rel

Kereta Api kembangan (Titik 7).

Titik 1 diambil di Kali Pesanggrahan yang bersisian dengan Villa Delima. Di dekat titik

tersebut terdapat daerah konservasi Sangga Buana yang dikelola oleh H. Chaerudin. Di

lokasi tersebut terdapat ± 60 jenis tanaman dan kolam ikan. Keberadaan daerah konservasi

tersebut sangat mendukung program Kali Bersih. Daerah pinggiran sungai/bantaran kali

sekitar 10-20 meter dipenuhi oleh aneka tumbuhan yang membentuk formasi horizontal dan

merupakan suatu ekosistem. Ekosistem tersebut merupakan daerah penyangga sungai

untuk melindungi sungai dari kerusakan. Fungsi dari ekosistem pinggir sungai adalah untuk

menjaga ketersediaan air tanah, mencegah banjir, penahan angin, penangkap sedimen dan

keseimbangan iklim mikro. Kombinasi dari kelembaban dan kondisi atmosfer menjadikan

Page 45: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-2

tempat yang nyaman bagi organisme hewan berkembang biak. Vegetasi yang terdapat di

bantaran kali seperti bambu (Bambusa sp), kelapa (Cocos nucifera), pisang (Musa

paradisiaca), melinjo (Gnetum gnemon), mangga (Mangifera indica), jambu air (Eugenia

aquea), jambu biji (Psidium guajava), rambutan (Nephelium lapaceum), nangka

(Arthocarpus integra), sukun (Artocarpus comunis), alpukat (Persea americana), ketapang

(Terminalia cattapa), petai cina (Leucaena sp), petai (Parkia speciosa), belimbing (Averhoa

bilimbi) dan tanaman kebun seperti talas (Colocasia esculenta), ubi (Ipomoea batatas) dan

singkong (Manihot esculenta). Sedangkan keberadaan kolam ikan di bantaran sungai

tersebut sebagai bagian dari sistem tata air suatu sungai dimana kolam baik yang alami dan

buatan dapat berfungsi sebagai tempat parkir air dan mendatangkan kehidupan liar selain

bermanfaat dari segi rekreasi dan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Keberadaan bantaran

sungai yang masih asri tersebut mendukung karakteristik sungai dimana air mengalir relatif

lancar dan berwarna hijau kecoklatan. Namun demikian di sebaian dinding sungai terlihat

ada sampah, ada masukan dari saluran drainase dari permukiman

Titik 2 diambil di Kali Pesanggrahan sekitar Jembatan Jl. Cirendeu. Bantaran kali terlihat

menyempit namun demikian beberapa vegetasi yang terdapat di bantaran seperti bambu,

mangga, petai, ketapang dan pisang. Bantaran kali selebar 1-3 meter berbatasan langsung

dengan jalan dan permukiman. Air mengalir lancar dan berwarna hijau kecoklatan, ada

masukan air limbah penduduk lewat drainase.

Titik 3 diambil di sekitar Ciputat-Sekopol. Bantaran sempit sekitar 1-2 meter, di sekitarnya

terdapat warung makan dan permukiman. Vegetasi yang terdapat di sana adalah bambu,

kluwek, sukun, maja, kelapa, cheri, petai dan pisang. Air mengalir lancar dan berwarna

kecoklatan, ada masukan saluran drainase.

Titik 4 diambil di Kali Pesanggrahan sekitar Tanah Kusir. Bantaran cukup besar sekitar 6

meter. Vegetasi yang ada seperti bambu, petai cina dan pisang. Sedimentasi menyembul di

permukaan aliran air, sampah tertahan di pinggiran sungai, bantaran sungai tergerus dan

ada masukan saluran drainase.

Titik 5 diambil di Kali Pesanggrahan yang berlokasi di sebelah hutan kota Srengseng.

Vegetasi yang terdapat di bantaran antaran lain bambo, kemboja, ketapang, sukun, dll. Air

mengalir lancar, berwarna hitam, ada masukan dari saluran drainase yang mempengaruhi

kualitas air, pada bantaran terdapat industri tahu, banyak tumpukan sampah.

Page 46: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-3

Titik 6 diambil di Kali Pesanggrahan yang berlokasi Jembatan Jl. Puri Kembangan. Aliran air

lambat, banyak sampah, air berwarna hitam, bantaran sempit dan relatif tidak ada tanaman

besar

Titik 7 diambil di Kali Pesanggrahan yang berlokasi di rel kereta api kembangan. Lebar

sungai relatif lebar, air mengalir lambat, bantaran penuh permukiman dan pada bantaran

dilakukan pengerasan.

Tabel 4.1. Rona lingkungan di titik Sampling Kali Pesanggrahan

Titik Lokasi Rona lingkungan

1 Villa Delima Air berwarna kecoklatan, bantaran sungai masih asri, air mengalir lancar, sebagian dinding sungai ada sampah

2 Jembatan Jl. Cirendeu Air berwarna hijau kecoklatan, air mengalir lancar, bantaran relatif kecil, terdapat beberapa pepohonan

3 Ciputat-Sekopol Air mengalir lancar, bantaran sempit

4 Tanah Kusir Pada sungai terdapat sedimentasi, air kecoklatan, bantaran sempit

5 Kebon Jeruk Pada bantaran terdapat tempat pembuangan sampah liar, ada masukan dari kegiatan, air berwarna kehitaman, arus relatif lancar

6 Jembatan Jl. Puri Kembangan

Banyak sampah, air berwarna hitam, arus lambat

7 Rel kereta api kembangan

Banyak sampah, air berwarna hitam, arus lambat, bantaran dilakukan pengerasan

Dari rona lingkungan yang ada terlihat bahwa semakin ke hilir, bantaran Kali Pesanggrahan

semakin berkurang lebarnya dan berkurangnya juga vegetasi yang berfungsi sebagai

greenbelt. Kerusakan secara fisik pada daerah aliran sungai akan merusak landsekap dan

ekosistem pinggir sungai. Aktivitas seperti pembangunan jalan dan perumahan, akan

merubah secara drastis geomorfologi dan hidrologi Kali Pesanggrahan. Akibatnya akan

merubah struktur tanaman dan air, dimana hal tersebut akan berakibat pada daya resap air

ke dalam tanah dan pergerakan air di atas tanah. Perubahan tersebut akan berdampak

pada kurangnya sediaan air pada waktu musim kemarau dan terjadinya banjir pada musim

hujan. Pembangunan pada daerah sempadan sungai menyebabkan fungsi bantaran

menjadi berubah. Peningkatan air larian sebagai akibat dari pembukaan lahan dari tahun ke

tahun semakin bertambah. Selain itu aktivitas penduduk yang membuang limbah cairnya

dengan cara mengalirkan lewat saluran drainase dan masuk ke Kali Pesanggrahan diduga

mengakibatkan beban pencemar yang terus bertambah.

Page 47: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-4

Gambar 4.1. Rona lingkungan Kali Pesanggrahan

Page 48: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-5

4.2. KARAKTERISTIK DAN KUALITAS AIR KALI PESANGGRAHAN

4.2.1. Karakteristik Kali Pesanggrahan

Kualitas air Kali Pesanggrahan sangat dipengaruhi oleh karakteristik dan kegiatan yang ada

di sekitarnya. Tabel 4.2. memperlihatkan karakteristik Kali Pesanggrahan dan Tabel 4.3.

memperlihatkan kualitas Kali Pesanggrahan.

Tabel 4.2. Karakteristik Kali Pesanggrahan

Titik Lebar penampang sungai (m)

Pengambilan ke

Lebar aliran (m) Pengambilan ke

Debit (m3/dt) Pengambilan ke

1 4 5 1 4 5 1 4 5

1 6,4 14,8 19,8 6 6 7

2,98 3,70 8,97

2 10,0 17,2 25,2 5,20 9,2 9

2,83 5,28 8,53

3 8 8 30,6 4 4 14

3,19 2,61 13,07

4 9,2 13,4 24,1 5,5 6 18

3,89 4,95 22,58

5 11,9 11,9 13 11,9 10,5 12,5

4,11 4,60 36,05

6 25,3 14,4 25,3 5 5,9 13,5

4,57 2,74 34,22

7 53 48,9 53 26 26 24 Tidak ada

aliran Tidak ada

aliran 8,97

Keterangan Titik 1 Sisi T imur Villa Delima Titik 2 Jembatan Jl. Cireundeu Titik 3 Ciputat-Sekopol Titik 4 Tanah Kusir-samping pol taxi Express Titik 5 Kebun Jeruk-Sebelah Hutan Kota Srengseng Titik 6 Jembatan Jl. Puri Kembangan Kedoya Titik 7 Rel Kereta Api Kembangan

Pengambilan ke 1. 19 Agustus 2009 Pengambilan ke 4. 14 Oktober 2009 Pengambilan ke 5. 28 Oktober 2009

Lebar penampang Kali Pesanggrahan mulai hulu ke arah hilir mengalami perubahan.

Semakin ke hilir terlihat lebar penampang sungai semakin lebar. Lebar penampang sungai

juga berubah berdasarkan musim. Pengukuran 1 yang dilakukan pada bulan Agustus 2009

jatuh pada musim kemarau dimana muka air relatif rendah sedangkan penambilan ke 4 dan

ke 5 jatuh pada bulan Oktober 2009 dimana sudah musim penghujan. Lebar penampang

sungai akan berpengaruh pada lebar aliran. Peningkatan curah hujan akan meningkatkan

aliran air di sungai. Kecepatan arus suatu aliran pada suatu tempat erat hubungannya

dengan dalam dan terjalnya bagian dasar sungai. Kecepatan arus umumnya kuat di bagian

hulu dan mulai menurun di daerah muara terutama di tempat yang datar. Perbedaan

kecepatan arus ini disebabkan oleh dalam dan lebar sungai. Perubahan volume air yang

masuk ke sungai akibat meningkatnya curah hujan, akan berpengaruh pada debit.

Perubahan debit ini sebagai gambaran dari perubahan karakteristik biogeofisik yang

Page 49: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-6

berlangsung dalam suatu Daerah Aliran Sungai (DAS). Dari Tabel dan Gambar 4.2. terlihat

bahwa debit Kali Pesanggrahan meningkat pada bulan Oktober (musim hujan).

Gambar 4.2. Debit Kali Pesanggrahan

4.2.2. Kualitas Air Kali Pesanggrahan

Kualitas Kali Pesanggrahan secara umum terlihat pada Lampiran 1. Data yang didapat

terdiri dari 5 parameter fisik, 29 parameter kimiawi terdiri dari parameter pencemar organik,

anorganik dan logam berat serta 2 parameter biologis. Selanjutnya diambil beberapa

parameter yang dianggap mewakili kualitas air Kali Pesanggrahan dimana parameter yang

dipilih dalam analisis ini adalah parameter kunci dan dari data terlihat berpotensi sebagai

parameter pengontrol kualitas air khususnya di Kali Pesanggrahan. Dari 5 kali pengambilan

sampel di 7 titik pengamatan didapat hasil sebagai berikut :

Conduktivitas

Conduktivitas menggambarkan banyaknya garam-garam yang terionisasi atau terlarut di

dalam air. Nilai conduktivitas perairan sangat berhubungan dengan kandungan padatan

terlarut dan padatan tersuspensi. Nilai conduktivitas juga dipengaruhi oleh musim. Ketika

musim kemarau dimana curah hujan relatif rendah sedangkan masukan beban pencemar ke

perairan tetap, menyebabkan nilai conduktivitas cenderung meningkat. Nilai conduktivitas di

Kali Pesanggrahan terlihat pada Tabel 4.3.dan Gambar 4.3.

Page 50: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-7

Tabel. 4.3. Kualitas air Kali Pesanggrahan Titik Conduktivitas (mS/cm)

Pengambilan ke Zat padat terlarut (mg/L)

Pengambilan ke

1 2 3 4 5 BM 1 2 3 4 5 BM

1 178,00 192,00 162,00 162,50 130,00 750 68,40 72,10 72,10 78,80 59,50 500,00

2 179,00 187,00 161,00 170,50 141,00 750 68,80 74,40 74,40 72,40 59,40 500,00

3 188,00 199,00 173,00 168,50 131,00 750 74,80 78,80 78,80 87,20 58,90 500,00

4 260,00 254,00 194,00 248,50 165,00 750 128,10 102,80 102,80 84,50 69,50 500,00

5 335,00 487,00 245,00 268,50 168,00 750 143,90 172,20 172,20 105,90 72,60 500,00

6 335,50 459,50 306,00 267,00 142,00 750 159,90 187,70 187,70 107,40 70,20 500,00

7 386,50 531,00 528,00 336,00 145,00 750 169,20 218,00 218,00 176,60 70,20 500,00

Lanjutan Tabel. 4.3. Kualitas air Kali Pesanggrahan Titik DO (mg/L)

Pengambilan ke Amonia (mg/L)

Pengambilan ke BOD (mg/L)

Pengambilan ke COD (mg/L)

Pengambilan ke

1 2 3 4 5 BM 1 2 3 4 5 BM 1 2 3 4 5 BM 1 2 3 4 5 BM

1 4,51 3,84 4,52 6,27 4,89 3 0,05 0,15 0,05 0,07 0,58 0 11,95 4,50 4,40 4,20 6,80 6 57,73 27,78 54,00 42,55 58,52 50

2 4,12 3,41 4,13 6,23 4,50 3 0,12 0,22 0,12 0,14 0,39 0 13,75 7,45 3,05 4,95 7,20 6 35,05 15,56 6,00 26,27 32,96 50

3 3,37 2,67 3,51 6,09 4,27 3 0,58 0,48 0,31 0,18 0,41 0 25,00 5,25 5,15 4,90 7,25 6 51,55 12,96 14,00 16,67 32,22 50

4 0,97 0,65 1,70 5,97 2,58 3 2,41 2,83 1,03 1,60 0,94 0 10,45 13,70 7,05 11,35 14,39 6 39,18 16,67 16,00 16,67 22,96 50

5 0,26 0,03 1,10 0,09 1,38 3 3,85 4,15 2,58 0,36 0,63 0 44,40 43,80 13,30 14,70 15,45 6 92,78 96,30 37,20 24,51 37,78 50

6 0,11 0,04 4,52 0,33 1,61 3 2,54 4,69 3,71 0,47 0,68 0 22,80 47,80 5,70 10,60 18,10 6 88,66 64,81 20,80 22,55 26,67 50

7 0,13 0,00 4,13 0,42 1,69 3 1,13 1,64 3,75 0,72 1,13 0 31,20 27,60 15,50 14,80 9,00 6 101,03 78,89 54,00 32,16 22,96 50 Keterangan Titik 1 Sisi T imur Villa Delima Titik 2 Jembatan Jl. Cireundeu Titik 3 Ciputat-Sekopol Titik 4 Tanah Kusir-samping pol taxi Express Titik 5 Kebun Jeruk-Sebelah Hutan Kota Srengseng Titik 6 Jembatan Jl. Puri Kembangan Kedoya Titik 7 Rel Kereta Api Kembangan

Pengambilan ke 1. 19 Agustus 2009 Pengambilan ke 2. 9 September 2009 Pengambilan ke 3. 30 September 2009 Pengambilan ke 4. 14 Oktober 2009 Pengambilan ke 5. 28 Oktober 2009

Page 51: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-8

Tabel. 4.3. Kualitas air Kali Pesanggrahan (Lanjutan) Titik Fosfat (mg/L)

Pengambilan ke Deterjen (mg/L) Pengambilan ke

1 2 3 4 5 BM 1 2 3 4 5 BM

1 0,05 0,04 0,03 0,04 0,03 1 0 0,01 0,10 0,01 0 0,02

2 0,07 0,11 0,04 0,05 0,03 1 0 0,02 0,02 0,10 0 0,02

3 0,05 0,07 0,05 0,06 0,03 1 0,02 0,01 0,01 0,06 0 0,02

4 0,16 0,21 0,10 0,18 0,05 1 0,04 0,05 0,05 0,24 0 0,02

5 0,22 0,56 0,20 0,15 0,03 1 0,53 0,73 0,44 0,25 0 0,02

6 0,33 0,71 0,22 0,16 0,04 1 0,07 0,80 0,06 0,36 0 0,02

7 0,52 0,81 0,42 0,28 0,07 1 0,08 1,09 0,52 0,43 0 0,02

Tabel. 4.3. Kualitas air Kali Pesanggrahan (Lanjutan)

Titik Minyak dan Lemak (mg/L)

Pengambilan ke Fenol (mg/L)

Pengambilan ke E. Coli

1 2 3 4 5 BM 1 2 3 4 5 BM 1 2 4 5 BM

1 0 0,09 0,25 0,12 0 0,1 0,02 0,02 0 0,03 0,01 0,001 49.104 140.103 130.103 79.103 10000

2 0,068 0,08 0,10 0,10 0 0,1 0,02 0,02 0 0,02 0,01 0,001 49.104 79.104 220.103 23.10

4 10000

3 0,010 0,07 0,06 0,10 0 0,1 0,02 0,02 0 0,02 0,01 0,001 79.104 70.10

4 46.104 170.103 10000

4 0,030 0,05 0,51 0,12 0 0,1 0,02 0,02 0 0,02 0,01 0,001 49.104 94.10

4 170.104 33.104 10000

5 0,040 0,36 0,10 0,40 0 0,1 0,02 0,02 0 0,03 0,07 0,001 49.105 110.105 110.104 49.104 10000

6 0,080 0,36 0,23 0,15 0 0,1 0,02 0,02 0 0,04 0,01 0,001 280.105 170.105 33.104 33.10

4 10000

7 0,050 0,17 0,29 0,33 0 0,1 0,02 0,02 0 0,03 0,01 0,001 33.105 220.10

4 170.104 70.104 10000

Page 52: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-9

Gambar 4.3. Conduktivitas di Kali Pesanggrahan

Dari Tabel dan Gambar di atas, nilai conduktivitas di Kali Pesanggrahan berkisar antara 130.00

– 386.50 mS/cm. Nilai conduktivitas cenderung tinggi ketika pengambilan 1-3 yaitu musim

kemarau dan peralihan musim kemarau ke musim penghujan. Selanjutnya conduktivitas

cenderung menurun ketika pengambilan ke 4 dan ke 5 yang telah memasuki musim penghujan.

Nilai conduktivitas juga cenderung meningkat ke arah hilir menggambarkan semakin tingginya

garam-garam yang terionisasi atau terlarut. Untuk keperluan perikanan dan mengairi tanaman,

kandungan conduktivitas maksimum yang disyaratkan adalah 750 µmos/cm menurut PP No. 82

Tahun 2001.

Wardojo (1975) menyatakan bahwa DHL < 250 µmos/cm air yang tidak membahayakan untuk

tanaman dan 250 – 750 µmos/cm air yang berkualitas baik sampai cukup dan dapat digunakan

untuk tanaman kecuali yang peka terhadap nilai konduktivitas. Berdasarkan nilai conduktivitas

di Kali Pesanggrahan pada titik 1-3 dimana nilai conduktivitas < 250 µmos/cm, kualitas air

dikategorikan baik untuk dimanfaatkan mengairi tanaman dan pada titik 4-7 dimana nilai

conduktivitas berada pada kisaran 250-750 µmos/cm, air dikategorikan baik sampai cukup baik

untuk mengairi tanaman kecuali bagi tanaman yang peka terhadap nilai conduktivitas.

Page 53: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-10

Zat Padat Terlarut (TDS)

Zat padat terlarut berasal dari sampah rumah tangga, buangan industri dan sebagainya yang

berada di sungai dapat mengurangi daya pemurnian alami (self purification) dengan

terhalangnya sinar matahari sehingga mengurangi laju fotosintesa, menghancurkan biota serta

merusak pandangan. Untuk keperluan perikanan dan mengairi tanaman, kandungan

conduktivitas maksimum yang disyaratkan adalah 1000 mg/L menurut PP No. 82 Tahun 2001.

Kandungan zat padat terlarut di Kali Pesanggrahan masih di bawah baku mutu.

Gambar 4.4. Kandungan zat padat terlarut di Kali Pesanggrahan

Kelarutan Oksigen

Kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh temperature, tekanan persiil gas-gas yang ada di

udara maupun di air, kadar garam serta adanya senyawa atau unsure-unsur yang mudah

teroksidasi di dalam air. Sistem perairan mengalir umumnya mempunyai kandungan oksign

terlarut dalam jumlah banyak. Hal ini disebabkan antara lain karena peran dari arus air yang

membantu dalam memberikan sumbangan oksigen. Variasi kandungan oksigen terlarut

dipengaruhi oleh musim dan dari hulu ke muara. Untuk keperluan perikanan dan mengairi

tanaman, kandungan oksigen terlarut disyaratkan lebih besar dari 3 mg/L menurut PP No. 82

Tahun 2001. Gambar 4.5 memperlihatkan kandungan oksigen di Kali Pesanggrahan.

Page 54: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-11

Gambar 4.5. Kelarutan Oksigen (DO) di Kali Pesanggrahan

Gambar 4.5. memperlihatkan bahwa secara umum pada titik 1-3, kelarutan oksigen masih baik

ditandai dengan nilai yang lebih dari 3 mg/L dan berangsur menurun pada titik 4-7. Kecepatan

arus yang lebih rendah dan meningkatnya nilai-nilai TDS mempengaruhi kelarutan oksigen

dalam air.

Amonia (NH3)

Amonia merupakan salah satu produk dari hasil peruraian buangan bahan bernitrogn. Dalam

keadaan aerob, ammonia dirubah oleh bakteri menjadi nitrit dan kemudian menjadi nitrat.

Hanya dalam bentuk nitrat, maka nitrogen diserap oleh organism nabati yang kemudian diolah

menjadi protein dan selanjutnya menjadi sumber organism hewani perairan. Sebaliknya dalam

keadaan anaerob, nitrat dan nitrit diubah oleh bakteri menjadi ammonia yang kemudian

bersenyawa dengan air menjadi ammonium. Ammonia dapat pula berasal dari buangan atau

limbah industri dan rumah tangga. Untuk keperluan perikanan dan mengairi tanaman

kandungan ammonia tidak boleh melebihi 0 mg/L menurut PP No. 82 Tahun 2001. Gambar 4.5

memperlihatkan kandungan amonia di Kali Pesanggrahan.

Page 55: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-12

Gambar 4.6. Amonia Kali Pesanggrahan

BOD

Nilai BOD5 menunjukkan jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme dalam

menguraikan bahan organik yang ada di perairan. Semakin tinggi bahan organik yang masuk

semakin tinggi nilai BOD5. Bahan organik berasal dari permukiman, pertanian disepanjang

bantaran sungai, industri makanan dan sampah yang dibuang langsung ke sungai. Untuk

keperluan perikanan dan mengairi tanaman kandungan BOD tidak boleh melebihi 6 mg/L

menurut PP No. 82 Tahun 2001.

Gambar 4.7. BOD Kali Pesanggrahan

Gambar 4.7. memperlihatkan pada pengambilan 1 dan 2 pada titik 5-7 melebihi baku mutu yang

ditetapkan. Adanya masukan dari saluran drainase yang membawa bahan pencemar dari

berbagai aktivitas ke Kali Pesanggrahan membawa pengaruh pada kualitas airnya. Musim

Page 56: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-13

kemarau membawa pengaruh pada pekatnya pencemar yang ada di badan air. Pada

pengambilan ke 3 sampai ke 5, nilai BOD di bawah baku mutu diduga dipengaruhi oleh adanya

pengenceran karena meningkatnya debit ketika musim hujan.

COD

Nilai COD memperlihatkan jumlah bahan organik yang diuraikan oleh pengoksidasi kimia

potassium dichromate. Tes COD juga digunakan untuk mengukur bahan organik yang berasal

dari industri dan permukiman yang bersifat toksik pada kehidupan. Untuk keperluan perikanan

dan mengairi tanaman kandungan COD tidak boleh melebihi 50 mg/L menurut PP No. 82

Tahun 2001.

Gambar 4.8. COD Kali Pesanggrahan

Gambar 4.8. memperlihatkan pada pengambilan 1 dan 2 pada titik 5-7 melebihi baku mutu yang

ditetapkan. Adanya masukan dari saluran drainase yang membawa bahan pencemar dari

berbagai aktivitas ke Kali Pesanggrahan membawa pengaruh pada kualitas airnya. Pencemar

yang berasal dari rumah tangga banyak yang mengandung bahan pencemar organik kimia

seperti pembersih, desinfektan dan sebagainya. Pencemar tersebut bersifat persisten dan

memerlukan waktu yang lama untuk terurai secara alami. Musim kemarau membawa pengaruh

pada pekatnya pencemar yang ada di badan air. Pada pengambilan ke 3 sampai ke 5, nilai

COD cenderung dibawah baku mutu atau mendekati baku mutu, diduga dipengaruhi oleh

adanya pengenceran karena meningkatnya debit ketika musim hujan.

Page 57: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-14

Fosfat

Fosfat dalam perairan berasal dari limbah rumah tangga, industri tertentu, deterjen serta sisa

pupuk di daerah pertanian. Fosfat berlebih dalam perairan dapat mengakibatkan eutrofikasi.

Untuk keperluan perikanan dan pertanian kandungan fosfat tidak boleh melebihi 1 mg/L

menurut PP No. 82 Tahun 2001. Gambar 4.9 memperlihatkan kandungan fosfat di Kali

Pesanggrahan.

Gambar 4.9. Fosfat di Kali Pesanggrahan

Gambar 4.9 memperlihatkan bahwa kandungan fosfat pada pengambilan sampel ke 1-4

meningkat mulai titik 4 sampai 7. Tingginya kepadatan penduduk di sekitar bantaran dan

banyaknya bahan yang mengandung fosfat seperti sabun dan deterjen meningkatkan nilai

fosfat di perairan. Phospat terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa

orthophospat, poliphospat, dan phospat organik. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam

bentuk terlarut dan tersuspensi. Polifosfat dapat memasuki sungai melalui air buangan

penduduk dan industri yang menggunakan bahan deterjen. Namun demikian, secara umum

kandungan fosfat di Kali Pesanggrahan masih di bawah baku mutu.

Deterjen

Deterjen dalam sungai berasal dari limbah rumah tangga, industri pembuat deterjen dan limbah

laundry. Deterjen merupakan senyawa yang sukar diuraikan (bersifat persisten). Dalam jumlah

berlebih dan tidak dapat diuraikan denga cepat menjadikan deterjen sebagai bahan yang

dianggap cukup potensial mencemari lingkungan karena dapat terjadi bioakumulasi dalam

Page 58: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-15

tubuh mahluk hidup. Untuk keperluan perikanan dan pertanian kandungan deterjen tidak boleh

melebihi 0.2 mg/L menurut PP No. 82 Tahun 2001.

Gambar 4.10. Deterjen di Kali Pesanggrahan

Gambar 4.10 memperlihatkan bahwa pada titik 5 kandungan deterjen meningkat, diduga

adanya masukan dari kegiatan yang mengandung deterjen tinggi seperti industry jeans, usaha

laundry dan sejenisnya.

Minyak dan Lemak

Beberapa jenis limbah mengamdung sejumlah minyak, lemak, sabun dan minyak-minyak

pelumas. Sumber limbah dapat berasal dari industri, industri rumah tangga, rumah tangga dan

bengkel-bengkel yang ada di sepanjang sungai. Masuknya lemak dan minyak tersebut bersama

dengan aliran air pencucian langsung maupun terbawa oleh hujan atau dibuang langsung ke

sungai. Dampak yang nyata dari adanya lemak dan minyak di permukaan air adalah

terhalangnya penetrasi sinar matahari yang berarti mengurangi laju proses fotosintesa di air.

Penutupan itu juga akan mengurangi masukan O2 bebas dari udara ke air. Kurangnya laju

fotosintesa dan masukan O2 dari udara akan mengganggu organisme yang ada di air. Minyak

dan lemak merupakan bahan organik namun mempunyai rantai karbon yang panjang dan

komplek. Sebagian emusi minyak dan lemak akan mengalami degradasi melalui fotooksidasi

spontan dan oksidasi oleh mikroorganisme. Penguraian lemak dan minyak dalam kodisi kurang

oksigen akan menyebabkan penguraian yang tidak sempurna sehingga menimbulkan bau

tengik. Beberapa komponen yang menyusun minyak juga diketahui bersifat racun terhadap

Page 59: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-16

hewan dan manusia, tergantung dari struktur dan berat molekulnya. Komponen-komponen

hidrokarbon jenuh diketahui dapat menyebabkan anestesi dan narkosis pada berbagai hewan

tingkat rendah dan pada konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan kematian. Komponen-

komponen hidrokarbon aromatik seperti benzen, toluen dan xilen bersifat racun terhadap

manusia dan kehidupan lainnya. Untuk keperluan perikanan dan pertanian kandungan minyak

dan lemak tidak boleh melebihi 0,1 mg/L menurut PP No. 82 Tahun 2001. Gambar 4.11.

memperlihatkan kandungan minyak dan lemak di Kali Pesanggrahan telah melewati baku mutu

pada pengambilan ke 2,3 dan 4 setelah memasuki titik 4.

Gambar 4.11. Minyak dan lemak di Kali Pesanggrahan

Fenol

Senyawa fenol dihasilkan dari penguraian protein secara anaerob, banyak dihasilkan dari

limbah industri. Fenol berasal dari pabrik industri dan buangan rumah tangga. Fenol biasanya

banyak terdapat pada desinfektan, antiseptik, insektisida.Fenol bersifat toksik dan dan

karsinogenik serta menyebabkan rasa dan bau pada air yang tercemari (Franson dan Mary,

1984, Heath, 1987 ; Anonim, 2006). Untuk keperluan perikanan dan mengairi tanaman

kandungan fenol tidak boleh melebihi 0.001 mg/L menurut PP No. 82 Tahun 2001. Gambar

4.12 memperlihatkan kandungan fenol di Kali Pesanggrahan.

Page 60: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-17

Gambar 4.12. Fenol di Kali Pesanggrahan

Kandungan Fenol di Kali Pesanggrahan pada setiap pengambilan sampel cenderung melebihi

baku mutu yang ditetapkan, terutama pada titik 5 yang diduga adanya pengaruh dari

industri/kegiatan yang berpotensi mengandung fenol. Fenol merupakan zat organik yang

strukturnya memiliki gugus hidroksil yang tersubstitusi pada inti aromatik. Karena memiliki

gugus hidroksil ini, fenol mudah larut dalam air, dengan terjadinya ikatan hidrogen antara gugus

OH- dari air dengan H- dari fenol. Melihat dari strukturnya, fenol termasuk senyawa organik

kimia yang sukar terurai. Apabila masuk ke dalam perairan, fenol dapat tetap berada dalam air

selama seminggu atau lebih. Dalam jumlah besar dan terpapar berulang-ulang, fenol dapat

berada di dalam air selama periode waktu yang panjang. Fenol dalam jumlah kecil dapat

ditemukan dalam organisme yang hidup di dalam air yang tercemar. Artinya senyawa fenol ini

dapat masuk ke dalam makanan lewat proses bioakumulasi. Keberadaan fenol di perairan

dapat membahayakan karena bersifat toksik dan karsinogenik.

E. coli

Organisme pathogen termasuk bakteri, protozoa, virus, cacing dan sebagainya dapat

menyebabkan berbagai macam penyakit seperti disentri, kolera, hepatitis, typhus, paratyphus

dan penyakit saluran pencernaan. Sumber utama organisme pathogen berasal dari kotoran

manusia dan kotoran hewan yang dibuang melalui air limbah rumah tangga atau peternakan.

Jika E.coli terdeteksi dalam air, berarti air tersebut tercemar tinja manusia dan sangat mungkin

mengandung bibit penyakit berbahaya sehingga air yang tercemar E.coli perlu diwaspadai

Page 61: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-18

karena tidak layak minum. Untuk keperluan perikanan dan mengairi tanaman menurut PP No.

82 Tahun 2001, kandungan E.coli adalah 10000 jumlah/100 ml. Gambar 4.13 memperlihatkan

kandungan fenol di Kali Pesanggrahan.

Gambar 4.13. E. coli di Kali Pesanggrahan

Gambar 4.13 memperlihatkan bahwa kandungan E. coli di Kali Pesanggrahan pada setiap

pengambilan sampel melebihi baku mutu. Jumlah terbesar pada pengambilan ke 1 dan 2

diduga masukan pencemar yang mengandung E. coli berasal dari saluran drainase penduduk

dengan tingkat kepadatan yang tinggi yaitu di titik 5, 6 dan 7. Selain itu musim kemarau pada

pengambilan 1 dan 2 mempengaruhi pengenceran karena kurangnya curah hujan.

Tekanan aktivitas penduduk menyebabkan terjadinya permasalahan pada kualitas airnya.

Kualitas air Kali Pesanggrahan memperlihatkan mendapat pengaruh dari aktivitas di sekitarnya,

dimana terlihat dari beberapa parameter yang melebihi baku mutu. Beberapa parameter yang

berperan sebagai penanda pencemaran yang khas di kota besar adalah BOD, COD, minyak

dan lemak, deterjen, fenol dan E. coli. Selain itu tingkat pencemaran terlihat semakin ke hilir

semakin tinggi sejalan dengan meningkatnya kepadatan penduduk di sekitarnya. Jenis

pencemar yang masuk termasuk kategori pencemar organik, organik kimia dan pathogen.

Pencemaran bahan organik di Kali Pesanggrahan diduga berasal dari limbah rumah tangga,

restauran, industri makanan dan sebagainya. Limbah organik merupakan limbah yang mudah

teroksidasi (biodegradable polutant). Akibat yang nyata dari pencemaran limbah organik di

perairan adalah :

Page 62: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-19

1. Peningkatan zat padat berupa senyawa organik, sehingga timbul kenaikan limbah padatan,

tersuspensi maupun terlarut

2. Peningkatan BOD dalam air

3. Peningkatan COD dalam air

4. Peningkatan senyawa zat-zat racun dalam air

5. Penurunan pH

Bahan-bahan terlarut dalam imbah organik terutama adalah senyawa nitrogen, karbohidrat,

asam organik dan mineral-mineral. Sedangkan dalam bentuk padatan tersuspensi adalah

protein, lemak dan jaringan ikat.

Metcalf & Eddy (1991) menyatakan senyawa organik tersusun dari kombinasi karbon, hidrogen,

oksigen, nitrogen dan unsur penting lain seperti belerang, fosfor dan besi. Kelompok terpenting

bahan organik yang ada pada air buangan adalah protein (40 % - 60 %), karbohidrat (25 % - 50

%), lemak dan minyak (10 %). Zat organik di perairan dipergunakan oleh mikroorganisme

sebagai sumber energi dan bahan kimia yang diperlukan untuk pertumbuhan. Proses

perombakan senyawa organik yang merupakan reaksi biokimia memerlukan oksigen yang

terlarut dalam air, sehingga dapat menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen terlarut.

Hasil penguraian bahan organik yang biodegradable oleh mikroba aerobik dapat menghasilkan

unsur-unsur hara yang bersifat menyuburkan perairan, tetapi pada konsentrasi tertentu bisa

membahayakan kehidupan organisme lain. Hal ini terjadi karena tidak adanya suplai oksigen

dalam air dan terbentuk suasana anaerob terdeteksi dengan adanya bau yang disebabkan oleh

adanya asam sulfat dan fosfin serta air berwarna kehitaman. Selain itu penguraian bahan

organik dalam kondisi anaerobik juga menghasilkan HCN, metana, ammoniak, H2S dan CO2

yang merupakan bahan toksik bagi perairan dan menyebabkan kematian bagi flora dan fauna

air.

Pada saat musim kemarau dimana debit air sangat kurang, menyebabkan asupan oksigen juga

berkurang. Pada beberapa titik seperti titik 5 dan 6 terlihat kondisi dimana air tertutup orang

sampah, mengalir pelan dan berwarna kehitaman. Limbah organik ini akan bereaksi

“putrefactive” (pembusukan) dan fermentasi. Dekomposisi ini akan mengakibatkan air

berubusa dan berbau busuk. Reaksi sederhana “putrefaction” sebagai berikut :

Page 63: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-20

CxHyO2N2S + H2O NH4+ + CO2 + CH4 + H2S + 368 kal/gr/protein

Jika ke dalam air tersuplai oksigen atau pada kondisi aerob yaitu ketika beralih masuk ke

musim hujan dimana debit meningkat, terjadi pengenceran dan oksigen meningkat, protein

akan terdekomposisi sebagai berikut :

CxHyO2N2S + O2 CO2 + H2O + NH4+ + SO4

2- + 5090 kal/gr protein

Reaksi ini merupakan deoksigenasi dari air yang tercemar bakteri

NH4+ + 2 O2 2H+ + H2O + NO3

- + 4350 kal/gr ammonium

Karbohidrat / glukosa akan didekomposisi menjadi karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) dengan

persamaan reaksi sebagai berikut :

C6H12O6 + 6 O2 6 H2O + 6 CO2 + 3600 kal / gr glukosa

Bagian dari kondisi anaerobik karena tidak adanya oksigen dalam air adalah bau busuk dan

dapat berbahaya bagi kesehatan. Secara nyata bakteri anaerobik bersifat berbahaya karena

dapat menyebabkan tetanus dan racun botolinus. Selain itu bakteri anaerobik mereduksi sulfat

dan menghasilkan hidrogen sulfida. Selain berbau busuk, hidrogen sulfida bersifat korosif dan

sangat racun. Produk lain kondisi anaerob adalah asam-asam organik yang bersifat racun atau

menghalangi pertumbuhan organisme dan juga mengubah merkuri anorganik menjadi

komponen organomerkuri yang terjadi pada kondisi anaerobik. Selanjutnya untuk perairan

tersebut menjadi kondisi normal kembali, membutuhkan waktu yang panjang untuk prosesnya.

Masukan tinja secara langsung ke sungai dari rumah tangga yang tidak mempunyai septictank

di sekitar sungai sangat berperan dalam meningkatkan fecal coli dalam air sungai. Ditambah

kondisi pencemar organik lainnya yang sangat tinggi dan kurangnya paparan sinar matahari

karena tingginya tingkat kekeruhan dan Total Padatan Terlarut menjadikan menjadikan fecal

coli berkembang dengan pesat. Fecal coli yang sangat berlebih di dalam air sungai menjadikan

sungai tidak dapat lagi dimanfaatkan untuk keperluan penduduk.

Selain itu juga ada jenis pencemar lain yang bersifat menetap (persist) untuk jangka waktu

lama. Karena tidak ada mekanisme alamiah yang dapat membersihkan diri dari senyawa jenis

ini, maka lama kelamaan terjadi akumulasi pada konsentrasi yang berlebih di perairan atau

pada kehidupan akuatik. Sebagai contoh yaitu nondegradable synthetic detergent seperti

Page 64: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-21

deterjen dengan jenis surfaktan (surface active agent) Alkyl Benzena Sulfonat yang tidak dapat

diuraikan secara biologi, DDT dan PCB (Grady & Hendry, 1980 ; Lamb, 1985).

Dilihat dari pola hidup masyarakat di DKI Jakarta yang cenderung kurang peduli terhadap

lingkungan, menyebabkan asupan bahan pencemar lebih besar dari pemurnian alami sungai.

Hal yang nyata terlihat adalah terjadinya proses pendangkalan karena tingginya sedimentasi

oleh partikel tanah yang terbawa pada waktu hujan dan adanya buangan sampah. Sampah dan

limbah cair rumah tangga amaupun industri pangan mengandung bahan organik tinggi

sehingga memerlukan oksigen yang cukup untuk proses penguraiannya.

4.2.3. Status Mutu Air

Berdasarkan perhitungan, Status Mutu Air Kali Pesanggrahan seperti tertera pada Tabel 4.3.

berikut:

Tabel 4.4. Status Mutu Air Kali Pesanggrahan

No. Segmen Skor Mutu Air

1 Hulu (Titik 1-3) -174,67 tercemar berat

2 Tengah (Titik 4-5) -200 tercemar berat

3 Hilir (Titik 6-7) -194 tercemar berat

Berdasarkan Tabel di atas terlihat bahwa secara umum status mutu air Kali Pesanggrahan ada

dalam kategori tercemar berat.

4.3. SUMBER PENCEMAR POTENSIAL KALI PESANGGRAHAN

Kegiatan yang berada di sekitar Kali Pesanggrahan akan berpengaruh secara langsung

maupun tidak langsung pada kualitas airnya. Pendugaan jenis pencemar dapat diketahui dari

beberapa kegiatan yang berada di sekitar Kali Pesanggrahan yang selanjutnya dapat

digunakan dalam merencanakan program yang diimplementasikan untuk meminimalkan

dampak tersebut. Tabel 4.4. memperlihatkan kegiatan sarana perdagangan dan industri yang

ada di sekitar Kali Pesanggrahan. Kegiatan yang diduga mempengaruhi Kali Pesanggrahan,

karaktersitik dan kategori sumber limbah tertera pada Tabel 4.5.

Page 65: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-22

Tabel 4.5. Kegiatan sarana perdagangan dan industri di kelurahan yang dilewati Kali Pesanggrahan

No. Kelurahan Luas wilayah (km2)

Jml pdd (jiwa)

Kegiatan (buah)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Segmen 1

1 Lebak Bulus 4,11 21893 1 23 4 134 243 253 186 5 2 36 26 10

2 Pondok Pinang

Segmen 2

3 Kelurahan Pesanggrahan

173,90 26612 9 6 7

4 Ulujami 75,93 28767 1 1 29 30 54 1 2 5 15 12 11 18

5 Kebayoran Lama Selatan

2,57 29770 122 7 182 60 6 2 15 4 17 12 18

6 Kebayoran Lama Utara

1,79 41792 197 6 1 80 1011 312 3 6 18 20 16

7 Cipulir 1,93 28854 1 1 3 115 3358 225 1 14 26 6 20

8 Grogol Selatan 2,86 16 7 10

9 Sukabumi Selatan 1,56 19197 4 2 1 115 195 165 4 1 15 35 185

10 Srengseng 4,92 29429 1 4 1 30 221 2

11 Meruya Utara 4,32 27526 17 2 2 4 144 168 5 2 5

12 Kelapa Dua 1,50 19097

13 Kebon Jeruk 3,69 51542

Page 66: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-23

Tabel 4.5. Kegiatan sarana perdagangan dan industri di kelurahan yang dilewati Kali Pesanggrahan (Lanjutan)

No. Kelurahan Luas wilayah (km2)

Jml pdd (jiwa)

Kegiatan (buah)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Segmen 3

14 Kembangan Selatan

3,61 20690 4 1 1 1508 796 2004 56 10 3

15 Kembangan Utara 3,65 23452 67 15 3 80 132 3 1 3 8 30

16 Kedoya Selatan 2,28 19201 1 2 24 17 45 27 2 2

17 Kedoya Utara 3,15 29776 5 2 1 937 87 1006 10 2 2 1 4 12 Keterangan: Sumber: BPS, 2009 Segmen 1: titik 1-3 Segmen 2: titik 4-5 Segmen 3: titik 6-7 1. Pusat perdagangan/mall 2. Pertokoan 3. Showroom 4. Pasar 5. Toko

6. Kios 7. Warung 8. Restoran 9. Kafe 10. Lokasi kaki lima

11. Industri besar 12. Industri menengah 13. Industri kecil 14. Industri rumah tangga 15. Salon 16. Bengkel mobil 17. Bengkel motor

Page 67: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-24

Tabel 4.6. Karakteristik dan jenis sumber limbah yang dihasilkan dari berbagai kegiatan

No. Kegiatan Karakteristik limbah Sumber

1 Permukiman Organik, anorganik, B3 non point source

2 Restauran, kafe, warung makan

Organik, minyak, lemak dan padatan tersuspensi

Non point source

3 Bengkel mobil/motor Sabun, deterjen, oli Non point source

4 Salon Anorganik, shampo Non point source

4 Industri menengah dan besar Organik, anorganik dan padatan tersuspensi

Point source

5 Industri kecil dan rumah tangga

Organik, anorganik dan padatan tersuspensi

Non point source

4.4. DAYA TAMPUNG KALI PESANGGRAHAN

4.4.3. Laju Permunian Alami Kali Pesanggrahan

Bahan yang masuk ke Kali Pesanggrahan secara alami akan mengalami degradasi dimana

proses degradasi ini sangat dipengaruhi oleh laju peluruhan bahan pencemar, laju

pengendapan dan laju reaerasi. Tabel 4.5. memperlihatkan laju pemurnian alami di Kali

Pesanggrahan.

Kemampuan pulih Kali Pesanggrahan dipengaruhi oleh karakterstiknya seperti lebar dan

dalamnya, kemiringan, kecepatan pengaliran, debit, karaktersitik pencampuran, temperatur dan

keberadaan suspended solid. Selain itu karakter bahan pencemar sendiri serta musim ikut

mempengaruhi daya kemampuan pulih. Jadi, peluruhan/degradasi pencemar dipengaruhi oleh

koefisien reaerasi (dipengaruhi oleh nilai O2 di dalam air) dan koefisien pengendapan. Dari

Tabel 4.5. terlihat bahwa daya pemurnian alami Kali Pesanggrahan pada musim kemarau lebih

kecil dari pada musim hujan dan kemampuan pemurnian di titik 1-4 lebih cepat dari pada di titik

5-7. Laju peluruhan bahan pencemar di titik 1-4 berkisar antara 0,019-0,108/hari dan pada titik

5-7 berkisar antara 0,067-0.192/hari. Semakin nilai mendekati 0, semakin cepat waktu yang

dibutuhkan bahan untuk meluruh. Gambar 4.14 memperlihatkan koefisien peluruhan bahan

pencemar di Kali Pesanggrahan.

Page 68: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-25

Tabel 4.7. Kemampuan pulih Kali Pesanggrahan berdasarkan koefisien peluruhan, koefisien reaerasi dan koefisien pengendapan

Pengambilan ke

1 2 3 4 5

No. Ruas k1 (/day)

k2 (/day)

k3 (/day)

k1 (/day)

k2 (/day)

k3 (/day)

k1 (/day)

k2 (/day)

k3 (/day)

k1 (/day)

k2 (/day)

k3 (/day)

k1 (/day)

k2 (/day)

k3 (/day)

1 Villa Delima 0,069 4,236 0,132 0,019 4,152 0,132 0,019 4,152 0,132 0,019 4,152 0,132 0,029 5,087 0,132

2 Cirendeu 0,059 11,987 0,227 0,032 8,301 0,227 0,013 8,301 0,227 0,032 8,301 0,227 0,031 8,147 0,164

3 Sekpolwan 0,108 4,176 0,147 0,023 4,176 0,147 0,022 4,176 0,147 0,023 4,176 0,147 0,031 4,977 0,147

4 Tanah Kusir 0,045 3,873 0,139 0,059 3,404 0,139 0,030 3,404 0,139 0,059 3,404 0,139 0,062 4,002 0,139

5 Taman Kota Srengseng 0,192 11,404 0,250 0,189 7,450 0,250 0,057 7,450 0,250 0,189 7,450 0,250 0,067 13,312 0,154

6 Kedoya 0,098 3,804 0,125 0,206 2,456 0,125 0,025 2,456 0,125 0,206 2,456 0,125 0,078 9,338 0,125

7 Kembangan 0,135 5,793 0,147 0,119 3,839 0,147 0,067 3,839 0,147 0,119 3,839 0,147 0,039 6,508 0,147 Keterangan: K1: koefisien peluruhan pencemar, K2: koefisien rearasi, K3: koefisien pengendapan

Page 69: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-26

Gambar 4.14. Koefisien peluruhan pencemar di Kali Pesanggrahan

4.4.4. Hasil perhitungan QUAL2E

Setelah semua data diinput ke dalam program QUAL2E dan dilakukan penyesuaian-

penyesuaian pada point source dan diffuse source, maka hasil yang didapat untuk pendekatan

model kualitas Kali Pesanggrahan untuk BOD seperti pada Gambar 4.14. berikut:

Berdasarkan karakteristik pola aliran dan model BOD yang didapat dari program QUAL2E

seperti pada gambar di atas, maka daerah pengaliran wilayah pesanggarahan di DKI Jakarta di

bagi menjadi tiga, yaitu:

1. Kali Pesanggrahan Segmen 1: Hilir DKI Jakarta:

Jarak Titik 1 s/d Titik 3 dengan panjang jarak pengaliran ± 4.500 m.

2. Kali Pesanggrahan Segmen 2: Tengah DKI Jakarta:

Jarak Titik Titik 4 s/d Titik 5 dengan panjang jarak pengaliran ± 10.500 m.

3. Kali Pesanggrahan Segmen 3: Tengah DKI Jakarta:

Jarak Titik 6 dan 7 dengan panjang jarak pengaliran ± 7.500 m.

Page 70: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-27

Gambar 4.15.Perbandingan BOD Model dan BOD lapangan

Berdasarkan pendekatan tersebut dapat diperkirakan total beban BOD yang masuk ke Kali

Pesanggrahan atau daya tampung Kali Pesanggrahan, yaitu sebesar 57.597,30 kg per jam.

Perkiraan distribusi beban BOD berdasarkan segmen (wilayah aliran sungai) dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel 4.8. Distribusi Beban Pencemaran di Kali Pesanggrahan

Beban (kg/jam) No Segmen Sungai

BOD

Keterangan

1 Segmen 1: Hulu 8.635,92 Segmen 1 : Titik 1 - Titik 3

2 Segmen 2: Tengah 16.608,30 Segmen 2 : Titik 4 - Titik 5

3 Segmen 3: Hilir 32.353,08 Segmen 3 : Titik 6 - Titik 7

Total 57.597,30

Segmen 1: Hulu Segmen 2: Tengah Segmen 3: Hilir

Ke PIK Depok/DKI

Titik

4.500 m 10.500 m 7.500 m

Page 71: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-28

4.4.5. Target Penurunan Beban Pencemar

Berdasarkan Kepmen Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air, Kali Pesanggrahan termasuk kelas III (dengan BM BOD 6

mg/L).

Target penurunan diarahkan agar beban yang masuk sesuai dengan baku mutu yang

ditentukan. Untuk mencapai kelas air yang ditargetkan, maka beban BOD harus diturunkan

sebesar 0-40% pada segmen tengah dan 41% pada segmen hilir Kali Pesanggrahan.

Tabel 4.9. Target Penurunan Beban Pencemaran di Kali Pesanggrahan

No Segmen Sungai Target Penurunan Beban BOD (kg/jam) Keterangan

1 Segmen 1: Hulu 0 Segmen 1 : Titik 1 - Titik 3

2 Segmen 2: Tengah 0-40% Segmen 2 : Titik 4 - Titik 5

3 Segmen 3: Hilir ≥ 41% Segmen 3 : Titik 6 - Titik 7

Page 72: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-29

4.5. REKOMENDASI PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN KALI PESANGGRAHAN

Titik Penanggung jawab kegiatan Pengamatan

Lokasi Sumber masalah Kegiatan Utama Terkait

Segmen 1: Hulu A. Program Pengendalian Pencemaran air

Limbah rumah tangga

1. Pembuatan IPAL skala komunal 2. Pembuatan septic tank permukiman 3. Sosialisasi pengelolaan air limbah

BPLHD (KLH Wilayah Jaksel)

BPLHD DKI Jakarta Dinas Kesehatan Dinas Pekerjaan Umum Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah Daerah

Limbah rumah makan, restauran

1. Pembuatan IPAL restauran BPLHD (KLH Wilayah Jaksel)

Dinas Pekerjaan Umum

Sampah 1. Sosialisasi teknologi pengolahan sampah 2. Pembuatan jaring sampah di saluran air 3. Pembuatan TPST

Dinas Kebersihan (Sudin Kebersihan Jaksel)

BPLHD DKI Jakarta Dinas Pekerjaan Umum

B. Program Pengendalian Kerusakan Lingkungan Lahan terbuka 1. Pelestarian daerah tangkapan air

2. Program penghijauan sempadan kali Dinas Kelautan dan Pertanian (Sudin Pertanian dan Kehutanan Jaksel)

Dinas pariwisata dan kebudayaan Dinas Pekerjaan Umum

Bangunan pada sempadan sungai

1. Penertiban bangunan liar 2. Pembuatan sumur resapan dan lubang

resapan biopori

Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan (P2B)

KLH wilayah Dinas Kelautan dan Pertanian

C. Program Penataan Ruang Pelanggaran tata ruang

1. Monitoring dan pengawasan tata ruang 2. Sosialisasi tata ruang 3. Penerapan peraturan

Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan (P2B)

BPLHD DKI Jakarta

D. Program Penegakan Hukum Kurang sosialisasi peraturan pengelolaan sungai

1. Sosialisasi peraturan pengendalian pencemaran air

2. Sosialisasi pelestarian sungai.

PEMDA DKI BPLHD DKI Jakarta

E. Program Peran Serta Masyarakat Partisipasi masyarakat ttng kelestarian lingkungan belum menyeluruh

1. Penyuluhan, pelatihan dan pendampingan 2. Pembentukan forum masyarakat peduli Kali

Pesanggrahan 3. Melibatkan siswa sekolah untuk konservasi

BPLHD DKI Jakarta Dinas terkait

1-3 1. Sisi Timur Villa Delima 2. Jembatan Jl.

Cireundeu 3. Ciputat-Sekopo

Kurangnya sarana-prasarana pendukung

1. Pembuatan dan peningkatan sarana fasilitas kebersihan

2. Pembuatan IPAL Komunal

BPLHD DKI Jakarta Dinas Kebersihan Dinas Pekerjaan Umum

Page 73: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-30

Titik Penanggung jawab kegiatan Pengamatan

Lokasi Sumber masalah Kegiatan Utama Terkait

Segmen 2: Tengah A. Program Pengendalian Pencemaran air

Limbah rumah tangga

1. Pembuatan IPAL rumah tangga skala komunal

2. Pembuatan septic tank permukiman 3. Sosialisasi pengelolaan air limbah 4. Perbaikan sistem drainase

BPLHD (KLH Wilayah Jaksel, Jakbar)

BPLHD DKI Jakarta Dinas Kesehatan Dinas Pekerjaan Umum Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah Daerah

Limbah rumah makan, restauran

1. Pembuatan IPAL restauran BPLHD (KLH Wilayah Jaksel)

Dinas Pekerjaan Umum

Limbah industri 1. Monitoring industri yang sudah mempunyai IPAL

2. Pembuatan IPAL bagi industri rumah tangga

Dinas Pekerjaan Umum Dinas Perindustrian dan Energi

Sampah 1. Sosialisasi teknologi pengolahan sampah 2. Pembuatan jaring sampah di saluran air 3. Pembuatan TPST

Dinas Kebersihan (Sudin Kebersihan Jaksel)

BPLHD DKI Jakarta Dinas Pekerjaan Umum

Karakteristik dan debit limbah

4. Identifikasi kegiatan instasional dan non instasional

BPLHD DKI Jakarta KLH Wilayah JakSek, Jakbar

B. Program Pengendalian Kerusakan Lingkungan Lahan terbuka 1. Meningkatkan fungsi retensi ekologis pada

alur sungai 2. Pengadaan taman sebagai ruang terbuka

hijau 3. Program penghijauan

Dinas Kelautan dan Pertanian (Sudin Pertanian dan Kehutanan Jaksel, Jakbar)

Dinas pariwisata dan kebudayaan Dinas Pekerjaan Umum

Bangunan pada sempadan sungai

1. Penertiban bangungan liar 2. Pembuatan sumur resapan dan lubang

resapan biopori 3. Rehabilitasi sempadan sungai

Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan (P2B)

KLH wilayah Jaksel, Jakbar Dinas Kelautan dan Pertanian

C. Program Penataan Ruang Pelanggaran tata ruang

1. Monitoring dan pengawasan tata ruang 2. Sosialisasi tata ruang 3. Penerapan peraturan

Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan (P2B)

BPLHD DKI Jakarta

D. Program Penegakan Hukum

4-5 1. Tanah Kusir-samping pool taxi Express

2. Kebon Jeruk

Kurangnya kesadaran hukum

1. Sosialisasi hukum yang berkaitan dengan pengendalian pencemaran air

2. Sosialisasi hukum yang berkaitan dengan pelestarian ekosistem sungai di DKI

PEMDA DKI BPLHD DKI Jakarta

Page 74: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-31

Titik Penanggung jawab kegiatan Pengamatan

Lokasi Sumber masalah Kegiatan Utama Terkait

Segmen 2: Tengah E. Program Peran Serta Masyarakat

Rendahnya persepsi masy. Ttg kelestarian lingkungan

1. Penyuluhan, pelatihan dan pendampingan 2. Pembentukan forum masyarakat peduli Kali

Pesanggrahan 3. Melakukan dialog dengan stake holder

BPLHD DKI Jakarta Dinas terkait

Kurangnya sarana/fasilitas

3. Pembuatan dan peningkatan sarana fasilitas kebersihan

4. Pembuatan IPAL Komunal

BPLHD DKI Jakarta Dinas Kebersihan Dinas Pekerjaan Umum

Kurangnya pendapatan

5. Meningkatkan ketrampilan masy berbasis daur ulang

BPLHD DKI Jakarta Dinas terkait

Page 75: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-32

Titik Penanggung jawab kegiatan Pengamatan

Lokasi Sumber masalah Kegiatan Utama Terkait

Segmen 3: Hilir A. Program Pengendalian Pencemaran air

Limbah rumah tangga

1. Pembuatan IPAL skala komunal 2. Pembuatan septic tank permukiman 3. Sosialisasi pengelolaan air limbah 4. Perbaikan sistem drainase

BPLHD (KLH Wilayah Jakbar)

BPLHD DKI Jakarta Dinas Kesehatan Dinas Pekerjaan Umum Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah Daerah

Limbah rumah makan, restauran

1. Pembuatan IPAL restauran BPLHD (KLH Wilayah Jaksel)

Dinas Pekerjaan Umum

Limbah industri 1. Monitoring industri yang sudah mempunyai IPAL 2. Pembuatan IPAL bagi industri rumah tangga

Dinas Pekerjaan Umum Dinas Perindustrian dan Energi

Sampah 1. Sosialisasi teknologi pengolahan sampah 2. Pembuatan jaring sampah di saluran air 3. Pembuatan TPST

Dinas Kebersihan (Sudin Kebersihan Jakbar)

BPLHD DKI Jakarta Dinas Pekerjaan Umum

Lahan terbuka 1. Meningkatkan fungsi retensi ekologis pada alur sungai

2. Pengadaan taman sebagai ruang terbuka hijau 3. Program penghijauan

Dinas Kelautan dan Pertanian Sudin Pertanian dan Kehutanan Jakarta Barat

Dinas pariwisata dan Kebudayaan Dinas Pertamanan dan Pemakaman

Bangunan pada sempadan sungai

1. Penertiban bangungan liar 2. Pembuatan sumur resapan, lubang resapan

biopori 3. Rehabilitasi sempadan sungai

Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan (P2B)

KLH wilayah Jakbar Dinas Kelautan dan Pertanian

B. Program Pengendalian Kerusakan Lingkungan

Lahan terbuka 1. Meningkatkan fungsi retensi ekologis pada alur sungai

2. Pengadaan taman sebagai ruang terbuka hijau 3. Program penghijauan

Dinas Kelautan dan Pertanian (Sudin Pertanian dan Kehutanan Jaksel)

Dinas pariwisata dan kebudayaan Dinas Pekerjaan Umum

Sedimentasi dan tumpukan sampah pada kali

1. Pengerukan kali secara berkala 2. Pemasangan jaring sampah pada saluran

drainase

Dinas Pekerjaan Umum Dinas Kebersihan

6-7 1. Jembatan Puri Kembangan

2. Rel Kereta Api Kembangan

Bangunan pada sempadan sungai

1. Penertiban bangunan 2. Pembuatan sumur resapan dan lubang resapan

biopori 3. Penataan sempadan sungai.

Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan (P2B)

KLH wilayah Jakbar Dinas Kelautan dan Pertanian

Page 76: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) IV-33

Titik Penanggung jawab kegiatan

Pengamatan Lokasi Sumber masalah Kegiatan

Utama Terkait Segmen 3: Hilir

C. Program Penataan Ruang

Pelanggaran tata ruang

1. Monitoring dan pengawasan tata ruang 2. Sosialisasi tata ruang 3. Penerapan peraturan 4. Melakukan penyusunan tata ruang secara

berjenjang yang dimulai dari kampung.

Dinas Tata Ruang BPLHD DKI Jakarta Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan (P2B)

D. Program Penegakan Hukum Kurangnya kesadaran hukum

1. Sosialisasi hukum yang berkaitan dengan pengendalian pencemaran air.

2. Sosialisasi hukum yang berkaitan dengan pelestarian ekosistem sungai di DKI

PEMDA DKI BPLHD DKI Jakarta

3. E. Program Peran Serta Masyarakat

Rendahnya persepsi masy. Ttg kelestarian lingkungan

1. Penyuluhan, pelatihan dan pendampingan 2. Pembentukan forum masyarakat Kali

Pesanggrahan 3. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam

pengelolaan fungsi lahan dan air

BPLHD DKI Jakarta Dinas terkait

Kurangnya sarana/fasilitas

1. Pembuatan dan peningkatan sarana fasilitas kebersihan

2. Pembuatan IPAL Komunal

BPLHD DKI Jakarta

Dinas Kebersihan Dinas Pekerjaan Umum

Page 77: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) V-1

BAB V

KESIMPULAN

1. Parameter yang berperan sebagai penanda pencemaran di Kali Pesanggrahan seperti

BOD, COD, minyak dan lemak, deterjen, fenol dan E. coli berdasarkan baku mutu PP No

82/2001. Selain itu tingkat pencemaran terlihat semakin ke hilir semakin tinggi sejalan

dengan meningkatnya kepadatan penduduk di sekitarnya.

2. Sumber pencemar potensial berasal dari permukiman, salon kecantikan, bengkel

mobil/motor, restaurant, kafe, warung makan, industri besar, menengah, kecil dan rumah

tangga. Jenis pencemar adalah organik, anorganik dan pathogen yang berasal dari point

source dan non point source.

3. Daya tampung Kali Pesanggrahan, yaitu sebesar 57.597,30 kg/jam.

4. Untuk mencapai kelas air yang ditargetkan, maka beban BOD harus diturunkan sebesar

0-40% di segmen tengah dan >41% khususnya wilayah hilir Kali Pesanggrahan.

5. Rekomendasi

Hulu Mempertahankan daerah konservasi

Sosialisasi teknologi pengolahan sampah dan air limbah sederhana

Pembentukan forum masyarakat Peduli Kali Pesanggrahan

Peningkatan kualitas SDM dalam pengelolaan fungsi lahan dan air

Tengah Pembuatan IPAL rumah tangga dan industri

Pemasangan jarring sampah di saluran air

Meningkatkan fungsi retensi ekologis pada alur sungai

Pengadaan taman sebagai ruang terbuka hijau

Melakukan dialog dengan stake holder

Peningkatan kualitas SDM dalam pengelolaan fungsi lahan dan air

Hilir Pembuatan IPAL rumah tangga dan industri

Pemasangan jaring sampah di saluran air

Penertiban bangunan liar

Pengerukan kali secara berkala

Peningkatan kualitas SDM dalam pengelolaan fungsi lahan dan air

Page 78: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA

(Studi Kasus: Kali Pesanggrahan) V-1

DAFTAR PUSTAKA

Asisten Deputi Urusan Pengendalian Kerusakan Sungai dan Danau Deputi Bidang Peningkatan Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan. 2006. Buku Dua Penggunaan Program Piranti Lunak QUAL2E. Jakarta : Kementerian Lingkungan Hidup.

Chapra, S. 1997. Surface Water Quality Modelling. New York : Mc Graw Hill Publication. Eckenfelder, W. 1991. Principles of Water Quality Management. Boston : CBI Pub. Co.

Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran sungai. Gajah Mada University Press, Yokyakarta.

Chapra, S. C. 1997. Surface Water Quality Modeling. McGraw Hill, New York. Hendrawan, D. 2006. Pengelolaan Kualitas Air Sungai di DKI Jakarta untuk Mendukung

Pembangunan. 2006. Seminar Nasional FALTL, Peluang dan Tantangan Pengelolaan Megalopolis dalam Persepektif Publik USAKTI, 11 Juli 2006

Juniarti, A.T.; Hanan, I dan Gania, V. -. Tinjauan Hidraulis Wilayah Konservasi Kali

Pesanggrahan. Pusat Pengkajian Pengelolaan dan Pengembangan Wilayah Sungai. Fakultas Teknik Jurusan Sipil, Universitas Pancasila, Jakarta.

Gintings, P. Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Pustaka Sinar Harapan,

Jakarta. 1992. Maryanto, I, dkk, 2004. Manajemen Bioregional Jabodetabek: Profil & Stategi Pengelolaan

Sungai dan Aliran Air. Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.

Maryono, A, 2005. Eko-Hidraulik Pembangunan Sungai (Ecological Hydraulics of River

Development). Penerbit Magister Sistem Teknik Program Pascasarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Mays, Larry W., 1996. Water Resources Handbook. Penerbit R.R. Donelly & Sons

Company. Thomann, R.V dan J.A Mueller. 1987. Principles of Surface Water Quality Modeling and

Control. Harper Collins Publishers, New York. Tugiyono. 2008. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Air Di Daerah Aliran Sungai

(DAS) Way Seputih. Prosiding Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian kepada Masyarakat, Unila, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung.

Page 79: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DKI JAKARTA

PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN BERDASARKAN DAYA TAMPUNG SUNGAI DI DKI JAKARTA (Studi Kasus: Kali Pesanggrahan)

LAMPIRAN

Page 80: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

TITIK 1 VILLA DELIMA

TITIK 2 JEMBATAN JL. CIREUNDEU

TITIK 3 CIPUTAT-SEKOPOL

Page 81: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

TITIK 4 TANAH KUSIR-SAMPING POOL TAXI EXPRESS

TITIK 5 KEBUN JERUK-SEBELAH HUTAN KOTA SRENGSENG

TITIK 6 JEMBATAN JL. PURI KEMBANGAN KEDOYA

Page 82: LAPORAN PENDAHULUAN...LAPORAN PENDAHULUAN PT. TRIBINA BUANA Engineering And Management Consultant JL. MASJID AL – IKHLAS NO. 27 B, PONDOK KELAPA - JAKARTA TIMUR 13450 TELEPON ( 021

TITIK 7 REL KERETA API KEMBANGAN