Laporan Pemicu 3.docx

52
Pemicu 3 Budi, seorang laki-laki usia 27 tahun yang telah menikah dan mempunyai seorang anak, datang ke rumah sakit dengan keluhan sering buang air besar cair dan dengan busa disertai lendir hingga 3-4 kali sehari selama kurang lebih 1 bulan ini. Selain itu laki-laki tersebut juga menderita demam yang hilang timbul sejak 20 hari yang lalu. Demam tidak terlalu tinggi. Pasien sudah berobat ke dokter, bila minum obat demamnya hilang tapi kemudian kambuh lagi. Sejak 2 bulan terakhir nafsu makan Budi menurun, berat badan dirasakan semakin kurus, dan di mulut terdapat banyak sariawan. Dari pengakuan keluarganya diketahui bahwa laki-laki tersebut adalah pemakai narkoba suntik bergantian dengan teman-temannya sewaktu sekolah di SMA dulu. A. Klarifikasi dan Definisi - Sariawan : kelainan pada selaput lendir mulut berupa luka pada mulut yang berupa bercak putih kekuningan dengan permukaan cekung disertai rasa sakit. B. Keyword - Budi (27 tahun), status: sudah menikah - Demam hilang timbul - Sering BAB disertai lendir - Berat badan menurun - Sariawan - Saat SMA pemakai narkoba jarum suntik bergantian C. Rumusan Masalah Budi (27 tahun) dengan keluhan diare kronik, demam, sariawan, berat badan menurun dan riwayat pemakai narkoba suntik bergantian saat SMA. D. Analisis Masalah 1 Pengguna narkoba suntik Hepati

Transcript of Laporan Pemicu 3.docx

Pemicu 3Budi, seorang laki-laki usia 27 tahun yang telah menikah dan mempunyai seorang anak, datang ke rumah sakit dengan keluhan sering buang air besar cair dan dengan busa disertai lendir hingga 3-4 kali sehari selama kurang lebih 1 bulan ini. Selain itu laki-laki tersebut juga menderita demam yang hilang timbul sejak 20 hari yang lalu. Demam tidak terlalu tinggi. Pasien sudah berobat ke dokter, bila minum obat demamnya hilang tapi kemudian kambuh lagi. Sejak 2 bulan terakhir nafsu makan Budi menurun, berat badan dirasakan semakin kurus, dan di mulut terdapat banyak sariawan. Dari pengakuan keluarganya diketahui bahwa laki-laki tersebut adalah pemakai narkoba suntik bergantian dengan teman-temannya sewaktu sekolah di SMA dulu.A. Klarifikasi dan Definisi Sariawan : kelainan pada selaput lendir mulut berupa luka pada mulut yang berupa bercak putih kekuningan dengan permukaan cekung disertai rasa sakit.

B. Keyword Budi (27 tahun), status: sudah menikah Demam hilang timbul Sering BAB disertai lendir Berat badan menurun Sariawan Saat SMA pemakai narkoba jarum suntik bergantian

C. Rumusan MasalahBudi (27 tahun) dengan keluhan diare kronik, demam, sariawan, berat badan menurun dan riwayat pemakai narkoba suntik bergantian saat SMA.

D. Analisis Masalah

Pengguna narkoba suntik bergantian

Hepatitis

HIVResiko tinggi penularan penyakit lewat jarum suntik

Penurunan sistem imun tubuh

Infeksi OportunistikAIDS

BB SariawanDiareDemam

E. HipotesisGejala-gejala yang dialami Budi ditambah dengan riwayat sebelumnya mengarah pada AIDS.

F. Pertanyaan Diskusi1. Apa definisi dari imunodefisiensi?2. Apa saja contoh penyakit imunodefisiensi?3. Apa definisi dari HIV/AIDS?4. Bagaimana struktur dari HIV?5. Bagaimana siklus hidup dari HIV?6. Bagaimana epidemiologi HIV/AIDS ?7. Bagaimana patogenesis HIV/AIDS?8. Bagaimana respon imun tubuh pada HIV?9. Apa saja stadium dari HIV/AIDS?10. Bagaimana manifestasi klinis dari HIV/AIDS?11. Bagaimana patofisiologi gejala dari HIV/AIDS?12. Bagaimana penegakan diagnosis HIV/AIDS dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan?13. Apa saja faktor resiko terinfeksi HIV/AIDS?14. Bagaimana penularan HIV/AIDS?15. Bagaimana prosedur sebelum dan sesudah tes HIV?16. Bagaimana prodesur konseling untuk edukasi kepatuhan minum obat pada HIV/AIDS?17. Bagaimana tatalaksana/terapi farmakologi pada HIV/AIDS?18. Bagaimana pencegahan penularan HIV/AIDS?19. Apa itu infeksi oportunistik?20. Apa saja infeksi oportunistik yang dapat menyertai HIV/AIDS dan tatalaksananya?21. Bagaimana terapi gizi pada penderita HIV/AIDS?22. Berapa besar kemungkinan penularan dari Tn. Budi ke keluarganya (istri dan anaknya) ?

G. Pembahasan1. Apa definisi dari imunodefisiensi?Imunodefisiensi adalah keadaan tidak berfungsinya sistem imunitas tubuh secara adekuat sehingga infeksi lebih sering terjadi, berulang, luar biasa berat, dan berlangsung lebih lama dari biasanya.

2. Apa saja contoh penyakit imunodefisiensi?Keadaan imunodefisiensi dapat terjadi secara primer, yang pada umumnya disebabkan oleh kelainan genetik yang diturunkan, serta secara sekunder akibat penyakit utama lain seperti infeksi, pengobatan kemoterapi, sitostatika, radiasi, obat-obatan imunosupresan (menekan sistem kekebalan tubuh) atau pada usia lanjut dan malnutrisi (kekurangan gizi).a. Agammaglobulinemia X-Linked Agammaglobulinemia X-linked (agammaglobulinemia Bruton) hanya menyerang anak laki-laki dan merupakan akibat dari penurunan jumlah atau tidak adanya limfosit B serta sangat rendahnya kadar antibodi karena terdapat kelainan pada kromosom X.

Bayi akan menderita infeksi paru-paru, sinus dan tulang, biasanya karena bakteri (misalnya Hemophilus dan Streptococcus) dan bisa terjadi infeksi virus yang tidak biasa di otak. Tetapi infeksi biasanya baru terjadi setelah usia 6 bulan karena sebelumnya bayi memiliki antibodi perlindungan di dalam darahnya yang berasal dari ibunya. Jika tidak mendapatkan vaksinasi polio, anak-anak bisa menderita polio. Mereka juga bisa menderita artritis.

Suntikan atau infus immunoglobulin diberikan selama hidup penderita agar penderita memiliki antibodi sehingga bisa membantu mencegah infeksi. Jika terjadi infeksi bakteri diberikan antibiotik. Anak laki-laki penderita agammaglobulinemia X-linked banyak yang menderita infeksi sinus dan paru-paru menahun dan cenderung menderita kanker.

b. Common variable imunodeficiency Immunodefisiensi yang berubah-ubah terjadi pada pria dan wanita pada usia berapapun, tetapi biasanya baru muncul pada usia 10-20 tahun. Penyakit ini terjadi akibat sangat rendahnya kadar antibodi meskipun jumlah limfosit B-nya normal. Pada beberapa penderita limfosit T berfungsi secara normal, sedangkan pada penderita lainnya tidak.

Sering terjadi penyakit autoimun, seperti penyakit Addison, tiroiditis dan artritis rematoid. Biasanya terjadi diare dan makanan pada saluran pencernaan tidak diserap dengan baik. Suntikan atau infus immunoglobulin diberikan selama hidup penderita. Jika terjadi infeksi diberikan antibiotik.

c. Kekurangan Anti Bodi SelektifPada penyakit ini, kadar antibodi total adalah normal, tetapi terdapat kekurangan antibodi jenis tertentu. Yang paling sering terjadi adalah kekurangan IgA. Kadang kekurangan IgA sifatnya diturunkan, tetapi penyakit ini lebih sering terjadi tanpa penyebab yang jelas. Penyakit ini juga bisa timbul akibat pemakaian fenitoin (obat anti kejang).

Sebagian besar penderita kekurangan IgA tidak mengalami gangguan atau hanya mengalami gangguan ringan, tetapi penderita lainnya bisa mengalami infeksi pernafasan menahun dan alergi. Jika diberikan transfusi darah, plasma atau immunoglobulin yang mengandung IgA, beberapa penderita menghasilkan antibodi anti-IgA, yang bisa menyebabkan reaksi alergi yang hebat ketika mereka menerima plasma atau immunoglobulin berikutnya. Biasanya tidak ada pengobatan untuk kekurangan IgA. Antibiotik diberikan pada mereka yang mengalami infeksi berulang.

d. Penyakit Imunodesfisiensi yang berat Penyakit immunodefisiensi gabungan yang berat merupakan penyakit immunodefisiensi yang paling serius. Terjadi kekurangan limfosit B dan antibodi, disertai kekurangan atau tidak berfungsinya limfosit T, sehingga penderita tidak mampu melawan infeksi secara adekuat.

Sebagian besar bayi akan mengalami pneumonia dan thrush (infeksi jamur di mulut); diare biasanya baru muncul pada usia 3 bulan. Bisa juga terjadi infeksi yang lebih serius, seperti pneumonia pneumokistik. Jika tidak diobati, biasanya anak akan meninggal pada usia 2 tahun. Antibiotik dan immunoglobulin bisa membantu, tetapi tidak menyembuhkan. Pengobatan terbaik adalah pencangkokan sumsum tulang atau darah dari tali pusar.

e. Sindroma Wiskot-Aldrich Sindroma Wiskott-Aldrich hanya menyerang anak laki-laki dan menyebabkan eksim, penurunan jumlah trombosit serta kekurangan limfosit T dan limfosit B yang menyebabkan terjadinya infeksi berulang. Akibat rendahnya jumlah trombosit, maka gejala pertamanya bisa berupa kelainan perdarahan (misalnya diare berdarah).

Kekurangan limfosit T dan limfosit B menyebabkan anak rentan terhadap infeksi bakteri, virus dan jamur. Sering terjadi infeksi saluran pernafasan. Anak yang bertahan sampai usia 10 tahun, kemungkinan akan menderita kanker (misalnya limfoma dan leukemia). Pengangkatan limpa seringkali bisa mengatasi masalah perdarahan, karena penderita memiliki jumlah trombosit yang sedikit dan trombosit dihancurkan di dalam limpa. Antibiotik dan infus immunoglobulin bisa membantu penderita, tetapi pengobatan terbaik adalah dengan pencangkokan sumsum tulang. f. Ataksia TelangiektasiaAtaksia-telangiektasia adalah suatu penyakit keturunan yang menyerang sistem kekebalan dan sistem saraf. Kelainan pada serebelum (bagian otak yang mengendalikan koordinasi) menyebabkan pergerakan yang tidak terkoordinasi (ataksia). Kelainan pergerakan biasanya timbul ketika anak sudah mulai berjalan, tetapi bisa juga baru muncul pada usia 4 tahun. Anak tidak dapat berbicara dengan jelas, otot-ototnya lemah dan kadang terjadi keterbelakangan mental.

Telangiektasi adalah suatu keadaan dimana terjadi pelebaran kapiler (pembuluh darah yang sangat kecil) di kulit dan mata. Telangiektasi terjadi pada usia 1-6 tahun, biasanya paling jelas terlihat di mata, telinga, bagian pinggir hidung dan lengan. Sering terjadi pneumonia, infeksi bronkus dan infeksi sinus yang bisa menyebakan kelainan paru-paru menahun. Kelainan pada sistem endokrin bisa menyebabkan ukuran buah zakar yang kecil, kemandulan dan diabetes. Banyak anak-anak yang menderita kanker, terutama leukemia, kanker otak dan kanker lambung.

Antibiotik dan suntikan atau infus immunoglobulin bisa membantu mencegah infeksi tetapi tidak dapat mengatasi kelaianan saraf. Ataksia-telangiektasia biasanya berkembang menjadi kelemahan otot yang semakin memburuk, kelumpuhan, demensia dan kematian.

g. Sindroma Hiper-IgESindroma hiper-IgE (sindroma Job-Buckley) adalah suatu penyakit immunodefisiensi yang ditandai dengan sangat tingginya kadar antibodi IgE dan infeksi bakteri stafilokokus berulang. Infeksi bisa menyerang kulit, paru-paru, sendi atau organ lainnya. Banyak penderita yang memiliki tulang yang lemah sehingga sering mengalami patah tulang. Beberapa penderita menunjukkan gejala-gejala alergi, seperti eksim, hidung tersumbat dan asma.

Antibiotik diberikan secara terus menerus atau ketika terjadi infeksi stafilokokus. Sebagai tindakan pencegahan diberikan antibiotik trimetoprim-sulfametoksazol.

h. Penyakit Granulomatosa KronisPenyakit granulomatosa kronis kebanyakan menyerang anak laki-laki dan terjadi akibat kelainan pada sel-sel darah putih yang menyebabkan terganggunya kemampuan mereka untuk membunuh bakteri dan jamur tertentu. Sel darah putih tidak menghasilkan hidrogen peroksida, superoksida dan zat kimia lainnya yang membantu melawan infeksi.

Gejala biasanya muncul pada masa kanak-kanak awal, tetapi bisa juga baru timbul pada usia belasan tahun. Infeksi kronis terjadi pada kulit, paru-paru, kelenjar getah bening, mulut, hidung dan usus. Di sekitar anus, di dalam tulang dan otak bisa terjadi abses. Kelenjar getah bening cenderung membesar dan mengering. Hati dan limpa membesar. Pertumbuhan anak menjadi lambat.

Antibiotik bisa membantu mencegah terjadinya infeksi. Suntikan gamma interferon setiap minggu bisa menurunkan kejadian infeksi. Pada beberapa kasus, pencangkokan sumsum tulang berhasi menyembuhkan penyakit ini.

i. Hipogammaglobulin sementara pada bayiPada penyakit ini, bayi memiliki kadar antibodi yang rendah, yang mulai terjadi pada usia 3-6 bulan. Keadaan ini lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang lahir prematur karena selama dalam kandungan, mereka menerima antibodi ibunya dalam jumlah yang lebih sedikit. Penyakit ini tidak diturunkan, dan menyerang anak laki-laki dan anak perempuan. Biasanya hanya berlangsung selama 6-18 bulan. Sebagian bayi mampu membuat antibodi dan tidak memiliki masalah dengan infeksi, sehingga tidak diperlukan pengobatan. Beberapa bayi (terutama bayi prematur) sering mengalami infeksi. Pemberian immunoglobulin sangat efektif untuk mencegah dan membantu mengobati infeksi. Biasanya diberikan selama 3-6 bulan. Jika perlu, bisa diberikan antibiotik.

j. Anomali DiGeorgeAnomali DiGeorge terjadi akibat adanya kelainan pada perkembangan janin. Keadaan ini tidak diturunkan dan bisa menyerang anak laki-laki maupun anak perempuan. Anak-anak tidak memiliki kelenjar thymus, yang merupakan kelenjar yang penting untuk perkembangan limfosit T yang normal. Tanpa limfosit T, penderita tidak dapat melawan infeksi dengan baik. Segera setelah lahir, akan terjadi infeksi berulang. Beratnya gangguan kekebalan sangat bervariasi. Kadang kelainannya bersifat parsial dan fungsi limfosit T akan membaik dengan sendirinya.

Anak-anak memiliki kelainan jantung dan gambaran wajah yang tidak biasa (telinganya lebih renadh, tulang rahangnya kecil dan menonjol serta jarak antara kedua matanya lebih lebar). Penderita juga tidak memiliki kelenjar paratiroid, sehingga kadar kalium darahnya rendah dan segera setelah lahir seringkali mengalami kejang. Jika keadaannya sangat berat, dilakukan pencangkokan sumsum tulang.

Bisa juga dilakukan pencangkokan kelenjar thymus dari janin atau bayi baru lahir (janin yang mengalami keguguran). Kadang kelainan jantungnya lebih berat daripada kelainan kekebalan sehingga perlu dilakukan pembedahan jantung untuk mencegah gagal jantung yang berat dan kematian. Juga dilakukan tindakan untuk mengatasi rendahnya kadar kalsium dalam darah.

k. Kandidiasis Mukokantaneus KronisKandidiasi mukokutaneus kronis terjadi akibat buruknya fungsi sel darah putih, yang menyebabkan terjadinya infeksi jamur Candida yang menetap pada bayi atau dewasa muda. Jamur bisa menyebabkan infeksi mulut (thrush), infeksi pada kulit kepala, kulit dan kuku.

Penyakit ini agak lebih sering ditemukan pada anak perempuan dan beratnya bervariasi. Beberapa penderita mengalami hepatitis dan penyakit paru-paru menahun. Penderita lainnya memiliki kelainan endokrin (seperti hipoparatiroidisme).

Infeksi internal oleh Candida jarang terjadi. Biasanya infeksi bisa diobati dengan obat anti-jamur nistatin atau klotrimazol. Infeksi yang lebih berat memerlukan obat anti-jamur yang lebih kuat (misalnya ketokonazol per-oral atau amfoterisin B intravena). Kadang dilakukan pencangkokan sumsum tulang.

3. Apa definisi dari HIV/AIDS?AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah kumpulan dari gejala yang disebabkan oleh menurunnya imunitas tubuh akibat infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus). AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.

4. Bagaimana struktur dari HIV?Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama virus dirubah menjadi HIV.Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Limfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Limfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut.

Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverse transcriptase dan beberapa jenis prosein. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120). Gp 120 berhubungan dengan reseptor Limfosit (T4) yang rentan. Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan dengan berbagai disinfektan seperti eter, aseton, alkohol, iodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi telatif resisten terhadap radiasi dan sinar utraviolet. Virus HIV hidup dalam darah, savila, semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak.

5. Bagaimana siklus hidup dari HIV?

6. Bagaimana epidemiologi HIV/AIDS ?UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup di tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV. Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981.Afrika Sub-Sahara tetap merupakan wilayah terburuk yang terinfeksi, dengan perkiraan 21,6 sampai 27,4 juta jiwa kini hidup dengan HIV. Dua juta [1,5&-3,0 juta] dari mereka adalah anak-anak yang usianya lebih rendah dari 15 tahun. Lebih dari 64% dari semua orang yang hidup dengan HIV ada di Afrika Sub Sahara, lebih dari tiga per empat (76%) dari semua wanita hidup dengan HIV. Pada tahun 2005, terdapat 12.0 juta [10.6-13.6 juta] anak yatim/piatu AIDS hidup di Afrika Sub Sahara. Asia Selatan dan Asia Tenggara adalah terburuk kedua yang terinfeksi dengan besar 15%. 500.000 anak-anak mati di region ini karena AIDS.

Dua-tiga infeksi HIV/AIDS di Asia muncul di India, dengan perkiraan 5.7 juta infeksi (perkiraan 3.4 - 9.4 juta) (0.9% dari populasi), melewati perkiraan di Afrika Selatan yang sebesar 5.5 juta (4.9-6.1 juta) (11.9% dari populasi) infeksi, membuat negara ini dengan jumlah terbesar infeksi HIV di dunia.[97] Di 35 negara di Afrika dengan perataan terbesar, harapan hidup normal sebesar 48.3 tahun - 6.5 tahun sedikit daripada akan menjadi tanpa penyakit

Sejak pertama kali ditemukan (1987) sampai dengan Juni 2012, kasus HIV-AIDS tersebar di 378 (76%) dari 498 kabupaten/kota di seluruh (33) provinsi di Indonesia. Provinsi pertama kali ditemukan adanya kasus HIV-AIDS adalah Provinsi Bali (1987), sedangkan yang terakhir melaporkan adanya kasus HIV (2011) adalah Provinsi Sulawesi Barat.

Kasus HIV a. Sampai dengan tahun 2005 jumlah kasus HIV yang dilaporkan sebanyak 859 kasus, tahun 2006 (7.195 kasus), tahun 2007 (6.048 kasus), tahun 2008 (10.362 kasus), tahun 2009 (9.793 kasus), tahun 2010 (21.591 kasus), tahun 2011 (21.031 kasus), Januari-Juni 2012 (10.138 kasus). Jumlah kumulatif kasus HIV yang dilaporkan sampai dengan Juni 2012 sebanyak (9.883 (sic: seharusnya 86.762)) kasus.b. Jumlah kasus HIV tertinggi yaitu di DKI Jakarta (21.030 kasus), diikuti Jawa Timur (11.282 kasus), Papua (8.611 kasus), Jawa Barat (6.315 kasus) dan Sumatera Utara (5.629 kasus).Kasus AIDS 1. Sampai dengan tahun 2004 jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 2.682 kasus, tahun 2005 (2.639 kasus), tahun 2006 (2.873 kasus), tahun 2007 (2.947 kasus), tahun 2008 (4.969 kasus), tahun 2009 (3.863 kasus), tahun 2010 (5.744 kasus) dan tahun 2011 (4.162 kasus), Januari-Juni 2012 (2.224 kasus). Jumlah kumulatif kasus AIDS dari tahun 1987 sampai dengan Juni 2012 sebanyak 32.103 kasus.1. Persentase kumulatif kasus AIDS tertinggi pada kelompok umur 20-29 tahun (41,5%), kemudian diikuti kelompok umur 30-39 tahun (30,8%), 40-49 tahun (11,6%), 15-19 (4,1%), dan 50-59 tahun (3,7%).1. Persentase kasus AIDS pada laki-laki sebanyak 70% dan perempuan 29%.1. Jumlah kasus AIDS tertinggi adalah pada wiraswasta (3.733 kasus), diikuti ibu rumah tangga (3.368 kasus), tenaga non- profesional (karyawan) (3.220 kasus), petani/peternak/nelayan (1.169 kasus), buruh kasar (1.137), anak sekolah/mahasiswa (944 kasus), dan penjaja seks (776).1. Jumlah kasus AIDS terbanyak dilaporkan dari DKI Jakarta (5.118), Papua (4.865), Jawa Timur (4.664), Jawa Barat (4.043), Bali (2.775), Jawa Tengah (1.948 kasus), Kalimantan Barat (1.358 kasus), Sulawesi Selatan (999 kasus), Riau (731 kasus), dan DIY (712 kasus).1. Angka kematian (CFR) menurun dari 2,4% pada tahun 2011 menjadi 0,9% pada Juni tahun 2012.7. Bagaimana patogenesis HIV/AIDS?Stadium: infeksi primer, penyebaran ke organ limfoid, latensi klinis, peningkatan ekspresi HIV, penyakit klinis dan kematian. Jarak infeksi primer dengan penyakit klinis adalah kurang lebih 10 tahun. Pada kasus yang tidak diobati, kamatian terjadi dalam 2 tahun setelah muncul gejala klinis.

Setelah infeksi primer, terdapat waktu 4-11 hari antara infeksi mukosa (HIV menginfeksi sel CD4) dan viremia awal (viremia ini dapat terdeteksi selama 8-12 minggu). Virus tersebar ke seluruh tubuh dan organ limfoid menjadi penuh. Terdapat penurunan bermakna jumlah sel CD4 yang bersirkulasi pada waktu awal ini. Respon imun terhadapt HIV terjadi 1 minggu 3 bulan setelah infeksi, viremia plasma menjadi menurun dan CD banyak kembali. Namun, respon imun tidak dapat menghilangkan secara total dan sel yang terinfeksi HIV menetap di dalam kelenjar getah bening.

Pada latensi klinis, terjadi replikasi virus yang banyak di organ limfoid. Begitu limfosit CD4 terinfeksi, waktu paruhnya menjadi kurang lebih 1,6 hari. Lalu, akhirnya pasien akan mengalami gejala konstitusional dan penyakit klinis seperti infeksi oportunistik dan neoplasma. Kadar virus yang lebih tinggi mudah terdeteksi di plasma selama fase lanjut. Yang perlu diketahui lagi yakni setelah terinfeksi HIV: kadar CD4 makin turun; viremia meningkat di awal dan setelah masa latensi klinis, stabil di masa laten dan menurun saat masuk masa laten).

8. Bagaimana respon imun tubuh pada HIV?Selama periode awal setelah infeksi primer, terjadi penyebarluasan virus dan penurunan tajam jumlah sel T CD4 di dalam darah perifer. Respon imun terhadap HIV terjadi dengan penurunan viremia yang diikuti oleh periode latensi klinik yang panjang. Selama periode ini, terus terjadi replikasi virus. Jumlah sel T CD4 berangsur-angsur menurun selama tahun-tahun berikutnya hingga mencapai tingkat kritis karena di bawah tingkat ini terdapat resiko yang sangat besar untuk terjadinya infeksi oportunistik.

Respon limfosit T sitolisis terhadap HIV dapat terdeteksi pada minggu ke-2 hingga ke-3 setelah infeksi inisial dan kemudian mencapai puncaknya pada minggu ke-9 hingga ke-12. Ekspansi klon sel T CD8 yang spesifik virus terjadi selama periode waktu ini. Respon imun humoral mencapai puncaknya sekitar minggu ke-12.

9. Apa saja stadium dari HIV/AIDS?WHO menetapkan empat stadium klinik pada pasien yang terinfeksi HIV/AIDS , sebagai berikut:Stadium I Asimtomatik

Tidak ada penurunana berat badanTidak ada gejala atau hanya Limfadenopati Generalisata Persisten

Stadium II Sakit ringan

Penurunan berat badan 5-10%ISPA berulang, misalnya sinusitis atau otitisHerpes zoster dalam 5 tahun terakhirLuka disekitar bibir (keiltis angularis)Ulkus mulut berulangRuam kulit yang gatal {seboroik atau prurigo-PPE (pruritic popular eruption)}Dermatitis SeboroikInfeksi jamur kuku

Stadium III Sakit sedang

Penurunan berat badan