laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

download laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

of 29

Transcript of laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

  • 8/17/2019 laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

    1/29

    LAPORAN DISKUSI

    MODUL INFEKSI DAN IMUNOLOGI

    PEMICU 3

    KELOMPOK DISKUSI 2

    1. Arifna Fitriyanti I11111005

    2. Chanra I1111202!

    3. Aina "ari Utary I111120#2

    $. Fi%&ah Ai'yah I1011131010

    5. M(ha))a Irfan I101113101$

    *. +iara Grhan,'ia D,na'h(rya I101113101*

    #. Ant-ny "a%i) I101113102

    !. M,%iani Fran'i'/a Anita I1011131031

    . Siti "ani A)ira%,i I10111310$!

    10. N(n(n A('tia Rini I10111310!011. Ey S,tian'yah I10111310!!

    PROGRAM S+UDI PENDIDIKAN DOK+ER 

    FAKUL+AS KEDOK+ERAN

    UNIERSI+AS +AN4UNGPURA

    PON+IANAK 

    201*

    A I

    PENDA"ULUAN

    1.1 P,)i6(

  • 8/17/2019 laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

    2/29

     Nn. T, 22 tahun, dibawa ke IGD oleh teman-temannya karena

    sebelumnya ia tiba-tiba mengalami perubahantingkat kesadaran dan

    kesulitan dalam berbicara saat acara ulang tahun. Teman-temannya mulai

    menyadari ada sesuatu yang salah ketika Nn.T mulai tampak terbatuk-batuk,

    agitatif dan inkoheren.

    Tanda-tanda ital saat masuk IGD ! TD "#$%2 mm&g, napas "'$menit

    (tampak kepayahan), nadi *2#'$menit, suhu +,2o, a/2 "20. 1asien mash

    sadar tapi tampakbingung dan kesulitan bicara. Dari anamnesis, diketahui

     bahwa sebelumnya ia makan beberapa kue yang diduga mengandung

    kacang, tapi mereka tidak pernah mengetahui apakah ia memiliki riwayat

    alergi kacang sebelumnya.

    etelah dilakukan penanganan emergensi, kondisi Nn.T sekarang

    stabil, tapi masih merasa agak sulit bernapas dan kurang enak badan,

    sehingga untuk sementara ia dirawat diruang obserasi. Ia mengatakan ia

    memiliki riwayat alergi kacang, tapi tidak menyangka ika kue yang

    dimakannya dapat memicu reaksi. Ia beranggapan ika makan sedikit kacang

    tidak akan berefek karena dahulu ia hanya mangalami keluhan alergi ringan.

    1.2 K%arifi/a'i an D,fini'i

    7

    1.3 Kata /(n6i

    3. 1erempuan 22 tahun

    4. 4atuk 

    . 3gitasi

    D. Inkoheren

    5. 3lergi kacang

    6. 4radipneu

    G. Takikardi

    &. &ipertermi

    I. a/2 "20

    7. Tekanan darah "#$%2 mm&g

    8. ulit bernapas

    L.

    M.

  • 8/17/2019 laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

    3/29

    Wanita 20 tahun Riwayat alergi (+)

    Aktifasi CD4+, Th2

    Sel mast

    e!iat"r in#amasi

    $as"!ilatasi %askuler

    &"ntraksi "t"t '"l"s

    n#amasi

    Sy"k analaksis

    *i'ersensiti%itas ti'e

     Tata laksana kegawat!aruratan

    emeriksaan 'enun-ang

     Tata laksana lan-utan

    .!ukasi

    1.$ R()('an Ma'a%ah

     N. 9anita 22 tahun memiliki riwayat alergi kacang dan setelah makan

    kacang mengalami penurunan kesadaran, gelisah, batuk, dan sesak napas

    disertai tanda-tanda syok secara tiba-tiba.

    1.5 Ana%i'i' Ma'a%ah

    O.

    P.

    8.

    R.

    S.

    +.

    U.

    .9.

    :.

    ;.

  • 8/17/2019 laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

    4/29

    . 7elaskan mengenai syok anafilaksis

    D. 7elaskan penyebab takikardi pada kasus

    5. 7elaskan penyebab bradipneu pada kasus6. 7elaskan penyebab gelisah pada kasus

    G. 7elaskan penyebab berbicara inkoheren pada kasus

    &. 7elaskan penyebab hipotensi pada kasus

    I. &ubungan riwayat alergi pada kasus

    7. &ubungan riwayat alergi pada keluarga dengan kasus

    8. Tatalaksana kegawatdaruratan pada kasus

    >. 5dukasi pada kasus dan pencegahan

    31.

    3?.

    3@.

    3.

    3T.

    3A.

    3B.

    A9. A II

    A:. PEMA"ASAN

    2.1 "i,r',n'itiita'1

    A. "i,r',n'itiita' +i, I

    3C. Ini merupakan reaksi alergi yang diperantarai oleh antibodi Ig5.

    1ada reaksi tipe *, antigen (disebut uga alergen) yang membuat peamu

     peka terhadapnya dikenali oleh sel 4. el ini kemudian dirangsang untuk 

    membuat antibodi Ig5. Ig5 mengikat antigen yang berdekatan dengan

     basofil atau sel mast oleh reseptor Ig5 afinitas tinggi yang terdapat pada sel-

    sel tersebut. 3lergen yang menyerang biasanya memiliki alensi ganda

    (banyak tempat pengikatan Ig5), sehingga alergen tersebut benar-benar 

     berikatan dengan beberapa antibodi Ig5 secara bersamaan. 1engikatan ini

    memicu terbentuknya enang sinyal yang menyebabkan degranulasi sel

    mast dan basofil, serta pelepasan histamin, sitokin, kemokin, dan leukotrien.

    1erantara ini, seperti halnya komplemen dan faktor kemotaktik eosinofil

    yang teraktiasi, menyebabkan asodilatasi perifer dan peningkatan

     permeabilitas kapiler sehingga teradi bengkak terlokalisasi dan edema.

    Geala-geala bersifat spesifik bergantung pada di mana respons alergi

  • 8/17/2019 laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

    5/29

    tersebut berlangsung. 1engikatan antigen di saluran hidung menyebabkan

    rinittis alergi disertai kongesti hidung dan peradangan aringan, sementara

     pengikatan antigen di saluran cerna mungkin menimbulkan diare atau

    muntah.*

    3. uatu reaksi hipersensitiitas tipe * yang parah adalah

    reaksi anafilaktik. 3nafilaksis melibatkan respons cepat Ig5 sel mast setelah

     paanan ke suatu antigen dan indiidu sangat peka terhadapnya. Dapat

    teradi dilatasi seluruh sistem pembuluh akibat histamin sehingga tekanan

    darah kolaps. 1enurunan hebat tekanan darah sistemik selama reaksi

    anafilaktik disebut syok anafilaksis. 8arena histamin adalah konstruktor 

    kuat bagi otot polos bronkiolus, maka anafilaksis uga menyebabkan

     penutupan saluran napas. Geala reaksi anafilaktik adalah gatal, kram

    abdomen, kemerahan kulit, gangguan saluran cerna, dan kesulitan bernapas.

    . R,a/'i "i,r',n'itiita' +i, II

    43. &al ini teradi sewaktu antibodi IgG atau Ig< menyerang

    antigen-antigen aringan. @eaksi tipe II teradi akbiat hilangnya toleransi diri

    dan dianggap suatu reaksi otoimun. el-sel sasaran biasanya dihancurkan.44. 1ada reaksi tipe II, pengikatan antibodi-antigen menyebabkan

     pengaktifan komplemen, degranulasi sel mast, edema interstisial, kerusakan

     aringan dan lisis sel. @eaksi tipe II menyebabkan fagositosis sel-sel peamu

    oleh makrofag.*

    4. ontoh penyakit otoimun tipe II adalah penyakit Grae, yang

    ditandai oleh teradinya pembentukan antibodi terhadap kelenar tiroidE

    anemia hemolitik otoimun ketika antibodi dibentuk terhadap sel darah

    merahE reaksi transfuse, yang melibatkan pembentukan antibodi terhadap sel

    darah donorE dan purpura trombositopenik otoimun, yaitu teradi

     pembentukan antibodi terhadap trombosit.*

    C. "i,r',n'itiita' +i, III4D. &al ini teradi sewaktu kompleks antigen-antibodi yang

     bersirkulasi dalam darah mengendap di pembuluh darah atau aringan

    sebelah hilir. 3ntibodi tidak dituukan kepada aringan tersebut, tetapi

    terperangkap di dalam aringan kapilernya. 1ada sebagian kasus, antigen

  • 8/17/2019 laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

    6/29

    asing dapat melekat ke aringan, menyebabkan terbentuknya kompleks

    antigen antibodi di tempat tersebut.*

    45. @eaksi tipe II mengaktifkan komplemen dan degranulasi sel

    mast sehingga teradi kerusakan aringan atau kapiler di tempat teradinya

    reaksi tersebut. Neutrofil tertarik ke daerah tersebut dan mulai

    memfagositosis sel-sel yang rusak sehingga teradi pelepasan enFim-enFim

    sel serta penimbunan sisa sel. &al ini menyebabkan siklus peradangan

     berlanut.

    46. ontoh reaksi hipersensitiitas tipe III adalah penyakit

    serum ( serum sickness), ketika terbentuk antibodi terhadap darah asing,sering sebagai respons terhadap penggunaan obat intraena. 8ompleks

    antigen-antibodi mengendap di sistem pembuluh, sendi, dan ginal. 1ada

    glomerulonefritis, terbentuk kompleks antigen-antibodi sebagai respons

    terhadap suatu infeksi, sering oleh bakteri streptokokus, dan mengendap di

    kapiler glomerulus ginal. 1ada lupus eritematosus sistemik, terbentuk 

    kompleks antigen-antibodi terhadap kolagen dan DN3 sel dan mengendap

    di berbagai tempat di seluruh tubuh.

    D. "i,r',n'itiita' +i, I4G. 1ada reaksi yang diperantarai oleh sel T ini, teradi pengaktifan sel

    T sitotoksik (D") atau sel T helper (D:), oleh suatu antigen sehingga

    teradi penghancuran sel-sel yang bersangkutan. @eaksi yang diperantarai

    oleh sel sitotoksik sering dibangkitkan oleh sel yang terinfeksi irus dan

    dapat menyebabkan kerusakan aringan luas. @eaksi yang diperantarai oleh

    sel D: bersifat lambat, memerlukan waktu 2: sampai =2 am untuk 

    terbentuknya. el tersebut ditandai dengan pembentukan sitokin pro-inflamatori yang merangsang fagositosis makrofag dan meningkatkan

     pembengkakan atau edema.* ontoh penyakit yang disebabkan oleh reaksi

    tipe IB adalah tiroiditis otoimun (hashimoto).*

    2.2 "i,r',n'itiita' +i, 1

    A. D,fini'i

    4&.

  • 8/17/2019 laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

    7/29

    dengan antibodi Ig5 yang sebelumnya berikatan pada permukaan sel mast

    dan basofil pada peamu yang tersensitisasi.2

    . Eti-%-i

    4I.4erdasarkan mekanisme reaksi imunologik yang teradi, secara

    umum hipersensitiitas dibagi menadi : golongan, yaitu hipersensitiitas

    tipe *, 2, +, dan :. 8lasifikasi ini didasarkan pada mekanisme patologik 

    utama yang bertanggung awab atas kerusakan sel atau aringan. @eaksi tipe

    *, 2, + teradi karena interaksi antara antigen dengan antibodi sehingga

    termasuk reaksi humoral, sedangkan tipe : termasuk reaksi seluler.

    &ipersensitiitas tipe * teradi karena adanya antigen lingkungan (allergen

    luar) berinteraksi dengan respon antibodi (Ig5), sehingga menyebabkan

     penglepasan berbagai mediator oleh sel mastoid (mast cell) yang akan

    mengakibatkan inflamasi.

    47. 3ntigen yang membangkitkan reaksi hipersensitiitas tipe * adalah

     protein atau Fat kimia yang terpapar secara kronik. 1emaparan antigen

    sebelumnya secara alami merupakan faktor penting untuk menentukan

    tingginya kadai Ig5 spesifik. ecara umum paparan ulang terhadap antigen

    tertentu diperlukan untuk menghasilkan reaksi atopic terhadap antigen

     bersangkutan. &al ini penting terutama bila antigen lingkungan ini

    merupakan Fat yang berbahasa. 1aparan pertama kali terhadap toksin

    sengatan serangga biasanya terabaikan karena tidak menimbulkan geala dan

    indiidu tersebut belum memiliki Ig5 spesik terhadap toksin tersebut,

    sengatan kedua oleh spesies yang sama dapat mengakibatkan keadaan fatal.+

    K.

    4>. @eaksi aler i an dimediasi I 5+

    4

  • 8/17/2019 laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

    8/29

    4. 4iduran

    akut (wheal-and-

     flare)

    4C. @ambut

     binatang Gigitan

    serangga Tes alergi

    4. . 8ontriksi

     bronkus

    1eningkatan

     produksi mukus

     

  • 8/17/2019 laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

    9/29

    D4. 6aktor lingkungan adalah faktor yang cukup banyak 

    mempengaruhi timbulnya penyakit alergi. 3danya alergen dalam

    lingkungan seperti debu, tungau, serpihan kulit binatang

     peliharaan, amur, kecoa dapat meningkatkan resiko asma pada

    anak da orang dewasa. 1olusi udara secara langsung uga dapat

    meningkatkan resiko inflamasi pada hidung, efek secara langsung

    dengan peningkatan produksi mukus dan secara tidak langsung

    memepengaruhi kera Th-2.

    D.

    3. Fa/t-r r,(%a'i 'it-/inDD. 7ika respon imun terganggu maka aktifitas sel Th-2

    terganggu sehingga reaksi hipersensitiitas tipe * dapat teradi

    lebih mudah.

    $. Fa/t-r i,tati/ D5.

  • 8/17/2019 laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

    10/29

    maka alergen akan berikatan dengan Ig5 yang berikatan dengan antibody di

    sel mastosit atau basofil dan menyebabkan teradinya granulasi. Degranulasi

    menyebakan pelepasan mediator inflamasi primer dan sekunder.

  • 8/17/2019 laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

    11/29

    mengontrol pelepasan arylsulphatase, histaminase, phospholipase-D dan

     prostaglandin-5, walaupun belum diketahui peran pasti dari eosinofil. ;

    D

  • 8/17/2019 laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

    12/29

  • 8/17/2019 laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

    13/29

  • 8/17/2019 laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

    14/29

    kulit (misalnya bintik-bintik kemerahan pada seluruh tubuh, pruritus,

    kemerahan, pembengkakan bibir-lidah-uula)E @espiratory compromise

    (misalnya sesak nafas, bronkospasme, stridor, wheeFing, penurunan 156,

    hipoksemia)E penurunan tekanan darah atau geala yang berkaitan (misalnya

    hipotonia, sinkop, inkontinensia)E dan geala gastrointestinal yang persisten

    (misalnya nyeri abdominal, kram, muntah).

    53. 8riteria ketiga yaitu teradi penurunan tekanan darah setelah

    terpapar pada alergen yang diketahui beberapa menit hingga beberapa am

    (syok anafilaktik). 1ada bayi dan anak-anak, tekanan darah sistolik yang

    rendah (spesifik umur) atau penurunan darah sistolik lebih dari +#0.

    ementara pada orang dewasa, tekanan darah sistolik kurang dari # mm&g

    atau penurunan darah sistolik lebih dari +#0 dari tekanan darah awal.

    54.

    5.

    5D. edangkan kriteria dari yok 3nafilaksis sebagai berikut *#!

    *. ecara tiba-tiba onsetnya dan progresi yang cepat dari geala

    a. 1asien terlihat baik atau tidak baik  b. 8ebanyakan reaksi teradi dalam beberapa menit, arang reaksi teradi

    lebih lambat dari onset

    c. 9aktu onset reaksi anfilaksis tergantung tipe trigger. Trigger intraena

    akan lebih cepat onsetnya daripada sengatan, dan cenderung

    disebabkan lebih cepat onsetnya dari trigger ingesti oral.

    d. 1asien biasanya cemas dan dapat mengalami sense of impendingJ

    2. >ife-threatening 3irway and$or 4reathing and$or irculation 1roblems

    55. 1asien dapat mengalami masalah 3 atau 4 atau atau

    kombinasinya.

    56. Air=ay Pr-?%,) !

    a. 1embengkakan alan nafas seperti tenggorokan dan lidah

    membengkak (faring$laring edem). 1asien sulit bernafas dan menelan

    dan merasa tenggorokan tertutup.

     b. uara &oarse

    c. tridor, tingginya suara inspirasi karena saluran nafas atas yang

    mengalami obstruksi.

  • 8/17/2019 laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

    15/29

    EG. r,athin Pr-?%,)' @

    a. Nafas pendek, pengingkatan frekuensi nafas

     b. 9heeFing

    c. 1asien menadi lelah

    d. 8ebingungan karena hipoksia

    e. ianosis (muncul biru), ini biasanya pada late sign

    f. @espiratory arrest

    E". Cir6(%ati-n r-?%,)

    a. Tanda syok, pucat, berkeringat.

     b. 1eningkatan frekuensi nadi (takikardi)

    c. Tekanan darah rendah (hipotensi), merasa ingin atuh (dizziness),

    kolaps.d. 1enurunan tingkat kesadaran atau kehilangan kesadaran

    e. 3nafilaksi dapat menyebabkan iskemik myokardial dan 5G berubah

    walaupun indiidu dengan normal arteri kononer.

     f. Cardiac arrest.10

    +. 1erubahan 8ulit dan$atau

  • 8/17/2019 laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

    16/29

    &iposensitisasi didapatkan dengan ineksi subkutan dari antigen

     pensensitisasi, memulai pada tingkat nanogram, dan meningkatkan

    dosisnya per minggu. Ini akan menginduksi produksi dari inhibitor 

    antibodi IgG, dan meningkatkan umalh sel regulator yang menghentikan

     produksi antibodi Ig5, yang tampak pada kadar Ig5 dalam serum. 8arena

    kedua efek tersebut beralan secara simultan, keduanya saling berkolerasi

    dalam menurunkan geala alergi. ecara konsepnya, inhibitor antibodi

    IgG pada askular sistemik dan kompartemen interstisial harusnya

    memiliki efek protektif dengan mengkombinasikannya dengan antigen

    sebelum mencapai sel yang terikat Ig5. 6aktanya, peningkatan kondisi

    klinis yang signifikan berkolerasi lebih baik dengan penghambat IgG

    daripada pengurangan antigen spesifik Ig5.**

    2. 3ntibodi . /maliFumab (olair) merupakan antibodi monoklonal pada

    manusia yang telah berhasil digunakan sebagai terapi asma kronik yang

    tidak responsif terhadap terapi konensional. 1asien yang diterapi dengan

    antibodi ini menunukkan pengurangan umlah reseptor 6ce@I pada

     basofil dan sel mast, sama seperti kadar Ig5 pada serum.

    +. Terapi /bat-obatan5T yang

    memblok efek >T. @eaksi sistemik selalu membutuhkan pengukuran

    yang intensif, terutama pemberian epinefrin.

     b. Terapi 3sma 3lergik 

    5/. 3sma bronkial menimbulkan permasalahan terapi yang

    kompleks. Terapi saat ini berdasarkan pemahaman awalawal serangan

     bronkokostriktif yang diikuti dengan inflamasi progresif pada alan

  • 8/17/2019 laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

    17/29

    napas, dan selanutnya meningkatkan respons bronkial. 3gonis K-

    adrenergik, metil'anthin, dan komponen antikolinergik merupakan

    obat utama yang digunakan.

    51.

    c. 3gonis K-adrenergik 5?. 3gonis K-adrenergik (epinefrin, isoproterenol dan albuterol)

    meningkatkan kadar c3

  • 8/17/2019 laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

    18/29

    alergi terhadap kacang, maka disarankan kepada pasien untuk tidak 

    mengkonsumsi kacang.*

    1.3 Sy-/ anafi%a/'i'>12

    5A. Sok anafilaktik   adalah reaksi anafilaksis yang disertai

    hipotensi dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Anafilaksis adalah reaksi

    alergi umum dengan efek pada beberapa sistem organ terutama

    kardioaskular, respirasi, kutan dan gastro intestinal yang merupakan reaksi

    imunologis yang didahului dengan terpaparnya alergen yang sebelumnya

    sudah tersensitisasi.

    5B. @eaksi 3nafilaktoid adalah suatu reaksi anafilaksis yang

    teradi tanpa melibatkan antigen-antibodi kompleks. 8arena kemiripan

    geala dan tanda biasanya diterapi sebagai anafilaksis. 3nafilaksis

    dikelompokkan dalam hipersensitiitas tipe * atau reaksi tipe segera

    !"mmediate tpe reaction#.

  • 8/17/2019 laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

    19/29

    ta!i akan !iikat "leh g . s'esik !an memi7u ter-a!inya reaksi

    segera yaitu 'ele'asan me!iat"r %as"aktif antara lain histamin,

    ser"t"nin, ra!ikinin !an eera'a ahan %as"aktif lain !ari

    granula yang !i seut !engan istilah ref"rme! me!iat"rs/

    katan antigenanti"!i merangsang !egra!asi asam

    araki!"nat !ari memran sel yang akan menghasilkan

    3euk"trien (3T) !an r"staglan!in (9) yang ter-a!i eera'a

    waktu setelah !egranulasi yang !iseut :ewly f"rme!

    me!iat"rs/

    .1/ 7/ ase .fekt"r   A!alah waktu ter-a!inya res'"n yang

    k"m'leks (analaksis) seagai efek me!iat"r yang !ile'as sel

    mast atau as"l !engan akti%itas farmak"l"gik 'a!a "rgan

    "rgan tertentu/ *istamin memerikan efek r"nk"k"nstriksi,

    meningkatkan 'ermeailitas ka'iler yang nantinya

    menyeakan e!ema, sekresi mukus !an %as"!ilatasi/

    Ser"t"nin meningkatkan 'ermeailitas %askuler !an 6ra!ikinin

    menyeakan k"ntraksi "t"t '"l"s/ latelet a7ti%ating fa7t"r(A) erefek r"n7h"s'asme !an meningkatkan 'ermeailitas

    %askuler, agregasi !an akti%asi tr"m"sit/ 6eera'a fakt"r

    kem"taktik menarik e"sin"l !an neutr"l/ r"staglan!in yang

    !ihasilkan menyeakan r"n7h"k"nstriksi, !emikian -uga

    !engan 3euk"trien/;

    .

  • 8/17/2019 laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

    20/29

    63. 4erdasarkan deraat keluhan, anafilaksis dibagi dalam deraat

    ringan, sedang, dan berat. Deraat ringan sering dengan keluhan kesemutan

     perifer, sensasi hangat, rasa sesak di mulut dan tenggorok. Dapat uga teradi

    kongesti hidung, pembengkakan periorbital, pruritus, bersin-bersin, dan

    mata berair. Deraat sedang dapat mencakup semua geala-geala ringan

    ditambah bronkospasme dan edem alan nafas, atau laring dengan dispneu,

     batuk dan mengi. Deraat berat mempunyai awitan yang sangat mendadak 

    dengan tanda-tanda dan geala-geala yang sama seperti yang telah

    disebutkan diatas disertai kemauan yang pesat kearah bronkospasme, edem

    laring, dispneu berat, dan sianosis. 4isa diiringi geala disfagia, keram pada

    abdomen, muntah, diare, dan keang-keang.*2

    64.

    1.$ P,ny,?a? ta/i/ari

    6. Takikardi pada kasus terkait dengan hipersensitiitas tipe * yang

    telah menadi syok anafilaktik. 1ada keadaan syok anafilaksis, permeabilitas

    kapiler akan meningkat dan teradi asodilatasi akibat adanya pelepasan

    mediator-mediator inflamasi oleh sel mast. 1eningkatan permeabilitas

    kapiler dan asodilatasi akan memicu antung untuk meningkatkan pompa

    (cardiacoutput ) agar dapat mengompensasi nutrisi seperti oksigen ke organ-

    organ ital.

    1.5 P,ny,?a? ?rain,(

    6D. &istamin merupakan mediator utama yang dilepaskan oleh sel

    mast, berperan terhadap timbulnya respon segera setelah terpapar oleh

    alergen. Di dalam tubuh histamin sebagian besar disimpan dalam lisosom

    sel mast dan basofil dalam bentuk granul, di dalam granul histamin terikat

     pada proteoglikan.

  • 8/17/2019 laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

    21/29

    mukosa hidung$ hipersekresi kelenar. 8eadaan ini mengakibatkan

    teradinya kongesti nasal, rinore, dan bersin akibat rangsangan pada reseptor 

    iritan mukosa hidung. &istamin uga menarik eosinofil dan netrofil untuk 

     bergerak ke arah yang sesuai dengan konsentrasi gradient$ kemotaksis.,*+ 

    1.* P,ny,?a? ,%i'ah

    65.

  • 8/17/2019 laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

    22/29

    kardioaskular, yang uga menyebabkan takikardia, pucat, keringat dingin,

    tanda-tanda iskemia otot antung (angina), kebocoran endotel yang

    menyebabkan teradinya edema, dan aritmia.*+

    1.! P,ny,?a? ?,r?i6ara in/-h,r,n

    6I. 1ada kasus teradi pelepasan mediator inflamasi oleh sel mast yang

    diakibatkan adanya paanan alergen. 8etika ada bahan alergen yang masuk 

    setelah pernah sebelumnya mengalami paanan maka akan menyebabkan

    asodilatasi pembuluh darah, peningkatan permeabilitas kapiler dan dan

    teradinya reaksi inflamasi. &al tersebutlah yang mendasari penyebab

    teradinya kekurangan suplai nutrisi akibat peningkatan permeabilitas

    kapiler. Teradinya syok merupakan suatu tanda bahwa tubuh sudah mulai

    kesulitan dalam mengompensasi suplai nutrisi keseluruh aringan, oleh

    sebab antung akan lebih berusaha memompa darah ke organ-organ ital

    seperti otak, paru, hati, antung dan ginal serta meminimalisir suplai darah

    ke organ-organ perifer. 1ada kasus didapatkan data bahwa a/2  sebesar 

    "20, hal itu menandakan pasien tersebut telah mengalami penurunansaturasi oksigen yang seharusnya minimal adalah ;0. 1enurunan saturasi

    oksigen tersebut yang merupakan salah satu penyebab pasien berbicara

    inkoheren karena sulit untuk berpikir, selain itu penyempitan alan nafas

     uga merupakan salah satu pasien sulit berbicara.*+

    1. "(?(nan ri=ayat a%,ri aa /,%(ara ,nan /a'('

    67. Dalam studi yang dilakukan oleh para oleh ilmuwan telah

    diketahui bahwa masyarakat pada negara-negara mau mempunyai

    kecenderungan memproduksi Ig5 dalam umlah besar terhadap paparan

     bahan alergen. 8ondisi demikian ini disebut atopi, yang sangat dipengaruhi

    oleh kekerabatan dan dipengaruhi oleh banyak lokus gen. Indiidu atopi

    mempunyai umlah Ig5 yang lebih banyak pada sirkulasi darah demikian

     uga leel eosinofilnya ika dibandingkan orang normal. Indiidu atopi

    mempunyai kerentanan terhadap penyakit alergi seperti halnya asma dan

    alergi serbuk bunga.

  • 8/17/2019 laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

    23/29

    68. 6aktor genetik dan lingkungan masing-masing

     berkontribusi ;#0 pada keadian penyakit alergi seperti asma. Amumnya

    setiap etnik mempunyai ketahanan yang berbeda terhadap suatu penyakit.

    4eberapa bagian kromosom yang berasosiasi dengan alergi atau asma uga

     berasosiasi dengan penyakit inflamsi psoriasis dan penyakit autoimun.

    6>.Terdapat bagian cluster gen berpautan kuat yang mengkode sitokin

    yang diperlukan untuk meningkatkan respon T&2, yaitu gen yang

    diperlukan untuk melakukan class switching  pada pembentukan Ig5,

     pertahanan hidup eosinofil, dan proliferasi sel mast. 8elompok gen ini

    meliputi gen yang mengode pembentukan I>-+, I>-:, I>-;, I>-, I>-*+, dan

    G-:

     berasosiasi dengan peningkatan Ig5 pada suatu indiidu. Bariant promoter 

    menyebabkan peningkatan ekspresi gen reporter pada model eksperimen

    dan telah dibuktikan pada sistem in vivo pada peningkatan leel I>-:.

    6-*+ oleh sel T. 1ada manusia ariasi gen TI<

     berhubungan dengan kepekaan respon saluran pernafasan terhadap bahan-

     bahan irritant . Dalam hal ini otot polos bronkus dari indiidu tertentu akan

    mengalami kontraksi sebagaimana yang terlihat pada asma.

    6N. 6aktor genetik dapat menelaskan hubungan antara polusi

    dan alergi secara moderat, karena hanya berlaku bagi indiidu dengan

    genotip yang sensitif. edikitnya paparan mikrobia patogen telah dianggap

    menadi faktor meningkatnya keadian alergi. ampai saat ini hal tersebut

    menadi perhatian khusus seak ide itu diperdebatkan mulai tahun *".

  • 8/17/2019 laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

    24/29

  • 8/17/2019 laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

    25/29

    61. 1asien yang pernah mengalami reaksi anfilaksis mempunyai resiko

    untuk memperoleh reaksi yang sama bila terpaan oleh pencetus yang sama.

    1asien harus dikenali, diberi peringatan dan bila perlu diberi tanda

     peringatan pada ikat pinggang atau dompetnya. 8adang-kadang pasien

    diberikan bekal suntikan adrenalin yang harus dibawa kemanapun. &al ini

    terutama bila pencetus tersebut sering timbul tidak terduga seperti pada

    sengatan tawon atau anafilaksis idiopatik.*%

    6?. 1asien asma dan penyakit antung bila mendapat serangan

    anafilaksis dapat memiliki geala yang auh lebih berat, oleh karena itu

    setiap pasien asma atau antung harus memperoleh pengobatan yang

    optimal. 1asien yang mempunyai resiko anafilaksis dianurkan untuk tidak 

    menggunakan obat K-inhibitor, karena apabila teradi reaksi anafilaktik,

     pengobatan yang diberikan sulit. ebaiknya diberikan obat subsitusi K-

    inhibiors.*%

    [email protected] beberapa keadaan dilaporkan adanya tindakan pencegahan

    untuk menghindari reaksi anafilaksis. Greenberger dkk memberikan

     prednisolone dan antihistamin sebelum memberikan media kontras

     pemeriksaan radiologic pada pasien yang beresiko. Tindakan desinsitasi

     angka pendek dengan penisilin. Desinsitasi angka panang diberikan

    kepada pasien yang alergi terhadap sengatan tawon.*%

    6.4ila teradi reaksi berikan penelasan dasar kepada pasien agar 

    keadian tersebut tidak terulang kembali. angat dianurkan untuk lebih baik 

    melakukan tindakan berhati hati atau pencegahan, daripada menghadapi

    reaksi anafilaksis. 8arena betapapun canggih penatalaksanaannya pasien

    yang meninggal karena syok anafilaktik. *%

    6T.3kan halnya dengan obat obat bsebagai penyebab anafilaksis,

    tidak semua obat dapat diui kulit. &anya penisilin, berbagai macam

    hormon, serum, dan enFim yang dapat dipercaya hasil tes kulitnya. 1ada

     beberapa keadaan ui kulit maupun prookasi dengan memberikan obat

  • 8/17/2019 laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

    26/29

  • 8/17/2019 laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

    27/29

  • 8/17/2019 laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

    28/29

    7&.

    7I.

    77.78.

    7>.

    7. @obbin 4asic 1athology th edition. New

    Cork! 5lseier Inc. 2#*+

    +. taf 1engaar 6akultas 8edokteran Aniersitas Indonesia. 4uku aar 

    mikrobiologi kedoktera. 7akarta ! penerbit binarupa aksaraE *+.

    :. 9istiani. 6aktor risiko alergi pada anak di @ Dr. 8ariadi emarang.

    PTesisQ. emarang! Aniersitas DiponegoroE 2##2.

    ;. 3bbas, 3.8., >itchman, 3.&. 4asic Immunology. &ypersensitiity

    Disease. 2nd edition. 1hiladelphia! aunders 5lseierE 2##.

    %. 4aratawidaa 8G. Imunologi Dasar. 5d. %. 7akarta! 4alai 1enerbit 68AIE

    2##:.

    =. 8oury I, &erfel >A. 3naphyla'is and acute allergic reactions. In!

    International edition 5mergency ongecker, D5. 3naphylactic @eaction and 3nesthesia dalam

    3nesthesiology. hapter ""E 2##".

  • 8/17/2019 laporan pemicu 3 infeksi imun.docx

    29/29

    *:. iregar, awitri 1. 3lergi